Disusun Oleh :
GilangMaulana - 1405645430
Statement of Authorship
1
Judul Makalah
Time, Toyota Production System, dan Lean Operation pada PT. ASTRA
DAIHATSU MOTOR
Tanggal
: 09 Oktober 2014
Dosen
: Rosiwarna Anwar
Nama
: GilangMaulana
NPM
: 1405645430
Tandatangan
KATA PENGANTAR
2
Bismillaahirrahmaanirrahiim, dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan isi maupun bentuknya yang sederhana .Makalah ini merupakan salah satu syarat bagi
penulis untuk mendapatkan kredi tnilai pada mata kuliah Pengantar Manajemen Operasi yang dibina oleh
bapak Rosiwarna Anwar.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Rosiwarna Anwar khususnya, yang telah memberikan
materi ajar yang menunjang pengetahuan penulis dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa penulis juga
berterima kasih kepada saudara Fakhri Rizal Santosa yang telah menjadi narasumber untuk proses
pengumpulan informasi pada makalah ini.
Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak. Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun demi tercapainya
penulisan makalahyang baik, baik untuk saat ini maupun karya penulis di masa yang akan datang.
Penulis
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Statement Of Authorship
ii
Kata Pengantar
iii
Abstrak
iv
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1
1. 2
1. 3
BAB II
1
2
3
PEMBAHASAN
2.
2.
2.
2.
2.
2.
2.
BAB III
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
DOWNTIME dan 5S
Toyota Production System
Lean Operations
Implementasi TPS pada PT ADM
Implementasi JIT apda PT ADM
Implementasi Lean Operations pada PT ADM
4
5
8
9
9
11
13
KESIMPULAN
3. 1
Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Persaingan yang ketat dalam dunia usaha, terutama sektor industri otomotif, membuat PT
ADM sebagai salah satu agen tunggal pemegang merek (ATPM) besar di Indonesia terus
mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya terutama pada sistem produksi yang mereka
pakai. Hal tersebut menjadi sangat penting, karena permintaan pasar akan produk berkualitas
dengan harga yang kompetitif menjadikan para pesaing dari PT ADM melakukan berbagai carau
ntuk melakukan penghematan yang dibarengi dengan peningkatan kualitas secara simultan.
Peningkatan kualitas dan produktivitas, penghematan di semua lini, serta perbaikan yang
terus-menerus, bisa didapatkan salah satunya dengan menerapkan startegi sistem operasi yang
berkaitan dengan inventory. Dalam strategi tersebut mencakup JIT, TPS, maupun Lean
Operation, yang sudah terbukti bisa meningkatkan kualitas dan melakukan penghematan secara
harmonis.
1400
1166
1200
1066
1000
765
703
800
894
838
879
834
Production
601604
600
400
1225
1187
Sales
465484
412433
296319
200
0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Gambar 1.Penjualan dan Produksi mobil di Indonesia 2006 Aug 2014 (dalam ribuan), sumber Gaikindo
Dari
jumlah yang tidak jauh berbeda dariapa yang diminta pasar. Ini merupakan prinsip dasar dari JIT, yaitu
memproduksi jenis-jenis barang sejumlah yang diminta dan pada waktu tertentu oleh para konsumen.
Dalam prinsip tersebut ada tiga faktor yang mendasari JIT yaitu varians dari jenis barang, jumlah yang
tepat dan tidak mengalami kekurangan maupun kelebihan, serta dimensi waktu yang presisi dengan
permintaan pasar.
PT ADM sebagai pemain besar juga menerapkan JIT yang kemudian lebih luas menjadi Lean
Operation pada sistem operasinya. Bentuk yang terbaru dari JIT itu sendiri adalah TPS yang juga
diaplikasikan di PT ADM. Mereka melakukan itu semua untuk memenuhi visi mereka, yaitu menjadi
basis produksi global utama untuk Grup Daihatsu/Toyota yang sama dengan standar kualitas pabrik
Jepang. Hal tersebut sudah bisa dilihat dari pencapaian Daihatsu dengan produksi 480.000 unit per tahun,
merupakan yang terbesar di Indonesia.
Dengan visi global tentunya Daihatsu tidak hanya menjadikan standar lokal sebagai standar kerja
mereka. Hal ini yang menyebabkan permintaan akan jumlah maupun variansi baik dari dalam maupun
luar negeri harus bisa diakomodir dengan baik. Oleh sebab itu, PT ADM menerapkan sistem baru yang
dinamakan Junbiki yang merupakan penerapan strategi persediaan zero inventory yang dimaksudkan
utnuk mencegah adanya pemborosan di berbagai lini.
