Anda di halaman 1dari 110

ANALISIS CAPITAL BUDGETING UNTUK

MENILAI KELAYAKAN RENCANA


INVESTASI AKTIVA TETAP MESIN
PRODUKSI
(Studi Kasus pada PT. KASIN Malang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

SATRIO WIBOWO

0910320343

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN
MALANG
2014
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan pada dasarnya terbagi menjadi tiga jenis yaitu perusahaan

dagang, perusahaan jasa, dan perusaan manufaktur. Ketiga jenis perusahaan

tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba. Untuk mencapai

laba yang maksimal, perusahaan dapat meningkatkan penjualan dan

mengefisiensikan biaya semaksimal mungkin. Perusahaan dalam peningkatan

penjualannya harus mampu bersaing dengan kompetitor sejenis guna menjaga

kelangsungan hidup perusahaan. Upaya menghadapi persaingan dari kompetitor

dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain promosi, meningkatkan kualitas

produk, menawarkan harga yang bersaing serta memberikan pelayanan yang

prima kepada konsumen.

Perusahaan sebagai organisasi bisnis dituntut untuk dapat meningkatkan

kinerjanya dari waktu ke waktu. Untuk mencapai laba yang ditargetkan,

perusahaan harus dapat beroperasi dengan baik serta mengambil kebijakan-

kebijakan untuk meningkatkan produktivitas dan laba perusahaan. Salah satu cara

yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan

menyediakan fasilitas-fasilitas yang cukup memadai guna memenuhi permintaan

konsumen. Penyediaan fasilitas tersebut dapat berupa aktiva tetap seperti tanah,

bangunan, peralatan, mesin dan lainnya.

1
2

Keberadaan aktiva tetap dalam suatu perusahaan menjadi fasilitas yang

sangat penting. Apabila aktiva tetap kurang memadai atau masa produktivitasnya

menurun akan dapat mengakibatkan operasi perusahaan terhambat bahkan

terhenti. Dengan kata lain permintaan konsumen akan produk perusahaan tidak

bisa terpenuhi secara maksimal. Salah satu solusi untuk menjaga kemampuan

perusahaan dalam memproduksi produk adalah dengan mendayagunakan aktiva

tetap secara maksimal. Namun kapasitas aktiva yang dimiliki perusahaan

terkadang tidak mampu memenuhi permintaan yang ada, karena itulah dibutuhkan

investasi untuk dapat memenuhi permintaan yang ada.

Investasi menurut Tandelilin (2007:2) adalah komitmen atas sejumlah

dana dan sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan

memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang. Investasi aktiva tetap

merupakan penanaman modal dalam bentuk kekayaan yang digunakan dalam

kegiatan operasional yang umur produktivitasnya melebihi jangka waktu satu

tahun. Investasi aktiva tetap mempunyai dampak yang besar terhadap pengeluaran

perusahaan sehingga membutuhkan perhatian khusus. Jika ditinjau dari

penyediaan dana, pada umumnya investasi aktiva tetap membutuhkan dana yang

cukup besar. Begitu juga ditinjau dari segi pengembalian dana yang selalu

membutuhkan waktu yang cukup lama. Pengeluaran yang kurang cermat dalam

pengadaan aktiva tetap dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar

dikarenakan modal yang digunakan untuk mendapatkan aktiva membutuhkan

dana besar.
3

Perusahaan perlu untuk melakukan perencanaan yang matang dan

perhitungan yang teliti serta mengevaluasi rencana investasi yang akan dilakukan.

Kesalahan dalam memilih suatu rencana investasi dapat menyebabkan kerugian

maka harus dilakukan secara cermat dan hati – hati. Sebelum investasi

dilaksanakan perlu adanya analisis untuk menilai kelayakan rencana investasi.

Penilaian kelayakan rencana investasi dapat dijadikan tolok ukur bagi perusahaan

dalam menilai apakah perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari investasi

tersebut atau tidak. Selain itu penilaian terhadap kelayakan rencana investasi dapat

digunakan untuk mengetahui apakah pendapatan atau laba yang akan diperoleh

perusahaan mampu menutup investasi yang sudah ditanamkan.

Salah satu analisis yang dapat digunakan dalam menilai kelayakan rencana

investasi adalah capital budgeting. Menurut Syamsuddin (2009:412-413) Capital

budgeting merujuk pada keseluruhan proses pengumpulan, penyesuaian,

penyeleksian dan penentuan alternatif penanaman modal yang akan memberikan

penghasilan bagi perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun.

Penganggaran modal ini merupakan konsep investasi karena melibatkan

pengikatan dana dimasa sekarang dengan harapan memperoleh laba dimasa

mendatang. Penilaian terhadap layak atau tidaknya suatu keputusan investasi

dapat menggunakan metode average rate of return (ARR), payback periode (PP),

net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan profitability index.

PT Kasin merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

penyamakan kulit yang memproduksi kulit box dan kulit sol. Kulit box digunakan

sebagai bahan dasar pembuatan tas, sepatu, jaket dan dompet. Sedangkan kulit sol
4

digunakan dalam proses pembuatan bantalan sepatu dan sandal yang berbahan

dasar kulit. PT Kasin memasarkan produk ke berbagai wilayah meliputi pulau

Jawa, Sumatera, Bali, dan mulai mengembangkan pemasaran ke Kalimantan.

Wilayah pemasaran yang luas tersebut membuat permintaan akan produk kulit

semakin bertambah dari tahun ke tahun. Berikut ini disajikan data permintaan,

dan kapasitas maksimal mesin PT Kasin periode 2011 – 2013:

Tabel 1: Permintaan dan Kapasitas Maksimal Mesin

Kulit Box (feet) Kulit Sol (kg)


Tahun 2011 2012 2013 2011 2012 2013
Permintaan 190.285 202.718 207.291 44.991 47.670 50.994
Kapasitas 202.625 184.250 175.490 46.980 43.980 39.900
Maksimal Mesin
Sumber : PT Kasin, 2014

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa jumlah permintaan pada tahun

2011- 2013 mengalami peningkatan. Permintaan kulit pada tahun 2011 dapat

terpenuhi secara maksimal akan tetapi pada tahun 2012 dan 2013 perusahaan tidak

dapat memenuhi seluruh permintaan konsumen disebabkan menurunnya kapasitas

maksimal mesin pada tahun tersebut. Berdasarkan permintaan tahun 2011-2013

yang semakin meningkat tiap tahunnya dan semakin luas wilayah pemasaran

maka PT Kasin memprediksi pada tahun mendatang jumlah permintaan produk

kulit akan bertambah.

Peningkatan permintaan selama tiga tahun dan menurunnya kapasitas

maksimal mesin dalam memproduksi kulit yang dialami PT. Kasin membuat

perusahaan mencari solusi untuk meningkatkan kapasitas mesin di tahun

mendatang. Salah satu rencana yang dapat dilakukan perusahaan yaitu melakukan
5

perluasan usaha dengan menambah aktiva tetap berupa mesin produksi. PT. Kasin

berencana untuk membeli mesin antara lain mesin walls, mesin setting out, mesin

shaving, mesin toggle, mesin ironing, mesin stalking, mesin measuring, mesin

split dan mesin molen. Mesin yang direncanakan untuk dibeli PT. Kasin memiliki

kapasitas produksi hingga 120.000 feet kulit box dan 45.000 kg kulit sol. Mesin

tersebut menghabiskan biaya sebesar Rp.1.060.000.000. PT Kasin memiliki kas di

akhir tahun 2013 sebesar Rp.551.256.063 dan berencana melakukan pembayaran

dengan dua sumber dana yaitu utang bank dan modal sendiri dengan perbandingan

85% dana berasal dari utang bank dan 15% dari modal sendiri. Dengan

penambahan aktiva tetap berupa mesin, akan menambah kapasitas mesin sehingga

produksi kulit dapat ditingkatkan. Untuk mengurangi resiko kerugian dalam

pengambilan keputusan rencana investasi tersebut perlu dilakukan analisis

perhitungan yang cermat dan matang dengan teknik capital budgeting.

Berdasarkan penjelasan latar belakang dan rencana PT. Kasin untuk

berinvestasi aktiva tetap untuk menambah kapasitas mesin produksi maka peneliti

berkeinginan untuk melakukan penelitian berjudul “Analisis Capital Budgeting

Untuk Menilai Kelayakan Rencana Investasi Aktiva Tetap Mesin Produksi”

(Studi Kasus pada PT Kasin Malang).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah

1. Bagaimana penggunaan teknik capital budgeting untuk menilai

kelayakan rencana investasi aktiva tetap mesin produksi di PT. Kasin?


6

2. Bagaimana penilaian kelayakan rencana investasi aktiva tetap mesin

produksi di PT Kasin berdasarkan analisis capital budgeting?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini sehubungan dengan permasalahan di atas yaitu

1. Mengetahui penggunaan teknik capital budgeting untuk menilai

kelayakan rencana investasi aktiva tetap mesin produksi di PT. Kasin.

2. Mengetahui penilaian kelayakan rencana investasi aktiva tetap mesin

produksi di PT Kasin berdasarkan analisis capital budgeting.

D. Kontribusi Penelitian

Sebagaimana yang diharapkan, maka penelitian ini dibuat agar dapat

memberikan kontribusi baik akademis maupun praktis yaitu:

1. Kontribusi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan, serta dapat digunakan sebagai bahan informasi

bagi penelitan serupa dimasa mendatang.

2. Kontribusi Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan

sebagai bahan pertimbangan atas rencana investasi yang akan diambil oleh

perusahaan.
7

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan gambaran secara keseluruhan dari

bagian-bagian yang terkandung dalam penelitian yang diuraikan secara singkat

dan jelas. Secara garis besar sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan kontribusi penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan dan berhubungan

dengan permasalahan yang dirumuskan dan digunakan sebagai

acuan untuk memecahkan masalah.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, sumber data, lokasi

penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data

yang akan digunakan.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan penyajian data perusahaan berikut analisis dan

interpretasi data. Penyajian data meliputi gambaran umum

perusahaan dan data-data yang berhubungan dengan masalah

penelitian sedangkan analisis data dilakukan untuk mengetahui

kelayakan rencana investasi melalui perhitungan peramalan dan

perhitungan capital budgeting dengan metode average rate of


8

return (ARR), payback periode (PP), net present value (NPV),

internal rate of return (IRR), dan profitability index.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil

pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, serta berisi tentang

saran-saran yang dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

perbaikan bagi perusahaan.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Investasi

1. Pengertian Investasi

Menurut Kuswadi (2007:6), investasi adalah suatu keputusan yang

diambil oleh seseorang untuk mengalokasikan sumber daya yang berupa

sejumlah dana yang ia miliki saat sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan

keuntungan atau meningkatkan nilai sumber daya tersebut dikemudian hari.

Menurut Halim (2005:4), investasi dapat diartikan sebagai penempatan

sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan

dimasa mendatang. Investasi menurut Haming dan Basalamah (2010:5) juga

diartikan sebagai keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang ini untuk

membeli aktiva riil atau aktiva keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan

penghasilan yang lebih besar dimasa mendatang. Menurut penjelasan

tersebut, investasi dapat didefinisikan sebagai bentuk pengelolaan dana guna

memberikan keuntungan dengan cara menempatkan modal pada alokasi yang

diperkirakan akan memberikan keuntungan dimasa mendatang.

2. Bentuk Investasi

Investasi dapat dibagi menjadi dua menurut Moeljadi (2006:121)

berdasarkan ruang lingkup usaha, yaitu :

a. Investasi pada aktiva nyata (real assets atau real investment) misalnya
untuk pendirian pabrik-pabrik, pendirian hotel, restoran, perkebunan dan
lain-lain.

9
10

b. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets atau financial


investment), seperti pembelian surat-surat berharga, baik berupa saham
maupun obligasi.

Usulan investasi biasanya dikelompokkan ke dalam empat golongan

menurut Warsono (2003:165-166) yaitu:

a. Investasi penggantian (replacement)


Usulan investasi penggantian dilakukan apabila suatu aktiva tetap sudah
habis umur ekonomisnya. Apabila suatu aktiva tetap sudah habis umur
ekonomisnya dan tetap digunakan justru akan menyebabkan pemborosan.
Tujuan dari usulan investasi penggantian ini adalah untuk
mempertahankan efisiensi atau bahkan meningkatkan efisiensi, sehingga
dapat diperoleh penghematan biaya operasionalnya.
b. Investasi perluasan (expansion)
Perluasan usaha dapat dilakukan dengan menambah kapasitas produksi
yang sudah ada dengan cara menambah mesin-mesin yang digunakan
atau dengan membuka cabang baru. Ciri utama perluasan usaha adalah
menambah kapasitas untuk lini produk yang sudah ada.
c. Investasi pertumbuhan (growth)
Usulan investasi ini dilakukan dengan cara membuka lini produk baru.
Misalnya: saat ini lini produk yang ada adalah lini produk rokok dan ada
rencana untuk membuka lini produk elektronik, maka usulan investasi ini
disebut dengan usulan investasi pertumbuhan.
d. Investasi lain-lain
Usulan investasi lain-lain adalah usulan investasi yang tidak termasuk
dalam ketiga golongan tersebut, seperti pengeluaran dana untuk
memenuhi standar kesehatan yang dituntut, misalnya investasi untuk
pemasangan alat pemanas, pendingin, pemasangan sistem musik yang
ditujukan untuk meningkatkan moral para karyawan. Usulan investasi
ini, dapat juga dilakukan karena adanya tuntutan dari pihak ekstern,
misalnya peraturan pemerintah yang berupa pembelian alat pengendali
polusi, dengan tujuan untuk mengurangi polusi yang diakibatkan oleh
operasi pabrik perusahaan.

Menurut Salvatore (2005:269) perusahaan secara umum

menggolongkan proyek investasi menjadi 5 kategori yaitu:

a. Penukaran
Investasi untuk menukar peralatan produksi yang telah lama dengan yang
baru
b. Penghematan biaya
Investasi untuk pembiayaan untuk program-program pelatihan yang
ditujukan untuk mengurangi biaya tenaga kerja dan pengeluaran untuk
11

memindahkan fasilitas produksi ke wilayah tempat dimana tenaga kerja


dan bahan baku lebih murah.
c. Ekspansi output pasar dan produk-produk tradisional
Investasi untuk memperluas fasilitas produksi sebagai respon terhadap
meningkatnya permintaan atas produk yang telah diproduksi sebelumnya.
d. Ekspansi pada produk atau pasar baru
Investasi untuk mengembangkan, memproduksi, dan menjual produk
baru.
e. Regulasi pemerintah
Investasi yang dikeluarkan untuk menyesuaikan dengan regulasi
pemerintah yang meliputi proyek investasi mengenai keselamatan dan
kesehatan, pengendalian polusi serta menaati kewajiban legal lainnya.

3. Tujuan Investasi

Tandelilin (2007:8-9) menyatakan bahwa terdapat tiga alasan yang

mendasari perusahaan dalam melakukan investasi yaitu:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang


Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang
b. Mengurangi tekanan inflasi
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek
lain seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai
kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas
perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-
bidang usaha tertentu.

4. Sumber Pembiayaan Investasi

Investasi merupakan kegiatan yang menggunakan modal atau dana

yang cukup besar, pemilihan sumber-sumber dana yang akan digunakan

untuk membiayai investasi perlu untuk dilakukan agar dapat memilih sumber

dana yang pada akhirnya dapat memberikan kombinasi dengan biaya yang
12

terendah. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000:174-177), sumber dana

yang dapat digunakan perusahaan dalam melakukan investasi yaitu:

a. Modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan. Apabila perusahaan


tidak berbentuk PT yang berniat go public, maka modal sendiri hanya
bisa diperoleh dari pemilik perusahaan.
b. Saham biasa atau saham preferen yang diperoleh dari emisi saham di
pasar modal. Perusahaan yang memutuskan untuk go public dapat
menghimpun dana masyarakat dengan jalan menerbitkan saham yang
nanti akan diperjualbelikan di bursa.
c. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal.
Obligasi yang diterbitkan bisa berbentuk:
1) Obligasi biasa
Obligasi ini menawarkan suku bunga yang tetap untuk jangka waktu
usia obligasi dan dicantumkan nilai pelunasannya.
2) Obligasi dengan suku bunga mengambang (floating rate)
Besarnya bunga yang dibayarkan akan tergantung pada tingkat
bunga yang berlaku. Suku bunga yang dipakai sebagai patokan
biasanya adalah suku bunga deposito dari beberapa bank ditambah
dengan prosentase tertentu.
3) Obligasi tanpa bunga (zero coupon bonds)
Meskipun resminya obligasi ini tidak membayarkan bunga, tetapi
pembeli obligasi tersebut tetap menerima penghasilan karena
obligasi tersebut dijual dengan discount.
4) Obligasi konversi (convertible bonds)
Merupakan jenis obligasi yang bisa diubah menjadi saham pada
waktu tertentu.
d. Kredit bank
Kredit bank bisa berbentuk kredit investasi maupun non investasi. Bank
merupakan sumber dana yang terbesar bagi dunia usaha.
e. Leasing (sewa guna) dari lembaga keuangan non-bank
Beberapa lembaga keuangan (bukan bank) menawarkan jasa untuk
menyediakan aktiva yang diperlukan perusahaan. Secara resmi lembaga
keuangan tersebutlah yang memiliki aktiva tersebut dan perusahaan
hanya menyewa.
f. Project finance
Project finance merupakan tipe pendanaan yang makin banyak
digunakan untuk membiayai proyek-proyek besar. Pada dasarnya project
finance merupakan bentuk kredit yang pembayarannya didasarkan pada
kemampuan proyek tersebut melunasi kewajiban finansialnya. Dengan
demikian, perusahaan yang mensponsori proyek tersebut tidak akan
diminta melunasi kewajiban financial dari proyek tersebut, apabila terjadi
gangguan cash flow dari proyek tersebut.
13

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003:139) berdasarkan sumber asalnya,

modal dapat diperoleh dari dua sumber yaitu:

a. Modal asing (pinjaman)


Modal asing atau pinjaman adalah modal yang diperoleh dari pihak luar
perusahaan dan diperoleh secara pinjaman. Penggunakan modal
pinjaman untuk membiayai suatu rencana usaha akan terkena beban
biaya bunga yang besarnya relatif, kemudian pinjaman tersebut harus
dikembalikan menurut jangka waktu yang telah disepakati. Sumber dana
modal asing dapat diperoleh antara lain:
1) Pinjaman dari dunia perbankan.
2) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan Modal Ventura,
Asuransi, Leasing, Dana Pensiun atau Lembaga keuangan lainnya;
atau
3) Pinjaman dari perusahaan non bank.
b. Modal sendiri
Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan
dengan cara mengeluarkan saham baik secara tertutup maupun terbuka.
Modal sendiri dapat berasal dari cadangan laba atau dari laba ditahan.
Dalam modal sendiri tidak ada pembayaran biaya bunga tetapi
pembayaran dividen.

