2
3
4
5
6
7
Peta Konsep
1. 8
TERMOD
INAMIK
Reaksi kimia berlangsung dengan menyerap atau membebaskan kalor.
Reaksi yang membebaskan kalor disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi yang
menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Contoh reaksi eksoterm yaitu
pembakaran gas alam dalam kompor, sedangkan contoh reaksi endoterm yaitu
beras yang berubah menjadi nasi. Reaksi eksoterm umumnya berlangsung lebih
dramatis daripada reaksi endoterm. Jumlah kalor yang menyertai (dibebaskan atau
diserap) suatu reaksi kita sebut kalor reaksi. Termodinamika adalah cabang dari
ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi. Fokus bahasan dalam
termodinamika adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah
tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi tersebut. Pada bagian pertama
dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar termodinamika, termasuk
pengertian kalor reaksi; pada bagian kedua akan dibahas cara penentuan kalor
reaksi, sedangkan pada bagian akhir akan dibahas kalor dari berbagai jenis bahan
bakar.
Contoh.
Jika sepotong pita magnesium kita masukkan ke dalam larutan asam
klorida, maka pita magnesium akan segera larut (bereaksi dengan HC1)
disertai pembebasan kalor yang menyebabkan gelas kimia tempat reaksi itu
berlangsung beserta isinya menjadi panas. Campuran pita magnesium dan
larutan HCl itu kita sebut sistem, sedangkan gelas kimia tempat reaksi itu
berlangsung serta udara sekitarnya kita sebut lingkungan.
10
Gambar 1.1 Sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem terisolasi
Sistem dikatakan terbuka jika antara sistem dan lingkungan dapat
mengalami pertukaran materi dan energi. Pertukaran materi artinya ada basil
reaksi yang dapat meninggalkan sistem (wadah reaksi), misalnya gas, atau ada
sesuatu dari lingkungan yang dapat memasuki sistem. Sistem pada Gambar 1.1
tergolong sistem terbuka. Selanjutnya, sistem dikatakan tertutup jika antara sistem
dan lingkungan tidak dapat terjadi pertukaran materi, tetapi dapat terjadi
pertukaran energi. Pada sistem terisolasi, tidak terjadi pertukaran materi maupun
energi dengan lingkungannya.
Lingkungan
= q (kalor) + w (kerja)
Dalam hal ini, q kita sebut kalor reaksi ().
Sekarang, marilah kita perhatikan jika reaksi berlangsung pada sistem
tertutup dengan volum tetap. Jika berlangsung pada volum tetap (V = 0), berarti
sistem tidak melakukan kerja (w = 0). Hal itu berarti bahwa semua perubahan
12
energi dalam yang menyertai reaksi akan muncul sebagai kalor. Jika kalor reaksi
pada volum tetap dinyatakan dengan qv.
Hal itu berarti bahwa semua perubahan energi dalam yang menyertai
reaksi akan muncul sebagai kalor.
Contoh.
Suatu reaksi berlangsung pada volum tetap dengan perubahan energi dalam
() sebesar —100 kJ, maka jumlah kalor yang menyertai reaksi itu (q)
adalah —100 kJ.
= qp + w atau qp = dE — w
Contoh:
Suatu reaksi eksoterm mempunyai = —100 kJ. Sistem melakukan
kerja - 5 kJ, maka jumlah kalor yang dibebaskan ( adalah:
qp = — w
= -100 kJ — (-5 kJ)
= - 95 kJ
Jadi, jelaslah bahwa kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap (di
mana volum dapat berubah) dapat berbeda dari kalor reaksi yang berlangsung
pada volum tetap.
Kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap dikaitkan dengan sifat
lain dari sistem, yaitu entalpi yang dinyatakan dengan lambang H. Entalpi juga
menyatakan sejumlah energi yang dimiliki sistem. Sama halnya dengan energi
dalam, nilai absolut dari entalpi tidak dapat diukur, tetapi perubahan entalpi yang
menyertai suatu proses dapat ditentukan. Kalor reaksi yang berlangsung pada
tekanan tetap sama dengan perubahan entalpi () sistem.
13
Sekarang, kita mempunyai besaran untuk menyatakan kalor reaksi yang
berlangsung pada tekanan tetap, yaitu sama dengan perubahan entalpinya.
Reaksi pada tekanan tetap :
Reaksi pada volum tetap :
Oleh karena sebagian besar reaksi berlangsung pada tekanan tetap, yaitu
tekanan atmosfir, maka kalor reaksi biasanya dinyatakan sebagai perubahan
entalpi ()
Eksoterm Endoterm
Gambar 1.3 Aliran kalor pada reaksi eksoterm dan endoterm
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi
sistem akan bertambah, artinya entalpi produk (HP) lebih besar daripada entalpi
pereaksi (HR). Akibatnya, perubahan entalpi (), yaitu selisih antara entalpi produk
dengan entalpi pereaksi (Hp — HR) bertanda positif.
f. Persamaan Termodimika
Kita sudah terbiasa dengan istilah persamaan reaksi, bukan? Persamaan reaksi
merupakan rumusan reaksi, berisi rumus kimia zat-zat pereaksi dan zat-zat basil reaksi.
Nah, apa yang dimaksud dengan persamaan termodinamika? Persamaan termodinamika
adalah persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya.
Nilai yang dituliskan pada persamaan termodinamika disesuaikan dengan
stoikiometri reaksi, artinya jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan
koefisien reaksinya. Selanjutnya, karena entalpi reaksi juga bergantung pada
wujud zat yang terlibat dalam reaksi, maka wujud atau keadaan zat harus
dinyatakan, yaitu dengan membubuhkan indeks s untuk zat padat, 1 untuk zat cair,
dan g untuk zat gas. Perhatikan dua contoh berikut.
Contoh 1:
Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen dibebaskan 286
kJ. Kata "dibebaskan" menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh karena
itu, = –286 kJ untuk setiap mol air yang terbentuk. Persamaan termodinamikanya
adalah:
Contoh 2:
Untuk menguraikan 1 mol amonia menjadi gas nitrogen dan gas hidrogen
15
diperlukan kalor 46 kJ. Kata "diperlukan" menunjukkan bahwa reaksi tergolong
endoterm. Oleh karena itu, = +46 kJ untuk setiap mol amonia yang diuraikan.
Persamaan termodinamikanya adalah:
Soal:
1. Tuliskanlah persamaan termodinamika untuk masing-masing reaksi berikut.
a. Pembakaran 1 mol gas etena membentuk karbon dioksida dan uap air
menghasilkan 142 kJ.
b. Reaksi antara 1 mol Fe2O3 dengan karbon membentuk besi dan karbon
monoksida memerlukan 621 kJ.
c. Untuk menguraikan 1 mol kalsium karbonat (CaCO3) menjadi kalsium
oksida dan karbon dioksida diperlukan 178,5 kJ.
2. Diketahui persamaan termodinamika:
2SO2(g) + 02(g) —> 2SO3(l) = –198 kJ
a. Berapakah perubahan entalpi jika SO2 yang bereaksi 1 mol?
b. Berapakah perubahan entalpi jika SO3 yang berbentuk sebanyak 20
gram? (Ar S = 32, O = 16)
c. Berapakah perubahan entalpi jika volum SO3 yang terjadi 10 L (25°C, 1
atm)?
3. Apa yang dimaksud dengan energi dalam?
Apakah energi dalam sistem bertambah atau berkurang jika:
a. sistem melepas kalor? b. sistem melakukan kerja?
4. Suatu sistem gas menerima kerja sebesar 10 kJ dan melepas kalor sebanyak 6
kJ. Berapakah perubahan energi dalam sistem itu?
6. Bagaimanakah tanda MI pada reaksi berikut ini, positif atau negatif? Jelaskan.
a. H20(/) —> H20(g)
b. C2H5OH(g) + 302(g) —> CO2(g) + 3H20(/)
16
7. Perhatikan persamaan termodinamika berikut.
17
pengukurannya dinyatakan dengan lambang saja.
Contoh:
Entalpi pembentukan etanol [C2H5OH(/)] adalah —277,7 kJ mol-1. Berarti,
pembentukan 1 mol (= 46 gram) etanol dari unsur-unsurnya dalam bentuk standar,
yaitu karbon (grafit), gas hidrogen, dan gas oksigen, yang diukur pada 298K, 1
atm disertai pembebasan kalor sebanyak 277,7 kJ. Persamaan termodinamikanya
adalah:
2C(s, grafit) + 3H2(g) + 1/2O2(g) —> C2H5OH(/) = —277,7 kJ
Dua hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan entalpi pembentukan yaitu:
Bahwa zat yang dibentuk adalah 1 mol, dan
Dibentuk dari unsurnya dalam bentuk standar.
Pada Tabel 1.2.1 diberikan nilai entalpi pembentukan dari berbagai zat
serta persamaan termodinamika reaksi pembentukannya. Daftar yang lebih
lengkap dapat dilihat pada bagian Lampiran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan entalpi pembentukan antara lain:
1. Pada umumnya, entalpi pembentukan senyawa bertanda negatif. Hal itu
menunjukkan bahwa senyawa yang bersangkutan lebih stabil daripada
unsur-unsurnya.
2. Entalpi pembentukan unsur dalam bentuk standarnya, misalnya entalpi
pembentukan grafit, ditetapkan sama dengan nol.
Perhatikanlah dengan baik hubungan antara nilai entalpi pembentukan dengan
persamaan termodinamika reaksi pembentukannya, sehingga jika Anda
mengetahui nilai entalpi pembentukan suatu zat, Anda dapat menuliskan
persamaan termodinamika yang sesuai.
19
Bentuk standar dari natrium adalah padatan, sedangkan klorin adalah gas
diatomik Maka, persamaan termodinamika pembentukan NaC1 adalah:
Na(s) + 2Cl2(g) —> NaCl(s) = -401,9 KJ
Pembakaran bensin adalah suatu proses eksoterm. Apabila bensin dianggap terdiri
atas isooktana, C8H18 (sebenarnya isooktana hanyalah salah satu komponen
bensin), tentukanlah jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 1 liter
bensin. Diketahui entalpi pembakaran isooktana = -5.460 kJ mol-1 dan massa jenis
isooktana = 0,7 kg L-1. (Ar H = 1; C = 12).
Jawab:
Dalam hal ini telah diketahui entalpi pembakaran isooktana, yaitu -5.460 kJ mol-i.
Maka, yang diperlukan adalah menentukan jumlah mol isooktana dalam 1 liter
bensin tersebut.
a. Kalorimeter
Misalkan Anda diminta menentukan jumlah kalor yang dihasilkan pada
pembakaran secarik kertas, bagaimanakah Anda melakukannya?
Kalor reaksi dapat ditentukan melalui percobaan, yaitu dengan kalorimeter.
Namun demikian, penentuan kalor reaksi melalui percobaan bukanlah pekerjaan
yang mudah. Henry Hess, seorang ahli kimia dan Rusia kelahiran Swiss,
menemukan cara lain untuk dapat menentukan kalor reaksi, yaitu berdasarkan data
termokimia yang ada, jadi tidak hams melalui percobaan. Kita akan membahas
penentuan kalor reaksi, melalui percobaan dan berdasarkan penemuan Hess.
qair = m x c x
qbom = C x
dengan, q = jumlah kalor
m = massa air (larutan) di dalam kalorimeter
c = kalor jenis air (larutan) di dalam kalorimeter
C = kapasitas kalor dan bom kalorimeter
= kenaikan suhu larutan (kalorimeter)
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor
reaksi sama dengan kalor yang diserap oleh air (larutan) dan born, tetapi tandanya
berbeda.
qreaksi = - (qair + qbom)
Kalorimeter bom terdiri dari tabung baja tebal dengan tutup kedap udara.
Sejumlah tertentu zat yang akan diuji ditempatkan dalam cawan platina dan
sebuah "kumparan besi” yang diketahui beratnya (yang juga akan dibakar)
ditempatkan pula pada cawan platina sedemikian sehingga menempel pada zat
yang akan diuji.
Kalorimeter bom kemudian ditutup dan tutupnya lalu dikencangkan.
Setelah itu "bom" diisi dengan O2 hingga tekanannya mencapai 25 atm.
Kemudian "bom" dimasukkan ke dalam kalorimeter yang diisi air.
Setelah semuanya tersusun, sejumlah tertentu aliran listrik dialirkan ke
kawat besi dan setelah terjadi pambakaran, kenaikan suhu diukur.
Kapasitas panas (atau harga air) “bom”, kalorimeter, pengaduk, dan
termometer ditentukan dengan percobaan terpisah dengan menggunakan zat yang
diketahui panas pembakarannyadengan tepat (Biasanya asam benzoat)
Cara Kerja Kalorimeter Bom:
1. Susun alat kalorimeter.
22
2. Isi gelas kimia dengan 50ml NaOH
3. Isi gelas kimia dengan 50ml HCL 0,1M. Ukur dan cata suhu setiap larutan.
4. Tuangkan 100ml NaOH 1M ke dalam calorimeter, disusul 100ml HCL M.
5. Tutup kalorimeter dengan karet penyumbat lalu aduk campuran larutan.
6. Catat suhu campuran larutan.
b. Hukum Hess
Hukum Hess berkaitan dengan reaksi-reaksi yang dapat dilangsungkan
menurut dua atau lebih cara (lintasan). Contohnya, yaitu reaksi antara karbon
(grafit) dengan oksigen membentuk karbon dioksida. Misalkan, kita mempunyai 1
mol karbon dan 1 mol oksigen. Kedua zat ini dapat bereaksi membentuk 1 mol
karbon dioksida. Reaksinya dapat dilangsungkan menurut dua cara sebagai
berikut.
Cara-1: Reaksi satu tahap
23
Satu mol karbon direaksikan dengan 1 mol oksigen, sehingga membentuk
1 mol karbon dioksida.
C(s) + O2(g) —> CO2(g)
Cara-2: Reaksi dua tahap
Tahap-1: Satu mol karbon mula-mula direaksikan dengan ½ mol oksigen
(setengah mol oksigen masih tersisa) sehingga terbentuk 1 mol karbon
monoksida.
C(s) + ½ O2(g) —> CO(g)
Tahap-2: Gas karbon monoksida yang terbentuk pada tahap-1 direaksikan
dengan 1/2 mol oksigen yang tersisa, sehingga terbentuk 1 mol karbon
dioksida.
CO(g) + ½ O2(g) —> CO2(g)
Jika Tahap-1 dan Tahap-2 menurut cara yang kedua ini dijumlahkan,
ternyata hasilnya sama dengan Cara-1, yaitu reaksi 1 mol karbon dengan 1 mol
oksigen membentuk 1 mol karbon dioksida.
Tahap-1: C(s) + ½ O2(g) —> CO(g)
Tahap-2: CO(g) + ½ O2(g) —> CO2(g) +
C(s) + O2(g) —> CO2(g)
Pada tahun 1940, Henry Hess menemukan bahwa kalor reaksi dari kedua cara
di adalah sama.
Cara-1:
C(s) + O2(g) —> CO2(g) = -394 kJ …..……. (1)
Cara-2:
Tahap-1: C(s) + ½ O2(g) —> CO(g) = -111 kJ ….….. (2)
Contoh:
26
C8H18(l) + 1202(g) —> 8CO2(g) + 9H20(g) = -5.460 kJ
Pembakaran tak sempurna isooktana menghasilkan karbon monoksida di
samping karbon dioksida dan air. Semakin tak sempurna pembakaran, semakin
sempurna banyak karbon monoksida yang dihasilkan. Selain itu, pada
pembakaran tak sempurna mungkin saja sebagian dan hidrokarbon (bahan
bakar) tidak terbakar atau menghasilkan partikel karbon (yang merupakan
komponen asap). Berikut beberapa kemungkinan pembakaran tak sempurna
isooktana.
C8H18(l) + 802(g) —> 7CO2(g) + CO(g) + 9H20(g) = -5.170,2 kJ
C8H18(l) + 802(g) —> 6CO2(g) + 2C0(g) + 9H20(g) = -4.887,2 kJ
C8H18(l) + 802(g) —> 6C0(g) + 9H20(g) = -2.924,4 kJ
5. Pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat berupa kalor dan
kerja.
6. Total energi yang dimiliki sistem disebut energi dalam (E). Energi dalam
tidak dapat ditentukan jumlahnya, tetapi perubahan energi dalam (AE)
27
yang menyertai suatu proses dapat ditentukan.
Kalor reaksi yang berlangsung pada volum tetap sama dengan perubahan
energi dalam sistem (.E).
13. Selain entalpi molar pembentukan terdapat entalpi molar lainnya, seperti
entalpi molar pembakaran dan entalpi molar peruraian
14. Perubahan entalpi reaksi dapat ditentukan berdasarkan:
percobaan (kalorimetri)
Hukum Hess
data entalpi pembentukan
data energi ikatan
28
1.6. Latihan
I. PILIHAN GANDA
1. Suatu proses berlangsung dengan sistem menyerap 10 kJ dan menerima kerja
sebesar 100 J. Perubahan energi dalam sistem itu adalah....
A. 9 kJ D. 11 kJ
B. 9,9 kJ E. 110 kJ
C. 10,1 kJ
2. Diketahui persamaan termokimia:
C(s) + 02(g) —> CO2(g) = -400 kJ
Jika entalpi 1 mol C(s) + 1 mol 02(g) = HR dan entalpi 1 mol CO2(g) =
Hp, maka . . .
A. HR = -400 kJ D. Hp - HR = -400 kJ
B. Hp = -400 kJ E. HR - Hp = -400 kJ
C. HR + Hp = -400 kJ
7. Pada pembakaran 1 gram gas metana (CH4) dibebaskan 55,6 kJ. Persamaan
termokimia yang menggambarkan reaksi pembakaran metana adalah . . . .
A. CH4(g) + 202(g) —> CO2(g) + 2H20(l) = –55,6 kJ
B. CH4(g) + 202(g) —> CO2(g) + 2H20(/) = +55,6 kJ
C. CH4(g) + 202(g) —> CO2(g) + 2H20(/) = –889,6 kJ
D. CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H20(l) = +889,6 kJ
E. CH4(g) —> 2C(s) + 2H2(g) = –55,6 kJ
9. Jika diketahui H2(g) + Br2(g) —> 2HBr(g) = –72 kJ, maka untuk dapat
menguraikan 11,2 dm' (pada STP) gas HBr menjadi H2 dan Br2, diperlukan
kalor sebanyak . . . .
A. 9 kJ D. 72 kJ
B. 18 kJ E. 144 kJ
C. 36 kJ
10. Apabila 100 mL larutan NaOH 1 M direaksikan dengan 100 mL larutan HCl 1
M dalam sebuah bejana, ternyata suhu larutan naik dari 29°C menjadi 37,5°C.
Jika kalor jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air = 4,2 J/°C, maka
perubahan entalpi reaksi NaOH(aq) + HC1(aq) NaCl(aq) + H20(1) adalah....
A. -45,9 kJ D. -77,7 kJ
B. -54,6 kJ E. -82,3 kJ
C. -71,4 kJ
30
11. Pada penetralan 100 mL 0,1 M NaOH dengan larutan HC1 (berlebihan), volum
akhir larutan adalah 130 mL dan suhu larutan naik 1,1°C. Jika kapasitas kalor
wadah diabaikan dan kalor jenis larutan dianggap adalah 4 J g-1 K-1, maka
entalpi netralisasi NaOH dengan HC1, dalam J mol-l adalah . . . .
A. 130 x 1,1 x 4 D. 100 x 1,1 x 4
B. 130 x 1,1 x 4 x 10 E. 100 x 1,1 x 4 x 100
C. 130 x 1,1 x 4 x 100
12. Dalam suatu reaksi kimia dibebaskan 8,4 kJ energi. Jika kalor ini digunakan
untuk memanaskan 100 cm3 air, maka kenaikan suhunya ialah . . . . (kalor jenis
air = 4,2 Jg-1°C-1)
A. 4,2°C D. 20°C
B. 8,4°C E. 40°C
C. 16,8°C
31
17. Diketahui entalpi pembakaran siklopropana (CH2)3 (g) = -a kJ mot-1; entalpi
pembentukan CO2(g) = -b kJ mol-i dan entalpi pembentukan H20(1) = -c kJ
mol-1. Entalpi pembentukan siklopropana (dalam kJ mol-1) adalah . . . .
A. a - 3b - 3c D. a + 3b + 3c
B. a - 3b + 3c E. -a + 3b + 3c
C. a+3b-3c
19. Manakah di antara reaksi berikut yang perubahan entalpinya sama dengan
energi ikatan I-I?
A. I2(s) —> 2I(g) D. ½ I2(g) —>I(g)
B. I2(s) —> I2(g) E. ½ I2(s) —>I(g)
C. I2(g) —> 2I(g)
II. ESAI
1. Jika 50 mL asam sulfat 1 M direaksikan dengan 100 mL natrium hidroksida 1
32
M, terjadi kenaikan suhu sebesar 8,6°C. Jika 25 mL asam sulfat 1 M
direaksikan dengan 125 mL natrium hidroksida 1 M, terjadi kenaikan suhu
4,3°C. Jika 100 mL asam sulfat 1 M direaksikan dengan 50 mL natrium
hidroksida 1 M, kenaikan suhu juga 4,3°C. Jelaskan:
a. mengapa kenaikan suhu pada percobaan kedua dan ketiga sama besarnya?
b. mengapa kenaikan suhu pada percobaan kedua dan ketiga hanya separo dan
percobaan pertama?
