Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Pada 10 tahun terakhir ini negara Indonesia sedang meningkatkan

pembangunan di segala bidang khususnya bidang industri kimia. Salah satu bahan

kimianya adalah metil klorida. Metil klorida atau sering disebut klorometan

merupakan salah satu bahan kimia yang sangat penting bagi industri kimia di

Indonesia.

Metil klorida merupakan salah satu bahan yang sangat dibutuhkan dalam

industri silikon, bahan obat-obatan untuk pertanian, bahan dalam industri karet

sintetis, sebagai bahan baku pembuatan methyl sellulose, pembuatan aditif bahan

bakar (Tetra Ethyl Lead), dan dapat digunakan sebagai bahan dalam industri

pembersih lantai. (Kirk and Othmer, 1977)

Kebutuhan metil klorida di dalam negeri cukup besar sehinggan

mencukupinya masih harus mengimpor dari luar negeri. Adanya pabrik metil

klorida ini diharapkan akan memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu akan

membuka kesempatan bagi Indonesia menjadi negara pengekspor metil klorida ke

luar negeri. Selain itu akan merangsang tumbuhnya industri-industri yang

memproduksi metil klorida menjadi bahan lain sehingga perekonomian negara

menjadimeningkat.

1
2

Disamping itu dengan didirikannya pabrik ini akan membuka kesempatan

terciptanya lapangan kerja baru, dan juga dengan adanya pabrik metil klorida ini

akan mendorong berdirinya pabrik-pabrik lain yang menggunakan metil klorida

sebagai bahan baku utama dalam prosesnya. Pendirian pabrik ini didukung

dengan adanya pabrik metanol dan HCL di Indonesia, yaitu yang merupakan

bahan baku utama proses pembuatan metil klorida. Kebutuhan metil klorida di

dalam negeri dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan

perkembangan industri yang menggunakan nya.

Kami menggunakan data impor metil klorida tahun 2012-2017 dari BPS

sebagai kebutuhan metil klorida dalam negeri. Selain data kebutuhan dalam

negeri, kami juga menggunakan data kebutuhan metil klorida dunia. Alasan kami

menggunakan kedua data tersebut karena pabrik ini diproyeksikan untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri dan kebutuhan luar negeri. Dari data tersebut,

dapat diketahui bahwa kebutuhan metil klorida setiap tahunnya mengalami

peningkatan. Sehingga diperlukan metode untuk memproduksi metil klorida

dengan bahan baku yang murah, mudah dan dapat menghasilkan metil klorida

dengan kualitas dan kuantitas yang baik.

Dengan diketahuinya data impor metil klorida selama tahun 2012-2017

dan data kebutuhan metil klorida di dunia, maka dengan itu kami bisa menentukan

berapa jumlah kapasitas pabrik metil klorida pada tahun 2023 yang akan kami

dirikan.
3

1,600
kebutuhan metil klorida Indonesia (ton)

y = 61.366x2 - 316.82x + 1130.4


1,400
R² = 0.8444
1,200

1,000

800

600

400

200

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Tahun ke-

Gambar 1.1 Grafik kebutuhan metil klorida di Indonesia. Tahun ke-1 adalah data

tahun 2012, demikian seterusnya.

Kami melakukan regresi linier pada data impor metil klorida ke Indonesia,

sehingga diperoleh persamaan y = 61,366x2 - 316,82x + 1130,4. Dengan

menggunakan persamaan tersebut, diperoleh angka 6165,252 ton untuk perkiraan

impor metil klorida di Indonesia pada tahun 2023.

Tabel 1.1 Tabel kebutuhan metil klorida di dunia pada tahun 2016 (Sumber: IHS

Markit)

Wilayah % Kebutuhan Kebutuhan (ton)


AS 14% 1399500
Eropa Barat 22% 2199214,286
Asia Timur 45% 4498392,857
Asia Tenggara 10% 999642,8571
Asia selatan 8% 799714,2857
Lainnya 1% 99964,28571
Total 100% 9996428,571
4

Data kebutuhan metil klorida dunia 2016 dapat terlihat sebagaimana

tertulis di tabel di atas. Dengan perkiraan 3% peningkatan setiap tahunnya, maka

kebutuhan metil klorida pada tahun 2023 akan mencapai 12.095.678,57 ton/tahun.