B. Aktiva Tetap

1. Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap dalam suatu perusahaan menyerap bagian terbesar dari

modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Aktiva tetap sering disebut

sebagai the earning asset (aktiva yang sesungguhnya menghasilkan

pendapatan bagi perusahaan). Perusahaan tidak akan dapat memproduksi

barang jadi tanpa adanya mesin dan peralatan.

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap

pakai dan dengan dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi

perusahaan tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan dalam rangka kegiatan

normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
14

(PSAK 16.2 dalam Sundjaja, 2003:82). Menurut Harahap (2002:20), aktiva

tetap dapat diartikan sebagai aktiva yang menjadi milik perusahaan dan

dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan

jasa perusahaan. Berdasarkan pendapat tersebut, pada dasarnya aktiva tetap

adalah aktiva berwujud yang mempunyai umur lebih dari satu tahun dan

dapat dipergunakan secara berulang-ulang tidak dimaksudkan untuk dijual

tetapi digunakan dalam rangka kegiatan utama perusahaan.

2. Pengelompokan Aktiva Tetap

Jumingan (2011:208) menyatakan bahwa aktiva tetap dapat

diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu:

a. Aktiva Tetap Berwujud

a. Tanah dan pengembangan lokasi. Biaya ini termasuk seluruh biaya

yang menyangkut harga tanah, biaya pendaftaran, pembersihan, land

clearing, dan penyiapan tanah

2) Bangunan dan perlengkapan. Biaya ini meliputi bangunan untuk

pabrik dan bangunan untuk perkantoran serta bangunan pendukung

lainnya, gudang, pembangkit tenaga listrik, pos penjagaan, dan

sebagainya.

3) Pabrik dan mesin-mesin. Biaya pabrik dan mesin-mesin biasanya

merupakan komponen yang paling besar dari investasi. Biaya ini

meliputi pembangunan pabrik, mesin-mesin, biaya pemasangan,

biaya pengangkutan, suku cadang, dan biaya lain yang dikeluarkan

hingga pabrik siap beroperasi.


15

4) Aktiva tetap lain. Biaya ini menyangkut fasilitas dan sarana

pengangkutan dalam pabrik, materiil handling, perlengkapan kantor,

serta fasilitas penelitian dan pengembangan.

b. Aktiva tetap tidak berwujud

1) Aktiva tetap tidak berwujud. Misalnya paten, lisensi, untuk

penggunaan teknologi, engineering fees, copyright, goodwill dan

biaya lainnya

2) Biaya perencanaan. Biaya ini mencakup biaya perencanaan, biaya

studi kelayakan, biaya survey pasar, biaya detail engineering, biaya

umum, biaya selama masa konstruksi, dan biaya bunga masa

konstruksi.

C. Depresiasi

1. Pengertian Depresiasi

Aktiva tetap yang dipergunakan perusahaan akan mengurangi nilai

asset. Hal ini biasa disebut dengan depresiasi atau penyusutan. Depresiasi

adalah pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud. Baridwan

(2004:305) menyatakan bahwa depresiasi adalah sebagian dari harga

perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya

setiap periode akuntansi. Menurut Ibrahim (2003:42), dana penyusutan adalah

biaya yang dibebankan pada konsumen melalui perhitungan harga pokok

produksi. Dapat disimpulkan bahwa depresiasi adalah komponen biaya tetap

yang timbul karena pemakaian aktiva tetap yang dialokasikan menjadi biaya

pada setiap periode akutansi dan dibebankan terhadap konsumen.


16

2. Faktor-Faktor Penentu Biaya Depresiasi

Manullang (2005:91) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang

perlu dipertimbangkan dalam menentukan penyusutan (depresiasi) yaitu

a. Nilai Perolehan (Replacement cost)

Nilai perolehan adalah penjumlahan seluruh biaya-biaya yang

dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh aktiva tetap.

b. Taksiran nilai residu (Estimate Salvege Value)

Taksiran nilai residu merupakan taksiran harga penjualan dari aktiva

tetap setelah masa pemakaiannya selesai sesuai dengan metode

penyusutan yang telah ditetapkan.

c. Taksiran masa penggunaan (Estimate Useful Life)

Taksiran umur penggunaan adalah estimasi umur ekonomis dari aktiva

tetap. Masa pakai dapat ditentukan dalam bentuk jangka waktu, jam

kerja, dan unit produksi.

Jenis investasi yang perlu disusutkan terdiri dari mesin, bangunan atau

gedung dan peralatan lainnya yang memerlukan pengantian pada suatu masa

sebagai akibat dari pemakaian. Besar atau kecilnya biaya depresiasi

bergantung pada aset, umur ekonomis, serta metode depresiasi yang

digunakan.

3. Metode Perhitungan Depresiasi

Metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi

periodik, yaitu:
17

a. Metode garis lurus (straight line method)


Metode ini merupakan metode depresiasi yang paling sederhana dan
banyak digunakan. Dalam cara ini depresiasi tiap periode jumlahnya
sama. Rumus dari metode ini yaitu:

Sumber : Baridwan (2004:308)

Keterangan :
HP = Harga perolehan (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
N = Taksiran umur kegunaan
b. Metode jam jasa (productive hours method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa asset terutama mesin akan
lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya dibandingkan dengan
penggunaan yang tidak penuh. dalam cara ini beban depresiasi dihitung
dengan dasar satuan jam jasa. Adapun rumus metode jam jasa yaitu:

Depresiasi per jam =

Sumber: Baridwan (2004:310)

Keterangan :
HP = Harga perolehan (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
N = Taksiran jam jasa
c. Metode hasil produksi (productive output method)
Dalam metode ini umur kegunaan asset ditaksir dalam satuan hasil
produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi.
Dasar metode depresiasi ini yaitu asset digunakan untuk menghasilkan
produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang
dihasilkan. Rumus yang digunakan dalam metode ini yaitu:

Depresiasi =

Sumber: Baridwan (2004:311)


Keterangan :
HP = Harga Perolehan
NS = Nilai Sisa (residu)
N = Taksiran Hasil Produksi

d. Metode beban berkurang


Pada metode ini beban depresiasi tahun pertama akan lebih besar dari
pada beban depresiasi tahun-tahun berikutnya. Ada 2 cara untuk
menghitung depresiasi menggunakan metode beban berkurang, yaitu:
18

1) Metode jumlah angka tahun (sum of year’s digits method)


Metode depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian
pengurangan yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga
perolehan dikurangi residu.
2) Metode saldo menurun (declining balance method)
Dengan metode ini depresiasi periodik dihitung dengan cara
mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva dengan rumus:

Sumber: Baridwan (2004:313)


keterangan:
T = Tarif
n = Umur Ekonomis
HP = Harga Perolehan (cost)
NS = Nilai Sisa (residu)

D. Pengukuran dan Peramalan Permintaan

1. Pengertian Pengukuran dan Peramalan Permintaan

“Pengukuran permintaan menurut Husnan dan Suwarsono (2000:40)


adalah usaha untuk mengetahui permintaan atas suatu produk atau
sekelompok produk dimasa lalu dan masa sekarang dalam kendala satu set
kondisi tertentu. Sedangkan peramalan permintaan merupakan usaha untuk
mengetahui jumlah produk atau sekelompok produk dimasa yang akan datang
dalam kendala satu set kondisi tertentu”
Tujuan dari peramalan permintaan adalah untuk meminimalkan

ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang meskipun

hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Metode time

series lebih sering digunakan dalam pendekatan peramalan permintaan karena

model yang relatif mudah aplikasinya karena asumsi dasar yang melandasi

metode ini adalah bahwa penjualan dapat diramalkan dengan ketepatan

memadai lewat penelitian pola penjualan masa lalu, jadi data yang digunakan

adalah laporan masa lalu.


19

2 Metode-Metode Peramalan

Terdapat tiga teknik peramalan yang dapat digunakan menurut

Husnan dan Suwarsono (2000:49, 50 dan 52-53) yaitu:

a. Metode Trend Linear


Metode ini digunakan jika scatter diagram dari data masa lalu yang
tersedia cenderung merupakan garis lurus.
Fungsi persamaan dari metode ini adalah
= a + bX
Koefisien a dan b dapat diperoleh dengan:
a=Ʃ Y:n
b = Ʃ XY : Ʃ X2
jikaƩ X = 0
Sumber: Husnan dan Suwarsono (2000:49)
Keterangan:
Y = Variabel permintaan
n = Jumlah data
X = Variabel tahun
b. Metode Trend Kuadratik
Metode ini digunakan jika scatter diagram dari data masa lalu yang
tersedia cenderung berbentuk parabola.
Fungsi persamaan dari metode ini adalah
Y = a + bX + cX 2
Koefisien a, b, c diperoleh dengan:
a = ( Ʃ Y – cƩ X2) : n
b = Ʃ XY : Ʃ X2
c = { n Ʃ X2Y – (Ʃ X2) (Ʃ Y) } : {nƩ X4 – (Ʃ X2)2 }
Jika Ʃ X = 0
Sumber: Husnan dan Suwarsono (2000:50)
Keterangan:
Y = Variabel permintaan
n = Jumlah data
X = Variabel tahun
c Metode Trend Simple Exponential
Metode ini digunakan jika data yang tersedia cenderung naik turun
dengan perbedaan yang tidak terlalu banyak, tetapi secara keseluruhan
cenderung naik.
Fungsi persamaan dari metode ini adalah:
Y1 = abx
Yang dapat diubah dalam fungsi logaritma:
log Y1 = log a + (log b)X
20

Jika ƩX = 0, maka koefisien a dan b dapat dicari dengan:


log a = (Ʃ log Y) : n
log b = { Ʃ X (log Y) } : Ʃ X2
Sumber: Husnan dan Suwarsono (2000: 52-53)

E. Konsep dalam Penilaian Investasi

1. Biaya Modal

Setiap modal yang ditanamkan atau diinvestasikan akan mengeluarkan

biaya modal (cost of capital) tersendiri. Menurut Martono dan Harjito

(2008:201), biaya modal (cost of capital) adalah biaya riil yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari

hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai

suatu investasi atau operasi perusahaan. Menurut Brealey, Myers dan Marcus

(2008:47-48), biaya modal (cost of capital) adalah tingkat pengembalian

investasi modal minimum yang bisa diterima. Konsep biaya modal penting

dalam pembelanjaan perusahaan karena dapat dipakai untuk menentukan

besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk

memperoleh modal dari berbagai sumber.

Biaya modal dari masing-masing sumber dana tergantung pada jenis

sumber dana yang digunakan perusahaan. Sumber dana tersebut yaitu:

a. Biaya Hutang (Cost of Debt)

Biaya hutang merupakan biaya yang ditanggung perusahaan disebabkan

menggunakan sumber dana yang berasal dari pinjaman. Meskipun yang

sering dihitung biaya modal dari pinjaman adalah biaya hutang untuk

hutang jangka panjang, tetapi sebenarnya baik hutang jangka panjang


21

maupun hutang jangka pendek sama-sama mempunyai biaya modal.

Biaya modal dari penggunaan hutang (cost of debt) dapat dihitung

dengan cara:

kd*= kd( 1-t )


Sumber: Sudana (2011:136)

Keterangan:
kd* = Biaya utang setelah pajak
kd = Biaya utang sebelum pajak
t = Tingkat pajak pendapatan

b. Biaya Saham Preferen

Saham preferen adalah jenis saham yang memberikan penghasilan tetap,

berupa deviden saham preferen kepada para pemiliknya. Sifat dari saham

preferen memiliki kesamaan dengan hutang dan saham biasa. Sifatnya

sama dengan utang karena deviden saham preferen jumlahnya tetap serta

dinyatakan sebagai presentase tertentu dan sama dengan saham biasa

karena tidak memiliki jatuh tempo. Besarnya biaya modal saham

preferen dihitung dengan rumus sebagai berikut:

kp=

Sumber : Sudana (2011:137)

Keterangan:
kp = biaya modal saham preferen
D = deviden saham preferen
P = harga pasar saham preferen

c. Biaya Saham Biasa (Cost of Common Stock)

Biaya modal saham biasa bisa didefinisikan sebagai tingkat keuntungan

minimal yang harus diperoleh suatu investasi yang dibiayai dengan


22

modal saham biasa. Pendapatan saham biasa bersifat tidak pasti, oleh

karena itu dalam penentuan besar kecilnya biaya saham biasa digunakan

beberapa pendekatan yaitu

1) Pendekatan investasi bebas resiko ditambah premi resiko

Berdasarkan pendekatan ini premi resiko ditentukan berdasarkan

pertimbangan dari pihak manajemen yang mengambil keputusan,

dengan kata lain bersifat subyektif.

ke = Rf + premi resiko

Sumber : Sudana (2011:134)

Keterangan:

Rf = Pendapatan investasi bebas resiko

2) Pendekatan Capital Aktiva Pricing Model (CAPM)

Pendapatan CAPM yang ditargetkan dari investasi saham ditentukan

oleh pendapatan investasi bebas resiko dan premi resiko pasar.

Besarnya premi resiko pada pendekatan ini ditentukan oleh besar

kecilnya resiko saham.

3) Pendekatan dividen saham yang diharapkan

Pendekatan biaya modal saham biasa diartikan sebagai tingkat

diskonto (discount rate) yang menyamakan nilai sekarang dari semua

dividen per lembar saham yang diharapkan diterima pada masa yang

akan datang dengan harga pasar saham sekarang.


23

d. Biaya laba ditahan

Menurut Sudana (2011:137), perusahaan dapat membelanjai investasinya

dengan dana yang berasal dari dalam perusahaan yang berupa laba

ditahan. Secara teori, biaya laba ditahan sama dengan biaya modal saham

biasa, yaitu sebesar tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi

yang dibelanjai dengan saham biasa. Perbedaan hanya pada emisinya.

Kalau perusahaan menerbitkan saham biasa baru, maka perusahaan harus

mengeluarkan biaya emisi, sementara untuk dana yang berasal dari laba

ditahan, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya emisi. Biaya laba

ditahan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

kr = x g

Sumber: Sudana (2011:137)

Keterangan:
kr = biaya modal laba ditahan
D = dividen
P = harga pasar

e. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital/

WACC)

Biaya modal ini terjadi apabila biaya modal terdiri dari beberapa macam

biaya modal yang ada (misal biaya modal sendiri dan biaya hutang).

Sehingga perhitungan biaya modal harus mempertimbangkan semua

macam biaya yang digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000: 248).

Biaya rata-rata tertimbang digunakan apabila menggunakan lebih dari

satu biaya modal. Biaya rata-rata tertimbang dapat dihitung dengan cara :
24

WACC = WdKd(1 – T) + WpsKps+ WsKs

Sumber: Atmaja (2001:121)


Keterangan:
WACC = Weighted Average Cost of Capital
Wd = proporsi utang
Wps = proporsi saham preferen
Ws = proporsi ekuitas saham biasa atau laba ditahan
Kd (1 – T) = biaya utang setelah pajak
Kps = biaya saham preferen
Ks = biaya ekuitas saham biasa atau laba ditahan

2. Nilai Waktu Uang

Mengingat bahwa investasi berjalan dalam jangka waktu yang relatif

lama, maka dalam membicarakan investasi perlu dibahas pula nilai waktu

uang yang akan datang. Hal ini disebabkan pendapatan pada waktu yang akan

datang mempunyai nilai yang berbeda-beda bila dibandingkan dengan nilai

sekarang.

