Disusun Oleh :
i
Statement of Authorship
Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan
Materi ini tidak/belum pernah disajikan /digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan
Saya /kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
Judul Makalah : Just In Time, Toyota Production System, dan Lean Operation pada PT.
Tandatangan :
Tandatangan :
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Statement Of Authorship ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Persaingan yang ketat dalam dunia usaha, terutama sektor industri otomotif, membuat PT
Astra Daihatsu Motor (ADM) sebagai salah satu agen tunggal pemegang merek (ATPM) besar di
Indonesia terus mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya, terutama pada sistem produksi
yang mereka pakai. Hal tersebut menjadi sangat penting, karena permintaan pasar akan produk
berkualitas dengan harga yang kompetitif menjadikan para pesaing dari ADM melakukan
berbagai cara untuk melakukan penghematan yang diikuti dengan peningkatan kualitas secara
simultan.
Peningkatan kualitas dan produktivitas, penghematan di semua lini, serta perbaikan yang
terus-menerus, bisa didapatkan salah satunya dengan menerapkan startegi sistem operasi yang
berkaitan dengan inventory. Strategi yang digunakan bisa beragam, beberapa diantaranya adalah
Just In Time (JIT), Toyota Production System (TPS), maupun Lean Operation, yang sudah
terbukti bisa meningkatkan penghematan biaya, namun tetap menjaga kualitas produk.
1,400,000.00
1,200,000.00
1,000,000.00
800,000.00
600,000.00
400,000.00
200,000.00
0.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Production Sales
Gambar 1:.Penjualan dan Produksi mobil di Indonesia 2007 - Feb 2017, sumber Gaikindo
memproduksi jumlah yang tidak jauh berbeda dari apa yang diminta pasar. Ini merupakan prinsip
dasar dari JIT, yaitu memproduksi jenis-jenis barang sejumlah yang diminta dan pada waktu
1
tertentu oleh para konsumen. Dengan menggunakan JIT, kebutuhan pasar yang sangat bervariasi
dapat dipenuhi dalam jumlah yang tepat, dalam waktu yang sesuai dengan permintaan pasar.
ADM sebagai pemain besar juga menerapkan JIT, yang kemudian lebih luas menjadi
Lean Operation pada sistem operasinya. Bentuk terbaru dari JIT itu sendiri adalah TPS yang
juga diaplikasikan di ADM. Mereka melakukan itu semua untuk memenuhi visi mereka, yaitu
menjadi basis produksi global utama untuk Grup Daihatsu/Toyota yang sama dengan standar
kualitas pabrik di Jepang. Hal tersebut sudah bisa dilihat dari pencapaian Daihatsu dengan
produksi 537.415 unit pada tahun 2016, termasuk lini produk Toyota, merupakan yang terbesar
di Indonesia.
Dengan visi global tentunya Daihatsu tidak hanya menjadikan standar lokal sebagai
standar kerja mereka. Standar yang tinggi dibutuhkan untuk mengakomodir permintaan akan
jumlah maupun kualitas produk yang baik, dari dalam maupun luar negeri. Oleh sebab itu, ADM
juga menambahkan beberapa sistem baru yang mendukung terlaksananya lean operation, salah
satunya seperti Junbiki, yang merupakan penerapan strategi persediaan zero inventory pada lini
produksi.
1. 2 Rumusan Masalah
Walaupun sistem yang digunakan oleh ADM tergolong sudah memadai, tetapi untuk
menggunakan JIT secara lebih baik masih ada beberapa kendala, seperti:
pasar.
4. Penggunaan kartu kanban, transportasi yang buruk, dan permasalahn lainnya yang
muncul dari suppliers, seiring bertambahnya jumlah suppliers yang signifikan dari
tahun sebelumnya.