2. Diketahui:
H2(g) + ½ O2(g) —> H2O(g) = -242 kJ
2H(g) + O(g) —> H2O(g) = -927
2H(g) + 2O(g) —> H2O2(g) = -1.070,5 kJ
2O(g) —> O2(g) = -495
H202(/) —> H2O2(g) = 51,5 kJ
Berdasarkan data di atas, tentukanlah entalpi pembentukan H2O2(/)
3. Pada pembakaran sempurna 1 liter (STP) suatu sampel gas alam dihasilkan
kalor sebanyak 43,6 U. Jika gas alam tersebut hanya mengandung metana
(CH4) dan etana (C2H6), tentukanlah persen volum metana dalam campuran
tersebut. (Alif° dan CH4 = -75 kJ mot1; C2H6 = -85 Id morl; CO2 = -393,5 kJ
morl; H2O = -286 kJ morl)
4. Sebanyak 0,58 gram gas butana dibakar dalam sebuah kalorimeter bom yang
berisi 500 mL air dengan suhu 30°C. Setelah reaksi, suhu air dalam
kalorimeter naik menjadi 43,7°C. Jika kapasitas kalor kalorimeter diabaikan,
sedangkan kalor jenis air adalah 4,18 J g-I °C-1, tentukanlah entalpi
pembakaran butana.
33
Peta Konsep
34
2. LAJU
REAKSI
Reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Ada reaksi
yang berlangsung sangat cepat, misalnya ledakan dinamit; ada jugs reaksi yang
berlangsung sangat lambat, misalnya perkaratan besi atau fosilisasi sisa organisme.
Kebanyakan reaksi berlangsung dengan laju di antara dua laju ekstrem tersebut.
Selain itu, laju reaksi ternyata dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti suhu,
konsentrasi, dan faktor lainnya. Bahasan utama dalam bab ini adalah mengenai
faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pengetahuan itu dapat kita gunakan
untuk mengendalikan laju suatu reaksi sehingga sesuai dengan keinginan kita.
Pada awal bab ini akan dibahas tentang kemolaran, yaitu salah satu cara
menyatakan konsentrasi atau kepekatan larutan. Selanjutnya, pada bagian kedua
akan dibahas konsep atau pengertian laju reaksi, cara menyatakan serta cara
menentukannya. Pada bagian ketiga akan dibahas berbagai faktor yang
mempengaruhi laju reaksi serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dan
industri. Pada bagian keempat akan dibahas persamaan laju reaksi, yang
membahas hubungan kuantitatif laju reaksi dengan konsentrasi pereaksi.
Selanjutnya, pada bagian terakhir akan dibahas teori tumbukan yang memberikan
35
penjelasan teoritis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.1. Kemolaran
Untuk sistem gas, V menyatakan volum gas (volum ruangan yang ditempati gas).
Pada subbab ini akan dibahas cara mengencerkan larutan dan cara membuat
larutan dengan kemolaran tertentu.
a. Pengenceran Larutan
Ketika bekerja di laboratorium, kita seringkali perlu mengencerkan
larutan, yaitu memperkecil konsentrasi larutan dengan jalan menambahkan
sejumlah tertentu pelarut. Pengenceran menyebabkan volum dan kemolaran
larutan berubah, tetapi jumlah zat terlarut tidaklah berubah.
Oleh karena pengenceran tidak mengubah jumlah mol zat terlarut, maka
n1 = n2 atau V1 M1 = V2 M2
V1 M1 = V2 M2
36
Untuk lebih memahami rumus di atas, perhatikanlah contoh soal berikut.
Contoh Soal 3.1 Pengenceran larutan
Diketahui: V1 = 100 mL, M1 = 0,5, dan M2 = 0,2 M. Misalkan volum air yang
harus ditambahkan
= x mL, maka volum akhir larutan, V2 = (100 + x) mL. Dengan menggunakan
rumus pengenceran,
V2 dapat ditentukan sehagai berikut.
V 1 M 1 = V2 M2
100 x 0,5 = (100 + X) X
50 = 0
= 20 + 0,2x
0,2
30
150
x = 30
37
Contoh:
Membuat 500 mL larutan NaOH 1 M dari kristal NaOH murni Prosedur
penyiapan larutan melalui beberapa tahap sebagai berikut.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu neraca, botol timbang,
labu ukur 500 mL, sendok stainless steel, kristal NaOH, dan akuades.
2. Menghitung jumlah NaOH yang diperlukan.
Jumlah mol NaOH = 500 mL x 1 mmol mL-1
= 500 mmol (= 0,5 mol)
Massa NaOH = 0,5 mol x 40 g mol-1
= 20 g
3. Menimbang 20 gram kristal NaOH.
4. Melarutkan NaOH itu dengan kira-kira 300 mL akuades dalam labu ukur
500 mL. Setelah kristal NaOH itu larut seluruhnya, ditambahkan lagi
akuades hingga volum larutan tepat 500 mL.
a b c d e
Gambar 3.2 Membuat larutan dengan kemolaran tertentu dari zat terlarut yang berwujud
padat.
(a) Zat terlarut padat dimasukkan ke dalam labu ukur.
(b) Air ditambahkan hingga kira-kira sepertiga labu.
(c) Labu kemudian diguncang-guncangkan sehingga semua padatan larut.
(d) Selanjutnya air ditambahkan hingga garis ukuran labu.
(e) Labu ditutup, kemudian diaduk dengan cara membalikkannya beberapa kali
1. Tulislah langkah kerja untuk membuat 200 mL larutan NaCI 0,1 M dari
kristal NaCI murni.
38
2. Buatlah larutan tersebut setelah langkah kerja yang Anda susun disetujui
oleh guru/pembimbing.
b.2.. Pengeneeran Larutan Pekat
Di antara zat yang tersedia dalam bentuk larutan pekat adalah berbagai
jenis asam dan amonia. Misalnya, asam sulfat biasanya diperdagangkan berupa
larutan dengan kadar 98% dan massa jenis 1,8 kg L-1.
Kemolaran larutan pekat dapat ditentukan jika kadar dan massa jenisnya
diketahui, aitu dengan menggunakan rumus:
dengan, M = kemolaran
p = massa jenis
kadar = % massa
mm = massa molar
Larutan pekat biasanya berasap (mudah menguap) dan sangat korosif. Oleh
karena itu. pembuatan larutan dari larutan pekat hams dilakukan dalam lemari
asam dan dikerjakan dengan hati-hati dengan mengikuti semua aturan
keselamatan.
Contoh:
Membuat 200 mL H2SO4 4 M dari asam sulfat 98%, massa jenis 1,8 kg L-1 Cara
kerja pembuatan larutan sebagai berikut.
1. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu labu ukur 200 mL, gelas kimia 200 mL,
pipet ukur, asam sulfat pekat, dan akuades.
2. Menghitung volum asam sulfat pekat yang diperlukan.
Kemolaran asam sulfat pekat:
1,8x10 x 98
98 =18 molL-1
Volum asam sulfat pekat yang diperlukan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus pengenceran:
VI MI = V2 M2 V1 x 18 = 200 x 4
V1 = 44,44 mL
Mengambil 44,44 mL asam sulfat pekat menggunakan pipet ukur.
(a) Laju pesawat Concord (b) Laju pompa bensin (c) Laju mesin cetak
Telah disebutkan pada subbab sebelumnya bahwa laju reaksi ditentukan melalui
percobaan, yaitu dengan mengukur banyaknya pereaksi yang dihabiskan atau
banyaknya produk yang dihasilkan pada selang waktu tertentu. Sebagai contoh,
laju reaksi antara magnesium dengan larutan HC1 dapat ditentukan dengan
40
mengukur jumlah salah satu produknya, yaitu gas hidrogen (lihat Gambar 3.4).
Sepotong pita magnesium ditempatkan pada satu sisi dari labu bersekat,
sedangkan sisi lainnya diisi dengan larutan HC1. Setelah siring terpasang, labu
dimiringkan sehingga kedua zat pereaksi bercampur. Bersamaan dengan itu
stopwatch dihidupkan. Gas hidrogen yang terbentuk akan mengisi siring.
Volumnya dapat dicatat tiap interval waktu tertentu, misalnya selang 1 menit.
Berikut disajikan suatu hasil percobaan dengan reaksi tersebut.
Volum H2 (cm3
Waktu (menit) )
0 0
1 14
2 25
3 33
4 38
5 40
6 40
7 40
1. Pada menit pertama dihasilkan 14 cm3 gas hidrogen. Jadi, laju reaksi pada
menit pertama adalah 14 cm3 hidrogen per menit. Pada menit kedua
dihasilkan 11 cm3 gas hidrogen (25 — 14). Jadi, laju reaksi pada menit
kedua adalah 11 cm3 gas hidrogen per menit. Perhatikanlah bahwa laju
reaksi berubah sepanjang waktu reaksi. Laju terbesar terjadi pada awal
reaksi, dan semakin lama semakin kecil.
41
2. Kemiringan kurva berubah setiap saat. Kemiringan berkurang seiring
dengan berkurangnya laju reaksi. Kemiringan (gradien) terbesar terjadi
pada menit pertama dan semakin kecil pada menit-menit berikutnya.
3. Setelah menit kelima, volum gas hidrogen tidak lagi bertambah, reaksi
telah selesai dan kurva menjadi datar.
4. Volum total gas hidrogen yang dihasilkan sebanyak 40 cm3, yaitu dalam
waktu 5 menit.
Laju reaksi rata-rata = 40 cm3/5 menit = 8 cm3 gas hidrogen per menit.
Contoh Soal:
1. Berdasarkan bentuk kurva pada Gambar 3.4, bagaimana
kita mengetahui kapan suatu reaksi selesai?
2. Mengacu pada Gambar 3.4,
a. berapa volum gas hidrogen yang terbentuk pada menit
ke 2,5 dan pada menit ke 3,5?
b. berapa menit diperlukan untuk memperoleh hidrogen sebanyak:
i. 10 cm3? ii. 20 cm3?
c. berapakah laju reaksi pada menit keempat dan pada menit kelima?
d. berapakah laju rata-rata reaksi selama:
e. i. 2 menit pertama? ii. 4 menit pertama?
3. Sejumlah tertentu logam magnesium direaksikan dengan asam klorida
berlebih. Volum gas hidrogen yang terbentuk dicatat setiap menit
dan hasilnya diberikan pada tabel berikut.
Waktu (menit) 0 1 2 3 4 5 6 7
Volum H2 (CM ) 0 14 23 31 38 40 40 40
42
kayu terbakar lebih cepat daripada balok kayu. Dalam bagian ini akan dibahas
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pengetahuan tentang hal ini
memungkinkan kita dapat mengendalikan laju reaksi, yaitu melambatkan reaksi
yang merugikan dan menambah laju reaksi yang menguntungkan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
43
Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi dapat dipelajari dengan mengulangi
reaksi magnes,ium dengan asam klorida. Kini percobaan perlu dilakukan minimal
2 kali, masing:-nasing dengan konsentrasi HC1 yang berbeda, sementara semua
faktor lain dibuat sama, .eperti volum HC1, bentuk dan massa magnesium, serta
suhu. Dengan demikian, perubaha reaksi semata-mata karena perubahan
konsentrasi HC1 (lihat Gambar 3.6)
2.3.c. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
reaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan
memperkecil volum akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi.
Industri yang melibatkan pereaksi berupa gas, banyak yang dilangsungkan pada
tekanan tinggi, misalnya pembuatan amonia yang menggunakan tekanan hingga
400 atm.
44
Gambar 23.1 Hubungan antara konsentrasi gas dengan tekanan/volum
2.3.d. Suhu
Jawab:
Kenaikan suhu dari 25°C menjadi 55°C adalah 30°C = 3
x 10°C. Maka laju reaksi menjadi:
45
= 2 x 2 x 2 xxMs-1
= 23x M s-1
= 8x M s-1
Untuk jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.
Suhu : 25°C 35°C 45°C 55°C
2.3.e Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi zat itu
sendiri tidak mengalami perubahan yang kekal (tidak dikonsumsi atau tidak
dihabiskan). Contohnya adalah aksi larutan besi(III) klorida (FeC13) terhadap
peruraian larutan hidrogen peroksida (H202). Hidrogen peroksida (H202) dapat
terurai menjadi air dan gas oksigen menurut persamaan:
Pada suhu kamar, reaksi itu berlangsung sangat lambat sehingga praktis
tidak teramati. Namun, reaksi akan berlangsung hebat jika larutan FeC13
ditambahkan. Larutan FeC13 (yang berwarna kuning jingga), mula-mula
mengubah warna campuran menjadi cokelat tetapi pada akhir reaksi kembali
berwarna kuning jingga. Hal ini menunjukkan bahwa FeC13 tidak dikonsumsi
dalam reaksi tersebut. Untuk mengamati pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
Mn02
2KC103(s) ---------> 2KC1(s) + 302(g)
46
Banyak proses industri yang menggunakan katalis, sehingga prosesnya
dapat berlangsung lebih cepat dan biaya produksi dapat dikurangi. Beberapa di
antaranya diberikan dalam Tabel 3.2.
Salah satu proses industri yang menggunakan katalis adalah proses Haber
dalam sintesis amonia dan gas nitrogen dan hidrogen menurut reaksi:
47
hanya dapat mengatalisis satu reaksi spesifik. Enzim yang mengatalisis
peruraian sukrosa tidak dapat mengatalisis peruraian maltosa, dan sebaliknya.
Enzim dapat meningkatkan laju reaksi dengan faktor 103 hingga 106
(bandingkan dengan pengaruh suhti, kenaikan suhu 10°C atau 20°C umumnya
hanya meningkatkan laju reaksi dengan faktor 2 hingga 10).
Salah satu keburukan katalis yaitu katalis dapat diracuni sehingga
menjadi tidak aktif. Sebagai contohnya, pengubah katalitik yang dipasang pada
knalpot kendaraan bermotor dapat diracuni oleh timah hitam (timbel).
mA + nB pC + qD
Persamaan laju:
v=
dengan, k = adalah tetapan jenis reaksi
k[A]x[B]''
x = adalah orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi A
y = adalah orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi B
Tetapan jenis reaksi (k) adalah suatu tetapan yang harganya bergantung
pada jenis pereaksi, suhu, dan katalis. Setiap reaksi mempunyai harga k tertentu
pada suhu tertentu. Harga k akan berubah jika suhu berubah. Reaksi yang
berlangsung cepat mempunyai harga k yang besar, sedangkan reaksi yang
berlangsung lambat mempunyai harga k !.ang kecil. Kenaikan suhu dan
penggunaan katalis umumnya memperbesar harga k.
48
Pangkat konsentrasi pereaksi pada persamaan laju reaksi disebut orde
atau tingkat reaksi. Reaksi (3.1) di atas berorde x terhadap A dan berorde y
terhadap B. Orde reaksi keseluruhan adalah x + y. Pada pembahasan selanjutnya,
jika disebut orde reaksi maka yang dimaksud adalah orde reaksi keseluruhan.
Orde reaksi biasanya adalah suatu bilangan bulat positif sederhana (1 atau
2), tetapi ada juga yang bernilai 0, z , atau suatu bilangan negatif, misalnya –1.
Perhatikanlah persamaan laju dari beberapa reaksi berikut.
1. 2N205(g) --> 4NO2(g) + 02(g) v = k [N2O5]
v=k
2. CHC13(g) + C12(g) --> CC14(g) + HC1(g)
[CHC13][C1 2]1
3. H2(g) + I2(g) -+ 2HI(g)
/2
4. CH3COOC2H5(aq) + H20(l) --> CH3COOH(aq) +
v = k [H 2][12]
C2H5OH(aq)
v = k [CH1COOC2H5]
5. H2(g) + Br2(g) —> 2HBr(g)
3
k [H2] [Br2]2 v
Contoh ke-5 merupakan satu contoh reaksi yang persamaan
– lajunya sangat rumit.
[Br2] + k
Laju reaksi tersebut bukan saja ditentukan oleh konsentrasi
[HBr] pereaksi tetapi juga
oleh konsentrasi produknya.
1. Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
2. Kemolaran larutan dapat dikaitkan dengan kadar larutan, jika massa jenis
larutan diketahui.
49
= jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran
= jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran
6. Satuan laju reaksi dinyatakan dalam M s-1 atau mol L-1 s-1
7. Seiring dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi, laju reaksi umumnya
semakin -lama semakin kecil.
8. Laju reaksi dapat dipercepat dengan cara:
a. memperbesar konsentrasi pereaksi,
b. menaikkan suhu,
c. memperkecil ukuran zat padat,
d. menggunakan katalis.
9. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi, tetapi zat itu bukan salah
satu pereaksi.
10. Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif laju reaksi dengan
konsentrasi pereaksi.
11. Tetapan laju reaksi bergantung pada jenis pereaksi dan hanya dipengaruhi oleh
suhu dan katalis. Tetapan laju reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi.
12. Orde reaksi adalah pangkat konsentrasi pereaksi dalam persamaan laju reaksi.
Semakin besar orde reaksi, semakin besar pengaruh perubahan konsentrasi
pereaksi itu terhadap laju reaksi.
13. Orde reaksi ditentukan melalui percobaan dan tidak dapat ditentukan dari
stoikiometri (koefisien) reaksi.
14. Menurut teori tumbukan, reaksi terjadi ketika partikel pereaksi saling
bertumbukan. Namun, hanya tumbukan antarpartikel yang memiliki energi
50
minimum tertentu dan arah yang tepat yang menghasilkan reaksi. Jadi,
kelajuan reaksi bergantung pada•
a. frekuensi tumbukan,
b. fraksi partikel yang memiliki energi minimum tertentu, dan
c. fraksi yang mempunyai arah tumbukan yang sesuai.
17. Katalis dapat mempercepat reaksi karena membuat tahapan reaksi dengan
energi pengaktifan yang lebih rendah.
19. Persamaan laju dari tahap-tahap reaksi sesuai dengan stoikiometri reaksinya.
20. Laju reaksi ditentukan oleh tahap yang berlangsung paling lambat.
“Bekerja dengan rasa cinta berarti menyatukan diri kepada diri sendiri, kepada diri
orang lain, dan kepada Tuhan. Tetapi bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta itu?
Bagaikan menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah
kekasihmu yang akan memakainya kelak."
Kahlil Gibran
2.6. Latihan
I. PILIHAN GANDA
1. Untuk membuat 500 mL larutan KOH 0,2 M diperlukan kristal KOH murni sebanyak .
. . . (Mr KOH = 56)
A. 56 g D. 7 g
51
B. 28 g E. 5,6 g
C. 14 g
2. Larutan NaOH (Mr = 40) 1 molar terbuat dari 40 gram NaOH dengan ... .
A. 1 liter air D. air hingga volum larutan 1 liter
B. 960 mL air E. air hingga massa larutan 1000 gram
C. 960 gram air
3. Kemolaran asam nitrat pekat 63% dengan massa jenis 1,3 kg L-1, adalah .... (Mr HNO3
= 63)
A. 6,3 mol D. 13 mol L-1
B. 6,5 mol E. 63 mol
C. 10 mol L-1
4. Sebanyak 100 mL larutan KOH 0,1 M dicampur dengan 400 mL larutan KOH 0,2 M.
Kemolaran larutan yang didapat adalah . . . .
A. 0,12 M D. 0,20 M
B. 0,15 M E. 0,21 M
C. 0,18 M
5. Volum asam sulfat 98% massa jenis 1,8 kg 1:1 yang diperlukan untuk membuat 90 mL
larutan H2SO4 0,5 M adalah . . . . (Mr H2SO4 = 98)
A. 2,5 mL D. 10 mL
B. 5 mL E. 18 mL
C. 9 mL
6. Laju reaksi 4NH3(g) + 502(g) —> 4N0(g) + 6H20(g) dapat dinyatakan sebagai
A. laju bertambahnya konsentrasi NH3 dalam satu satuan waktu
B. laju berkurangnya konsentrasi H2O dalam satu satuan waktu
C. laju bertambahnya konsentrasi 02 dalam satu satuan waktu
D. laju berkurangnya tekanan sistem dalam satu satuan waktu
E. laju bertambahnya konsentrasi NO dalam satu satuan waktu
7. Sebanyak 0,7 mol dinitrogen pentaoksida (N205) dipanaskan dalam ruangan 5 liter
sehingga terurai membentuk NO2 dan 02 menurut persamaan:
4N205(g) 4NO2(g) + O2(g)
Dalam 10 sekon (detik) pertama terbentuk 0,1 mol oksigen. Laju peruraian N205
adalah
A. 0,04 M s-1 D. 0,008 M s-1
B. 0,014 M s -1 E. 0,002 M s-1
C. 0,01 M s-1
8. Kalsium karbonat larut dalam asam klorida membentuk gas karbon dioksida menurut
persamaan:
CaCO 3(s) + 2HC1(aq) --> CaC1 2(aq) + H20(l) + CO2(g)
Cara praktis menentukan laju reaksi ini adalah mengukur . . . .
A. laju berkurangnya kristal CaCO 3 D. laju pembentukan CO2
B. laju berkurangnya konsentrasi HC1 E. laju pembentukan air
C.. laju terbentuknya CaC1 2
9. Tindakan berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali . . . .
52
A. pada suhu tetap ditambah suatu katalis
B. suhu dinaikkan
C. pada suhu tetap tekanan diperbesar
D. pada suhu tetap volum diperbesar
E. pada volum tetap ditambah zat pereaksi lebih
banyak
10. Reaksi peruraian hidrogen peroksida adalah sebagai
berikut. 2H202(aq)2H20(/) + 02(g)
Kurva X (lihat gambar di samping) menunjukkan
volum gas oksigen hasil reaksi 50 mL larutan H202 5%
yang dilangsungkan pada 25°C. Manakah di antara
aksi berikut:
I. Digunakan 100 mL H202 5%
II. Digunakan 50 mL H202 10%
III. Reaksi dilangsungkan pada suhu 30°C
IV. Ditambahkan serbuk Mn02
yang akan menghasilkan kurva Y?