Menurut Sudana (2011:67), jumlah uang yang sama jika diterima


pada waktu yang berbeda memiliki nilai yang berbeda. Jumlah uang yang
sama jika diterima sekarang nilainya lebih besar dibandingkan jika diterima
di kemudian hari. Hal ini terjadi karena sejumlah uang yang diterima
sekarang bisa diinvestasikan sehingga nilainya akan menjadi lebih besar di
masa mendatang

Apabila proyek investasi sebagian dibiayai oleh pinjaman, maka

perusahaan akan membayar sejumlah uang sebagai kompensasi terhadap

sesuatu yang diperoleh dengan penggunaan uang tersebut yang dinamakan

bunga. Oleh karena itu didalam menilai usulan investasi perbandingan antara

penerima dan pengeluaran kas harus didasarkan pada waktu yang sama.

Dalam pembahasan ini akan dikhususkan untuk membahas konsep nilai

waktu sekarang (present value). Present value adalah suatu cara perhitungan
25

untuk menentukan nilai sekarang dari suatu jumlah uang pada masa yang

akan datang. Present value dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:

a. Present Value Cash Flow bukan anuitet


Perhitungan present value bukan anuitet dilakukan jika jumlah arus kas
atau cash flow yang diterima tidak sama dari tahun ke tahun. Perhitungan
dilakukan dengan cara menjumlahkan present value masing-masing cash
flow untuk mengetahui jumlah keseluruhan arus kas pada masa yang
akan datang.
b. Present Value Anuited
Perhitungan present value anuitet hanya berlaku apabila arus kas dalam
proyek investasi jumlahnya sama dari tahun ke tahun.
Perhitungannya dapat diketahui dengan rumus
Present Value Anuitet= A x

Sumber: Syamsuddin (2009:384)

Keterangan :
A = Anuitet
i = Tingkat bunga
n = Jumlah tahun atau lama pembungaan
(Syamsuddin, 2009:383)

3. Innitial Investment

Menurut Syamsuddin (2009:419), innitial investment di sini merujuk

kepada cash outflow yang relevan dalam menilai proyek-proyek investasi.

Jumlah investasi tersebut dihitung setelah keseluruhan cash outflow dikurangi

dengan cash inflow (apabila terjadi penjualan aktiva yang lama) dimana

investasi tersebut terjadi pada tahun ke nol ataupun pada saat-saat lain apabila

terjadi tambahan pengeluaran atas aktiva yang sudah dibeli. Innitial

investment dapat berupa pembayaran tanah, pembuatan pabrik dan

perlengkapannya, pembayaran mesin dan sebagainya.


26

Syamsuddin (2009:419-420) menyatakan bahwa faktor utama yang

harus dipertimbangkan dalam penentuan besarnya initial investment dari

suatu proyek adalah:

a. Harga Perolehan aktiva


Harga perolehan aktiva adalah harga yang harus dibayar oleh perusahaan
atas aktiva yang dibelinya.
b. Biaya-biaya instalasi
Biaya-biaya instalasi adalah biaya-biaya tambahan yang harus
dikeluarkan (dimasukkan dalam harga beli) oleh perusahaan untuk dapat
mengoperasikan aktiva yang dibelinya.
c. Penghasilan (proceeds) dari penjualan aktiva yang lama
Apabila aktiva yang baru dimaksudkan untuk mengganti aktiva yang
lama, maka penghasilan dari penjualan aktiva lama dianggap sebagai
proceeds (cash inflow).
d. Pajak dari penjualan aktiva yang lama
Jumlah initial investment akan diperbesar oleh jumlah pembayaran pajak
atas keuntungan penjualan aktiva (proceeds lebih besar dari nilai buku).

Format dasar dalam penentuan besarnya initial investment adalah:

{( harga aktiva + biaya-biaya instansi) – proceeds dari penjualan aktiva


tetap yang lama ± pajak dari penjualan aktiva tetap yang lama}

Sumber: Syamsuddin (2009:419)

4. Aliran Kas (Cash Flow)

Cash flow atau aliran kas merupakan aliran kas yang ada di

perusahaan dalam suatu periode tertentu. Menurut Baroto (2003:224),

penerimaan atau pengeluaran yang terjadi selama interval tertentu dinamakan

aliran kas atau cash flow. Husnan dan Suwarsono (2000:186-190)

menyatakan bahwa aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek bisa

dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu

a. Initial cash flow (aliran kas permulaan)


Initial cash flow merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk investasi
pada awal periode. Untuk menentukan initial cash flow ini, pola aliran
kas yang berhubungan dengan pengeluaran investasi harus
27

diidentifikasikan. Cash flow disini misalnya seperti harga perolehan


pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin.
b. Operational cash flow (aliran kas operasional)
Penentuan atau etimasi tentang berapa besarnya operating cash flow
setiap tahunnya, merupakan titik permulaan untuk penilaian profitabilitas
usulan investasi tersebut. Kebanyakan cara yang dipergunakan untuk
menaksir cash flow setiap tahunnya adalah dengan menyesuaikan
taksiran laba/rugi yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan
menambahnya dengan biaya-biaya yang sifatnya bukan tunai
(penyusutan misalnya).
c. Terminal cash flow (aliran kas terminal)
Umumnya terminal cashflow terdiri dari cash flow nilai sisa investasi dan
pengembalian modal kerja. Beberapa proyek masih mempunyai nilai
residu meskipun aktiva-aktiva tetapnya sudah tidak mempunyai nilai
ekonomis lagi. Aliran kas dari nilai sisa ini perlu dihubungkan dengan
pajak yang mungkin dikenakan.

Cara yang sering digunakan dalam menentukan cash flow adalah

sebagai berikut:

a. Rumus aliran kas masuk apabila investasi yang dilakukan dengan

menggunakan 100% modal sendiri.

Aliran kas masuk bersih (CI) = Laba Setelah Pajak + Depresiasi

Sumber : Hanafi (2004:143)

b. Rumus aliran kas masuk jika menggunakan modal pinjaman

Aliran kas masuk bersih (CI) = Laba bersih + Depresiasi + Bunga (1-tax)

Sumber: Hanafi (2004:145)

Di dalam investasi, perusahaan mengharapkan akan menghasilkan

arus kas yang lebih besar dibandingkan dengan sebelum melakukan suatu

investasi. Di dalam capital budgeting ini disebut sebagai arus kas tambahan

(incremental cash flow). Incremental cash flow digunakan untuk menghitung

atau menganalisa cash flow sesudah dan sebelum proyek dilaksanakan.


28

Berikut ini perhitungan dari arus kas tambahan atau incremental cash

flow:

Arus kas tambahan = arus kas proyek – arus kas tanpa proyek

Sumber: Brealey, Myers dan Marcus (2008:238)

F. Capital Budgeting

1. Pengertian Capital Budgeting

Menurut Benny (2008:164), capital budgeting merupakan keseluruhan

proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai dana dimana

jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Menurut

Hanafi (2004:141) capital budgeting atau kegiatan penganggaran modal

mencakup dua langkah: (1) bagaimana mengestimasikan aliran kas yang

dihasilkan kas tersebut dan (2) bagaimana mengevaluasi aliran kas tersebut

sehingga bisa diperoleh kesimpulan apakah usulan investasi tersebut layak

dilakukan. Capital budgeting menurut Arifin (2005:210) juga dapat diartikan

sebagai proses mengevaluasi dan memilih investasi jangka panjang yang

sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan pemilik.

Berdasarkan pendapat tersebut, pada dasarnya teknik capital

budgeting adalah proses pengumpulan, pengevaluasian, penyeleksian dan

penentuan alternatif penanaman modal untuk jangka waktu yang lebih dari

setahun. Capital budgeting ini juga dapat digunakan untuk mengestimasikan

aliran kas sehingga dapat dipakai sebagai pertimbangan apakah usulan

investasi tersebut layak untuk dilakukan.


29

2. Teknik Penilaian Capital Budgeting

a. Metode Average Rate of Return (ARR)

Metode average rate of return menurut Martono dan Harjito

(2008:140) digunakan untuk mengukur besarnya tingkat keuntungan dari

investasi yang digunakan untuk memperoleh keuntungan dengan hasil

pengukuran berupa angka relatif dalam bentuk persentase. Pengukuran

dengan teknik average rate of return ini dilakukan melalui perhitungan

sebagai berikut:

Average Rate of Return =


Ʃ
Average EAT =
Ʃ
Average cash inflow =

Sumber: Syamsuddin (2009:439, 440, 442)


Keterangan:
Average EAT = rata-rata keuntungan bersih sesudah pajak
ΣEAT = total keuntungan bersih setelah pajak
n = umur ekonomis proyek/ aktiva
Kriteria Kelayakan :

1) Apabila ARR lebih besar dari tingkat keuntungan yang diisyaratkan ,

maka proyek dikatakan menguntungkan.

2) Apabila ARR lebih kecil dari tingkat keuntungan yang diisyaratkan,

maka akan ditolak.

b. Metode Payback Periode (PP)

Menurut Jumingan (2011:179) payback periode menunjukkan

berapa lama jangka waktu untuk pengembalian investasi suatu proyek.

Selain itu payback period merupakan rasio antara initial investment


30

dengan cash flow. Perhitungan payback periode untuk suatu proyek yang

mempunyai pola cash inflow yang sama dari tahun ke tahun dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Payback Period =

Sumber: Syamsuddin (2009:444)

Sedangkan untuk menghitung payback periode untuk suatu

proyek yang mempunyai cash inflow yang tidak sama setiap tahunnya,

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Payback period = t +

Sumber: Syamsuddin (2009:445)

Keterangan:
t = tahun terakhir dimana jumlah cash inflow belum menutup initial
investment
b = initial investment
c = kumulatif cash inflow pada tahun ke t
d = jumlah kumulatif cash inflow pada tahun ke t +1

Kriteria kelayakan investasi menggunakan metode payback

period yaitu:

1) Proyek layak jika masa pemulihan modal investasi lebih pendek dari

usia ekonomis.

2) Proyek tidak layak jika masa pemulihan modal investasi lebih lama

dibandingkan usia ekonomisnya.

c. Metode Net Present Value (NPV)

Menurut Syamsuddin (2009:448) NPV yaitu selisih antara cash

inflow yang didiskontokan pada tingkat bunga minimum atau cost of


31

capital perusahaan, dikurangi dengan nilai investasi. Metode ini

menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang

penerimaan-penerimaan kas bersih di masa akan datang. NPV dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NPV = Present Cash Inflow – Present Value Investasi

Sumber: Syamsuddin (2009:448)

Kritetia kelayakan yang digunakan dalam metode net present

value yaitu :

1) Proyek layak jika NPV bertanda positif (>0)

2) Proyek tidak layak jika NPV bertanda negatif (<0)

NPV yang lebih besar atau sama dengan nol menunjuk kepada

keadaan dimana hasil yang diperoleh adalah lebih besar atau sama

dengan rate of return minimum yang sudah ditetapkan. Proyek-proyek

yang NPV nya lebih kecil dari nol tidak dapat diterima karena hasil yang

diperoleh berarti lebih kecil dari biaya modal atau cost of capital yang

sudah ditetapkan.

d. Metode Profitability Index (PI)

Metode profitability index disebut juga benefit cost of ratio atau

B/C ratio. Metode ini mengukur present value untuk setiap rupiah yang

diinvestasikan. Perhitungan profitability index menggunakan rumus

sebagai berikut:

Profitability Index =

Sumber: Harmono (2011:93)


32

Kriteria kelayakan proyek berdasar atas perhitungan profitability

index yaitu dinilai layak jika PI ≥ 1 dan dinilai tidak layak jika PI ≤ 1.

e. Metode Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Jumingan (2011:180) internal rate of return (IRR)

adalah tingkat bunga yang menyamakan present value aliran kas keluar

yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan.

Perhitungan IRR harus dilakukan secara “trial and error” (coba-coba)

sampai pada akhirnya diperoleh tingkat discount yang akan

menyebabkan NPV sama dengan nol.

Kriteria kelayakan investasi menggunakan metode internal rate

of return yaitu:

Proyek akan diterima apabila: IRR ≥ Cost of Capital

Proyek akan ditolak apabila: IRR ≤ Cost of Capital

Sumber : Muslich (2003:156)


33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan suatu metode penelitian

yang mempunyai fungsi untuk memperoleh data yang relevan dengan tujuan

penelitian serta untuk mengadakan pendekatan terhadap objek yang akan diteliti.

Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian deskriptif

pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif menurut Mardalis (2008:26)

bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan

melihat kaitan variabel-variabel yang diteliti. Kuncoro (2009:12) menyatakan

bahwa penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau

menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian

Studi kasus menurut Efferin (2006:50) merupakan teknik pemecahan

masalah yang dialami oleh suatu organisasi, dimana pemecahan masalah tersebut

akan didasarkan pada masalah serupa yang pernah dialami oleh organisasi lain.

Tujuan dari penelitian kasus adalah mempeajari secara intensif tentang latar

belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu

kelompok lembaga dan masyarakat (Sumarni dan Wahyuni, 2006:49). Penelitian

ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai penerapan teknik

capital budgeting dalam menilai apakah suatu rencana investasi tersebut layak

dilaksanakan atau tidak.

33
34

B. Fokus Penelitian

Secara umum fokus penelitian dapat dikatakan sebagai segala sesuatu

yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Adapun fokus penelitian dalam

penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Innitial investment yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana

pembelian mesin produksi pada tahun 2014

2. Menghitung besarnya depresiasi per tahun

3. Menghitung biaya modal (cost of capital) dari sumber pembiayaan

investasi.

4. Menghitung discount factor.

5. Melakukan proyeksi jumlah permintaan di masa mendatang

6. Proyeksi harga jual dihitung menggunakan metode trend linear

7. Menghitung proyeksi pendapatan.

8. Menghitung proyeksi harga pokok penjualan dihitung dengan

membandingkan harga pokok penjualan tahun 2011-2013 dengan

penjualan.

9. Melakukan proyeksi biaya operasional, dihitung dengan membandingkan

biaya operasional tahun 2011-2013 dengan penjualan.

10. Menghitung besarnya angsuran pinjaman.

11. Menghitung proyeksi pajak pendapatan

12. Proyeksi laba rugi setelah pajak.

13. Proyeksi incremental cash inflow dengan cara mengurangkan cash inflow

dengan EAT sebelum melakukan penambahan mesin.


35

14. Menilai kelayakan suatu rencana investasi dengan menggunakan teknik

capital budgeting yang terdiri dari average rate of return (ARR),

payback periode (PP), net present value (NPV), profitability index atau

B/C Ratio, internal rate of return (IRR)

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah PT. Kasin yang

berlokasi di Jalan Peltu Sujono No 25, Kelurahan Ciptomulyo Kecamatan Sukun

Malang. Alasan lokasi penelitian dikarenakan PT Kasin berencana membeli mesin

baru untuk meningkatkan kapasitas mesin.

D. Sumber Data

Menurut Sanusi (2011:104) sumber data cenderung memiliki pengertian

darimana (sumbernya) data itu berasal. Adapun sumber data yang dipakai dalam

penelitian ini adalah:

1. Data Primer (Primary Data)

“Menurut Suliyanto (2006:131) data primer adalah data yang

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama”. Dalam

penelitian ini data diperoleh dari pihak-pihak terkait dalam perusahaan

(pimpinan dan staf). Data primer yang dibutuhkan meliputi informasi

tentang perusahaan yaitu gambaran perusahaan, jenis produk yang

dihasilkan, proses produksi dan pertanyaan yang berhubungan dengan

topik penelitian.
36

2. Data Sekunder (Secondary Data)

“Menurut Wibisono (2003:119), data sekunder adalah data yang didapat

dan disimpan oleh orang lain yang biasanya merupakan data masa lalu

atau historikal”. Dalam penelitian ini sumber data sekunder diperoleh

dari dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti seperti laporan keuangan, struktur organisasi, data produksi,

kapasitas mesin, penjualan dan permintaan

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data merupakan langkah

penting dalam metode penelitian karena pengumpulan data merupakan prosedur

sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara atau interview menurut Nasution (2011:113) adalah suatu

bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan

memperoleh informasi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data

tambahan yang diperlukan sesuai dengan permasalahan yang diteliti utuk

mendukung data primer. Wawancara dikhususkan kepada bagian

produksi, keuangan, dan bagian umum.


37

2. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sanusi (2011:114) dilakukan untuk

mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi

maupun kelembagaan. Data yang dibutuhkan oleh peneliti yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti seperti data produksi,

penjualan, kapasitas maksimal mesin, data permintaan, struktur

organisasi dan data keuangan tahun 2011-2013.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu untuk melaksanakan pengumpulan

data agar sistematis dan terstruktur. Instrumen yang digunakan adalah:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan mengenai obyek yang

diteliti agar proses wawancara lebih terarah dan sesuai dengan masalah

terkait.

2. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi untuk mengumpulkan berbagai dokumen yang

ada di tempat penelitian yang berisi informasi atau data pendukung.

