Anda di halaman 1dari 135

BAGIAN 1 :

Materi 1 – Capital Budgeting

Pengertian Capital Budgeting


Penganggaran Modal ( Capital Budgeting ) Istilah penganggaran modal digunakan untuk
melukiskan tindakan perencanaan dan pembelanjaan pengeluaran modal, seperti untuk
pembelian equipmen baru untuk memperkenalkan produk baru, dan untuk memodernisasi
fasilitas pabrik.
Penganggaran Modal ( Capital Budgeting ) adalah Suatu Konsep Investasi Dikatakan sebagai
suatu konsep investasi, sebab penganggaran modal melibatkan suatu pengikatan (penanaman)
dana di masa sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan yang dikehendaki di masa
mendatang. Investasi membutuhkan dana yang relatif besar dan keterikatan dana tersebut dalam
jangka waktu yang relatif panjang, serta mengandung resiko.
Capital Budgeting adalah merupakan proses evaluasi dan pemilihan investasi jangka panjang
yang konsisten terhadap maksimalisasi tujuan perusahaan. DefinisiCapital Budgeting “Capital
Budgeting is the Process of evaluating and selecting long-term invesmentsconsistents with the
firm’s goal of owner wealth maximization”. Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah
proses kegiatan yang mencakup seluruh aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan
untuk memperoleh manfaat (benefit) pada waktu yang akan datang. Penganggaran modal
berkaitan dengan penilaian aktivitas investasi yang diusulkan. Aktivitas suatu investasi
ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama periode tertentu di waktu yang akan
datang, yang mempunyai titik awal (kapan investasi dilaksanakan) dan titik akhir (kapan
investasi akan berakhir).
Investasi adalah pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba
dimasa yang akan datang. Dalam penggantian atau pembahasan kapasitas pabrik misalnya :
dana yang sudah ditanamkan akan terikat dalam jangkawaktu yang panjang, sehingga
perputaran dana tersebut kembali menjadi uang tunai tidak dapat terjadi dalam waktu satu atau
dua tahun, tetapi dalam jangka waktu yanglama..
Sebagai konsekuensinya, perusahaan membutuhkan prosedur tertentu untuk menganalisa dan
menyeleksi beberapa alternatif investasi yang ada. Keputusan mengenai investasi tersebut sulit
dilakukan karena memerlukan penilaian mengenai situasi dimasa yang akan datang, sehingga
dibutuhkan asumsi-asumsi yang mendasari estimasi terhadap situasi yang paling mendekati
yang mungkin terjadi, baik situasi internal maupun eksternal perusahaan. Investasi tersebut
harus dihitung sesuai dengan cash flow perusahaan dan harus merupakan keputusan yang paling
tepat untuk menghindari resiko kerugian atas investasi tersebut. “As time passes, fixed assets
may become obselete or may require an overhaul; at these points, too, financial decisions may
be required”. Perusahaan biasanya membuat berbagai alternative atau variasi untuk berinvestasi
dalam jangka panjang, yakni berupa penambahan asset tetap seperti tanah, mesin dan peralatan.
Aset tersebut merupakan aset yang berpotensi, yang merupakan sumber pendapatan yang
potensial dan mencerminkan nilai dari sebuah perusahaan.Capital budgeting dan keputusan
keuangan diperlakukan secara terpisah. Bila investasi yang diajukan telah ditentukan untuk
diterima, manager keuangan kemudian memilih metoda pembiayaan yang paling baik.
Manajemen keuangan terdiri dari dua kata yang memiliki arti masing-masing dan di satukan
menjadi satu kesatuan yang komplit. Menurut G.R.Terry, manajemen adalah “Suatu proses atau
kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke
arah tujuan-tujuan organisasianal atau maksud-maksud yang nyata”.
Beberapa definisi manajemen keuangan menurut para ahli:
Liefman mengatakan, manajemen keuangan adalah usaha untuk menyediakan uang dan
menggunakan uang untuk mendapat atau memperoleh aktiva.
Suad Husnan mengatakan, manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi
keuangan.
Grestenberg mengatakan, manajemen keuangan adalah “how business are organized to acquire
funds, how they acquire funds, how the use them and how the profits business are distributed”.

James Van Horne mengatakan bahwa manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang
berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan tujuan menyeluruh.

Pentingnya Capital Budgeting


1. Keputusan Capital Budgeting akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama sehingga
akan kehilangan fleksibilitasnya.
Contoh pembelian sebuah aktiva yang memiliki umur ekonomis 10 tahun akan mengunci
perusahaan selama periode 10 tahun, karena perluasan aktiva didasarkan atas penjualan
yang diharapkan dimasa depan. Maka keputusan untuk membeli sebuah aktiva yang
akan habis dalam jangka waktu 10 tahun membutuhkan perencanaan penjualan selama
10 tahun. Akhirnya keputusan penganggaran modal akan menentukan arah strategis
perusahaan karena perusahaan bergerak ke arah produk, jasa atau pasar baru yang harus
didahului dengan pengeluaran modal.
2. Penanggaran modal yg efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari
penambahan aktiva.
Contoh perusahaan berusaha beroperasi mendekati kapasitas sepanjang waktu , selama 4
tahun, PT A telah mengalami permintaan secara besar-besaran secara tiba-tiba yang
bersifat tidak rutin sehingga perusahaan terpaksa menolak permintaan tersebut. Oleh
karena itu PT A merecanakan untuk menambah kapasitas produksi dengan menyewa
gedung tambahan dan membeli peralatan produksi yang baru yang diperlukan untuk
kegiatan produksi, untuk itu diperlukan waktu 6-8 bulan agar kapasitas produksi dapat
digunakan, namun pada saat itu perminttan mulai menurun, karena perusahaan lain
mempunyai kapasitas yang mencukupi. PT A mulai merencanakan meramalkan
permintaan secara tepat dan merencanakan kebutuhan kapasitasnya satu tahun
sebelumnya atau lebih maka perusahaan mampu mempertahankan dan bahkan
meningkatkan pangsa pasar.
3. Pengeluaran Modal sangatlah Penting
Perusahaan dalam mencukupi semua kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan
produksi, perusahaan harus mempunyai dana yang cukup dan memadai karena untuk
mencukupi semua kebutuhan perusahaan mengeluarkan dana yang besar. Jumlah uang
yang besar yang dikeluarkan perusahaan tidak dapat tersedia secara otomatis oleh karena
itu, Untuk mencukupi itu semua perusahaan harus memikirkan program pengeluaran
modal yang besar dengan merencanakan membuat capital budgeting dana jauh-jauh hari
sebelum dana itu tersedia.

Tahap-Tahap Penganggaran Modal


1. Biaya proyek harus ditentukan.
2. Manajemen harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk nilai
akhir aktiva.
3. Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas aliran
kas).
4. Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal (cost
of capital) yg tepat untuk mendiskon aliran kas proyek.
5. Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan
untuk memperkirakan nilai aktiva.
6. Terakhir, nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan biayanya.
Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting.
Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai
akibat dipilihnya alternatif tertentu. Misalnya dalam penggantian mesin lama dengan mesin
baru, harga jual mesin lama harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan investasi pada
mesin baru.
Dalam prinsip akuntansi yang lazim, biaya bunga modal sendiri tidak boleh diperhitungkan
sebagai biaya. Dalam pengambilan keputusan investasi, biaya modal sendiri justru harus
diperhitungkan. Analisis biaya dalam keputusan investasi lebih dititikberatkan pada aliran kas,
karena saat penelimaan kas dalam investasi memilki nilai waktu uang. Satu rupiah yang
diterima sekarang lebih berharga dibandingkan dengan satu rupiah yang diterima di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, meskipun untuk perhitungan laba perusahaan, biaya
diperhitungkan berdasarkan asas akrual, namun dalam perhitungan pemilihan investasi yang
memperhitungkan nilai waktu uang, biaya yang diperhitungkan adalah biaya tunai.

Motif Capital Budgeting


1. Pengembangan produk baru atau pembelian aktiva baru
2. Pengurangan biaya dengan mengganti aktiva yang tidak efisien
3. Modernisasi atas aktiva tetap

Jenis-Jenis Keputusan Penganggaran Modal


1. Penambahan dan perluasan fasilitas
2. Produk baru
3. Inovasi dan perluasan produk
4. Penggantian (replacements) (a) penggantian pabrik a1/11/2005tau peralatan usang (b)
penggantian pabrik atau peralatan lama dengan pabrik atau peralatan yang lebih
5. Menyewa/membuat atau membeli
6. Penyesuaian fasilitas dan peralatan dengan peraturan pemerintah, lingkungan, dan
keamanan
7. Lain-lain keputusan seperti kampanye iklan, program pelatihan dan proyek-proyek yang
memerlukan analisis arus kas keluar dan arus kas masuk.

Prinsip Dasar Proses Penganggaran Modal


Penganggaran modal pada dasarnya adalah aplikasi prinsip yang mengatakan bahwa perusahaan
harus menghasilkan keluaran atau menyelenggarakan kegiatan bisnis sedemikian rupa sehingga
hasil imbuh (marginal revenue) produk sama dengan biaya imbuhnya (marginal cost).
Prinsip ini dalam kerangka penganggaran modal berarti bahwa perusahaan harus melakukan
tambahan investasi sedemikian rupa sehingga perolehan imbuh (marginal returns) investasi itu
sama dengan biaya imbuhnya. Daftar berbagai proyek investasi dari hasil yang tertinggi hingga
yang terendah mencerminkan kebutuhan perusahaan akan modal untuk investasi.
Biaya imbuh dari berbagai daftar investasi itu memberi petunjuk tentang upaya perusahaan
untuk memperoleh tambahan modal guna membiayai investasi. Biaya imbuh modal berarti
sejumlah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari luar
(misalnya meminjam atau menjual saham dan biaya tumbal/opportunity cost dari dana sendiri
yang dapat diperoleh

Klasifikasi Proyek
Menganalisis usulan pengeluaran modal bukanlah pekerjaan yang gratis-analisis ini memang
bermanfaat tetapi juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk jenis proyek tertentu
analisis yang terinci relative lebih terjamin, sementara untuk yang lainnya harus digunakan
prosedur yang lebih sederhana. Perusahaan biasanya mengkategorikan proyek dan kemudian
menganalisis dalam setiap kategori dengan cara yang berbeda
1. Penggantian: pemeliharaan bisnis
Kategori ini terdiri dari pengeluaran untuk mengganti peralatan yang usang atau rusak
yang digunakan dalam membuat produksi yang menguntungkan. Proyek penggantian ini
diperlukan jika perusahaan ingin melanjutkan usahanya. Isu satu-satunya disisni adalah
a) Apakah operasi ini harus dilanjutkan?
b) haruskah kita melanjutkan pengguankan proses produksi yang sama?
Pada umumnya jawabannya adalah YA, sehingga keputusan pemeliharaan dibuat tanpa
melalui proses keputusan yang rumit.
2. Penggantian: pengurangan biaya
Kategori ini termasuk pengurangan untuk mengganti peralatan yang usang, tujuannya
adalah untuk menurunkan biaya tenaga kerja, bahan dan input lannya seperti listrik.
Keputusan ini adalah bijaksana dan secara wajar biasanya menggunakan analisis
terperinci.
3. Ekspansi produk atau pasar yang ada
Kategori ini termasuk pengeluaran untuk meningkatkan output produk yang sudah ada,
atau memperluas outlet ritel atau fasilitas distribusi dalam pasar yang sekarang dilayani.
Keputusan ini lebih kompleks karena memerlukan peramalan eksplisit tentang
pertumbuhan permintaan.

4. Ekspansi kedalam produk atau pasar baru


Kategori ini investasi untuk menghasilkan produk baru atau untuk memperluas ke
daerah geografi yang saat ini tidak terlayani. Proyek ini melibatkan keputusan startegis
yang dapat mengubah sifat mendasar bisnis dan biasanya membutuhkan pengeluaran
uang dalam jumlah besar dan pengembalian uang yang lebih lambat. Dalam proyek ini
selalu diperlukan analisis yang terperinci dan keputusan akhir biasanya dibuat oleh pihak
direksi sebagai bagian dari rencana strategis perusahaan
5. Proyek pengamanan dan atau lingkungan
Kategori ini meliputi pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi permintaan
pemerintah, perjanjian tenaga kerja atau polis asuransi. Pengeluaran ini disebut investasi
wajib dan biasanya menyangkut proyek tanpa pendapatan. Bagaimana mereka
menangani proyek ini tergantung pada ukurannya.
6. Lainnya
Kategori ini termasuk gedung perkantoran, tempat parkir, dan sebagainya, bagaimana
kategori ini ditangani bervariasi diantara perusahaan.

Proses Capital Budgeting


Proses Capital Budgeting terdiridari 5 langkah yang salingberkaitan, yakni:
1. Pembuatan Proposal Anggaran Dana
Proposal penganggaran barang modal dibuat di semua tingkat dalam sebuah organisasi
bisnis. Untuk menstimulasi aliran berbagai ide, banyak perusahaan menawarkan
penghargaan berupa uang tunai untuk beberapa proposal yang diadopsi.
2. KajiandanAnalisa
Proposal penganggaran barang modal secara formal direview dalam rangka (a) mencapai
tujuan dan rencana utama perusahaan dan yang paling penting (b) untuk mengevaluasi
kemampuan ekonominya.
Biaya yang diajukan dan benefit yang diestimasikan dikonversikan menjadi sebuah cash
flow yang sesuai. Bermacam-macam teknik capital budgeting dapat diaplikasikan untuk
cash flow tersebut untuk menghitung tingkat keuntungan dari investasi.
Berbagai macam aspek resiko diasosiasikan dengan proposal yang akan dievaluasi.
Setelah analisis ekonomi telah dibuat lengkap, diiringi dengan data tambahan dan
rekomendasi yang ditujukan untuk para pengambil keputusan.
3. Pengambilan Keputusan
Besarnya sejumlah dana yang dikeluarkan dan pentingnya penganggaran barang modal
menggambarkan tingkat organisasi tertentu yang membuat keputusan penganggaran.
Perusahaan biasanya mendelegasikan kewenangan penganggaran barang modal sesuai
dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Secara umum jajaran direksi memberikan
keputusan akhir untuk sejumlah tertentu penganggaran barang modal yang dikeluarkan.
4. Implementasi
Ketika sebuah proposal telah disetujui dan dananya telah siap, tahap implementasi
segera dimulai. Untuk pengeluaran yang kecil, penganggaran dibuat dan pembayaran
langsung dilaksanakan. Namun untuk penganggaran dalam jumlah besar, dibutuhkan
pengawasan yang ketat.
5. Follow Up (tindak lanjut)
Setelah diimplementasikan maka perlu dilakukan monitoring selama tahap kegiatan
operasi berjalan dari proyek tersebut. Perbandingan dari biaya yang ada dan keuntungan
yang diekspektasikan dari berbagai proyek sebelumnya adalah sangat vital. Ketika biaya
yang dikeluarkan melebihi anggaran biaya yang ditetapkan, harus segera dilakukan
tindakan untuk menghentikannya, apakah dengan meningkatkan benefit atau mungkin
menghentikan proyek tersebut.
Setiap langkah dalam proses tersebut penting dilakukan terutama pada langkah kajian
dan analisa, maupun pengambilan keputusan (langkah 2 dan 3) yang membutuhkan
waktu dan tenaga yang paling besar. Langkah terakhir yakni follow up juga penting
namun sering diabaikan. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga perusahaan untuk
dapat meningkatkan akurasi cash flow yang diestimasi.

Jenis Proyek
1. Independent project: proyek atau investasi yang berdiri sendiri (tidak akan
mempengaruhi usulan proyek lainnya).
2. Mutually exclusive project: proyek yang memiliki fungsi yang sama (dengan memilih
suatu proyek akan menghilangkan kesempayan proyek yang lainnya).

Ketersediaan Dana
1. Jika dana TIDAK TERBATAS, maka perusahaan dapat memilih semua independen
project yang sesuai dengan expected return yang diharapkan.
2. Jika dana TERBATAS, maka perusahaan perlu melakukan capital rationing dengan
mengalokasikan dana hanya pada proyek yang memberikan return maksimal

Post Audit
Aspek penting dari proses capital budgeting adalah post audit yang melibatkan
1. Perbandingan hasil aktual dengan hasil yang diprediksikan oleh sponsor proyek
2. Penjelasan mengapa setiap perbedaan ini terjadi
Post audit memiliki 2 tujuan utama yaitu:
a) Memperbaiki Ramalan
Ketika pengambilan keputusan dipaksa membandingkan proyeksi mereka
terhadap hasil aktual ada kecenderungan agar estimasi diperbaiki. Bias yang
disengaja atau tidak disengaja akan diobservasi dan dieliminasi, metode
peramalan yang baru dilihat sebagai kebutuhan dan orang-orang cenderung untuk
berbuat lebih baik termasuk membuat ramalan, jika mereka mengetahui bahwa
tindakannya dimonitor.
b) Meningkatkan operasi
Perusahaan dijalankan oleh manusia dan mereka yang dapat melaksanakan pada
tingkat efisiensi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Apabila mengenai investasi
maka para anggota mempertaruhkan reputasinya pada lini ini. Jika biaya berada
diatas yang diperkirakan maka penjualan akan berada dibawah yang diharapkan
dan sebaliknya, eksekutif terdorong untuk meningkatkan operasi dan
memberikan hasil mendekati yang diramalkan.

Peraturan Keputusan Penganggaran Modal


Ada 5 metode yang dapat digunakan untuk memberi peringkat proyek dan memutuskan apakah
suatu proyek itu harus diterima atau di tolak, dan dimasukkan ke dalam anggaran modal atau
tidak. Beberapa metode penilaian itu antara lain :
1. Pemulihan (payback)
2. Pemulihan yang didiskontokan
3. Nilai sekarang bersih ( NPV )
4. Tingkat pengembalian internal ( IRR )
5. Tingkat pengembalian internal yang dimodifikasi ( MIRR )
Penjelasan nya sebagai berikut :
1. Periode pemulihan ( Payback ) dan Pemulihan yang di Diskontokan
Metode ini didefenisikan sebagai ekspetasi jumlah tahun yang diperluakan untuk
menutupi investasi awal, dan merupakan metode formal pertama yang digunakan untuk
mengevaluasi proyek penganggaran modal.
Payback =Tahun sebelum penutupan penuh +
Semakin pendek periode pemulihan, maka semakin baik. Dalam metode ini, apabila
perushaan sudah mendapatkan hasil analisinya, maka harus ada pemilihan terhadap
proyek yang akan dipilih. Mutually exclusive berarti, jika satu proyek diplih, maka yang
lainnya harus ditolak. Sedangkan proyek independen merupakan proyek dimana arus
kasnya tidak bergantung satu dengan yang lainnya.
Beberapa perusahaan menggunakan suatu varian pemulihan reguler, yaitu periode
pemulihan yang didiskontokan, yang mana hal ini juga serupa dengan periode pemulihan
secara reguler, kecuali bahwa arus kas yang diharapkan didiskontokasn dengan biaya
modal proyek. Jadi, periode pemulihan yang didiskontokan didefenisikan sebagai jumlah
tahun yang dibuthkan untuk menutup investasi dari arus kas bersih yang didskontokan.
Pada pemulihan ( payback ) adalah jenis perhitungan “impas” ( breakeven ), yang mana
artinya adalah jika arus kas masuk berada pada tingkat yang diharapkan sampai tahun
pemulihan, maka proyek itu akan impas.
Pada pemulihan secara reguler, tidak memperhitungkan adanya biaya modal, tidak ada
biaya utang atau ekuitas yang digunakan untuk menjalankan proyek tercermin dalam
arus kas satau perhitungan. Pemulihan yang didiskontokan memperhitungkan biaya
modal, hal ini memperlihatkan tahun impas setelah tertutupnya biaya utang dan ekuitas.
Kelemahan utama dari metode ini adalah bahwa metode ini mengabaikan arus kas yang
dibayarkan atau yang diterima setelah periode pemulihan. Walaupun metode tersebut
memiliki beberapa kesalahan, namun metode tersebut memberikan informasi tentang
berapa lama dana akan terikat dalam proyek.
Jadi, semakin pendek periode pemulihan, sementara yang lain dianggap konstan,
semakin besar likuiditas proyek. Arus kas yang diharapkan dalam jangka panjang
umumnya lebih berisisko daripada arus kas jangka pendek, maka pemulihan seringkali
digunakan sebagai salah satu indikator dari tingkat risiko proyek.

2. Nilai Sekarang Bersih (NPV)


Setelah kelemahan metode pemulihan, maka ada metode lain yang di jadikan sebagai
alternatif pilihan dalam mengevaluasi keefektifan proyek. Salah satu metode seperti itu
adalah metode nilai sekarang bersih (net present value = NPV ), dimana metode ini
mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan ( discounted cash flow ).
Beberapa proses dalam teknik ini antara lain :
 Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus kas masuk dan arus
kas keluar, yang didiskontokan pada modal proyek.
 Jumlah arus kas yang didiskontokan ini merupakan hasil sebagai NPV proyek.
 Jika NPV adalah positv, maka proyek harus diterima, sementara jika negativ,
maka proyek tersebut harus di tolak.
Alasan yang rasional untuk menggunakan metode ini adalah kejelasan yang disediakan
oleh metode ini. NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah mencukupi
untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat
pengembalian yang dibutuhkan atas modal.
Apabila NPV yang dihasilkan positiv, maka proyek tersebut akan menghasilkan lebih
banyak kas dari yang dibuthkan untuk menutupi utang dan memberikan pengembalian
yang diperlukan kepada pemegang saham, dan kelebihan kas ini hanya akan bertambah
kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika perusahaan mengambil proyek yang
menghasilkan perhitungan NPV positiv, maka akan memberikan peningkatan terhadap
posisi pemegang saham dalam perusahaan.

3. Tingkat Pengembalian Internal ( IRR )


IRR didefenisiskan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus
kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang dari arus kas masuk proyek
yang diharapkan terhadap nilai sekarang dari biaya proyek.
Jika arus kas adalah konstan dari tahun ke tahun, maka kita akna memmiliki anuitas, dan
kita dapat menggunakan faktor anuitas untuk mencari IRR. Namun, apabila arus kas
tidak konstan, maka akan sulit untuk menghitung IRR.
Secara matematis, baik metode NPV maupun IRR akan memberikan keputusan
menerima atau menolak yang sama atas proyek independen, karena jika NPV positiv,
maka IRR akan melebihi k. Namun, NPV dan IRR dapat membuat peringkat yang
berbeda untuk proyek mutually excusive .
Ada beberapa alasan rsional mengapa tingkat diskonto tertentu menyamakan biaya
proyek dengan nilai sekarang penerimaannya, antara lain :
 IRR proyek adalah tingkat pengembalian yang diharapakan (expected return)
 Jika IRR melebihi biaya dana yag digunakan untuk membiayai proyek, maka
akan terdapat surplus setelah pembayaran modal, dan surplus ini akan menjadi
bagian pemegang saham.
 Oleh karena itu, memilih proyek yang IRR nya melebihi biaya modal
meningkatkan kekayaan pemegang saham.
 Disisi lain, apabila IRR lebih kecil daripada biaya modal, maka memilih proyek
ini akna menimbulkan biaya bagi pemegang saham sekarang.
 Hal ini merupakan karaktertistik breakeven yang mebuat IRR berguna dalam
megevaluasi proyek modal.

4. Tingkat Pengembalian Internal yang diModifikasi (MIRR)


Para manajer lebih menarik untuk mengevaluasi investasi dalam istilah persentase
tingkat pengembalian dibandingkan dolar NPV. Kita dapat memodifikasi IRR dan
menjadikan indikator profitabilitas yang relatif lebih baik, sehingga lebih baik untuk
digunakan dalam penganggaran modal.
MIRR memiliki keunggulan yang signifikan apabila dibandingkan dengan IRR biasa.
MIRR mengasumsikan bahwa arus kas dari semua proyek direinvestasikan pada biaya
modal. Sedangkan pada IRR reguler mengasumsikan bahwa arus kas dari setiap proyek
diinvestasikan pada IRR proyek. Karena reinvestasi pada biaya modalumumnya lebih
benar, maka MIRR adalah indikator yang lebih baik dari profitabilitas proyek yang
sesungguhnya.
Kita dapat menyimpulkan bahwa MIRR lebih unggul daripada IRR reguler sebagai
indikator dari tingkat pengembalian proyek yang sebenarnya atau tingkat pengembalian
jangka panjang.
Rumus : PV Biaya = PV nilai terminal

Materi 2 – Metode Penilaian Investasi

Pengertian Investasi
Investasi menurut Haming dan Basalamah, investasi ialah pengeluaran pada saat sekarang untuk
membeli aktiva real (tanah, rumah, mobil, dan lain-lain) atau juga aktiva keuangan
mempunyai tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar lagi dimasa yang
mendatang, selanjutnya dikatakan juga investasi ialah aktivitas yang berkaitan dengan usaha
penarikan sumber-sumber (dana) yang digunakan untuk mengadakan barang modal pada saat
sekarang, dan  dengan barang modal tersebut akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang
akan datang.

Ditinjau dari ruang lingkup usaha, investasi dibagi 2, yaitu:


1. Investasi pada aktiva nyata (real assets atau real investment), misalnya untuk pendirian
pabrik-pabrik, pendirian hotel/restoran, perkebunan, dan lain-lain.
2. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets atau financial investment), seperti
pembelian surat-surat berharga, baik berupa saham maupun obligasi.
Ditinjau dari segi kepastian memperoleh keuntungan ada 2, yaitu:
1. Investasi bebas resiko (free risk investment). Yaitu investasi yang akan memperoleh
keuntungan secara pasti, seperti pembelian obligasi (investment in bond), hal ini akan
memberikan jasa bunga yang pasti kepada pemiliknya tanpa memperhatikan apakah
perusahaan yang mengeluarkan obligasi itu mampu memperoleh keuntungan atau tidak.
2. Investasi berisiko (risk investment). Yaitu investasi yang ditunjukan bagi pembeli saham
biasa (investment in real assets), hal ini investasi dibidang aktiva nyata mempunyai
EBIT (earning before interest and taxes) anggaran bisa berfluktuasi, artinya bisa untung
bisa rugi.

Konsep Penilaian Investasi


Terlebih dahulu bagaimana dengan konsep penilaian umum, faktor kunci dalam penilaian
perusahaan adalah adanya hubungan positif antara resiko dan keuntungan yang diinginkan.
Karena para investor (dan individu lain pada umumnya) mempunyai sifat tidak menyukai
resiko, maka mereka harus ditawari keuntungan yang lebih besar apabila kepada mereka
diharapkan suatu kesempatan investasi yang mempunyai resiko lebih tinggi. Konsep ini bagi
penilaian perusahaan atau surat-surat berharga, atau secara umum untuk penilaian kesempatan
investasi.
Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada
umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan manfaat jangka panjang.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang untuk memperkecil risiko kegagalan.
Penganggaran modal atau yang sering disebut dengan capital budgeting yang optimal akan
memaksimumkan nilai sekarang perusahaan.  Pengelompokkan keputusan penganggaran modal
dibuat untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Proses administrasi untuk
menyetujui dan mengawasi keputusan penganggaran modal berbeda-beda antar proyek. Dengan
melakukan pengelompokkan penganggaran modal, suatu perusahaan dapat mengembangkan
prosedur administrasi yang distandarisasi untuk menangani kelompok usulan investasi
tertentu.  Ditinjau dari aspek penghematan biaya dan peningkatan pendapatan, usulan investasi
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Penggantian (Replacement), yaitu usulan investasi untuk mengganti aset yang sudah aus
agar efisiensi produksi tetap dapat dipertahankan, misalnya mesin lama diganti dengan
mesin baru yang lebih efisien.
2. Perluasan (Expansion), yaitu usulan investasi untuk menambah kapasitas produksi dari
lini produk yang sudah ada, misalnya menambah jumlah mesin baru yang tipenya sama
dengan mesin yang telah dipakai.
3. Pertumbuhan (Growth), yaitu usulan investasi untuk mengembangkan lini produk yang
baru berbeda dengan lini produk yang sudah ada, misalnya mula-mula perusahan
bergerak dalam bidang produksi sepatu kemudian melakukan investasi baru di bidang
restoran.
Sementara itu ditinjau dari tingkat ketergantungannya, usulan proyek investasi dapat dibagi
dalam empat kelompok.
1. Independent project, yaitu dua atau lebih proyek yang tidak saling terkait, misalnya
investasi pada pabrik mobil dan investasi pada pabrik minuman kemasan. Apabila kedua
proyek tersebut layak dan dana yang tersedia cukup, maka kedua proyek tersebut dapat
dilaksanakan.
2. Mutually exclusive project, yaitu dua atau lebih usulan investasi yang mempunyai
manfaat yang sama dan jika semuanya layak, tidak semuanya dapat dilaksanakan tetapi
harus dipilih salah satu diantaranya yang terbaik. Misalnya, untuk memindahkan bahan
baku didalam pabrik, perusahaan dapat mempergunakan perlatan forklip atau
menggunakan ban berjalan.
3. Complement project, yaitu dua atau lebih usulan investasi yang bersifat saling
melengkapi, misalnya investasi pada gedung pertokoan dan investasi pada tempat parkir.
4. Substitute project, yaitu dua usulan investasi yang bersifat saling menggantikan,
misalnya produksi sabun bubuk akan mengurangi permintaan sabun batangan.