A. I, II, III, dan IV D. III dan IV
B. I, II, dan E. II, III, dan IV
C. I dan II
11. Dari percobaan peruraian H202 menjadi H2O dan 02 diperoleh data sebagai berikut.
Perlakuan Pengamatan
1. Larutan H202 saja Sedikit gelembung
2. Larutan H202 + larutan NaC1 Sedikit gelembung
3. Larutan H202 + Fe2(SO4)3 Banyak gelembung
4 Larutan H202 + CoC1 2 Banyak gelembung
Dari data di atas, zat yang berfungsi sebagai katalis dalam peruraian H202 adalah . .
A. Na+ dan C1- D. Cl- dan SO42
2+
B. Fe dan SO4 2- E. Co2+ dan Fe3+
C. Co2+ dan Fe+2
14. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, karena kenaikan suhu akan
A. menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi
B. memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi
C. memperbesar energi kinetik molekul pereaksi
D. memperbesar tekanan
E. memperbesar luas permukaan
II. ESAI
Volum
1. Kurva di samping diperoleh dan reaksi 1 gram pita H2
magnesium dengan larutan HC1 1 M berlebih
pada suhu 25°C.
Salinlah kurva tersebut, kemudian tambahkan
kurva sejenis untuk masing-masing percobaan
berikut.
a. 1 gram pita magnesium dengan larutan HC1
0,5 M berlebih pada 25°C
Waktu
53
b. 1 gram pita magnesium dengan larutan HC1
1 M berlebih pada 50°C
Peta Konsep
3. KESETIMBANGAN KIMIA
Amonia (NH3) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak
diproduksi. Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan
54
ZA. Penggunaan amonia yang lain, yaitu untuk membuat resin, bahan mesiu, dan
berbagai senyawa nitrogen lainnya. Di bidang industri, amonia dibuat dari gas
nitrogen dan gas hidrogen. Gas nitrogen diperoleh dan udara, sedangkan gas
hidrogen dan gas alam. Persamaan termokimia reaksi pembuatan amonia
dinyatakan sebagai berikut.
Apakah ada reaksi kimia yang dapat balik? Dalam kehidupan sehari-hari
sulit menemukan reaksi yang dapat balik. Proses-proses alami umumnya
berlangsung searah, tidak dapat balik. Namun, di laboratorium maupun dalam
proses industri, banyak reaksi yang dapat balik. Reaksi yang dapat balik kita sebut
reaksi reversible. Salah satu di antaranya adalah reaksi antara nitrogen dengan
hidrogen membentuk amonia. Jika campuran gas nitrogen dan hidrogen
dipanaskan akan menghasilkan ammonia.
N2(g) + 3H2 ---> 2NH3(g) (4.1)
Sebaliknya, jika amonia (NH 3) dipanaskan akan terurai membentuk nitrogen dan hidrogen.
56
yaitu pembentukan amonia.
Misalkan laju reaksi maju v1 dan laju reaksi balik v2. Sebagaimana telah
dipelajari dalam Bab 3, nilai v1 bergantung pada konsentrasi N2 dan H2, sedangkan
nilai v2 bergantung pada konsentrasi NH3. Pada awal reaksi, v1 mempunyai nilai
maksimum, sedangkan v2 = 0 (karena NH3 belum ada). Selanjutnya, seiring
dengan berkurangnya konsentrasi N2 dan H2, nilai v1 semakin lama semakin kecil.
Sebaliknya, dengan bertambahnya konsentrasi NH3, nilai v2 semakin lama
semakin besar. Pada suatu saat, laju reaksi maju (v1) menjadi sama dengan laju
reaksi balik (v2). Hal itu berarti bahwa laju menghilangnya suatu komponen sama
dengan laju pembentukan komponen itu. Berarti,
H
2
Waktu -->
Gambar 3.b. 1 Perubahan konsentrasi Gambar 3.b.2 Grafik perubahan laju reaksi
pereaksi dan hasil reaksi menuju keadaan terhadap waktu pada reaksi bolak-batik: N2(g)
setimbang untuk reaksi: + 3H2(g) = 2NH3(g)
57
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) vi = laju reaksi dari kin ke kanan
Konsentrasi N2 dan H2 (pereaksi) turun, 1/2 = laju reaksi dari kanan ke kiri
konsentrasi NH3 (hasil reaksi) naik. Pada Kesetimbangan tercapai pada saat = v2.
keadaan setimbang, konsentrasi masingmasing
zat tetap.
Tabel 4.1 Susunan Kesetimbangan Reaksi antara Gas Karbon Monoksida dengan
Gas Hidrogen Membentuk Metana pada Suhu 1200 K
CO(g) +3H.,(g) CH,(g) + H2O(a)
Konsentr Awal Konsentra pada Keadaan Setimbang
asi (M) si (M) [CH4] [H2O]
[CO] [H2] [CO] [H2] [CH4] [11201 [CO] [H2]3
0,1000 0,3000 0,0613 0,1839 0,0387 0,0387 3,93
0,2000 0,3000 0,1522 0,1566 0,0478 0,0478 3,91
0,1000 0,4000 0,0479 0,2437 0,0521 0,0521 3,92
0,1000 0,1000 0,0894 0,0683 0,0106 0,0106 3,94
58
hubungan yang tetap antara konsentrasi kesetimbangan, yaitu nisbah hasil kali
konsentrasi setimbang zat-zat produk terhadap hasil konsentrasi setimbang zat-zat
pereaksi, masingmasing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Hubungan ini
ditemukan oleh Cato Maximillian Gulberg dan Peter Wage pada tahun 1864, dan
selanjutnya disebut hukum kesetimbangan. Nilai dan hukum kesetimbangan
disebut tetapan kesetimbangan dan dinyatakan dengan lambang Ungkapan hukum
kesetimbangan untuk reaksi kesetimbangan di atas dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Latihan.
2. Sebanyak 4 mol gas HI dipanaskan dalam suatu ruangan 5 liter pada 458°C
sehingga sebagian terurai dan membentuk kesetimbangan 2HI(g)
H2(g) + 12(g).
Apabila pada keadaan setimbang terdapat 0,5 mol I2, tentukanlah harga
tetapan kesetimbangan K dan K reaksi itu pada 458°C.
Pada suatu suhu T terdapat kesetimbangan di mana tekanan total gas dalam
ruangan itu = 0,2 atm. Tentukan harga tetapan kesetimbangan Kp pada suhu
tersebut.
60
3.3. Pergeseran Kesetimbangan
Telah disebutkan bahwa reaksi dapat balik (reversible) berlangsung tidak
tuntas. Apakah tingkat ketuntasan dapat dipengaruhi oleh faktor luar? Untuk
menjawab pertanyaan ini, marilah kita perhatikan Tabel 4.2 berikut. Tabel tersebut
memuat data tentang pengaruh suhu dan tekanan pada reaksi kesetimbangan antara
gas nitrogen dengan gas hidrogen membentuk amonia.
Tabel 4.2 Rendemen Amonia Hasil Reaksi Nitrogen dengan Hidrogen pada
Berbagai Suhu dan Tekanan. N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) AH = -92,2 kJ
Hasil NH3, °A
[Suhu °C
10,0 atm 30,0 atm50,0 atm100 atm 300 atm 600 atm 1.000 atm
200 50,7 67,6 74,4 81,5 90,0 95,4 98,3
300 14,7 30,3 39,4 52,0 71,0 84,2 92,6
400 3,9 10,2 15,3 25,1 47,0 65,2 79,8
500 1,2 3,5 5,6 10.6 26,4 42,2 57,5
600 0,5 1,4 2,3 4,5 13,8 23,1 31,4
700 0,2 0,7 1,1 2,2 7,3 12,6 12,9
Perhatikanlah lajur pertama pada tabel itu, yaitu percobaan pada suhu
tetap 200°C dengan variasi tekanan. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin
besar tekanan, semakin besar pula persentase amonia. Jadi, dapat dikatakan bahwa
penambahan tekanan menggeser kesetimbangan ke kekanan. Kemudian,
perhatikanlah data pada kolom pertama, yaitu percobaan pada tekanan tetap
sebesar 10 atm dengan suhu yang bervariasi. Data tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi suhu, semakin kecil persentase amonia. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penambahan suhu menggeser kesetimbangan itu ke kiri.
Kesetimbangan dikatakan bergeser ke kanan, jika produk bertambah atau
pereaksi berkurang.
Kesetimbangan dikatakan bergeser ke kiri, jika produk berkurang atau pereaksi
bertambah.
61
arah pergeseran kesetimbangan?
Pada tahun 1884, Henri Louis Le Chatelier (1850-1936) berhasil
menyimpulkan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan. Kesimpulan Le
Chatelier tersebut kini kita kenal sebagai azas Le Chatelier sebagai berikut: Bila
terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu
akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut.
Secara singkat, azas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut:
Reaksi = —Aksi
Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke kanan.
Marilah kita bahas penerapan azas Le Chatelier untuk meramalkan arah pergeseran
kesetimbangan.
Gambar 3.3.c. Pengaruh volum dan tekanan pada kesetimbangan N2(g) + 3H2(g)
2NH3(g).
(a) Campuran gas N2, H2, dan NH3 pada kesetimbangan. (b) Ketika tekanan
ditingkatkan dengan memperkecil volum, campuran tidak lagi setimbang < Kc). (c)
Reaksi bergeser ke arah kanan, jumlah total molekul gas menurun sampai terbentuk
kestabilan kembali (Qc = Ks).
63
cairan murni tidak mempengaruhi kesetimbangan. Hal ini dapat dipahami sebagai
berikut. Penambahan komponen yang berupa larutan atau gas akan berpengaruh
pada kerapatan antarpartikel dalam campuran. Jika suatu komponen gas atau
terlarut ditambahkan, maka konsentrasi meningkat, sehingga sistem bereaksi
untuk mengurangi konsentrasi. Jika yang ditambahkan berupa padatan atau cairan
murni, hal itu tidak mengubah konsentrasi karena jarak antarpatikel dalam padatan
dan cairan adalah tetap.
Demikian juga halnya pada perubahan tekanan atau volum. Perubahan
tekanan atau volum tidak mempengaruhi konsentrasi padatan atau cairan murni.
Jadi, ketika mempertimbangkan pengaruh tekanan dan volum, koefisien
komponen padat tidak diperhitungkan. Tekanan hanya berpengaruh pada sistem
kesetimbangan gas. Komponen padat atau cair tidak menggeser kesetimbangan.
Catatan:
Dalam sistem larutan (pelarut air), penambahan air dalam jumlah yang signifikan
dapat juga berarti memperbesar volum, sehingga kesetimbangan akan bergeser ke
ruas yang jumlah koefisiennya terbesar.
64
reaksi sistem adalah menurunkan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke pihak
reaksi yang menyerap kalor (ke pihak reaksi endoterm). Sebaliknya jika suhu
diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi eksoterm.
· jika suhu dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm.
· Jika suhu diturunkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi
eksoterm. Perhatikanlah contoh soal berikut.
66
Satu lagi contoh industri yang berdasarkan reaksi kesetimbangan ialah pembuatan
asam sulfat yang dikenal dengan proses kontak. Reaksi yang terjadi dapat
diringkaskan sebagai berikut.
1. Reaksi kimia ada yang berlangsung searah ada pula yang dapat balik. Reaksi
dapat balik yang berlangsung dalam sistem tertutup akan berakhir dengan
kesetimbangan.
2. Kesetimbangan tercapai pada saat laju reaksi maju sama dengan laju reaksi
balik.
67
tingkat mikroskopis reaksi tetap berlangsung. Oleh karena itu,
kesetimbangan kimia disebut juga kesetimbangan dinamis.
4. Kesetimbangan kimia hanya dapat terjadi dalam sistem tertutup.
"Hariini, Anda adalah orang yang sama dengan Anda di lima tahun endatang, kecuali dua
hal: orang-orang di sekeliling Anda dan buku-buku yang Anda baca."
Charles Jones
3.6. Latihan
I. PILIHAN GANDA
1. Suatu kesetimbangan dikatakan dinamis, apabila dalam keadaan setimbang
…….
A. reaksi berjalan ke dua arah dan bersifat mikroskopis
B. ada perubahan dari kin ke kanan tetapi jumlahnya setimbang
C. reaksi dari kiri selalu sama dengan reaksi dari kanan
D. perubahan kesetimbangan dari kiri dan kanan yang berlangsung
terus-menerus
68
E. reaksi berlangsung terus-menerus bersifat makroskopis
2. Larutan FeC13 bereaksi dengan larutan KSCN membentuk ion (FeSCN)2+ yang
berwarna merah menurut persamaan:
Fe3+(aq) + SCN-(aq) Fe(SCN)2+(aq)
Apabila pada suhu tetap pada sistem itu ditambah air, maka . . . .
A. kesetimbangan akan bergeser ke kanan, warna makin merah dan harga K
bertambah
B. kesetimbangan bergeser ke kiri, warna makin merah, dan harga K
berkurang
C. kesetimbangan bergeser ke kiri, warna luntur, dan harga K berkurang
D. kesetimbangan bergeser ke kiri, warna luntur tetapi harga K tetap
E. kesetimbangan tidak bergeser
69
7. Perhatikan kesetimbangan 2X(g) + Y(g)3P(g) + Q(g). Jika ke dalam suatu ruang
hampa dimasukkan zat X dan Y dengan jumlah mol yang sama, dan bila
tercapai kesetimbangan akan selalu berlaku . . . .
A. [Y] = [Q] D. [Y] < [X]
[X] < [Y] E. [X] + [Y] > [P] + [Q]
8. Pada reaksi kesetimbangan A + B C + D, kesetimbangan akan lebih cepat
tercapai
apabila . . . .
A. zat A ditambah D. digunakan katalis
B. tekanan diperbesar E. suhu dinaikkan
C. volum diperbesar
10. Ke dalam ruangan tertutup dimasukkan 1 mol gas A dan 1 mol gas B. Setelah
bereaksi menurut persamaan 2A + 3B A2B3 dan dicapai kesetimbangan, masih
terdapat 0,25 mol gas B. Kalau volum ruang 1 dm3, maka tetapan
kesetimbangan reaksi tersebut ialah . . . .
A. 16 D. 72
B. 32 E. 80
C. 64
70
II.HUBUNGAN ANTARHAL
13. Jika suatu reaksi mencapai kesetimbangan, maka komposisi campuran
reaksinya tidak akan dapat berubah selama suhu tidak berubah
SEBAB
tetapan kesetimbangan reaksi kimia bergantung pada suhu.
14. Katalis mempengaruhi kesetimbangan reaksi
SEBAB
katalis mempengaruhi laju reaksi.
71
Peta Konsep
72
Sifat-sifat larutan, seperti rasa dan warna, bergantung pada jenis zat
terlarut. Larutan gula mempunyai rasa maths, sementara larutan cuka mempunyai
rasa asam.
4. SIFAT
KO
LI
GA
Tingkat kemanisan atau keasaman larutan tersebut bergantung pada
konsentrasi atau kepekatannya. Larutan gula yang pekat tentu lebih manis daripada
TA
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku
larutan (lihat Gambar 1.1).
N yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi
Sifat-sifat larutan
hanya pada konsentrasi partikel terlarutnya disebut sifat koligatif. Istilah koligatif
berasal dan bahasa Latin yang artinya kolega atau kelompok. Sifat koligatif hanya
bergantung pada jumlah partikel atau kelompok partikel zat terlarut di dalam
larutan. Larutan 0,1 mol urea dalam 1 kg air (Gambar 1.1.b) dan larutan 0,1 mol
glukosa dalam 1 kg air (Gambar 1.1.d) mempunyai penurunan titik bekt1 yang
sama karena mempunyai jumlah partikel zat terlarut yang sama. Sebagaimana
Anda ketahui, 0,1 mol urea dan 0,1 mol glukosa mempunyai jumlah partikel
(molekul) yang sama, yaitu 0,1 mol x 6,02 x 1023 molekul mol-1 = 6,02 x 1022
73
molekul.
Perlu Anda pahami bahwa zat terlarut dengan jumlah mol yang sama
tidak selalu menghasilkan jumlah partikel yang sama di dalam larutan. Ada
kalanya beberapa molekul atau partikel zat terlarut mengelompok, sehingga
jumlah partikel menjadi lebih sedikit dan yang diperkirakan. Di lain pihak,
khususnya untuk larutan elektrolit, jumlah partikel di dalam larutan akan lebih
banyak karena zat elektrolit terurai menjadi ion-ion.
dengan, M = kemolaran
n = jumlah mol zat terlarut
V = volum larutan (dalam liter)
Pada pembahasan sifat koligatif, digunakan dua jenis satuan konsentrasi yang
lain, yaitu kemolalan dan fraksi mol. Kemolalan dan fraksi mol tidak dikaitkan
dengan volum larutan tetapi dengan massa atau jumlah mol.
74
Contoh Soal 4.1.a. Menentukan kemolalan
a. Berapakah kemolalan larutan yang dibuat dengan mencampurkan 3 gram urea
dengan 200 gram air?
b. Berapakah kemolalan larutan glukosa yang mengandung 12% massa glukosa
= 180)?
c. Larutan 3 g gram urea dalam 200 gram air.
Jumlah mol urea = ____3 g 1 = 0,05 mol
60 g
mol
Massa pelarut = 200 gram = 0,2 kg
-I
m = n = 0,05 mol = 0,25 mol kg
p 0, 2 kg
d. Dalam 100 gram larutan glukosa 12% terdapat:
12
Glukosa 12% = 100 x 100 gram = 12 gram, dan air (pelarut) = (100 - 12) = 88
180 g mol-'
Massa pelarut = 88 gram = 0,088 kg
= 0,76 mol kg-I
Contoh Soal:
1. Tentukan kemolalan larutan yang mengandung 10 gram NaC1 dalam 200 mL
air. (Massa jenis air = 1 g mL-I)
3. Larutan 6 gram urea dalam 200 mL air dicampur dengan larutan 12 gram
urea dalam 300 mL air. Hitunglah kemolalan larutan-larutan itu sebelum dan
sesudah dicampurkan. (Mr urea = 60).
76
berapa saja, termasuk pada suhu di bawah 100°C. Sebagai contoh, pakaian basah
menjadi kering ketika dijemur karena air menguap. Meskipun demikian, pakaian
basah tidak akan kering jika ditempatkan dalam ruangan tertutup karena ruangan
itu akan menjadi jenuh dengan uap air. Pada keadaan jenuh, proses penguapan
tetap berlangsung, tetapi pada saat yang sama terjadi pengembunan dengan laju
yang sama. Dengan kata lain, terdapat kesetimbangan dinamis antara zat cair
dengan uap jenuhnya (lihat Gambar 1.2). Tekanan yang ditimbulkan oleh uap
jenuh suatu zat disebut tekanan uap zat itu.
Besarnya tekanan uap bergantung pada jenis zat dan suhu. Zat yang memiliki
gaya tarik-menarik antarpartikel relatif besar berarti sukar menguap, mempunyai
tekanan uap yang relatif rendah, contohnya garam, gula, glikol, dan gliserol.
Sebaliknya, zat yang memiliki gaya tarik-menarik antarpartikel relatif lemah
berarti mudah menguap, mempunyai tekanan uap yang relatif tinggi. Zat seperti
itu dikatakan mudah menguap atau atsiri (volatile), contohnya etanol dan eter.
Tekanan uap suatu zat akan bertambah jika suhu dinaikkan. Hubungan ini
dapat dipahami sebagai berikut. Kenaikan suhu menyebabkan energi kinetik
molekul-molekul cairan bertambah besar, sehingga lebih banyak molekul yang
dapat meninggalkan
Tabel 4.2.a.1 Tekanan Uap Jenuh Air pada Berbagai Suhu (mmHg)
ambar 1.3 Uap larutan. Uap di permukaan larutan garam hanya terdiri dari uap
air, sedangkan uap di permukaan larutan alkohol terdiri dari uap air dan uap alkohol.
P =XA xPA°
78
XA = fraksi mol komponen A
Jika zat terlarut sukar menguap, maka uap di permukaan larutan terdiri atas
uap zat pelarut saja. Jika demikian, maka tekanan uap larutan sama dengan
tekanan uap pelarut. Sesuai dengan hukum Raoult, tekanan uap pelarut bergantung
pada fraksi molnya. Jadi, jika zat terlarut sukar menguap, maka:
Oleh karena fraksi mol pelarut < 1, maka P larutan akan lebih rendah
daripada P° pelarut. Dengan kata lain, zat terlarut yang sukar menguap akan
menurunkan tekanan uap pelarut. Selisih antara tekanan uap pelarut dengan
tekanan uap larutan disebut penurunan tekanan uap (P).
P = P° — P
Nilai penurunan tekanan uap larutan (P) dapat dikaitkan dengan fraksi
mol terlarut sebagai berikut. Telah diketahui bahwa Xpei Xter = 1, sehingga Xpei =
(1 — Xter), maka persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai
berikut.