Junbiki adalah sebuah komponen pada rangkaian produksi, atau biasa disebut heijunka pattern,
dimana perintah produksi dilakukan dengan sistem order dari proses selanjutnya untuk kemudian
diaplikasikan pada line produksi. Hal tersebut sangatlah membantu pencapaian tujuan maupun prinsip
dari JIT, TPS, maupun lean operation.
Alat untuk melakukan JIT secara maksimal pada PT ADM salah satunya adalah kartu kanban.
Kanban merupakan kartu perintah yang berisi data maupun identitas barang serta instruksinya yang
kemudian akan diaplikasikan pada line produksi. Fungsi dari kartu kanban itu sendiri adalah untuk
mengontrol persediaan.
Gambar 2.Contoh kartu Kanban dari salah satu suppliers PT ADM(Astra Otoparts divisi Wiring
Harness, 2014)
2
1. 2 Rumusan Masalah
Walauppun sistem yang sudah digunakan di PT ADM tergolong sudah baik, tetapi untuk
menggunakan JIT secara murni masih ada beberapa kendala, seperti:
1. Terbatasnya area produksi di line produksi.
2. Kebutuhan man power yang meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
pasar.
3. Kebutuhan material handling untuk menangani permasalahn yang timbul akibat
kesalahan baik dari suppliers maupun internal
4. Penggunaan kartu kanban, transportasi yang buruk, dan permasalahn lainnya yang
muncul dari suppliers, seiring bertambahnya jumlah suppliers yang signifikan dari
tahun sebelumnya.
Dari beberapa permasalahan diatas, penulis ingin membahas tentang dua bahasan utama:
1. Apa yang dimaksud dengan JIT, TPS, dan Lean Production ?
2. Bagaimanakah penerapannya dalam proses produksi di PT ADM ?
1. 3 Tujuan Penulisan
Makalah ini memiliki dua tujuan utama:
1. Menjelaskan apa yang dimaksud sebagai salah satu strategi sistem operasi terkait
inventory, yang didalamnya ada Just In Time (JIT), Toyota Production System (TPS),
dan Lean Operation.
2. Menunujukan penerapannya pada PT Astra Daihatsu Motor.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 JIT, TPS, dan Lean Operation
Prinsip dari JIT adalah untuk memproduksi jenis barang sejumlah yang diminta dan pada saat
yang dibutuhkan oleh konsumen. Untuk itu perlu adanya penghilangan pemborosan, karena pemborosan
tidak akan memberi nilai tambah. JIT bertujuan untuk meningkatkan return on investment (ROI)
perusahaan dengan mengurangi persediaan dalam proses yang berhubungan dengan pengurangan biaya.
Diperkenalkan oleh Taiichi Ohno pada 1950an, JIT mampu meningkatkan produktivitas dengan cara
meghilangkan limbah yang tidak diperlukan atau tidak mempunyai nilai tambah.
Kanban merupakan elemen penting dari pelaksanaan JIT di line produksi. Kanban tidak selalu
berbentuk kartu, bisa saja itu berbentuk gambaran visual tentang apa saja yang kurang dari komponen
maupun proses yang seharusnya ada. Cara tersebut sangatlah efektif untuk memberikan pemahaman yang
cepat tanpa harus memiliki pendalaman yang kuat tentang proses maupun komponen yang akan
diproduksi.
Budaya perusahaan besar biasanya akan berpacuan pada prinsip kaizen, yaitu perbaikan, dimana
hari ini haruslah lebih baik dari hari sebelumnya dan seterusnya. Berdasar prinsip kaizen, produk terbaru
penyempurnaan dari JIT adalah Toyota Production System (TPS). Dalam TPS pemahaman dari para
pekerja lebih dimaksimalkan dari segi potensinya, dengan tetap menghormati pekerja. Baik dalam JIT
maupun TPS sama-sama berusaha menghilangkan persediaan dalam proses yang menjadi beban besar
dari biaya dalam sistem produksi konvensional.
JIT dan TPS merupakan alat internal untuk melakukan strategi operasi manajemen dalam rangkan
cost reduction. Dalam hubungannya dengan konsumen secara eksternal, dikenal strategi lain yang disebut
dengan lean operation. Jika JIT menekankan pada penyelesaian masalah di produksi dan TPS lebih
berorientasi pada pemaksimalan potensi pekerja secara berperikemanusiaan dalam proses perakitan, lean
operation lebih menekankan pada pemahaman terhadap konsumen. Jenis barang apa yang mereka minta
dengan kualitasnya, berapa jumlah yang cukup, tidak kurang dan tidak lebih, dari permintaan pasar, serta
kapan waktu yang tepat untuk mengantarkan produk tersebut kepada konsumen, untuk mencegah adanya
penumpukan hasil produksi.