Maka kami memutuskan untuk memenuhi seluruh kebutuhan metil klorida

di dalam negeri sebanyak 6165,252 ton/tahun. Untuk kebutuhan metil klorida di dunia,

kami memutuskan untuk memenuhi 5% dari kebutuhan total, yaitu sebesar 652.255

ton/tahun. Setelah dilakukan penjumlahan dan pembulatan, kapasitas metil klorida

yang akan kami produksi adalah sebesar 660.000 ton/tahun.

1.2 Lokasi Pabrik

Pemilihan lokasi pabrik sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan

pendirian pabrik nantinya, karena berpengaruh langsung terhadap nilai ekonomis

pabrik. Rencananya pabrik metil klorida ini akan didirikan di Bontang,

Kalimantan Timur. Pertimbangan pemilihan lokasi pabrik ini ada beberapa faktor,

yaitu :

1.2.1 Faktor Primer Penentu Lokasi Pabrik

Faktor primer adalah faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap

tujuan utama dari usaha pabrik tersebut. Tujuan utama ini meliputi proses

produksi dan distribusi, adapun faktor-faktor primer yang berpengaruh langsung

dalam pemilihan lokasi pabrik adalah :

1. Penyediaan Bahan Baku


5

Bahan baku dapat ditemukan dengan mudah dan jaraknya dekat,

terutama metanol yang diproduksi oleh PT Kaltim Methanol Industry

berada di Bontang, Kalimantan Timur, dan juga asam klorida yang

diproduksi oleh PT Asahimas Chemical yang berada di Cilegon.

Karena kedua bahan baku utama berada di Indonesia jadi tidak

diperlukan impor dari luar negeri, dengan itu bisa menghemat

anggaran biaya penyediaan bahan baku.

2. Pemasaran

Produk pabrik ini merupakan bahan baku untuk pembuatan silikon,

karet sintesis, metil sellulosa dan industri pertanian. Pemasaran nya

diharapkan bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, agar dapat

mengurangi kegiatan impor, atau bahkan suatu saat bisa diekspor juga

ke luar negeri. Untuk mempermudah pemasarannya nantinya lokasi

pabrik akan didirikan di dekat pelabuhan, agar mudah distribusinya.

3. Utilitas

Utilitas dalam pabrik meliputi air, bahan bakar, dan listrik. Karena

Bontang yang sudah dikenal dengan daerah industri, jadi untuk utilitas

tidak terlalu susah untuk dipenuhi pada pabrik tersebut nantinya.

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja menjadi sangat vital dalam sebuah pabrik, karena

walaupun mesin yang menjalankan tetapi tetap manusia lah yang

memegang penuh kontrol terhadap jalannya pabrik tersebut. Posisi

yang strategis di Pulau Kalimantan, yang dapat dikatakan menjadi titik


6

tengah nya Indonesia, menjadikan lokasi ini strategis, karena bisa

menyerap tenaga kerja dari Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku,

Papua dan Kalimantan itu sendiri. Hal ini juga berdampak positif bagi

negara Indonesia karena dapat memberikan lapangan kerja baru dan

mengurangi jumlah pengangguran yang ada di negara ini.

5. Transportasi

Lokasi pabrik harus yang mudah dijangkau, baik melalui jalur darat

maupun jalur laut. Di Bontang untuk jalur darat dan lautnya cukup

baik, jadi untuk transportasi kegiatan pabrik bisa terlaksana dengan

baik. Contohnya seperti untuk pengadaan bahan baku dan distribusi

produk.

1.2.2 Faktor Sekunder Penentuan Lokasi Pabrik

Faktor sekunder memang bukan faktor yang utama dalam proses

penentuan lokasi pabrik, akan tetapi sangat berpengaruh terhadap kelancaran

proses pabrik itu sendiri. Faktor-faktor sekunder tersebut meliputi :

4. Perluasan Area Pabrik

Lokasi pabrik yang berada di Bontang termasuk yang bukan lokasi

padat penduduk, jadi masih memungkinkan untuk melakukan

perluasan area pabrik, hal ini penting karena nantinya seiring

berjalnnya waktu pabrik akan membutuhkan area tambahan untuk

melakukan penambahan unit produksi, kebutuhan utilitas, ataupun

tempat penyimpanan produk dan bahan baku.