P = P° (Xpeix P°)
= P° - ( Xper)x P°
= P° P° (Xter X Pc ) + Xter x P°
P = Xter X P°
Tabel 1.2 Penurunan Tekanan Uap Jenuh (P) Teoretis Berbagai Jenis Larutan
Nonelektrolit dalam Air pada 20°C
79
Zat Fraksi Mol Tekanan Uap Penurunan Tekanan
Terlarut Zat Terlarut Jenuh Larutan Uap Jenuh
= 743,66 mmHg.
Contoh Soal
1. Jika kita menjemur pakaian di tempat tertutup, temyata pakaian lebih sulit
(lama) kering. Mengapa?
2. Bagaimanakah hubungan konsentrasi larutan dengan:
80
a. tekanan uap larutan, b. penurunan tekanan uap larutan.
3. Tekanan uap jenuh air pada 102°C adalah 816 mmHg Berapakah tekanan
uap jenuh larutan urea 20% pada suhu itu? (Mr urea = 60)
4. Tekanan uap jenuh air pada 25°C adalah 23,76 mmHg Berapakah tekanan
uap jenuh larutan urea 0,1 m pada suhu itu? (Mr urea = 60)
Jadi, titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan
tekanan di permukaan. Oleh karena itu, titik didih bergantung pada tekanan di
permukaan. Di permukaan laut (tekanan = 760 mmHg), air mendidih pada 100°C
karena pada suhu 100°C tekanan uap air sama dengan 760 mmHg (lihat Tabel
1.1). Di puncak Everest (ketinggian 8.882 m dari permukaan larut), air mendidih
pada 71°C. Biasanya, yang dimaksud dengan titik didih adalah titik didih normal,
yaitu titik didih pada tekanan 760 mmHg. Titik didih normal air adalah 100°C.
Adapun titik beku adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan
tekanan uap padatannya. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada 0°C karena pada
suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es.
Th = Th larutan — Th pelarut
Th larutan = titik didih larutan Tb pelarut = titik
didih pelarut ATb = kenaikan titik didih
Th = T. — Tt. larutan
larutan = titik beku larutan T. pelarut = titik beku pelarut
Tt = penurunan titik beku
Contoh Soal 1.4 Menentukan titik didih dan titik beku larutan
Tentukan titik didih serta titik beku larutan yang mengandung 18 gram glukosa
(Mr = 180) dalam 500 gram air. Kb air = 0,52°C/m; Kf air = 1,86°C/m.
Jawab:
Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku bergantung pada kemolalan larutan.
Oleh karena itu, yang hares dilakukan yaitu:
1. menentukan kemolalan larutan,
2. menghitung ATb dan ATf dengan menggunakan rumus yang ada.
ATb = Kb X M dan AT f = Kf x
Jumlah mol glukosa = 18 g_
0 5 kgl 1 — 0,1 mol.
180 g mol
0,1 mo
Kemolalan larutan = = 0,2 mol kg-1.
82
4.4. Tekan Osmotik Larutan
Berbagai jenis selaput, baik yang alami (seperti jaringan usus) maupun
yang sintetis (seperti selofan), dapat dilewati molekul pelarut yang kecil, tetapi
menahan molekul (partikel) zat terlarut yang lebih besar. Selaput seperti itu
disebut selaput semipermeabel.
84
n = jumlah mol zat terlarut
T = suhu absolut larutan (suhu kelvin)
R = tetapan gas (0,08205 L atm mol-1 K-1)
Persamaan (1.3) dapat ditata ulang menjadi,
= V RT
dengan v menyatakan kemolaran larutan (M). Oleh karena itu, persamaan di atas
dapat ditulis sebagai berikut.
= MRT .......................................... (1.4)
86
bergantung pada konsentrasi partikel dalam larutan dan tidak bergantung pada
jenisnya, apakah partikel itu berupa molekul, atom, atau ion. Sebagaimana telah
kita ketahui, zat elektrolit sebagian atau seluruhnya terurai menjadi ion-ion. Jadi,
untuk konsentrasi yang sama, larutan elektrolit mengandung jumlah partikel lebih
banyak daripada larutan nonelektrolit. Oleh karena itu, larutan elektrolit
mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada sifat koligatif larutan nonelektrolit.
Perbandingan antara harga sifat koligatif yang terukur dari suatu larutan elektrolit
dengan harga sifat koligatif yang diharapkan dan suatu larutan nonelektrolit pada
konsentrasi yang sama disebut faktor van't Hoff dan dinyatakan dengan lambang
i. Harga i untuk larutan NaC1 0,010 m dapat dihitung sebagai berikut:
= 1,93
Harga i dari berbagai jenis larutan dari berbagai konsentrasi diberikan pada Tabel
4.5.1
Tabel 4.5.1. Harga i (Faktor van't Hoff) untuk Penurunan Titik Beku
Berbagai Jenis Elektrolit
Elektrolit 0,100 m 0,0100 m 0,00500 m Batas Teoretis
Elektrolit tipe ion
NaCI 1,87 1,93 1,94 2
KCI 1,86 1,94 1,96 2
MgSO 4 1,42 1,62 1,69 2
K2SO4 2,46 2,77 2,86 2
Elektrolit tipe kovalen
HCI 1,91 1,97 1,99
CH3COOH 1,01 1,05 1,06
2
H2SO4 2,22 2,59 2,72 2
2
Satu mol zat nonelektrolit dalam larutan menghasilkan satu mol (6,02 x
1023 butir) partikel. Sebaliknya, satu mol elektrolit tipe ion, seperti NaC1,
terdiri atas satu mol ion Na+ dan satu mol ion Cr; satu mol K2SO4 tediri atas 2
mol ion IC' dan satu mol ion
87
Secara teoretis, larutan NaC1 akan mempunyai penurunan titik beku
dua kali lebih besar daripada larutan urea (mempunyai harga i = 2),
sedangkan larutan K2SO4 tiga kali lebih besar (i = 3). Akan tetapi, seperti
tampak pada Tabel 1.4, harga i dan elektrolit tipe ion selalu lebih kecil
daripada harga teoretis. Hal itu disebabkan oleh tarikan listrik antarion yang
berbeda muatan sehingga ion-ion itu tidak 100% bebas. Semakin kecil
konsentrasi larutan, jarak antarion semakin besar dan ion-ion semakin bebas.
Akibatnya, harga i semakin mendekati harga teoretis.
Harga i dari elektrolit tipe kovalen ternyata lebih bervariasi,
bergantung pada kekuatan elektrolit itu. Elektrolit lemah mempunyai harga i
mendekati satu, sedangkan elektrolit kuat mempunyai harga i yang
mendekati harga teoretisnya. Hubungan harga i
dengan α = derajat ionisasi elektrolit; n = jumlah ion yang dapat dihasilkan oleh 1
satuan rumus senyawa elektrolit. Misalnya, untuk NaCI: n = 2; untuk K2SO4: n =
3.
Oleh karena pertambahan sifat koligatif larutan elektrolit sebanding
dengan pertambahan jumlah partikel dalam larutan, maka rumus-rumus sifat
koligatif untuk larutan elektrolit menjadi:
= Kb x m x i .................................................................................................................. (1.5)
ATf = Kf xmxi ..........................................(1.6)
= MRT x i ..........................................(1.7)
i = 1 + (n — 1) a ..........................................(1.8)
2. Antibeku
Antibeku adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu cairan untuk menurunkan
89
titik bekunya. Antibeku mencegah pembekuan cairan yang digunakan sebagai
pendingin, misalnya dalam pesawat terbang dan kendaraan bermotor. Zat antibeku
yang ideal adalah zat yang dapat larut dalam cairan pendinginnya sendiri,
mempunyai viskositas dan konduktivitas listrik yang rendah, titik didih tinggi,
tidak korosif, dan mempunyai daya hantar panas yang baik. Antibeku yang banyak
digunakan dalam kendaraan bermotor berupa etilenglikol (glikol:
CH2OH—CH2OH). Selain menurunkan titik beku, antibeku juga menaikkan titik
didih, sehingga mengurangi penguapan.
3. Pencairan Salju di Jalan Raya
Lapisan salju di jalan raya dapat membuat kendaraan tergelincir (selip), sehingga
perlu disingkirkan. Lapisan salju tersebut sebagian besar dapat disingkirkan
dengan buldoser, namun untuk membersihkannya digunakan garam dapur atau
urea. Prinsip dasar dari proses ini juga berdasarkan penurunan titik beku.
4. Penentuan Massa Molekul Relatif (Mr)
Pengukuran sifat koligatif dapat digunakan untuk menentukan massa molekul
relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif bergantung pada
konsentrasi zat terlarut. Sebagai contoh, perhatikanlah rumus penurunan titik beku
berikut ini.
Tf = m x Kf atau Tf = G x 1000 x Kf
Mr P
Dengan mengetahui massa zat terlarut (m) serta nilai penurunan titik
bekunya(Tf), maka massa molekul relatif (Mr) zat terlarut itu dapat ditentukan.
Perhatikanlah dua contoh soal berikut.
Contoh Soal
90
3. Tekanan osmotik darah manusia pada 37°C adalah 7,7 atm. Berapa
gram NaC1 harus dilarutkan dalam 1 liter larutan sehingga pada 37°C
isotonik dengan darah manusia? (A, Na = 23; CI = 35,5)
4. Sebanyak 1,8 gram suatu basa bervalensi 2 (M(OH)2}, dilarutkan dalam
100 mL air. Larutan ini mendidih pada 100,2°C. Jika basa itu mengion
80%, hitunglah massa atom relatif logam pembentuk basa tersebut. (Kb
air = 0,52°C ITC 1 ; A, H = 1; 0 = 16)
5. Ke dalam 1 liter air dilarutkan 60 gram urea (Mr = 60); 11,7 gram NaC1
(Mr = 58,5) dan 11,1 gram CaC12 (Mr = 111). Tentukan titik beku
larutan itu. Kf air = 1,86°C/m
1. Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada
konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya.
2. Larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif yang lebih besar daripada
larutan nonelektrolit berkonsentrasi sama karena larutan elektrolit
mempunyai jumlah pertikel terlarut yang lebih banyak.
6. Jika zat terlarut tidak menguap maka tekanan uap larutan menjadi lebih
rendah dari tekanan uap pelarutnya.
7. Selisih antara tekanan uap pelarut murni (P°) dengan tekanan uap larutan
(P) disebut penurunan tekanan uap larutan (AP).
AP = P° — P
8. Menurut Raoult, jika zat terlarut tidak menguap, maka penurunan tekanan
uap larutan sebanding dengan fraksi mol terlarut, sedangkan tekanan uap
larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut.
91
P =X lx P°
Pe
AP = x P°
9. Larutan mempunyai titik didih lebih tinggi dan titik beku lebih rendah
daripada pelarutnya.
10. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan
titik didih (ATb).
11. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan
titik beku (ATf).
12. Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku sebanding dengan
kemolalan larutan: ATb = m X Kb ATf = m X Kf
13. Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan dapat dijelaskan
dengan diagram fase.
14. Osmosis adalah perembesan molekul pelarut dan pelarut murni ke dalam
suatu larutan, atau dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat,
melalui selaput semipermeabel.
15. Tekanan osmotik adalah besarnya tekanan yang harus diberikan pada
permukaan suatu larutan untuk mencegah terjadinya osmosis.
16. Tekanan osmotik larutan sebanding dengan kemolarannya.
π =MRT
17. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut isotonik.
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar disebut hipertonik,
sedangkan larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah disebut hipotonik.
18. Larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada larutan
nonelektrolit berkonsentrasi sama. Hal itu terjadi karena larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ion, sehingga menghasilkan jumlah partikel yang lebih
banyak dibandingkan dengan larutan nonelektrolit berkonsentrasi sama.
19. Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit dengan sifat koligatif
larutan nonelektrolit berkonsentrasi sama disebut faktor van't Hoff (i).
92
Semakin encer larutan, semakin besar nilai faktor van't Hoff.
1. Larutan 1 molal NaOH terbuat dari 1 mol (40 gram) NaOH dengan . . . .
A. 960 gram air D. 1000 gram air
B. 1 liter air E. 960 mL air
C. air hingga volum larutan 1 liter
3. Fraksi mol larutan urea dalam air 0,2. Tekanan uap jenuh air murni pada suhu
20°C sebesar 17,5 mmHg. Maka tekanan uap jenuh larutan pada suhu itu
adalah .. .
A. 3,5 mmHg D. 17,7 mmHg
B. 14,0 mmHg E. 21 mmHg
C. 17,5 mmHg
4. Zat X sebanyak 15 gram dilarutkan dalam 90 gram air. Larutan ini mempunyai
tekanan uap jenuh 28,85 mmHg. Pada suhu yang sama, air murni
mempunyai tekanan uap jenuh 30 mmHg. Massa molekul relatif (Mr) zat X
itu adalah . . . . (Mr air = 18)
A. 30 D. 90
B. 60 E. 150
C. 75
5. Tekanan uap jenuh air murni pada 29°C adalah 30 mmHg Pada suhu yang
sama larutan glukosa 2 molal mempunyai tekanan uap sebesar . . . .
A. 1,04 mmHg D. 31,08 mmHg
B. 1,08 mmHg E. 60 mmHg
C. 28,96 mmHg
6. Kelarutan CaC12 dalam air pada 0°C adalah sekitar 5,4 molal. Jika Kf =
1,86°C m-1, maka penurunan titik beku larutan CaC12 0,54 molal adalah . . .
.
A. 1,0°C D. 2,7°C
B. 5,0°C E. 2,0°C
C. 3,0°C
7. Titik beku larutan 0,1 M NaC1 dalam air adalah —0,36°C. Diharapkan titik
beku larutan kalsium klorida (CaC12) 0,05 M dalam air adalah . . . .
A. —0,18°C D. —0,45°C
B. —0,27°C E. —0,54°C
C. —0,36°C
8. Tetapan kenaikan titik didih molal (Kb) bergantung pada . . . .
A. titik didih pelarut
94
B. molalitas larutan
C. jenis pelarut
D. molaritas larutan
E. perbedaan titik beku dan titik didih pelarut
9. Suatu pelarut murni mempunyai . . . .
A. titik didih lebih tinggi dari larutannya pada tekanan yang sama
B. titik beku lebih rendah dan larutannya pada tekanan yang sama
C. tekanan osmotik lebih besar dan larutannya pada suhu yang sama
D. tekanan uap jenuh lebih tinggi dan larutannya pada suhu yang sama
E. perbedaan 100°C antara titik beku dan titik didih
10. Sebanyak 3 gram zat Z yang dilarutkan dalam 100 gram benzena
menghasilkan kenaikan titik didih sebesar 0,54°C. Bila diketahui kenaikan
titik didih molal benzena = 2,7°C, berapakah massa molekul relatif (Mr) zat
X?
A. 15 D. 120
B. 30 E. 150
C. 60
11. Pada pembuatan sirup, kekentalannya diukur dengan mengamati titik
didihnya. Penelitian menunjukkan bahwa sirup yang baik harus mendidih
pada suhu 105°C m-1 (Kb air = 0,5°C m-1). Jika sirup itu memakai gula
pentosa(Mr= 150), konsentrasi gula dalam sirup adalah . . .
A. 30% D. 60%
B. 40% E. 75%
C. 40%
13. Untuk menaikkan titik didih 250 mL air menjadi 100,1°C pada tekanan 1 atm
(Kb = 0,50°C m-1), maka jumlah gula(Mr= 342) yang harus dilarutkan adalah .
...
A. 684 gram D. 17,1 gram
B. 171 gram E. 342 gram
C. 86 gram
14. Suatu zat nonelektrolit(Mr= 40) sebanyak 30 g dilarutkan dalam 900 g air,
penurunan titik beku larutan ini ialah 1,550°C. Berapa gram dari zat tersebut
hams dilarutkan ke dalam 1,2 kg air agar diperoleh larutan dengan penurunan
95
titik beku yang setengahnya dari penurunan titik beku di atas?
A. 10 g D. 45 g
B. 15 g E. 80 g
C. 20 g
15. Tekanan osmotik dari 500 mL larutan yang mengandung 17,1 gram
gula(Mrgula = 342)
pada suhu 27°C adalah . . . . (R = 0,082 L atm/mol K)
A. 1,64 atm D. 2,16 atm
B. 1,80 atm E. 2,46 atm
C. 2,0 atm
16. Suatu larutan diperoleh dari melarutkan 6 g urea (Mr = 60) dalam 1 liter air.
Larutan yang lain diperoleh dengan melarutkan 18 g glukosa (Mr = 180)
dalam satu liter air. Pada suhu yang sama berapa tekanan osmotik larutan
pertama dibandingkan terhadap larutan kedua?
A. + larutan kedua D. sama dengan larutan kedua
B. 3 kali larutan kedua E. 3 kali larutan kedua
C. 3 kali larutan kedua
17. Untuk membuat 200 mL larutan urea yang isotonik dengan larutan NaC1 0,1
M diperlukan urea (Mr = 60) sebanyak . . . .
A. 1,2 gram D. 6 gram
B. 2,4 gram E. 7,2 gram
C. 3 gram
24. Ke dalam 1 liter air, dilarutkan 12 gram urea. Jika diketahui massa molekul
relatif urea = 60, dan nilai Kf dan Kb air adalah 1,86°C m-1 dan 0,52°C m-1,
tentukanlah titik beku dan titik didih larutan itu.
25. Suatu larutan infus dalam tiap liter mengandung 0,2 gram CaC12.2H20; 0,3
gram KC1; 6 gram NaC1 dan 3,1 gram Na-laktat (NaC3H5O3).
a. Tentukanlah tekanan osmotik larutan tersebut pada 37°C?
b. Pada suhu yang sama, tekanan osmotik darah manusia adalah sekitar 7,4
atm Apakah larutan infus itu isotonik, hipotonik atau hipertonik dengan
darah?
(Ar H = 1; C = 12; 0 = 16; Na = 23; Cl = 35,5; R = 0,08205 L atm mol-1 K-1)
Peta
Konsep
97
5. LARUTAN ASAM DAN
BASA
Kimia asam basa menjadi inti kimia sejak dari zaman kuno sampai zaman
modern kini, dan memang sebagian besar kimia yang dilakukan di laboratorium di
zaman dulu adalah kimia asam basa. Ketika kimia mulai menguat di bidang studi
teoritisnya di akhir abad ke-19, topik pertama yang ditangani adalah kimia asam
basa. Akibat dari serangan teoritis ini, kimia menjadi studi yang sangat kuantitatif.
Jadi, bab ini sangat kuantitatif dibanding bab lain. Dalam bab, konsep penting
seperti konsentrasi ion hidrogen, konstanta ionisasi, hidrolisis, kurva titrasi,
larutan buffer, dan indikator akan didiskusikan. Konsep ini sangat mendasar dalam
kimia, dan sukar bagi Anda mempelajari kimia kimia tanpa konsep ini.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai
reaksi asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s) (5.4)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida
mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun
100
basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai
asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah
menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam suatu larutan asam
dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+ (5.5)
asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan
perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut
hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2–
bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO3 2–
dan
H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan
keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagao asam atau basa.
Air adalah zat amfoter yang khas. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan
ion hidronium dan ion hidroksida adalah contoh khas reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+ (5.7)
asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2
Jawab
HCO2H dan HCO2 – membentuk satu pasangan, dan PO4 dan HPO4 membentuk
3– 2–
pasangan lain.
Contoh Soal
5.1 Asam basa konjugat
Tuliskan reaksi disosiasi senyawa berikut, termasuk air yang terlibat, dan tandai
101
pasangan asam basa konjugasinya. (a) asam format HCOOH, (b) asam
perkhlorat HClO4
5.1 Jawab
Asam asetat 0,001 mol dm–3; [H+] = 1,32 x 10–4 mol dm–3, pH = 3,91.
Asam asetat 0,01 mol dm–3; [H+] = 4,18 x 10–4 mol dm–3, pH = 3,39.
Asam asetat 0,1 mol dm–3; [H+] = 1,32 x 10–3 mol dm–3, pH = 2,28.
5.3. Perhitungan tetapan disosiasi
102
Dalam larutan 0,5 mol dm–3, disosiasi asam urat C5H4N4O3 sebesar 1,6 %.
Tentukan Ka asam urat. 9.6 Jawab
1,6 x 10–2 = [C5H3N4O3–]/0,5 moldm–3, [C5H3N4O3 –]= [H+] = 8,0 x 10–3 mol
dm–3. Jadi,
Ka = (8,0 x 10–3)2/0,50 = 1,28 x 10–4 mol dm–3.
Semua zat yang didefinisikan sebagai asam dalam teori Arrhenius juga merupakan
asam dalam kerangka teori Lewis karena proton adalah akseptor pasangan elektron
. Dalam reaksi netralisasi proton membentuk ikatan koordinat dengan ion
hidroksida.
Situasi ini sama dengan reaksi fasa gas yang pertama diterima sebagai reaksi asam
basa dalam kerangka teori BrΦnsted dan Lowry.
103
HCl(g) + NH3(g) ⇄ NH4Cl(s) (5.9)
Dalam reaksi ini, proton dari HCl membentuk ikatan koordinat dengan pasangan
elektron bebas atom nitrogen.
Keuntungan utama teori asam basa Lewis terletak pada fakta bahwa beberapa
reaksi yang tidak dianggap sebagai reaksi asam basa dalam kerangka teori
Arrhenius dan BrΦnsted Lowry terbukti sebagai reaksi asam basa dalam teori
Lewis. Sebagai contoh reakasi antara boron trifluorida BF3 dan ion fluorida F–.