Metode- Metode Penilaian Investasi


Meskipun selalu mengarahkan penilaian usulan investasi dengan menggunakan metode Net
present value, dalam praktiknya akan menjumpai berbagai metode untuk menilai profabilitas
usulan investasi. Maulai dari metode sederhana, sampai dengan metode yang rilatif rumit mulai
yang mengunakan dasar akuntansi sampai dengan yang mengunakan dasar aliran kas, mulai dari
yang tidak memperhatikan nilai waktu uang sampai dengan yang memperhatikan nilai waktu
uang. Umumnya metode-metode yang digunakan adalah:
1. Net Present Value (NPV)
NPV adalah kriteria terpenting dalam evaluasi sebuah investasi merupakan tujuan
manajemen keuangan semua perusahaan untuk meningkatkan atau menciptakan nilai
tambah bagi para pemegang saham. NPV adalah selisih jumlah kas yang yang dihailkan
sebuah proyek investasi dan nilai investasi yang diperlukan atau selisih PV dari sebuah
proyek dan investasi awal.
Dalam metode ini, pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang (present value) dari
keseluruhan proceeds yang diharapkan atas discount rate tertentu. Kemudian jumlah
present value dari keseluruhan selama usianya dikurangi dengan present value dari
jumlah investasinya (initial investment). Selisih antara Present Value dari keseluruhan
dengan Present Value dari pengeluaran modal (Capital outlays) dinamakan nilai neto
sekarang (Net Present Value).
Rumus yang digunakan :
Misal jika suku bunga diasumsikan sama tiap tahunnya sebesar 12% dan arus kas masuk
bersih pun sama yaitu sebesar Rp. 5.700.000,- serta nilai invvestasi awal sebesar
Rp.18.000.000,- maka dengan perhitungan sederhana nilai NPV didapat sebesar Rp.
2.547.110,49-.

Kesulitan penggunan NVP adalah investor atau manajer keuangan harus medapat tingkat
diskonto yang representatif untuk setiap proyek investsi. Untuk investor perusahaan,
tingkat diskonto ini adalah rata-rata tertimbang dari biaya dana atau rata-rata tertimbang
dari struktur modal perusahaan itu. Untuk investor individu, tingkat diskonto yang
relevan adalah biaya bunga pinjaman atau biaya modal sendiri.

Adapun Kelebihan dari NPV, sebagai berikut: 


a) Memperhatikan nilai waktu dari pada uang (time value of money)
b) Mengutamakan aliran kas yang lebih awal
c) Tidak mengabaikan aliran kas selama periode proyek atau investasi
Kelemahan dari NPV, sebagai berikut:
a) Memerlukan perhitungan Cost Of  Capital sebagai Discount Rate
b) Lebih sulit penerapannya dari pada Pay Back Period

Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) adalah metode peerhitungan investasi dengan menghitung
tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa datang.

IRR ialah menentukan tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari arus kas
bersih yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai
sekarang dari pengeluaran modal (PV if capital outlays).

Pada dasarnya IRR harus dicari dengan cara “trial dan error”. Yaitu dengan cara coba-coba.
Pertama-tama jika menghitung Present Value dari proceeds suatu investasi dengan
menggunakan tingkat bunga yang dipilih. Kemudian hasil perhitungan itu dibandingkan dengan
jumlah Present Value dari outlet-nya.

Contoh:
Hitunglah IRR dari sebuah investasi yang dapat memberikan arus kas bersih Rp 5.000.000
secara terus-menerus jika investasi awal yang diperlukan Rp 400.000.000
Jawab: IRR = 5.000.000/400.000.000
= 1,25 % per bulan
= 15 % p.a
Perhitungan nya dapat menggunakan rumus :

Adapun Kelebihan dari IRR, sebagai berikut:


a.Tidak mengakibatkan aliran kas selama periode proyek
b. Memperhitungkan nilai waktu dari pada uang
c.Mengutamakan aliran kas awal dari pada aliran kas belakangan
Kelemahan dari IRR, sebagai berikut :
Memerlukan perhitungan COC (Cost Of Capital) sebagai batas minimal dari nilai yang mungkin
dicapai.

Payback Period (PP)


Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran
investasi dengan menggunakan aliran kas netto (net cash flow), atau total arus kas bersih dalam
periode tertentu sama dengan pengeluaran investasi di awal periode.
Metode payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flow).
Payback period adalah periode modal kembali atau lamanya waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan investasi awal atau modal yang sudah dikeluarkan. Metode ini juga sering
disebut dengan metode pemulihan investasi yang merupakan metode analisi kelayakan investasi
untuk menilai jangka waktu (tahun) pemulihan seluruh modal yang diinvestasikan dalam suatu
perusahaan.
Cara untuk mengambil keputusan dengan metode ini ialah dengan membandingkan Payback
Period investasi yang diusulkan dengan umur ekonomis aktiva, apabila payback period lebih
pendek dari umur ekonomisnya maka rencana investasi dapat diterima, serta sebaliknya

Contoh:
Suatu proyek investasi bernilai Rp. 15.000.000,-. Proceed tiap tahunnya adalah sama, yaitu
sebesar Rp. 4.000.000,-, maka periode pengembalian investasi tersebut adalah :

Ini berarti proyek investasi sistem informasi akan tertutup dalam waktu 3 tahun 9 bulan.
Bila proceed tiap tahun tidak sama besarnya, maka harus dihitung satu persatu. Misalnya nilai
proyek adalah Rp. 15.000.000,- umur ekonomis proyek adalah 4 tahun dan proceed tiap
tahunnya adalah :
 Proceed tahun 1 sebesar Rp. 5.000.000,-
 Proceed tahun 2 sebesar Rp. 4.000.000,-
 Proceed tahun 3 sebesar Rp. 4.500.000,-
 Proceed tahun 4 sebesar Rp. 6.000.000,-
Maka Payback Period dapat dihitung sebagai berikut :
Sisa investasi tahun 4 tertutup oleh proceed tahun ke 4, sebagian dari sebesar Rp.6.000.000,-
yaitu Rp.1.500.000,-/Rp.6.000.000,- =1/3 bagian. Jadi payback period investasi ini adalah 3
tahun 3 bulan.

Adapun Kelebihan dari PP, sebagai berikut:


a) Mudah dipahami (metode yang paling sederhana)
b) Selaras dengan ketidakpastian arus kas di masa mendatang (makin kecil arus kas yang
diperoleh maka semakin lama kembali modalnya)
c) Menggunakan arus kas (bukan laba pembukuan).
Kelemahan dari PP, sebagai berikut :
a) Mengabaikan nilai waktu uang
b) Mengabaikan proceeds setelah PP dicapai
c) Mengabaikan nilai sisa
d) Untuk mengatasi metode PP beberapa perusahaan memodifikasi dengan pendekatan
DPP (Discounted Payback periode) yaitu lamanya waktu yang diperlukan agar present
value dari arus kas bersih proyek dapat menegembalikan investasi awal.

Profitability Index (PI)


Profitability Index menghitung nilai tunai arus kas masuk bersih dibagi nilai tunai investasi. Jika
nilainya lebih besar dari 1, maka proyek investasi tersebut dianggap layak, dan sebaliknya.
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai arus kas bersih yang akan datang dengan nilai
investasi yang sekarang. Profitability Index harus lebih besar dari 1 baru dikatakan layak.
Semakin besar PI, investasi semakin layak.

Contoh:
Sebuah proyek investasi membuka kafe baru membutuhkan investasi awal Rp400.000.000 dan
mampu menghasilkan arus kas bersih Rp500.00.000 per bulan, berapakah indeks
profitabilitasnya?
IP =  500.000,00/400.000,00
= 1,25

Adapun Kelebihan dari metode PI, sebagai berikut :


a) Memperhitungkan nilai waktu dari pada uang (time value of money)
b) Menentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang akan digunakan
c) Konsisten dengan tujuan perusahaan, yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Kelemahan dari metode PI, sebagai berikut :
Dapat memberikan panduan dan pilihan yang salah pada proyek- proyek yang mutually
exsclusive yang memiliki unsur ekonomis dan skala yang berbeda.

Accounting Rate Of Return (ARR)


Accounting Rate Of Return (ARR) menghitung rata-rata laba bersih (earning after tax) dari suatu
proyek dibagi nilai tunai investasi. Jika hasil lebih besar daripada biaya modal proyek, maka
dianggap proyek tersebut layak dan begitupula sebaliknya.
Metode ARR ini mengukur profitabilitas suatu investasi dari segi akuntansi konvensional.
Metode ini menggunakan dasar laba akuntansi. Caranya dengan mambagi EAT (Earning After
Tax) dengan initial investment, baik total investment maupun average investment.

Contoh :
Proyek butuh dana 280.000.000, umur 3 tahun, nilai sisa 40.000.000. Laba setelah pajak 3 tahun
berturut-turut. Tahun ke-1  40.000.000, tahun ke-2  50.000.000 dan tahun ke-3  30.000.000
Jawab:
         (40.000.000+ 50.000.000 + 30.000.000 ) : 3 
   ARR  = ____________________________________   x 100%
       ( 280.000.000 + 40.000.000 ) / 2
= 40.000.000/ 160.000.000 
= 0,25
   ARR = 25%
Adapun Kelebihan dari metode ARR, sebagai berikut :
a) Mudah menghitungnya
b) Informasi yang diperlukan biasanya tersedia
Kelemahan dari metode ARR, sebagai berikut :
a) Mengabaikan nilai waktu uang 
b) Hanya menitikberatkan masalah akuntansi, kurang memperhatikan aliran kas
c) pendekatan jangka pendek , angka rata-rata menyesatkan
d) Kurang memperhatikan lamanya jangka waktu investasi 

Materi 3 – Capital Budgeting Lanjutan


Materi 4 – Risiko Dalam Investasi

Pengertian Investasi

Kata investasi merupakan kata adopsi dari bahasa inggris, yaitu investment. Kata invest sebagai
kata dasar dari investment memiliki arti menanam. Dalam Webster’s New Collegiate Ditionary,
kata invest didefinisikan sebagai to make use of for future benefits or advantages and to commit
(money) in order to earn a financial return.

Kemudian kata investment diartikan sebagai the outley of money use for income or profit.
Dalam kamus istilah Pasar Modal dan keuangan kata invesment diartikan sebagai penanaman
uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan
(Arifin, 1999). Dan dalam kamus Lengkap Ekonomi, Investasi didefinisikan sebagai saham
penukaran uang dengan dengan bentuk-bentuk kekayaan lain seperti saham atau harta tidak
bergerak yang di harabkan dapat di tahan selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan
pendapat (Wirasasmita,1999).

Sedangkan pendapat lain investasi di artikan sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber
daya lain yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa datang (Tendelilin,2001). Jadi, pada dasarnya sama yaitu penempatan sejumlah kekayaan
untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.

Selain itu, investasi berarti mengorbankan dollar sekarang untuk dollar pada masa depan
( Sharpe,1995). Ini berarti adalah penanaman modal saat ini untuk di peroleh mamfaatnya di
masa depan.

Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada vinancial asset dan
investasi pada real asset, Investasi pada financial asset di lakukan di pasar uang, misalnya
berupa sertifikat deposito, commercial paper, Surat berharga pasar uang (SBPU), dan lainnya.
Investasi juga dapat dilakukan di pasar Modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, obsi,
dan yang lainnya. Sedangkan investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian aset
produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan yang lainnya.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam berinvestasi

1. Aset Finansial (Financial asset)


a) Tingkat keuntungan dan tingkat resiko
Keputusan investasi merupakan keputusan atau pilihan atas suatu skenario tingkat
keuntungan yang diharapkan (expected return) dan tingkat resiko (risk) yang siap
ditanggung. Pemodal harus berhitung dengan cermat atas dua hal tersebut. Untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar, pemodal harus siap menanggung resiko
yang besar juga. Sebaliknya, semakin rendah resiko yang ditanggung, semakin
rendah pula tingkat keuntungan yang dapat diharapkan.
b) Jangka waktu investasi (time horizon)
Jangka waktu investasi dapat menentukan perilaku investor dalam aktivitas
investasinya. Jangka waktu investasi dapat membantu dalam menentukan berapa
besar resiko yang dapat ditanggung. Pada umumnya, orang yang berinvestasi untuk
jangka panjang menangung resiko yang lebih besar. Hal ini disebabkan investasi
saham mengalami fluktuasi yang tinggi dari waktu ke waktu. Tetapi tingkat
keuntungan rata-ratanya stabil untuk jangka panjang.
c) Kenali karakter
Umumnya karakter investor terbagi atas 3 yaitu (1) pengambil resiko (risk taker), (2)
penghindar resiko (risk avoider) dan (3) netral. Karakter investasi akan berpengaruh
terhadap perilaku dalam berinvestasi dan karakter tersebut menentukan strategi yang
tepat dalam berinvestasi. Biasanya para pengambil resiko bersikap agresif dan
spekulatif, sebaliknya para penghindar resiko cenderung menghindari berita atau
surat kabar yang tidak jelas sumbernya (rumor) dan mereka selalu
mempertimbangkan secara matang dan terencana dengan baik atas keputusan
investasinya, sedangkan mereka yang masuk dalam kategori netral umumnya cukup
fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan.
d) Pelajari keuangan
Untuk kebanyakan orang, investasi di reksa dana hanyalah sebagian dari total aset.
Jika investasi anda lebih banyak pada deposito berjangka, anda mungkin dapat
mengambil resiko lebih besar untuk tingkat keuntungan yang lebih besar pula dari
investasi pada reksa dana.
e) Evaluasi kinerja keuangan
Memilih reksa dana berdasarkan keuntungan yang tinggi. Data histories
membuktikan bahwa reksa dana yang mempunyai kinerja bagus pada masa lalu tidak
selalu memberikan kinerja sama pada masa yang akan datang. Kinerja masa lalu
hanya menunjukkan bagaimana seseorang berinvestasi dapat mencapai tujuannya.
f) Lakukan diversifikasi
Salah satu untuk mencapai tingkat keuntungan yang baik secara konsisten adalah
diversifikasi atau berinvestasi pada lebih dari satu reksa dana. Diversifikasi
merupakan sebuah cara untuk mengendalikan resiko karena walaupun berinvestasi
pada beberapa reksa dana beresiko tinggi, bila nilai salah satu investasi tersebut
menurun, nilai investasinya yang lainnya mungkin naik.
2. Aset Non Finansial (Non Financial asset)
a) Pajak penjualan
Setiap keuntungan atau pendapatan dari berbagai jenis investasi akan selalu dibebani
oleh pajak. Demikian pula dengan investasi dalam bentuk properti. Pajak dari
investasi properti baru dikenakan jika investor memperoleh keuntungan dari
penjualan yang dimilikinya. Hal ini perlu dipertimbangkan karena pajak bisa sangat
mempengaruhi keuntungan yang potensial untuk anda peroleh.
b) Pendapatan tambahan.
Melakukan investasi di bidang properti menjadi sumber pendapatan tambahan. Bagi
beberapa investor pendapatan yang bersumber pada investasi ini banyak dilakukan
dengan cara menyewakan satu atau beberapa unit gedung apartemennya dimana
mereka juga tinggal disana, pendapatan tersebut untuk membayar biaya
pemeliharaan hak milik dan melunasi biaya balik nama. Ini adalah contoh dari
penggunaan pendapatan yang berlebih dari para investor untuk memperoleh
kekayaan.
c) Investasi jangka panjang.
Hal ini menjadi sumber utama untuk memperoleh kekayaan. Sumber ini dapat dilihat
dari lokasi yang strategis dan perawatan yang baik, real estate dapat dihargai dengan
harga yang tinggi dalam jangka waktu yang relatif singkat.
d) Pemecahan masalah dengan berinvestasi.
Dengan cara berinvestasi dengan membeli rumah atau apartemen untuk mendapatkan
pendapatan lebih.
e) Tenaga kerja keluarga.
Tenaga kerja anggota keluarga sering menjadi alasan utama oleh beberapa investor
untuk memperoleh tenaga kerja tetap. Contohnya mengelola hotel, rumah makan,
dan lain-lain adalah sering dimiliki dan dioperasikan oleh keluarga-keluarga utuh,
masing-masing anggota bekerja untuk perekonomian mereka sendiri.

Jenis – Jenis Resiko Dalam Pasar Uang dan Pasar Modal


1. Resiko Suku Bunga
Resiko yang dialami akibat dari perubahan suku bunga yg terjadi di pasaran yang
mampu memberi pengaruh bagi pendapatan investasi.
Contoh : Pada tanggal 30 Januari 2009 pemerintah Indonesia mengeluarkan instrumen
keuangan baru yang disebut sukuk Ritel. Sukuk ritel adalah obligasi syariah yang
menganut prinsip syariah. Sukuk ritel ini kemudian menjadi masalah bagi penerbit
obligasi lainya karena suku bunga yang ditawarkan yaitu 12 % jauh di atas rata-rata suku
bunga obligasi pada umumnya yaitu 8-10%, sehingga investor lebih tertarik untuk
membeli sukuk ritel tersebut. Hal ini didukung dengan resiko dalam investasi ini
mendekati 0%. Strategi .
Yang bisa dilakukan oleh para penerbit obligasinya lainya adalah menaikan suku bunga
lebih tinggi dari sukuk ritel. Selain itu, juga dibutuhkan peran pemerintah melalui
kebijakan atau peraturan yang bisa menguntungkan semua penerbit obligasi.
2. Risiko Pasar
Resiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi variabilitas
return suatu investasi, bahkan mengakibatkan investor mengalami capital loss.
Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi ekonomi,
kerusuhan, isu, spekulasi maupun perubahan politik.
Contoh Adanya fluktuasi nilai rupiah terhadap USD yang sangat besar mendukung
naiknya kurs USD sehingga mencapai sekitar Rp.6.000/USD. Hal ini disebabkan karena
adanya isu sekitar kesehatan presiden pada bulan November/Desember 1997. Strategi
Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap USD pemerintah bisa melakukan
intervensi melalui berbagai kebijaksanaan moneter dan fiskal, salah satunya melalui
managed float system.
3. Risiko Inflasi
Risiko inflasi adalah risiko potensi kerugian daya beli investasi karena terjadinya
kenaikan rata-rata harga konsumsi.
Contoh : Laju inflasi pada 2012 bisa mencapai 7,1 persen, apabila pemerintah
melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Menurut
perhitungan BI 4,4 persen kalau tidak ada apa-apa, kalau ada jadi 6,8 persen sampai 7,1
persen . Apabila ada kenaikan harga BBM sebesar Rp1.000 per liter maka terjadi inflasi
sebesar 6,8 persen, sedangkan apabila ditetapkan subsidi konstan sebesar Rp2.000 per
liter maka terjadi inflasi 7,1 persen. Kalau harga BBM-nya Rp1.000 itu inflasi 6,8
persen, tapi kalau subsidi dibatasi konstan Rp2.000 per liter maka akan ada peluang
naik, tapi inflasi di 7,1 persen. Dengan adanya rencana kenaikan bbm yang bisa
menyebabkan inflasi, para investor pun enggan untuk berinvestasi Startegi Yang bisa
dilakukan pemerintah yaitu melalui Kebijakan antara lain dengan mengoptimalkan
bauran kebijakan dari suku bunga, nilai tukar, pengelolaan likuiditas dan kebijakan
makroprodensial. Dampak kebijakan subsidi BBM ke inflasi masih memungkinkan
ditekan lebih rendah dengan menerapkan subsidi ke sektor transportasi dan komunikasi
kebijakan yang baik untuk meminimalkan efek psikologis.

Sedangkan yang bisa dilakukan oleh investor sebagai alternatif investasi yaitu:
 Menabung. Menabung di bank dapat mem-back up inflasi, karena bunga yang kita
terima bisa mem-back up inflasi.
 Investasi Emas. Dengan kita berinvestasi emas maka kita akan terhindar dari resiko
inflasi yang akan menggerogoti nilai mata uang kita, karena apabila terjadi inflasi tinggi
maka harga emas pun akan tinggi.
4. Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa
diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, maka
semakin likuid sekuritas tersebut. Resiko ini bisa juga didefinisikan sebagai kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau jatuh tempo dengan
menggunakan aset yang ada.
Contoh : Krisis yang melanda Indonesia, mulai mengenai perbankan dengan timbulnya
masalah kekurangan likuiditas (liquidity mismatch), semula dialami oleh beberapa bank,
tetapi kemudian menjadi sistemik. Krisis likuiditas secara sistemik, yang dialami
perbankan dimulai sekitar pelaksanaan kebijakan pencabutan ijin usaha atau likuidasi 16
bank tanggal 1 November 1997. Kepercayaan terhadap Rupiah yang menurun sejak
terjadinya gejolak moneter bulan Juli 1997 menjadi lebih buruk lagi setelah diterapkan
sistim nilai tukar yang mengambang secara bebas pada pertengahan Agustus 1997.
Pembelian mata uang dollar (USD) atau penjualan aset rupiah ramai dilakukan, dimulai
oleh pelaku pasar asing, akan tetapi kemudian diikuti oleh pemain pasar dalam negeri
dan pemilik dana dalam negeri.
Strategi Pemerintah menghadapi perkembangan ini dengan melakukan pengetatan
moneter, dengan menggunakan tindakan fiskal (melalui pengurangan pengeluaran rutin
maupun pembangunan dari APBN), kebijakan moneter (langkah BI menghentikan
pembelian SBPU bank-bank dan peningkatan suku bunga SBI sampai lebih dari dua kali
lipat), dan tindakan adminsitratif (instruksi Menkeu ke pada berbagai Yayasan dan
BUMN untuk mengalihkan deposito mereka menjadi SBI).
5. Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Valas)
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata
uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan nama currency risk atau exchange
rate risk. Contoh : Dalam sebuah investasi yang membutuhkan mata uang asing sebagai
transaksi, misalkan US$, apabila US$ menguat sedangkan Rupiah melemah akan
membuat investor yang akan menanamkan modalnya dengan US$ akan membuat rugi,
karena Rupiah yang harus dikeluarkan semakin banyak.
Strategi Perusahaan atau pihak yang bergerak di jenis investasi ini sebaiknya melakukan
tindakan mengantisipasi atau meminimalisir resiko dengan melakukan hedging. Hedging
adalah suatu kegiatan perlindungan terhadap nilai uang. Hedging bisa dilakukan melaui
Contract forward dan forward rate yang memberikan kesempatan kepada pihak-pihak
yang ingin membeli valas dengan harga tertentu di masa depan yang telah disepakati
sekarang.
6. Risiko Negara
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi
perpolitikan suatu negara. Resiko Politik ini juga berkaitan dengan kemungkinan adanya
perubahan ketentuan perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang
diperkirakan dari suatu investasi atau bahkan akan terjadi kerugian total dari modal yang
diinvestasikan. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, maka stabilitas ekonomi
dan politik negara bersangkutan akan sangat perlu diperhatikan guna menghindari risiko
negara yang terlalu tinggi.
Contoh : Libya sebagai negara pemilik cadangan minyak terbesar di Afrika mengalami
krisis akibat adanya protes yang dimulai pada tanggal 16 Februari 2011 untuk
menurunkan presiden yang berkuasa pada saat itu, menyebabkan terganggunya pasokan
minyak mentah, sebagai akibatnya harga minyak menjadi naik. Dengan melonjaknya
harga minyak mentah menyebabkan terjadinya krisis pangan secara global akibat
naiknya harga pangan. Hal ini dikarenakan Minyak dibutuhkan untuk peralatan pertanian
yang digunakan untuk memproduksi pangan dan Transportasi untuk mengangkut
pangan.
Strategi Perlunya investasi jangka panjang di sektor pertanian di negara berkembang,
mempersiapkan teknologi yang lebih baik utk bisa meningkatkan produktivitas pangan,
Investasi di infrastruktur pedesaan serta pelatihan untuk petani kecil guna mendorong ke
arah produksi yang lebih tinggi. Dengan mengatasi krisis pangan yang terjadi nantinya
mampu menghemat pengeluaran negara untuk penyediaan pangan dan mencegah
terjadinya inflasi akibat kenaikan harga pangan akibat berkurangnya produksi pangan.
7. Resiko Reinvestment.
Resiko Reinvestment yaitu resiko terhadap penghasilan-penghasilan suatu aset keuangan
yang harus di re-invest dalam aset yang berpendapatan rendah (resiko yang memaksa
investor menempatkan pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat
berharga ke investasi yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.
Contoh : Kondisi investasi tidak akan sama ketika pembelian pertama kali suatu obligasi
khususnya pembelian obligasi untuk jangka panjang, karena perubahan ekonomi dan
politik dapat mempengaruhi tingkat suku bunga pada saat hendak menginvestasikan
kembali kupon-kupon dari obligasi tersebut. Untuk obligasi yang berdenominasi mata
uang asing (non-rupiah), gejolak fluktuasi nilai tukar valuta asing terhadap rupiah
mengakibatkan kerugian akibat selisih kurs.
Startegi Sebaiknya memilih berinvestasi dalam obligasi yang memberikan penghasilan
tetap secara periodik dan memilih beberapa jenis obligasi yang memiliki fitur call, yang
berarti perusahaan penerbit obligasi tersebut berhak untuk membeli kembali (buy back)
obligasi pada harga tertentu (call price) sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.

Investasi Reksadana
Investasi Reksadana adalah salah satu jenis investasi dengan cara menitipkan dana Kita kepada
perusahaan manager investasi untuk dikelola.