Dari beberapa permasalahan diatas, penulis ingin membahas tentang dua poin utama:
2
2. Bagaimanakah penerapannya dalam proses produksi di ADM, dalam rangka
1. 3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud sebagai salah satu strategi sistem operasi terkait
inventory, yang didalamnya ada Just In Time (JIT), Toyota Production System (TPS),
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Prinsip dari JIT, TPS, dan Lean Operation adalah untuk memproduksi jenis barang
sejumlah yang diminta, pada saat yang dibutuhkan oleh konsumen. Untuk itu perlu adanya
tersebut bisa dicapai dengan terus melakukan evaluasi, pengembangan yang berkelanjutan, serta
Menghilangkan Limbah
Persediaan merupakan musuh besar dari JIT/TPS/lean operation, baik persediaan dalam
proses maupun produk jadi yang berlebih. Selain itu, persediaan tidak akan menambah nilai guna
bagi customer. Persediaan merupakan salah satu limbah yang perlu dihindari, karena tidak
menambah nilai guna. Dalam proses manufaktur dikenal delapan limbah yang harus dihindari,
yang sering disingkat dengan DOWNTIME (Defect, Over production, Waste, Not utilize,
Memproduksi produk yang tidak baik (not good) merupakan pemborosan yang sangat
besar. Hal tersebut akan memunculkan biaya, waktu, dan manpower untuk melakukan proses
sorting. Jika sudah ditemukan defect, maka quality assurance akan menentukan apakah produk
tersebut bisa untuk diperbaiki (repair) atau menjadi limbah, karena tidak termasuk kriteria
Proses ini tentunya akan menghambat laju dari proses di lini produksi, yang merupakan
kerugian besar. Seringkali defect terjadi karena kesalahpahaman akan perintah produksi yang
sudah disediakan. Kesalahan ini merupakan human error yang diakibatkan kurangnya fokus
pekerja dalam melakukan perintah produksi tersebut. Daripada melakukan proses sorting pada
produk, lebih baik untuk menghindari defect terjadi. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan
pendelegasian tugas maupun tanggung jawab yang jelas, serta training maupun pendidikan yang
baik kepada para pekerja, guna mengeluarkan potensi maksimal dari pekerja.
4
2. Over Poduction (produksi yang berlebih)
Ketakutan akan pencapain jumlah yang tidak bisa dicapai dalam waktu yang diminta
mengakibatkan adanya produksi berlebih yang juga merupakan limbah. Kurangnya pemahaman
akan kemauan konsumen-pun bisa menjadi faktor adanya produksi yang berlebih. Yang paling
sering terjadi dari kedua faktor tersebut adalah penjadwalan maupun forecasting yang tidak
tepat. Meskipun hal ini jarang terjadi, tetapi tetap menjadi perhatian utama perusahaan dalam
operasinya.
Untuk menangani hal tersebut, diperlukan adanya pemahaman yang baik terhadap
customer. Selain itu, menentukan schedule yang sesuai juga akan membuat jumlah produksi
sesuai dengan apa yang sudah dipaparkan dalam proses forecasting. Pemahaman terhadap
customer bisa dicapai dengan melakukan riset yang berkelanjutan terhadap permintaan
konsumen dari waktu ke waktu, guna menyiapkan data produksi yang akurat.
3. Waiting (menunggu)
Proses produksi yang terhambat adalah akibat dari kegiatan yang kadang menumpuk di
suatu proses, tetapi idle di proses lain. Hal ini menyebabkan bottleneck dan merugikan bagi
perusahaan Ada dua hal yang dapat menyebabkan waiting terjadi, yaitu penetapan alur produksi
yang kurang maksimal antar lini, dan tidak adanya koordinasi antar proses dalam rangkaian
produksi. Hal ini bisa dikurangi dengan memaksimalkan penataan layout, penetapan standar
Potensi pekerja yang tidak maksimal lagi-lagi menjadi faktor munculnya limbah produksi
yang tidak menambah nilai guna. Dalam prakteknya, beberapa pekerja dalam suatu proses bisa
melakukan pekerjaan secara lebih cepat dari pekerja lainnya dalam proses yang lain. Hal seperti
ini tidak akan terjadi jika ada harmonisasi proses produksi, yang dapat dicapai dengan standar
yang baik serta pelatihan yang maksimal. Selain potensi pekerja, potensi mesin pun bisa
dimaksimalkan untuk mengurangi limbah. Penambahan fungsi pada mesin dengan melakukan
upgrade melakukan pilihan yang baik untuk memaksimalkan throughput pada lini produksi.