BF3 + F– → BF4 – (5.10)
Reaksi ini melibatkan koordinasi boron trifluorida pada pasangan elektron bebas
ion fluorida. Menurut teori asam basa Lewis, BF3 adalah asam. Untuk
membedakan asam semacam BF3 dari asam protik (yang melepas proton, dengan
kata lain, asam dalam kerangka teori Arrhenius dan BrΦnsted Lowry), asam ini
disebut dengan asam Lewis. Boron membentuk senyawa yang tidak memenuhi
aturan oktet, dan dengan demikian adalah contoh khas unsur yang membentuk
asam Lewis.
Karena semua basa BrΦnsted Lowry mendonasikan pasangan elektronnya pada
proton, basa ini juga merupakan basa Lewis. Namun, tidak semua asam Lewis
adalah asam BrΦnsted Lowry sebagaimana dinyatakan dalam contoh di atas.
Dari ketiga definisi asam basa di atas, definisi Arrhenius yang paling terbatas.
Teori Lewis meliputi asam basa yang paling luas. Sepanjang yang dibahas adalah
reaksi di larutan dalam air, teori BrΦnsted Lowry paling mudah digunakan, tetapi
teori Lewis lah yang paling tepat bila reaksi asam basa melibatkan senyawa tanpa
proton.
Contoh Soal
104
5.3 Asam basa Lewis
Nyatakan manakah asam dan basa Lewis dalam reaksi-reaksi berikut.
(b) I– + I2 ⇄ I3 –
5.3 Jawab
105
(b) I– + I2 ⇄ I3 –, I– : asam Lewis, I2: basa Lewis.
1. arutan asam mempunyai rasa masam dan bersifat korosif terhadap logam,
sedangkan basa mempunyai rasa sedikit pahit dan bersifat kaustik. Larutan
basa bersifat korosif terhadap kulit.
2. Larutan asam dan basa dapat ditunjukkan dengan indikator asam- basa atau
dengan indikator pH-nya. Larutan asam mempunyai pH < 7, sedangkan
larutan basa mempunyai pH > 7.
3. Menurut Svante Arrhenius, penyebab sifat asam adalah ion W; sedangkan
penyebab sifat basa adalah ion OW.
4. Air mengalami ionisasi membentuk ion W dan ion OH- dalam jumlah yang
106
sama menurut persamaan kesetimbangan:
H20(/) 1-1+(aq) + OH-(aq)
Tetapan kesetimbangan air pada suhu kamar adalah KW = 1 x
5. Dalam larutan berair selalu berlaku: [W] x [OH-] = Kw; pH + pOH =
6. Asam dan basa ada yang tergolong elektrolit kuat, dan ada pula yang
tergolong elektrolit lemah. Asam atau basa kuat mengion sempurna (a - 1),
sedangkan asam atau basa lemah mengion hanya sebagian kecil (cc = 0).
7. Tetapan ionisasi asam (Ka) merupakan ukuran kekuatan asam; semakin besar
nilai K a, semakin kuat sifat keasamannya. Demikian juga dengan nilai Kb,
yang merupakan ukuran kekuatan basa.
8. Konsentrasi ion fr dalam larutan asam kuat dapat ditentukan dari
kemolaran asamnya. [}11 = M x valensi asam
9. Konsentrasi ion OH- dalam larutan basa kuat dapat ditentukan dari kemolaran
basanya. [011-] = M x valensi basa
10. Asam atau basa lemah hanya mengion sebagian kecil. Konsentrasi ion fr atau
ion OHhanya dapat ditentukan jika konsentrasi asam atau basa serta derajat
ionisasi atau tetapan ionisasi asam atau basa diketahui.
11. Untuk asam lemah berlaku: [H+]=
Mxa; [H+]= VKax M
12. Untuk basa lemah berlaku: [OW] =M
xa; [OM = AlKb x M
13. Tingkat keasaman larutan dinyatakan dalam skala pH; semakin asam larutan,
semakin kecil pH-nya.
14. pH = —log [HI pKa = —log Ka
pOH = —log [OM pKb = —log Kb
pKW = —log Kw
15. Asam polivalen mengion secara bertahap. pH larutan praktis hanya ditentukan
dari ionisasi tahap pertama: [H+] = ViCat x M
16. Indikator asam-basa adalah zat yang warnanya bergantung pada pH larutan.
17. Trayek pH indikator adalah batas-batas pH di mana indikator mengalami
perubahan warna.
18. pH larutan juga dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa indikator
yang diketahui trayek pH-nya.
19. Reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan.
107
20. Reaksi penetralan menghasilkan garam dan air.
21. Pendapat Bronsted-Lowry tentang asam
dan basa: Asam : donor proton
Basa : akseptor proton
22. Semakin kuat asam, semakin lemah basa konjugasinya: K a x Kb = K
23. Pendapat Lewis tentang asam dan
basa: Asam : akseptor pasangan
elektron Basa : donor pasangan
elektron
5.6. Latihan
"Kerendahanhati adalah suatu hal yang aneh. Di saat kau berpikir kau memilikinya, di
saat itulah kau tak lagi memilikinya."
1. Suatu indikator memberi warna merah dengan larutan kapur sirih. Indikator
Swami Chinmayananda
ini akan berwarna merah juga dalam.. . .
A. air jeruk D. larutan gula
B. air sabun E. larutan garam dapur
C. larutan cuka
2. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang . . . .
A. molekulnya mengandung atom hidrogen D. dapat bereaksi dengan ion
W
B. dapat melepas ion H+ dalam air E. dapat menghasilkan ion OW
C. dapat mengikat ion H+ dari air
3. Zat berikut ini tergolong asam, kecuali . .
A. HC1 D. S02(OH)2
B. CH3COOH E. P(OH)3
C. NH3
4. Di antara kelompok asam berikut yang bervalensi dua adalah . .
A. asam nitrat, asam cuka, asam fosfat
B. asam sulfit, asam karbonat, asam asetat
C. asam nitrat, asam klorida, asam sulfat
D. asam sulfat, asam sulfida, asam karbonat
E. asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat
5. Jika konsentrasi ion fl+ dalam larutan = 0,002 M, dan log 2 = 0,3, maka pH
larutan adalah . . ..
108
A. 3,3 D. 1,7
B. 2,7 E. 1,3
C. 2,3
6. Jika larutan P mempunyai pH = 5 dan larutan Q mempunyai pH = 6, maka
konsentrasi ion hidrogen dalam larutan P dan dalam larutan Q akan
berbanding sebagai . . . .
A. 1 : 0,1 D. 5 : 6
B. 1:2 E. log 5 : log 6
C. 1 : 10
7. Pada suatu suhu tertentu, harga tetapan kesetimbangan air (KO= 9 x 10-14.
Pada suhu tersebut, konsentrasi ion OH- dalam air murni adalah....
A. 1 x 10-1 M D. 9 x 10-7M
B. 1 x 10-7 M E. 1 x 10-14 M
C. 3 x 10-7M
8. Asam kuat mempunyai sifat sebagai berikut, kecuali . . . .
A. mempunyai nilai tetapan setimbang (Ka) yang besar
B. merupakan konduktor yang baik
C. mempunyai pH rendah
D. mempunyai lebih dari satu atom H dalam molekulnya
E. mempunyai derajat ionisasi
9. Perhatikan nilai tetapan ionisasi asam, Ka dari beberapa asam berikut.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Asam HA HB HC HD HE HG HK HL
K. 6,2 x 10-8 7,5 x 10-2 1,2 x 10-2 1,8 x 10-12 1,8 x 10-5 7 x le 6,7 x 10-5 9,6 x 10-7
17. Hasil pengujian terhadap berbagai ekstrak daun kelopak bunga sebagai
110
berikut:
Percobaa Warna Ekstrak Warna dalam Warna dalam
n Air Kapur (pH>7) Air Jeruk (pH<7)
1. merah kuning merah
2. kuning kuning jingga
3. hijau hijau hijau
4. biru kuning merah
18. Jika 100 mL larutan asam klorida dengan pH = 2 dicampurkan pada 100 mL
larutan natrium hidroksida dengan pH = 10, akan diperoleh larutan dengan .
A. pH= 3 D. 2<pH<6
B. pH= 6 E. 3 <pH<6
C. 6<pH<10
19. Di antara spesi berikut, yang tidak mungkin berlaku sebagai asam
Bronsted-Lowry adalah
A. NH4+ D. CO32
B. H2O E. H2CO3
C. HCO3
21. Perhatikan reaksi asam-basa berikut.
I. CO32-(aq) + H20(l) --> HCO3(aq) + 011-(aq)
II. H2CO3(aq) + H20(l) --> HCO3(aq) + H30+(aq)
Pernyataan yang benar berdasarkan kedua reaksi di atas adalah . . .
A. spesi HCO3 berlaku sebagai asam pada reaksi I dan basa pada reaksi II
B. spesi HCO3 berlaku sebagai basa pada reaksi I dan basa pada reaksi II
C. spesi HCO3 berlaku sebagai asam pada reaksi I juga pada reaksi II
D. spesi HCO3 berlaku sebagai basa pada reaksi I juga asam pada reaksi II
E. spesi HCO3 adalah asam yang lebih kuat daripada H2CO3
22. Di antara pasangan di bawah ini yang merupakan pasangan asam-basa
konjugasi adalah
A. NH3 dengan NH2- D. PO43- dengan H2PO4
B. CH3COOH2+ dengan CH3C00- E. H2O dengan
1-
C. 1-1 dengan 0H
23. Dalam reaksi berikut ini,
111
CN-(aq) + H20(1) HCN(aq) + OH-(aq)
CN- berlaku sebagai basa, sesuai dengan teori . . . .
A. Arrhenius
B. Bronsted-Lowry
C. Lewis
D. Bronsted-Lowry dan Lewis
E. Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis
II. ESAI
30. Tentukanlah pH dari larutan-larutan berikut.
a. asam klorida 0,1 M
b. asam asetat 0,1 M
c. amonia 0,1 M
d. natrium hidroksida 0,1 M
e. kalsium hidroksida 0,01M
f. asam fosfat 0,1 M = 7,1xx 10-3;K = 6,3 x 10-8; Ka_3 10
= 4,2
-13
)
a2
31. Sebanyak 50 mL larutan asam klorida 0,1 M ditetesi dengan larutan natrium
hidroksida 0,1 M. Tentukan pH campuran pada saat volum larutan natrium
hidroksida yang ditambahkan:
a. 0 mL c. 50 mL
b. 25 mL d. 100 mL
32. Suatu larutan cuka makan mengandung 6% asam asetat. Jika diketahui massa
jenis cuka makan itu adalah 1 kg L-1, tentukanlah volum cuka itu yang harus
diencerkan untuk membuat 100 mL larutan dengan pH = 4. (Ka CH3COOH = 1
X 10-5)
Peta
Konsep
112
6. STOIKIOMETRI REAKSI
DAN TITRASI ASAM BASA
Pencampuran dua jenis zat belum tentu disertai reaksi. Logam
magnesium larut dalam larutan asam klorida, tetapi logam tembaga tidak.
Bagaimana kita dapat menentukan ada tidaknya reaksi pada pencampuran dua
jenis zat? Cara sederhana mengetahui hal itu adalah melalui pengamatan. Namun
demikian, jika kita mengetahui sifat-sifat zat yang dicampurkan, kita dapat
meramalkan terjadi-tidaknya reaksi. Dalam bab ini akan dibahas berbagai macam
reaksi yang mungkin terjadi dalam larutan elektrolit. Selanjutnya akan dibahas
tentang stoikiometri reaksi yang melibatkan larutan elektrolit, serta titrasi
asam-basa dan penerapannya untuk menentukan kadar larutan.
Pada subbab ini akan dibahas beberapa jenis reaksi dalam larutan
elektrolit, yaitu reaksireaksi asam-basa, reaksi logam dengan asam, dan
113
reaksi-reaksi dekomposisi rangkap. Pokok bahasan ini akan dimulai dengan
pembahasan tentang persamaan ion, yaitu suatu cara pemaparan reaksi yang
melibatkan larutan elektrolit
114
Al2(SO4)3(aq), CaC12(aq), dan A1C13(aq) ditulis sebagai ion-ion yang
terpisah. Persamaan ion lengkap:
2A13+(aq) + 3SO42-(aq) + 3Ca2+(aq) + ---->3CaSO4(s) + 2A13±(aq) + 6C1-(aq)
Persamaan ion bersih:
3SO42-(aq) + 3Ca2+(aq) ----> 3CaSO4(s)
6.1.a.Reaksi-reaksi Asam-Basa
Asam dan basa bereaksi membentuk senyawa ion yang kita sebut garam. Garam
yang terbentuk terdiri dari kation basa dan anion sisa asam. Dalam arti yang lebih
luas, asam dan basa juga mencakup oksida asam dan oksida basa. Jadi, reaksi
asam-basa dapat berupa reaksi:
Oksida basa adalah oksida logam yang dapat bereaksi dengan asam membentuk
garam dan air.
Reaksi terjadi karena ion H+ asam bereaksi dengan ion 02- dari oksida basa
membentuk air. Misalnya, reaksi antara kalsium oksida dan asam klorida berikut
ini.
Contoh 1:
Contoh 2:
Reaksi besi(III) oksida dengan asam sulfat encer
Reaksi rumus: Fe203(s) + 3H2SO4(aq) ---> Fe2(SO4)3(aq) + 3H20(l)
Reaksi ion lengkap :
Fe203(s) + 6H+(aq) + 3SO42-(aq) -->2Fe3+(aq) + 3SO42-(aq) + 3H20(l)
Persamaan ion bersih : Fe203(s) + 6H+(aq) ---> 2Fe3+(aq) + 3H20(1)
Beberapa contoh oksida asam dan anion yang dibentuknya diberikan pada
Tabel 6.1
1
No. Oksida Asam Rumus Anion
1. SO2 5032-
2. SO3 5042-
3. P205 PO43
4. CO2 CO32-
Contoh 1:
Reaksi belerang dioksida dengan natrium hidroksida
Reaksi rumus S02(g) + 2NaOH(aq) --> Na2S03(aq) + H20(1)
Reaksi ion lengkap : S02(g) + 2Na+(aq) + 20H-(aq) —>
116
2Na+(aq) + S032-(aq) + H20(1)
Persamaan ion bersih : S02(g) + 20H-(aq) --> S032-(aq) + H20(1)
Contoh 2:
Reaksi karbon dioksida dengan air kapur [larutan Ca(OH)2]
Reaksi rumus : CO2(g) + Ca(OH)2(aq) > CaCO3(s) + H20(1)
Reaksi ion lengkap : CO2(g) + Ca (aq) + 20H-(aq) --> CaCO3(s) + H20(1)
2+
Oleh karena tidak ada ion penonton, maka persamaan di atas juga merupakan
persamaan ion bersih.
Reaksi terjadi karena ion 1-1+ dari asam bergabung dengan molekul amonia
membentuk ion amonium (ingat, NH3 adalah suatu basa Bronsted-Lowry).
AB + CD ------> AD + CB
Senyawa AB dan CD dapat berupa asam, basa, atau garam. Reaksi dapat
berlangsung apabila AD atau CB atau keduanya memenuhi paling tidak satu
117
dan kriteria berikut.
1. sukar larut dalam air (mengendap)
2. merupakan senyawa yang tidak stabil
3. merupakan elektrolit yang lebih lemah dan AB atau CD
Contoh senyawa yang tidak stabil yaitu H2CO3 dan NH4OH. Kedua senyawa
ini segera terurai sebagai berikut.
H2CO3------> H20(/) + CO2(g)
NH4OH------> H20(/) + NH3(g)
Contoh 1:
Contoh 2:
Gas hidrogen dapat dibuat dari reaksi logam zink dengan larutan asam
sulfat. Hitunglah volum asam sulfat 2 M yang diperlukan untuk dapat
menghasilkan 6,72 liter gas hidrogen (STP). Jawab:
· Logam zink larut dalam larutan asam sulfat encer menghasilkan gas
hidrogen menurut persamaan:
Zn(s) + H2SO4(aq) ZnSO4(aq) + H2(g)
· Zat yang diketahui dalam soal ini adalah hidrogen.
6,72 L
MO1 H2 =22,4 L 1 = 0,3 mol
· Zat yang ditanyakan adalah H2SO4.
Mol H2SO4 = 1 x 0,3 mol = 0,3 mol
· Hal yang ditanyakan adalah volum H2SO4.
n 0,3 moll ,
= 015 L
Volum H2SO4 = V = = M 2 mol
Contoh:
Logam aluminium bereaksi dengan gas oksigen membentuk aluminium oksida
padat menurut persamaan reaksi:
120
4A1(s) + 302(g) ---> 2Al203(s)
Oleh karena itu, langkah-langkah yang hams ditempuh adalah sebagai berikut.
Hitunglah massa endapan yang terbentuk dari reaksi 50 mL timbel(II) nitrat 0,1 M
dengan 50 mL larutan kalium iodida 0,1 M. (A, Pb = 207; I = 127)
Jawab:
121
Jumlah mol Pb(NO3)2 = 50 mL x 0,1 mmol/mL
= 5 mmol
Jumlah mol KI = 50 niL x 0,1 mmol/mL
= 5 mmol
Mol Pb(NO3)25 c
Koefisien Pb(NO3)2 = 1 = (faktor pengalinya = 5)
Mol KI 5
——5 (faktor pengalinya = 2,5)
Koefisien KI 2 2,5
Oleh karena dikalikan dengan bilangan yang lebih kecil, maka pereaksi
pembatasnya adalah KI.
Jumlah mol PbI2 (endapan) yang terbentuk sama dengan koefisien reaksi
PbI2 dikalikan dengan pengali terkecil yaitu 2,5.
Mol PbI2 = 1 x 2,5 mmol
= 2,5 mmol
Massa PbI, = 2,5 mmol x { 207 + (2 x 127)} mg/mmol
= 2,5 x 461 mg
= 1152,5 mg
= 1,1525 g
Contoh Soal
1. Tentukan volum larutan natrium hidroksida 0,1 M yang diperlukan untuk
menetralkan:
a. 20 mL larutan asam klorida 0,2 M,
b. 20 mL larutan asam sulfat 0,2 M.
2. Tentukan volum larutan asam sulfat 4 M yang diperlukan untuk melarutkan 1
gram aluminium. Tentukanlah juga volum gas yang dihasilkan jika diukur
pada 27°C, 1 atm. (Ar Al = 27)
3. Hitunglah volum larutan kalsium klorida 0,2 M yang diperlukan untuk
mengendapkan ion fosfat yang terdapat dalam 200 mL larutan natrium fosfat
0,1 M.
4. Sebanyak 4 gram serbuk kalsium hidroksida dilarutkan dalam air hingga 100
mL. Hitunglah volum larutan asam klorida 0,2 M yang diperlukan untuk
122
menetralkan 25 mL larutan kalsium hidroksida tersebut. (Ar 0 = 16; Ca = 40).
5. Kalsium karbonat padat dan kalsium hidroksida padat bereaksi dengan larutan
asam klorida menurut persamaan:
CaCO3(s) +2HC1(aq)-----> CaC12(aq) + H20(1) + CO2(g)
Ca(OH)2(s) +2HC1(aq) -------> CaC12(aq) + 2H20(l)
Hitunglah volum larutan asam klorida 2 M yang diperlukan untuk
melarutkan 25 gram campuran yang mengandung 40% kalsium karbonat
dan 60% kalsium hidroksida (A, H = 1; C = 12; 0 = 16).
6. Sebanyak 2,4 gram suatu logam M (A, = 24) dilarutkan dalam larutan asam
sulfat berlebihan menghasilkan senyawa M2(SO4)x dan 2,24 liter gas hidrogen.
Tentukanlah rumus kimia senyawa tersebut dan tulislah persamaan setara
reaksinya.
7. Sebanyak 5,4 gram suatu unsur logam (L) bervalensi tiga dilarutkan dalam
larutan asam sulfat berlebihan.
2L(s) + 3H2SO4(aq) --> L2(SO4)3(aq) + 3H2(g)
Apabila volum gas hidrogen yang terbentuk adalah 6 liter (T, P), dan pada T, P
yang sama, 5 liter, karbon dioksida bermassa 11 gram, tentukanlah massa atom
relatif logam (L) tersebut.
123
Sebelum mencapai titik ekuivalen Setelah mencapai titik ekuivalen
Gambar 6.3.1. Rangkaian alat titrasi (Penetapan kadar larutan HO dengan larutan NaOH 0,1 M.
25 mL larutan HCI setelah diberi larutan fenolftalein secukup nya, ditetesi dengan larutan NaOH 0.1 M. Titik ekivalen
ditandai oleh perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah. )
124
HC1 tersebut, misalkan 20 mL, ditempatkan dalam labu erlenmeyer, kemudian
ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M (dalam buret) sehingga keduanya ekivalen
(tepat habis bereaksi). Titik ekivalen dapat diketahui dengan bantuan indikator.
Titrasi (penetesan) dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan
warna. Saat indikator menunjukkan perubahan warna disebut titik akhir titrasi.
Titik ekivalen: pH pada saat asam dan basa tepat ekivalen.
125
6.4. Rangkuman Materi
11. Untuk menunjukkan titik ekivalen, perlu digunakan indikator yang sesuai,
126
yaitu indikator yang trayek pH-nya terletak pada daerah lonjakan pH.
12. pH pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir titrasi.
6.5. Latihan
I. PILIHAN GANDA
1. Garam yang terbentuk pada reaksi gas belerang dioksida dengan larutan natrium
hidroksida adalah
A. NaSO2 D. Na2SO4
B. NaHSO3 E. NaSO3
C. Na2SO3
2. Di antara logam berikut yang tidak larut dalam larutan asam sulfat encer adalah
....