1. Resiko Yang Umum Dalam Berinvestasi di Reksadana


Setiap investasi selalu disertai dengan unsur-unsur risiko. Oleh sebab itu, sebelum berinvestasi,
calon investor harus mempertimbangkan faktor-faktor risiko sebagai berikut.
a) Keuntungan Tidak Dijamin
Investor harus menyadari bahwa dengan berinvestasi dalam Reksa Dana, tidak ada
jaminan untuk mendapatkan pembagian dividen, keuntungan, ataupun kenaikan
modal investasi.
b) Risiko Umum Pasar Modal
Setiap pembelian efek akan melibatkan beberapa unsur risiko pasar. Oleh karena itu,
Reksa Dana mungkin rentan terhadap perubahan kondisi pasar yang merupakan hasil
dari:
 Global, regional atau perkembangan ekonomi nasional;
 Kebijakan pemerintah atau kondisi politik;
 Development in regulatory framework, law and legal issues
 Pergerakan suku bunga secara umum;
 Sentimen investor yang luas, dan
 guncangan eksternal (misalnya: bencana alam , perang dan lain-lain)
c) Risiko Efek
Ada banyak risiko efek yang dapat terjadi pada setiap efek. beberapa contohnya
adalah Kemungkinan default perusahaan penerbit pada pembayaran kupon dan/atau
pokok obligasi, dan implikasi dari peringkat kredit perusahaan yang di downgrade.
d) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas dapat didefinisikan sebagai seberapa mudah sebuah efek dapat
dijual pada atau mendekati nilai wajarnya tergantung pada volume yang
diperdagangkan di bursa.
e) Risiko Inflasi
Risiko tingkat inflasi adalah risiko potensi kerugian daya beli investasi Anda karena
terjadinya kenaikan rata-rata harga konsumsi.
f) Risiko Pembiayaan Pinjaman
Jika dana pembelian unit Reksadana didapat dari pinjaman, maka investor perlu
memahami bahwa:
 Pinjaman meningkatkan kemungkinan baik untuk untung maupun rugi;
 Jika nilai investasi turun dibawah tingkat tertentu, investor mungkin diminta
oleh lembaga keuangan untuk menambah agunan, atau mengurangi jumlah
pinjaman ke level yang disyaratkan;
 Biaya pinjaman dapat bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada
fluktuasi suku bunga;
 Risiko menggunakan pinjaman harus di pertimbangkan secara berhati-hati
karena mengandung risiko.
g) Risiko Ketidakpatuhan
Hal ini mengacu pada risiko terhadap Reksadana dan keuntungan investor yang
dapat timbul karena ketidak-sesuaian terhadap hukum, aturan, peraturan, etika dan
Policy and Procedure internal dari Manajer Investasi.
h) Risiko Manajer Investasi
Kinerja setiap Reksadana sangat bergantung antara lain pada, pengalaman,
pengetahuan, keahlian, dan teknik / proses investasi yang diterapkan oleh Manajer
Investasi, dan setiap kekurangan dari syarat tersebut akan berdampak buruk pada
kinerja Reksadana sehingga akan merugikan investor.
Faktor Yang Memperkecil Risiko Investasi Reksadana
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi toleransi risiko seorang investor terhadap produk
investasi, termasuk investasi reksadana. Berikut ini faktor-faktor yang dapat memperkecil risiko
investasi reksadana.
1. Investasi dengan Dana Dingin
Apa itu dana dingin? Dana dingin atau duit dingin (dalam bahasa Inggrisnya disebuh
dengan Discretionary income) adalah pendapatan per bulan dikurangi seluruh biaya
termasuk pajak, dana untuk membayar cicilan, premi asuransi dan lainnya. Jadi intinya
dana dingin atau duit dingin (discretionary income) adalah dana yang benar-benang
nganggur. Seseorang yang melakukan investasi reksadana dengan menggunakan dana
menganggur ini biasanya tingkat risiko yang lebih rendah. Tetapi duit dingin atau uang
dingin hanyalah satu dari beberapa faktor yang dapat menambah toleransi Kita terhadap
risiko investasi reksadana.
2. Investasi dengan Jangka Waktu yang Panjang
Memperpanjang jangka waktu (time frame) dalam bahasa kerennya disebut long term
investment. Ketika Kita berinvestasi untuk jangka panjang biasanya akan terasa efek
bunga ber bunga dan seringkali hasil investasi dapat melebihi rata-rata inflasi tiap
tahunnya. Sebagai ilustrasinya adalah:
Dalam sebuah siklus ekonomi bisa saja Kita mulai investasi reksadana di saat resesi
(recession) dan merealisasikan keuntungan pada saat puncak (peek). Apabila siklus ini
ditarik dalam rentang waktu yang panjang maka rata-rata hasil investasi reksadana bisa
jadi lebih besar daripada rata-rata inflasi.
3. Edukasi tentang Investasi Reksadana
Seorang investor yang memiliki tingkat edukasi yang cukup, memiliki pengalaman akan
memperkecil risiko dalam investasi termasuk investasi reksadana. Bagaimana cara
meningkatkan pengetahuan Kita mengenai Investasi Reksadana? Beberapa cara yang
paling umum adalah belajar dari buku, artikel internet, koran investasi, mengikuti
seminar-seminar investasi reksadana dan diskusi dengan teman atau rekan yang memiliki
pengalaman di bidang investasi reksadana.
4. Kepribadian
Ternyata kepribadian atau personality adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat penerimaan risiko seseorang terhadap sebuah risiko. Pada umumnya orang yang
memiliki sikap agresif mampu menerima risiko lebih besar dibanding orang yang pasif.
5. Kondisi Pasar
Kondisi pasar saham yang pada posisi naik atau disebut bullish akan menstimulasi para
investor untuk mulai investasi reksadana. Sebaliknya pada saat kondisi pasar saham
dalam keadaan turun atau bearish, investor sering kali menghindari investasi di pasar
saham atau investasi reksadana saham.
6. Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan dalam keluarga berpengaruh terhadap toleransi seseorang terhadap
investasi reksadana. Apabila kondisi keuangan sedang berada dalam kondisi yang luang,
maka tingkat toleransi terhadap risiko lebih tinggi. Sebaliknya keluarga yang dalam
kondisi keuangan yang kurang akan mengurangi level toleransi risiko terhadap investasi.
7. Faktor Umur
Faktor U atau faktor umur adalah faktor yang berpengaruh dalam toleransi tingkat risiko.
Umumnya semakin muda umur tingkat toleransi risiko menjadi lebih besar. Seiring
meningkatnya usia, seseorang akan memilih produk investasi yang lebih aman, misalnya
investasi reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap atau reksadana campuran.
8. Pendapat atas Investasi
Seseorang mempunyai kecenderungan merubah kembali tingkat penerimaan risiko atas
sebuah investasi berdasarkan pendapat atau saran dari orang-orang yang dipercaya,
seperti perencana keuangan independen.
Materi 5 – Cost Of Capital

Pengertian Biaya Modal


Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana
baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk
mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan.
Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil
yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.Perhitungan biaya
penggunaan modal sangatlah penting, dengan alasan:
1. Memaksimalkan nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal)
diminimalkan.
2. Keputusan penganggaran modal (capital budgetting) memerlukan suatu estimasi tentang
biaya modal.
3. Keputusan-keputusan lain seperti leasing, modal kerja juga memerlukan estimasi biaya
modal.
Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat menunjukkan
tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari investasi tersebut. Jika investasi itu
tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung
maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata
biaya dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa
biaya modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan
untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.
Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau disebut
biaya modal individual. Biaya modal individual dihitung tiap jenis modal. Namun apabila
perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah
biaya modal rata-rata tertimbang (Weightedf average cost of capital/WACC) dari seluruh modal
yang digunakan.
Konsep Biaya Modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan
yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya
dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan perusahaan. Dari sisi investor, tinggi
rendahnya required rate of return merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yang
mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang
menggunakan dana (modal), besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of
capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Biaya modal bisanya
digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi
(sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat keuntungan (rate of return) dari
usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.

Faktor-Faktor Yang Menentukan Biaya Modal


Variabel-variabel penting yang mempengaruhi biaya modal antara lain:
1. Keadaan-keadaan umum perekonomian. Faktor ini menentukan tingkat bebas risiko atau
tingkat hasil tanpa risiko.
2. Daya jual saham suatu perusahaan. Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil
minimum para investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah.
3. Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat manajemen. Jika manajemen
menyetujui penanaman modal berisiko tinggi atau memanfaatkan utang dan saham
khusus secara ekstensif, tingkat risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya
meminta tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga biaya modal perusahaan
meningkat pula.
4. Besarnya pembiayaan yang diperlukan. Permintaan modal dalam jumlah besar akan
meningkatkan biaya modal perusahaan.

Asumsi-Asumsi Model Biaya Modal


Asumsi-asumsi dalam model biaya modal diantaranya:
1. Risiko bisnis bersifat konstan. Risiko bisnis merupakan potensi tingkat perubahan return
atas suatu investasi. Tingkat risiko bisnis dalam suatu perusahaan ditentukan dengan
kebijakan manajemen investasi.
2. Biaya modal merupakan suatu kriteria investasi yang hanya tepat untuk suatu investasi
yang memiliki risiko bisnis setingkat dengan aktiva-aktiva yang telah ada.
3. Risiko keuangan bersifat konstan. Risiko keuangan didefinisikan sebagai peningkatan
variasi return atas saham umum karena bertambahnya pemanfaatan sumber pemiayaan
hutang dan saham istimewa. Biaya modal dari sumber individual merupakan fungsi dari
struktur keuangan berjalan.
4. Kebijakan dividen bersifat konstan. Asumsi ini diperlukan dalam menaksir biaya modal
yang berkenaan dengan kebijakan dividen perusahaan. Asumsi ini menyatakan bahwa
rasio pembayaran dividen (dividen/laba bersih) juga konstan

Biaya Hutang
Biaya hutang dapat didefinisikan sebagai bagian yang harus diterima dari suatu investasi agar
tingkat hasil minimum para kreditor terpenuhi. Jika perusahaan menggunakan obligasi sebagai
sarana untuk memperoleh dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama
dengan Kd atau Yield To Maturity (YTM)yaitu tingkat keuntungan yang dinikmati oleh
pemegang atau pembeli obligasi. Biaya hutang dapat dicari dengan cara:
1. Biaya Modal dari Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek seperti hutang perniagaan, hutang wesel, kredit bank.
Contoh 1 :
Misalkan cash discount yang hilang selama 1 tahun sebesar Rp.5.000.000,- dan hutang
perniagaan rata-rata Rp.50 juta.
Maka,
Biaya modal sebelum pajak = 5 juta / 50 juta x 100% = 10%
Misal pajak 40%
Biaya modal sesudah pajak = 10% x (100%-40%) = 6%
Contoh 2 :
Bank memberikan kredit jangka pendek sebesar Rp.100 juta dengan bunga 2% per bulan
selama 8 bulan. Syarat aktiva yang dijadikan jaminan harus diasuransikan selama umur
kreditnya dg premi asuransi Rp.5 juta.
Maka :
Uang yg diterima dari bank = Rp. Pinjaman – (bunga 8 bln + premi asuransi)
= Rp. 100 juta – (Rp.16 juta + Rp. 5 juta)
= Rp. 79 juta.
Beban yg sebenarnya di tanggung peminjam
= Rp.21 juta
Jadi biaya kredit sebelum pajak = Rp.21 juta / Rp.79 juta x 100% = 26%.
Biaya kredit per bulan = 26% / 8 = 3,25%
Misal tingkat pajak 25 % =
Biaya modal sesudah pajak = 3,25% x(100%-25%)= 2,43 % per bulan.
2. Biaya Modal Jangka Panjang
Biaya modalnya dgn memperhitungkan jumlah neto yg diterima dg pengeluaran kas yg
terjadi karena penggunaan dana tersebut.
Contoh :
Obligasi dikeluarkan dengan nominal per lembar Rp.100 juta dan umurnya 10 tahun.
Hasil penjualan neto yg diterima adalah Rp.97.000.000,- Bunga obligasi 4% per tahun.
Berapa cost of bond ?
Jawab :
a. Dana rata-rata selama 10 tahun = (100 jt + 97 jt) /2 = 98,5 jt
b. Selisihnya dialokasikan untuk 10 thn = 3 jt /10 thn = 300.000 (+bunga)
Bunga = 4% x 100 jt = 4 jt
Beban per tahun (average annual cost ) = 4 jt + 300.000 = Rp4,3 jt
c. Menghitung biaya rata-rata per tahun = (4,3 jt /98,5 jt) x 100% = 4,4%
d. Misal tingkat pajak 25% ,
Maka biaya modal = 4,4% x (100% - 25%) = 3,3%.

Biaya Modal Saham Preferen (Cost of Preferred Stock)


Biaya saham preferen adalah sama dengan tingkat keuntungan yang dinikmati pembeli saham
preferen.
Kp = Dp/Pn
Kp = biaya saham preferen
Dp = deviden saham preferen
Pn = harga saham preferen bersih yang diterima (harga setelah dikurangi flotation cost)
Biaya penggunaan dana dari penjualan saham preferen (cost of preferred stock)dihitung dgn
membagikan deviden per lembar saham preferen (Dp) dgn harga neto (net Price) yg diperoleh
dari penjualan saham preferen per lembarnya.
Contoh :
Suatu perusahaan mengeluarkan saham preferen yg baru dengan nilai nominal Rp.10.000,- per
lembar dan deviden sebesar Rp.600,- Penjualan neto saham tersebut sebesar Rp.9.000,- per
lembarnya.
Berapa biaya modal saham preferen (cost of preferred stock) ?

Jawaban:
Biaya modal saham preferen = Dp / Pn
Biaya modal saham preferen = 600 / 9000 = 6,67%.

Biaya Modal Saham Biasa dan Laba ditahan


Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya modal sendiri
(biaya ekuitas) atau kadang-kadang disebut biaya modal saham biasa saja. Biaya modal ekuitas
merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham
biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasi.
r s = D1 / P0 + g
Dimana :
rs = biaya modal ekuitas
D1 = Deviden saham yang diharapkan pada tahun pertama
P0 = harga saham saat ini
g = tingkat pertumbuhan
1. Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earning)
Biaya laba ditahan adalah sama dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan investor
pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Dasarnya adalah prinsip opportunity
cost. Jika laba tidak ditahan, laba tersebut dibagiakan dalam bentuk deviden. Jika laba
tersebut ditahan berarti pemegang saham menginvestasikan kembali laba yang menjadi
haknya ke perusahaan (flow back fund).
Ada tiga cara menaksir biaya modal laba ditahan:
a. Pendekatan CAPM
Ks = bunga bebas risiko + premi risiko
Ks = krf + bi (km – krf)
Dimana:
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham perusahaan I,
Krf = bunga bebas risiko
Km = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio pasar
Bi = beta saham perusahaan i.
2. Pendekatan discounted cash flow
Model yang digunakan untuk estimasi adalah Gordon Model:
D1
Po = ———–
Ks – g
Maka,
D1
Ks = ———– + g
Po
D1 = Deviden akhir periode
Po = Harga saham awal periode
g = tingkat pertumbuhan deviden.
3. Pendekatan bond yield plus risk premium
Ks = tingkat keuntungan obligasi perusahan + premi risiko
a. Biaya Saham Biasa Baru (Cost of New Common Stock)
Biaya modal saham biasa baru biasanya lebih tinggi dari biaya modal laba
ditahan, karena penjualan saham baru memerlukan biaya emisiatau flotation cost.
Biaya emisi akan mengurangi penerimaan perusahaan dari penjualan saham.
D1
Ksb = —————– + g
Po (1 –FC)
Ksb = biaya saham biasa baru
FC = flotation cost

Biaya Modal Keseluruhan (Weighted average cost of capital/WACC) :


Biaya modal secara keseluruhan merupakan biaya modal yang memperhitungkan seluruh biaya
atas modal yang digunakan oleh perusahaan. Biaya modal yang diperhitungkan merupakan
biaya modal dari seluruh jenis modal yang digunakan. Karena biaya modal dari masing-masing
sumber dana berbeda-beda, maka untuk menetapkan biaya modal dari perusahaan secara
keseluruahn perlu dihitung biaya modal rata-rata tertimbangnya (Weighted average cost of
capital / WACC). Sebagai unsure penimbanngnya adalah proporsi dana bagi setiap jenis atau
sumber modal yang digunakan dalam investasi proyek tersebut.
Weighted Average Cost of Capital
 Jika pembiayaan suatu investasi berasal dari berbagai sumber pendanaan, maka
biaya modal dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang.

WACC = [Wd x Kd (1- tax)] + [Wp x Kp] + [Ws x (Ks atau Ksb)]

WACC = biaya modal rata-rata tertimbang


Wd = proporsi hutang dari modal
Wp = proporsi saham preferen dari modal
Ws = proporsi saham biasa atau laba ditahan dari modal
Kd = biaya hutang
Kp = biaya saham preferen
Ks = biaya laba ditahan
Ksb = biaya saham biasa baru.

Sumber modal Jlh Rp. Biaya penggunaan modal


Hutang Jk, Panjang 60 jt 6% (sebelum tax)
Saham Preferen 10 jt 7%
Modal sendiri 130 jt 10%
Jlh 200 jt

Tingkat pajak perseroan = 25%.


Berapa Biaya Modal Rata-rata ?
Jawab :
Biaya modal hutang (setelah pajak) = 6% x (100% -25%) = 4,5%

Marginal Cost of Capital


Marginal cost of capital adalah biaya memperoleh rupiah tambahan sebagai modal baru. Pada
umumnya marginal cost of capital akan meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan
modal.
Pada umumnya perusahaan akan menggunakan laba ditahan untuk menambah modal baru
menerbitkan saham baiasa baru. Dengan demikian diperlukan suatu titik dimana kebutuhan
modal sendiri harus dipenuhi dengan penjualan saham biasa baru.

Titik dimana marginal cost of capital naik sering disebut Break Point.

Jumlah laba diatahan


Break point =
Bagian modal sendiri dalam struktur modal

Biaya Modal dari Hutang Wesel.


Dalam hutang wesel bunga dibayar dimuka, dengan memotong jumlah yang akan diterima.

Interest Payment
Cod = x 100%
Nominal Wesel – Interest Payment

Cod After Tax = (Cod before tax)(1-tax).

Biaya Modal dari Emisi Saham Baru.


Biaya modal dari emisi saham baru lebih tinggi dari biaya modal dari laba ditahan, karena
saham baru dibebani biaya emisi (flotati-on cost).

ke = Ror yang diharapkan dari Saham Biasa


1 – Persentase Biaya Emisi.

Catatan : Persentase biaya emisi dihitung dari harga jual sebelum dikurangi
biaya emisi.

Atau : ke = D1 x 100%
Pnet
dimana : D1 = Divident yang diharapkan.
Pnet = Harga pasar saham dikurangi biaya emisi saham.

Jika diharapkan dividend akan mengalami pertumbuhan selamanya sebesar g, maka besarnya
biaya modal :

ke = D1 + g
Pnet

Biaya Modal Secara Keseluruhan.


Tingak biaya modal yang harus dihitung perusahaan adalah tingkat biaya modal secara
keseluruhan. Perhitungannya menggunakan konsep Weighted Average Cost of Capital
(WACC).

Komponen Biaya Masing-Masing Jumlah Persentase


Modal Komponen Modal
Bond Payable 10% $ 100,000 20%
Preferred Stock 15 100,000 20
Common Stock 21 300,000 60

$ 500,000 100%

Tambahan Modal.
Tambahan modal akan dapat mengakibatkan kenaikan marginal cost of capital (MCC),
sehingga WACC-nya naik, apabila tambah-an modal tersebut begitu besarnya sehingga
perusahaan harus melakukan emisi saham baru. Agar supaya tambahan modal tidak
menaikan WACC, maka tambahan modal harus memperhatikan besarnya laba ditahan pada
periode tersebut.
Besarnya tambahan modal yang diperlukan supaya tidak mening-katkan WACC
dapat dihitung dengan rumus sbb :
Laba Ditahan
Tambahan Modal =
Persentase Saham Biasa
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Misalkan, diketahui :
Komponen Jumlah Modal Biaya masing- Persentase
Modal komponen dari total

Obligasi Rp 200.000.000 4,8 % 20%


Saham Preferen 50.000.000 10 5
Saham Biasa 750.000.000 12 75
Total Rp 1.000.000.000 100%

Dalam operasinya perusahaan memperoleh laba ditahan sebesar Rp 150.000.000,00.


Besarnya tambahan modal maksimum yang diperlukan untuk mempertahankan
WACC-nya adalah :

Rp 150.000.000
Tambahan Modal = Rp 200.000.000,00.
0,75
Jika tambahan modal lebih besar dari Rp 200 juta, maka WACC-nya akan naik,
karena perusahaan harus menerbitkan saham baru. Dimana penerbitan saham baru ini
akan dibebani biaya emisi atau flotation cost, sehingga wacc-nya naik.

Biaya Saham Lama


Biaya Saham Baru =
1 – Biaya Emisi

38
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 6 – Teori Struktur Modal

Pengertian Modal dan Struktur Modal


Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal
saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan
terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif
(Kredit).
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri.
Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka
pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan
kepemilikan perusahaan.
Struktur modal adalah perimbangan / perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri
(Riyanto, 2001). Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan perusahaan dalam
menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah struktur modal adalah erat
hubungannya dengan masalah kapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis funds yang
membentuk kapitalisasi adalah struktur modalnya. Keputusan struktur modal berkaitan dengan
pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi
nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi.
Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan
pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang
bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian.
Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar
tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibat membesarnya utang
cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang
diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Sruktur modal yang optimal adalah struktur
modal yang mengoptimalkan kesimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham ( Brigham dan Houston, 2001).

39
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Teori Struktur Modal


1. Pendekatan Laba Operasi Bersih
Satu pendekatan terhadap penilaian laba perusahaan dikenal sebagai pendekatan laba
operasi bersih (net operating income, NOI). Melalui pendekatan ini, laba operasi bersih
didiskon pada tingkat kapitalisasi total perusahaan untuk memperoleh nilai total pasar
perusahaan. Nilai pasar pinjaman kemudian dikurangi dari nilai total pasar untuk
memperoleh nilai pasar saham biasa. Penggunaan pendekatan ini mengakibatkan tingkat
kapitalisasi total serta biaya dana pinjaman tetap sama walaupun digunakan pengungkit
keuangan yang diukur sebagai B/S.
Asumsi kritis pada pendekatan ini adalah ko bersifat konstan, berapa pun jumlah
pengungkit keuangan. Pasar mengkapitalisasi laba operasi bersih perusahaan dan
menentukan nilai keseluruhan perusahaan. Akibatnya, bauran pendanaan hutang dan
ekuitas menjadi tidak penting. Peningkatan pendanaan hutang yang seharusnya lebih
murah diimbangi oleh peningkatan tingkat pengembalian ekuitas yang diminta, ke. Maka
rata-rata tertimbang ke dan ki tetap sama, walaupun pengungkit keuangan berubah. Pada
saat perusahaan meningkatkan penggunaan pengungkit keuangannya, risiko perusahaan
semakin meningkat dan investor meningkatkan tingkat pengembalian ekuitas secara
langsung untuk menyesuaikan peningkatan rasio hutang terhadap ekuitas. Sepanjang ki
tidak berubah. Ke merupakan fungsi linier konstan rasio hutang terhadap ekuitas. Karena
biaya modal perusahaan, ko, tidak dapat diubah melalui pengungkit keuangan, maka
pendekatan laba operasi bersih secara implisit membuktikan tidak ada struktur modal
yang optimal.
Sejauh ini, pembahasan laba operasi bersih hanya dilakukan dalam batasan definisi.
Namun pembahasan masih memiliki kekurangan dalam menjelaskan perilaku penting
yang dimiliki laba operasi bersih. Modigliani dan Miller, dua ahli teori keuangan
pemenang penghargaan Nobel, memberikan dukungan atas perilaku pemisahan penilaian
total dan biaya modal perusahaan dari struktur modalnya. Pembahasan tersebut diawali
dengan pengkajian pendekatan tradisional terhadap struktur modal dan penilaiannya.

40
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

2. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional terhadap struktur dan penilaian modal mengasumsikan adanya
struktur modal optimal dan manajemen dapat meningkatkan nilai total perusahaan
melalui penggunaan pengungkit keuangan. Pendekatan ini menyatakan perusahaan pada
awalnya dapat mengurangi biaya modalnya dan meningkatkan nilai totalnya melalui
pengembalian ekuitas yang diminta. Peningkatan ke tidak sepenuhnya mengimbangi
manfaat yang diperoleh dari pendanaan hutang yang lebih murah. Dengan semakin
seringnya dilakukan pengungkitan keuangan, investor secara meningkat menghukum
tingkat pengembalian perusahaan hingga akhirnya pengaruh ini dapat mengimbangi
manfaat pendanaan yang lebih murah.
Satu variasi pendekatan tradisional, di mana ke diasumsikan akan meningkat pada tingkat
yang lebih cepat dengan pengungkit keuangan. Sedangkan ki diasumsikan akan
meningkat hanya setelah peningkatan pengungkit keuangan dalam jumlah besar.
Awalnya, rata-rata tertimbang biaya modal menurun dengan penggunaan pengungkit
keuangan yang tidak terlalu besar. Sampai pada titik tertentu, peningkatan dapat lebih
mengimbangi penggunaan dana hutang yang lebih murah dalam struktur modal, sehingga
ko mulai mengalami peningkatan. Peningkatan ko ini selanjutnya memperoleh dukungan
pada saat ki mulai meningkat. Struktur modal optimal adalah titik di mana ko berada
pada titik terendah.
Pada posisi struktur modal optimal tersebut, tidak hanya rata-rata tertimbang biaya modal
perusahaan mencapai titik terendah, namun total nilai perusahaan juga mencapai titik
tertinggi. Hal ini disebabkan semakin rendah tingkat kapitalisasi, ko, yang digunakan
pada arus laba operasi bersih perusahaan, semakin tinggi nilai serang bersih arus tersebut.
Oleh karena itu, pendekatan tradisional struktur modal menunjukkan bahwa: (1) biaya
modal bergantung pada struktur modal perusahaan dan (2) terdapat struktur modal
optimal.
3. Nilai Perusahaan, Biaya Agensi, Teori Tradeoff Statis, dan Teori Pecking Order
Masalah agensi merupakan konflik antarkelompok, pemilik (pemegang saham), manajer
perusahaan, dan karyawan. Ada perbedaan kepentingan antara ketiga kelompok tersebut.

41
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Di sini akan timbul pertentangan antara kepentingan individu dengan kepentingan


perusahaan. Ada kecenderungan manajer lebih mementingkan tujuan individu daripada
tujuan perusahaan. Timbulnya pertentangan ini antara lain:
a. Apabila perusahaan memiliki free cashflows yang sangat besar.
b. Apabila ada transaksi akuisisi atau pembelian sebuah perusahaan oleh perusahaan
besar dengan menggunakan utang yang bisa disebut sebagai leveraged buy out
(LBO).
Masalah agensi akan menimbulkan biaya agensi, yang cenderung terjadi dalam organisasi
bisnis karena kepemilikan dan kontrol manajemen sering terpisah. Maka manajer
perusahaan dapat dianggap agen bagi pemegang saham perusahaan. Untuk memastikan
bahwa manajer agen bertindak untuk kepentingan pemegang saham, perlu dipastikan
mereka memiliki: (1) insentif yang tepat untuk melakukan itu, dan (2) keputusan mereka
dimonitor. Insentif biasanya berbentuk rencana kompensasi eksekutif dan penghasilan
tambahan.
Penghasilan tambahan bisa jadi menambah staf pendukung, keanggotaan country club,
pesawat perusahaan yang mewah, atau hal lain yang senada. Untuk memonitor
diperlukan biaya tertentu yang ditanggung pemegang saham, seperti (1) mengikat
manajer, (2) mengaudit laporan keuangan, (3) menyusun organisasi dengan unik agar
membatasi keputusan manajerial yang berguna, dan (4) meninjau kembali biaya dan
keuntungan penghasilan tambahan manajer. Daftar ini indikatif dan tidak terbatas. Intinya
adalah biaya monitor pasti ditutup oleh pemilik perusahaan-pemegang sahamnya.
Manajemen struktur modal juga menimbulkan biaya agensi. Masalah agensi berakar pada
konflik kepentingan, dan manajemen struktur modal meliputi konflik antara pemegang
saham dan pemegang obligasi. Bertindak atas kepentingan pemegang saham bisa
menyebabkan manajemen menginvestasi dalam proyek yang sangat berisiko. Investor
yang ada dalam obligasi perusahaan dapat dengan logis tak menyukai kebijaksanaan
investasi seperti itu. Perubahan dalam struktur risiko aset perusahaan akan mengubah
risiko yang dihadapi perusahaan. Ini dapat mengarah pada revisi yang buruk atas
peringkat obligasi perusahaan selama ini. Peringkat obligasi yang menurun akibatnya

42
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

menurunkan nilai pasar obligasi perusahaan. Jelas, pemegang obligasi akan tak senang
dengan hasilnya.
Untuk mengurangi konflik kepentingan ini, kreditur (investor obligasi) dan pemegang
saham mungkin setuju memasukkan aturan pembatas dalam kontrak obligasi. Aturan
biasanya membatasi pembayaran dividen tunai atas saham biasa. Untuk memastikan
bahwa aturan protektif diikuti manajemen berarti biaya monitor muncul. Seperti biaya
monitor lainnya, ditanggung oleh pemegang saham biasa. Selanjutnya, seperti biaya lain,
melibatkan analisis tradeoff yang penting.
a. Tanpa aturan obligasi yang protektif banyak aturan obligasi yang protektif.
b. Tingkat bunga tinggi tingkat bunga rendah.
c. Biaya monitor rendah biaya monitor tinggi.
d. Tak ada efisiensi operasi yang hilang banyak efisiensi operasi yang hilang.
Gambaran tersebut menunjukkan beberapa tradeoff dalam penggunaan aturan obligasi
protektif. Tetapi perusahaan mungkin bisa menjual obligasi yang tak memiliki aturan
protektif hanya dengan menerapkan tingkat bunga yang sangat tinggi. Tanpa aturan
protektif, tak ada biaya monitor. Juga, tak ada efisiensi operasi yang hilang, seperti bisa
bergerak cepat untuk mendapatkan perusahaan tertentu di pasar akuisisi. Sebaliknya,
kemauan memasukkan beberapa aturan dapat mengurangi biaya eksplisit kontrak utang,
tapi akan melibatkan biaya monitor yang nyata dan kehilangan sedikit efisiensi operasi
(yang juga berarti biaya yang lebih tinggi). Maka saat penerbitan utang pertama dijual,
tradeoff akan terjadi di antara biaya monitor, kehilangan efisiensi operasi, dan menikmati
biaya bunga eksplisit yang lebih rendah.
Myers dengan ringkas mengikhtisarkan teori pecking order struktur modal dengan 4 poin:
a. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk kesempatan investasi.
b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang
sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari.
c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan pertama memilih
menerbitkan sekuritas utang, menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan
terakhir.