2. 2 DOWNTIME dan 5S
Persediaan dalam proses merupakan musuh besar dari JIT, dan TPS, sedangkan persediaan
produk yang berlebih adalah yang dihindari dalam lean operation. Baik persediaan dalam proses maupun
produk yang berlebih tidak akan menambah nilai guna yang didapatkan dari konsumen. Dalam proses
manufaktur dikenal delapan limbah yangharus dihindari, yang sering disingkat dengan downtime (Defect,
Over production, Waste, Not utilize, Transportation, inventory, Motion, Extra process).
1.
Memproduksi produk yang tidak baik (not good) merupakan prmborosan yang sangat
besar. Diperlukan adanya biaya, waktu, dan man poweri\ untuk melakukan proses sorting. Jika
sudah ditemukan cacat produk, maka quality assurance akan menentukan apakah produk
tersebut bisa untuk diperbaiki (repair) atau menjadi limbah karena masuk kriteria NG (not good).
Proses ini tentunya akan menghambat laju dari proses di line produksi yang merupakan
kerugian besar. Seringkali defect terjadi karena kesalahan pemahaman akan kanban maupun
drawing yang sudah disediakan untuk mempermudah proses. Kesalahan ini biasanya merupakan
human error yang diakibatkan kurangnya fokus pekerja dala membaca visual grafis tersebut.
Daripada melakukan sorting pada cacat produk, lebih baik untuk menghindari cacat produk
terjadi. Ini bisa dilakukan dengan melakukan training maupun pendidikan yang baik kepada para
pekerja dan juga pendelegasian tugas maupun tanggung jawab yang jelas, serta mengeluarkan
potensi maksimal dari pekerja. Hal-hal tersebut bisa dicapai dengan menerapkan TPS.
2.
mengakibatkan adanya produksi berlebih yang juga merupakan limbah. Kurangnya pemahaman akan
kemauan konsumen-pun bisa menjadi faktor adanya produksi yang berlebih. Yang paling sering terjadi
dari kedua faktor tersebut adalah penjadwalan maupun forecasting yang tidak tepat. Meskipun hal ini
jarang terjadi, tetapi tetap menjadi perhatian utama perusahaan dalam operasinya.
Untuk menangani hal tersebut, diperlukan adanya pemahaman yang baik terhadap konsumen
yang bisa dicapai dengan menjalin hubungan yang baik dengan konsumen, menyiapkan data yang akurat,
serta riset yang mendalam terhadap permintaan konsumen dari waktu ke waktu.
3.
Waiting (menunggu)
Menunggu akibat proses yang terlalu lama adalah implikasi dari kegiatan yang kadang
menumpuk di suatu proses, tetapi menganggur di proses lain. Ada dua hal yang menyebabkan waiting
terjadi, yaitu kurangnya optimalisasi pekerja pada jobdesk-nya dan tidak adanya koordinasi antar proses
dalam heijunka pattern.
Hal ini bisa dikurangi dengan menghilangkan bottle neck atau menumpuknya pekerjaan dalam
suatu proses yang tidak diimbangi dengan pekerjaan pada proses lainnya. Proses penataan layout,
penetapan standar kerja yang baik, maupun optimalisasi kemampuan pekerja bisa dilakukan untuk
mencegah adanya proses menunggu tersebut.
4.
tidak menambah nilai guna. Dalam prakteknya, beberapa pekerja dalam suatu proses bisa melakukan
pekerjaan secara lebih cepat dari pekerja lainnya dalam proses yang lain. Selain potensi pekerja, potensi
mesin pun bisa dimaksimalkan jika mesin tersebut memang bisa melakukan proses lebih dari apa yang
sudah dilakukan. Jika memang mesin tersebut masih belum bisa untuk menambah nilai gunanya,
penambahan fungsi pada mesin dengan melakukan upgrade pun bisa dilakukan untuk mengejar potensi
pekerja yang akan dimaksimalkan.
5.
pada proses selanjutnya, memunculkan biaya transportasi dan waktu yang terbuang. Dalam JIT dan TPS
yang mendasarkan pada zero inventory, tentunya hal ini bisa diminimalisir. Tetapi seringkali zero
inventory belum bisa dilakukan secara maksimal mengingat kebutuhan akan persediaan jaga-jaga jika
terjadi kesalahan dalam proses.
