Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG PERANCANGAN PABRIK


Perkembangan industri kimia di Indonesia cenderung mengalami peningkatan
setiap tahunnya baik secara kuantitas maupun kualitasnya sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan
akan bahan baku maupun bahan penunjang akan meningkat pula. Asam sulfat
merupakan salah satu bahan penunjang yang sangat penting dan banyak dibutuhkan di
industri kimia.
Bahan baku pembuatan asam sulfat yaitu sulfur atau belerang. Belerang menjadi
salah satu sumber daya mineral Indonesia yang sangat melimpah. Belerang terbentuk
akibat dari aktivitas vulkanisme yang banyak dijumpai disetiap gunung berapi yang
masih aktif. Menurut Sumarti (2010), sampai saat ini baru diketahui 6 provinsi di
Indonesia yang menyimpan tambang belerang yaitu Gunung tangkuban perahu,danau
putri, galunggung, ceremai dan telaga bodas di Jawa Barat, Gunung dieng di Jawa
Tengah, gunung arjuno, gunung welirang dan gunung ijen di Jawa Timur, Gunung
namora di Sumatera Utara, Gunung mahawu, Soputan, dan Gunung Sorek Merapi di
Sulawesi Utara, dan Pulau Damar di Maluku. Kawah ijen merupakan penghasil
belerang utama di Indonesia dibandingkan dengan wilayah lain. Dari total jumlah
sulfur yang diproduksi tersebut, sekitar 70-85% digunakan untuk pembuatan asam
sulfat.

Asam sulfat banyak digunakan untuk industri pupuk (37%), industri bahan kimia
(18%), industri bahan warna (8%), pulp dan kertas (7%). Seperti yang kita ketahui
asam sulfat merupakan bahan yang sangat penting bagi kemajuan industri suatu
Negara. Setiap industri selalu memerlukan asam sulfat baik sebagai bahan pelarut,
memberikan suasana asam, sebagai pereaksi, dan sebagainya. Dengan demikian,
semakin besar penggunaan asam sulfat suatu Negara, maka akan semakin maju pula
industri suatu Negara karena asam sulfat adalah indikator yang baik terhadap kekuatan
industri suatu Negara.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik rata-rata impor asam
sulfat dari tahun 2009-2015 sebesar 287.845 ton/tahun, total produksi dalam negeri
sebesar 1.078.000 ton/tahun dan total kebutuhan rata-rata asam sulfat sebesar

1
1.365.845 ton/tahun. Pabrik asam sulfat yang ada di indonesia belum mampu
memenuhi kebutuhan asam sulfat dalam negeri, sehingga kita masih mengimpor asam
sulfat dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan asam sulfat dalam negeri. Sehingga
pendirian pabrik asam sulfat ini layak untuk didirikan dan diharapkan dapat memenuhi
permintaan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan asam sulfat dari negara-
negara importir.

1. 2. MAKSUD DAN TUJUAN PERANCANGAN


Maksud dan tujuan dari perancangan pabrik asam sulfat adalah :

1. Meningkatkan pemberdayaan sulfur sebagai bahan baku pembuatan asam sulfat


yang merupakan salah satu sumber daya mineral yang melimpah di Indonesia.

2. Mendorong peningkatan produksi pengguna asam sulfat.

3. Memenuhi kebutuhan asam sulfat dalam negeri dan mengurangi ketergantungan


dari Negara lain.

4. Meningkatkan perekonomian dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja yang


baru untuk mengurangi jumlah penganguran yang ada.

5. Sebagai salah satu implementasi dan penerapan ilmu teknologi proses teknik kimia
dalam bentuk pra rancangan pabrik.

1. 3. ANALISA PASAR DAN PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI


Dalam menentukan kapasitas produksi yang menguntungkan, digunakan beberapa
pertimbangan, yaitu :

1.3.1. Analisa Pasar

Tabel 1.1 Data Kebutuhan Asam Sulfat Tahun 2009-2015


Produksi Dalam Data Impor Kebutuhan Total
Tahun
Negeri (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun)
2009 1.078.000 95.445 1.173.445
2010 1.078.000 118.139 1.196.139
2011 1.078.000 158.138 1.236.138
2012 1.078.000 477.420 1.555.420
2013 1.078.000 399.534 1.477.534
2014 1.078.000 415.093 1.493.093

2
2015 1.078.000 351.146 1.429.146

(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016)

Dari tabel 1.1 kebutuhan asam sulfat dari tahun 2009-2015 terus meningkat dan
produksi dalam negeri yang ada saat ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan asam
sulfat di dalam negeri sehingga impor ke negara lain dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan asam sulfat dalam negeri. Meningkatnya kebutuhan asam sulfat pada tahun-
tahun mendatang diprediksikan belum bisa terpenuhi oleh industri dalam negeri.
Sehingga untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor, maka pabrik ini layak
untuk didirikan.

1.3.2. Perencanaan Kapasitas Produksi

Produksi industri yang akan didirikan dapat ditentukan dengan menganalisa


kebutuhan asam sulfat beberapa tahun mendatang. Besar kebutuhan asam sulfat
mendatang dapat diketahui dengan menggunakan metode Least Square.