43
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

d. Dengan semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai proyek


dengan nilai sekarang positif, pendapatan pecking order akan diikuti. Ini berarti
lebih menyukai utang yang lebih berisiko, artinya pada konvertibel, modal
preferen, dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.

Menentukan Struktur Modal yang Optimal


Struktur modal yang optimal adalah struktur yang memaksimalkan harga dari perusahaan, dan
hal ini biasanya meminta rasio utang yang lebih rendah dari pada rasio yang memaksimalkan
EPS yang diharapkan[3]. Dengan kata lain struktur modal optimal adalah titik dimana k0 berada
pada titik terendah. Pada posisi struktur modal optimal, tidak hanya rata-rata tertimbang biaya
modal perusahaan mencapai titik terendah, namun total nilai perusahaan juga mencapai titik
tertinggi. Hal ini disebabkan semakin rendah tingkat kapitalisasi, k0 yang digunakan pada arus
laba operasi bersih perusahaan, semakin tinggi nilai sekarang bersih arus tersebut. Jadi struktur
modal optimal adalah struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan sehingga
memaksimalkan nilai perusahaan[4]. Jadi, Struktur Modal yang Optimal adalah struktur modal
yang memaksimalkan EBIT / EPS, memaksimalkan harga saham, dan meminimalkan biya modal
/ WACC[5].
Hal yang sulit adalah memperkirakan bagaimana suatu perubahaan dalam struktur modal akan
mempengaruhi harga saham . Namun ternyata diketahui struktur modal yang dapat
memaksimalkan harga saham adalah struktur modal yang dapat meminimalkan WACC. Karena
biasanya lebih mudah meramalkan bagaimana perubahan struktur modal akan mempengaruhi
WACC daripada harga saham,kebanyakan manajer menggunakan perubahan WACC yang
diramalkan untuk membantu mereka mengambil keputusan struktur modal[6].
Setiap perusahaan pada tahap awal berdiri pasti memerlukan modal untuk penetapan struktur
modalnya, dan pada saat akan memperluas usaha atau menggabungkan usahanya besar
kemungkinannya akan melakukan perubahan struktur modal yang disebabkan adanya perubahan
modal atau tambahan modal. Dua hal yang harus dilakukan perusahaan, Pertama menentukan
besarnya Kebutuhan modal kuantitatif (proses Kapitalisasi). Kedua, menentukan sumber modal
kualitatif / jenis modal yang akan ditarik (proses penentuan Struktur Modal. Untuk menentukan

44
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Struktur Modal perusahaan dihadapkan pada berbagai variabel yang mempengaruhinya. Terdapat
10 variabel yang mungkin akan berpengaruh yaitu: tingkat bunga, stabilitas penjualan, tingkat
pertumbuhan penjualan, susunan aktiva, kadar risiko dari aktiva, kebutuhan modal, struktur
saingan, keadaan pasar modal, sikap manajemen, dan sikap pemberi pinjaman.
Bagi perusahaan susunan struktur modal terbaik dikatakan sebagal Struktur Modal Optimum.
Struktur modal optimum menurut pendekatan konservatif adalah struktur modal yang
menggunakan modal pinjaman maksimum 50% dari total modal. Sedangkan menurut pendekatan
biaya modal struktur modal optimum adalah struktur modal yang dapat meminimumkan rata-rata
biaya modal perusahaan. Metoda biaya modal ini dapat dianalisis dengan berbagai pendekatan,
dan pendekatan yang dipilih pada persoalan ini adalah Pendekatan Tradisional yang menyatakan
bahwa struktur modal optimum akan terjadi pada kondisi rata-rata biaya modal minimum dan
nilai perusahaan maksimum. Disini harus dilakukan analisis terhadap variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dan hubungannya dengan penentuan nilai
perusahaan. Sehingga harus ditentukan:
1. Variabel yang dominan terhadap struktur modal dengan menggunakan Analisa Faktor.
2. Menentukan nilai perusahaan yang maksimum.
Menurut Maness (1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan struktur modal
optimal, yaitu:
1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih
banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2. Operating Leverage
Perusahaan yang mengurangi leverage operasinya lebih mampu untuk menaikkan
penggunaan leverage keuangan (hutang).
3. Corporate Taxes
Karena bunga tax-deductable, ada sebuah keuntungan jika menggunakan hutang.
Marginal tax rate perusahaan yang lebih tinggi, maka keuntungan menggunakan hutang
akan lebih tinggi, semua yang lainnya dianggap sama.

45
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

4. Kadar Resiko dari Aktiva


Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama.
Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan, makin besar
derajat resikonya. Dan perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan
yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu
aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan.
5. Lenders dan Rating Agencies
Jika perusahaan menggunakan hutang semakin berlebih, maka pihak lenders akan mulai
meminta tingkat bunga yang lebih tinggi dan rating agencies akan mulai menurunkan
rating pada tingkat hutang perusahaan.
6. Internal Cash Flow
Tingkat internal cash flow yang lebih tinggi dan lebih stabil dapat menjastifikasi sebuah
tingkat leverage lebih stabil.
7. Pengendalian
Banyak perusahaan sekarang meningkatkan tingkat hutangnya dan memulai dengan
menerbitkan hutang baru hingga repurchase outstanding commonstock. Tujuan dari
peningkatan hutang tersebut adalah untuk mendapatkan return yang lebih tinggi.,
sedangkan pembelian kembali saham bertujuan untuk lebih meningkatkan tingkat
pengendalian.
8. Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi seperti sekarang ini dan juga kondisi pada pasar keuangan dapat
mempengaruhi keputusan struktur modal. Ketika tingkat suku bunga tinggi, mungkin
keputusan pendanaan lebih mengarah pada short-term debt, dan akan dilakukan refinance
dengan long-term debt atau equity jika kondisi pasar memungkinkan.
9. Preferensi pihak manajemen
Preferensi manajemen terhadap resiko dan gaya manajemen mempunyai peran dalam
hubungannya dengan kombinasi debt-equity perusahaan pada struktur modalnya.

46
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

10. Debt covenant


Uang yang dipinjam dari sebuah bank dan juga penerbitan surat hutang dan terwujud
melalui serangkaian kesepakatan (debt covenant).
11. Agency cost
Agency cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna memonitor kegiatan pihak
manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka selaras dengan persetujuan antara
manajer, kreditur dan juga para shareholders.
12. Profitabilitas
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dan penggunaan internal financing yang
lebih besar dapat menurunkan penggunaan hutang (rasio hutang).
Pada kasus tertentu ternyata kondisinya dapat dikelompokan pada 4 faktor yang dominan
terhadap penentuan struktur modal, yaitu:
 Faktor 1: Stabilitas pendapatan dan kebutuhan modal, komponen variabelnya:
Stabilitas penjualan dan kebutuhan modal. Dengan variabel yang dominan adalah
kebutuhan modal.
 Faktor 2: Struktur pasar industri yang terdiri variabel; struktur saingan, tingkat
bunga, tingkat pertumbuhan penjualan, dan kadar risiko dari aktiva. Variabel
dominannya adalah struktur saingan.
 Faktor 3: Risiko usaha dan keuangan, yang terdiri variabel; sikap pemberi
pinjaman, susunan aktiva, dan sikap manejemen. Variabel dominannya adalah
sikap pemberi pinjaman.
 Faktor 4: Situasi perekonomian yang hanya terdiri variabel keadaan pasar modal,
sehingga variabel dominannya adalah variabel keadaan pasar modal.
Untuk penentuan nilai perusahaan dengan menggunakan pendekatan Tradisional sebagai alat
manajemen keuangan, diperoleh hasil bahwa nilai perusahaan akan meningkat dengan rata-rata
biaya modal perusahaan melalui cara perusahaan modal pinjamannya. Dan struktur modal
diterapkan harus mempunyai ratio hutang maksimum sehingga mencapai struktur modal
optimum. Untuk menentukan struktur modal yang optimum, digunakan konsep cost of capital
(hutang obligasi, emisi saham baru, saham biasa, laba ditahan, dan weighted average cost of

47
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

capital). Dan struktur modal yang optimum tercapai apabila biaya modal rata-rata tertimbang
adalah rendah. Karena biaya modal ini berhubungan dengan profitabilitas, maka pada saat
struktur modal optimum diperhitungkan pula tingkat profitabilitas dengan cara ROA dan ROE.
Untuk menghitung besarnya biaya modal dalam kaitanya dengan struktur modal dan nilai
perusahaan digunakan beberapa rumus berikut[7]:
1. Rumus pertama untuk menghitung return obligasi:
Ki = I/B.
Dimana:
I = bunga hutang tahunan
B = Nilai pasar obligasi yang beredar
Ki = Return dari obligasi
2. Rumus kedua untuk menghitung return saham biasa:
Ke = E/S
Dimana :
E = Laba untuk pemegang saham biasa
S = Nilai pasar saham biasa yang beredar
Ke = Return dari saham biasa
3. Rumus ketiga untuk mengitung return bersih perusahaan:
Ko = O/V
Dimana :
O = Laba operasi bersih
V = Total Nilai perusahaan
Ko = Return bersih perusahaan
Struktur modal yang optimal harus mengutamakan kepentingan pemegang saham. Oleh sebab itu
pertama kalinya perusahaan sebaiknya mendanai usahanya dengan internal financing yang
berasal dari laba ditahan dan depresiasi pada aktiva tetapnya. Laba ditahan merupakan alternatif
pertama yang digunakan untuk memodali kegiatan perusahaan. Alternatif pertama ini cenderung
tidak mencukupi kebutuhan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengembangkan

48
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

usahanya, maka tidak terhindarkan lagi bahwa perusahaan memerlukan external financing untuk
mencukupi kebutuhan dananya.
Alternatif kedua adalah External financing (pendanaan dari luar dapat berupa hutang, serta
menerbitkan saham). Perusahaan dapat memperoleh sumberdana dari para investor atas saham
yang dijual perusahaan kepada publik. Perusahaan dapat menerbitkan sejumlah saham biasa
untuk mencukupi kebutuhan modalnya. Namun beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
perusahaan, karena semakin banyak saham yang beredar akan menurunkan nilai perusahaan.
Turunnya nilai perusahaan berarti turun juga harga sahamnya, sebab investor beranggapan jika
perusahaan menerbitkan saham baru berarti suatu sinyal bagi investor bahwa perusahaan itu
memiliki prospek yang tidak menguntungkan. Jika penerbitan saham menyebabkan sinyal
negatif pada investor mengenai pandangannya terhadap perusahaan, maka perusahaan akan
mencoba untuk menghindari penjualan saham dan lebih memilih mendapatkan modal baru
dengan cara-cara lain, termasuk menggunakan utang di luar sasaran struktur modal yang normal.
Disini perusahaan memanfaatkan hutang dalam bentuk menerbitkan obligasi, mengambil
pinjaman di Bank atau lembaga lainnya. Dalam mengambil kebijakan hutang, manajer keuangan
harus mempertimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan hutang terhadap struktur
modalnya. Penggunaan utang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor, jadi
semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham perusahaan. Harga
saham perusahaan akan mencapai titik maksimal ketika seluruh pendanaannya menggunakan
hutang, tetapi tidak ada perusahaan yang menggunakan seratus persen hutang sebab perusahaan
memperhitungkan biaya kebangkrutan dan menekan biaya-biaya kebangkrutan tersebut.
Brigham dan houston menambahkan bahwa ada tambahan reksiko yang dibebankan kepada para
pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui
utang. Untuk menjelaskan hal ini misalnya ada 10 orang yang akan membentuk sebuah perseroan
yang akan memproduksi computer, asumsikan perusahaan akan dikapitalisasi dengan 50 persen
utang dan 50 persenm ekuitas, dengan lima orang investor menempatkan modal mereka sebagai
utang dan lima lainnya menempatkan uang mereka sebagai ekuitas.
Dalam hal ini, lima orang investor akan menanggung seluruh resiko bisnis perusahaan, sehingga
saham biasa akan dua kali lebih beresiko daripada perusahaan hanya didanai dengan ekuitas. Jadi

49
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

penggunaan hutang mengkosentrasikan resiko bisnis perusahaan kepada para pemegang


sahamnya. Oleh sebab itu menurut saya perusahaan sangat perlu untuk memperhitungkan
manfaat dan biaya penggunaan hutang mengingat perusahaan bertujuan untuk memaksimumkan
kesejahteraan pemegang saham jadi perusahaan harus lebih selektif dalam memilih lembaga
pembiayaan, suku bunga, jenis hutang.
Serta kemampuan manajer keuangan untuk meramalkan penjualan, laba setelah pajak yang
mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya mengingat para
pemegang saham menanggung resiko yang besar akibat penggunaan hutang bila terjadi
kebangkrutan.

Keputusan Struktur Modal


Dalam teori, struktur modal yang optimal adalah struktur di mana biaya marginal riil baik berupa
eksplisit dari masing-masing sumber pembelanjaan adalah sama (Erich; 1981). Hal ini menuntut
kehati-hatian para manajer keuangan untuk menentukan struktur modal yang tepat agar dalam
praktiknya tidak berdampak negatif.
Masalah utama dalam menentukan struktur modal yaitu menaksir biaya implisit sumber
pembelanjaan bukan modal sendiri. Perlu diingat bahwa dari berbagai metode untuk menentukan
struktur modal suatu perusahaan tidak satu pun yang bisa dianggap sempurna. Oleh karena itu,
diperlukannya informasi yang cukup untuk mengambil keputusan yang rasional dengan
pandangan positif bahwa kita mampu menentukan struktur modal yang tepat.

Faktor-faktor yang Menentukan Pemilihan Struktur Modal


1. Lokasi Distribusi Keuntungan
Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan dari
keuntungan perusahaan. Semakin besar nilai yang diharapkan dari keuntungan, dengan
penyimpangan yang sama, maka semakin kecil kemungkinan mendapatkan kerugian.
2. Stabilitas Penjualan dan Keuntungan
Bahwa semakin stabil keuntungan, berarti semakin kecil pinjaman karena bertambah
besarnya kemungkinan perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban tetapnya.

50
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

3. Kebijakan Dividen
Implikasi bahwa banyak perusahaan yang mencoba menggunakan kebijakan dividen
dalam jumlah yang konstan akan langsung dirasakan bagi manajer keuangan, yaitu
dengan menyediakan dana untuk membayar jumlah dividen yang tetap. Semakin tinggi
tingkat leveragenya, semakin besar kemungkinan perusahaan tidak bisa membayar
dividen dalam jumlah yang tetap.
4. Pengendalian
Penggunaan hutang yang agak tinggi daripada mengeluarkan saham baru dianggap lebih
menguntungkan dengan alasan kepemilikan. Hal ini bisa jadi menyebabkan pihak yang
semula memiliki sebagian besar saham dengan pengeluaran saham baru akan menjadi
berkurang bagiannya dan akan mengurangi penguasaan atas perusahaan.
5. Risiko Kebangkrutan
Menurut Halim dan Sarwoko (1995), pada pasar modal sempurna, risiko kebangkrutan,
aktiva dapat dijual sesuai dengan nilai ekonomisnya dan dibagikan sesuai dengan klaim.
Pada pasar yang kurang sempurna dan tidak diperhitungkan biaya kebangkrutan, pada
saat perusahaan mengalami kebangkrutan akan menyebabkan aktiva dijual di bawah nilai
ekonomisnya. Biaya administrasi menyebabkan penerimaan pemegang saham menjadi
berkurang.
6. Stabilitas Penjualan
Bagi perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang stabil tiap tahunnya boleh
memiliki hutang yang besar dengan risiko menanggung biaya tetap yang tinggi.
7. Struktur Aktiva
Aktiva dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman hutang dalam jumlah besar.
8. Elastisitas Operasi
Elastisitas operasi rendah yang dimiliki perusahaan lebih memungkinkan untuk
memanfaatkan hutang keuangan.

51
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

9. Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, wajib mengandalkan modal
eksternal dalam bentuk obligasi daripada saham yang memiliki biaya pengembangan
yang tinggi.
10. Profitabilitas
Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian investasi tinggi cenderung memiliki
hutang dalam jumlah kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi dapat digunakan sebagai
permodalan dalam bentuk laba ditahan.
11. Pajak
Tambahan tarif pajak suatu perusahaan akan lebih bak dalam menggunakan permodalan
hutang.
12. Kendali
Pengendalian terhadap penggunaan hutang dalam perusahaan perlu dipertimbangkan,
apabila menggunakan jumlah hutang yang sedikit, manajemen menghadapi risiko
pengambilalihan oleh perusahaan lain dan jika terlalu banyak, dihadapkan pada masalah
kegagalan memenuhi kewajiban.
13. Sikap Manajemen
Sikap manajemen yang cenderung konservatif atau sebaliknya dalam menggunakan
hutang akan sedikit banyak mempengaruhi harga saham.
14. Sikap Kreditur
Penentuan struktur modal yang tepat di tentukan oleh sikap manajemen dalam menyikapi
kreditur. Peminjaman dana lebih dapat membuat keengganan debitur atau pemberian
dengan tingkat suku bunga yang tinggi.
15. Kondisi Pasar
Perubahan jangka pendek dan jangka panjang kondisi di pasar saham dan obligasi akan
mempengaruhi struktur modal optimal suatu perusahaan.
16. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan akan ikut mempengaruhi target struktur modal. Bagi
perusahaan baru, estimasi laba besar dimasa yang akan datang belum mencerminkan

52
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

harga saham. Penggunaan hutang sampai laba terlearisir dan tercermin dalam harga
saham, mengemisi, melunasi hutang dan kembali pada target struktur modal.

Teori-teori kapitalisasi
Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :
1. Berdasarkan pendapatan atau earning Niali suatu perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan pendapatan yang didapatka setiap tahunya dikalikan dengan multiplayer
tertentu.
2. Berdasarkan pengeluaran atau cost Kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari
fixed capital yang digunakan dalam suatu perusahaan.

 Over dan under capitalization


Over capitalization akan terjadi apabila :
a. Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari jumlah modal yang di
investasikan , atau dengan kata lain average rate of return lebih kecil dari pada fair rate of
return.
b. Jumlah nilai securities yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil
dibandingkan dengan nilai assetnya.

 Under capitalization
Under capitalization terjadi apabila :
a. Average rate of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
rate of return dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang sejenis lainya.
b. Jumlah nilai security yang tercantum dalam nereca jauh lebih kecil daripada nilai riil
daripada assetnya.

53
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Pendekatan-Pendekatan Konsep Penilaian Struktur Modal


1. Teori pendekatan laba bersih ( net income approach) NI
Pendekatan ini dapat diasumsikan investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan
dengan tingkat kapitalisasi ( Ko ) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan
jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang ( Kd ) yang juga konstan. Hal ini juga dapat
diartikan karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang konstan atau tetap maka
semakin besar jumlah utang perusahaan maka biaya modal rata-rata tertimbang akan
semakin kecil
2. Teori pendekatan laba operasi bersih ( operating net income approach ) NOI
Teori ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang ( Ke ) konstan, berapapun jumlah
utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para investor mempunyai sudut pandang yang
berbeda-beda
a. Biaya utang konstan sama seperti pendekatan laba bersih
b. Utang perusahaan meningkat, resiko perusahaan ikut meningkat. Oleh karena itu
manajemen menuntut agar keuntungan perusahaan jg harus meningkat,
konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang konstan dan keputusan struktur
modal menjadi tidak penting

Keputusan Struktur Modal dalam Praktik


1. Analisis EBIT – EPS.
Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dari berbagai alternatif pendanaan
terhadap EPS ( Earning per share ) pada tingkatan EBIT ( Earning Before Interest and
Tax ) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan EPS adalah laba bersih sesudah pajak atau
Earning After Tax ( EAT ) dibagi jumlah lembar saham perusahaan yang beredar.
Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan cara :
a. Menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT tertentu , dan
b. Mengulang lankah pertama untuk EBIT yang berbeda – beda. Hasilnya kemudian
digambarkan dalam grafik EBIT-EPS.

54
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Indifference point memberikan masukan penting bagi manajemen dalam memilih


alternatif pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar dari indifference point,
perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan saham
akan lebih menguntungkan. Perlu dicatat bahwa keputussan ini bisa salah jika actual
EBIT tidak besar yang diharapkan. Oleh karena itu, didalam mengambil keputusan,
manajemen harus memperhatikan juga deviasi standard ( tingkat variabilitas ) EBIT
perusahaan. Expected dan deviasi standard EBIT dapat dicari dengan
mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT dimasa mendatang beserta dengan
probabilita terjadinya. Jika deviasi standard EBIT relatif besar, manajemen harus
lebih hati – hati karena expected EBIT menjadi kurang dapat dipercaya. Sebaiknya
manajemen memutuskan menggunakan hutang hanya bila ecpected EBIT cukup jauh
di atas indifference point.
EAT ( saham ) EAT ( hutang )
= Jumlah saham Jumlah saham
( EBIT* - C1) ( 1 – T ) (EBIT* - C2 ) ( 1 – T)
= S1 S2
Dimana:
EBIT * = Indifferent point
C1 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1
C2 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2
S1 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1
S2 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2
T = Tingkat pajak
2. Perbandingan Rasio – Rasio Leverage
a. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efek dari setiap alternatif
pendanaan terhadap rasio – rasio leverage ( penggunaan hutang ). Manajemen
kemudian dapat membandingkan rasio – rasio yang ada saat ini dan rasio – rasio
pada alternatif pendanaan tertentu dengan rasio – rasio industri sejenis. Rasio

55
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Leverage terdiri dari (1) Rasio Hutang ( debt ratio ), (2) Rasio Jaminan ( coverege
ratio ).
b. Rasio hutang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka panjang, sedangkan rasio jaminan menunjukkan kemampuan untuk
membayar bunga dan pokok pinjamn yang jatuh tempo. Untuk menghitung rasio
hutang, manajemen menggunakan informasi dari neraca. Untuk menghitung rasio
jaminan, informasi dari laporang rugi – laba yang dipergunakan.
c. Manajemen dapat menggunakan metoda perhitungan rasio sbb :
1) Rasio Hutang:
- Total hutang/Total aktiva
- Hutang jangka panjang/ (Hutang jangka panjang + Modal sendiri)
- Total hutang/ Modal sendiri
2) Rasio Jaminan:
- Time interest earned = EBIT/Biaya bunga
- Debt service coverage = EBIT / [ biaya bunga + (pembayaran pokok
pinjman/1 – pajak) ]
3) Rasio hutang dan rasio jaminan dapat dihitung berdasarkan :
(1) posisi keungan perusahaan pada saat ini, (2) posisi keuangan
perusahaan dengan alternatif – alternatif pendanaan yang ada seperti 100
% modal sendiri, 100% hutang dsb. Rasio – rasio tersebut kemudian
dibandingkan dengan rasio indusstri. Dari perbandingan tersebut,
manajemen dapat menentukan alternatif pendanaan yang paling tepat bagi
perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen harus
mempertahankan rasio yang sama dengan rasio industri. Kegunaan
perbandingan rasio dengan rasio industri adalah jika perusahaan memilih
rasio hutang dan rasio jaminan yang menyimpang dari rasio industri, ia
harus memiliki alasan yang kuat.

56
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

3. Analisis Arus Kas Perusahaan


Metoda ini menganalisis dampak keputusan struktur modal terhadap arus kas perusahaan.
Metoda ini sederhana tetapi sangat bermanfaat. Metoda ini melibatkan persiapan suatu
seri anggaran kas pada (1)kondisi perekonomian yang berbeda, (2) struktur modal yang
berbedaArus kas bersih pada situasi yang berbeda ini dapat dianalisis untuk menentukan
apakah beban tetap perusahaan ( pokok pinjaman, bunga, sewa dan dividen saham
preferen ) yang dihadapi perusahaan tidak terlalu tinggi. Ketidak mampuan perusahaan
untuk membayar beban tetap bisa mengakibatkan “ financial insolvency “.

57
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 7 – Analisis Leverage

Materi 8 – Analisis Titik Impas

Pengertian Analisis Titik Impas atau Break Even Point (BEP)


Break Even Point (BEP) adalah keadaan di mana perusahaan di dalam operasinya tidak
memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu
keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam
operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya
tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan
sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh
memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di
keluarkan.

Syarat-syarat Analisi Break Even Point:


1. Harga jual tidak berubah-ubah.
2. Seluruh biaya dapat dibagi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
3. Biaya variabel bersifat proposional.
4. Jika barang yang diproduksi lebih dari satu jenis, maka komposisi barang yang dijual
tidak berubah-ubah.

Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas)

58
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di
dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain,
pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila
perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup
untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup
biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya
akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya
tetap yang harus di keluarkan.
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana
pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh
pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil
keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
3. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan
terhadap keuntungan yang diperoleh.

Kelemahan Break Event Point (BEP)


Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat
dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa
break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya
terbatas untuk jangka waktu yang pendek.
1. Asumsi tentang linearity
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri
terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu
titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja
akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu

59
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume
penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi
tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
2. Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan
biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan
kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.

3. Jangka waktu penggunaan


Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas,
biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila
perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar
dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu
yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah
pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua
biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.
Kelemahan dari analisa break even point yang lain adalah bahwa hanya ada satu macam barang
yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi
penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa
perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk, jadi sangat
sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun,
jumlah satuan barang yang dijual, atau tidak ada perubahan harga secara umum.Analisa break
even pointjangka waktu penerapanya terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan
proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi
ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan
investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat,
maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point
agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

60
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).


Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume
penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini
biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost
per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

2. Fixed Cost (biaya tetap)


Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan
melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan
selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya
perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang
kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost.

Metode Perhitungan Break Even Point (BEP)


Break even point umumnya dapat dihitung dengan tiga metode yaitu metode persamaan, metode
margin kontribusi dan metode grafis. Ketiga metode tersebut pada dasarnya adalah pendekatan
yang mempunyai hasil akhir sama, akan tetapi ketiga metode tersebut memiliki perbedaaan pada
bentuk dan variasi dari persamaan laporan laba rugi kontribusi. Dibawah ini akan diuraikan tiga
metode, sehingga akan jelas perbedaanya:
1. Metode Persamaan
Metode Persamaan (equation method) adalah metode yang berdasarkan pada pendekatan laporan
laba rugi . Dengan persamaan dasar sebagai berikut menurut Halim
Penghasilan total = Biaya total
Penghasilan total = Biaya variabel + Biaya tetap

61
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Persamaan tersebut dapat diuraikan dalam rumus berikut :


px = a + bx
Keterangan:
p = Harga jual per unit produk
x = Unit produk yang dijual/yang diproduksi
a = Total Biaya Tetap
b = Biaya variabel setiap unit produk
Dari persamaan diatas, dapat diuraikan menjadi rumus break even point sebagai
berikut :
a. Break even point dalam satuan uang penjualan

b. Break even point dalam unit produk

Pada keadaaan titik impas laba operasinya sama dengan nol, sehingga akan menghasilkan jumlah
produk (dalam satuan unit maupun satuan uang penjualan) yang dijual mencapai titik impas
ditambah biaya tetap.
2. Metode Kontribusi Unit
Menurut Simamora Metode Kontribusi Unit merupakan variasi metode persamaan. Setiap unit
atau satuan produk yang terjual akan menghasilkan jumlah margin kontribusi tertentu yang akan
menutup biaya tetap. Metode kontribusi unit adalah metode jalan pintas dimana harus diketahui
nilai margin kontribusi. Margin Kontribusi adalah hasil pengurangan pendapatan dari penjualan

62
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

dengan biaya variabel.Sedangkan rasio margin kontribusi adalah margin kontribusi dibagi
dengan penjualan. Untuk mencari titik Impas rumusnya adalah sebagai berikut:

3. Metode Grafis
Manajer dapat menggambarkan titik impas melalui grafis. Grafis titik impas akan menunjukkan
volume penjualan pada sumbu x atau garis horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau
garis vertikal. Sedangkan titik impas akan terletak pada perpotongan antara garis pendapatan dan
garis biaya. Garis sebelah kiri garis impas menunjukkan sisi kerugian, sebaliknya sisi kanan
menunjukkan sisi laba usaha.
Dengan menggunakan metode grafis manajer dapat menghindari metode matematis pada waktu
tingkat penjualan yang berbeda tengah dipertimbangkan. Metode grafis akan membantu manajer
dalam mengevaluasi akibat perubahan volume tahun lalu dan dapat memproyeksikan volume
penjualan pada tahun yang akan datang.
Menurut Simamora grafis titik impas mempunyai beberapa hal penting yaitu selama harga jual
melebihi biaya variabel ( margin kontribusinnya positif), maka penjualan yang lebih banyak akan
menguntungkan perusahaan, baik dengan meningkatkan laba ataupun mengurangi kerugian.
Oleh karena itu, perusahaan lebih baik tetap beroperasi karena kerugian mereka akan lebih besar
lagi jika perusahaan menghentikan atau menutup kegiatan usahanya, hal ini pada umumnya
sering terjadi pada bisnis musiman.