A. tembaga D. besi
B aluminium E. zink
C. magnesium
3. Sepuluh mL larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,05 M akan tepat bereaksi
dengan larutan berikut, kecuali . . . .
A. 10 mL larutan HC1 0,05 M D. 1 mL larutan HNO3 0,5 M
B. 5 mL larutan CH3COOH 0,1 ME. 10 mL larutan H2SO4 0,0025 M
C. 10 mL larutan H2SO4 0,05 M
4. Untuk membuat 4 gram besi(III) sulfat (Mr = 400) dari besi(III) oksida
diperlukan larutan asam sulfat 0,1 M sebanyak . . . .
A. 10 mL D. 300 mL
B. 30 mL E. 600 mL
C. 100 mL
5. Suatu basa L(OH)3 sebanyak 15,6 gram tepat bereaksi dengan 29,4 gram asam
H2A. Jika ArL = 27; H = 1; dan 0 = 16, maka massa molar H2A adalah....
A. 114 g mol-1 D. 90 g more
B. 106 g morl E. 82 g mol-1
C. 98 g mot'
127
6. Sebanyak 100 mL air garam (larutan NaC1) direaksikan d'bngan larutan perak
nitrat berlebihan menghasilkan 7,175 gram endapan perak klorida menurut
persamaan:
NaCl(aq) + AgNO3(aq) —> AgCl(s) + NaNO3(aq)
Jika massa jenis air garam itu adalah 1,03 kg L-1, maka kadar NaCl adalah . . . .
(Ar Na = 23; Cl = 35,5; Ag = 108)
A. 1,42% D. 3,01%
B. 2,56% E. 5,12%
C. 2,84%
7. Pada penetapan kadar larutan CH3COOH dengan larutan NaOH sebaiknya
menggunakan indikator....
A. fenolftalein (trayek pH: 8,3 - 10,0)
B. metil merah (trayek pH: 4,2 - 6,3)
C. alizarin kuning (trayek pH: 10,1 - 12,0)
D. metil oranye (trayek pH: 2,9 - 4,0)
E. fenolftalein atau metil merah
II. ESAI
8. Gambarlah kurva titrasi pada titrasi:
a. basa kuat dengan asam kuat, c. asam lemah dengan basa kuat.
b. basa lemah dengan asam kuat, dan
9. Tentukan contoh indikator yang sesuai untuk titrasi berikut ini.
a. titrasi larutan kalsium klorida dengan larutan asam klorida
b. titrasi larutan amonia dengan larutan asam klorida c titrasi larutan
asam cuka dengan larutan kalium hidroksida
10. Konsentrasi asam klorida dalam lambung manusia adalah sekitar 0,08 M. Bila
seseorang mengalami lambung asam, konsentrasi asam klorida bisa mencapai
0,12 M. Sebuah tablet antasida mengandung 600 mg NaA1(OH)2CO3. Zat ini
bereaksi dengan asam dengan persamaan yang belum setara berikut.
NaAl(OH)2CO3(s) + 411+(aq) --> Na+(aq) + A13+(aq) + 3H20(/) + CO2(g)
Bila lambung mengandung 800 mL larutan asam klorida 0,12 M, apakah
konsentrasi asam klorida dalam lambung sudah mencapai keadaan normal
setelah menelan satu tablet antasida dengan air sebanyak 200 mL? (Ar H = 1; C
= 12; 0 = 16; Na = 23; Al = 27)
14. Kapur mati, Ca(OH)2, digunakan untuk menetralkan air danau yang menjadi
asam karena hujan asam. Apabila penyebab keasaman berupa asam sulfat dan
pH air danau adalah 4, berapa ton kapur mati diperlukan untuk menetralkan
128
air danau sebanyak 1 juta m3? (Ar H = 1; 0 = 16; Ca = 40)
Peta
Konsep
129
senyawa
7. KIMIA
KARBON
anorganik. Penggolongan ini pada awalnya berdasarkan sumber senyawa
tersebut. Senyawa organik berasal dari makhluk hidup atau sisa-sisa makhluk
hidup, sedangkan senyawa anorganik berasal dari alam di luar makhluk hidup.
Dengan berkembangnya analisis kimia, diketahui bahwa senyawasenyawa organik
tersebut adalah senyawa karbon. Oleh karena itu, senyawa organik disebut juga
senyawa karbon. Pada tahun 1828, Frederick Wohler, seorang ahli kimia
berkebangsaan Jerman, berhasil membuat urea ketika memanaskan larutan
amonium sianat.
Pemanasan
NH4OCN --------------> CO NH
Dengan penemuan tersebut, anggapan bahwa senyawa organik harus
berasal dari makhluk hidup telah dipatahkan. Meski begitu, penggolongan
senyawa ke dalam senyawa organik dan senyawa anorganik tetap dipertahankan.
Akan tetapi, penggolongan tersebut kini lebih ditekankan pada sifat-sifat senyawa,
bukan lagi pada sumbernya. Sejak penemuan Wohler, jutaan senyawa karbon
organik telah dapat dibuat di laboratorium. Banyak dari senyawa karbon sintetis
tersebut bahkan tidak terdapat dalam makhluk hidup, tetapi karena kemiripan
sifat-sifatnya, senyawa-senyawa tersebut digolongkan ke dalam senyawa organik.
Contohnya adalah plastik, nilon, dan karet sintetis.
Senyawa organik perlu mendapat perhatian khusus, karena beberapa
alasan berikut. Pertama, karena jumlahnya yang sangat banyak. Kini, senyawa
organik yang telah dikenal ada sekitar sepuluh juta jenis senyawa, sedangkan
senyawa anorganik yang dikenal hanya sekitar satu juta jenis senyawa. Kedua,
karena peranannya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Senyawa-senyawa
130
penting dalam mahluk hidup, seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
hormon, dan DNA, adalah senyawa organik. Ketiga, karena senyawa organik
mempunyai sifat-sifat dan klasifikasi yang khas, yang berbeda dari senyawa
anorganik. Oleh karena itu, senyawa organik secara khusus dibahas dalam satu
cabang ilmu kimia, yaitu kimia organik. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua
senyawa karbon tergolong senyawa organik. Berbagai senyawa karbon, seperti
oksida karbon, karbonat, dan sianida, digolongkan ke dalam senyawa anorganik.
Sekali lagi, penggolongan ini didasarkan pada sifat-sifat senyawa tersebut.
Pada bagian pertama dari bab ini, akan dibahas cara menunjukkan
senyawa karbon kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang keunikan
atom karbon, serta penggolongan senyawa karbon. Pada bagian kedua, akan
dibahas salah satu golongan senyawa karbon, yaitu hidrokarbon. Selanjutnya,
pada bagian ketiga, akan dibahas minyak dan gas bumi. Minyak dan gas bumi
merupakan sumber utama hidrokarbon yang banyak digunakan sebagai bahan
bakar dan industri. Industri yang berbahan dasar minyak dan gas bumi disebut
industri petrokimia. Pada bagian terakhir, akan dibahas pencemaran udara akibat
pembakaran bahan bakar fosil.
7.1. SENYAWAORGANIK
Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik, secara lebih
pasti dapat ditunjukkan melalui percobaan sederhana, yaitu dengan uji
pembakaran (lihat Gambar 7.1). Pembakaran sampel organik akan mengubah
131
karbon (C) menjadi karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H) menjadi air (H20).
Gas karbon dioksida dapat dikenali berdasarkan sifatnya yang mengeruhkan air
kapur; sedangkan air dapat dikenali dengan kertas kobalt karena air mengubah
warna kertas kobalt dari biru menjadi merah muda (pink).
Gambar 7.1 Bagan percobaan untuk menunjukkan karbon dan hidrogen dalam sampel organik. Karbon
dan hidrogen akan teroksidasi menjadi karbon dioksida dan uap air. Terbentuknya karbon
dioksida dikenali dengan air kapur, sedangkan air dikenali dengan kertas kobalt.
Selain karbon dan hidrogen, unsur yang sering terdapat dalam senyawa
karbon adalah oksigen, nitrogen, fosforus, halogen, dan beberapa unsur logam.
Keberadaan unsur-unsur tersebut dapat ditunjukkan melalui berbagai percobaan,
tetapi hal itu tidak termasuk dalam cakupan buku ini. Keberadaan unsur oksigen
dalam sampel organik biasanya tidak ditunjukkan secara khusus, tetapi dapat
diketahui dari selisih massa antara sampel dengan jumlah massa karbon,
hidrogen, dan unsur lainnya.
Contoh
:
132
Suatu sampel sebanyak 2,3 gram dianalisis sehingga diketahui
mengandung 1,2 gram karbon dan 0,3 gram hidrogen. Sampel tersebut tidak
mengandung unsurunsur lain (selain C, H, dan 0). Massa karbon + hidrogen = 1,2
+ 0,3 = 1,5 gram. Jadi, dapat dipastikan bahwa sampel tersebut mengandung
oksigen, yaitu sebanyak 2,3 gram — 1,5 gram = 0,8 gram
Sesuai dengan nomor periodenya, yaitu periode kedua, atom karbon hanya
mempunyai 2 kulit atom sehingga jari-jari atom karbon relatif kecil. Hal ini
menyumbang dua keuntungan sebagai berikut.
133
1. Ikatan kovalen yang dibentuk karbon relatif kuat.
2. Karbon dapat membentuk ikatan rangkap dan ikatan rangkap tiga.
Mengenai energi ikatan dan syarat pembentukan ikatan rangkap/rangkap
tiga akan dijelaskan kemudian. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa kekuatan
ikatan kovalen bergantung pada jari-jari dan atom-atom yang berikatan. Semakin
besar jaii-jari atom, semakin lemah ikatan yang dibentuknya. Sementara itu, ikatan
rangkap hanya dapat dibentuk oleh atom yang relatif kecil, yaitu unsur periode
kedua dan beberapa unsur periode ketiga. Unsur periode keempat tidak
membentuk ikatan rangkap.
Meskipun tidak ada perbedaan sifat yang tegas antara senyawa organik dengan
senyawa anorganik, kedua kelompok senyawa tersebut mempunyai ciri umum
yang berbeda. Berikut ini perbedaan yang utama di antara keduanya.
Senyawa organik kurang stabil terhadap pemanasan. Umumnya senyawa
organik sudah pada 700°C. Seperti Anda amati dalam Kegiatan 7.1, sampel
organik mudah terurai (menjadi gosong). Hal itu terjadi karena senyawa organik
berikatan kovalen yang relatif lebih lemah dibandingkan ikatan ion yang sering
terdapat dalam senyawa anorganik.
Senyawa organik umumnya mempunyai titik cair dan titik didih yang
relatif rendah. Banyak di antaranya yang berupa gas atau cairan pada suhu kamar.
Di lain pihak, senyawa anorganik, terutama yang merupakan senyawa ion,
mempunyai titik cair dan titik didih yang relatif tinggi.
c. Kelarutan
Senyawa organik lebih mudah larut dalam pelarut yang nonpolar (seperti
kloroform) daripada dalam pelarut polar (seperti air). Sebaliknya, senyawa
anorganik lebih mudah larut dalam pelarut polar
d. Kereaktifan
Reaksi-reaksi senyawa organik umumnya berlangsung lebih lambat
daripada reaksi senyawa anorganik, kecuali reaksi pembakaran. Banyak dari
senyawa organik yang mudah terbakar, tetapi kurang reaktif terhadap pereaksi
lain. Plastik, sebagai contoh, tidak bereaksi dengan asam, basa, bahkan dengan
akuaregia sekalipun
Contoh Soal
135
1. Manakah di antara senyawa berikut yang tergolong senyawa organik? Jelaskan
jawabanmu.
a. garam dapur (NaC1) d. karbon dioksida (CO2) f. sukrosa (C12H22011)
b. urea [CO(NH2)2] e. alkohol (C2H5OH) g. pasir (Si02)
c. batu kapur (CaCO3)
2. Apakah kayu tergolong senyawa karbon? Bagaimana Anda membuktikannya?
3. Pembakaran sempuma 3 gram suatu sampel organik menghasilkan 8,8 gram
karbon dioksida dan 5,4 gram air. Apakah zat tersebut mengandung unsur
selain karbon dan hidrogen? (A, H = 1; C = 12; 0 = 16)
4. Gambarlah suatu senyawa hidrokarbon yang mengandung atom karbon primer,
sekunder, tersier, dan kuartemer.
136
sifatnya menyerupai senyawa alifatik.
Berdasarkan jenis ikatan antaratom karbonnya, hidrokarbon dibedakan
atas jenuh dan tak jenuh. Jika semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan
tunggal (—CC—), ia digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh. Jika terdapat satu
saja ikatan rangkap (—C =C—) atau ikatan rangkap tiga (—C C—), ia disebut
hidrokarbon tak jenuh.
Alana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan
rantai terbuka dan semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal.
Rumus Lewis, rumus bangun, rumus molekul, serta model dan nama dari 3
anggota pertama alkane
Minyak dan gas bumi (gas alam) merupakan bahan industri kimia yang
penting, karena darinya diperoleh berbagai produk yang kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahan-bahan atau produk yang dibuat dan minyak dan
gas bumi disebut petrokimia. Berikut ini adalah beberapa hidrokarbon yang
digunakan dalam pembuatan produk yang banyak kita temui
a. Polietilena
137
b. PVC
c. Etanol
Etanol adalah bahan yang sehari-hari biasa kita kenal sebagai alkohol.
Etanol digunakan untuk bahan bakar atau bahan antara untuk berbagai produk
lain, misalnya asam asetat. Pembuatan etanol dari etilena melalui reaksi sebagai
berikut.
CH2= CH2 + H2O CH3—CH2OH (adisi)
e. Polipropilena
Plastik polipropilena lebih kuat dibandingkan dengan polietilena.
Polipropilena antara lain digunakan untuk karung plastik dan tali plastik.
Reaksi pembentukannya berlangsung sebagai berikut.
138
nCH3—CH = CH2 (—CH — CH2—), (polimerisasi)
CH3
propilena polipropilena
f. Gliserol
Zat ini antara lain digunakan sebagai bahan kosmetika (pelembab),
industri makanan. dan bahan untuk membuat peledak (nitrogliserin).
CH2OH CH2ONO 2
CHOH CHONO 2
CH2OH CH2ONO 2
gliserol nitrogliserin
g. Isopropil alkohol
Zat ini digunakan sebagai bahan-antara untuk berbagai produk petrokimia
lainnya. misalnya aseton (bahan pelarut, misalnya untuk melarutkan
pelapis kuku/kutek).
h. Butadiena
Beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar butadiena antara lain:
1. Karet sintetis, seperti SBR (styrene-butadiene-rubber) dan neoprena.
2. Nilon, yaitu nilon 6,6.
i. Isobutilena
Produk petrokimia yang berbahan dasar isobutilena antara lain adalah
MTBE (methyl tertiary butyl eter). Zat ini digunakan untuk menaikkan
nilai oktan bensin. MTBE dibuat dari reaksi isobutilena dengan
metanol.
CH3 CH3
CH3—C=C- H2 + CH3OH CH3—C—O—CH3
CH3
isobutilena metanol MTBE
j. Benzena
I. PILIHAN GANDA
1. Salah satu faktor yang menyebabkan senyawa karbon banyak jumlahnya adalah
....
A. karbon melimpah di kulit bumi D. titik didih karbon sangat tinggi
B. karbon mempunyai 6 elektron valensiE. karbon sangat reaktif
C. dapat membentuk rantai atom karbon
4. Senyawa
142
CH3—CH2—CH—CH2—CH2—C(CH3)3
C2H5
mengandung atom karbon primer, sekunder, dan tersier berturut-turut sebanyak
..
A. 4, 3, 2 3 D. 5,
B. 5, 3, 2 4, E. 5,
C. 5, 4, 1 , 1
143
CH3 CH3— C—CH2—CH3
H
(2) CH3
I (4) CH3— CH—CH—CH3
CH3— C—CH3 I I
I CH3 CH3
CH3
yang merupakan isomer adalah .
A. (1) dan (2) D. (2) dan (4)
B. (1) dan (3) E. (2) dan (3)
C. (1) dan (4)
11. Senyawa berikut merupakan isomer dari isoheksana, kecuali . . . .
A. 3-metilpentana D. 2,3-dimetilbutana
B. heksana E. isopentana
C. 2,2-dimetilbutana
12. Jumlah isomer alkuna dengan rumus molekul C5H10 adalah . . . .
A. 3 D. 6
B. 4 E. 7
C. 5
13. Senyawa dalam satu deret homolog mempunyai sifat sebagai berikut, kecuali
A. sifat kimia yang mirip
B. rumus umum sama
C. persen komponen yang sama
D. makin panjang rantai karbon makin tinggi titik didih
E. perbedaan Mr dua suku berturutan sebesar 14
14. Pembakaran sempurna suatu hidrokarbon menghasilkan CO2 dan H2O dalam
jumlah mol yang sama. Hidrokarbon itu termasuk homolog . . . .
A. alkana D. alkadiena
B. alkena E. alkenuna
C. alkuna
15. Reaksi berikut ini,
CH3—CH = CH2 + HBr CH3—CHBr—CH3
tergolong reaksi . . . .
A. adisi D. perengkahan
B. substitusi E. pembakaran
C. polimerisasi
II. ESAI
16. Tuliskan struktur dan nama dari lima isomer heptena dengan rantai induk
144
yang mempunyai keisomeran geometri.
17. Suatu gas alam terdiri atas 80% metana, 10% etena, 5% propana, dan 5% gas
yang tidak dapat terbakar. Hitunglah volum udara (20% oksigen) yang
diperlukan untuk pembakaran sempurna 10 liter sampel gas tersebut.
18. Tulislah reaksi-reaksi pembentukan polietena dari etena.
19. Jelaskan mengapa asap buang kendaraan bermotor mengandung CO2, CO,
oksida belerang, oksida nitrogen, dan partikel timah hitam.
20. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan:
a. efek rumah kaca,
b. pemanasan global,
c. hujan asam, dan
d. pengubah katalitik.
Peta
Konsep
145
BAB 8
ALKANA
Kimia organik merupakan nama lain untuk kimia karbon. Lebih
147
etanoat
CH3—CH—CH—CH—CH2—CH--CH3 5-etil-4,6-dimetil-2-heptanol
I I I I cabang-cabang induk
1. Tatanama Alkohol
a. Nama IUPAC
Nama alkanol diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran a menjadi ol
Contoh:
Alkana Alkanol
CH4 : metana CH3OH : metanol
C2H6 : etana C2H5OH : etanol
Posisi gugus fungsi ditunjukkan bila ada kemungkinan isomer. Perhatikan
beberapa contoh berikut.
1. CH
3—CH2—OH Etanol (posisi gugus fungsi tidak perlu disebutkan)
2. CH3—CH2—CH2-0H 1-Propanol
3. CH3—CH—CH3 2-Propanol
OH
b. Nama Lazim
Selain nama IUPAC, alkohol sederhana juga mempunyai nama lazim, yaitu alkil
alkohol.
R-OH
alkil alkohol
Perhatikanlah beberapa contoh berikut.
CH3-0H CH3—CH2-0H
metil alkohol etil alkohol
149
CH3
CH3—CH2—CH2-0H CH3—CH—OH
propil alkohol isopropil alkohol
CH3 CH3
CH3—CH—CH2-0H CH3—CH,—CH—OH
isobutil alkohol sek-butil alkohol
Contoh Soal
1. Tulislah nama IUPAC dari alkanol dengan struktur sebagai berikut.
a. CH3—CH—CH2—CH2-0H
CH3
b. CH3 OH CH3
I I I
CH3—CH—CH—CH—CH2—CH3
OH
c. CH3—CH—CH—CH(CH3)2
C2H5
2. Gambarlah struktur alkanol yang namanya:
a. 2,2-dimetil-l-propanol, d. isopropil alkohol,
b. 2,3-dimetil-1-heksanol, e. isobutil alkohol.
150
c. 3-kloro-3-etil-2-pentanol
151
4. Tata Nama Alkanon (Keton)
a. Nama IUPAC
Nama alkanon diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran
a menjadi on. Suku terendah dari alkanon adalah propanon, yang juga disebut
aseton. Perhatikanlah nama dari dua contoh alkanon berikut ini.
b. Nama IUPAC
Nama asam alkanoat diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran a
menjadi oat dan memberi awalan asam.
Tata nama asam alkanoat bercabang pada dasarnya sama seperti tata nama aldehida, yakni
posisi gugus fungsi tidak perlu dinyatakan karena selalu menjadi atom karbon nomor satu.
Perhatikanlah dua contoh berikut.
Contoh
: H3—CH—CH 2—COOH
C CH3—CH—CH—00011
CH3 I I
asam 3-metilbutanoat CH3 OH
asam 2-hidroksi-3-metilbutanoat
a a
CH3—CH—COOH CH3—CH—CH—COOH
152
OH I I
CH3 OH
8.4. Keisomeran
Keisomeran pada alkana, alkena, dan alkuna. Masih ingatkah apa yang
dimaksud dengan isomer? Isomer adalah senyawa-senyawa yang mempunyai
rumus molekul sama. Keisomeran dapat terjadi karena pebedaan struktur atau
karena perbedaan konfigurasi. Struktur mengambarkan bagaimana atom-atom
saling berkaitan dalam satu molekul, yaitu mengambarkan apa mengikat apa,
sedangkan konfigurasi mengambarkan susunan ruang atom-atom dalam satu
molekul. Senyawa-senyawa dengan rumus molekul dan strukur yang sama dapat
saja mempunyai konfigurasi yang berbeda. Perhatikan Gambar 4.2. Ketiga
senyawa tersebut mempunyai rumus molekul yang sama, yaitu C2H2C12. Senyawa
(a) dan senyawa (b) mempunyai struktur yang berbeda di mana atom karbon pada
kedua senyawa itu mengikat gugus-gugus yang berbeda. Senyawa (b) dan senyawa
(c) mempunyai struktur yang sama, tetapi konfigurasinya berbeda; pada senyawa
(b), kedua atom kloiin terletak pada sisi yang sama dari ikatan rangkap, sedangkan
pada senyawa (c), kedua atom klorin itu berseberangan.