Tabel 1.2 Data perhitungan proyeksi kebutuhan asam sulfat di Indonesia


Tahun X Y X2 Y2 XY

2009 1 1.173.445 1 1.376.973.168.025 1.173.445


2010 2 1.196.139 4 1.430.748.507.321 2.392.278
2011 3 1.236.138 9 1.528.037.155.044 3.708.414
2012 4 1.555.420 16 2.419.331.376.400 6.221.680
2013 5 1.477.534 25 2.183.106.721.156 7.387.670
2014 6 1.493.093 36 2.229.326.706.649 8.958.558
2015 7 1.429.146 49 2.042.458.289.316 10.004.022

Jumlah 28 9.560.915 140 13.209.981.923.911 39.846.067

y = a + b (x--x).1)

3
( Miller, 2010)

Dimana:
y = kebutuhan asam sulfat
a = axis intersept
b = slope or regesium live
x = periode (tahun)
-x = periode (tahun)
-y = rata-rata proyeksi sorbitol
n = jumlah periode yang diobservasi

Dari data perhitungan di atas maka didapat harga :


x = 28/7 = 4
y = 9.560.915/7 = 1.365.845
28 x 9.560.915
39.845.067-
7
b= 282
140-
7
1.602 .407
= 28

= 57.229

Y
a= n
9.560.915
= 7 = 1.365.845

Dari perhitungan di atas diperoleh persamaan:


y = 1.365.845 + 57.229 (x-4)
y = 57.229x +1.136.930

Sehingga proyeksi konsumsi asam sulfat di Indonesia mendatang dapat diketahui


sebagai berikut:

4
Tabel 1.3 Proyeksi Kebutuhan Asam Sulfat di Indonesia
Urutan Tahun Tahun Kebutuhan Asam Sulfat
(x) (ton)
8 2016 1.594.762
9 2017 1.651.991
10 2018 1.709.220
11 2019 1.766.449
12 2020 1.823.678
13 2021 1.880.907
14 2022 1.938.136
15 2023 1.995.365
16 2034 2.052.594
17 2025 2.109.823
18 2026 2.167.052
19 2027 2.224.281
20 2028 2.281.510

Berikut adalah data Pabrik Asam Sulfat di Indonesia beserta kapasitasnya :

Tabel 1.4 Data Pabrik Asam Sulfat di Indonesia

Kapasitas
Pabrik Lokasi
(ton/tahun)
PT Liku Telaga Gresik, Jawa Timur 325.000
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur 678.000
PT Aktif Indo Indah Rungkut, Surabaya 15.000
PT Budi Acid Jaya Lampung Utara 60.000

Berdasarkan perkiraan proyeksi kebutuhan asam sulfat di Indonesia pada tabel 1.3
dan data pabrik asam sulfat yang ada di Indonesia pada tabel 1.4 maka prarancangan pabrik
asam sulfat direncanakan dengan kapasitas produksi sebesar 550.000 ton/tahun dan akan
beroperasi pada tahun 2020. Penentuan kapasitas produksi ini ditetapkan dengan beberapa
pertimbangan sebagai berikut :
1. Peluang pasar
Berdasarkan data proyeksi pada tahun 2020 diperkirakan kebutuhan asam sulfat
sebesar 1.823.678 ton/tahun dan total produksi dalam negeri yang sudah ada sebesar
1.078.000 ton/tahun, jika dikurangi menghasilkan peluang sebesar 745.678 ton/tahun.
Berdasarkan peluang tersebut maka kapasitas produksi yang direncanakan akan
mengurangi kebutuhan impor sebesar 73%.

5
2. Data kapasitas produksi yang sudah ada
Berdasarkan kapasitas produksi pabrik asam sulfat yang sudah ada di Indonesia,
maka kami mengambil kapasitas tersebut karena berada pada rentang antara kapasitas
maksimum dengan kapasitas minimum sehingga dapat mengurangi kebutuhan impor
pada tahun 2020.

3. Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku untuk asam sulfat didapatkan dari unit penambangan belerang di
Indonesia. Seperti yang kita ketahui Indonesia kaya akan sumber mineral salah satunya
adalah Belerang. Sampai saat ini diketahui 6 propinsi di Indonesia yang menyimpan
tambang belerang yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara,
Sulawesi Utara dan Maluku.

2,500,000

2,000,000

1,500,000

Kapasitas (ton/tahun) 1,000,000 Konsumsi


Produksi
500,000

Tahun

Gambar 1.1 Grafik Ketersediaan dan Kebutuhan Asam Sulfat di Indonesia

1. 4. PEMILIHAN LOKASI
Pemilihan lokasi secara geografis dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap
lancarnya kegiatan industri. Untuk itu pemilihan lokasi pabrik perlu dipertimbangkan
agar memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan dan dapat meminimalkan
biaya produksi. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi
diantaranya:

1. Faktor primer yang menjadi pertimbangan dalam pendirian pabrik :


a. Ketersediaan Bahan Baku

6
Bahan baku pembuatan asam sulfat adalah sulfur atau belerang yang didapat dari
unit penambangan belerang. Daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi
adanya belerang diantaranya :
1. Jawa Barat : Gunung Tangkuban Perahu, Danau Putri,
Galunggung,
Ceremai, Telaga bodas
2. Jawa tengah : Gunung Dieng
3. Jawa timur : Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Gunung Ijen.
4. Sumatera utara : Gunung Namora
5. Sulawesi utara : Gunung Mahawu, Soputan, dan Gunung Sorek Merapi
6. Maluku : Pulau Damar

Kawah pegunungan ijen, Jawa Timur merupakan penghasil belerang utama di


Indonesia dibandingkan dengan wilayah lain (Sumarti, 2010). Menurut pengelola
Taman Nasional Alas Purwo, dimana Taman Nasional tersebut membawahi antara
lain kawasan Kawah Ijen, menyebutkan bahwa sedikitnya 14 ton belerang
ditambang tiap harinya. Sementara itu berdasarkan analisa BPPTK, Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebutkan bahwa nilai tersebut hanya
sekitar 20% dari potensi yang sesungguhnya disediakan oleh alam.

b. Daerah Pemasaran
Pabrik asam sulfat terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Target penjualan utama adalah pabrik yang memproduksi pupuk karena 37% asam
sulfat banyak digunakan untuk industri pupuk. Daerah-daerah yang berpotensi
membeli yaitu PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur , PT Pupuk Sriwijaya Palembang,
PT Pupuk Kalimantan Timur, Bontang, dan Pupuk Kujang, Jawa Barat.

c. Sarana Transportasi
Lokasi pabrik harus strategis dan dekat dengan pelabuhan, sehingga dapat
mempermudah untuk pendatangan bahan baku dan pemasaran menggunakan
transportasi darat dan laut.

7
d. Utilitas
Utilitas yang diperlukan adalah air, bahan bakar dan listrik. Untuk mempermudah
pemenuhan kebutuhan utilitas tersebut lokasi pabrik berada di kawasan industri
karena di kawasan industri utilitas sudah tersedia sehingga tidak perlu untuk
membangun dari awal lagi. Beberapa kawasan industri yang ada di Indonesia yaitu
Kawasan Industri Gresik, Jawa Timur, Kawasan Industri Kujang, Cikampek,
Kawasan Industri Probolinggo, Jawa Timur dan kawasan industri lainnya.

e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan hal yang sangat menunjang dalam operasional pabrik.
Tenaga kerja di pabrik ini didapatkan dari perguruan tinggi lokal ataupun institusi
pendidikan tinggi lainnya. Tenaga ahli yang berasal dari daerah sekitar dan luar
daerah.

2. Faktor sekunder yang menjadi pertimbangan dalam pendirian pabrik :


a. Iklim dan Lingkungan
Iklim dan lingkungan merupakan salah satu indikator dalam kelancaran dan
kesinambungan proses produksi, maka dalam pemilihan lokasi pabrik dipilih yang
kelembabannya stabil, jauh dari bahaya gunung api, bukan daerah yang memiliki
frekuensi gempa tinggi, bebas banjir dan kekeringan sehingga kestabilan produksi
dapat terjamin.
b. Prasarana dan Fasilitas Sosial
Prasarana seperti jalan dan sarana transportasi lainnya harus tersedia demikian juga
fasilitas sosial seperti sarana pendidikan, ibadah, hiburan, bank, dan rumah sakit,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.

Berdasarkan beberapa pertimbangan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka


prarancangan pabrik akan didirikan di daerah Kawasan Industri Probolinggo, dengan
alasan sebagai berikut :
1. Lokasi Pabrik dekat dengan sumber bahan baku yaitu Kawah Pegunungan Ijen, Jawa
Timur. Kawah pegunungan Ijen dipilih sebagai lokasi penghasil bahan baku karena
merupakan penghasil belerang utama di Indonesia dibandingkan dengan wilayah
lain.
2. Lokasi dekat dengan salah satu target utama pemasaran yaitu PT Petrokimia Gresik
yang mana membutuhkan asam sulfat untuk memproduksi pupuk fosfat.
3. Kota Probolinggo memiliki sarana transportasi darat yang memadai, karena berada
di jalur pantura, yang menghubungkan kota-kota besar di Jawa Timur, sehingga
pengiriman produk ke daerah pemasaran tidak mengalami masalah. Adanya

8
transportasi laut juga dapat mempermudah pemasaran ke antar pulau, di kota
probolinggo terdapat pelabuhan laut tanjung tembaga.
4. Kawasan industri probolinggo terletak didaerah jawa timur yang syarat dengan
lembaga pendidikan formal maupun non formal dimana banyak dihasilkan tenaga
kerja ahli maupun non ahli, sehingga tenaga kerja mudah didapatkan.
5. Utilitas yang diperlukan adalah air, bahan bakar dan listrik, karena pabrik ini
didirikan di Kawasan Industri, maka kebutuhan tersebut diharapkan dapat dipenuhi
dengan mudah tanpa harus membangun utilitas dari awal.

Gambar 1.2 Lokasi Pendirian Pabrik


(Sumber : maps.google.co.id, 2016).

Anda mungkin juga menyukai