5
5. Transportation (transportasi dalam lini produksi)
produknya pada proses selanjutnya, memunculkan biaya transportasi dan waktu yang terbuang.
Penataan layout yang baik dapat menghilangkan dampak limbah dari proses ini. Terlebih, dalam
proses produksi saat ini, penggunaan mesin seperti robot akan memudahkan arus barang dalam
lini produksi.
6. Inventory (persediaan)
Persediaan yang berlebih akan menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi serta rawan
cacat produk karena waktu, maupun human error. Ini seringkali terjadi karena schedulling yang
kurang baik, forecasting yang meleset dari perkiraan, maupun memang kesengajaan pekerja
produksi untuk menyimpan produk yang nantinya akan digunakan jika ada kesalahan dalam
proses yang mungkin terjadi. Kesalahan suppliers maupun komunikasi yang kurang baik dengan
Untuk menghindari hal tersebut, perbaikan harus dilakukan baik secara internal maupun
eksternal. Meminimalkan kesalahan yang ada dalam proses produksi, memberikan pemahaman
yang baik kepada suppliers tentang apa yang perusahaan inginkan, maupun memahami
kebutuhan customer adalah hal yang bisa diterapkan untuk mengurangi persediaan.
Gerakan yang tidak perlu ketika melakukan proses produksi adalah pemborosan terhadap
tenaga, waktu, maupun efisiensi. Penentuan standar kerja yang baik harus meliputi tidak hanya
bagaimana membuat, tetapi juga bagaimana proses dalam pembuatannya. Gambaran maupun
perintah yang jelas tentang bagaimana pekerja harus bertindak dan bergrerak, akan mengurangi
Seringkali ada proses yang tidak diperlukan muncul dalam proses produksi. Biasanya itu
terjadi karena kurangnya pemahaman dari pekerja akan proses apa saja yang harus dan tidak
perlu dilakukan, apa saja proses sebelumnya dan selanjutnya dari proses yang dia kerjakan,
maupun kurangnya komunikasi antar proses. Hal tersebut bisa dihilangkan dengan memberikan
6
pemahaman yang jelas kepada pekerja tentang proses produksi secara keseluruhan, dan
memastikan mereka memahami dengan benar, agar tidak menambahkan maupun mengurangi
Terkait dengan limbah downtime yang telah dijelaskan, 5S adalah solusi untuk
melakukan pemeliharaan wilayah kerja, guna mencapai ketertiban, efisiensi, dan disiplin kerja
yang diharapkan. Ketiga hal tersebut nantinya akan meningkatkan kinerja perusahaan secara
menyeluruh. Dalam 5S, prinsip yang dianut adalah perbaikan berkelanjutan, atau biasa disebut
1. Seiri / Sort
Memilah barang yang berguna dan tidak berguna. Barang-barang yang sudah tidak
berguna biasanya akan ditandai, begitu pula dengan yang masih dipakai.
2. Seiton / Simplify
Setelah dipilah, barang yang masih berguna diberi label yang memuat identitas, masa
manfaat, maupun urutannya agar lebih mudah untuk dikenali dan bisa digunakan secara cepat
3. Seiso / Sweep
Barang yang sudah disusun harus dijaga kebersihannya, sehingga pada saat akan
digunakan bisa langsung dipakai. Contohnya barang hasil sortir yang masih bisa diperbaiki
haruslah dijaga dari debu agar nantinya tidak menambah pekerjaan maupun membuat sulit proses
selanjutnya.
4. Seiketsu / Standardize
Penjagaan baik produk maupun lingkungan kerja yang sudah dibersihkan menjadi standar
kerja yang diterapkan. Proses yang telah dicapai dari seiri, seiton dan seiso haruslah dijaga dan
distandarisasi. Semua pekerja haruslah bisa memahami standar tersebut, dan dilakukan inspeksi
yang berkelanjutan.
5. Shitsuke / Self-discipline
Penerapan standar yang telah dibuat haruslah menjadi kebutuhan para pekerja.