Keisomeran karena perbedaan struktur disebut keisomeran struktur,
sedangkan keisomeran karena perbedaan konfigurasi disebut keisomeran ruang.
Keisomeran struktur dapat berupa keisomeran kerangka, keisomeran posisi, dan
keisomeran gugus fungsi, sedangkan keisomeran ruang dapat berupa keisomeran
geometri dan keisomeran optis.
153
Cl H Cl CI Cl H
\ / \ / \ /
C=C C=C C=C
/ \ / \ / \
Cl H H H H Cl
(a) (b) (c)
Keisomeran Optis
Dari ilmu fisika tentu Anda telah mengetahui apa yang dimaksud dengan
cahaya terpolarisasi (cahaya terkutub), yaitu cahaya yang hanya bergetar pada satu
bidang. Bidang getar itu disebut bidang polarisasi. Cahaya biasa dapat
Sudut putaran
d
Polarisato i
p
o
Cahaya
Larutan zat
yang bersifat
l
Cahaya Cahaya
optis aktif terpolarisas
a
Gambar 4.4 Zat yang bersifat optis aktif memutarkan bidang
polarisasi. ri
sasikan dengan menggunakan polarisator.
Berbagai jenis senyawa karbon menunjukkan suatu kegiatan optis, yaitu
dapat memutarkan bidang polarisasi. Ada yang memutarkannya ke kanan (searah
jarum jam), ada pula yang memutarkan ke kiri (berlawanan arah jarum jam).
Senyawa-senyawa yang dapat memutarkan bidang polarisasi, kita rebut bersifat
optis aktif.
Keisomeran optis berkaitan dengan sifat optis. Satu contoh senyawa yang
menunjukkan kegiatan optis adalah 2-butanol. Dikenal dua jenis 2-butanol Satu
memutarkan bidang polarisasi 13,52° ke kanan (searah jarum jam), dan satu lagi
memutar 13,52° ke kiri (berlawanan arah jarum jam). Arah putaran selanjutnya
dinyatakan dengan tanda (+) atau d (baca: dekstro) untuk pemutar kanan, dan (–)
154
atau 1 (baca: levo) untuk pemutar kiri. Jadi, 2-butanol mempunyai 2 isomer optis,
yaitu d-2-butanol dan 1-2- butanol. (Perhatikan bahwa sudut putarannya adalah
sama kecuali arahnya yang berbeda).
Bagaimanakah keisomeran optis itu terjadi? Menurut Lebel dan van't
Hoff, keisomeran optis disebabkan adanya atom karbon asimetris dalam molekul,
yaitu atom C yang terikat pada 4 gugus yang berbeda. Dalam 2-butanol, atom C
nomor 2 merupakan atom C asimetris karena terikat pada 4 gugus yang berbeda,
yaitu –C2H5, –H, –OH, dan –CH3. Atom C asimetris itu ditandai dengan tanda
asterik (*) sebagai berikut.
Senyawa yang mempunyai atom karbon asimetris bersifat kiral (seperti
tangan kita; Yunani: khiral = tangan kita). Kedua tangan kita mempunyai bentuk
yang sama tetapi tidak setangkup. Tangan kanan tidak dapat ditindihkan di atas
tangan kiri sehingga jari-jari sejenis saling bertumpang tindih. Tangan kiri
identik dengan bayangan cermin dan tangan kanan (lihat Gambar 4.5). Bahwa
kedua tangan kita tidak setangkup juga dapat dibuktikan dengan sarung tangan.
Sarung tangan kanan tidak dapat digunakan untuk tangan kiri, bukan?
Hal yang sama terjadi pada senyawa yang mengandung atom C asimetris.
Senyawa ang mengandung 1 atom C asimetris (misalnya 2-butanol),
mempunyai 2 bentuk konfigurasi yang tidak setangkup, yang satu merupakan
bayangan cermin dan yang lain (hal ini akan menjadi lebih jelas jika Anda
menggunakan molymod). Kedua bentuk konfigurasi dan 2-butanol. Kedua
isomer optis dan 2- butanol dikaitkan dengan dua bentuk konfigurasi tersebut.
Jika bentuk A merupakan pemutar kanan, maka bentuk B adalah pemutar kiri,
atau sebaliknya.
Semakin banyak jumlah atom C asimetris dalam molekul, semakin banyak
pula kemungkinan konfigurasi molekulnya dan semakin banyak isomer optisnya.
Senyawa yang mengandung n atom C asimetris dapat mempunyai
sebanyak-banyaknya 2' isomer optis. Jadi, senyawa yang mempunyai 2 atom C
asimetris dapat mempunyai sebanyak-banyaknya 22 = 4 isomer optis; yang
155
mempunyai 3 atom C asimetris dapat mempunyai 23 = 8 isomer optis; dan
seterusnya.
Senyawa-senyawa yang berisomer optis biasanya digambarkan secara
vertikal dengan gugus fungsi berada di atas. Konfigurasi molekul pada atom
karbon asimetris dibedakan dengan menempatkan dua gugus yang berbeda pada
sisi yang berbeda. Perhatikanlah letak gugus-gugus –OH pada contoh berikut.
HH
II
asam 2,3-dihidroksi butanoat, CH3—C3—C2—COOH
I I
OH OH
mempunyai dua atom C asimetris, yaitu atom karbon nomor 2 dan nomor 3.
Senyawa ini mempunyai 22 = 4 isomer optis. Konfigurasi dari keempat
isomer itu dapat digambarkan sebagai berikut.
156
Pada reaksi substitusi, atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul
digantikan oleh atom atau gugus atom lain. Reaksi substitusi umumnya terjadi
pada senyawa yang jenuh (semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan
tunggal), tetapi dengan kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.
Perhatikanlah beberapa contoh berikut.
Contoh 1:
Halogenasi hidrokarbon (penggantian atom H oleh
halogen): CH4 + C12 --------> CH3C1 + HC1
(monosubstitusi)
Contoh 2:
Penggantian gugus –OH oleh halogen:
CH3CH2OH + HC1(pekat) —> CH3CH2C1 + H20
b. Adisi
Reaksi adisi terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap
atau rangkap tiga, mnasuk ikatan rangkap karbon dengan atom lain, seperti
C=0 atau Pada :eaksi adisi, molekul senyawa yang mempunyai ikatan
rangkap menyerap atom atau zugus atom sehingga ikatan rangkap berubah
menjadi ikatan tunggal.
2. Reaksi-reaksi Alkohol
Sebelum membahas reaksi-reaksi alkohol, perlu Anda ketahui
penggolongan alkohol ke dalam alkohol primer, sekunder, dan tersier. Dalam
Buku jilid 1 telah dijelaskan bahwa atom karbon pada alkana dibedakan atas atom
karbon primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Atom karbon primer ialah atom
karbon yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain, atom karbon
sekunder terikat langsung pada dua atom karbon yang lain, dan seterusnya.
Perhatikan contoh berikut.
1° 1°
CH3 CH3
157
1° 2° I 2° 4°I 1°
CH3—CH2—CH—CH2—C—CH3
3°
CH3
1°
Berdasarkan jenis atom karbon yang mengikat gugus —OH,
alkohol dibedakan atas alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
tersier. Dalam alkohol primer, gugus —OH terikat pada atom karbon
primer, dan seterusnya.
3. Reaksi dengan Logam Aktif
Atom H dari gugus —OH dapat disubstitusi oleh logam aktif seperti natrium dan
kalium, membentuk alkoksida dan gas hidrogen. Reaksi ini mirip dengan reaksi
natrium dengan air, tetapi reaksi dengan air berlangsung lebih cepat. Reaksi ini
menunjukkan bahwa alkohol bersifat sebagai asam lemah (lebih lemah daripada
air).
2C2H5-0H + 2Na ----------------> 2C2H5-0Na + H2
Na-etoksida
b. Substitusi Gugus —OH oleh Halogen
Gugus OH alkohol dapat disubtitusi oleh atom halogen bila direaksikan dengan
HX pekat, PX3 atau PX5 (X = halogen).
Contoh:
C2H5OH + HC1 (pekat) --> C2H5C1 + H2O
3C2H5OH + PC13 —> 3C2H5C1 + H3P03
C2H5OH + PC15 —> C2H5C1 + POC13 + HC1
c. Oksidasi Alkohol
Alkohol sederhana mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Oleh karena itu, etanol digunakan sebagai bahan bakar (spiritus). Reaksi
pembakaran etanol, berlangsung sebagai berikut.
C2H5OH(l) + 3O2(g) —i 2CO2(g) + 3H20(g) + kalor
158
Dengan zat-zat pengoksidasi sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam
lingkungan asam, alkohol teroksidasi sebagai berikut.
i. Alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut
membentuk asam karboksilat.
ii. Alkohol sekunder membentuk keton.
iii. Alkohol tersier tidak teroksidasi.
Dalam hal oksidasi alkohol, sebuah atom oksigen dari oksidator akan
menyerang atom H-karbinol, yaitu atom H yang terikat pada atom karbon
karbinol (atom karbon yang mengikat karbon karbinol gugus OH).
d. Petnbentukan Ester (EsterifIkasi)
Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat membentuk ester dan air.
0 0
II II
R—C—OH + R'—OH ------- R— C—OH + H2O
asam karboksilat alkohol ester air
Mengenai reaksi pengesteran ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian ester.
e. Dehidrasi Alkohol
Jika alkohol dipanaskan bersama asam sulfat pekat akan mengalami dehidrasi
(melepas molekul air) membentuk eter atau alkena. Pemanasan pada suhu sekitar
130°C menghasilkan eter, sedangkan pemanasan pada suhu sekitar 180°C
menghasilkan alkena. Reaksi dehidrasi etanol berlangsung sebagai berikut.
H H H H
I I it,s04
CH3—C—OH + H—O—C—CH3 -------------------->CH3—C-----0—C—CH3
+ H2O
I30°C
H H
etanol dietil eter
159
3. Reaksi-reaksi Eter
a. Pembakaran
Eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Contoh
162
8. Pasangan senyawa yang berisomer fungsi adalah sebagai berikut.
Alkanol dan alkoksi alkana, rumus umum CnH2n+20•
Alkanal dan keton, rumus umum CnH2n0.
Asam alkanoat dan ester, rumus umum CnH2n02
9. Keisomeran ruang dapat berupa keisomeran geometri dan keisomeran optis.
Keisomeran geometri terdapat dalam senyawa-senyawa yang mempunyai
bagian molekul yang kaku, di mana satu atom tidak dapat berputar bebas
terhadap atom lain yang terikat padanya, seperti ikatan rangkap dan cincin.
keisomeran geometri mempunyai dua bentuk konfigurasi, yaitu cis dan
trans.
Keisomeran optis terdapat dalam senyawa yang mempunyai atom karbon
asimetris.
Senyawa yang mempunyai n atom karbon asimetris dapat mempunyai
sebanyakbanyaknya 2' isomer optis.
Senyawa-senyawa yang berisomer optis mempunyai putaran optis yang
berbeda.
10. Reaksi senyawa karbon dapat berupa substitusi, adisi, atau eliminasi.
Reaksi substitusi adalah penggantian suatu atom atau gugus atom oleh
atom atau gugus atom lain.
Reaksi adisi adalah penjenuhan ikatan rangkap.
Reaksi eliminasi adalah pelepasan molekul tertentu sehingga membentuk
senyawa yang tidak jenuh.
11. Reaksi-reaksi alkohol adalah sebagai berikut.
Dengan logam aktif, misalnya dengan natrium, membebaskan hidrogen.
Substitusi OH oleh halogen jika direaksikan dengan HX , PC13, atau
PC15.
Oksidasi.
Esterifikasi.
Dehidrasi.
163
Oksidasi alkohol primer membentuk aldehida.
Oksidasi alkohol sekunder menghasilkan keton.
Alkohol tersier tidak dapat dioksidasi oleh pengoksidasi-pengoksidasi
biasa.
12. Eter dapat dipecahkan oleh asam halida (khususnya HI) membentuk alkil
halida dan/atau alkohol.
13. Alkohol dan eter dapat dibedakan berdasarkan reaksinya dengan natrium;
alkohol bereaksi sedangkan eter tidak.
14. Aldehida merupakan reduktor yang lebih kuat daripada keton. Kedua
golongan senyawa ini dapat dibedakan dengan pereaksi Tollens dan pereaksi
Fehling. Aldehida bereaksi positif dengan kedua pereaksi itu, sedangkan
keton tidak.
15. Aldehida dan keton dapat bereaksi dengan hidrogen (mengalami reduksi).
Reduksi aldehida menghasilkan alkohol primer.
Reduksi keton menghasilkan alkohol sekunder.
16. Asam kaboksilat dapat mengalami berbagai jenis reaksi, penetralan, dan
esterifikasi.
17. Ester dapat mengalami hidrolisis membentuk asam dan alkohol.
18. Haloalkana dapat mengalami reaksi substitusi dan eliminasi. Pada eliminasi
HX dan alkil halida berlaku aturan Zaytzeff, yang miskin dipermiskin.
19. Haloalkana banyak kegunaannya, tetapi banyak di antaranya terpaksa
dilarang karena menimbulkan berbagai masalah, baik masalah kesehatan
maupun masalah lingkungan.
20. Berbagai jenis alkohol digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun
industri. Di antaranya adalah metanol, etanol, glikol, dan gliserol.
21. Eter digunakan sebagai pelarut; etil eter dapat digunakan sebagai obat bius.
22. Larutan metanal, yaitu formalin digunakan sebagai pengawet mayat. Dalam
industri, metanal digunakan antara lain untuk industri perekat. Formalin
sering disalahgunakan sebagai pengawet bahan makanan tertentu.
164
23. Salah satu kegunaan keton adalah sebagai pelarut.
24. Asam asetat merupakan komponen esensial dalam cuka makan. Asam format
digunakan dalam penggumpalan lateks.
25. Berbagai jenis ester, yaitu ester buah-buahan, digunakan sebagai essen
7.6. Latihan
I. PILIHAN GANDA
A. ikatan rangkap
B. ikatan rangkap tiga
C. ikatan rangkap tiga
D. emua ikatan adalah ikatan tunggal
E. satu gugus—OH
166
B. CF2C12 E. CH3C1
C. CH2C12
10. Rumus umum suatu senyawa adalah Crif12n0. Senyawa tersebut dengan larutan
perak nitrat amoniakal menghasilkan endapan perak. Gugus fungsi dalam
senyawa itu adalah . . . .
A. —OH D. —COOH
B. —CO— E. —0—
C. —CHO
11. Senyawa dengan rumus molekul C5H100 menghasilkan endapan merah dengan
pereaksi Fehling. Ada berapa kemungkinan senyawa seperti ini?
A. 1 D. 4
B. 2 E. 5
C. 3
12. Campuran yang dapat menghasilkan ester adalah
A. propanol dengan natrium
B. gliseril trioleat dengan natrium hidroksida
C. asam oleat dengan natrium hidroksida
D. propanol dengan fosforus triklorida
E. etanol dengan asam asetat
13. Zat berikut ini tergolong ester, kecuali . . . .
A. essen D. minyak
B. lilin E. steroid
C. lemak
14. Reaksi di bawah ini disebut reaksi . . . .
0 0
II II
CH3—C—OCH3 + H2O <= CH3—C—OH + CH3OH
A. netralisasi
B. penyabunan
167
C. hidrolisis
15. Hidrolisis etil propionat menghasilkan . . . .
A. propil alkohol dan asam etanoat
B. asam propanoat dan etil alkohol
C. isopropil alkohol dan asam etanoat
II. ESai
16. Tuliskan struktur senyawa berikut, kemudian tandai gugus fungsi yang
terdapat di dalamnya.
a. etanol e. asam asetat
b. etoksietana f. etil asetat
c. etanal g. etil klorida
d. aseton
17. Tulislah struktur dan nama IUPAC semua senyawa dengan rumus molekul
C5H100,.
18. Tulislah pasangan senyawa yang rumus molekulnya C414100 yang merupakan:
a. isomer kerangka, c. isomer fungsi,
b. isomer posisi, d.isomer optis.
19. Tulislah masing-masing satu contoh untuk reaksi:
a. substitusi pada alkohol,
b. eliminasi pada alkil halida,
c. eter dengan HI,
d. oksidasi pada aldehida,
e. reduksi pada keton,
f. esterifikasi,
g. hidrolisis ester.
168
Peta
Konsep
169
9.
BENZE
NA DAN
TURUN
Benzena merupakan senyawa aromatik tersederhana. Nama "aromatik"
itu diberikan karena anggota-anggota yang pertama dikenal dari golongan ini
ANNYA
mempunyai aroma yang sedap Akan tetapi, belakangan dikenal juga senyawa
sejenis yang tidak berbau, bahkan ada yang berbau tidak sedap. Kini, istilah
aromatik itu dikaitkan dengan struktur dan sifat-sifat khas tertentu.
Bab ini akan dimulai dengan membahas struktur benzena, yaitu senyawa
yang dapat dianggap sebagai senyawa utama dari golongan aromatik, sehingga
kita dapat memahami "kearomatikan". Selanjutnya, akan dibahas tentang
sifat-sifat, kegunaan, serta dampak dari benzena dan turunannya.
170
Rumus molekul benzena (C6H6) memperlihatkan ketidakjenuhan. Sebagai
pembanding, heksana yang merupakan senyawa jenuh dengan 6 atom karbon
mempunyai rumus molekul C6H14; heksena yang merupakan senyawa dengan satu
ikatan rangkap mempunyai rumus molekul C6H12; sedangkan heksuna yang
mengandung satu ikatan rangkap tiga mempunyai rumus molekul C6H10. Akan
tetapi, benzena tidak memperlihatkan ketidakjenuhan. Benzena tidak melunturkan
warna air bromin (tidak diadisi oleh bromin). Benzena lebih mudah mengalami
substitusi daripada adisi.
Benzena (C6H6)
X
orto (o) meta (m) para (p)
Gambar 11.. Tiga jenis isomer benzena disubstitusi
Contoh Soal.
1. Selain struktur Kekule di atas, dapatkah Anda mengemukakan struktur
171
C6H6 yang akan menghasilkan hanya sejenis monosubstitusi?
2. Sesuai dengan struktur Kekule di atas, mengapa tidak ada substituen
dengan posisi: a. 1, 5? b. 1, 6?
3. Nyatakan apakah pernyataan berikut benar atau salah.
a. Benzena tergolong senyawa tak jenuh.
b. Benzena dapat melunturkan air bromin.
c. Monosubstitusi benzena ada 6 macam.
d. Semua atom H dalam benzena adalah ekivalen.
e. Atom karbon dalam benzena mengalami hibridisasi spa.
172
H H
C
I C—NH
H 2
H
fenil benzil fenil bromida benzil amina
C6H5— C6H5—CH2— C6H5Br C6H5—CH2NH2
Jika terdapat dua substituen, maka posisi substituen dinyatakan dengan
awalan o (orto), m (meta), atau p (para). Awalan orto untuk menyatakan ,posisi
substituen pada atom C nomor 1,2; meta untuk posisi 1,3; dan para untuk posisi
1,4. Perhatikanlah beberapa contoh berikut.
Br OH
Br
Cl
NO2
o-dibromobenzena m-kloroanilina p-nitrofenol
Jika terdapat tiga substituen atau lebih pada sebuah cincin benzena, maka
sistem o, m, dan p tidak dapat diterapkan lagi. Dalam hal seperti itu, posisi
substituen dinyatakan dengan angka.
Urutan prioritas penomoran untuk beberapa substituen yang umum adalah
sebagai berikut.
–COOH, –SO3H, –CHO, –CN, –OH, –NH2, –R, –NO2, –X
173
elektron. Pereaksi seperti ini disebut pereaksi elektrofil. Contohnya adalah halogen
(X2) dan HNO3. Berikut ini beberapa reaksi penting dan benzena.
2. Nitrasi
Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat dengan katalis asam sulfat pekat
membentuk nitrobenzena.
H NO2
+ HONO2 H2so4 + H 2O
3. Sulfonasi
Sulfonasi terjadi apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat.
1. Halogenasi
Benzena bereaksi langsung dengan halogen dengan katalis besi(III) halida.
FeC13 Cl
+ C12 + HC1
H S
+ HOS 03H 03H
+ H2O
4. Alkilasi
Alkilbenzena dapat terbentuk jika benzena direaksikan dengan alkil halida
dengan katalis aluminium klorida (A1C13).
H3
+ CH3C1 AIC1
+ HC1
1. Benzena
Benzena digunakan sebagai pelarut untuk berbagai jenis zat. Selain itu, benzena
merupakan bahan dasar untuk membuat stirena, yaitu bahan untuk membuat
sejenis karet sintetis.
Benzena juga merupakan bahan dasar untuk membuat nilon 6,6.
174
Seperti telah disebutkan di awal bab, benzena bersifat racun dan
merupakan zat karsinogen.