Menentukan Break Even Point (BEP) / Titik Impas


Mathematical Approach
BEP-Rupiah = Total Fixed Cost x Harga jual / unit

63
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Harga jual per unit - variable cost

BEP-Unit = Fixed Cost


Harga Jual – Variabel Cost
BEP untuk produk ganda = FC/ [(1-v/c)xWi]
Keterangan :
Biaya Tetap(FC) adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak sedang
berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan peratalan usaha, biaya asuransi. Dll.
Biaya Variable (VC) adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar, biaya listrik dll.
Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
Biaya Variable per unit adalah total biaya variable dibagi dengan jumlah unit yang di produksi
atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.
Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan biaya variable per unit.
Wi: presentasi dari total penjualan (Rp) tiap produk, disebut bobot kontribusi margin.

 Contoh 1
Fixed Cost suatu toko sepatu : Rp.500.000,-
Variable cost Rp.10.000 / unit
Harga jual Rp. 20.000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah

BEP = Fixed Cost


Harga Jual – Variabel Cost

BEP = Rp.500.000
20.000 – 10.000
= 50 unit

64
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Artinya perusahaan perlu menjual 50 unit sepasang sepatu agar terjadi break even point. Pada
pejualan unit ke 51, maka toko itu mulai memperoleh keuntungan.

Contoh BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :

Total Fixed Cost


__________________________________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit - variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima
agar terjadi BEP adalah
Rp.500.00 x Rp.20.000 = Rp.1.000.000,
20.000 – 10.000

 Contoh 2
Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Maju” memiliki data-data biaya dan rencana
produksi seperti berikut ini :
 Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp.140juta yaitu terdiri dari :
biaya gaji pegawai + pemilik = Rp.75,000,000
biaya penyusutan mobil kijang = Rp. 1,500,000
biaya asuransi kesehatan = Rp.15,000,000
biaya sewa gedung kantor = Rp.18,500,000
biaya sewa pabrik = Rp.30,000,000
 Biaya variable per unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :
biaya bahan baku = Rp.35,000
biaya tenaga kerja langsung = Rp.25,000
biaya lain = Rp.15,000
 Harga Jual per Unit Rp.95,000.
Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam unit maupun dalam
rupiah :

65
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

BEP unit adalah


= Biaya Tetap / (harga per unit – biaya variable per unit)
= Rp.140juta / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
= Rp.140juta / Rp.20,000
= 7,000 unit

BEP Rupiah adalah


= Total Fixed Cost x Harga jual / unit
Harga jual per unit - variable cost
= Rp.140 juta x Rp. 95.000
Rp.95.000 – Rp.75.000
= Rp.140 juta x Rp. 95.000
Rp. 20.000
= Rp 665.000.000

Penjelasan perhitungan BEP :


Untuk dapat beroperasi dalam kondisi BEP yaitu laba nol, perusahaan Usaha Maju harus dapat
menghasilkan produk sebanyak 7,000 unit dengan harga Rp.95,000 unit, maka jumlah
penjualannya akan menjadi Rp.665.000.000

Aplikasi BEP untuk penghitungan target laba.


Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, maka anda sebagai manager atau
pemilik Usaha Maju Terus akan dapat menghitung berapa minimal penjualan untuk mendapatkan
laba yang anda targetkan, yaitu dengan cara menambahkan laba yang ditargetkan tersebut dengan
biaya tetap yang anda miliki.
Misalkan target laba anda sebulan adalah Rp.75 juta, maka minimal penjualan yang anda harus
capai adalah sebagai berikut :

66
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga per unit – Biaya Variable/ unit)
= (Rp.140juta + Rp.75juta) / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
= Rp.215juta / Rp.20,000
= 10,750 unit
Mari kita buktikan perhitungan tersebut diatas, apakah benar dengan menjual sebanyak 10,750
unit Usaha Maju Terus akan mendapatkan laba sebesar Rp.75,000,000.
a. Penjualan Rp.1.021.250.000
b. Dikurangi = biaya tetap (Rp. 140.000.000), biaya variabel (10.750xRp.75.000) Rp.
806.250.000 Total biaya Rp. 946250000
c. Laba/Rugi = Rp. 75.000.000

Kesimpulan : Terbukti.
 Graphical Approach
Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis
total cost.

Keterbatasan Analisis Break Even Point


Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan
selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah
konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam
kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui
bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
1. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu Laboratorium
Pengembangan Akuntansi 45
2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
4. Sales mix adalah konstan

67
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah
apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana
perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun
perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan
bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan
menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan
menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit, Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis
total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun
semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix, Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari
satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan
produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi
kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.

68
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 9 – Manajemen Modal Kerja

Pengertian Modal Kerja


Gitman (2001) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan
bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan
bisnis. Weston dan Brigham (1986) menjelaskan bahwa manjemen modal kerja adalah investasi
perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat berharga (efek), piutang, dan persediaan.
Pengertian modal kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas atau uang tunai di
peti kas dan di bank, piutang usaha dan persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan barang
jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar, seperti hutang usaha dan pinjaman jangka pendek.
Dengan demikia maka manajemen modal kerja merupakan semua kegiatan dalam rangka
pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.
Pada umumnya terdapat dua pengertian modal kerja, yaitu:
1. Gross Working Capital
Modal Kerja dalam pengertian ini mengacu pada konsep kuantitatif, yang berdasarkan pada
kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dan aktiva ini berupa aktiva
yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dengan dana yang tertanam di
dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja yang
di maksud dalam pengertian ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
2. Net Working Capital
Pengertian ini di dasarkan pada konsep kualitatif, yaitu dikaitkan dengan besarnya dengan
jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera di bayar. Dengan demikian pengertian modal
kerja menurut pengertian ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat

69
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang
merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya.

Arti Penting Dan Tujuan Manajemen Modal Kerja


Pentingnya manajemen modal kerja perusahaan, terutama bagi kesehtan keuangan dan kinerja
perusahaan adalah:
1. Bahwa kegiatan seorang manjemen keuangan lebih banyak dihabiskan dalam kegiatan
operasional perusahaan dari waktu ke waktu atau dengan kata lain sebagian besar waktu
dialokasikan untuk mengurus modal kerja.
2. Investasi dalam aktiva lancar, cepat sekali berubah dan sering kali mengalami perubahan
serta cenderung labil.
3. Dalam praktinya sering sekali bahwa lebih dari separu dari total aktiva merupakan bagian
dari jumlah aktiva lancar, yang merupakan modal kerja perusahaan.
4. Khusus bagi perusahaan kecil manajemen modal kerja sangat penting karena investasi
dalam aktiva tetap dapat ditekan dengan menyewa, tetapi investasi lancar dalam piutang
dan sediaan tidak dapat dihindarkan harus segera terpenuhi.
5. Khusus bagi perusahaan yang relatif kecil fungsi manajemen modal kerja sangat penting.
6. Terdapat hubungan yang sangat erat antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan
modal kerja.

Kemudian tujuan manajemen modal kerja bagi perusahaan sebagai berikut:


1. Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan, artinya
likuiditas suatu perusahaan sangat tergantung pada manajemen modal kerja.
2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi
kewajiban pada waktunya.
3. Memungkinkan untuk perusahaan memiliki sediaan yang cukup dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelanggannya.
4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditor, apabila
rasio keuangannya memenuhi syarat seperti likuiditas yang terjamin.

70
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat pelanggan,


dengan kemampuan yang dimilikinya.
6. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan laba dan penjualan.
7. Perusahaan mampu melindungi diri apabilla terjadi krisis modal kerja akibat turunya nilai
aktiva lancar.

Jenis-Jenis Modal Kerja


Menurut WB. Taylor da Bambang Rianto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam beberapa jenis
yaitu:
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, modal kerja ini terdiri dari:
a. Modal kerja primer (Primary Working Capital), Modal kerja primer merupakan
jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga
kontinuitas usahanya atau modal kerja yang secara terus menerus diperlukan
untuk kegiatan usahanya.
b. Modal kerja normal, Modal kerja normal adalah modal kerja dibutuhkan untuk
proses produksi normal.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)


Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, modal kerja
ini terdiri dari:
a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital), Modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital), Modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital), Modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya

71
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

(misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan ekonomi yang


mendadak).

Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja


1. Volume Penjualan
Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi
peningkatan penjualan.
2. Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan mempengaruhi
kebutuhan akan modal kerja.
3. Perubahan dalam teknologi
Jika terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan proses produksi dan akan
membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja.
4. Kebijakan Perusahaan
Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak terhadap kebutuhan
modal kerja.

Sumber Modal Kerja


Sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan
pasiva. Berikut ini beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan:
1. Hasil operasi perusahaan
2. Keuntungan penjualan surat berharga
3. Penjulan saham
4. Penjualan aktiva tetap
5. Penjualan obligasi
6. Memperoleh pinjaman
7. Dana hibah

Secara khusus sumber modal kerja dibagi menjadi dua macam:

72
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

1. Pembiayaan permanen
2. Pembiayaan lancar
Sumber modal kerja untuk pembiayaan lancar digunakan untuk membiayai modal kerja variabel
yang biasanya terdiri dari dua sumber:
a. Modal dari sumber internal terdiri dari:
- Penyusunan
- Kewajiban yang belum jatuh tempo
- Cadangan dan laba
b. Modal sumber enksternal:
- Kredit
- Pinjaman

Kebijakan Modal Kerja


Kebijakan modal kerja dihubungkan dengan jangka waktu pinjaman dan tingkat bunga, makin
panjang umur pinjaman makin tinggi tingkat bunganya. Pinjaman jangka panjang untuk modal
kerja, pihak yang meminjam harus membayar bunga yang lebih besar daripada pinjaman jangka
pendek. Karena masa mendatang adalah penuh ketidakpastian sehingga pihak yang memberi
pinjaman memperhitungkan risiko ketidakpastian tersebut. Modal kerja yang dipenuhi dengan
pinjaman jangka panjang memiliki tingkat likuiditas tinggi, risiko kegagalan memenuhi
kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo kecil. Pada umumnya perusahaan menggunakan
pinjaman jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya, dan perusahaan yang
demikian disebut menganut kebijakan modal kerja yang konservatif.
Kebijakan modal kerja yang lainnya adalah bahwa modal kerja harus dihubungkan dengan harta.
Harta lancar sebaiknya dibiayai dengan utang lancar, harta tetap sebauiknya dibiayai dengan
utang jangka panjang dan modal sendiri. Perusahaan yang mampu melaksanakan kegiatan bisnis
dengan kebijakan modal kerja yang demikian melakukan kebijakan modal kerja yang agresif;
risikonya besar karena semua kewajiban yang jatuh tempo harus dapat dipenuhi oleh tersedianya
harta lancar. Perusahaan yang melakukan kebijakan model ini lebih banyak gagalnya, karena
struktur harta lancar itu ada yang sulit dicairkan menjdai uang tunai yaitu persediaan, khususnya

73
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

persediaan barang setengah jadi atau persediaan barang dalam proses. Perusahaan pada
umumnya memiliki tiga jenis kebijakan modal kerja, yaitu:
1. Kebijakan yang agresif, yaitu modal kerja dipenuhi dengan seluruhnya dengan utang
jangka pendek
2. Kebijakan yang moderat, yaitu modal kerja dipenuhi 50% dengan utang jangka pendek
dan 50% dipenuhi dengan utang jangka panjang
3. Kebijakan yang konservatif, yaitu seluruh modal kerja dipenuhi dengan utang jangka
panjang

Perputaran Modal Kerja


Modal Kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan
yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turn
over ) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja
sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.
Menurut Kasmir (2011:182), yang menyatakan bahwa: Perputaran modal kerja atau working
capital turn over merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal
kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama
satu periode atau dalam satu periode.
Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat
perpuatarannya ( turnover rate-nya ). Perputaran modal kerja sangat penting untuk melihat
berapa modal kerja yang diguanakan perusahaan untuk menciptakan penjualannya sehingga
nantinya dapat menambah pundi-pundi finansial perusahaan. Dengan memperhatikan modal
kerja akan memungkinkan perusahaan dapat menggunakan sumber dayanya dengan ekonomis
sehingga bahaya akan krisis keuangan akan dapat diminimalisir.

Berikut rumus untuk menghitung rasio perputaran modal kerja.


1. Jika nilai penjualan naik, maka rasio tersebut akan tinggi. Begitu pula jika modal kerja
turun.

74
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

2. Sebaliknya, jika penjualan turun maka rasio tersebut juga akan rendah. Apalagi jika
modal kerja naik.

Contoh:
Jumlah penjualan netto suatu perusahaan adalah Rp. 8 Miliar, aset lancar yang dimiliki Rp. 2,4
Miliar, sedangkan utang lancar yang dimiliki hanya sekitar Rp. 1 Miliar. Maka perputaran modal
kerja adalah….
WCTR = Penjualan: (Aset Lancar-Utang Lancar)
= Rp. 8 miliar : (Rp. 2,4 miliar – Rp. 1 miliar)
= 5,17 kali.
Hal tersebut menandakan bahwa dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 5,17
kali dalam satu tahun.

Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja


Besar kecilnya kebutuhan modal kerja tergantung kepada faktor-faktor berikut ini:
1. Besar Kecilnya Skala Usaha Perusahaan
Kebutuhan Modal Kerja Perusahaan besar berbeda dengan Perusahaan kecil. Hal ini
terjadi karena beberapa alasan, perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih
luasnya sumber pembiayaan yang tersedia di bandingkan perusahaan kecil yang sangat
tergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa
piutang para langganan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya
seperti kas dan persediaan.
2. Aktivitas Perusahaan
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang
dagangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara tunai memiliki
piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu
perusahaan. Demikian pua dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual.
3. Volume Penjualan

75
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan
modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerjapun akan meningkat
demikian sebaliknya.
4. Perkembangan Teknologi
Kemajuan tehnologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan
mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi
yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas
maksimum dapat tercapai, selain itu membuat perusahaan mempunyai persediaan barang
jadi, dalam jumlah jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan
pertambahan penjualan yang besar.
5. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas
Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal
kerja yang yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba
perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan persediaan yang lebih besar
akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan
resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan
barang yang cukup (Sundjaja, 2003).
6. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian
kredit beli,lama penyimpanan bahan mentah di gudang,lamanya proses produksi,lamanya
barang disimpan di gudang,jika waktu penerimaan piutang.
7. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan bahan
mentah,bahan pembantu,pembayaran upah buruh,dan lain-lain. Menurut Zamit (2009)
modal kerja makin besar,jika :
a) Jumlah pengeluaran kas setiap tetap,periode perputaran lama.
b) Periode perputaran tetap,jumlah pengeluaran kas besar.

PENGGUNAAN MODAL KERJA

76
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Penggunaan modal kerja menurut Kasmir ( 2012: 258) biasa dilakukan perusahaan untuk:
1. Pengeluaran untuk gaji, upah dan biaya operasi perusahaan lainnya
Maksudnya dari pengeluaran untuk gaji, upah dan biaya operasi perusahaan lainya,
perusahaan mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar gaji, upah dan biaya operasi
perusahaan lainnya yang digunakaan untuk menunjang penjualan.
2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan
Maksudnya pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagaan adalah pada
sejumlah bahan baku yang dibeli yang akan digunakaan untuk proses produksi dan
pembelian barang dagaan untuk di jual kembali.
3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga
Maksudnya menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga adalah pada saat perusaan
menjual surat-surat berharga, namun mengalami kerugian. Hal ini akan mengurangi
modal kerja dan segera ditutupi.
4. Pembentukan dana
Pembentukan dana merupakan pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam
jangka panjang, misalnya pembentukan dana pensiunan, dana ekspansi, atau dana
pelunasaan obligasi. Pembentukan dana ini akan mengubah bentuk aktiva dari aktiva
lancar menjadi aktiva tetap.
5. Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, dan mesin )
Pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang seperti pembelian tanah, bangunan,
kendaraan dan mesin. Pembelian ini akan mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar dan
timbulnya utang lancar.

77
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Contoh soal 1
PT. Abadi Sentosa memiliki neraca dan laporan laba rugi sebagai berikut:

78
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

PT. Abadi Sentosa pada tahun 2007 merencanakan menjual produknya senilai Rp. 75.000.000
Perusahaan bekerja sebulan rata-rata 30 (tiga puluh hari). Berapa besar kebutuhan modal kerja
PT. Abadi tahun 2007?
Jawaban:
Perputaran Kas = Penjualan = Rp 60.000.000 = 130 kali
Kas Rp 461.538
Perputaran Piutang = Penjualan = Rp 60.000.000 = 31 kali
Piutang Rp 1.900.000
Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan = Rp 41.400.000 = 18 kali
Persediaan Rp 2.300.000
Setelah perputaran dari setiap unsur modal kerja di ketahui, selanjutnya di hitung periode
terikatnya unsur modal kerja, dan hasilnya dijumlahkan menjadi periode terikatnya modal kerja
(diasumsikan 1 tahun = 360 hari).
Periode terikatnya modal kerja adalah sebagai berikut:
Kas = 360/130 = 3 hari
Piutang = 360/31 = 12 hari
Persediaan = 360/18 = 20 hari
Jumlah 35 hari

79
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Dengan demikian periode terikatnya modal kerja secara keseluruhan adalah 35 hari, sehingga
perputaran unsur modal kerja adalah 360/35 = 10 kali.
Apabila pada tahun 2007 perusahaan diperkirakan akan mampu menjual produknya seharga Rp.
75.000.000 maka:
Kebutuhan modal kerjanya = Rp 75.000.000 = Rp. 7.500.000
10

Materi 10 – Manajemen Kas dan Surat Berharga

Pengertian Manajemen Kas Dan Surat Berharga


Menurut I Made Sudana;2011 Manajemen kas adalah suatu sIstem pengelolaan perusahaan yang
mengatur arus kas (cash flow) untuk mempertahankan likuiditas perusahaan serta memanfaatkan
idle cash dan perencanaan cash. Manajer keuangan harus mampu mengelola uang yang masuk
ke perusahaan dan uang yang dikeluarkan. Dalam praktiknya selama perusahaan beroperasi
terdapat dua macam aliran kas. Pertama aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar
(cash out flow).
Aliran kas masuk merupakan uang kas yang masuk ke perusahaan (penerimaan uang), misalnya
perolehan pendapatan baik berupa hasil penjualan atau laba perusahaan. Uang kas masuk dapat
pula diperoleh dari bunga yang diperoleh dari hasil investasi atau pendapatan diluar usaha serta
dapat diperoleh dari pinjaman pihak lain( bank) ataupun dana hibah. Adapun aliran kas keluar
merupakan uang yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan seperti
untuk membeli bahan baku, membayar gaji, upah, pajak, atau biaya operasional lainnya. Uang

80
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

keluar dapat berupa sejumlah uang yang digunakan untuk melakukan investasi baik yang
berkaitan dengan bidang usaha maupun tidak.
Dikarenakan aliran kas masuk dan aliran kas keluar ini akan terus menerus terjadi sepanjang
perusahaan beroperasi, maka pihak manajemen perlu mengaturnya. Hal-hal yang perlu diatur
misalnya agar jumlah yang masuk selalu lebih besar daripada uang keluar. Dengan demikian,
keseimbangan cash flow perusahaan dapat terjamin.
Menurut Lukman Syamsudin, dalam bukunya “Manajemen Keuangan Perusahaan”
menyatakan bahwa: “Anggaran kas adalah suatu alat yang dapat digunakan manajer keuangan
untuk meramalkan atau memperkirakan kebutuhan-kebutuhan dana jangka pendek dan untuk
mengetahui kekurangan atau kelebihan uang selama periode budget”.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa anggaran kas akan memiliki peranan yang
penting dalam mengendalikan kas, dimana kegunaannya terutama untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menambah dana dari sumber-sumber intern dan sekaligus memperkirakan
saldo kas pada setiap akhir tahun anggaran yang ditetapkan. Dalam menjalankan suatu
perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, dibutuhkan suatu efektivitas
pengendalian kas terhadap setiap perusahaan dalam kegiatan perusahaannya.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa anggaran kas adalah
gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang bertalian dengan
rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan
pada posisi kas atau menunjukkan aliran kas pada periode tersebut.

Terdapat empat motif dasar dalam menyimpan kas yaitu:


1. Motif Bertransaksi (Transactions Motive)
Motif transaksi artinya uang kas digunakan untuk melakukan pembelian dan
pembayaran,seperti pembelian barang atau jasa, pembayaran gaji, upah utang, dan
pembayaran lainnya. Kas keluar dan kas masuk tidak selalu tersinkronisasi.Jika kas
keluar > kas masuk, perusahaan bisa menghadapi masalah likuiditas.
2. Motif Berjaga-Jaga (Precautionary Motive)

81
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Motif berjaga-jaga, artinya uang kas digunakan untuk berjaga-jaga sewaktu dibutuhkan
uang kas untuk keperluan yang tidak terduga.Misalnya pada saat perusahaan mengalami
kerugian tertentu dan harus menutupi kerugian tersebut sesegera mungkin.
3. Motif Spekulasi (Speculative Motive)
Motif spekulasi, artinya uang kas digunakan untuk mengambil keuntungan dari
kesempatan yang mungkin timbul diwaktu yang akan datang, seperti turunnya harga
bahan baku secara tiba-tiba akan menguntungkan perusahaan dan diperkirakan
kemungkinan akan meningkat dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dalam hal ini
perusahaan akan memiliki kesempatan untuk membeli dengan uang kas yang dimilikinya,
dan menjualnya pada saat harga naik.
4. Kebutuhan saldo Kompensasi (Compensating Balance)
Motif saldo kompensasi merupakan salah satu alasan perusahaan untuk mengadakan
kas.Perusahaan memiliki saldo kas tertentu di bank dalam bentuk rekening giro, sebagai
kompensasi atas jasa pelayanan yang diberikan bank kepada perusahaan. Sejumlah dana
berupa saldo minimum yang diputuskan untuk tetap berada di bank dalam rekening
giro, sehingga perusahaan tidak perlu membayar jasa pelayanan tertentu kepada bank.
Dengan adanya saldo ini, bank dapat meminjamkan dana kepada nasabah dengan jangka
waktu yang lebih lama. Bank akan memperoleh penghasilan bunga yang merupakan
biaya jasa tidak langsung yang harus dibayar oleh nasabah tersebut.

Aliran Kas
Aliran kas dalam perusahaan : Aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash out
flow). Aliran kas ada yang kontinyu dan tidak kontinyu (intermittent).
 Aliran kas masuk kontinyu (misalnya hasil penjualan produk secara tunai, penerimaan
piutang). Aliran kas masuk intermittent (misalnya pendapatan dari peyertaan pemilik
perusahaan, penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjulan AT yang tdk
terpakai).

82
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

 Aliran kas keluar kontinyu (misalnya kas utk pembelian bahan mentah, gaji karyawan),
Aliran kas keluar intermittent (misalnya pengeluaran untuk pembayaran dividen, bunga,
pembayaran angsuran hutang pembelian kembali saham, pembelian AT).

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kas


1. Adanya penerimaan dari hasil penjualan barang dan jasa. Artinya perusahaan melakukan
penjualan barang, baik secara tunai maupun secara kredit. Bila dilakukan secara tunai,
maka otomatis langsung berpengaruh terhadap kas. Akan tetapi jika dilakukan secara
angsuran, maka perubahan ini akan terjadi untuk beberapa saat kedepan. Perubahan
tentunya akan menyebabkan uang kas bertambah.
2. Adanya pembelian barang dan jasa, artinya perusahaan memnbeli sejumlah barang, baik
bahan baku, bahan tambahan, atau barang keperluan lainnya, yang tentunya akan
berakibat mengurangi jumlah uang kas.
3. Adanya pembayaran biaya-biaya operasional. Dalam hal ini perusahaan mengeluarkan
sejumlah biaya yang sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk membiayai aktivitas
perusahaan, seperti membayar gaji, upah, telepon, listrik, pajak, biaya pemeliharaan yang
tentunya akan mengakibatkan uang kas akan bertambah.
4. Adanya pengeluaran untuk membayar angsuran pinjaman. Artinya jika dalam
memperoleh sumber dana perusahaan melakukan pinjaman ke bank atau ke lembaga lain,
maka perusahaan tentu akan membayar angsuran pinjaman tersebut, selama beberapa
waktu , hal ini tentunya akan mengakibatkan berkurangnya uang kas.
5. Adanya pengeluaran untuk investasi. Hal ini dilakukan bila perusahaan hendak
melakukan penambahan kapasitas produksi seperti pembelian mesin-mesin baru, atau
pembangunan gedung atau pabrik baru. Hal ini juga dapat terjadi bila perusahaan hendak
melakukan ekspansi kebidang usaha lainnya.
6. Adanya penerimaan dari pendapatan, artinya perusahaan memperoleh tambahan kas dari
pendapatan, baik yang berkaitan langsung dengan kegiatan perusahaan maupun
pendapatan yang tidak langsung. Jelas bahwa pendapat ini akan mempengaruhi jumlah
uang kas.

83
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

7. Adanya penerimaan dari pinjaman. Dalam hal ini perusahaan memperoleh sejumlah uang
dari lembaga peminjam, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Pinjaman ini akan
menamabah jumlah uang kas dalam periode tersebut.

Surat berharga adalah surat yang dijual dengan cepat tanpa mengalami suatu kerugian. Ada dua
alasan perusahaan untuk melakukan investasi dalam surat berharga, yaitu pertama, sebagai
pengganti kas, dalam hal ini perusahaan mempertahankan suatu portofolio surat berharga untuk
mengurangi saldo kas yang terlalu besar untuk sementara dan akan menjualnya kembali jika arus
kas keluar melebihi arus kas masuk. Kedua, sebagai investasi sementara, biasanya dilakukan
untuk membelanjai kegiatan perusahaan yang bersifat musiman atau untuk membelanjai
kebutuhan yang telah direncanakan pada waktu yang akan mendatang.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu surat berharga sebagai
alternatif untuk menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara, yaitu:
1. Default risk, yaitu risiko kegagalan perusahaan yang menerbitkan surat berharga untuk
melunasi bunga dan pokok pinjaman.
2. Event risk, yaitu risiko suatu kejadian yang tiba-tiba dapat segera mengakibatkan
perusahaan yang menerbitkan surat berharga dalam kondisi yang sulit.
3. Interest rate price risk, yaitu risiko turunnya harga pasar suatu surat berharga karena
terjadinya kenaikan suku bunga di pasar.
4. Inflation risk, yaitu risiko inflasi yang akan menurunkan daya beli dari sejumlah uang.
5. Marketability risk, yaitu risiko kesulitan untuk menjual surat berharga pada tingkat harga
yang berlaku di pasar.
6. Return on securities, yaitu tingkat pendapatan dari surat berharga, hal ini biasanya
berkaitan dengan tingkat risiko dari surat berharga tersebut. Semakin besar risiko
semakin tinggi tingkat pendapatan yang disyaratkan.