Penanaman nilai dari standar yang ada haruslah disampaikan kepada semua pekerja, dipahami,
7
Menghilangkan Variabilitas
Segala penyimpangan dari nilai optimal, baik pada proses maupun produk, adalah
variabilitas yang harus dihilangkan karena akan menciptakan limbah yang tidak diperlukan.
Persediaan merupakan salah satu elemen yang dapat menciptakan variabilitas, karena dalam
perencanaan produksi tentunya perusahaan sebisa mungkin tidak menginginkan persediaan, yang
Sama halnya dengan limbah, variabilitas muncul karena proses produksi yang buruk,
kurangnya informasi tentang kebutuhan customer, maupun perencanaan yang tidak sesuai. Untuk
mengatasinya, variabilitas tersebut harus bisa diidentifikasi. Sistem zero inventory pada
JIT/TPS/Lean Operation dapat mendeteksi variabilitas yang ada, untuk kemudian dilakukan
Meningkatkan Throughput
Waktu yang dibutuhkan dari saat menerima pesanan sampai dengan pengiriman produk
biasa disebut dengan throughput. Berbeda dengan cycle time yang menghitung berapa waktu
yang dibutuhkan untuk membuat satu unit produk, throughput tidak hanya melihat waktu dalam
internal produksi, namun mencakup keseluruhan proses termasuk hubungan dengan customer.
Dalam manajemen operasi secara tradisional, proses produksi menganut push system,
dimana barang akan diproduksi terlebih dahulu untuk kemudian dipasarkan. Dengan munculnya
JIT, dan kebutuhan untuk menghilangkan limbah, proses produksi berubah menjadi pull system.
Dalam pull system, proses produksi dimulai dari melihat kebutuhan customer, yang kemudian
diimplementasikan ke proses produksi. Sistem ini dianggap bisa mengikuti arah pasar, dan dapat
persediaan, yang nantinya dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan. Diperkenalkan oleh Taiichi
Ohno pada 1950, JIT mampu meningkatkan produktivitas dengan cara meghilangkan limbah
yang tidak diperlukan atau tidak mempunyai nilai tambah dari sudut pandang customer.
JIT akan optimal jika dilakukan mulai dari hulu ke hilir. Untuk itu, biasanya proses
penentuan supplier dalam supply chain menggunakan model Keiretsu. Dalam model Keiretsu
8
perusahaan memilih sedikit supplier yang nantinya akan dimasukkan dalam satu kesatuan
produksi, dengan membagi informasi perusahaan secara lebih terbuka, dan melakukan perbaikan
secara bersama-sama.
Menghilangkan jarak dalam suatu supply chain, yang biasanya dilakukan dengan
menempatkan supplier dalam satu area dengan perusahaan, atau paling tidak
dekat.
Kemudahan bagi pekerja, karena dengan tidak adanya waktu tunggu persediaan
Mengurangi biaya.
Kanban
Elemen yang terpenting dalam proses JIT adalah Kanban, atau kartu perintah. Kanban
tidak selalu berbentuk kartu, bisa saja itu berbentuk gambaran visual tentang apa saja yang
kurang dari komponen maupun proses yang seharusnya ada. Cara ini terbukti efektif dalam
memberikan pemahaman yang cepat, dan ketepatan informasi, tentang proses maupun kondisi
Dalam sebuah Kanban, terdiri dari identitas barang, kode produksi, jumlah barang, serta
instruksi lainnya seperti proses yang harus dilakukan, maupun proses sebelum dan selanjutnya.