G. Analisis Data

Setelah memperoleh semua data yang diperlukan, langkah-langkah

selanjutnya adalah melakukan analisis data untuk mendapatkan gambaran yang


38

jelas dari kegiatan yang diteliti. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk

menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Langkah ke 1. Menghitung besarnya tambahan investasi (initial investment)

yang dibutuhkan

Langkah ke 2. Menghitung beban depresiasi per tahun dengan metode garis lurus

menggunakan rumus:

Depresiasi =

Keterangan:
N = umur ekonomis
HP = harga perolehan (cost)
NS = Nilai sisa (residu)

Langkah ke 3. Menghitung biaya modal (cost of capital) dari sumber

pembiayaan investasi. Biaya modal dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

a. Jika pembiayaan investasi menggunakan modal sendiri dapat

dihitung dengan rumus:

ROE =

b. Jika pembiayaan investasi menggunakan modal pinjaman,

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

kd*= kd( 1-t )

Keterangan:
kd* = Biaya utang setelah pajak
kd = Biaya utang sebelum pajak yaitu
t = Tingkat pajak pendapatan
39

c. Biaya modal rata-rata tertimbang (Weigheted Average Cost of

Capital)

WACC = WdKd(1 – T) + WpsKps+ WceKs

Keterangan:

WACC = Weighted Average Cost of Capital


Kd (1 – T) = biaya hutang setelah pajak
Kps = biaya saham preferen
Ks = biaya ekuitas saham biasa dari laba ditahan
Wps = proporsi saham preferen
Wce = proporsi ekuitas saham biasa
Wd = proporsi utang

Langkah ke 4. Menghitung discount factor

Langkah ke 5. Melakukan proyeksi jumlah permintaan, di masa yang akan

datang berdasarkan data masa lalu menggunakan metode trend

linear dengan rumus sebagai berikut:

Y = a + bX
a=Ʃ Y:n
b = Ʃ XY : Ʃ X2
jika Ʃ X = 0

Keterangan:
Y = Variabel permintaan
n = Jumlah data
X = Variabel tahun

Langkah ke 6. Proyeksi harga jual dihitung menggunakan metode trend linear

Y = a + bX
a=Ʃ Y:n
b = Ʃ XY : Ʃ X2
jika Ʃ X = 0

Keterangan:
Y = Variabel harga jual
n = Jumlah data
X = Variabel tahun
40

Langkah ke 7. Menghitung proyeksi pendapatan.

Langkah ke 8. Menghitung proyeksi harga pokok penjualan dihitung dengan

membandingkan harga pokok penjualan tahun 2011-2013 dengan

penjualan yang terdapat pada laporan rugi laba perusahaan

dikalikan 100%.

Langkah ke 9. Melakukan proyeksi biaya operasional, dihitung dengan

membandingkan biaya operasional tahun 2011-2013 dengan

penjualan yang terdapat pada laporan rugi laba perusahaan

dikalikan 100%.

Langkah ke 10. Menghitung besarnya angsuran pinjaman menggunakan rumus

sebagai berikut:

PAn = A x

Keterangan:
P = Nilai sekarang
PAn = Nilai sekarang anuitet pada tahun ke-n
i = Tingkat bunga
n = Jumlah tahun atau lama pembungaan

Langkah ke 11. Menghitung proyeksi pajak pendapatan

Langkah ke 12. Proyeksi laba rugi setelah pajak.

Langkah ke 13. Proyeksi Incremental Cash Inflow dengan cara mengurangkan

cash inflow dengan EAT sebelum melakukan penambahan mesin.

Langkah ke 14. Menilai kelayakan suatu rencana investasi dengan menggunakan

teknik capital budgeting sebagai berikut:

a. Average Rate of Return (ARR)

Average Rate of Return =


41

b. Payback Periode

Payback period = t +
c. Net Present Value (NPV)

NPV = Present Cash Inflow – Present Value Investasi

d. Profitability Index atau B/C Ratio

Profitability Index =

e. Internal Rate of Return (IRR)

Dilakukan dengan cara trial dan error sampai memperoleh

akhirnya tingkat diskon atau discount rate yang akan

menyebabkan NPV = 0
42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan Kulit PT. Kasin Malang didirikan pada tahun 1941 oleh

Bapak Ikhwan Zakaria (Tan Ik Wan) di Kasin Kidul Gg VII ( sekarang Jalan

Arif Margono) Malang. PT. Kasin merupakan perusahaan keluarga yang

diwariskan turun temurun dan pimpinan perusahaan pada saat ini adalah

Bapak Paul Imam Zacharia yang merupakan generasi ketiga dari pimpinan

pertama perusahaan. Pada mulanya perusahaan ini masih merupakan bentuk

perusahaan tradisional dengan nama “Pabrik Penyamakan Kulit Tradisional”

yang bergerak di bidang penyamakan kulit sekaligus memproses kulit dari

bahan mentah menjadi bahan jadi. Kegiatan penyamakan kulit ini telah

berlangsung kurang lebih selama 10 tahun. Seiring berjalannya waktu, PT.

Kasin mengalami peningkatan yang pesat akan pesanan kulit dari para

pelanggan. Pelanggan terbesar berasal dari Angkatan Bersenjata Jepang yang

memesan kulit hasil produksi PT. Kasin Malang sebagai bahan untuk

membuat sepatu militer. Nama baru PT. Kasin dimaksudkan untuk

mengenang daerah asal berdirinya perusahaan, yaitu Kasin Kidul yang

diberikan sejak awal berdirinya perusahaan kulit tersebut.

Pada tahun 1951, mulai dirasakan bahwa pesanan semakin meningkat,

baik dari pelanggan lama ataupun pelanggan baru. Dari peningkatan produksi

itulah PT. Kasin Malang merasa perlunya tempat yang lebih luas guna
42
43

menunjang aktivitas produksi perusahaan sehingga lokasi perusahaan pindah

ke jalan Peltu Sujono 25 Malang. Sejak tahun 1951 juga PT. Kasin

menambah usaha yaitu menjadi eksportir.

Sembilan belas tahun kemudian, yaitu pada tahun 1972, PT. Kasin

Malang tidak hanya memproduksi kulit tradisional yaitu kulit yang digunakan

sebagai bagian bawah dari sepatu dan sandal yang disebut sol, tetapi juga

memproduksi kulit bagian atas untuk bahan sepatu yang disebut kulit box.

Sejalan dengan bertambahnya pemakaian kulit sepatu oleh masyarakat, maka

pada tahun 1980, PT. Kasin Malang memulai mekanisme kerja yang lebih

intensif dari sebelumnya, yaitu dengan kegiatan operasional yang utama

memproduksi kulit untuk keperluan bahan jadi kulit.

Perusahaan semakin berkembang setelah pemindahan lokasi. Hal ini

ditunjang dari teknologi yang digunakan untuk memproses kulit mentah

menjadi kulit jadi yang semakin modern yaitu menggunakan mesin-mesin

baru, metode-metode baru, tata organisasi dan manajemen yang baik serta

sumber daya manusia yang terampil sehingga kualitas dan kuantitas produksi

dapat ditingkatkan.

2. Lokasi Perusahaan

Lokasi perusahaan adalah tempat dimana perusahaan didirikan untuk

melakukan aktivitas perusahaan. PT. Kasin sejak tahun 1951 sampai dengan

sekarang berlokasi di Jalan Peltu Sujono No.25 Malang, telepon (0341)

364403 Kelurahan Ciptomulyo Kecamatan Sukun. Batas sebelah utara adalah


44

PT. Parhau, sebelah selatan adalah perumahan penduduk, sebelah barat

adalah Kelurahan Bandung Rejosari dan sebelah timur adalah PT. Nasional.

Tujuan penentuan lokasi adalah membantu perusahaan agar dapat

beroperasi dengan lancar. Ini berarti bahwa lokasi pabrik perlu

memperhatikan faktor-faktor tertentu agar keuntungan perusahaan lebih baik

untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

Ada beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh PT. Kasin dalam

menentukan lokasi perusahaan, antara lain:

a. Faktor Primer

1) Bahan baku

Bahan baku adalah bahan dasar yang digunakan dalam operasi

perusahaan. Bahan baku sebaiknya tersedia pada sumbernya dan

mudah dijangkau oleh perusahaan. Pemasok bahan baku perusahaan

berasal dari Surabaya dan Malang sehingga perusahaan tidak

mengalami kesulitan dalam melakukan pembelian bahan baku.

2) Tenaga kerja

Sumber tenaga kerja juga menjadi faktor penting yang harus

dipertimbangkan. Perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam

mendapatkan tenaga kerja karena di sekitar wilayah perusahaan

banyak tersedia tenaga kerja, terutama tenaga kerja untuk proses

produksi.
45

3) Transportasi

Lokasi perusahaan dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan

keluar masuknya kendaraan pengangkutan baik bahan baku maupun

hasil produksi.

4) Sumber energi

Perusahaan menggunakan listrik yang berasal dari PLN. Perusahaan

memerlukan energi listrik untuk menjalankan mesin-mesin produksi,

penerangan dan lainnya. Untuk energi air, pada awalnya

menggunakan air PDAM namun karena terjadi peningkatan

permintaan maka kapasitas air dari PDAM tidak lagi memenuhi

sehingga perusahaan menggunakan air sumur bor.

b. Faktor Sekunder

1) Faktor ekspansi/ perluasan usaha

Ditinjau dari segi lingkungan serta tersedianya fasilitas tanah yang

sudah cukup memadai, maka ekspansi bisa dilakukan dengan

berusaha menambah mesin-mesin untuk menambah produksi. Selain

itu peningkatan kualitas kulit dapat dilakukan oleh perusahaan untuk

meningkatan mutu produk.

2) Faktor masyarakat

Perusahaan terletak dalam suatu wilayah yang dekat dengan daerah

pemukiman dan mengingat adanya penggunaan bahan-bahan kimia

yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, maka PT. Kasin


46

Malang menanggulanginya dengan adanya instalasi pengolahan air

limbah.

3. Tujuan Perusahaan

Setiap perusahaan yang didirikan selalu mempunyai tujuan, baik

jangka pendek maupun jangka panjang. Demikian pula dengan PT. Kasin

dalam penyelenggaraaan kegiatan selalu berpedoman pada tujuan-tujuan yang

hendak dicapai agar setiap tindakan yang dilakukan dapat lebih terarah.

Adapun tujuan PT. Kasin adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Jangka Pendek

1) Menjaga Kontinuitas Proses Produksi

Perusahaan menjamin kelancaran dari faktor-faktor yang diperlukan

dalam proses produksi, terutama dalam penyediaan bahan baku,

tenaga kerja, mesin dan peralatan penunjang lainnya. Dalam

penyediaan bahan baku diharapkan sesuai dengan kualitas yang

diinginkan sehingga menghasilkan mutu yang baik. Disamping itu

diusahakan pula agar kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan

kebutuhan.

2) Mencapai Target Produksi

Jika kontinuitas proses produksi dapat berjalan lancar maka

diharapkan target produksi yang direncanakan dapat terealisasi

dengan baik.

b. Tujuan Jangka Panjang


47

1) Mencapai Keuntungan Maksimal

Untuk menjaga kontinuitas perusahaan dilakukan dengan mencapai

keuntungan yang maksimal dengan menjalankan aktivitas

perusahaan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif

dan efisien.

2) Ekspansi Perusahaan

Ekspansi perusahaan merupakan usaha untuk memperluas aktivitas

perusahaan. Dalam melakukan ekspansi dapat ditinjau dari dua

faktor, yaitu:

a) Ekspansi intern

Ekspansi intern merupakan suatu pengembangan yang dilakukan

dalam lingkungan perusahaan, misalnya pengadaan peralatan

produksi yang modern, perluasan bangunan, penambahan

jumlah tenaga kerja, dan lain-lain.

b) Ekspansi ekstern

Ekspansi ekstern merupakan suatu pengembangan yang

dilakukan di luar perusahaan, misalnya perluasan daerah

pemasaran.

4. Badan Hukum Perusahaan

Bentuk badan hukum PT. Kasin adalah perseroan terbatas, yang

didirikan berdasarkan pada:

a. Surat Kota Praja Malang No. 3482, tanggal 31 Desember 1941 tentang

Akta Pendirian Perusahaan.


48

b. Surat Keputusan Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II Malang No

530.08/437/451.14/1987 tentang Ijin Tempat Usaha.

c. Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.

0376/Reg.Kanwil 13/IK/IUT/1991 tentang Ijin Tetap Usaha Industri.

d. Surat Keputusan Walikota madya Kepala Daerah Tingkat II Malang No

539.1/428.136-VI/1996 tentang Ijin Pemakaian Tempat-Tempat tertentu

yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah.

5. Bagan Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah kerangka dasar dari organisasi yang

menunjukkan tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan

kekuasaan diantara masing-masing bidang organisasi. Struktur organisasi

mempunyai peranan penting karena dari struktur organisasi dapat

meningkatkan efisiensi sehingga pembagian kerja dapat berjalan lancar.

Bentuk bagan struktur organisasi PT. Kasin Malang adalah struktur

organisasi lini atau garis. Dalam bentuk struktur organisasi lini atau garis,

wewenang dan tanggung jawab berada di tangan pimpinan. Semua perintah

dari pimpinan mengalir secara langsung kepada bagian ataupun langsung

kepada karyawan. Adapun bagan struktur organisasi PT. Kasin dapat dilihat

pada gambar 1.
49

Gambar 1: Bagan Struktur Organisasi PT. Kasin

Direktur

Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Service Bagian
Umum Akutansi Persediaan Pemasaran Personalia Limbah Produksi dan Kontruksi Keamanan

Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan

Sumber : PT. Kasin, 2014

Berikut ini disajikan tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian

dalam perusahaan:

a. Direktur

1) Bertanggung jawab atas maju mundurnya perusahaan serta

kelangsungan hidup perusahaan.

2) Menjaga dan membina koordinasi yang baik antara semua

bawahannya.

3) Meminta pertanggungjawaban dari bawahan atas tugas dan

kewajiban mereka.

4) Mengawasi keseluruhan aktivitas perusahaan.

5) Menentukan kebijakan perusahaan.

b. Bagian Umum

1) Bertanggung jawab atas kelancaran operasi perusahaan.

2) Melakukan aktivitas sebagai resepsionis dalam menerima tamu.


50

3) Mengadakan dan menjaga hubungan baik dengan pihak intern

perusahaan (karyawan/employee relation dan pemilik

saham/stockholder relation).

4) Mengadakan dan menjaga hubungan baik dengan pihak ekstern

perusahaan (pelanggan/customer relation, masyarakat,

pemerintah/government dan pers/pers relation).

c. Bagian Akutansi

1) Bertanggung jawab atas kelancaran perputaran keuangan.

2) Bertanggung jawab atas semua penerimaan dan pembayaran dalam

setiap transaksi keuangan perusahaan.

3) Menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran kas.

4) Memelihara hubungan baik dengan bank.

5) Melayani keperluan bank.

6) Memonitor penagihan utang.

d. Bagian Persediaan

1) Bertanggung jawab terhadap penerimaan dan pengeluaran bahan

baku.

2) Menyediakan bila terjadi pesanan.

3) Mengadakan pencatatan secara administratif persediaan di dalam

gudang.

4) Menentukan jenis dan jumlah barang yang harus dibeli untuk

persediaan.

5) Membuat laporan penjualan dan pembelian.


51

e. Bagian pemasaran

1) Bertanggung jawab atas pesanan penjualan serta kebijakan yang

diambil perusahaan dalam bidang pemasaran.

2) Mengadakan hubungan dengan pihak luar untuk memperluas daerah

pemasaran.

3) Mempertahankan dan mengembangkan daerah pemasaran hasil

produksi perusahaan.

f. Bagian Personalia

1) Bertanggung jawab masalah-masalah yang berhubungan dengan

kepegawaian.

2) Bertanggung jawab atas disiplin kerja.

3) Bertanggung jawab dalam administrasi karyawan dan pengeluaran

surat yang bersifat teguran dan hukuman kepada karyawan.

g. Bagian Limbah

1) Mengatur pemeriksaan laboratorium.

2) Menjaga dan mengawasi hasil limbah.

3) Bertanggung jawab semua kegiatan yang telah dilakukan dalam

proses pengolahan limbah.

4) Menetapkan kebijakan pengelolaan limbah.

h. Bagian Produksi

1) Menerima dan memeriksa bahan baku/kulit mentah.

2) Mengadakan penelitian efektivitas dan perbaikan mutu.

3) Membantu perawatan limbah.


52

4) Memberikan pengarahan dan pelatihan/training pada karyawan

bidang produksi.

5) Mengatur seleksi kulit untuk produksi.

6) Memeriksa hasil produksi yang telah ada.

7) Mengelola seluruh operasi bagian sol dan box.

8) Merawat dan menguasai seluruh sarana dan instalasi bidangnya.

9) Mengadakan penelitian efektivitas perbaikan mutu.

i. Bagian Konstruksi/Service

1) Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan operasi perusahaan

dalam proses produksi.

2) Bertanggung jawab atas semua sarana produksi yang meliputi mesin-

mesin dan alat-alat produksi.

3) Menjaga dan mengawasi peralatan yang ada.