Jenis-Jenis Surat Berharga


Berikut ini contoh jenis-jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar uang, antara lain:

84
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

1. Treasury Bills (T-Bills)


T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Sentral
atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal
yang telah ditetapkan. Instrumen ini berjangka waktu jatuh tempo satu tahun atau kurang
Instrumen yg sangat aman karena diterbitkan oleh pemerintah atau biasanya oleh Bank
Sentral. Oleh karena itu instrumen ini sangat mudah diperjualbelikan dan disukai oleh
perusahaan-perusahaan, terutama oleh lembaga-lembaga keuangan untuk dijadikan
sebagai cadangan likuiditas sekuner yg memberikan hasil.
2. Commercial Paper
Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan promes yang tidak disertai dengan
jaminan (unsequred promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh
dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Penerbit berjanji akan
membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo. Penerbit CP adalah perusahaan
yang mempunyai kredibilitas tinggi.
Jangka waktu jatuh tempo CP ini berkisar mulai dari beberapa hari sampai 270 hari.
Penjualan CP dilakukan umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa diantaranya
menggunakan bunga sebagaimana halnya dengan kredit.
3. Sertifikat Deposito atau negotiable certificate of deposit (CD)
Deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Jadi mempunyai ciri
pokok dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuh
temponya. Di Indonesia, CD diterbitkan oleh bank-bank umum atas dasar diskonto.
Perhitungan diskonto CD tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
4. Banker’s Acceptance (BA)
BA adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang eksportir atau importir
atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing.
Apabila bank menyetujui wesel tersebut, bank akan menstempel dengan kata ”accepted”
di atas wesel tersebut dan memprosesnya. Dengan demikian bank yang menerima dan
memproses tersebut memiliki suatu janji atau jaminan tak bersyarat untuk membayar
sebesar nilai nominal aksep tersebut pada saat jatuh tempo. Hal tersebut berarti bank

85
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

yang bersangkutan menjamin eksportir dan investor dalam pasar uang internasional dari
kemungkinan adanya gagal bayar (default). Jangka waktu akseptasi biasanya berkisar 30
sampai 270 hari, namun umumnya 90 hari. Aksep ini merupakan instrumen pasar uang
yang berkualitas tinggi. Akseptasi bank sangat aktif diperdagangkan antar lembaga-
lembaga keuangan, perusahaan industri, dealer surat-surat berharga sebagai investasi
yang berkualitas tinggi dan sangat mudah diuangkan. Aksep digunakan dalam
perdagangan ekspor impor karena banyak eksportir yang tidak pasti dan tidak yakin betul
terhadap credit standing importir yang dikirimi barang. Eksportir sangat tergantung paa
pembiayaan akseptasi oleh bank domestik atau suatu bank asing.
5. Bill of Exchange
Bill of Exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat yang ditujukan
oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang pada saat
diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau pembawa.
Karena sifatnya yang likuid, artinya penjual boleh melakukan pembayaran lebih awal
sebelum wesel tersebut jatuh tempo dengan cara mendiskontokannya kepada bank-bank
atau lembaga-lembaga keuangan lainnya sebagai investasi jangka pendek, maka
instrumen ini sangat umum digunakan dalam perdagangan.
6. Repurchase Agreement (Repo)
Repo adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa
penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijual; tersebut pada tanggal dan
dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.
Surat-surat berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi Repo
adalah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto, misalnya SBI,
SBPU, CD, CP dan T-bills
7. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi pasar terbuka, terutama untuk tujuan
kontraksi moneter. SBI yang ditebitkan dan diperdagangkan dengan sistem lelang, pada

86
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

dasarnya penggunaannya sama dengan penggunaan T-Bills di pasar uang Amerika


Serikat. Melalui penggunaan SBI tersebut, BI dapat secara tidak langsung dapat
mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate
(SOR).
8. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara
diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia.
SBPU sama halnya dengan SBI merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam
rangka ekspansi moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat diskonto SBPU.

Manajemen Kas Versus Manajemen Likuiditas


Dalam membahas manajemen kas perlu dibedakan antara manajemen kas yang sesungguhnya
dan manajemen likuiditas.Perbedaan ini sering merupakan sumber ketidakjelasan karena istilah
kas dalam praktik sering digunakan untuk dua pengertian yang berbeda. Pertama, kas yang
merujuk pad akas sesungguhnya yang ada di perusahaan. Kedua, manajer keuangan sering
menggunakan istilah kas tetapi meliputi juga surat-surat berharga, yang kadang-kadang disebut
setara kas.
Perbedaan manajemen kas dengan manajemen likuiditas adalah jelas.Manajemen likuiditas
berkaitan dengan jumlah optimal aktiva likuid yang harus dimiliki perusahaan, sedangkan
manajemen kas lebih erat kaitannya dengan mengoptimalkan mekanisme untuk pengumpulan
dan pendistribusian kas.

Memahami Float dalam manajemen kas


Dalam praktik bisnis, suatu perusahaan yang sudah besar pada umumnya menggunakan jasa
bank untuk memfasilitasi berbagai transaksi yang dilakukan perusahaan. Sering kali terdapat
perbedaan antara saldo kas yang ada dalam catatan buku perusahaan dan saldo yang ada pada

87
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

rekening perusahaan di bank. Perbedaan inilah yang dikenal dengan istilah float, yang
mencerminkan dampak dari adanya cek perusahaan yang masih dalam proses kliring.

Disbursement Float (Pengeluaran mengambang)


Cek yang ditulis perusahaan akan menimbulkan disbursement float, karena akan menurunkan
saldo kas dalam catatan buku perusahaan, tetapi belum mengubah saldo kas perusahaan di bank
sampai dengan cek tersebut diuangkan. Sebagai contoh, perusahaan General, mempunyai 100
juta rekening Giro di bank. Pada tanggal 8 Oktober 2008 perusahaan membeli bahan baku dan
membayar dengan menggunakan cek Rp 100 juta. Saldo kas pada catatan buku perusahaan akan
segera berkurang sebesar Rp 100 juta.
Bank perusahaan General tidak akan mengetahui cek tersebut sampai saat diuangkan ke bank,
misalkan tanggal 15 Oktober 2008. Dengan demikian sampai dengan cek diuangkan, saldo kas
perusahaan di bank akan lebih tinggi sebesar Rp 100 juta dibandingkan dengan saldo kas dalam
catatan buku perusahaan. Jadi, sebelum 8 Oktober 2008 perusahaan General mempunyai zero
float.
Float = firm’s available balance – Firm’s book balance
= Rp 100 juta – Rp 100 juta
= Rp 0
Posisi perusahaan General antara 8 Oktober sampai dengan 15 Oktober 2008 adalah:
Disbursement float = firm’s available balance – Firm’s book balance
= Rp 100 juta – Rp 0
= Rp 100 juta
Selama cek dalam proses kliring, perusahaan dapat memperoleh manfaat dengan
menginvestasikan sementara kas yang ada di bank pada surat berharga, sehingga perusahaan
memperoleh bunga.

Collection float dan net float


Cek yang diterima perusahaan akan menimbulkan collection float, yang akan segera
meningkatkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan tetapi tidak segera menimbulkan

88
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

perubahan pada saldo kas perusahaan di bank. Sebagai contoh, perusahaan General pada tanggal
20 Oktober 2008 menerima cek dari pelanggan Rp 100 Juta. Perusahaan mencatat penerimaan
cek tersebut pada buku perusahaan General sehingga meningkatkan saldo kasnya sebesar Rp 100
juta menjadi Rp 200 Juta. Akan tetapi tambahan saldo kas tidak tampak pada saldo kas
perusahaan General di Bank, sampai cek tersebut diuangkan ke bank pelanggan pada tanggal 30
Oktober 2008. Sebelum 20 Oktober 2008 posisi perusahaan General adalah:
Float = firm’s available balance – Firm’s book balance
= Rp 100 juta – Rp 100 juta
= Rp 0
Posisi perusahaan General antara 20 Oktober sampai dengan 30 Oktober 2008 adalah:
Disbursement float = firm’s available balance – Firm’s book balance
= Rp 100 juta – Rp 200 juta
= -Rp 100 juta
Pada umunya, aktivitas pembayaran (disbursement) akan menghasilkan disbursement float dan
aktivitas pengumpulan (collection) akan menghasilkan Collection float. Jumlah dari
disbursement float dan collection float disebut net float. Net float pada saat tertentu
menunjukkan seluruh perbedaan antara firm’s available balance dan Firm’s book balance. Jika
net float positif, berarti disbursement float lebih besar dari collection float, dan firm’s available
balance lebih besar dari Firm’s book balance. Jika firm’s available balance dlebih kecil dari
Firm’s book balance, berarti perusahaan mempunyai net collection float.
Perusahaan seharusnya lebih memerhatikan net float dan available balance lebih besar dari book
balance. Jika manajer keuangan mengetahui cek yang telah ditulis perusahaan belum
dikliringkan selama beberapa hari, manajer keuangan dapat mempertahankan saldo kas yang
rendah di bank, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menginvestasikannya.
Sebagai contoh, rata-rata penjualan perusahaan Exxon Mobil per hari mencapai USD 690 juta.
Jika pengumpulan kas Exxon Mobil dapat dipercepat satu hari saja, maka perusahaan akan
mempunyai kas USD690 juta untuk diinvestasikan. Misalkan tingkat keuntungan sebesar 001%
per hari, maka jumlah bunga yang diperoleh setiap hari sebesar USD69.000.

89
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Mengelola disbursement float


Sebagaimana kita ketahui, keterlambatan waktu pembayaran dapat bersumber dari pengiriman
check, pemrosesan check, dan penagihan. Disbursement float dapat ditingkatkan dengan
menuliskan check pada bank yang bertempat di lokasi yang jauh secara geografis atau
menuliskan check dari kantor pos yang terpencil. Dilihat dari sudut pandang etika dan ekonomi
taktik yang digunakan untuk meningkatkan disbursement float masih dalam perdebatan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa argumen antara lain:
a. Secara ekonomi pada umumnya setiap syarat pembayaran selalu mencantumkan diskon
di mana diskon tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan keuntungan dari
meningkatkan disbursement float.
b. Secara etika menunda pembayaran yang sudah jatuh tempo merupakan prosedur bisnis
yang tidak etis. Disamping itu terdapat konsekuensi negatif yaitu rusaknya hubungan
dengan pemasok. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola
disbursement float, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan
semaksimal mungkin diskon yang diberikan oleh pemasok dan memperbaiki
pengendalian terhadap pengeluaran.

Manajemen Float
Manajemen Float mencakup pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas. Tujuan penerimaan
kas adalah mempercepat pemasukan kas dan mengurangi periode antara saat pelanggan
melakukan pembayaran dan saat kas tersedia di perusahaan. Tujuan pengeluaran kas adalah
untuk mengendalikan pembayaran dan meminimalkan biaya yang terkait dengan proses
pembayaran.
Total waktu penerimaan atau pengeluaran kas dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu:
mailing time, processing delay, dan availability delay.
a. Mailing Time, adalah bagian dari proses penerimaan dan pembayaran, saat cek masuk
dalam sistem pengiriman
b. Processing Delay adalah waktu yang diperlukan oleh penerima cek untuk memproses
pembayaran dan menyimpannya di bank

90
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

c. Availability Delay adalah waktu yang dibutuhkan untuk kliring cek dalam sistem
perbankan.
Mempercepat penerimaan kas meliputi pengurangan satu atau lebih komponen waktu tersebut.

Mengukur float
Mengukur Float Besar kecilnya float tergantung pada jumlah dollar atau rupiah dan waktu
penundaan. Sebagai contoh, misalkan perusahaan Anda mengirim check senilai Rp500 ribu
setiap bulan. Dibutuhkan waktu lima hari waktu pengiriman untuk sampai ditempat tujuan
(mailing time), dan satu hari bagi penerima untuk menyampaikan check tersebut kepada bank
penerima (processing delay). Bank penerima memproses check selama tiga hari (availability
delay). Dengan demikian total waktu adalah 9 hari.
Dalam kasus ini Berapa rata-rata disbursement float per hari ? Pertama, perusahaan Anda punya
Rp 500 ribu float selama sembilan hari, dengan demikian total float adalah 9 x Rp 500 ribu = Rp
4.500.000,- . Kedua, jika diasumsikan satu bulan adalah 30 hari, maka rata-rata float per hari
adalah :
Average daily float = Rp 4.500.000,- / 30 = Rp 150.000,-
Hal ini berarti bahwa rata-rata perhari book balance perusahaan anda Rp 150.000 lebih rendah
daripada available balance di bank. Jika terjadi lebih dari satu kali penerimaan atau pembayaran
dalam setiap bulan, perhitungannya menjadi sedikit kompleks.
Contoh =
perusahaan Anda menerima dua macam penerimaan setiap bulan =

Berdasarkan informasi tersebut jika satu bulan sama dengan 30 hari, maka dapat dihitung:
Average daily float = Total float / Total days = Rp 60.000.000 / 30 = Rp 2.000.000

91
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Dengan demikian rata-rata per hari sebanyak Rp 2.000.000 kas yang tidak diterima dan tidak
tersedia.

Biaya Float
Biaya yang timbul dengan adanya collection foat bagi suatu perusahaan adalah berupa
opportunity cost karena perusahaan tidak dapat segera menggunakan kas. Paling tidak
perusahaan dapat memperoleh bunga, jika kas untuk investasi telah tersedia.
Sebagai Contoh, Perusahaan Lambo, mempunyai ratarata penerimaan check per hari
Rp1.000.000,dan rata-rata tertimbang penundaan selama tiga hari. Dengan demikian average
daily float = 3 x Rp1.000.000 = Rp3.000.000. Hal ini berarti ada Rp 3.000.000 dana yang tidak
menghasilkan bunga dalam satu hari.

Electronic Data Interchange


Electronic Data Interchange (EDI) merupakan istilah yang menunjukkan perkembangan praktik
yang secara langsung berkaitan dengan pertukaran informasi elektronik antara berbagai bentuk
bisnis. Salah satu bagian penting penggunaan EDI adalah financial EDI atau FEDI, yang
merupakan pengiriman data finansial secara elektronik antarpihak sehingga mengurangi
penggunaan kertas dalam pembuatan invoice, penulisan cek, pengiriman, dan pemrosesan.
Secara umum penggunaan EDI memungkinkan penjual mengirim tagihan secara elektronik
kepada pembeli. Penjual kemudian melakukan otorisasi pembayaran, yang juga dilakukan secara
elektronik. Bank yang ditunjuk untuk menerima pembayaran dari pembeli kemudian mentransfer
dana ke rekening penjual di bank yang berbeda. Secara keseluruhan dampaknya adalah jangka
waktu mulai transaksi sampai penyelesaian transaksi menjadi berkurang secara berarti, dan float
akan turun secara drastis.

92
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Pengumpulan dan Konsentrasi Kas


Lamanya waktu yang diperlukan pada setiap komponen proses pengumpulan kas tergantung
pada lokasi perusahaan pelanggan dan bank, serta efisiensi perusahaan dalam pengumpulan kas.

Pengumpulan Kas
Bagaimana perusahaan mengumpulkan kas dari pelanggannya, sebagian besar tergantung pada
sifat bisnis yang dilakukan perusahaan. Pada bisnis restoran, umumnya para pelanggan
membayar secara tunai, cek atau kredit pada saat terjadi transaksi, dengan demikian tidak ada
masalah dalam penundaan pengiriman. Biasanya dana disimpan di bank lokal dan perusahaan
mempunyai beberapa cara untuk menggunakan dana tersebut.
Jika sebagian besar atau semua pembayaran penerimaan perusahaan dilakukan dengan cek yang
disampaikan melalui pengiriman, semua komponen waktu pengumpulan menjadi relevan
dipertimbangkan. Perusahaan dapat memilih untuk mengirim cek ke satu lokasi,atau perusahaan
dapat menggunakan beberapa lokasi yang berbeda untuk mengurangi waktu pengiriman.
Perusahaan juga dapat melakukan pengumpulan sendiri atau menunjuk perusahaan lain yang
mempunyai spesialisasi dalam pengumpulan kas.

93
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Pendekatan yang lain dalam mempercepat pengumpulan kas adalah dengan melakukan
kesepakatan dengan pelanggan untuk melakukan preauthorized payment. Dengan kesepakatan
tersebut, jumlah pembayaran dan waktu pembayaran ditetapkan di awal. Setelah disepakati,
pembayaran secara otomatis ditransfer dari rekening bank pelanggan ke rekning bank
perusahaan, dan cara ini dapat mengurangi waktu pengumpulan kas.

Lockboxes
Ketika perusahaan menerima pembayaran melalui pengiriman cek, perusahaan harus
memutuskan ke mana cek dikirim dan bagaimana penanganan cek akan ditangani serta disimpan.
Pemilihan yang dilakukan secara hati-hati terhadap jumlah dan lokasi pengumpulan dapat
mengurangi waktu pengumpulan kas secara berarti. Banyak perusahaan menggunakan kantor pos
yang dikenal dengan lockbooxes untuk menerima pembayaran dan mempercepat pengumpulan
kas

Konsentrasi Kas
Perusahaan dapat memiliki sejumlah titik pengumpulan kas, yang ditangani oleh banyak bank
yang berbeda dan banyak rekening bank. Perusahaan memerlukan beberapa prosedur untuk
memindahkan kas dari banyak bank ke rekening utama perusahaan, yang disebut dengan cash
concentration. Dalam membangun sistem konsentrasi, perusahaan dapat menggunakan satu atau
lebih concentration banks. Satu concentration bank mengumpulkan dana yang diperoleh dari
bank-bank lokal yang tersebar di beberapa lokasi yang berbeda.

Manajemen Pengluaran Kas


Dari sudut pandang perusahaan, tujuan dari pengelolaan disbursement float adalah untuk
memperlambat disbursement kas. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk
meningkatkan mailfloat, procesing float, dan availability float atas cek yang ditulis perusahaan.
Disamping itu perusahaan juga harus mengembangkan prosedur untuk meminimalkan kas untuk
tujuan pembayaran.

94
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Meningkatkan Disbursement Float


Sebagaimana telah dipahami, memperlambat pembayaran dapat mencakup waktu pengiriman
check, pemrosesan check, dan pengumpulan dana. Disbursement float dapat ditingkatkan dengan
menulis cek atas bank yang secara geografis lokasinya jauh. Hal ini akan memperpanjang waktu
yang dibutuhkan untuk kliring cek melalui sistem perbankan.
Taktik untuk memaksimalkan Disbursement float masih menjadi perdebatan, baik dari sudut
pandang etika maupun ekonomi. Syarat pembayaran sering kali menawarkan potongan yang
cukup besar bagi pelanggan yang membayar lebih cepat. Potongan biasanya lebih besar daripada
penghematan yang diperoleh dari memainkan float. Di samping itu, pemasok sering tidak
menyukai upaya untuk memperlambat pembayaran. Akibat buruk yang mungkin terjadi adalah
hubungan yang kurang baik dengan pemasok dapat menimbulkan biaya yang mahal.

Pengendalian Pengeluaran
Memaksimumkan waktu penundaan pembayaran mungkin merupakan praktek bisnis yang
kurang baik, namun demikian perusahaan berusaha untuk tetap menahan kas sekecil mungkin
dengan menunda waktu pembeyaran. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengembangkan sistem
yang dapat mengelola proses pembayaran secara efisien. Dasar pemikiran sistem yang demikian
adalah perusahaan tidak boleh memiliki kas yang disimpan di bank melebihi jumlah minimum
yang diperlukan untuk membayar tagihan.

Zero-Balance Accounts
Dalam sistem zero-balance accounts, perusahaan bekerja sama dengan bank membuat satu
master account dan sejumlah subaccount. Ketika cek yang ditulis di salah satu subaccount harus
dibayar, jumlah dana yang diperlukan ditransfer dari master account. Dengan cara demikian,
saldo kas pada subaccount tidak perlu ada atau nol.

Pengendalian Disbursement Accounts

95
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Dalam sistem ini semua pembayaran yang harus dilakukan pada hari tertentu telah diketahui
pada pagi harinya. Bank memberitahu perusahaan jumlah uang yang harus dibayar, dan
perusahaan mentransfer jumlah yang dibutuhkan.

Model Baumol-Allais-Tobin (BAT) dalam Manajemen Kas


Model BAT, merupakan cara klasik dalam menganalisis permasalahan manajemen kas. Model ini
dipakai untuk menentukan saldo kas yang ditargetkan perusahaan, yaitu saldo kas yang
ditentukan berdasarkan keseimbangan antara biaya penyimpanan kas dan biaya transaksi untuk
memperoleh kas. Model ini hanya cocok untuk diterapkan dalam kondisi yang bersifat pasti.
Model ini mirip dengan model manajemen persediaan yang dikenal dengan nama economic
order quantity (EOQ). Dalam menentukan saldo kas optimal, model BAT berorientasi pada
biaya, yaitu jumlah biaya penyimpanan kas dan biaya transaksi yang minimal.
Secara matematis besarnya saldo kas optimal dapat dihitung dengan rumus:
C* = √2xTxF
k
Keterangan:
C* = Saldo kas optimal yang diperoleh dengan menjual surat berharga
F = Biaya transaksi yang jumlahnya tetap setiap kali transaksi dilakukan
T = Jumlah kas yang diperlukan selama satu periode tertentu ( biasanya satu tahun )
k = Biaya opportunity yang timbul karena menyimpan kas.
Berdasarkan model BAT, semakin banyak jumlah kas yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi
biaya penyimpanan kas, sedangkan biaya transaksi semakin rendah. Hal ini terjadi karena biaya
transaksi akan berkurang jika frekuensi transaksi semakin kecil. Dengan demikian, jika jumlah
saldo kas yang dimiliki perusahaan semakin banyak, frekuensi perusahaan dalam menjual surat
berharga untuk memperoleh kas akan semakin berkurang, sehingga biaya transaksi juga semakin
kecil.
Sebagai contoh, misalkan perusahaan membutuhkan kas selama satu satu tahun sebesar
Rp18.000.000 . Biaya setiap kali transaksi Rp250 dan suku bunga yang relevan adalah 10%.
Berdasarkan informasi tersebut, maka jumlah kas yang optimal adalah:

96
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

C*= 2(250)(18.000.000) = Rp300.000


0,10
Setelah menghitung C*, sebagai jumlah kas optimal yang ditransfer, besarnya saldo kas
rata-rata selama periode (satu tahun) adalah:
Saldo kas rata-rata = C*= Rp300.000=Rp150.000
2 2
Frekuensi transaksi atau transfer yang harus dilakukan dalam satu tahun adalah:
Frekuensi transaksi =T = Rp18.000.000 = 60 kali
= C* Rp 300.000
Total biaya untuk mempertahankan saldo kas dalam satu tahun adalah:
Total biaya = F(T) + k(C*)
C* 2
= Rp250(60) + 0,10(Rp150.000)
= Rp30.000,-
Berdasarkan asumsi yang digunakan dalam analisis, biaya ini merupakan biaya minimum untuk
mengelola persediaan kas.
Model BAT merupakan model yang sederhana dan sangat logis dalam menentukan saldo kas
yang optimal. Hal ini didasarkan pada sumsi arus kas keluar yang tetap stabil dan pasti, dan
merupakan kelemahan model BAT. Berikut ini akan dijelaskan model Miller-Orr, yang dirancang
sehubungan dengan keterbatasan model BAT.

Model Miller-Orr dalam manajemen kas


Model ini dirancang untuk sistem manajemen kas perusahaan yang arus kasnya berfluktuasi
secara acak dari hari ke hari. Model ini juga memfokuskan pada saldo kas, tetapi diasumsikan
saldo kas berfluktuasi secara acak dan rata-rata perubahannya sama dengan nol.
Model Miller-Orr bekerja atas dasar saldo kas perusahaan maksimum sampai dengan batas atas
(h) dan saldo kas minimum atau batas bawah (r) dan target saldo kas (z). Perusahaan
mengizinkan saldo kas berfluktuasi diantara batas atas atau batas bawah. Ketika saldo kas
mencapai batas atas pada T1, perusahaan harus mengubah kas sebesar h-z untuk diinvestasikan

97
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

ke dalam surat berharga. Tindakan ini akan menurunkan saldo kas menjadi z. sebaliknya, jika
saldo kas turun sampai dengan batas bawah (r) pada T2, perusahaan harus menjual surat berharga
sebesar z-r untuk dikonversikan menjadi kas.
Dalam penggunaan model ini, pertama-tama perusahaan harus menentukan saldo kas minimum
sebagai batas bawah (r), hal ini tergantung pada seberapa besar risiko kekurangan kas yang dapat
ditolerir oleh manajemen perusahaan. Biasanya didasarkan pada saldo kas kompensasi, yaitu
saldo kas minimum yang disyaratkan oleh bank tempat perusahaan menyimpan kasnya.
Fungsi biaya manajemen kas pada model Miller-Orr dapat dinyatakan sebagai berikut:
E(c) = bE(N)/T + iE(m)
Keterangan:
E(N) = perkiraan jumlah transfer antara kas dan surat-surat berharga selama satu periode.
b = biaya setiap kali transaksi
T = jumlah hari dalam satu periode
E(m) = perkiraan saldo kas harian
i = suku bunga harian
Tujuan dari model ini adalah meminimumkan biaya manajemen kas E(c), dengan variable h
sebagai batas atas saldo kas dan z sebagai saldo kas yang ditargetkan.
Solusi yang dihasilkan oleh Miller -Orr menjadi
Z* = (3bo2) 1/3
4i
Keterangan:
o2 = variance saldo kas harian
Jika diasumsikan probabilitas saldo kas naik adalah 50% dan probailitas saldo kas turun 50%,
dan r = 0, maka batas atas h akan selalu tiga kali lebih besar dari z :
h* = 3z*
Sebagai contoh, misalkan b = Rp25, m = Rp10, T = 8, i = 20%, r = 0, dan 2 = m2T = 800, dan
satu tahun dianggap sama dengan 365 hari, maka besarnya z*:
Z* = 3(Rp25)(800) 1/3
4(0,20/365)

98
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

= (Rp27.375.000)1/3
= Rp301,38=Rp300, dan
h* = 3(Rp300) = Rp900
Jika r = Rp100, maka h* = r + 3Z* = Rp100 + Rp900 = Rp1.000 dan
Z* = Rp100 + Rp300 = Rp400.
Keberhasilan penerapan model Miller-Orr tidak hanya ditentukan oleh seberapa akurat
prediksi tentang kondisi yang direncanakan, seperti perkiraan frekuensi transfer dan perkiraan
saldo kas dengan keadaan yang sesungguhnya, tetapi juga ditentukan oleh seberapa akurat
estimasi parameter biaya suku bunga.

Materi 11 – Manajemen Piutang dan Persediaan

Pengertian Piutang
Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena
terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri
menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau
alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat
meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas,
sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian
karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin
besar investasi yang dibutuhkan.

99
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Piutang, salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan konsumen yang
berhutang pada seseorang. Suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan
yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya
dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang
akan dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.

Standar Kredit dan Persyaratan Kredit


Pada dasarnya setiap usaha di bidang jasa, dagang dan manufaktur bertujuan yang sama ingin
mendapatkan laba dan menjaga keberlangsungan hidup perusahaan. Pada zaman ini, semakin
banyak permasalahan yang timbul pada suatu perusahaan di dalam mewujudkan usahanya dan
menjalankan aktivitas perusahaaan. Salah satu masalah yang dihadapi yaitu persaingan di dalam
memasarkan produk, untuk dapat mengatasi masalah tersebut maka perusahaaan harus berupaya
untuk merebut pasar melalui berbagai kebijakan untuk meningkatkan penjualan.
Piutang muncul akibat terjadinya penjualan kredit. Piutang merupakan kebiasaan bagi
perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan
penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang di berikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan
para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan.
Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit. Mengapa banyak perusahaan yang
menjual barang hasil produksi atau barang dagangan mereka secara kredit? Alasannya ialah
karena penjualan secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan (atau untuk
mencegah penurunan) penjualan.
Dengan penjualan yang meningkat, diharapkan agar keuntungan juga meningkat. Tetapi
memiliki piutang menimbulkan berbagai biaya dalam perusahaan. Oleh karena itu perusahaan
perlu untuk melakukan analisis ekonomi yang bertujuan untuk mengetahui apakah manfaat
memiliki piutang lebih besar atau lebih kecil dari pada biayanya.

Komponen Kebijakan Kredit

100
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Jika perusahaan memutuskan untuk memberikan kredit kepada pelangganya, perusahaan


harus menentukan prosedur untuk memperoleh kredit dan pelunasannya yang dituangkan dalam
kebijakan kredit, yang meliputi hal berikut :
a. Syarat penjualan
Syarat penjualan menentukan bagaiman perusahaan menjual barang atau jasanya. Apakah
dilakukan secara tunai atau kredit. Jika dilakukan secara kredit, syarat penjualan harus
menentukan secara spesifik jangka waktu kredit, potongan tunai dan periode potongan,
serta jenis kredit.
b. Analisis kredit
Dalam pemberian kredit, perusahaan menentukan berapa banyak upaya yang dilakukan
untuk dapat membedakan antara pelanggan yang akan membayar dan pelanggan yang
tidak membayar. Aspek yang dianalisis biasanya berdasarkan pada five C’s of credit yaitu
character, capacity, capital, colleteral, dan condition.
c. Kebijakan penagihan piutang
Setelah kredit diberikan, perusahaan mempunyai masalah yang potensial dalam
pengumpulan kas. Untuk itu, perusahaan harus menentukan kebijakan penagihan piutang.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi Dalam Piutang


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi piutang adalah :
1. Volume penjualan kredit, Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan,
maka jumlah investasi dalam piutang juga lebih besar.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit, Semakin lama waktu pembayarannya, semakin
besar jumlah investasi dalam piutang. Biasanya syarat pembayaran penjualan kredit
dinyatakan dalam term tertentu, misalnya 2/10 net 30. Ini berarti bahwa apabila
pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, si
pembeli akan mendapatkan potongan harga sebesar 2% dari harga penjualan, dan
pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari setelah waktu
penyerahan barang. Jadi batas waktu pembayaran adalah 30 hari.