Informasi tersebut kemudian diaplikasikan pada lini produksi. Fungsi dari kanban mencakup
9
Selain berbentuk kartu, Kanban memiliki berbagai macam bentuk lain, namun masih
memiliki fungsi yang sama. Fungsi Kanban ini tidak hanya digunakan dalam satu lini produksi
dalam suatu perusahaan, namun dapat juga digunakan dalam satu supply chain, agar efisiensi
yang dilakukan bisa maksimal mulai dari hulu ke hilir. Karena proses pertukaran informasi
antara supplier dengan proses selanjutnya memakan waktu dan biaya, solusi yang terbaik adalah
Jumlah dari Kanban yang dibutuhkan didapatkan dari jumlah permintaan barang dan
safety stock, dibagi dengan ukuran penyimpan bahan baku tersebut. Jumlah Kanban yang
optimal dibutuhkan agar semua bahan baku yang ada dapat digunakan secara maksimal, tanpa
JIT dan TPS merupakan alat internal untuk melakukan strategi operasi manajemen dalam
rangkan cost reduction. Dalam hubungannya dengan konsumen secara eksternal, dikenal strategi
lain yang disebut dengan lean operation. Jika JIT menekankan pada penyelesaian masalah di
produksi dan TPS lebih berorientasi pada pemaksimalan potensi pekerja secara
berperikemanusiaan dalam proses perakitan, lean operation lebih menekankan pada pemahaman
terhadap konsumen. Jenis barang apa yang mereka minta dengan kualitasnya, berapa jumlah
yang cukup, tidak kurang dan tidak lebih, dari permintaan pasar, serta kapan waktu yang tepat
untuk mengantarkan produk tersebut kepada konsumen, untuk mencegah adanya penumpukan
hasil produksi.
Yang membedakan TPS dari JIT adalah adanya penghormatan kepada pekerja dan
optimalisasi potensi yang ada, baik dari pekerja maupun alat yang dipakai. TPS memiliki enam
Kaizen
10
2.4 Lean Operation
diaplikasikan pada setiap proses operasinya. Prinsip ini dilakukan dengan melihat setiap proses
dari sudut pandang kepentingan customer, serta dampak dan manfaat yang akan didapatkan oleh
customer atas proses tersebut. Semakin tinggi manfaat yang akan didapat customer dari sebuah
proses, maka proses tersebut dinilai semakin baik, begitu pula sebaliknya.
4. Memberikan pemahaman yang baik tentang apa yang diinginkan perusahaan kepada
suppliers.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Sistem produksi yang diterapkan oleh ADM adalah Toyota Production System (TPS).
Sistem operasi ini sudah diapaki sejak pertama kali Daihatsu mendirikan perusahaan di Indonesia
pada 1978. Tujuan TPS yang dilakukan di ADM adalah cost reduction serta menekan semua
Jika sistem operasi adalah sebuah rumah, maka TPS ibarat atap yang memiliki dua pilar
penyangga yaitu JIT dan Jidouka (adalah prinsip dimana pegawai harus berhenti bekerja atau
stop line segera saat ada masalah). Kedua pilar dibangun diatas sebuah pondasi yang dinamakan
Sesuai dengan prinsip pada TPS, yaitu menyelesaikan masalah dari akar, ADM
menerapkan dua metode, Jidouka dan Genba. Untuk penerapan jidouka pada ADM dilakukan
dengan dua cara, yaitu otomatis dan manual. Jidouka pada proses otomatis akan mendeteksi
12
semua kondisi selama proses produksi berlangsung. Kesalahan maupun proses yang tidak
seharusnya terjadi akan segera dideteksi oleh mesin dan akan muncul sinyal peringatan pada
papan andon. Operator yang bertugas di line tersebut akan segera mengidentifikasi problem yang
ada. Jika masih bisa ditangani, problem akan langsung diselesaikan. Tetapi jika perbaikan terlalu
lama, atau sulit untuk diperbaiki, maka akan terjadi line stop. Hitungan penyelesaian masalah
yang ada pada ADM dibatasi tidak lebih dari 20 detik. Jika dianggap penyelesaian masalah
diatas 20 detik, maka akan dinyatakan defect product jika masih bisa, atau pemberhentian
Jidouka secara manual melibatkan pekerja secara langsung. Jika ditemukan kesalahan
pada proses, team member akan mengaktifkan peringatan andon yang ada di setiap pos proses,
untuk menginformasikan kesalahan proses. Team leader bersama member yang lain akan segera
memperbaiki kesalahan tersebut. Jika memang membutuhkan waktu terlalu lama, dengan
terpaksa line harus dihentikan, untuk mencegah kesalahan berlanjut ke proses selanjutnya.