4) Melakukan penggantian kerusakan yang disebabkan kerusakan

secara teknis.

j. Bagian Keamanan

1) Mengkoordinasikan satuan petugas keamanan

2) Menjaga keamanan kantor dan pabrik

3) Membuat laporan bagi pihak yang akan berkunjung kepada bagian

umum.
53

6. Personalia

a. Jumlah karyawan

Perusahaan kulit PT. Kasin Malang saat ini mempunyai tenaga kerja

sebanyak 139 orang dengan perincian berdasarkan jumlah, tingkat pendidikan

karyawan dan jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel 2, 3, dan 4 sebagai

berikut:

Tabel 2: Jumlah Karyawan PT. Kasin Malang

No Keterangan Jumlah
1 Karyawan Bulanan
a. Direktur Utama 1
b. Bagian Umum 5
c. Bagian Produksi 3
d. Bagian Akuntansi 3
e. Bagian Persediaan 4
f. Bagian Limbah 2
g. Bagian Pemasaran 4
h. Bagian Personalia 4
i. Bagian Konstruksi/service 4
j. Bagian Keamanan 7
Jumlah 37
2 Karyawan Harian
Bagian Produksi dan Pemasaran 102
Jumlah 139
Sumber : PT. Kasin Malang, 2014

Tabel 3: Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja PT. Kasin Malang

No Tingkat Pendidikan Jumlah


1 SD 24
2 SMP 26
3 SMA 46
4 D3 19
5 Sarjana 24
Jumlah 139 orang
Sumber : PT. Kasin Malang, 2014
54

Tabel 4: Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin PT. Kasin Malang

No Tingkat Pendidikan Jumlah


1 Laki- Laki 107
2 Wanita 32
Jumlah 139
Sumber : PT. Kasin Malang, 2014

b. Hari dan Jam Kerja

Jam Kerja yang digunakan PT. Kasin pada umumnya sama dengan

jam kerja yang digunakan oleh perusahaan- perusahaan lainya, yaitu lima hari

kerja dalam satu minggu dengan ketentuan sebagai berikut:

Senin – Kamis : 07.00 - 16.00

Istirahat : 12.00 - 13.00

Jumat : 07.00 - 16.00

Istirahat : 11.30 - 12.30

Khusus untuk hari sabtu, minggu dan hari besar nasional maka

karyawan diliburkan.

c. Sistem Gaji dan Upah

Sistem gaji dan upah pada PT. Kasin Malang dibedakan antara

karyawan harian dan karyawan bulanan yaitu:

1) Sistem Upah Harian

Gaji harian diberikan kepada karyawan bagian produksi dengan

memperhatikan kehadiran kerja. Pemberian gaji karyawan bagian

produksi diberikan satu minggu sekali tepatnya hari jumat.


55

2) Sistem Upah Bulanan

Untuk karyawan bulanan perusahaan membayar secara penuh satu

bulan setap awal bulan baik masuk ataupun tidak masuk kerja

termasuk tunjangan istri, anak dan tunjangan jabatan.

d. Kesejahteraan Karyawan

PT. Kasin sangat memperhatikan kesejahteraan karyawan yaitu

tentang hak dan kewajiban karyawan yang meliputi:

1) Hak Pokok : upah/gaji, tunjangan, cuti dan liburan mingguan.

2) Hak pelengkap : hak libur hari raya, sakit berkepanjangan, jaminan

kesehatan, tunjangan tahunan, jaminan hari tua dan asuransi

jamsostek.

3) Hak tambahan : pengembangan karir, perjalanan dinas, biaya

bantuan kematian.

4) Hak lain-lain: ijin meninggalkan kerja, pesangon/uang jasa,

penyampaian keluhan dan pemutusan hubungan kerja.

e. Rekruitmen

Sasaran dari rekruitmen adalah penerimaan tenaga kerja baru yang

sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Penempatan tenaga kerja disesuaikan

antara kemampuan, pengalaman dan pribadi yang bersangkutan berkaitan

dengan pekerjaan yang dilakukan. Rekruitmen tenaga kerja dilakukan dengan

mengutamakan masyarakat / penduduk yang ada di sekitar perusahaan.

1) Karyawan pimpinan (direktur) diambil dari anggota keluarga secara

turun temurun ( anggota keluarga pendiri PT. Kasin).


56

2) Karyawan staf direkrut dari pegawai yang benar-benar berkualitas

dan memiliki keahlian di bidangnya.

3) Karyawan harian atau bulanan direkrut dari orang yang mengerti

tentang kulit dan perekrutan melalui tes yang diadakan oleh bagian

personalia.

7. Kegiatan Produksi

a. Bahan Baku dan bahan penolong

Bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan kulit adalah kulit sapi

(lembu) yang sudah dikeringkan. Sedangkan bahan penolong terdiri dari

teepol (detergent), larutan kimia (soda, sulfide, kapur, HCl dan cromosal, cat

kulit, minyak.

b. Mesin Produksi

Mesin adalah suatu peralatan yang digerakkan oleh suatu tenaga yang

digunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk. Peralatan

adalah setiap instrumen atau perkakas yang berukuran besar, sedang, dan

kecil yang digunakan untuk mengerjakan suatu produk. Pada PT Kasin

mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi terdiri dari dua

golongan, yaitu:

1) Mesin Utama

a) Mesin tong/ molen digunakan untuk merendam kulit kering

(proses soaking) beserta pengapurannya.

b) Mesin split digunakan untuk membelah kulit dengan ukuran

kasar.
57

c) Mesin shaving digunakan untuk membelah kulit dengan ukuran

halus.

d) Mesin setting out digunakan untuk memperlebar luas permukaan

kulit.

e) Mesin vaccum drying digunakan untuk membuat permukaan

kulit menjadi licin dan membuang sisa kulit yang tidak

dibutuhkan.

f) Mesin toggle (oven) digunakan untuk menghilangkan kerutan

pada kulit supaya permukaan kulit menjadi lebar.

g) Mesin stalking digunakan untuk melembekkan kulit yang kaku

baik untuk kulit box maupun kulit sol.

h) Mesin spraying digunakan untuk mengecat kulit sesuai dengan

warna yang diinginkan.

i) Mesin embossing digunakan untuk mencetak agar ketebalan

kulit menjadi rata dengan proses hidrolik.

j) Mesin ironing digunakan untuk menyetrika agar ketebalan kulit

menjadi rata dengan proses rolling.

k) Mesin walls digunakan untuk memadatkan kulit (khusus kulit

sol).

l) Mesin measuring digunakan untuk mengukur kulit yang sudah

selesai diproses (khusus kulit box).


58

2) Mesin penolong

a) Generating set merupakan pembangkit listrik diesel dengan

power engine 300 PK dan generator 225-250 PK digunakan

untuk menjalankan mesin-mesin disamping energi dari PLN.

b) Boyler digunakan untuk memproduksi uap dengan pemanasan

air.

PT. Kasin membutuhkan perlengkapan untuk menunjang proses

produksi. Adapun perlengkapan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pisau digunakan untuk merapikan tepian kulit yang rusak setelah

proses pencucian dan pembelahan.

2. Gunting digunakan untuk merapikan tepian kulit box yang tidak rata.

3. Kaos tangan digunakan untuk melindungi tangan dari iritasi terhadap

bahan kimia dan panas.

4. Masker digunakan untuk pernapasan dari debu dan bahan kimia.

5. Sapu digunakan untuk membersihkan kulit dari garam.

6. Timbangan digunakan untuk menimbang bahan pembantu yang

diperlukan dalam proses produksi.

c. Proses Produksi

Proses produksi adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang

setengah jadi atau barang jadi. Proses produksi terbagi menjadi dua, yaitu

untuk kulit box dan kulit sol. Berikut ini disajikan proses produksi kulit box

pada gambar 2 dan kulit sol pada gambar 3:


59

Gambar 2. Proses Produksi Kulit Box

Kulit Mentah Pelemasan Pengeringan


( Raw Material ) ( Stacking ) ( Hanging )

Perendaman Pementangan Pementangan


( Soaking ) ( Trogling ) ( Trogling )

Pengapuran Pengecatan Tutup Pengurangan Air


( Liming ) ( Finishing ) ( Vacum Drying )

Buang Bulu Penyetrikaan Pengurangan Lipatan


( Dehairing ) ( Ironing ) ( Setting Out )

Perapian Pengukuran Pewarnaan Dasar


( Triming ) ( Measuring ) ( Dyeing )

Pembelahan Pengepakan Perminyakan


( Spiliting ) ( Packing ) ( Fatliquoring )

Buang Kapur /
Pemasaran Penyamakan Ulang
Protein
( Marketing ) ( Retanning )
( Deliming )

Penggaraman Penyamakan Pengurangan Air Penyerutan


( Pickling ) ( Taning ) ( Sammying ) ( Shaving )

Sumber : PT. Kasin, 2014


60

Keterangan:

1) Soaking (perendaman) kulit mentah untuk mengembalikan kadar air

sehingga kulit menjadi segar.

2) Liming (pengapuran) yang dikerjakan dengan menggunakan mesin

tong/molen pengapuran kulit yang telah diisi dengan zat untuk

pengapuran yang bertujuan untuk menghancurkan gelatin,

menghilangkan bulu dan mengurangi kadar lemak.

3) Dehairing yaitu proses penghilangan bulu pada kulit.

4) Trimming yaitu proses perapihan kulit.

5) Splitting (pembelahan) kulit yang dikerjakan dengan menggunakan

mesin split menjadi dua lapisan.

6) Deliming/batting (pencampuran kapur dan pelepasan) yaitu proses

pencampran kadar kapur dalam kulit dan menghilangkan

pembengkakan kulit sehingga kulit menjadi lemas.

7) Pickling (penggaraman) kulit yang dicampur dengan larutan obat

pengawet kulit yang bertujuan mengurangi kadar air pada kulit.

8) Tanning yaitu proses penyamakan kulit.

9) Sammying (pemerasan) bertujuan untuk mengurangi kadar air pada

kulit.

10) Shaving (penyerutan) untuk mengurangi ketebalan kulit sehingga

diperoleh hasil yang diinginkan.

11) Rettaning (penyamakan kulit kembali) atau kulit disempurnakan lagi

dengan bahan penyamak nabati dan sistesis.


61

12) Fatliquoring yaitu proses peminyakan kulit sehingga kulit menjadi

lemas.

13) Dyeing yaitu proses pemberian warna dasar pada kulit.

14) Setting out (pelebaran) untuk menghilangkan lipatan dan

penghalusan kulit ari sehingga permukaan kulit menjadi rata.

15) Vacuum drying (penguapan) untuk mengurangi kadar air dan

perataan permukaan kulit.

16) Toggling (pementangan) yaitu proses pengeringan kulit dengan cara

dibentangkan dalam ruang pemanas sehingga permukaan kulit

menjadi rata dan rendemen luas bertambah.

17) Hanging (pengeringan) kulit dengan cara menjemur, dalam hal ini

kulit diberi pemanasan yang berasal dari sisa panas generator dan

uap panas.

18) Stacking yaitu proses pelemasan kulit sehingga serat kulit terbuka.

19) Finishing (penyelesaian) yaitu proses akhir yang terdiri atas

pengecatan, ironing atau penyetrikaan kulit, laquer atau

pengkilapan, measuring atau pengukuran dan pemeriksaan, packing

atau pengepakan, pengangkutan ke gudang lalu siap untuk

dipasarkan.
62

Gambar 3. Proses Produksi Kulit Sol

Kulit Mentah Pemasaran Pengepakan


( Raw Material ) ( Marketing ) ( Stacking )

Perendaman Pemadatan
( Soaking ) ( Wals )

Pengapuran Penjemuran
( Liming ) ( Drying )

Buang Bulu Pengurangan Air II


( Dehairing ) ( Setting Out )

Perapian Pementangan
( Triming ) ( Trogling )

Pembelahan Pengurangan Air I


( Spiliting ) ( Sammilying )

Buang Kapur /
Perminyakan
Protein
( Fatliquoring )
( Deliming )

Penyamakan
Pengasaman Penyamakan Awal Pengikatan
Ulang
( Pickling ) ( Pre Tanning ) ( Fixing )
( Retanning )

Sumber : PT. Kasin, 2014


63

Keterangan:

1) Soaking (perendaman) kulit mentah untuk mengembalikan kadar

air sehingga keadaan kulit menjadi kulit segar.

2) Liming (pengapuran) yang dikerjakan dengan menggunakan mesin

tong/molen. Pengapuran kulit yang telah diisi dengan zat untuk

pengapuran yang bertujuan untuk menghancurkan gelatin,

menghilangkan bulu dan mengurangi kadar lemak.

3) Dehairing yaitu proses penghilangan bulu pada kulit.

4) Trimming yaitu proses perapihan kulit.

5) Splitting (pembelahan) kulit yang dikerjakan dengan menggunakan

mesin split menjadi dua lapisan.

6) Deliming/batting (pembuatan kapur dan pelepasan) yaitu proses

pembuatan kadar kapur dalam kulit dan menghilangkan

pembengkakan kulit sehingga kulit menjadi lemas.

7) Pickling (penggaraman) dilakukan dengan mencampur kulit dengan

larutan obat pengawet kulit yang bertujuan mengurangi kadar air

pada kulit.

8) Pretanning (penyamakan) kulit yang bertujuan untuk menutupi

bahan kulit sol dengan menggunakan bahan quebraco (campuran

dari yogan dan mimosa) yang merupakan bobokan dari kulit

acacia.

9) Retanning (penyamakan kulit kembali) atau kulit disempurnakan

lagi dengan menggunakan asam formiat.


64

10) Fatliquoring yaitu proses peminyakan kulit sehingga kulit menjadi

lemas.

11) Sammying (pemerasan) kulit sebelumnya direndam lebih dahulu.

Tujuannya adalah mengurangi kadar air pada kulit.

12) Setting out (pelebaran) untuk menghilangkan lipatan dan

penghalusan kulit ari sehingga permukaan kulit menjadi rata.

13) Drying yaitu proses penjemuran kulit.

14) Wals yaitu proses pemadatan kulit.

15) Finishing (penyelesaian) yaitu proses akhir yang terdiri atas

pemeriksaan, packing atau pengepakan, pengangkutan ke gudang

lalu siap untuk dipasarkan.

d. Hasil Produksi

Produk yang diproduksi PT. Kasin Malang dibagi menjadi dua jenis

yaitu kulit box dan kulit sol.

1) Kulit box

Kulit box memiliki lapisan kulit terluar yang halus, bagus, dan

berkualitas tinggi dan proses produksinya lebih rumit daripada kulit

sol. Proses box menghasilkan kulit yang berukuran 1,4 sampai 2 mm

yang digunakan sebagai bahan dasar sepatu kulit, sepatu olahraga,

jaket dompet dan tas. Kulit box mempunyai ijin kapasitas produksi

600.000 feet. Adapun 1 feet berukuran 28 x 28 cm untuk ukuran

standar nasional dan 30 x 30 cm untuk ukuran internasional.


65

2) Kulit Sol

Kulit sol diproduksi dengan menggunakan 2/3 lapisan kulit, dengan

demikian prosesnya lebih mudah dibandingkan kulit box. Kulit sol

mempunyai ijin kapasitas produksi sebesar 100 ton.

8. Pemasaran

a. Daerah pemasaran

Daerah pemasaran PT. Kasin Malang meliputi wilayah Malang,

Surabaya, Gresik, Pandaan, Tulungagung, Bandung, Semarang, Jakarta,

Denpasar dan Sumatra dan kalimantan

b. Saluran Distribusi

Kemajuan dalam bidang pemasaran mengharuskan setiap perusahaan

untuk mengambil kebijakan saluran distribusi yang tepat. Hal ini

dimaksudkan supaya produk - produk tersebut selalu tersedia dan dapat dibeli

dengan mudah oleh konsumen. Saluran distribusi yang digunakan oleh PT.

Kasin hanya digunakan untuk melayani penjualan di luar kota Malang.

Adapun saluran distribusi tersebut adalah:

1) Produsen Agen Penyalur Konsumen

2) Produsen Agen Pengecer Konsumen

Sumber : PT. Kasin 2014

c. Perusahaan Pesaing

Pesaing dari PT. Kasin adalah PT. Kebalen Timur, PT. Nasional

Singosari dan UD. Duta Kulit.


66

d. Penentuan harga jual

Dalam menentukan harga jual produknya, PT. Kasin berpedoman

pada besarnya biaya produksi ditambah angka presentasi tertentu yang

merupakan keuntungan yang diharapkan. Disamping itu, perusahaan juga

memperhatikan harga yang berlaku di pasar dan harga jual pesaing.

9. Data Permintaan, Penjualan, dan Harga jual

PT. Kasin memproduksi dua jenis produk yaitu kulit box dan kulit sol.