101
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

3. Ketentuan pembatasan kredit, Pembatasan kredit dapat bersifat kuantitatif maupun


kualitatif. Perusahaan dapat menentukan batas maksimal (plafon) bagi kredit yang
diberikan kepada para pelanggan (kuantitatif). Makin tinggi plafon, makin banyak dana
yang di investasikan dalam piutang. Selain itu, penentuan kriteria pihak yang akan diberi
kredit juga dapat memperkecil jumlah investasi dalam piutang (kualitatif).
4. Kebijakan dalam penagihan piutang, Pengumpulan piutang dapat bersifat aktif
(menggunakan debt collector), pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu
tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur
menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar.
5. Kebiasaan pembayaran pelanggan, Kebiasaan pelanggan untuk membayar dalam cash
discount period atau sesudahnya akan berefek pada besarnya investasi dalam piutang.
Apabila sebagian besar pelanggan membayar dalam masa discount, maka investasi dalam
piutang semakin kecil, begitu juga sebaliknya.

Jenis-jenis piutang
1. Piutang Dagang (Account Receivables) Piutang yang timbul dari penjualan kredit barang
atau Jasa yang merupakan usaha pokok perusahaan. Piutang dagang merupakan suatu
perluasan kredit jangka pendek kepada pelanggan. Pembayaran-pembayarannya biasanya
jatuh tempo dalam tiga puluh sampai sembilan puluh hari. Perjanjian kreditnya
merupakan persetujuan informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh
dokumen-dokumen perusahaan yaitu faktur dan kontrak-kontrak penyerahan.
2. Piutang Wesel (Notes Receivables) Pengertian piutang wesel adalah piutang atau tagihan
yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara tertulis, disertai dengan janji tertulis.
Piutang wesel mempunyai kekuatan hukum yang lebih mengikat karena disertai janji
tertulis berupa surat wesel atau surat promes. Surat wesel dan surat promes adalah istilah
untuk perjanjian tertulis dalam jual beli barang atau jasa secara kredit. Surat wesel adalah
surat perintah yang dibuat oleh kreditur yang ditujukan kepada debitur untuk membayar
sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat wesel
tersebut.

102
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

3. Piutang bukan Dagang / Piutang Lain-lain (Others Receivables) Piutang bukan dagang ini
meliputi seluruh tipe piutang lainnya dan mempunyai beberapa transaksi. Piutang bukan
dagang umumnya didukung dengan persetujuan-persetujuan formal dan secara tertulis.
Piutang bukan dagang harus diikhtisarkan dalam perkiraan-perkiraan yang berjudul
sesuai dan dilaporkan secara terpisah dalam laporan keuangan.
Piutang disusun dalam laporan keuangan dimana kondisi keuangan suatu perusahaan
sangat menentukan kelancaran kegiatan pembiayaan dari perusahaan tersebut dan
mengukur kinerja perusahaan. Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dapat
dilihat dari laporan keuangan perusahaan setiap periodenya.

Investasi dalam Piutang


Investasi dalam piutang bagi suatu perusahaan tergantung pada jumlah penjualan kredit dan rata-
rata periode pengumpulan piutang (average collection period atau APC). Sebagai contoh, jika
ACP perusahaan adalah 30 hari, dan penjualan secara kredit Rp. 1.000.000 per hari, maka
piutang perusahaan adalah : 30 x Rp. 1.000.000 = Rp. 30.000.000 secara rata-rata.
Account receivable = average daily sales x ACP
Dengan demikian investasi perusahaan dalam piutang tergantung pada faktor-faktor yang
memengaruhi penjualan secara kredit dan jangka waktu pengumpulan piutang.

Syarat Penjualan Secara Kredit


1. 2/10, n/30 artinya jangka waktu pembayaran selama 30 hari dan jika pembayaran
dilakukan dalam jangka waktu 10 hari akan mendapatkan potongan 2% terhitung setelah
tanggal transaksi.
2. n/20 artinya jangka waktu pembayaran 20 hari dan tidak mendapatkan potongan.
3. Rabat (Potongan Langsung) artinya pembelian atau penjualan tunai dan kredit misalnya
pembelian barang dagang Rp. 1000.000 dengan rabat 5%, syarat 2/10, n/30
4. Rabat 5%, 10% artinya mendapat potongan dua kali setelah dikurang potongan yang
pertama.

103
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Sebagai contoh, syarat penjualan adalah 2/10 net 60. Hal ini berarti pelanggan mempunyai
jangka waktu 60 hari sejak tanggal transaksi dilakukan untuk melunasi semua utangnya, akan
tetapi jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari, pelanggan mendapat potongan tunai
sebesar 2%. Apabila pelanggan membeli barang senilai Rp. 1.000.000 dan syarat penjualan 2/10,
net 60, pelanggan mempunyai pilihan untuk membayar dalam 10 hari sebesar Rp. 1.000.000 x
(1-0,02) = Rp. 980.000 atau membayar Rp. 1.000.000 dalam waktu 60 hari.

Jangka waktu Kredit


Jangka waktu kredit adalah waktu saat penjualan dilakukan sampai dengan pelanggan harus
melunasi semua utangnya. Jangka waktu kredit sangat bervariasi antar industri, tetapi biasanya
antara 30 hari sampai 120 hari. Tanggal nota (invoice) merupakan awal periode kredit, yang
biasanya merupakan tanggal saat barang dikirim, bukan tanggal saat barang diterima oleh
pembeli.

Faktor-faktor yang memengaruhi jangka waktu kredit yaitu :


1. Jenis barang yang dihasilkan atau dijual. Untuk barang-barang yang tidak tahan lama atau
harus sampai dikonsumen dalam keadaan segar seperti makanan, jangka waktu kreditnya
biasanya lebih pendek dibandingkan bahan yang tahan lama.
2. Permintaan konsumen. Barang-barang yang sudah dikenal baik oleh konsumen biasanya
perputarannya cepat dan jangka waktu kreditnya lebih pendek dibandingkan dengan
barang baru yang perputarannya lambat, sehingga jangka waktu kreditnya lebih lama.
3. Biaya, profitabilitas dan standardisasi. Semakin murah barang semakin pendek jangka
waktu kredit. Demikian juga apabila semakin rendah profitabilitas dan semakin
terstandardisasi suatu barang, semakin pendek jangka waktu kreditnya.
4. Risiko kredit. Semakin besar risiko kredit dari pembeli, semakin pendek jangka waktu
kredit.
5. Besarnya transaksi. Semakin kecil jumlah transaksi, semakin pendek jangka waktu
kreditnya, dan sebaliknya.

104
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

6. Persaingan. Semakin ketat persaingan pasar yang dihadapi penjual, jangka waktu
kreditnya semakin panjang, dan sebaliknya.
7. Jenis pelanggan. Penjual dapat menawarkan jangka waktu kredit yang berbeda untuk
pembeli yang berbeda.

Pengelolaan Piutang
Piutang merupakan asset yang cukup material. Oleh karena itu diperlukan manajemen
pengelolaan piutang yang efektif dan efisien agar jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang
sesuai dengan tingkat kemampuan perusahaan sehingga tidak mengganggu aliran kas.
Kebijakan pengelolaan piutang meliputi pengambilan keputusan-keputusan sebagai berikut:
1. Standar kredit
Standar kredit adalah kualitas minimal kelayakan kredit seorang pemohon kredit yang
dapat diterima oleh perusahaan. Dengan adanya standar tersebut, perusahaan dapat
meningkatkan penjualannya melalui penjualan secara kredit namun tidak menimbulkan
resiko piutang tak tertagih yang berlebihan.
Perusahaan harus menentukan standar kredit yang tepat, yang lebih besar manfaat yang
akan diperoleh bagi perusahaan daripada biaya akan dikeluarkan perusahaan dengan
adanya standar tersebut.
2. Syarat kredit Suatu syarat kredit menetapkan adanya periode di mana kredit diberikan
dan potongan tunai (bila ada) untuk pembayaran yang lebih awal.

Faktor yang mempengaruhi syarat kredit adalah:


- Sifat ekonomik produk,
- Kondisi penjual,
- Kondisi pembeli,
- Periode kredit,
- Potongan tunai dan
- Tingkat bunga bebas risiko (tingkat bunga bank).

105
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Piutang Tak Tertagih


Untuk memperbesar volume penjualan, banyak perusahaan melakukan transaksi penjualan secara
kredit disamping penjualan secara tunai. Ini akan menimbulkan piutang bagi perusahaan yang
melakukan penjualan tersebut. Biasanya pembatasan terhadap jumlah penjualan kredit
bergantung pada bonafiditas pembeli. Apabila pembeli dianggap bonafid maka plafon kredit
yang diberikan agak besar dengan syarat kredit lebih ringan. Sebaliknya, bila pembeli dianggap
kurang bonafid, maka plafon yang diberikan kecil dengan syarat kredit lebih berat.
Piutang yang diberikan kepada pelanggan diharapkan dapat tertagih pada waktu jatuh tempo.
Tetapi, adakalanya piutang tidak dapat ditagih kembali. Artinya, rencana investasi tidak dapat
terealisasikan. Sebagai pedoman untuk menentukan bahwa piutang benar-benar tidak tertagih,
dapat digunakan hal-hal sebagai berikut :
1. Bila failsemen pelanggan telah selesai dan tidak ada lagi bagian harta yang diterima
untuk pelunasan piutang.
2. Bila usaha pelanggan terhenti, pelanggan menghilang tanpa diketahui alamatnya atau
meninggal dunia tanpa meninggalkan harta.
3. Bila penagih dibatasi karena adanya peraturan khusus.
4. Bila saldo piutang sudah lama terbuka dan surat tagihan tidak pernah di balas.
5. Bila agen atau badan perantara inkaso tidak mampu lagi menagihnya.
Piutang yang kurang menyakinkan untuk dapat ditagih harus dicadangkan penghapusannya,
sedangkan piutang yang sudah dianggap tidak tertagih sama sekali akan dihapuskan seluruhnya
sebagai beban biaya penghapusan piutang ragu-ragu atau membebani penghapusan piutang.

Potongan Tunai
Potongan tunai merupakan bagian dari syarat penjualan yang diberikan kepada pelanggan yang
membayar dalam periode potongan. Hal ini untuk mendorong pelanggan membayar lebih cepat
dari jangka waktu kredit. Potongan tunai akan berdampak pada berkurangnya jumlah piutang di
satu sisi dan perusahaan harus membandingkannya dengan besarnya biaya potongan disisi yang
lain.

106
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Contoh dengan syarat penjualan 2/10 net 30, apakah potongan 2% tersebut menarik bagi pembeli
sehingga membayar lebih cepat? Anggap pembeli membeli barang senilai Rp. 1.000.000.
Pembeli dapat membayar Rp. 980.000 dengan jangka waktu 10 hari atau menunggu 20 hari dan
membayar Rp. 1.000.000. Hal ini jelas berarti pembeli meminjam Rp. 980.000 selama 20 hari
dan membayar bunga Rp. 20.000. Dengan bunga Rp. 20.000 atas pinjaman Rp. 980.000, berarti
bunga pinjaman tersebut adalah 20.000/980.000 = 2,0408% tampaknya cukup rendah, tetapi
harus diingat bahwa bunga tersebut untuk jangka waktu 20 hari. Ada 365/20 = 18,25 periode
dalam satu tahun. Jika pembeli tidak mengambil kesempatan untuk memeroleh potongan tunai,
berarti pembeli membayar suku bunga efektif tahunan (effective annual rate atau EAR) sebesar :
EAR = (1 + 0,020408) 18,25 – 1 = 44,6%
Dari sudut pandang pembeli hal ini merupakan sumber dana yang sangat mahal.

Potongan Tunai dan Average Collection Period (ACP)


Pemberian potongan tunai akan mendorong pelanggan membayar lebih cepat, hal ini akan
memperpendek jangka waktu piutang, dan jika faktor lainnya tetap, akan mengurangi investasi
dalam piutang.
Sebagai contoh, saat ini perusahaan mempunyai syarat penjualan net 30 dan ACP selama 30 hari.
Jika perusahaan menawarkan syarat penjualan 2/10, net 30, dan sebanyak 50% pelanggan (atas
volume pembelian) memanfaatkan kesempatan memperoleh potongan dan membayar dalam
waktu 10 hari, sedangkan sisanya membayar dalam waktu 30 hari. Berapa ACP setelah
perubahan kebijakan kredit tersebut? Jika penjualan perusahaan sebanyak Rp 15 juta setiap tahun
(sebelum potongan), apa yang terjadi dengan piutang.
Jika dianggap 50% pelanggan membayar dalam waktu 10 hari, dan sisanya membayar dalam
waktu 30 hari, maka ACP yang baru adalah :
ACP baru = 0,50 x 10 hari + 0,50 x 30 hari = 20 hari
Dengan demikian ACP mengalami penurunan dari 30 hari menjadi 20 hari. Rata-rata penjualan
per hari adalah Rp 15 juta/365 = Rp 41.096 dan piutang akan berkurang sebesar Rp 41.096 x 10
= Rp 410.960.

107
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Penilaian dan pencegahan risiko kredit


Untuk menilai risiko kredit, pimpinan harus mempertimbangkan faktor-faktor tertentu,
perusahaan menilai resiko kredit atas dasar kriteria sebagai berikut :
1. Character
Character adalah penilaian yang menyangkut kejujuran. Informasi mengenai integritas
pelanggan sangat penting dalam proses penilaian karena setiap transaksi kredit
mengandung faktor kesanggupan untuk membayar.
2. Capacity
Hal ini berkaitan dengan kemampuan pelanggan yang ditunjukan dari sukses dalam
mengelola perusahaan. Pemberi kredit bisa mengetahuinya dengan melihat profit record
perusahaan pelanggan.
3. Capital
Capital berhubungan dengan penilaian sumber-sumber keuangan perusahaan pelanggan
yang terutama dapat ditunjukan dari neracanya.
4. Collateral
Collateral berhubungan dengan aktiva perusahaan pelanggan sebagai jaminan keamanan
kredit yang diberikan kepadanya.
5. Condition
Condition berhubungan dengan penilaian kemungkian untuk mengadakan pembatasan
atau ketentuan perpanjangan kredit dalam perkiraan yang dirasa meragukan.
Pencegahan resiko kredit dapat pula dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Mencari informasi tentang mental/kepribadian
Untuk mendapatkan informasi ini perlu diketahui bagaimana penilaian
masyarakat terhadap pelanggan yang bersangkutan mengenai bonafiditas dan
karakter pelanggan tersebut. Jadi, penilaian diperoleh berdasarkan pandangan
masyarakat serta pengalaman yanng pernah ada.
b) Mencari informasi tentang kemampuan keuangan

108
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Informasi kemampuan keuangan diperoleh melalui pelaporan dalam bentuk


neraca, laporan laba rugi serta laporan lainnya yang menggambarkan posisi
keuangan perusahaan dan hasil yang telah dicapai.
c) Mencari informasi tentang jalannya perusahaan
Informasi ini menyangkut posisi keuangan perusahaan pelanggan di masa
mendatang karena ada kemungkinan bahwa pada saat diberikan piutang, posisi
keuangan pelanggan menunjukan keadaan yang menguntungkan, sedangkan
untuk masa yang akan datang dapat berubah menjadi tidak menguntungkan. Jadi,
perlu diselidiki apakah posisi keuangan perusahaan sekarang ini dapat
dipertahankan untuk masa mendatang.
d) Menetapkan kebijakan setahap demi setahap
Dengan jalan ini, perusahaan akan mampu memberikan penilaian yang lebih valid
dalam mengambil keputusan untuk pemberian piutang, dihentikan, terus diberikan
tetapi dalam jumlah kecil atau malah memperbesar jumlah piutang yang diberikan
kepada pelanggan tertentu.
e) Membatasi jumlah piutang
Kesalahan dalam menentukan keempat hal diatas masih tetap mungkin terjadi
karena perusahaan kurang mampu menganalisis lebih jauh lagi. Apabila, hal
tersebut berhubungan dengan apa yang terjadi dimasa depan sehingga sangat sulit
diramalkan. Misalnya, suatu pelanggan diberikan piutang dengan jumlah yang
kecil dan ia mau membayar sesuai dengan janjinya. Tetapi, ketika jumlah piutang
sudah mencapai keinginannya, ia pun tak mau lagi membayar. Untuk mengurangi
risiko akibat kasus seperti ini ada baiknya tetap membatasi jumlah piutang yang
diberikan kepada pelanggan.

f) Meminta barang jaminan

109
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Barang jaminan, baik berupa barang atau bank garantie, akan lebih menjamin
piutang yang diberikan. Namun, perlu dipertimbangkan juga karena biaya
penyimpan barang jaminan tersebut dan praktiknya tidak selalu mudah dilakukan.
g) Seleksi terhadap verkooper atau agen
Ada kalanya kemacetan penagihan piutang bukan pada pihak pelanggan akan
tetapi pada pihak perusahaan itu sendiri, umpamanya akibat penyelewengan yang
dilakukan pegawai perusahaan sehingga penagihan tidak tepat pada waktunya.

Pengertian Persediaan
Persediaan atau inventory adalah salah satu elemen utama dari modal kerja yang terus menerus
mengalami perubahan. Tanpa persediaan, perusahaan akan mengalami resiko, yaitu tidak dapat
memenuhi keinginan pelanggan atas barang produksi.
Menurut Sofyan Assauri, merumuskan definisi persediaan sebagai berikut: Persediaan adalah
sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual
dalam suatu periode usaha normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan
proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu
proses produksi.
Manajemen persediaan merupakan kegiatan menentukan tingkat dan komposisi persediaan.
Kegiatan tersebut akan membantu perusahaan dalam melindungi kelancaran produksi dan
penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelajaran perusahaan dengan efektif dan efisien.
Termasuk didalamnya pengaturan dan pengawasan atas pengadaan bahan-bahan kebutuhan yang
sesuai dengan jumlah dan waktu yang di perlukan dengan biaya minimum.
Kegiatan pengawasan persediaan meliputi perencanaan persediaan, penjadwalan pemesanan
(scheduling), pengaturan penyimpanan dan lain-lain. Semua kegiatan tersebut menjaga
tersedianya persediaan yang optimum di dalam suatu perusahaan.
Dalam suatu pengawasan persediaan diperlukan penghitungan cara jumlah agar tidak terjadi
pemborosan dan waktu pemesanan. Sedangkan khusus persediaan perlu ditentukan besar
persediaan penyelamat (safety stock), yaitu jumlah minumum, atau besar persediaan pada waktu
pemesanan kembali dilakukan.

110
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Biaya dalam Persediaan


Persediaan akan menimbulkan biaya-biaya yang dikeluarkan yang merupakan bagian dari harga
pokok produksi. Adapun unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat beberapa
golongan yaitu:
1. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pemesanan barang atau bahan,
sejak pemesanan dilakukan hingga barang tersebut dikirim dan diserahkan serta di inspeksi
digudang. Biaya ini di luar harga barang. Termasuk ke dalam biaya pemesanan antara lain:
a) Biaya administrasi dan penempatan pesanan ( cost of placing order)
b) Biaya pengangkutan dan bongkar muat (shipping and handling cost)
c) Biaya penerimaan dan pemeriksaan
2. Biaya penyimpanan (inventory carrying cost)
Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam penyimpanan persediaan. Biaya
ini bersifat variabel dan berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang terdapat di
gudang sehingga besar biaya tergantung dari jumlah persediaan yang ada. Termasuk biaya
penyimpanan yaitu:
a) Sewa gedung
b) Asuransi dan pajak persediaan
c) Upah dan gaji tenaga pengawas serta pelaksana gudang
d) Biaya administrasi gudang
e) Penghapusan, resiko ketinggalan zaman, kerusakan, dan penurunan nilai harga
barang
f) Semua biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah
persediaan.
3. Biaya akibat persediaan yang kurang (out of stock cost)
Biaya ini timbul sebagai akibat jumlah persediaan yang lebih kecil dari yang diperlukan. Jika
persediaan kurang dilakukan pemesanan lagi sehingga otomatis juga menimbulkan biaya
tambahan.

111
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

4. Biaya kapasitas gudang (capacity associated cost)


Pekerjaan digudang beaneka ragam sehingga terjadi biaya kesibukan gudang seperti:
a) Biaya lembur
b) Biaya pemecatan dan pemberitahuan karyawan gudang,dan lain-lain

Pengawasan Persediaan
Langkah awal dalam mengembangkan sistem pengawasan persediaan adalah menganalisis
kemana tujuan sistem diarahkan. Karena tujuan sistem pengawasan persediaan akan menjadi
pedoman atas kebijakan persediaan.
1. Tujuan Pengawasan Persediaan:
a) Mengendalikan persediaan
Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b) Mengefektifkan sumber daya
Menjaga supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau
berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar
c) Pemesanan yang ekonomis
Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan
berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
d) Menyediakan laporan tepat waktu dan konsisten kepada manajemen

2. Cara-Cara Pemesanan
a) Order Point System
Adalah suatu sistem atau cara pemesanan yang dilakukan ketika persediaan yang ada
telah mencapai suatu titik atau tingkat tertentu. Jadi, perlu ditentukan batas jumlah
persediaan minimum untuk melakukan pemesanan atau yang disebut “Reorder Point”
b) Order Cycle System
Adalah suatu sistem pemesanan bahan dengan interval waktu yang tetap, misalnya
tiap minggu atau tiap bulan.

112
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

3. Jumlah Pemesanan yang Ekonomis


Jumlah pesanan yang ekonomis (economic order quantity/EOQ) merupakan jumlah
pesanan yang memiliki biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per tahun minimum.
Penetapan jumlah pesanan yang ekonomis dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
a) Tabular Approach
Dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan dan jumlah
biaya per tahun.
b) Graphical Approach
Dilakukan dengan cara menggambarkan grafik-grafik dalam satu gambar, dimana
sumbu horizontal jumlah pesanan (order) per tahun dan sumbu vertikal besarnya
biaya.
c) Dengan Menggunakan Rumus
Menentukan jumlah pesanan ekonomis yang menggunakan rumus-rumus matematika
yaitu:
Q=√2AS/PC
Keterangan:
A : Jumlah barang yang diperlukan dalam satu periode
P : harga barang per unit
S : biaya simpan yang dinyatakan sebagai presentase dari persediaan rata-rata
Q : jumlah barang yang dipesan

Contoh: Suatu perusahaan memerlukan bahan mentah X sebanyak 2.000 unit per tahun. Biaya
per unit Rp. 20,00, biaya pemesanan Rp. 50,00 per pesanan, dan biaya penyimpanan 25% dari
nilai rata-rata persediaan.
Q = √2AS/PC
Q = √2 (2.000) (50)/20 (0,25)
Q = 200 unit per pemesanan

113
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Pesanan ekonomis terjadi jika dilakukan pemesanan sebesar 200 unit. Artinya, dalam 1 tahun
dilakukan pemesanan sebanyak 10 kali.
4. Persediaan Penyelamat (Safety Stock)
Persediaan penyelamat ialah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga
kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Faktor-faktor yang menentukan jumlah persediaan
penyelamat adalah:
a) Penggunaan bahan baku rata-rata
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode
tertentu khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan
baku pada masa sebelumnya.
b) Faktor waktu
Di dalam pengisian kembali persediaan terdapat suatu perbedaan waktu yang cukup
lama antara saat mengadakan pesanan (order) untuk pengisian kembali persediaan
dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan dapat dimasukkan di dalam
persediaan.

Jenis-jenis Persediaan
Ada beberapa jenis persediaan, antara lain :
1. Batch Stock / Lost Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli
atau membuat bahan-bahan barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada
jumlah yang dibutuhkan pada saat itu juga. Keuntungan yang dapat diperoleh dari Batch
Stock / Lost Size Inventory antara lain :
a) memperoleh potongan pada harga pembelian
b) memperoleh efisiensi produksi
c) adanya penghematan didalam biaya pengangkutan
2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

114
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

3. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapai flukuasi


permintaan yang dapay diramalkan, berdasarkan pada musiman yang terjadi dalam satu
tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan meningkat.
Adanya persediaan dapat menimbulkan biaya-biaya yang terjadi dari persediaan tersebut ,
antara lain :
a) Biaya pemesanan (ordering costs)
b) Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying costs)
c) Biaya kekurangan persediaaan (out of stock costs)
d) Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated costs)
Cara-Cara penetuan jumlah persediaan, Ada 2 sistem yang umum dikenal dalam
menentuan jumlah persediaan akhir suatu periode yaitu :
1. Periode System yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik
dalam menentukan jumlah persediaan akhir.
2. Perpetual System / Book Inventories yaitu dalam hal ini dibina catatan
administrasi persediaan. setiap mutasi dari persediaan sebagai akibat dari
pembelian ataupun penjualan dicatat atau dilihat dalam kartu administrasi
persediaannya.

Metode penilaian persediaan


Ada beberapa cara yang dapat di gunakan dalam penilaian persediaan yaitu :
1. First In, First Out (FIFO Method), cara ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang
yang sudah terjual dinilai menurut harga pemelian barang yang terdahulu masuk.
2. Cara rata-rata tertimbang (weight average method), cara ini didasarkan atas harga rata-
rata dimana harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah yang diperoleh pada masing-masing
harga.
3. Last In, Firs Out (LIFO Method), cara ini didasarkan atas asumsi bahwa barang yang
telah terjual dinilai menurut harga pembelian yang terakhir masuk. Sehingga persediaan
yang masih ada /stock, dinilai berdasarkan harga pembelian barang yang terdahulu.

115
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Perbandingan atas hasil penilaian


Bila mana keadaan harga stabil , maka semua cara penilaian menghasilkan angka yang sama .
Akan tetapi bila fluktuasi harga tidak stabil (nail turun) maka masing-masing cara akan
menghasilkan angka yang berbeda, pada saat harga meningkat:
1. Metode FIFO meunjukkan :
- Nilai persediaan akhir yang tinggi
- harga pokok barang yang terjual yang rendah
- Profit yang lebih besar
2. Metode LIFO menunjukkan :
- Nilai persediaan akhir yang rendah
- Harga pokok barang yang terjual tinggi
- Profit yang rendah

Biaya Persediaan
Tujuan manajemen persediaan adalah untuk menyediakan persediaan adalah untuk menyediakan
persediaan yang diperlukan guna menjamin kelangsungan operasi perusahaan pada tingkat biaya
yang minimal. Untuk itu langkah pertama yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah
mengidentifikasi semua biaya yang berkaitan dengan pembelian dan penyimpanan persediaan.
Biaya yang berkaitan dengan persediaan dikelompokkan menjadi :
1. Biaya penyimpanan (carrying costs) yang terdiri atas biaya modal atas dana yang terkait
pada persediaan , biaya penyimpanan dan penanganan persediaan, biaya asuransi, pajak
atas persediaan, penyusutan. Pada umumnya biaya ini berubah sejalan dengan perubahan
jumlah persediaan rata-rata yang disimpan. Biaya penyimpanan biasanya dinyatakan
dalam persentase tertentu dari nilai persediaan. Total biaya penyimpanan persediaan
dalam satu tahun merupakan presentase biaya penyimpanan persediaan dikali rata-rata
jumlah persediaan. Dengan demikian semakin banyak jumlah persediaan, semakin besar
biaya penyimpanan dan sebaliknya.
Total biaya penyimpanan persediaan = C x P x Q/2

116
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

2. Biaya pemesanan (ordering cost), yang terdiri atas : biaya pengiriman order, biaya
pengiriman barang, dan penanganannya. Biaya pemesanan jumlahnya tetap pada setiap
kali pemesanan dilakukan. Dengan kata lain total biaya pemesanan persediaan dalam satu
tahun adalah sama dengan biaya pemesanan setiap pesan dikali frekuensi pemesanan
dalam setu tahun. Dengan demikian semakin besar jumlah persediaan yang di pesan
setiap kali pemesanan, frekuensi pemesanan yang harus dilakukan semakin berkurang,
sehingga biaya pemesanan akan semakin kecil dan sebaliknay, jika semakin kecil jumlah
persediaan yang dipesan setiap kali pemesanan, frekuensi pemesanan yang harus
dilakukan semakin bertambah, sehingga biaya pemesanan semakin besar.
Total biaya pemesanan dalam satu tahun = F x S/Q
3. Biaya kehabisan persediaan (cost of running short), yang terdiri dari kerugian penjua,
kehilangan goodwill pelanggan, biaya akibat kemacetan jadwal produksi. Semakin kecil
jumlah persediaan semakin besar biaya kehabisan persediaan, dan sebaliknya dengan
asumsi faktor lainnya tetap.