Sejalan dengan jidouka, metode lainnya adalah genba, atau melihat lebih dekat.
Implementasi dari metode ini adalah, semua pekerja dari semua level diharapkan untuk melihat
langsung ke sumber masalah dalam proses mitigasi. Contoh dalam proses penetapan anggaran
adalah, manajemen mendatangi langsung lini produksi maupun perakitan untuk melihat apa saja
hal-hal yang bisa dilakukan cost reduction. Mereka tidak hanya melihat data yang ada, namun
datang langsung ke tempat operasi, untuk mengetahui akar permasalahan. Selain itu dilakukan
13
meeting secara rutin di area produksi, untuk berbagi tentang permasalahan maupun saran untuk
hari itu. Hal ini sejalan dengan prinsip kaizen yang juga mendasari TPS.
Pada proses operasinya, juga ditekankan akan prinsip proses yang baik akan
menghasilkan output yang baik pula. Hal ini dapat terlihat dari adanya standardisasi pekerjaan
yang tertuang dalam setiap kegiatan. Banyak standardisasi, selain untuk optimalisasi pekerjaan,
juga merupakan langkah penanaman nilai perusahaan agar pekerja mengerti filosofi jangka
panjang yang diharapkan perusahaan, yang nantinya diharapkan untuk terbawa dalam proses
Selain standardisasi pekerjaan dan kaizen, ADM juga melakukan heijunka, yaitu proses
pemerataan pekerjaan agar tidak ada pekerjaan yang terlalu berat maupun malah idle. Heijunka
di ADM terdiri dari lima pola, yang masing-masing polanya digunakan untuk masing-masing
produk. Pola A, B, C, D, dan E dibagi berdasarkan pola perbandingan atau komposisi dari unit
yang diproduksi, contohnya pola A untuk lini produk Xenia Avanza, pola B untuk Terios
Rush, maupun pola C untuk produk tunggal seperti Innova. Pola produksi A memiliki
ADM yang telah menerapkan TPS, pastinya juga menerapkan JIT pada sistem
produksinya. Implementasi dari proses JIT di PT ADM memiliki tiga prinsip yang berjalan
dengan sempurna, yaitu proses yang mengalir, adanya takt time (memproduksi sesuai yang
diminta konsumen pada saat itu), serta pull system. Jika salah satu dari ketiga prinsip itu tidak
Material 2a
14
Penerapan proses yang mengalir di ADM diwujudkan dengan pembuatan satu unit
produk pada setiap conveyor (papan roda berjalan) secara berkelanjutan dan terus menerus. Saat
kanban dilempar (pesanan terjadi), maka terjadi rangkaian produksi yang dimulai dari
kedatangan material dari suppliers ke pabrik, untuk kemudian dirakit di bagian assembling.
Takt time atau waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu buah part di ADM
menggunakan satuan detik. Melalui penghitungan takt time, kita dapat mengetahui berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk untuk memenuhi permintaan
(over time). Penghitungan tersebut masih menganggap efisiensi kerja yang dilakukan masih 100
persen, padahal pada penerapannya di lapangan efisiensi kerja kurang dari 100 persen karena
pekerja melakukan pekerjaan melebihi jam kerjanya. Di ADM target efisiensi yang ditetapkan
Actual Takt Time = { (Waktu Produksi yang Tersedia + OT) : Permintaan Pelanggan } x efisiensi
Proses mitigasi limbah downtime di ADM sendiri menggunakan banyak cara. Selain
dengan pelatihan yang berkelanjutan, untuk mengatasi defect, ADM membuat sebuah investasi
pada sistem baru yang dinamakan Quality Information System. Inti dari sistem ini adalah
penyampaian informasi cacat produk kepada setiap pekerja secara cepat, agar dapat langsung
ditangani. Sistem ini terintegrasi dengan andon, dimana secara otomatis akan dilakukan jidouka
jika diterima informasi cacat produk dari setiap kali pengecekan di masing-masing proses. Selain
itu, proses pengecekan kualitas ditekankan mulai dari supplier, sehingga kesalahan eksternal juga