Berikut ini akan disajikan jumlah permintaan dan harga jual produk pada

tahun 2011-2013:

Tabel 5: Data Permintaan dan Penjualan PT. Kasin Tahun 2011 - 2013

Produk Kulit Box (feet) Kulit Sol (kg)


2011 2012 2013 2011 2012 2013
Permintaan 190.285 202.718 207.291 44.991 47.670 50.994
Penjualan 190.285 182.325 174.992 44.991 42.880 39.512

Sumber: PT. Kasin, 2014

Tabel 6: Harga Jual Produk PT. Kasin tahun 2011-2013

Produk Kulit Box (feet) Kulit Sol (kg)


2011 19.300 132.600
2012 22.600 137.500
2013 24.900 139.600
Sumber: PT. Kasin, 2014

10. Rencana Investasi Perusahaan

Berdasarkan gambaran data permintaan dan penjualan pada tabel 5,

PT. Kasin berencana untuk melakukan investasi penambahan aktiva tetap

berupa mesin yang digunakan untuk memproduksi kulit. Dana yang

dibutuhkan untuk investasi sebesar Rp.1.060.000.000 dengan rincian 15%


67

menggunakan modal sendiri dan 85% menggunakan modal pinjaman. Modal

pinjaman dikenai bunga sebesar 14% per tahun selama 8 tahun. Biaya

instalasi mesin ditanggung oleh pihak penjual. Berikut ini disajikan rincian

investasi aktiva tetap:

Tabel 7: Rincian Investasi Aktiva Tetap

No Bentuk Investasi Harga Perolehan


1 Mesin Walls Rp. 120.000.000
2 Mesin Setting Out Rp. 135.000.000
3 Mesin Shaving Rp. 95.000.000
4 Mesin Toggle Rp. 75.000.000
5 Mesin Ironing Rp. 145.000.000
6 Mesin Stalking Rp. 120.000.000
7 Mesin Measuring Rp. 165.000.000
8 Mesin Split Rp. 125.000.000
9 Mesin Molen Rp. 80.000.000
Total Investasi Rp. 1.060.000.000
Sumber : Data diolah
68

11. Laporan Keuangan


Tabel 8: Neraca PT. Kasin periode 31 Desember 2011 (dalam
rupiah)
URAIAN
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas dan Bank 537.464.814
Piutang 1.650.052.959
Persediaan
Akhir Bahan Baku 240.535.564
Akhir Barang Dalam Proses 410.990.654
Akhir Barang Jadi 210.995.734
Total Persediaan 862.521.952
Total Aktiva Lancar 3.050.039.725
AKTIVA TETAP
Tanah 915.000.000
Bangunan 726.500.000
Mesin 2.292.608.000
Kendaraan 559.500.000
Inventaris Kantor 181.009.000
Harga Perolehan Aktiva Tetap 4.674.617.000
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap 1.569.645.900
Nilai Buku Aktiva Tetap 3.104.971.100
Total Aktiva 6.155.010.825
PASIVA
UTANG LANCAR
Utang Usaha 1.486.010.400
Biaya yang harus dibayar 204.977.699
Utang Lain-lain 71.219.530
Utang Pajak 71.951.066
Utang Bank 705.166.192
Jumlah Kewajiban Lancar 2.539.324.887
MODAL
Modal Saham Disetor 420.000.000
Laba Ditahan 2.673.415.309
Laba Tahun Berjalan 522.270.629
Jumlah Modal 3.615.685.938
Total Pasiva 6.155.010.825
Sumber : PT. Kasin, 2011
69

Tabel 9: Neraca PT. Kasin periode 31 Desember 2012 (dalam


rupiah)
URAIAN
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas dan Bank 673.697.139
Piutang 1.751.311.322
Persediaan 905.438.261
Akhir Bahan Baku 353.634.692
Akhir Barang Dalam Proses 360.902.865
Akhir Barang Jadi 190.900.704
Total Persediaan 905.438.261
Total Aktiva Lancar 3.330.446.722
AKTIVA TETAP
Tanah 915.000.000
Bangunan 726.500.000
Mesin 2.082.726.000
Kendaraan 559.500.000
Inventaris Kantor 167.268.000
Harga Perolehan Aktiva Tetap 4.450.994.000
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap 1.901.553.100
Nilai Buku Aktiva Tetap 2.549.440.900
Total Aktiva 5.879.887.622
PASIVA
UTANG LANCAR
Utang Usaha 1.135.550.300
Biaya yang masih harus dibayar 124.749.000
Utang Lain-lain 78.228.900
Utang Pajak 68.331.795
Utang Bank 844.069.200
Jumlah Utang Lancar 2.250.929.195
MODAL
Modal Saham Disetor 420.000.000
Laba Ditahan 2.802.801.854
Laba Tahun Berjalan 406.156.572
Jumlah Modal 3.628.958.427
Total Pasiva 5.879.887.622
Sumber: PT. Kasin, 2012
70

Tabel 10: Neraca PT. Kasin periode 31 Desember 2013 (dalam


rupiah)

URAIAN
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas dan Bank 551.256.063
Piutang 2.346.675.036
Persediaan 974.896.214
Akhir Bahan Baku 383.339.970
Akhir Barang Dalam Proses 410.960.626
Akhir Barang Jadi 180.595.618
Total Persediaan 974.896.214
Total Aktiva Lancar 3.872.827.313
AKTIVA TETAP
Tanah 915.000.000
Bangunan 726.500.000
Mesin 1.952.149.000
Kendaraan 559.500.000
Inventaris kantor 186.287.800
Harga Perolehan Aktiva Tetap 4.339.436.800
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap 2.224.351.900
Nilai Buku Aktiva Tetap 2.115.084.900
Total Aktiva 5.987.912.213
PASIVA
UTANG LANCAR
Utang Usaha 1.210.922.800
Biaya yang masih harus dibayar 132.591.600
Utang Lain-lain 71.402.900
Utang Pajak 71.483.148
Utang Bank 674.988.122
Jumlah Utang Lancar 2.161.388.635
MODAL
Modal Saham Disetor 420.000.000
Laba Ditahan 2.962.488.094
Laba Tahun Berjalan 444.035.484
Jumlah Modal 3.826.523.578
Total Pasiva 5.987.912.213
Sumber: PT. Kasin, 2013
71

Tabel 11: Laporan Laba Rugi PT. Kasin periode 31 Desember 2011
(dalam rupiah)
Penjualan 9.638.307.100
Harga Pokok Penjualan 7.389.048.714
Laba Kotor 2.249.258.386
Biaya Operasional
Biaya Penjualan
Gaji Bagian Pemasaran 126.409.500
Biaya Promosi 21.574.000
Biaya Transportasi 38.206.800
Biaya Penyusutan Kendaraan 67.500.000
Biaya Pemeliharaan Kendaraan 4.583.000
Total Biaya Penjualan 258.273.300
Biaya Administrasi Umum
Gaji Staf 1.171.967.800
Biaya Penyusutan Inventaris Kantor 26.500.000
Biaya Postel 21.273.800
Biaya Transportasi 4.182.900
Biaya ATK 2.311.800
Biaya Perbaikan Kantor 4.146.800
Biaya Penyusutan Bangunan 45.624.100
Biaya Administrasi lain-lain 49.716.400
Total Biaya Administrasi dan Umum 1.325.723.600
Total Biaya Operasional 1.583.996.900
Laba Rugi Usaha 665.261.486
Pendapatan Cecek 98.578.700
Biaya lain-lain 102.738.124
Laba Sebelum Pajak 661.102.062
Pajak Pendapatan 138.831.433
Laba Setelah Pajak 522.270.629
Sumber: PT. Kasin, 2011
72

Tabel 12: Laporan Rugi Laba PT. Kasin periode 31 Desember 2012
(dalam rupiah)
Penjualan 10.016.545.000
Harga Pokok Penjualan 7.823.737.061
Laba Kotor 2.192.807.939
Biaya Operasional
Biaya Penjualan
Gaji Bagian Pemasaran 149.177.000
Biaya Promosi 34.532.600
Biaya Transportasi 49.604.500
Biaya Penyusutan Kendaraan 67.500.000
Biaya Pemeliharaan Kendaraan 5.185.800
Total Biaya Penjualan 305.999.900
Biaya Administrasi Umum
Gaji Staf 1.242.494.400
Biaya Penyusutan Inventaris Kantor 21.528.000
Biaya Postel 29.135.200
Biaya Transportasi 5.135.200
Biaya ATK 1.202.600
Biaya Perbaikan Kantor 3.195.600
Biaya Penyusutan Bangunan 45.624.100
Biaya Administrasi lain-lain 56.735.100
Total Biaya Administrasi dan Umum 1.405.050.200
Total Biaya Operasional 1.711.050.100
Laba Rugi Usaha 481.757.839
Pendapatan Cecek 97.551.000
Biaya lain-lain 82.784.912
Laba Sebelum Pajak 496.523.927
Pajak Pendapatan 90.367.355
Laba Setelah Pajak 406.156.572
Sumber: PT. Kasin, 2012
73

Tabel 13: Laporan Rugi Laba PT. Kasin periode 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
Penjualan 9.873.176.000
Harga Pokok Penjualan 7.578.035.504
Laba Kotor 2.295.140.496
Biaya Operasional
Biaya Penjualan
Gaji Bagian Pemasaran 159.285.000
Biaya Promosi 39.508.000
Biaya Transportasi 48.122.000
Biaya Penyusutan Kendaraan 67.500.000
Biaya Pemeliharaan Kendaraan 5.728.100
Total Biaya Penjualan 320.143.100
Biaya Administrasi Umum
Gaji Staf 1.242.494.400
Biaya Penyusutan Inventaris Kantor 27.635.000
Biaya Postel 24.527.900
Biaya Transportasi 7.290.900
Biaya ATK 1.271.800
Biaya Perbaikan Kantor 3.366.400
Biaya Penyusutan Bangunan 45.624.100
Biaya Administrasi lain-lain 59.726.300
Total Biaya Administrasi dan Umum 1.411.936.800
Total Biaya Operasional 1.732.079.900
Laba Rugi Usaha 563.060.596
Pendapatan Cecek 88.555.900
Biayalain-lain 95.181.053
Laba Sebelum Pajak 556.435.443
Pajak Pendapatan 112.399.959
Laba Setelah Pajak 444.035.484
Sumber: PT. Kasin, 2013
74

Tabel 14: Harga Pokok Penjualan PT. Kasin periode 31 Desember


2011 (dalam rupiah)
Persediaan Awal Bahan Baku 307.653.953
Pembelian Bahan Baku 3.343.623.600
Bahan Baku yang Tersedia 3.651.277.553
Persediaan Akhir Bahan Baku 240.535.564
Bahan Baku yang Dipakai 3.410.741.989
Biaya Tenaga Kerja Langsung 1.920.491.000
Biaya FOH
Biaya Bahan Penolong 789.704.369
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 94.803.000
Biaya Air 110.921.681
Biaya Listrik 747.461.740
Ongkos Angkut 41.829.000
Biaya Pemeliharaan Pabrik 12.183.000
Biaya Pemeliharaan Mesin 77.412.600
Biaya Bahan Bakar Mesin 84.214.700
Biaya Penyusutan Mesin 215.916.800
Biaya Pemakaian Plastik dan Karung 6.200.300
Total Biaya FOH 2.180.647.190
Total Biaya Produksi 7.511.880.179
Persediaan Awal Barang Dalam Proses 329.616.500
Total Barang Dalam Proses 7.841.496.679
Persedaan Akhir Dalam Proses 410.990.654
Harga Pokok Produksi 7.430.506.025
Persediaan Awal Barang Jadi 169.538.423
Barang Jadi yang Tersedia 7.600.044.448
Persediaan Akhir Barang Jadi 210.995.734
Harga Pokok Penjualan 7.389.048.714
Sumber: PT. Kasin, 2011
75

Tabel 15: Harga Pokok Penjualan PT. Kasin periode 31 Desember


2012 (dalam rupiah)
Persediaan Awal Bahan Baku 240.535.564
Pembelian Bahan Baku 3.512.160.300
Bahan Baku yang Tersedia 3.752.695.864
Persediaan Akhir Bahan Baku 353.634.692
Bahan Baku yang Dipakai 3.399.061.172
Biaya Tenaga Kerja Langsung 2.088.217.000
Biaya FOH
Biaya Bahan Penolong 796.519.861
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 96.857.000
Biaya Air 135.248.619
Biaya Listrik 791.334.590
Ongkos Angkut 62.913.000
Biaya Pemeliharaan Pabrik 16.768.200
Biaya Pemeliharaan Mesin 63.572.400
Biaya Bahan Bakar Mesin 97.151.400
Biaya Penyusutan Mesin 197.255.100
Biaya Pemakaian Plastik dan Karung 8.655.900
Total Biaya FOH 2.266.276.070
Total Biaya Produksi 7.753.554.242
Persediaan Awal Barang Dalam Proses 410.990.654
Total Barang Dalam Proses 8.164.544.896
Persedaan Akhir Dalam Proses 360.902.865
Harga Pokok Produksi 7.803.642.031
Persediaan Awal Barang Jadi 210.995.734
Barang Jadi yang Tersedia 8.014.637.765
Persediaan Akhir Barang Jadi 190.900.704
Harga Pokok Penjualan 7.823.737.061
Sumber: PT. Kasin, 2012
76

Tabel 16: Harga Pokok Penjualan PT. Kasin periode 31 Desember


2013 (dalam rupiah)
Persediaan Awal Bahan Baku 353.634.692
Pembelian Bahan Baku 3.593.006.200
Bahan Baku yang Tersedia 3.946.640.892
Persediaan Akhir Bahan Baku 383.339.970
Bahan Baku yang Dipakai 3.563.300.922
Biaya Tenaga Kerja Langsung 1.848.426.000
Biaya FOH
Biaya Bahan Penolong 701.309.167
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 108.859.900
Biaya Air 138.726.420
Biaya Listrik 829.020.570
Ongkos Angkut 65.177.000
Biaya Pemeliharaan Pabrik 14.632.400
Biaya Pemeliharaan Mesin 65.712.650
Biaya Bahan Bakar Mesin 91.747.050
Biaya Penyusutan Mesin 182.039.700
Biaya Pemakaian Plastik dan Karung 8.836.400
Total Biaya FOH 2.206.061.257
Total Biaya Produksi 7.617.788.179
Persediaan Awal Barang Dalam Proses 360.902.865
Total Barang Dalam Proses 7.978.691.044
Persedaan Akhir Dalam Proses 410.960.626
Harga Pokok Produksi 7.567.730.418
Persediaan Awal Barang Jadi 190.900.704
Barang Jadi yang Tersedia 7.758.631.122
Persediaan Akhir Barang Jadi 180.595.618
Harga Pokok Penjualan 7.578.035.504
Sumber: PT. Kasin, 2013

B. Analisis dan Interpretasi Data

Dalam investasi aktiva tetap ini, perusahaan PT. Kasin berencana

membeli beberapa mesin. Penambahan mesin dimaksudkan untuk meningkatkan

kapasitas produksi sehingga permintaan dapat dipenuhi sehingga penghasilan

perusahaan dapat bertambah. Mesin yang direncanakan akan dibeli perusahaan


77

yaitu mesin walls, mesin setting out, mesin shaving, mesin toggle, mesin ironing,

mesin stalking, mesin measuring, mesin split dan mesin molen.

1. Depresiasi

Besarnya initial investment yang diperlukan untuk rencana

penambahan aktiva tetap berupa mesin yang dilakukan PT. Kasin adalah

sebesar Rp. 1.060.000.000,00. Nilai residu untuk sembilan mesin tersebut

diperkirakan masing-masing 10% dengan masa ekonomis sebesar 8 tahun.

Berikut ini disajikan perhitungan depresiasi masing-masing mesin yang akan

diinvestasikan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus:


Depresiasi per tahun =

Tabel 17. Perhitungan Depresiasi

No Jenis Mesin Harga Nilai Residu Nilai Depresiasi/


Perolehan Depresiasi tahun
1 Mesin walls 120.000.000 12.000.000 108.000.000 13.500.000
2 Mesin Setting Out 135.000.000 13.500.000 121.500.000 15.187.500
3 Mesin Shaving 95.000.000 9.500.000 85.500.000 10.687.500
4 Mesin Toggle 75.000.000 7.500.000 67.500.000 8.437.500
5 Mesin Ironing 145.000.000 14.500.000 130.500.000 16.312.500
6 Mesin Stalking 120.000.000 12.000.000 108.000.000 13.500.000
7 Mesin Measuring 165.000.000 16.500.000 148.500.000 18.562.500
8 Mesin Split 125.000.000 12.500.000 112.500.000 14.062.500
9 Mesin Molen 80.000.000 8.000.000 72.000.000 9.000.000
Total 106.000.000 954.000.000 119.250.000
Sumber : Data diolah

2. Biaya Modal

Dalam investasi aktiva tetap, perusahaan harus menentukan sumber

dana akan diperoleh untuk mengetahui besarnya biaya yang secara riil harus

ditanggung oleh perusahaan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,


78

dana yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai pengadaan aktiva tetap

adalah sebesar Rp. 1.060.000.000,00. Dari kebutuhan tersebut, perusahaan

menggunakan dua sumber yaitu 15% modal sendiri dan 85% merupakan

pinjaman dari bank dengan masa pinjaman selama delapan tahun.