7

5. Perizinan

Lokasi pabrik dipilih di daerah kawasan industri agar memudahkan

proses perizinan nya. Karena perizinan ini nanti akan menyangkut

keselamatan orang banyak dan keberlangsungan pabrik tersebut

selama dia beroperasi.

6. Sarana Prasaran dan Transportasi

Sarana dan Prasarana ini sangat diperlukan, guna menunjang

kebutuhan hidup sumber daya manusia yang berkaitan dengan pabrik

tersebut. Contohnya seperti sarana pendidikan, tempat ibadah, bank,

dan pusat perbelanjaan. Transportasi juga tidak kalah penting, karena

setiap pabrik pasti memliki tenaga kerja yang berasal dari berbagai

wilayah, jadi ketersediaan bandara, terminal, bus atau bahkan ojek

sangat dibutuhkan disekitar pabrik maupun di daerah tersebut.

1.3 Tinjauan Pustaka

Metil klorida atau disebut klorometana merupakan senyawa organik yang

mengandung gugus klorida dengan rumus CH3Cl, mempunyai sifat-sifat antara

lain berupa zat cair tidak berwarna yang mudah menguap, berbau khas, larut

dalam air, titik didih 249 K sehingga disimpan dalam tekanan 5 atm , dan

densitas 353 g/lt. (Perry and Green, 1984)

Metil klorida dapat dibuat dengan beberapa proses, antara lain :

1. Proses klorinasi dengan bahan baku metana


8

Pada proses ini bahan baku yang digunakan adalah metana dan klorin, dengan

beberapa reaksi samping yang selain menghasilkan metil klorida atau klorometana

(CH3Cl) juga menghasilkan produk lain seperti metilena klorida (CH2Cl2) ,

kloroform (CHCl3), dan karbon tetraklorida (CCl4). Reaksi antara metana dengan

klorin bisa dikontrol untuk membuat jumlah metil klorida yang dihasilkan lebih

banyak. Jika diinginkan untuk mendapatkan jumlah metilena klorida dengan

jumlah yang lebih besar, metil klorida harus didaur ulang melewati klorinator.

Meskipun pada umumnya, senyawa yang paling diinginkan untuk diklorinasi

adalah karbon tetraklorida, sehingga kebanyakan metil klorida didaur ulang di

klorinator.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

𝐶𝐻4 + 𝐶𝑙2 → 𝐶𝐻3 𝐶𝑙 + 𝐻𝐶𝑙

𝐶𝐻3 𝐶𝑙 + 𝐶𝑙2 → 𝐶𝐻2 𝐶𝑙2 + 𝐻𝐶𝑙

𝐶𝐻2 𝐶𝑙2 + 𝐶𝑙2 → 𝐶𝐻𝐶𝑙3 + 𝐻𝐶𝑙

𝐶𝐻𝐶𝑙3 + 𝐶𝑙2 → 𝐶𝐶𝐿4 + 𝐻𝐶𝑙

Metana (kemurnian 99%) direaksikan dengan klorin dengan perbandingan 1,7

banding 1. Reaktan ini lalu dipanaskan dan kemudian dimasukkan ke reaktor.

Pada suhu 350 – 370oC, dengan tekanan sedikit diatas tekanan atmosfer, dan

waktu tinggal (residence time) yang dikontrol sehingga suhu tersebut dapat

tercapai, maka sekitar 65% methana tereaksikan. Produk yang dihasilkan


9

meliputi: 58,5 % metil klorida, 29,3% metilena klorida, 9,7% kloroform, dan 2,3

% karbon tetraklorida.