Contoh yang paling sering terjadi adalah produk yang cacat dan lolos dari proses sorting masuk
ke line produksi, ataupun produk yang bukan sesuai dengan yang diminta di kanban. Hal ini bisa dicegah
dengan membuat layout yang efektif dan efisien di line produksi yang menganut sistem heijunka pattern.
6.
Inventory (persediaan bahan baku, barang dalam proses, maupun barang jadi)
Persediaan yang berlebih akan menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi serta rawan cacat
produk karena waktu. Ini seringkali terjadi karena penjadwalan yang kurang baik, forecasting yang
meleset dari perkiraan, maupun memang kesengajaan pekerja produksi untuk menyimpan produk yang
nantinya akan digunakan jika adakesalahan-kesalahan dalam proses yang mungkin terjadi. Kesalahan
suppliers maupun komunikasi yang kurang baik dengan konsumen juga bisa menjadi faktor pemicu
menumpuknya persediaan ini.
Untuk menghindari hal tersebut, tentunya harus dilakukan baik secara internal, maupun eksternal.
Meminimalkan kesalahan yang ada dalam proses produksi, memberikan pemahaman yang baik
kepada suppliers tentang apa yang perusahaan inginkan, maupun menjalin hubungan baik dengan
konsumen adalah hal yang bisa diterapkan untuk mengurangi persediaan.
7.
Gerakan yang tidak perlu ketika melakukan proses produksi maupun perakitan di line adalah
pemborosan terhadap tenaga, waktu, maupun efisiensi. Penentuan dtandar kerja harus meliputi tidak
hanya bagaimana membuat, tetapi juga bagaimana proses dalam pembuatannya. Visual maupun perintah
yang jelas tentang bagaimana pekerja harus bertindak dan bergrerak, akan mengurangi adanya
pemborosan yang diakibatkan karena gerakan yang tidak perlu.
8.
karena kurangnya pemahaman dari pekerja akan proses apa saja yang harus dan tidak perlu dilakukan,
apa saja prose sebelumnya dan selanjutnya dari proses yang dia kerjakan, maupun kurangnya komunikasi
antar proses. Hal tersebut bisa dihilangkan memberikan pemahaman yang jelas kepada pekerja tentang
proses produksi maupun perakitan secara keseluruhan, dan memastikan mereka memahami dengan benar
dan tidak menambahkan maupun mengurangi proses yang ada.
5S adalah metode untuk melakukan pemeliharaan wilayah kerja yang ditujukan untuk memelihara
ketertiban, efisiensi, dan disiplin kerja yang diharapkan akan meningkatkan kinerja perusahaan secara
menyeluruh. Pelaksanaanya masih satu jiwa dengan prinsip kaizen dan merupakan elemen yang biasanya
tidak bisa terpisahkan. Elemen dalam 5S dan pengertiannya adalah:
1.
Seiri (pemilahan)
Memilah barang yang berguna dan tidak berguna. Barang-barang yang sudah tidak berguna
Setelah dipilah, barang yang masih berguna diberi label yang memuat identitas, masa
manfaat, maupun urutannya agar lebih mudah untuk dikenali dan bisa digunakan secara cepat
tanpa memerlukan proses mencari yang terlalu lama.
3.
Seiso (pembersihan)
Barang yang sudah disusun harus dijaga kebersihannya, sehingga pada saat akan digunakan bisa
langsung dipakai. Contohnya barang hasil sortir yang amsih bisa diperbaiki haruslah dijaga dari debu agar
nantinya tidak menambah pekerjaan maupun membuat sulit proses selanjutnya.
4.
Seiketsu (penjagaan kondisi)
Penjagaan baik produk maupun lingkungan kerja yang sudah dibersihkan menjadi standar
kerja yang diterapkan. Prose yang telah dicapai dari seiri, seiton dan seiso haruslah dijaga dan
distandarisasi. Semua pekerja haruslah bisa memahami standar tersebut, dan dilakukan inspeksi
yang berkelanjutan.
5.
Shitsuke (penyadaran diri)
Penerapan standar yang telah dibuat haruslah menjadi kebutuhan para pekerja. Penanaman nilai
dari standar yang ada haruslah disampaikan kepada semua pekerja, dipahami, diamalkan, dan dijadikan
pedoman secara berkelanjutan.
6.