Modal sendiri : 1.060.000.000,00 x 15% = 159.000.000

Modal Pinjaman : 1.060.000.000,00 x 85% = 901.000.000

Berdasarkan proporsi modal diatas, maka besarnya biaya modal dapat

dihitung sebagai berikut:

a. Modal Sendiri

Modal Sendiri yang akan digunakan sebesar 15% dari total initial

investment. Biaya modal sendiri dihitung menggunakan Return On

Equity (ROE) tahun 2013, yaitu dengan membandingkan laba bersih

dengan modal sendiri. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

ROE =

= 11.60%

b. Modal Pinjaman

Modal pinjaman yang akan digunakan adalah sebesar 85% dari total

initial investment denga bunga 14%. Perhitungan biaya modal pinjaman

adalah sebagai berikut:

Kd* = Kd x (1-t)

T =
79

= x 100%

= 20,2%

Sehingga

Kd*= Kd x (1-t)

= 14% (1 – 0,202)

= 11,17%

Karena sumber dana yang digunakan oleh perusahaan untuk

melakukan investasi aktiva tetap berasal dari dua sumber, yaitu dari modal

sendiri dan modal pinjaman, sehingga biaya modalnya adalah rata-rata

tertimbang dari berbagai biaya (weighted average cost of capital). Hasil dari

weighted average cost of capital akan dijadikan discount factor. Perhitungan

dari biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut:

Tabel 18: Perhitungan Biaya Modal

Keterangan Proporsi Biaya Proporsi x Biaya


Modal Modal
Modal sendiri 11,60% 15% 1,74%
Modal pinjaman 11,17% 85% 9,50%
Discount Factor (Df) 11,24%
Sumber : Data diolah
3. Proyeksi Permintaan

Proyeksi permintaan dilakukan untuk memprediksi jumlah permintaan

yang dapat terpenuhi dengan adanya tambahan mesin di masa mendatang.

Perhitungan proyeksi permintaan kulit box tahun 2014 – 2021 terdapat dalam

lampiran 1. Berikut ini disajikan proyeksi permintaan masing-masing produk

selama tahun 2014-2021:


80

Tabel 19: Proyeksi Permintaan Masing-Masing Produk Tahun 2014-


2021
Tahun Kulit Box (feet) Kulit Sol (kg)
2014 217.104 53.888
2015 225.607 56.890
2016 234.110 59.891
2017 242.613 62.893
2018 251.116 65.894
2019 259.619 68.896
2020 268.122 71.897
2021 276.625 74.899
Sumber: Data diolah

4. Proyeksi Harga Jual

Proyeksi harga jual dilakukan untuk memprediksi harga jual produk di

masa mendatang. Perhitungan proyeksi harga jual tahun 2014 – 2021 terdapat

dalam lampiran 2. Berikut ini disajikan proyeksi harga jual kulit box dan kulit

sol selama tahun 2014 - 2021:

Tabel 20: Proyeksi Harga Jual Masing-Masing Produk Tahun 2014-


2021
Tahun Kulit Box (feet) Kulit Sol (kg)
2014 27.867 143.567
2015 30.667 147.067
2016 33.467 150.567
2017 36.267 154.067
2018 39.067 157.567
2019 41.867 161.067
2020 44.667 164.567
2021 47.467 168.067

Sumber: Data diolah

Berikut ini disajikan proyeksi penjualan kulit box dan kulit sol selama

tahun 2014 – 2021:


81

Tabel 21: Proyeksi Penjualan tahun 2014-2021 (dalam rupiah)

Tahun Kulit Box Kulit Sol Total Penjualan


Penjualan Harga Hasil Penjualan Harga Hasil
2014 217.104 27.867 6.049.964.800 53.888 143.567 7.736.520.533 13.786.485.333
2015 225.607 30.667 6.918.614.667 56.890 147.067 8.366.549.133 15.285.163.800
2016 234.110 33.467 7.834.881.333 59.891 150.567 9.017.588.233 16.852.469.567
2017 242.613 36.267 8.798.764.800 62.893 154.067 9.689.637.833 18.488.402.633
2018 251.116 39.067 9.810.265.067 65.894 157.567 10.382.697.933 20.192.963.000
2019 259.619 41.867 10.869.382.133 68.896 161.067 11.096.768.533 21.966.150.667
2020 268.122 44.667 11.976.116.000 71.897 164.567 11.831.849.633 23.807.965.633
2021 276.625 47.467 13.130.466.667 74.899 168.067 12.587.941.233 25.718.407.900
Sumber: Data diolah
82

5. Proyeksi Harga Pokok Penjualan

Proyeksi harga pokok penjualan dilakukan untuk memprediksi

besarnya harga pokok penjualan di masa yang akan datang. Pada tabel 22

akan disajikan proyeksi harga pokok penjualan pada tahun 2014-2021

sedangkan perhitungan dilihat pada lampiran 3:

Tabel 22: Proyeksi Harga Pokok Penjualan tahun 2014-2021 (dalam

rupiah

Tahun Harga Pokok Penjualan


2014 10.639.733.842
2015 11.796.340.448
2016 13.005.910.241
2017 14.268,443.221
2018 15.583.939.388
2019 16.952.398.743
2020 18.373.821.285
2021 19.848.207.015
Sumber : Data diolah

Dari hasil proyeksi harga pokok penjualan, dapat disimpulkan bahwa

harga pokok penjualan selama 8 tahun mengalami peningkatan setiap

tahunnya

6. Proyeksi Biaya Operasional

Proyeksi biaya operasional dilakukan untuk memprediksi besarnya

biaya operasional di masa mendatang. Proyeksi biaya operasional terdiri dari

biaya penjualan dan biaya administrasi umum.


83

a. Biaya penjualan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

memasarkan dan menjual produk ke konsumen. Proyeksi biaya penjualan

bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya yang disebabkan proses

penjualan pada masa mendatang. Perhitungan proyeksi biaya penjualan

dapat dilihat pada lampiran 4. Pada tabel 23 akan disajikan proyeksi

biaya penjualan pada tahun 2014 hingga 2021.

Tabel 23: Proyeksi Biaya Penjualan tahun 2014-2021 (dalam rupiah)

Tahun Biaya Penjualan


2014 412.544.634
2015 457.390.855
2016 504.290.668
2017 553.244.073
2018 604.251.072
2019 657.311.663
2020 712.425.846
2021 769.593.622
Sumber : Data diolah

b. Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan

selain biaya penjualan dan produksi diperuntukkan untuk menopang

kelancaran administrasi perusahaan. Proyeksi beban administrasi dan

umum bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya pada masa

mendatang. Berikut ini disajikan proyeksi biaya administrasi dan umum

pada tahun 2014 hingga 2021:


84

Tabel 24: Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum tahun 2014-2021


(dalam rupiah)

Tahun Biaya Administrasi dan Umum


2014 1.933.911.385
2015 2.144.139.828
2016 2.363.995.026
2017 2.593.476.979
2018 2.832.585.688
2019 3.081.321.151
2020 3.339.683.369
2021 3.607.672.342
Sumber : Data diolah

Tabel 25: Proyeksi Biaya Operasional tahun 2014-2021 (dalam


rupiah)

Tahun Biaya Penjualan Biaya Administrasi dan Biaya


Umum Operasional
2014 412.544.634 1.933.911.385 2.346.456.019
2015 457.390.855 2.144.139.828 2.601.530.683
2016 504.290.668 2.363.995.026 2.868.285.694
2017 553.244.073 2.593.476.979 3.146.721.053
2018 604.251.072 2.832.585.688 3.436.836.759
2019 657.311.663 3.081.321.151 3.738.632.813
2020 712.425.846 3.339.683.369 4.052.109.215
2021 769.593.622 3.607.672.342 4.377.265.965
Sumber : Data diolah

7. Bunga Pinjaman

Perusahaan kulit PT. Kasin dalam investasi aktiva tetap berencana

menggunakan dana pinjaman yang berasal dari bank sebesar 85% dari initial
85

investment. Tingkat bunga pada saat peminjaman sebesar 14% per tahun

dengan masa pinjam selama delapan tahun. Berikut ini adalah perhitungan

pembayaran bunga dan angsuran pokok pinjaman PT. Kasin.

Besar pinjaman = Rp. 1.060.000.000 x 85%

= Rp. 901.000.000

Angsuran =

= Rp. 194.228.591

Tabel 26: Perhitungan Angsuran Pinjaman

Tahun Pinjaman Bunga (14%) Total Angsuran/


Tahun
2014 901.000.000 126.140.000 1.027.140.000 194.228.591

2015 832.911.409 116.607.597 949.519.006 194.228.591

2016 755.290.414 105.740.658 861.031.072 194.228.591

2017 666.802.481 93.352.347 760.154.828 194.228.591

2018 565.926.237 79.229.673 645.155.910 194.228.591

2019 450.927.318 63.129.825 514.057.143 194.228.591

2020 319.828.552 44.775.997 364.604.549 194.228.591

2021 170.375.957 23.852.634 194.228.591 194.228.591

Sumber: Data diolah

8. Proyeksi Laba Setelah Pajak

Proyeksi laba setelah pajak dilakukan untuk mengetahui besar laba

atau rugi setelah dikurangi pajak penghasilan. Untuk badan usaha yang

memiliki penghasilan bruto atau omzet di bawah Rp.4.800.000.000 akan

mendapatkan pengurangan sebesar 50% sehingga tarif pajak akan menjadi

12,5%, sementara untuk badan usaha yang memiliki penghasilan bruto atau
86

omzet di antara Rp.4.800.000.000 hingga Rp.50.000.000.000 akan

mendapatkan pengurangan sebagian. Sedangkan perusahaan yang

berpenghasilan bruto lebih dari Rp.50.000.000.000 dikenai tarif sebesar 25%.

Perhitungan proyeksi tarif pajak dapat dilihat pada lampiran 5. Berikut ini

disajikan tabel proyeksi laba setelah pajak PT. Kasin tahun 2014-2021:
87

Tabel 27: Perhitungan Proyeksi Laba setelah Pajak tahun 2014-2021 (dalam rupiah)

Tahun Pendapatan HPP Biaya Depresiasi EBIT Bunga EBT Pajak EAT
Operasional
2014 13.786.485.333 10.639.733.842 2.346.456.019 119.250.000 681.045.472 126.140.000 554.905.472 114.576.392 440.329.079
2015 15.285.163.800 11.796.340.448 2.601.530.683 119.250.000 768.042.669 116.607.597 651.435.072 137.287.499 514.147.574
2016 16.852.469.567 13.005,910.241 2.868.285.694 119.250.000 859.023.632 105.740.658 753.282.974 161.501.542 591.781.432
2017 18.488.402.633 14.268,443.221 3.146.721.053 119.250.000 953.988.360 93.352.347 860.636.012 187.228.975 673.407.038
2018 20.192.963.000 15.583,939.388 3.436.836.759 119.250.000 1.052.936.852 79.229.673 973.707.179 214.494.720 759.212.459
2019 21.966.150.667 16.952.398.743 3.738.632.813 119.250.000 1.155.869.110 63.129.825 1.092.739.285 243.336.917 849.402.369
2020 23.807.965.633 18.373.821.285 4.052.109.215 119.250.000 1.262.785.133 44.775.997 1.218.009.135 273.806.445 944.202.691
2021 25.718.407.900 19.848.207.015 4.377.265.965 119.250.000 1.373.684.920 23.852.634 1.349.832.286 305.967.033 1.043.865.253
Sumber : Data diolah
88

9. Proyeksi Cash Inflow

Proyeksi Cash inflow dilakukan untuk menggambarkan kondisi kas

masuk perusahaan di masa mendatang, sehingga dapat diketahui jumlah kas

bersih yang diterima atas investasi yang dilakukan. Proyeksi Cash inflow

dihitung dengan cara menghitung incremental EAT terlebih dahulu.

Incremental EAT dihitung dengan cara mengurangkan EAT setelah

melakukan penambahan mesin dikurangi dengan EAT sebelum melakukan

penambahan mesin. Setelah mengetahui Incremental EAT, cash inflow dapat

dihitung dengan menjumlahkan Incremental EAT, depresiasi dan besarnya

bunga setelah dikurangi pajak. Berikut ini disajikan proyeksi cash inflow PT.

Kasin setelah melakukan investasi mulai tahun 2014-2021:

Tabel 28. Proyeksi Incremental Earning After Tax (EAT) tahun 2014-

2021 (dalam rupiah)

Tahun EAT Setelah EAT Sebelum Incremental EAT


Penambahan Mesin Penambahan Mesin
2014 440.329.079 444.035.484 (3.706.404)
2015 514.147.574 444.035.484 70.112.090
2016 591.781.432 444.035.484 147.745.949
2017 673.407.038 444.035.484 229.371.554
2018 759.212.459 444.035.484 315.176.975
2019 849.402.369 444.035.484 405.366.885
2020 944.202.691 444.035.484 500.167.207
2021 1.043.865.253 444.035.484 599.829.770
Sumber: Data diolah
89

Tabel 29: Proyeksi Cash Inflow tahun 2014-2021 (dalam rupiah)

Tahun Incremental Depresiasi Bunga x Cash Inflow


EAT (1-T)
2014 (3.706.404) 119.250.000 100.094.724 215.638.320
2015 70.112.090 119.250.000 92.032.983 281.395.074
2016 147.745.949 119.250.000 83.070.188 350.066.137
2017 229.371.554 119.250.000 73.043.803 421.665.357
2018 315.176.975 119.250.000 61.776.432 496.203.407
2019 405.366.885 119.250.000 49.071.744 573.688.629
2020 500.167.207 119.250.000 34.710.427 654.127.634
2021 599.829.770 119.250.000 18.445.948 737.525.717
Sumber : Data diolah

Tabel 30: Proyeksi Kumulatif Cash Inflow (dalam rupiah)

Tahun Cash Inflow Kumulatif Cash Inflow


2014 215.638.320 215.638.320
2015 281.395.074 497.033.393
2016 350.066.137 847.099.530
2017 421.665.357 1.268.764.887
2018 496.203.407 1.764.968.294
2019 573.688.629 2.338.656.924
2020 654.127.634 2.992.784.558
2021 737.525.717 3.730.310.275
Sumber: Data diolah

10. Analisis Capital Budgeting

a. Metode Average Rate of Return (ARR)

Metode average rate of return digunakan untuk mengukur seberapa

besar tingkat keuntungan rata-rata yang akan diperoleh dari suatu investasi.

Nilai yang didapat dari perhitungan ARR akan dibandingkan dengan biaya
90

modal yang digunakan untuk mendanai investasi. Rumus yang dipergunakan

untuk menghitung ARR adalah sebagai berikut:

Average EAT =

= Rp. 283.008.003

ARR = x 100%

= 26,69%

Berdasarkan hasil diatas, nilai ARR yang didapat adalah sebesar

26,69%. Nilai tersebut melebihi tingkat keuntungan yang diinginkan oleh

perusahaan sebesar 11,24 %. Hal ini menandakan bahwa investasi layak

dilaksanakan.

b. Metode Payback Period (PP)

Payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang

dibutuhkan untuk menutup pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran

kas masuk atau cash inflow. Rumus yang dipergunakan untuk menghitung

payback period adalah sebagai berikut:

Payback Period =t+( )


Payback Period =3+( )

=3+( )

= 3 + 0,504903868 tahun
91

0,504903868 x 12 bulan = 6,058846417

= 6 bulan

0,058846417 x 30 hari = 1,765392505

= 2 hari

= 3 tahun 6 bulan 2 hari

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, payback period investasi pada

tahun ke 3 bulan ke 6 hari ke 2. Hal ini menandakan investasi layak karena

pengembalian lebih kecil daripada masa manfaat mesin yaitu 8 tahun.

c. Metode Net Present Value (NPV)

Metode ini menilai selisih antara nilai sekarang (present value)

investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di

masa yang akan datang. Perhitungan net present value menggunakan discount

factor dari biaya modal sebesar 11,24%.

Tabel 31: Perhitungan Present Value Cash Inflow tahun 2014- 2021

Tahun Cash Inflow DF (11,24%) PV Cash Inflow


2014 215.638.320 0,8990 193.849.622
2015 281.395.074 0,8081 227.402.131
2016 350.066.137 0,7265 254.312.180
2017 421.665.357 0,6531 275.374.678
2018 496.203.407 0,5871 291.309.629
2019 573.688.629 0,5278 302.768.271
2020 654.127.634 0,4744 310.338.485
2021 737.525.717 0,4265 314.549.738
Total PV Cash Inflow 2.169.904.733
Innital Investment 1.060.000.000
NPV 1.109.904.733
Sumber : Data diolah
92

Berdasarkan perhitungan diatas nilai present value cash inflow lebih

besar daripada nilai investasi yang direncanakan. Nilai NPV yang dihasilkan

sebesar Rp. 1.109.904.733. Rencana investasi layak dilaksanakan karena

menghasilkan nilai NPV positif.

d. Metode Profitability Index (PI)

Metode Profitability Index digunakan untuk mengukur present value

untuk setiap rupiah yang diinvestasikan. Perhitungan profitability index

adalah sebagai berikut:

PI =

= 2,0471

Berdasarkan perhitungan diatas nilai Profitability Index yang didapat

adalah sebesar 2,0471 atau PI > 1. Sehingga rencana investasi layak untuk

dilaksanakan.

e. Metode Internal Rate of Return (IRR)

Metode Internal Rate of Return digunakan untuk menghitung tingkat

bunga yang akan menyamakan present value cash inflow dengan jumlah

innital investment dari rencana investasi yang akan dinilai. Perhitungan IRR

diakukan secara coba-coba (trial and error) sampai menghasilkan nilai NPV

positif dan negatif.