Untuk mengatasi over production dan inventory, ADM menggunakan pendekatan pasar
guna menekan limbah. Hal ini terbukti efektif, dengan perbedaan produksi yang tidak terlalu
jauh dengan penjualan produk di pasar. Yang perlu dikhawatirkan dari sistem ini adalah ketika
terjadi perubahan kebutuhan pasar, yang akan berdampak sangat besar pada proses lain, karena
15
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 6. Data Produksi dan Penjualan Domestik ADM 2010-2016, sumber ADM 2017
Menjalin komunikasi antara atasan dengan bawahan, dan bawahan ke atasan, merupakan
komunikasi tersebut dengan cara mendatangi langsung para karyawan yang terwakilkan dalam
serikat karyawan, dan tertuang dalam sebuah forum komunikasi antar karyawan dan atasan yang
dilakukan secara berkala. Selain itu, penanaman nilai-nilai perusahaan juga menjadi kunci utama
Gambar 7. Lembar Kaizen pada salah satu site ADM, sumber PT. ADM 2014
16
Dalam pertemuan-pertemuan semacam ini, pihak top management, melakukan genba
untuk mengunjungi langsung para pekerjanya. Apa yang dilakukan oleh manajemen merupakan
wujud kepedulian kepada pekerja, agar keinginan customer dapat terpenuhi. Informasi tentang
kebutuhan customer ini biasanya diperbaharui setiap hari pada lembar kaizen, yang
diinformasikan setiap awal hari sebelum bekerja. Gunanya adalah agar pada hari itu, setiap
Selain membenahi sektor internal, penerapan lean operation pada ADM juga dilakukan
ke pihak eksternal, termasuk supplier. Penggunaan JIT diinformasikan dan dijalankan oleh
hampir semua supplier ADM. Hal ini diharapkan agar adanya supply chain yang lancar dari hulu
ke hilir. Salah satu contoh penerapannya adalah pabrik mesin, perkitan, maupun mayoritas
supplier lainnya yang berada dalam satu area industri, dengan radius dibawah 10km. Lokasi
seperti ini tentunya akan menekan biaya besar, kemudahan informasi, dan terjaganya supply
chain dari masalah-masalah yang sering muncul seperti barang rusak, dsb.
17
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Just In Time (JIT) adalah cara berproduksi dengan hanya memproduksi jenis-jenis barang
yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat yang dibutuhkan oleh konsumen.
2. Toyota Production System (TPS) adalah system produksi yang bertujuan menekan biaya
3. Lean Operation adalah pemahaman mendalam tentang apa yang dibutuhkan konsumen, agar
produk yang dihasilkan dapat terjaga kualitasnya tanpa mengeluarkan biaya yang tidak
diperlukan.
4. JIT pada ADM berpegang pada prinsip proses mengalir, takt time yang aktual, dan pull
system yang ideal. Ketiga hal tersebut dinilai dapat menurunkan kebutuhan persediaan
karena kesalahan proses, serta dapat mengatasi keterbatasan area lini produksi yang ada.
5. TPS pada ADM memegang prinsip prinsip JIT dan Jidouka dengan berdasar pada Heijunka,
standardized work, dan Kaizen. Sistem ini dinilai dapat memenuhi keinginan customer, serta
dapat mengatasi masalah manajemen sumber daya manusia karena fluktuasi permintaan.
6. Lean Operation pada ADM dilakukan dengan komunikasi rutin setiap hari, agar satu
kesatuan proses dalam perusahaan selalu berjalan dengan efektif dan harmonis.
7. Penerapan TPS, JIT, dan Lean Operation di PT ADM sudah berjalan baik dan efektif guna
mewujudkan system operasi yang efisien dengan tingkat pemborosan yang minimum.
18
DAFTAR PUSTAKA
Heizer, Jay and Barry Render. 2004. Operations Management, Prentice Hall, New Jersey.
Liker, J (2004). The Toyota Way: 14 Management Principles from the World's Greatest
Manufacturer. McGraw-Hill
Productivity Press
asean-autofed.com
daihatsu.co.id
en.wikipedia.org
gaikindo.or.id
mdpi.com
19