Untuk reaksi pembuatan metil klorida sendiri, reaksi ini terjadi pada suhu

sekitar 400 0C dengan tekanan 20 atm. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

Konversi reaksi yang diperoleh cukup tinggi, yaitu sekitar 90% metana menjadi

metil klorida, dengan kemurnian produk akhir mencapai 99%. (Kirk and Othmer,

1977)

2. Proses hidroklorinasi dengan bahan baku metanol dan asam klorida.

Pembuatan metil klorida dapat juga dilakukan dengan mereaksikan antara

metanol dan asam klorida, dengan bantuan katalis, baik dalam bentuk cair

maupun gas. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

𝐶𝐻3 𝑂𝐻 + 𝐻𝐶𝐿 → 𝐶𝐻3 𝐶𝑙 + 𝐻2 𝑂

Uap dari metanol dan asam klorida dicampurkan secara kontinyu kemudian

dilewatkan pada sebuah pemanas pada suhu sekitar 180oC. Campuran gas ini lalu

dilewatkan pada konverter (reaktor) dengan suhu 340-350oC. Konverter ini

dipenuhi dengan alumina gel berukuran 8-12 mesh, atau bisa juga menggunakan

katalis sejenis seperti zink klorida atau karbon aktif. Konverter ini juga dipanakan

dengan kumparan listrik atau yang sejenis.

Gas panas tadi meninggalkan konverter untuk dilewatkan ke kondenser, untuk

kemudian dikumpulkan dan dimurnikan dengan perlakuan yang mirip dengan

konverter. Hasil metil klorida kemudian akan dipisahkan dari pengotornya

menggunakan kolom destilasi.


10

Reaksi antara metanol dan asam klorida terjadi di reaktor fixed bed pada suhu

105 oC dan tekanan 2 kg/cm2 (1,935 atm). Reaksi ini bersfiat eksotermis, sehingga

dibutuhkan media pendingin untuk mengatur temperatur reaksi. Konversi metanol

yang tereaksikan menjadi metil klorida pada reaksi ini sebesar 95% (Habata, et.al.,

1957)

Dalam fase cair, dengan kisaran suhu 100-150oC, metil klorida dapat

diproduksi dengan mencampur dan mendestilasi larutan yang berisi metanol,

hidrogen klorida, dan katalis zink klorida. Yield yang diperoleh adalah 80%.

Tabel 1.2 Perbandingan klorinasi dan hidroklorinasi

No Aspek Klorinasi Metana Hidroklorinasi Metanol


Pembanding dan Asam klorida

1. Jenis reaksi Banyak reaksi samping Reaksi tunggal


2. Suhu 3500C- 3700C 100 0C- 150 0C
3. Konversi 90% 95%
4. Yield proses 85%-90% 90%-95%

Dari perbandingan kedua proses di atas, maka pembuatan metil klorida kami

rencanakan menggunakan proses yang kedua yaitu reaksi hidroklorinasi metanol

fasa gas. Pertimbangannya adalah sebagai berikut :

1. Kondisi operasi yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan

pembuatan metil klorida dari metana dan klorin sehingga energi yang

dibutuhkan lebih rendah, membuat biaya yang dibutuhkan menjadi lebih

sedikit.
11

2. Dengan menggunakan katalisator alumina gel dapat diperoleh konversi

reaksi 95% dibandingkan dengan reaksi klorinasi yang konversi reaksinya

hanya 90% dan juga tingkat kecepatan reaksi yang lebih tinggi. (US Patent

5,321,171, 1994)

3. Bahan baku yang digunakan memiliki sifat fisis (khusunya titik didih)

yang sangat berbeda dari produk (metil klorida) sehingga pemisahan

antara produk dan sisa bahan baku yang tidak bereaksi menjadi lebih

mudah, dan peralatan yang digunakan menjadi lebih sederhana.

4. Proses ini lebih sederhana karena hanya melibatkan satu reaksi. Sementara

proses klorinasi metana memiliki reaksi-reaksi lain yaitu rekasi pembuatan

metilena klorida, kloroform, dan karbon tetraklorida.

5. Yield proses hidroklorinasi metanol lebih besar, yaitu 90-95% metanol

yang berubah menjadi metil klorida. Sementara proses klorinasi metana

hanya memiliki yield 85-90% metana yang berubah menjadi metil klorida.

6. Suhu proses yang tinggi, serta adanya reaksi samping yang menghasilkan

produk lain, membuat proses klorinasi metana membutuhkan biaya yang

lebih besar dibandingkan proses klorinasi metanol.

7. Proses hidroklorinasi fase gas memiliki yield yang lebih tinggi

dibandingkan proses hidroklorinasi fase fase cair.

Anda mungkin juga menyukai