93

Tabel 32. Perhitungan Trial and Error NPV tahun 2014-2021

Tahun Cash Inflow Df PV Df PV


(30%) Cash Inflow (31%) Cash Inflow
2014 215.638.320 0,7692 165.875.631 0,7634 164.609.404
2015 281.395.074 0,5917 166.505.961 0,5827 163.973.588
2016 350.066.137 0,4552 159.338.251 0,4448 155.717.067
2017 421.665.357 0,3501 147.636.763 0,3396 143.180.126
2018 496.203.407 0,2693 133.642.004 0,2592 128.618.448
2019 573.688.629 0,2072 118.854.637 0,1979 113.513.749
2020 654.127.634 0,1594 104.245.911 0,1510 98.801.475
2021 737.525.717 0,1226 90.412.890 0,1153 85.036.779
Total Present Value Cash Inflow 1.086.512.046 1.053.450.636
Initial Investment 1.060.000.000 1.060.000.000
NPV 26.512.046 (6.549.364)
Sumber : Data diolah

NPV postif dan negatif berada pada discount rate 30% dan 31% maka

proses trial and error dilanjutkan dengan interpolasi untuk menentukan IRR

sebenarnya.

Tabel 33: Perhitungan Interpolasi

30% 1.086.512.046 1.086.512.046


Innital Investment - 1.060.000.000
31% 1.053.450.636 -
33.061.411 26.512.046
Sumber : Data diolah

IRR = 30 % + x 1%

= 30 % + 0,801903 x 1 %

= 30,80 %

Berdasarkan perhitungan diatas, nilai IRR yang dihasilkan sebesar

30,80%. Nilai tersebut lebih besar daripada biaya modal yang dikeluarkan

sebesar 11,24% sehingga rencana investasi layak dilaksanakan.


94

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,

dapat diambil kesimpulan sebagai bahan masukan bagi perusahaan untuk

melakukan investasi aktiva tetap.

A. Kesimpulan

1. Rencana investasi yang akan dilaksanakan PT. Kasin adalah pembelian

mesin. Mesin yang direncanakan untuk dibeli antara lain mesin walls,

mesin setting out, mesin shaving, mesin toggle, mesin ironing, mesin

stalking, mesin measuring mesin split dan mesin molen. Pembelian mesin

membutuhkan dana sebesar Rp. 1.060.000.000. Perusahaan

menggunakan dua sumber pendanaan yaitu modal sendiri sebesar 15%

dan hutang bank sebesar 85%.

2. Hasil perhitungan ARR diperoleh angka sebesar 26,69%. Hal ini

menunjukkan rencana investasi layak dilaksanakan karena nilai ARR

lebih besar dari biaya modal yang diinginkan perusahaan sebesar 11,24%

3. Hasil analisis payback period, diperkirakan investasi akan kembali dalam

jangka waktu 3 tahun 6 bulan 2 hari. Hal ini menandakan investasi layak

dilaksanakan karena masa payback period lebih cepat dari umur investasi

mesin yaitu 8 tahun.

94
95

4. Berdasarkan net present value yang bernilai Rp. 1.109.904.733 maka

dapat disimpulkan bahwa investasi layak dilaksanakan karena nilai NPV

lebih dari 0 (NPV>0).

5. Berdasarkan metode profitability index, rencana investasi aktiva tetap

layak dilaksanakan karena nilai profitability index lebih besar dari 1 yaitu

sebesar 2,0471

6. Berdasarkan metode internal rate of return, rencana investasi layak

untuk dilaksanakan, karena nilai IRR 30,80% lebih besar dari biaya

modal yang dikeluarkan yaitu 11,24%.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dikemukakan berdasarkan hasil penelitian pada PT.

Kasin adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan perhitungan kelayakan investasi menggunakan capital

budgeting, sebaiknya rencana PT. Kasin untuk melaksanakan investasi

aktiva tetap segera dilaksanakan. Hal ini dikarenakan seluruh penilaian

kelayakan investasi menyatakan bahwa rencana investasi layak

dilaksanakan.

2. Berdasarkan kondisi keuangan perusahaan yang sehat dan permintaan

yang semakin tinggi, sebaiknya perusahaan dapat melakukan penambahan

mesin baru guna meningkatkan jumlah produksi sehingga permintaan

konsumen dapat terpenuhi di masa mendatang.


96

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, L.S. 2001. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi Offset.

Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta: Ekonisia.

Baroto Teguh. 2003. Pengantar Teknik Industri edisi 1. Malang: UMM.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting (Edisi 8). Yogyakarta: BPFE.

Benny, Moh Alexandri. 2008. Manajemen Keuangan Bisnis (Cetakan Kesatu).


Bandung: Alfabeta.

Brealey, Richard A C. Myers. Alan J. Marcus.2008. Dasar-dasar manajemen


Keuangan Perusahaan. Edisi Kelima,Jakarta: Erlangga.

Efferin, Sujoko. Darmadji, Stefanus Hadji dan Tan Yuliawati. 2006. Metode
Penelitian Akuntansi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Haming, Murdifin, Basalamah Salim. 2010. Studi Kelayakan Investasi: Proyek &
Bisnis. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.

Halim, Abdul. 2005. Manajemen Keuangan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hanafi, Mahmud. 2004. Manajemen Keuangan Edisi 1. Yogyakarta:BPFE.

Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Akuntansi Aktiva tetap (Akuntansi, Pajak,


Revaluasi, Leasing). Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

Harmono. 2011. Manajemen Keuangan (Berbasis Balanced Scorecard


Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Husnan, Suad dan Suwarsono. 2000. Study Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.

Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta:Rineka

Jumingan. 2011. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta :Bumi Aksara.

Kasmir dan Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana.

Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.

Kuswadi. 2007. Analisis Keekonomian Proyek. Yogyakarta: Andi.

96
97

Mardalis. 2008. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.

Manullang, Marihot. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi.

Muslich, Mohamad. 2003. Manajemen Keuangan Modern (Analisis,


Perencanaan, dan Kebijaksanaan). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Moeljadi .2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan kualitatif.


Malang. Banyumedia.

Nasution, S. 2011. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi Manajerial : Dalam Perekonomian Global.


Jakarta: Salemba Empat.

Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta Selatan: Salemba


Empat.

Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktek.


Jakarta: Erlangga

Sundjaja, Ridwan S. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Literata Lintas


Media

Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis.


Yogyakarta: Andi

Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi


dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan). Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.

Tandelilin, Eduardus. 2007. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.


Yogyakarta:BPFE.
Warsono. 2003. Manajemen keuangan Perusahaan. Malang: Banyumedia
Publishing.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1. Jakarta Selatan: Salemba


Empat.

Wibisono, Dermawan. 2003. Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


98

Lampiran 1. Perhitungan Proyeksi Jumlah Permintaan Produk PT. Kasin


Tahun 2014-2021

1. Kulit Box

Tahun Permintaan (Y) X X² XY


2011 190.285 -1 1 (190.285)
2012 202.718 0 0 -
2013 207.291 1 1 207.291
n=3 600.294 0 2 17.006
Keterangan

Y= jumlah permintaan pada periode 2011-2013

X = nilai pada periode 2011-2013

a = ΣY : n = 600.294: 3 = 200.098

b = ΣXY : ΣX2 = 17.006 : 2 = 8.503

Sehingga persamaan yang dihasilkan

a + bX = 200.098+ 8.503x

Tahun x a bX Y= 200.098+ 8.503x


2014 2 200.098 8.503 217.104
2015 3 200.098 8.503 225.607
2016 4 200.098 8.503 234.110
2017 5 200.098 8.503 242.613
2018 6 200.098 8.503 251.116
2019 7 200.098 8.503 259.619
2020 8 200.098 8.503 268.122
2021 9 200.098 8.503 276.625

98
99

2. Kulit Sol

Tahun Permintaan (Y) X X² XY


2011 44.991 -1 1 (44.991)
2012 47.670 0 0 -
2013 50.994 1 1 50.994
3 143.655 0 2 6.003

Keterangan

Y= jumlah permintaan pada periode 2011-2013

X = nilai pada periode 2011-2013

a = ΣY : n = 143.655: 3 = 47.885

b = ΣXY : ΣX2 = 6.003 : 2 = 3.001,5

Sehingga a + bX = 51.215+ 6.501,5 x

Tahun X a bX Y = 47.885+ 3.001,5x


2014 2 47.885 3.001,5 53.888
2015 3 47.885 3.001,5 56.890
2016 4 47.885 3.001,5 59.891
2017 5 47.885 3.001,5 62.893
2018 6 47.885 3.001,5 65.894
2019 7 47.885 3.001,5 68.896
2020 8 47.885 3.001,5 71.897
2021 9 47.885 3.001,5 74.899
100

Lampiran 2. Perhitungan Proyeksi Harga Jual Produk pada PT. Kasin


Tahun 2014-2021
1. Kulit Box

Tahun Harga Jual (Y) X X² XY


2011 19.300 -1 1 (19.300)
2012 22.600 0 0 -
2013 24.900 1 1 24.900
3 66.800 0 2 5.600

Keterangan
Y= jumlah harga jual pada periode 2011-2013

X = nilai pada periode 2011-2013

a = ΣY : n = 66.800: 3 = 22.266

b = ΣXY : ΣX2 = 5.600: 2 = 2.800 x

Sehingga a + bX = 22.266+ 2.800 x

Tahun X a bX Y = 22.266+ 2.800 x


2014 2 22.266 2.800 27.867

2015 3 22.266 2.800 30.667

2016 4 22.266 2.800 33.467

2017 5 22.266 2.800 36.267

2018 6 22.266 2.800 39.067

2019 7 22.266 2.800 41.867

2020 8 22.266 2.800 44.667

2021 9 22.266 2.800 47.467


101

2. Kulit Sol

Tahun Harga Jual (Y) X X² XY


2011 132.600 -1 1 (132.600)
2012 137.500 0 0 -
2013 139.600 1 1 139.600
3 409.700 0 2 7.000

Keterangan
Y= jumlah harga jual pada periode 2011-2013

X = nilai pada periode 2011-2013

a = ΣY : n = 409.700: 3 = 136.566

b = ΣXY : ΣX2 = 7.000 : 2 = 3.500 x

Sehingga a + bX = 136.566+ 3.500 x

Tahun X a bX Y = 136.566+ 3.500 x


2014 2 136.566 3.500 143.567
2015 3 136.566 3.500 147.067
2016 4 136.566 3.500 150.567
2017 5 136.566 3.500 154.067
2018 6 136.566 3.500 157.567
2019 7 136.566 3.500 161.067
2020 8 136.566 3.500 164.567
2021 9 136.566 3.500 168.067
102

Lampiran 3. Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Penjualan pada PT. Kasin


Tahun 2014-2021

Penghitungan proyeksi harga pokok penjualan 2014-2021 dapat dilakukan

dengan cara membagi harga pokok penjualan dengan penjualan pada tahun 2011-

2013 kemudian dikalikan 100%. Berikut ini perhitungan harga pokok penjualan

pada tahun 2011-2013

Tahun 2011 = = 76,63%

Tahun 2012 = = 78,10%

Tahun 2013 = = 76,75%

= 77,1751%

Tahun Penjualan Presentase Harga Pokok Penjualan


2014 13.786.485.333 77,1751% 10.639.733.842

2015 15.285.163.800 77,1751% 11.796.340.448

2016 16.852.469.567 77,1751% 13.005,910.241

2017 18.488.402.633 77,1751% 14.268,443.221

2018 20.192.963.000 77,1751% 15.583,939.388

2019 21.966.150.667 77,1751% 16.952.398.743

2020 23.807.965.633 77,1751% 18.373.821.285

2021 25.718.407.900 77,1751% 19.848.207.015


103

Lampiran 4. Perhitungan Proyeksi Biaya Penjualan dan Biaya Administrasi


dan Umum pada PT. Kasin Tahun 2014-2021
1. Biaya Penjualan

Penghitungan proyeksi biaya penjualan 2014-2021 dapat dilakukan

dengan cara membandingkan masing-masing biaya dengan total penjualan

pada tahun 2011-2013. Berikut ini perhitungan biaya penjualan pada tahun

2011-2013

Tahun 2011 = = 2,68%

Tahun 2012 = = 3,05%

Tahun 2013 = = 3,24%

= 2,99%

Tahun Penjualan Presentase Biaya


Penjualan
2014 13.786.485.333 2,99% 412.544.634

2015 15.285.163.800 2,99% 457.390.855

2016 16.852.469.567 2,99% 504.290.668

2017 18.488.402.633 2,99% 553.244.073

2018 20.192.963.000 2,99% 604.251.072

2019 21.966.150.667 2,99% 657.311.663

2020 23.807.965.633 2,99% 712.425.846

2021 25.718.407.900 2,99% 769.593.622


104

2. Biaya Administrasi dan umum

Berikut ini perhitungan biaya administrasi dan umum pada tahun 2011-

2013:

Tahun 2011 = = 13,75%

Tahun 2012 = = 14,03%

Tahun 2013 = = 14,30%

= 14,03%

Tahun Penjualan Presentase Biaya Administrasi


dan Umum
2014 13.786.485.333 14,03% 1.933.911.385

2015 15.285.163.800 14,03% 2.144.139.828

2016 16.852.469.567 14,03% 2.363.995.026

2017 18.488.402.633 14,03% 2.593.476.979

2018 20.192.963.000 14,03% 2.832.585.688

2019 21.966.150.667 14,03% 3.081.321.151

2020 23.807.965.633 14,03% 3.339.683.369

2021 25.718.407.900 14,03% 3.607.672.342


105

Lampiran 5. Perhitungan Proyeksi Pajak Penghasilan pada PT. Kasin Tahun


2014-2021

Penghitungan proyeksi pajak 2014-2021 berdasarkan Undang-Undang Pajak

Penghasilan nomor 36 tahun 2008 mulai tahun 2010 tarif pajak badan usaha

sebesar 25%. Untuk badan usaha yang memiliki peredaran bruto 4.800.000.000

mendapat pengurangan 50% menjadi sebesar 12,5%. Sedangkan badan usaha

yang memiliki peredaran bruto antara 4.800.000.000 sampai dengan

50.000.000.000 mendapat pengurangan tarif sebesar 50% yang dikenakan atas

penghasilan pajak dari peredaran bruto sampai dengan 4.800.000.000. Badan

usaha yang memiliki penghasilan bruto lebih dari 50.000.000.000 membayar

pajak sebesar 25% dari laba sebelum pajak. Menurut Waluyo (2011:123) untuk

menghitung besarnya pajak dari penghasilan bruto antara 4.800.000.000 sampai

50.000.000.000 membutuhkan beberapa langkah yaitu:

1. Menghitung penghasilan kena pajak dari peredaran bruto yang

memperoleh fasilitas pengurangan dengan rumus sebagai berikut:

x Penghasilan kena pajak

2. Menghitung penghasilan kena pajak dari peredaran bruto yang tidak

mendapat fasilitas pengurangan dengan rumus sebagai berikut:

Penghasilan kena pajak - penghasilan kena pajak yang memperoleh

fasilitas pengurangan

3. Menghitung jumlah pajak terutang

a. 50% x 25% x penghasilan kena pajak yang memperoleh fasilitas

pengurangan
106

b. 25% x penghasilan kena pajak yang tidak mendapat fasilitas

pengurangan

c. Menjumlahkan hasil dari kedua pajak penghasilan diatas.

Berikut ini penghitungan jumlah pajak dari peredaran bruto yang

mendapatkan perngurangan:

Penghasilan Kena Pajak dari Peredaran Bruto yang Mendapatkan

Pengurangan Pajak = x Penghasilan Kena pajak

Proyeksi Penghasilan Kena Pajak dari


Proyeksi Pendapatan Peredaran Bruto yang
Tahun Peredaran Bruto Kena Pajak Mendapatkan Pengurangan
Pajak
2014 13.786.485.333 554.905.472 193.199.804
2015 15.285.163.800 651.435.072 204.570.156
2016 16.852.469.567 753.282.974 214.553.615
2017 18.488.402.633 860.636.012 223.440.226
2018 20.192.963.000 973.707.179 231.456.595
2019 21.966.150.667 1.092.739.285 238.783.237
2020 23.807.965.633 1.218.009.135 245.566.712
2021 25.718.407.900 1.349.832.286 251.928.307

Proyeksi Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak


Tahun Pendapatan dari Peredaran Bruto dari Peredaran Bruto
Kena Pajak yang Mendapatkan yang Tidak Mendapatkan
Pengurangan Pajak Pengurangan Pajak
2014 554.905.472 193.199.804 361.705.668
2015 651.435.072 204.570.156 446.864.916
2016 753.282.974 214.553.615 538.729.359
2017 860.636.012 223.440.226 637.195.787
2018 973.707.179 231.456.595 742.250.584
2019 1.092.739.285 238.783.237 853.956.048
2020 1.218.009.135 245.566.712 972.442.423
2021 1.349.832.286 251.928.307 1.097.903.979
107

Pajak penghasilan pada tahun 2014 sampai 2021 adalah sebagai berikut:

Penghasilan Kena Penghasilan Kena Pajak


Pajak dari Peredaran dari Peredaran Bruto yang
Bruto yang Tidak Mendapatkan Pajak
Tahun Mendapatkan Pengurangan Pajak x 25% Penghasilan
Pengurangan Pajak
x 12,5%
2014 24.149.975 90.426.417 114.576.392
2015 25.571.270 111.716.229 137.287.499
2016 26.819.202 134.682.340 161.501.542
2017 27.930.028 159.298.947 187.228.975
2018 28.932.074 185.562.646 214.494.720
2019 29.847.905 213.489.012 243.336.917
2020 30.695.839 243.110.606 273.806.445
2021 31.491.038 274.475.995 305.967.033

Anda mungkin juga menyukai