Model Economic Order Quantity (EOQ) Dalam Manajemen Presediaan


Persediaan penting bagi perusahaan, tetapi harus dihindari bahwa profitabilitas perusahaan
dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Masalahnya
adalah bagaimana menentukan jumlah persediaan yang optimal. Salah satu pendekatan yang
biasanya digunakan adalah model EOQ (economic order quantity).
EOQ adalah jumlah persediaan yang harus dipesan dengan biaya yang minimal. Dalam model
EOQ biaya persediaan yang dipertimbangkan adalah biaya penyimpanan persediaan dan biaya
penyimpanan persediaan. Bagaimana hubungan antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan
persediaan dengan jumlah persediaan yang dipesan.
Berdasarkan gambar di atas, pada saat jumlah pesanan sebesar EOQ, biaya penyimpanan
persediaan sama dengan biaya pemesanan persediaan. Total biaya persediaan sama dengan total
biaya penyimpanan persediaan ditambah total biaya pemesanan persediaan.
Total biaya persediaan (TC) = CP (Q/2) + F (S/Q) atau
TC = C x P(Q/2) + FSQ-1

117
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Jika persamaan tersebut didiferensialterhadap Q dan hasilnya sama dengan nol, maka akan
diperoleh Q yang optimal, yaitu jumlah pesanan dengan total biaya yang minimal atau dikenal
dengan economic order quantity (EOQ).
dT/dQ = CP/2 – FS/Q2 = 0
CP/2 = FS/Q2
Q2CP = 2FS
Q2 = 2FS/CP
Keterangan :

EOQ = Jumlah pesanan yang ekonomis


F = Biaya pemesanan setiap kali pesan
S = Jumlah kebutuhan persediaan dalam unit tiap tahun
C = Biaya penyimpanan per tahun yang dinyatakan dalam persentase dari harga beli
persediaan
P = Harga beli per unit persediaan

1. Reoder Point (Titik Pemesanan Kembali)


Pada tingkat persediaan berapa pemesanan yang harus dilakukan agar barang datang tepat
pada waktunya disebut dengan reorder point (ROP). Reorder point dapat ditentukan
dengan cara sebagai berikut :
ROP = Lt x Q
Keterangan :
ROP = reorder point
Lt = lead time (hari, minggu, atau bulan)
Q = pemakain rata-rata (per hari, per minggu, atau per bulan)
Model EOQ dapat dioperasionalkan dengan asumsi sebagai berikut :
a) jumlah penjualan ataukebutuhan persediaan dalam satu periode dapat diketahui
dengan pasti
b) biaya penyimpanan per unit per periode tetap

118
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

c) biaya pemesanan untuk setiap kali pesan tetap


d) harga per satuan barang tetap berapun jumlah yang dipesan
e) barang yang dipesan datang pada saat yang sama sekaligus
f) barang yang dibutuhkan harus selalu tersedia dipasar
Sebagai contoh, perusahaan Nasional membutuhkan persediaan sebanyak 3.600 unit setiap
tahun, bahan baku tersebut diperoleh secara impor dengan harga USD 40 per unit. Biaya
penyimpanan sebesar 25% per tahun dari harga beli persediaan. Biaya pemesanan variabel
sebesar USD 125 per pesanan.
Frekuensi pemasanan dalam satu tahun = S/EOQ atau 3.600/300 = 12 kali. Jika suatu tahun 360
hari, maka pemesanan dilakukan setaip 30 hari (360/12).
Total biaya persediaan pada jumlah pemesan yang ekonomi (EOQ) adalah :
TC = (0,25)(USD40)(300/2) + (USD125)(3.600/3000)
= USD1.500 + USD1.500
= USD3.000
Jika perusahaan membutuhkan waktu delapan hari untuk melakukan pemesanan sampai
persediaan yang dipesan diterima diperusahaan, dan agar perusahaan tidak kehabisan persediaan,
maka perusahaan sudah harus melakukan pemesanan kembali ketika jumlah persediaan
mencapai 80 unit, dengan kata lain reorder point = pemakaian persediaan per hari x lead time
ROP = Q X Lt
= 300/30 x 8
= 80 unit

2. EOQ dan Reorder point


Contoh, dalam kondisi yang bersifat pasti, ketika pesanan datang, jumlah persediaan di
perusahaan adalah sama dengan jumlah pesanan yang ekonomis (EOQ), yaitu sebanyak
300. Unit. Persediaan tersebut digunakan setiap hari sehingga jumlahnya akan semakin
berkurang, dan ketika persediaan mencapai ROP, yaitu sebanyak 80 unit, perusahaan
harus melakukan pemesanan kembali sebanyak EOQ. Pemesanan harus dilakukan
sebelum persediaan, habis karena perusahaan harus memiliki persediaan untuk

119
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

memperkecil resiko kehabisan persediaan, dan dibutuhkan waktu untuk melakukan


pemesanan sampai barang yang dipesan tiba di perusahaan. Dengan asumsi jangka waktu
pemesanan (lead time) dan pemakaian persediaan adalah pasti, maka pesanan persediaan
akan datang tepat ketika jumlah persediaan di perusahaan sudah habis atau nol. Hal yang
sama akan terulang kembali setiap 30 hari. Karena dalam satu tahun perusahaan
melakukan pemesanan untuk memenuhi kebutuhan persediaan sebanyak 12 kali.
3. Model EOQ dan Kondisi yang Tidak Pasti
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa model EOQ hanya dapat diterapkan dalam
kondisi yang bersifat pasti, namun dalam kondisi yang bersifat tidak pasti model EOQ
hanya dapat diterapkan dengan didukung oleh persediaan pengamanan (safety stock).
Kondisi tidak pasti yang dihadapi perusahaan terkait dengan jumlah pemakaian
persediaan yang tidak tetap dalam sutu periode waktu tertentu atau ketidak pastian jangka
waktu pemesanan (lead time).
Persediaan pengamanan diperlukan ketika pemakaian persediaan lebih besar dari yang
direncanakan, atau jangka waktu pemesanan lebih lama dari waktu yang diperkirakan.
Jika salah satu atau kedua hal tersebut terjadi pada perusahaan yang menerapkan model
EOQ. Maka perusahaan akan mengalami kehabisan persediaan (stock out).
Perusahaan yang mengalami kehabisan persediaan dapat disebabkan oleh permintaan
atau penggunaan persediaan yang lebih besar daripada yang direncanakan, sehingga
persediaan yang ada sudah habis sementara pesanan persediaan belum tiba. Disamping
itu kehabisan persediaan juga dapat terjadi karena jangka waktu pesanan persediaan yang
lebih lama dari yang direncanakan atau pesanan yang datang terlambat. Karena
perusahaan tidak memiliki persediaan pengaman, perusahaan akan mengalami kehabisan
persediaan dan hal ini dapat mengganggu kelancaran operasi perusahaan.
Untuk mengurangi terjadinya resiko kehabisan persediaan, perusahaan perlu mengadakan
persediaan pengaman. Dampaknya bagi perusahaan adalah jumlah persediaan yang harus
dipertahankan menjadi lebih besar. Adanya persediaan pengaman, total biaya persediaan
juga akan mengalami peningkatan.

120
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Materi 12 – Pendanaan Jangka Pendek

Pengertian Manajemen Keuangan Jangka Pendek (Short-Term financial management)


Merupakan pengelolaan aktiva lancar (kas, surat berharga, piutang, persediaan) dan pasiva lancar
perusahaan (hutang dagang, wesel bayar, kewajiban yang masih harus dibayar) untuk mencapai
keseimbangan antara laba dan risiko agar memberi kontribusi nilai positif terhadap nilai

121
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

perusahaan. Misalnya Aktiva lancar dalam jumlah besar berakibat pada peningkatan risiko tidak
dapat membayar pada saat jatuh tempo.

Jenis-jenis pembiayaan jangka pendek


1. Pendanaan Spontan (Spontaneous financing)
Pendanaan Spontan (Spontaneous financing) adalah jenis pendanaan yang berubah secara
otomatis dengan berubahnya tingkat kegiatan perusahaan (misal dilihat dari penjualan
perusahaan) atau merupakan jenis pendanaan yang diperoleh dari operasi normal
perusahaan dengan dua sumber pembiayaan meliputi hutang dagang (account payable)
dan kewajiban yang masih harus dibayar (accruals hutang akibat jasa yang diterima yang
pembayarannya belum dilakukan).
Contoh : utang dagang (account payable) dan utang akrual (account accruals). Account
payable dan Accruals merupakan unsecured short-term financing, yaitu sumber
pembiayaan jangka pendek yang diperoleh tanpa menjaminkan aktiva tertentu sebagai
agunan.
Jenis pendanaan ini memiliki karakter jika aktifitas perusahan berubah maka sumber
pendanaanpun ikut berubah secara otomatis. Beberapa bentuk sumber dana spontan
antara lain : utang dagang rekening-rekening akrual (misalnya pembayaran upah/gaji atau
pembayaran pajak). Utang dagang timbul karena perusahaan membeli pasokan dari
supplier dengan kredit, sedang utang pajak terjadi karena pajak dibayar setiap tanggal
tertentu dalam satu tahunnya.
“Rerata utang dagang = Nilai Utang / Perputaran Utang
Perputaran hutang dalam setahun = Periode Waktu / Jangka Waktu Kredit”
Contoh:
Perusahaan ABC membeli barang senilai Rp 300.000.000,- secara kredit dengan jangka waktu 3
bulan maka perputaran hutang setahun 4x. Dengan demikian rerata utang dagang Perusahaan
ABC sebesar Rp 75.000.000,- Jika perusahaan menaikkan pembelian kredit sebesar 10% ( Rp
300.000.000 ), maka rerata utang dagangpun akan naik sebesar 10% ( Rp 82.500.000 ). Begitu
jika perusahaan akan menurunkan pembelian kreditnya sebesar 5% maka rerata utang dagangpun

122
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

akan turun 5%. Maka tak salah kalau staf manajer keuangan Perusahaan ABC ketika membuat
budget utang dengan menggunakan angka persentase pembelian kredit.
2. Pendanaan Tidak Spontan (non spontaneous financing)
Pendanaan Tidak Spontan (non spontaneous financing) adalah jenis Pendanaan yang
tidak berubah secara otomatis dengan berubahnya tingkat kegiatan perusahaan.
Contoh : utang yang diperoleh dari bank. Jenis pendanaan ini memiliki karakter bahwa
untuk memperoleh, menambah maupun mengurangi dana, perusahaan membutuhkan
waktu untuk negoisasi atau perundingan secara formal. Beberapa bentuk sumber dana
tidak spontan antara lain:
a) Commersial Paper. Merupakan surat utang jangka pendek (jangka waktu 30-90
hari), tanpa jaminan yang dikeluarkan perusahaan besardan dijual langsung ke
investor. Biasanya hanya perusahaan besar yang bisa mengeluarkan commersial
paper.
b) Pinjaman Kredit. Berasal dari lembaga keuangan dan lembaga keuangan non
bank. Pinjaman dari bank ada 2 jenis : (a) Kredit Transaksi, yaitu kredit yang
ditujukan untuk tujuan spesifik tertentu. (b) Kredit Lini (Line of Credit), dengan
pinjaman ini, peminjam bisa meminjam meminjam sampai jumlah maksimum
tertentu, yang menjadi plafon (batas atas pinjaman).
c) Factoring atau anjak piutang berarti menjual piutang dagang. Dari segi
perusahaan yang mempunyai piutang, factoring mempunyai manfaat karena
perusahaan tidak perlu menunggu sampai piutang jatuh tempo untuk memperoleh
kas. Piutang juga memperoleh manfaat karena factoring merupakan alternative
investasi.
d) Menjaminkan Piutang. Alternatif lain dari menjual piutang adalah menggunakan
piutang sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman (pledging receivables).
Dengan alternatif ini, kepemilikan piutang masih ada di tangan perusahaan. Jika
pinjaman tidak terbayar, piutang yang dijadikan jaminan bisa digunakan untuk
melunasi pinjaman (penjaminan bisa dilakukan atas semua piutang).

123
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

e) Menjaminkan Barang Dagangan (Persediaan). Perusahaan bisa menjaminkan


barang dagangan untuk memperoleh pinjaman. Prosedur yang dipakai akan sama
dengan penjaminan piutang. Pemberi jaminan akan mengevaluasi nilai
persediaan, kemudian akan memberikan pinjaman dalam presentase tertentu dari
nilai p[ersediaan yang dijaminkan.
f) Akseptasi Bank. Merupakan pernyataan kesanggupan bank pengaksep untuk
melakukan pembayaran atas suatu wesel berjangka yang diterbitkan eksportir,
pada saat jatuh tempo wesel dimaksud atau merupakan janji untuk membayar oleh
pihak tertarik dengan cara membubuhkan tanda tangan dalam surat wesel;
akseptasi harus dinyatakan dengan kata akseptasi atau dengan cara lain yang sama
maksudnya; tanda tangan saja dan pihak tertarik dibubuhkan pada halaman muka,
surat wesel sudah berlaku sebagai akseptasi; apabila telah diakseptasi, wesel ni
menjadi sama dengan promes, yang berarti dapat diperdagangkan atau dapat
dijual kepada pihak lain sebelum tanggal jatuh tempo (acceptance) akseptor
g) Repo (repurchase agreement). suatu perjanjian antara penjual & pembeli atas
efek-efek dimana penjual berjanji untuk membeli kembali efek-efek yang
dimaksud pada harga yang disepakati bersama dan pada jangka waktu yang telah
ditentukan.

Pembiayaan Jangka Pendek (Short-Term Financing)


Merupakan hutang dengan jangka waktu 1 tahun atau kurang yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan musiman dan aktiva lancar. Pembiayaan spontan (spontaneous financing) adalah
pembiayaan yang diperoleh dari operasi normal perusahaan dengan dua sumber pembiayaan
meliputi hutang dagang (account payable) dan kewajiban yang masih harus dibayar (accruals
hutang akibat jasa yang diterima yang pembayarannya belum dilakukan). Account payable dan
Accruals merupakan unsecured short-term financing, yaitu sumber pembiayaan jangka pendek
yang diperoleh tanpa menjaminkan aktiva tertentu sebagai agunan.

Sumber Dana Jangka Pendek

124
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

A. Penting Pendanaan Jangka Pendek


Manajemen modal kerja membutuhkan pembiayaan modal kerja yang bersifat sementara dan
dapat dibiayai dengan sumber pendanaan jangka pendek. Sumber dana jangka pendek pada
prinsipnya merupakan bentuk pendanaan yang harus dilunasi dalam jangka waktu satu tahun.
Masalah yang paling penting yang harus diperhitungkan dalam menentukan pilihan sumber dana
jangka pendek adalah tersedianya dana pada saat diperlukan dan biaya dana paling efektif. Salah
satu dari tujuan perencanaan jangka pendek adalah untuk menjaga likuiditas perusahaan.
Perusahaan yang dalam keadaan likuid akan memiliki kewenangan untuk memayar kewajiban
yang sudah jatuh tempo akan mendukung aktivitas operasional perusahaan. Hal ini disebabkan
perusaahaan memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka pendeknya, seperti
membayar hutang yang jatuh tempo, gaji karyawan, pajak, dan kewajiban jangka pendek lainnya
yang hars segera dibayar. Dan yang memiliki hubungan erat dengan kemampuan memenuhi
likuiditas tersebut adalah kebijakan pendanaan jangka pendek yang diterapkan oleh perusahaan.
Pemenuhan keuangan jangka pendek, juga dibutuhkan untuk membiayai aktivitas perusahaan
terutama yang berkaitan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan. Dalam pendanaan jangka
pendek dikenal pembelanjaan atau pendanaan yang bersifat spontan dan tidak spontan.Bersifat
spontan artinya pendanaan ini dilakukan untuk hal-hal yang bersifat jangka waktu singkat dan
segera harus dipenuhi serta tidak terlalu banyak persyaratan, misalnya hutang dagang. Pinjaman
bank memerlukan jaminan tertentu, sedangkan commercial paper tidak memerlukan jaminan,
kecuali nama baik atau reputasi perusahan. Dengan demikian, pendanaan jangka pendek di
samping digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas juga untuk membiayai perkembangan
operasi perusahaan, membayar kewajiban, dan menandai sebagian perkembangan aktiva
perusahaan. Dalam praktiknya pendanaan jangka pendek berkaitan erat dengan pembiayaan
aktiva lancar.

Karakteristik pendanaan jangka pendek terutama untuk membiayai modal kerja neto, antara lain
sebagai berikut:
1. Setiap ragam sumber pendanaan jangka pendek memiliki keunggulan dan kelemahan dari
masing-masing sumber tersebut.

125
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

2. Pendanaan jangka pendek dibutuhkan hanya dalam satu tahun atau beberapa tahun saja.
3. Pendanaan jangka pendek dipergunakan secara musiman dan fluktuasi waktu tertentu di
dalam posisi pendanaan korporasi yang dibutuhkan dalam mengantisipasi perkembangan
bisnis.
4. Sebagai contoh, pendanaan jangka pendek dipergunakan untuk menambah modal kerja
(extra), misalnya untuk membiayai aktiva lancar atau pendanaan untuk proyek jangka
panjang.
5. Apabila dibandingkan dengan pendanaan jangka panjang, pendanaan jangka pendek
memiliki beberapa kelebihan, sebagai contoh: mudah untuk diatur, tidak terlalu mahal
biayanya, dan hanya membutuhkan agunan yang sifatnya fleksibel.
6. Pengembalian pendanaan jangka pendek sangat tergantung kepada fluktuasi tingkat
bunga, digunakan sebagai pendanaan baru apabila dibutuhkan dalam frekuensi kegiatan
bisnis yang semakin meningkat.

Sumber utama jangka pendanaan jangka pendek adalah kredit dagang, pinjaman dari bank, surat-
surat berharga, piutang, dan persediaan barang dagangan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
di dalam seleksi dari sumber pendanaan jangka pendek antara lain :
1. Biaya (cost)
2. Efek dari credit rating, beberapa sumber mungkin efeknya negative bila dilihat dari credit
rating korporasi.
3. Risiko (risk), korporasi harus mampu memberikan jaminan bahwa pendanaan itu dapat
menghasilkan.
4. Keterbatasan (restrictions), harus dibatasi sesuai dengan kebutuhan minimum dari modal
kerja neto.
5. Fleksibilitas (flexibility), kebutuhan pendanaan jangka pendek harus disesuaikan secara
periodik, menjaga kesinambungan modal kerja.
6. Sangat tergantung kondisi pasar uang (expected money market).
7. Sangat tergantung pada tingkat inflasi
8. Kemampuan korporasi untuk menghasilkan laba dan posisi tingkat likuiditas korporasi

126
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

9. Stabilitas operasional korporasi

Sumber Pendanaan Jangka Pendek


Tersedianya kebutuhan dana jangka pendek sangatlah penting guna menunjang operasional
perusahaan. Dalam praktiknya terdapat beberapa jenis pendanaan jangka pendek yang dapat
dipilih perusahaan. Artinya dari berbagai alternative tersebut perusahaan dapat memilih mana
sumber yang paling menguntungkan dan paling cepat diperoleh. Berikut ini beberapa jenis
pendanaan jangka pendek yang tersedia, yaitu:
1. Kredit perdagangan
2. Beban yang masih harus dibayar (gaji dan pajak)
3. Kredit pasar uang
4. Pinjamanan jangka pendek
5. Wesel (draft)
6. Akseptasi bank (banker’s acceptance)
7. Surat hutang (promes)
8. Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan
9. Menjaminkan piutang dan persediaan
10. Anjak piutang (factoring)

Sumber-Sumber Pinjaman Jangka pendek


Termasuk dalam kategori pinjaman jangka pendek yang diperoleh dalam usaha biasanya terdiri
dari bank loan dan commercial papers.
Pinjaman Bank (bank loans)
Bank sebagai sumber utama pendanaan yang dapat memberikan pinjaman jangka pendek tanpa
jaminan untuk usaha. Pinjaman bank merupakan short-term, self- liquidating loan yaitu pinjaman
jangka pendek tanpa jaminan yang digunakan untuk membiayai piutang dan persediaan pada saat
kebutuhan modal meningkat secara musiman, diharapkan piutang dan persediaan dapat menjadi
kas secara cepat (likuid) sehingga dana yang dibutuhkan untuk membayar pinjaman dapat
diperoleh dengan

127
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

sendirinya.
Perhitungan Tingkat Bunga Pinjaman (loan interest rates) Secara umum, terdapat tiga metode
perhitungan tingkat bunga:
a) Collect basis
Contoh: kredit yang diterima Rp. 100 juta. Tingkat bunga 15%. Pada akhir tahun debitur
membayar bunga Rp. 15 juta (plus Rp. 100 juta pokok pinjaman). Dengan demikian,
tingkat bunga efektifnya:
(Rp. 15 juta / Rp. 100 juta) x 100% = 15%.
b) Discount basis
Contoh: apabila debitur hanya menerima Rp. 85 juta pada awal tahun (karena bunganya
diminta terlebih dahulu) dan membayar Rp. 100 juta pada akhir tahun, maka tingkat
bunga efektifnya adalah:
(Rp. 15 juta / Rp. 85 juta) x 100% = 17.65%
c) Add-on basis
Contoh: apabila digunakan add-on basis, maka perusahaan diminta membayar secara
angsuran (misalnya per bulan), maka pembayaran per bulan sebesar:
{Rp. 100 juta (1.15) / 12} = Rp. 9.583.000,-.
Dengan demikian, tingkat bunga per bulan dapat dihitung dengan menggunakan konsep time
value of money:
12 9.583.000
100.000.000 = Σ
t = 1 (1 + i) 12
dengan cara trial and error, akan diperoleh i (tingkat bunga sekitar 2,2% per bulan. Dengan
demikian, tingkat bunga per tahun sekitar:
(1 + 0.022)12 – 1 = 29,84%

Dasar pembagian tingkat bunga pinjaman adalah:


1. Prime rate of interest

128
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Bunga terendah yang dibebankan oleh bank nasional atau bank komersil dengan reputasi
terbaik kepada debitur korporasi dengan credit rating yang tinggi.
2. Fixed rate loan
Suku bunga kredit yang ditetapkan sebesar prime rate of interest setelah ditambah spread
(margin) dan berlaku tetap sampai dengan tanggal jatuh tempo kredit.
3. Floating-rate loan
4. Suku bunga kredit yang ditetapkan sebesar prime rate of interest setelah ditambah spread
(margin) dan berlaku mengambang (bisa berubah-ubah) meskipun kredit belum jatuh
tempo.
Secara umum, terdapat tiga bentuk pinjaman jangka pendek tanpa jaminan yang banyak
diaplikasikan, yaitu:
1. Single payment notes
Kredit jangka pendek bersifat akad kredit berlaku untuk sekali dan kredit harus lunas
pada saat jatuh tempo.
2. Compensating balances
Jumlah saldo yang harus dipelihara oleh debitur dengan jumlah misalnya 10% sampai
20% dari jumlah limit kredit sebagai cadangan pembebanan bunga atau biaya
administrasi kredit lainnya.
Contoh:
Limit kredit $1,000,000
Suku bunga 10% per tahun atau 10% x $1,000,000 = $100,000 per tahun.
Compensating balances 20% atau $200,000
Akan tetapi, the effective annual rate of the funds sebenarnya adalah:
($100,000/$800,000) x 100% = 12.50% (bukan 10%)
3. Annual clean-up
Untuk meyakinkan bahwa kredit yang dipinjam untuk pembiayaan sesuai perjanjian,
bank sering meminta adanya “annual cleanup”, yaitu Rekening Pinjaman bersaldo “nihil”
pada hari-hari tertentu pada tahun masih berlakunya masa pinjaman, hal ini dimaksudkan

129
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

untuk menghindari adanya penyalahgunaan tujuan kredit, misalnya kredit berjangka


pendek digunakan untuk kredit jangka panjang.

Perhitungan bunga efektif commercial paper


Tingkat suku bunga efektif commercial paper ditentukan oleh berapa besar discount yang
diberikan dan lamanya jatuh tempo, penjualan commercial paper dapat dilakukan dengan
perhitungan discount dari nilai par (par value atau face value) dan bunga sebenarnya yang
diperoleh pembeli ditentukan dengan perhitungan tertentu.
Contoh: PT Venus menerbitkan commercial paper seharga Rp. 3.000.000,- yang akan jatuh
tempo dalam waktu 90 hari dan menjual dengan harga Rp. 2.940.000,-. Pada hari ke-90 pembeli
akan menerima Rp. 3.000.000,- untuk investasi sebesar Rp. 2.940.000,-. Bunga yang dibayar
pada pembiayaan ini sebesar Rp. 60.000,- dengan pokok Rp. 2.940.000,-. Tingkat bunga
efektifnya dengan demikian adalah (Rp. 60.000,- : Rp.2.940.000,-) = 2,04% untuk 90 hari. Bila
diasumsikan commercial paper diperpanjang setiap 90 hari sepanjang tahun, maka tingkat bunga
efektif untuk commercial paper dengan persamaan:
k
EAR = ( 1 + )n – 1 adalah sebesar (1 + 2,04%)4 – 1 = 8,41%
m
di mana: EAR = tingkat bunga efektif (effective annual rate)
k = tingkat bunga nominal
m = compounding frequency (frekuensi pemajemukan)
Contoh di atas menunjukkan bahwa m = 4 diperoleh dari informasi bahwa commercial paper
jatuh tempo setelah 90 hari di mana asumsi
1 tahun = 360 hari, dengan demikian m = 360/90 = 4.

Pendanaan Spontan
1. JenisPendanaanSpontan

130
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Jenis pendanaan ini mengikuti kegiatan perusahaan. Ada beberapa contoh jenis
pendanaan yang spontan: hutang dagang dan rekening-rekening akrual. Hutang dagang
timbul karena perusahaan membeli pasokan dari supplier dengan kredit.
2. MengevaluasiTawaranPotonganKas
Potongan kas bisa dilakukan oleh perusahaan yang memberikan penjualan
kredit(kreditor). Tujuan potongan tersebut adalah agar debitur melunasi hutangnya lebih
cepat. Biaya ditanggung oleh kreditor. Tetapi jika ada tawaran potongan kas dan
perusahaan (debitur) tidak memanfaatkannya, maka ada biaya kesempatan (opportunity
cost) yang hilang.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

131
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ii

BAGIAN 1 – PROFESI AUDIT ........................................................................ 1


1. Permintaan Terhadap Jasa Audit dan Jasa Assurance Lainnya...... 1
2. Profesi Akuntan Publik (CPA)....................................................... 12
3. Etika Profesi................................................................................... 17
BAGIAN 2 – PROSES AUDIT .......................................................................... 1
4. Tujuan dan Tanggung Jawab Audit................................................ 26
5. Bukti Audit..................................................................................... 30
6. Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis...................................... 35
7. Materialitas dan Risiko.................................................................. 39
8. Pengendalian Internal dan Risiko Pengendalian............................ 48
9. Audit Kecurangan.......................................................................... 57
10. Dampak Teknologi Informasi Terhadap Proses Audit................... 64
11. Keseluruhan Perencanaan dan Program Audit............................... 74
BAGIAN 3 – PENERAPAN PROSES AUDIT PADA SIKLUS PENJUALAN DAN
PENAGIHAN....................................................................................................... 81
12. Audit Siklus Penjualan dan Penagihan.......................................... 81
13. Pemilihan Sample Audit Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Transaksi....................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

132
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Nomor Tabel Halaman

Tabel 1......................................................................................... 43
Tabel 2......................................................................................... 43
Tabel 3......................................................................................... 68
Tabel 4......................................................................................... 82

DAFTAR GAMBAR

133
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

Nomor Gambar Halaman

Gambar 1..................................................................................... 20
Gambar 2..................................................................................... 60
Gambar 3..................................................................................... 81

134
MODUL PERKULIAHAN
AUDITING (PEMERIKSAAN AKUNTANSI)
Rachma Nadhila Sudiyono,S.Ak.,M.Ak

DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene.F Gepenski, Louis C. 2008. Financial Manajemen Theory and Practice
Pangestu S.2001. Manajemen Keuangan (Bahan Ajar) Program Studi Manajemen Agribisnis.
UGM. Yogyakarta.
Husnan Suad, dan Enny Pudjiastuti.2015.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.Yogyakarta.UPP
STIM YKPN
F. Brigham, Eugene, Joel F, Houston. 2009. Fundamentals of Financial Management Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. ed.10. Jakarta. Salemba4.
Weston, J. Fred, F. Brigham, Eugene, dan A. Q. Khalid. 1991. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan jilid 2. Jakarta. Erlangga.
Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Salemba
Empat, Jakarta (terjemahan).
Fahmi, Irham. 2013. Pengantar Manajemen Keuangan, Bandung: Alfabeta.

135

Anda mungkin juga menyukai