2. 4 Lean Operations
Lean operation lebih berorientasi kepada pemahaman akan konsumen, yang
diaplikasikan pada setipa proses operasinya. Komponen yang ada didalamnya adalah:
8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
suppliers.
Mendorong suppliers untuk selalu menjaga mutu.
Mengurangi muda (limbah yang tidak menambah nilai guna).
Peningkatan tanggung jawab kerja.
Memaksimalkan pemahaman tugas kepada pegawai dengan melakukan training yang
baik.
10
dengan Grand Max Luxio. Pola produksi A memiliki perbandingan 20 : 10, sedangkan pola
produksi B memiliki perbandingan 19 : 11.
11
2.7
kiat harmonisnya hubungan antar karyawan, baik level staff hingga managerial. PT Astra
Daihatsu Motor (ADM)
mendatangi langsung para karyawan yang terwakilkan dalam Serikat Karyawan ADM, dan
tertuang dalam sebuah forum komunikasi antar karyawan dan atasan yang dilakukan secara
berkala.
Dalam pertemuan-pertemuan semacam ini, bisa diibaratkan bapak Sudirman MR selaku
Presiden Direktur ADM, turun gunung untuk mengunjungi langsung para karyawan dan stafnya.
Apa yang dilakukan oleh Sudirman MR bersama seluruh division head dan management,
merupakan wujud kepedulian kepada karyawan, untuk dapat menelaah problem yang terjadi.
Forum komunikasi yang diadakan tiga bulan sekali ini, menjadi sebuah mediasi
harmonisasi antar karyawan, yang semata dilakukan untuk memicu kinerja karyawan agar tetap
prima dan konsisten dengan ethos kerja yang handal. Tentunya wujud kepedulian ini, hendaknya
menjadi tanggung jawab bersama. Begitu halnya ketika Daihatsu memberlakukan para
konsumen dengan pelayanan terbaiknya.
Jadi keberhasilan Daihatsu menjadi yang terbaik di kelas pasar mobil kompak Indonesia,
tidak terlepas dari kiat dan usaha yang telah dilakukan oleh Top Management ADM untuk turun
langsung ke bawah, demi meminimalkan resiko kerja, yang nantinya bisa berhubungan dengan
tingkat kepuasan pelanggannya.
12
13
BAB III
KESIMPULAN
3. 1 Kesimpulan
1.
Toyota Production System (TPS) adalah system produksi yang berusaha untuk menekan biaya
produksi dari semua jenis pemborosan sehingga efisiensi dan produktivitas dari perusahaan terus
meningkat, dengan memperhatikan optimalisasi potensi karyawan dan terus menghormati karyawan.
2.
Just In Time (JIT) atau system produksi tepat waktu adalah cara berproduksi dengan hanya
memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat yang dibutuhkan
oleh konsumen.
3.
Lean Operation adalah pemahaman mendalam tenatng apa yang dibutuhkan konsumen, dan
berusaha menyediakannya dengan tetap menjaga kualitas tetapi mengurangi biaya dan memotong semua
pemborosan.
4.
Penerapan TPS, JIT, dan Lean Operation di PT ADM sudah berjalan baik dan efektif guna
mewujudkan system operasi yang efisien dengan tingkat pemborosan yang minimum.
5.
TPS pada PT ADM memegang prinsip prinsip JIT dan Jidouka dengan berdasar pada Heijunka,
JIT pada PT ADM berpegang pada prinsip proses mengalir, takt time, dan system tarik yang
cukup ideal.
7.
Lean Operation pada PT ADM lebih menekankan pada pendekatan internal pegawai, antara
atasan ke bawahan dan bawahan ke atasan, agar kemauan konsumen yang dimengerti oleh atasan bisa
dipahami oleh semua bawahan, begitu juga sebaliknya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Heizer, Jay and Barry Render. 2004. Operations Management, Prentice Hall,
New Jersey.
Liker, J (2004). The Toyota Way: 14 Management Principles from the World's
Greatest Manufacturer. McGraw-Hill. ISBN 0071392319.
http://en.wikipedia.org/wiki/Just_in_time_%28business%29
http://en.wikipedia.org/wiki/Andon_%28manufacturing%29
http://www.gaikindo.or.id/download/statistic/01-current/01-bycategory/data_2014/bycat_market_janaug14.pdf
http://www.gaikindo.or.id/download/statistic/01-current/01-bycategory/data_2014/bycat_prod_janaug14.pdf
www.asean-autofed.com/statistics.html
http://www.mdpi.com/2076-3387/4/3/173/htm
http://daihatsu.co.id/