2. Toluena
Toluena digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan dasar untuk
membuat trinitrotoluena, senyawa yang digunakan sebagai bahan peledak
(dinamit).
02 N
+ HNO3 H3SO4(pekat)
NO,
toluena trinitrotoluena (TNT)
3. Fenol
Larutan fenol dalam air bersifat asam lemah (Ka = 1 x 10-10). Reaksi
fenol dengan basa membentuk garam fenolat, misalnya dengan NaOH.
Sifat lain dan fenol adalah seperti alkohol. Fenol digunakan sebagai
antiseptik karena dapat membunuh bakteri. Hal ini terkait dengan sifat fenol
yang dapat menyebabkan denaturasi protein Akan tetapi, fenol juga bersifat
racun bagi manusia sehingga telah diganti dengan antiseptik lain.
4. Asam Salisilat
Asam salisilat adalah nama lazim dari asam o-hidroksibenzoat. Ester dan
asam salisilat dengan asam asetat digunakan sebagai obat dengan nama aspirin atau
asetosal.
175
Gambar. 13.3. Struktur Asam salisilat
Anilina bersifat basa lemah, merupakan bahan dasar untuk pembuatan zat-zat warna
diazo.
Anilina dapat dibuat dan nitrobenzena melalui reaksi dua tahap berikut ini.
Pertama, nitrobenzena direduksi oleh hidrogen yang berasal dari reaksi timah dengan
HC1 pekat, menghasilkan garam anilinium klorida. Selanjutnya, garam anilinium
klorida direaksikan dengan,natrium karbonat menghasilkan anilina.
11.6. Latihan
I. PILIHAN GANDA
1. Manakah di antara pernyataan berikut yang`bukan `merupakan sifat benzena?
A. berupa zat cair yang mudah menguap
B. merupakan senyawa tak jenuh
C. bersifat racun
D. melunturkan air bromin
E. mudah terbakar
2. Kresol (metilfenol) mempunyai isomer sebanyak .. .
A. 2 D. 5
B. 3 E. 6
C. 4
3. Di bawah ini tertera rumus bangun suatu senyawa turunan benzena. Nama
senyawa itu adalah ... .
177
5. Rumus molekul dari asam salisilat adalah . . . .
A. C6H603 D. C7H802
B. C7H803 E. C7H603
C. C7H702
6. Suatu senyawa karbon yang mengandung inti benzena mempunyai sifat sebagai
berikut. berupa kristal dan larut dalam air,
bersifat asam lemah dan bereaksi dengan NaOH,
bersifat pemusnah hama.
Senyawa tersebut adalah . . . .
A. anilina D. benzil alkohol
B. nitrobenzena E. toluena
C. fenol
7. Oksidasi suatu turunan benzena menghasilkan suatu senyawa yang dapat
memerahkan lakmus biru dan dengan alkohol menghasilkan ester.
Turunan benzena itu adalah . . . .
A. benzena D. anilina
B. toluena E. fenol
C. asam benzoat
8. Senyawa turunan benzena yang digunakan sebagai bahan pengawet makanan
adalah . . . .
A. fenol D. anilina
B. asam salisilat E. TNT
C. asam benzoat
II. Esai
178
Peta
Konsep
10.
MA
KR 179
OM
OLE
KU
Polimer merupakan suatu golongan bahan kimia yang banyak digunakan
dalam kehidupan kita sehari-hari maupun dalam industri. Polimer meliputi plastik,
karet, serat, dan nilon.
Beberapa senyawa penting dalam tubuh makhluk hidup, yaitu karbohidrat
(polisakarida), protein, dan asam nukleat, juga merupakan polimer. Kita akan
melihat bahwa polimer adalah suatu makromolekul yang terbentuk dari
molekul-molekul sederhana yang kita sebut sebagai monomer. Proses
pembentukan polimer dan monomernya kita sebut sebagai polimerisasi.
Dalam bab ini akan dibahas tentang reaksi pembentukan polimer, penggolongan
polimer, serta kegunaan dan dampak polimer.
10.1. Reaksi Pembentukan Molekul
Pada Gambar 10.1.1 ditunjukkan berbagai jenis barang yang terbuat dan
bahan plastik. Ahli kimia juga menyebut bahan tersebut sebagai polimer. Jenis
plastik yang lazim adalah polietilena, polipropilena, polistirena, dan
polivinilklorida (PVC), polimer, dan poliester.
Reaksi
polimerisa
si
a. Polimerisasi Adisi
c. metilmetakrilat, CH2=C—COOCH3
CH3
d. butadiena, CH2=CH—CH=CH2
2. Satu molekul polietilena terdiri dari 10.000 molekul etena. Berapakah massa
molekul relatif molekul polietilena itu? (A, H = 1; C = 10).
(CH2)4COOH).
5. Nilon 4,6 adalah polimer kondensasi dari dua jenis monomer, yaitu
H2NCH2CH2CH2CH2NH2 dengan HOOCCH2CH2CH2CH2COOH.
Tulislah satuan ulang dari polimer tersebut.
6. Lengkapilah pernyataan berikut. Satu molekul polimer yang terbentuk dari
1.000 molekul asam tereftalat dan 1.000 molekul glikol mempunyai massa
molekul relatif sebesar (1.000 x ...) + (1.000 x ...) – (...x 18).
b. Polimerisasi Kondensasi
Pada polimerisasi kondensasi, monomer-monomer saling berkaitan
dengan melepas molekul kecil, seperti H2O dan CH3OH (metanol). Polimerisasi
kondensasi terjadi pada monomer yang mempunyai setidaknya dua gugus aktif.
Contoh:
182
amina dan gugus –OH karboksilat.
Karet sintetis ditemukan semasa Perang Dunia II. Pada waktu itu, suplai karet
bagi sekutu yang berasal dari Indonesia dan Malaysia dihentikan oleh pasukan
Jepang. Para peneliti mereka bukan raja berhasil membuat karet pengganti,
bahkan menjadi awal dari penemuan berbagai jenis plastik.
183
Karet sintetis ada beberapa macam, di antaranya polibutadiena,
polikloroprena, dan SBR.
a. Polibutadiena
Polibutadiena dibuat dari butadiena sebagai monomer.
nCH2=CH—CH=CH2 (—CH2—CH=CH—CH2—)n
c. SBR
SBR (Styrene-Butadiene Rubber) adalah kopolimer dari stirena (25%)
dan butadiena (75%). Gugus ulang dalam polimer ini adalah sebagai berikut.
—CH2—CH=CH—CH2—CH2—CH—CH2—CH=CH—CH2—CH2—CH=CH—C
H2—
C6H5
butadiena stirena butadiena butadiena
SBR merupakan karet sintetis yang paling terkenal dan paling banyak
diproduksi. Sekitar separo dari total produksi elastomer adalah SBR. Oleh karena
masih mengandung ikatan rangkap, SBR dapat divulkanisasi. SBR mempunyai
184
daya tahan terhadap oksidasi dan abrasi yang lebih baik daripada karet alam,
tetapi kurang mempunyai sifat mekanis. Penggunaan utama dari SBR adalah
untuk ban kendaraan bermotor.
d. Polietilena
Polietilena adalah plastik yang paling sederhana dan juga paling murah. Plastik
polietilena tidak berbau, tidak berwama, dan tidak beracun. Oleh karena itu,
polietilena banyak digunakan untuk
Pembungkus makanan, kantung plastik, jas hujan, ember, panci, dan sebagainya.
Monomernya, yaitu etena, diperoleh dari hasil perengkahan (cracking) minyak
atau gas, bumi.
e. Polipropilena
f. Teflon
g. PVC
Polivinilklorida (PVC) adalah plastik kedua terbanyak yang diproduksi setelah
polietilena. Monomernya adalah vinilklorida (C1CH=CH2) dan merupakan
polimer adisi. PVC digunakan untuk membuat pipa, pelapis lantai, selang, dan
sebagainya.
h. Polisterina
Polistirena dibuat dari stirena, C6H5—CH=CH2. Polimer ini digunakan untuk
membuat stirofoam, misalnya untuk gelas minuman ringan, isolasi, bahan untuk
185
pengepakan, dan kemasan makanan.
i. Akrilat
Asam akrilat adalah nama lain untuk asam 2—propenoat.
0
CH2=CH—C—OH
asam akrilat
Ada berbagai polimer yang terbuat dan asam akrilat sebagai bahan dasarnya.
Polimetilmetakrilat (PMMA) yang dikenal dengan nama dagang flexiglass, adalah
plastik bening keras, tetapi ringan sehingga banyak digunakan sebagai kaca
jendela pesawat terbang, dan lampu belakang mobil. Plastik ini terbuat dari reaksi
adisi turunan asam akrilat, yaitu ester metilmetakrilat.
CH3 CH3
CH2=C—CO2CH3 --->
CO2CH3
metil metakrilat poli-(metilmetalcrilat)
j. Terilen
Terilen terbentuk dari dua jenis monomer, yaitu suatu dialkohol dan suatu
dikarboksilat.
Ikatan antarmonomemya merupakan ikatan ester, sehingga terilen disebut juga
suatu
poliester. Contohnya adalah dakron, yang terbentuk dan etilen glikol dan asam
terftalat. Dakron banyak digunakan sebagai serat tekstil. Sebagai film tipis yang
kuat, polimer ini dikenal dengan nama dagang mylar dan digunakan sebagai pita
perekam magnetik dan sebagai bahan balon cuaca yang dikirim ke stratosfir.
k. Nilon
Nilon adalah polimer kondensasi yang melibatkan gugus amina (—NH2) dan
186
gugus karboksil (—COOH) Ikatan antarmonomemya disebut ikatan amida,
sehingga nilon disebut juga poliamida. Reaksi pembentukannya telah dibahas
pada bagian terdahulu. Tata nama suatu nilon dikaitkan dengan jumlah atom
karbon dalam mono,mernya. Nilon yang terbentuk dari kondensasi asam tereftalat
dengan heksametilendiamina disebut nilon 6,6 karena masing-masing Nilon
merupakan polimer yang kuat dan ringan, dapat ditarik tanpa retak. Nilon antara
lain digunakan untuk membuat tali, jala, parasut, jas hujan, dan tends.
l. Bakelit
Bakelit pertama kali disintesis oleh Leo Baekeland dan telah memperoleh hak
paten untuk produk itu di Amerika Serikat pada tahun 1909. Bakelit adalah suatu
polimer kondensasi dari fenol dan formaldehida. Kondensasi terjadi dengan
melepas air. •
Bakelit tergolong plastik termosetting, tidak dapat dilelehkan dan dibentuk
ulang. Jika dipanaskan pada suhu tinggi, maka plastik ini akan terurai dan
rusak.
187
Gambar 10.4.1 Sampah plastik setelah proses sortir
a. Daur Ulang
Penanganan limbah plastik yang paling ideal adalah dengan mendaur
ulang. Akan tetapi, hal itu tampaknya tidak mudah dijalankan. Proses daur ulang
melalui tahap-tahap pengumpulan, pemisahan (sortir), pelelehan, dan
pembentukan ulang. Tahapan paling sulit adalah pengumpulan dan pemisahan.
Kedua tahapan ini akan lebih mudah dilakukan jika masyarakat dengan disiplin
tinggi ikut berpartisipasi, yaitu ketika membuang sampah plastik. Dewasa ini,
plastik yang cukup banyak di daur ulang adalah jenis HDPE dan botol-botol
plastik.
b. Incenerasi
Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya
pada suhu tinggi (incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi,
sehingga dapat digunakan sebagai cumber tenaga untuk pembangkit listrik.
Beberapa pembangkit listrik membakar batu bara yang dicampur dengan
beberapa persen ban bekas Akan tetapi, pembakaran sebenarnya menimbulkan
masalah baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC
menghasilkan gas HC1 yang bersifat korosif. Pembakaran ban bekas
188
menghasilkan asap hitam yang sangat pekat dan gas-gas yang bersifat korosif.
Gas-gas korosif ini membuat incinerator cepat terkorosi. Polusi yang paling
serius adalah dibebaskannya gas dioksin yang sangat beracun pada pembakaran
senyawa yang mengandung klorin seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus
dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk mengurangi polusi udara
c. Plastik Biodegradable
Sekitar separo dari penggunaan plastik adalah untuk kemasan. Oleh karena itu,
sangatbaik jika dapat dibuat plastik yang bio- atau fotodegradable. Hal itu telah
diupayakan dari telah mulai dipasarkan. Kebanyakan plastik biodegradable berbahan
dasar zat tepung. Sayangnya, plastik jenis ini lebih mahal dan kelihatannya
masyarakat enggan untuk membayar lebih.
5. Polimer ada yang terdapat di alam, ada pula hasil sintesis. Karbohidrat dan
protein merupakan
189
homopolimer dan kopolimer. Homopolimer terbentuk dari sejenis
monomer, sedangkan kopolimer terbentuk dari dua jenis atau lebih
monomer.
7. Plastik yang meliat panas (menjadi lunak pada pemanasan) disebut plastik
termoplastik, sedangkan yang memadat panas disebut plastik termosetting.
8. Plastik bersifat inert, ringan, dan mudah dibentuk. Beberapa plastik juga
tahan panas dan kuat. Oleh karena itu, plastik digunakan untuk berbagai
macam keperluan, mulai dari kantong plastik hingga teknologi tinggi.
10. Cara terbaik untuk menangani limbah plastik adalah dengan proses daur
ulang.
"Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat dan
keinginan adalah buts jika tidak disertai pengetahuan. Dan pengetahuan adalah hampa
jika tidak diikuti pelajaran. Dan semua pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta."
Kahlil Gibran
10.6. Latihan
I. PILIHAN GANDA
II. ESAI
11. Apakah yang dimaksud dengan polimer? Berikan contoh-contohnya.
12. Reaksi pembentukan polimer dapat berupa polimerisasi adisi dan
polimerisasi kondensasi. Jelaskan arti dari kedua reaksi polimerisasi
tersebut.
13. Apakah keistimewaan bahan-bahan polimer, sehingga banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari dan industri?
14. Struktur suatu polimer sebagai berikut. HFHFHFHF
I I I I I I I I CCCCCCCC I I I I I I I I H Cl H Cl H Cl
H Cl
192
a. Tulislah struktur monomernya.
b. Apakah proses pembentukan polimer ini tergolong polimerisasi adisi atau
kondensasi? Jelaskan
15. Propena digunakan untuk membuat polimer adisi, yaitu polipropilena. Polimer
ini tergolong bahan yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (non
biodegradable). Salah satu penggunaan dan polipropilena adalah untuk
membuat jala ikan.
a. Kemukakan satu keuntungan dan satu keburukan dan bahan yang non
biodegradable.
b. Kemukakan tiga jenis senyawa yang mungkin terbentuk jika limbah
polipropilena dibakar
Peta
Konsep
193
11.
KARBOH
194
IDRAT
Karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Contohnya adalah
glukosa (C6111206), sukrosa atau gula tebu (C12H22011), dan selulosa {(C6H1005)n}.
Sebagaimana tampak dalam tiga contoh tersebut, karbohidrat mempunyai rumus
umum C.(H20)m. Rumus molekul glukosa misalnya, dapat dinyatakan sebagai
C6(H20)6. Oleh karena komposisi yang demikian, kelompok senyawa ini pernah
disangka sebagai hidrat karbon sehingga diberi nama karbohidrat. Akan tetapi,
sejak tahun,1880-an disadari bahwa senyawa tersebut bukanlah hidrat dari karbon.
Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida. Kata sakarida berasal dari kata Arab
"sakkar" yang artinya gula. Karbohidrat sederhana mempunyai rasa manis
sehingga dikaitkan dengan gula.
Berdasarkan gugus fungsinya, karbohidrat merupakan suatu
polihidroksialdehida atau polihidroksiketon atau senyawa yang pada hidrolisis
menghasilkan senyawa seperti itu. Perhatikanlah struktur beberapa karbohidrat
pada Gambar 11.1. Semuanya mempunyai gugus aldehida (—CHO) atau gugus
keton (—CO) dan beberapa gugus hidroksil, bukan? Glukosa mengandung satu
gugus aldehida dan 5 gugus hidroksil, sedangkan fruktosa mengandung satu gugus
keton dan 5 gugus hidroksil.
11.1. Penggolongan Karbohidrat
Karbohidrat biasanya digolongkan menjadi monosakarida, disakarida,
dan polisakarida. Penggolongan ini didasarkan pada reaksi hidrolisisnya.
Monosakarida adalah karbohidrat paling sederhana, tidak dapat dihidrolisis
menjadi karbohidrat yang lebih sederhana; disakarida dapat dihidrolisis menjadi
dua monosakarida; sedangkan polisakarida dapat dihidrolisis menjadi banyak
molekul monosakarida. Kita akan segera membahas ketiga golongan karbohidrat
tersebut, terutama yang mempunyai anti biologis penting.
Monosakarida + air --> tidak terurai
195
11.2. Monosakarida
Monosakarida dapat berupa aldosa (polihidroksialdehida) atau ketosa
(polihidroksiketon). Golongan aldosa mempunyai satu gugus aldehida (—CHO)
dan beberapa gugus hidroksil, sedangkan golongan ketosa mempunyai satu gugus
keton (—CO—) dan beberapa gugus hidroksil. Rumus struktur dan beberapa
monosakarida terpenting, yaitu glukosa, galaktosa, manosa, fruktosa, dan ribosa,
diberikan dalam Gambar 7.7. Glukosa, galaktosa, manosa, dan ribosa tergolong
aldosa, sedangkan fruktosa tergolong ketosa.
0 0 0 0
II II II II
C—H C—H CH2OH C—H C—H
I I I I I
H—C—OH H—C—OH C=0 H—C—OH H—C—H
I I I I I
HO—C—H HO—C—H HO—C—H H—C—OH H—C—OH
I I I I I
H—C—OH HO—C—H H—C—OH H—C—OH H—C—OH
I I I I I
H—C—OH H—C—OH H—C—OH CH2OH CH2OH
I I I
CH2OH CH2OH CH2OH
glukosa galaktosa fruktosa ribosa 2-deoksiribosa
Gambar 11.1.1 Konfigurasi dari beberapa monosakarida terpenting
196
2. Oksidasi
b) Beberapa Monosakarida
Monosakarida terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi
dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih sederhana
tidak dapat dihidrolisis ke bentuk yang lebih sederhana. berikut macam-macam
monosakarida : dengan ciri utamanya memiliki jumlah atom C berbeda-beda :
triosa (C3), tetrosa (C4), pentosa (C5), heksosa (C6), heptosa (C7).
Triosa : Gliserosa, Gliseraldehid, Dihidroksi aseton
Tetrosa : threosa, Eritrosa, xylulosa
Pentosa : Lyxosa, Xilosa, Arabinosa, Ribosa, Ribulosa
Hexosa : Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosa
b.2. Fruktosa
Bersamasama dengan glukosa, merupakan komponen utama dari madu.
Larutannya merupakan pemutar kiri sehingga D-fruktosa disebut juga
levulosa.
11.3. Disakakrida
Sukrosa
Sukrosa adalah gula pasir biasa. Sukrosa diperoleh dari batang tebu atau
umbi tanaman bit. Juga terdapat dalam buah-buahan dan madu. Sukrosa sekitar
enam kali lebih manis daripada laktosa, tiga kali lebih manis daripada maltosa,
sedikit lebih manis daripada glukosa, tetapi hanya sekitar setengah dari kemanisan
fruktosa.
Sukrosa terbentuk dari 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa.
Strukturnya diberikan pada Gambar 2. Ikatan antara glukosa dengan fruktosa
dalam sukrosa melibatkan gugus hemiasetal glukosa dan gugus hemiketal
fruktosa. Oleh karena itu, sukrosa tidak mempunyai gugus pereduksi lagi. Sukrosa
tidak mereduksi pereaksi Fehling, Benedict, maupun pereaksi Tollens.
199
monomernya adalah glukosa dan fruktosa. Tumbuhan organ nonfotosintetik
lainnya dalam bentuk sukrosa.
11.4. Polisakarida
Polisakarida adalah makromolekul, polimernya dihubungkan dengan ikatan
glikosidik. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau
cadangan yang nantinya diperlukan sebagai dihidrolisis untuk menyediakan gula
bagi sel. Polisakarida lain berfungsi sebagai materi pembangun (penyusun) untuk
struktur yang melindungi sel atau keseluruhan organisme.
a. Amilum
b. Glikogen
c. Selulosa
a. Uji umum untuk karbohidrat adalah uji Molisch. Apabila larutan atau suspensi
karbohidrat diberi beberapa tetes larutan alfanaftol, kemudian asam sulfat
pekat secukupnya sehingga terbentuk dua lapisan cairan, maka pada bidang
batas kedua lapisan itu akan terbentuk warna merah-ungu.
b. Gula pereduksi, yaitu monosakarida dan disakarida (kecuali sukrosa), dapat
ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau pereaksi Benedict. Gula pereduksi
bereaksi dengan pereaksi Fehling atau pereaksi Benedict menghasilkan
endapan merah bata Cu20. Pereaksi Benedict dapat digunakan untuk
memeriksa adanya gula dalam urine.
c. Amilum memberi warna biru-ungu dengan larutan iodin.
a) Uji Molisch Uji Molisch merupakan uji yang paling umum untuk karbohidrat.
Uji Molisch sangat efektif untuk senyawa-senyawa yang dapat didehidrasi oleh
asam pekat menjadi senyawa furfural yang terubstitusi, seperti
202
hidroksimetilfurfural. Warna yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau
derivatnya dengan alfa-naftol menghasilkan senyawa kompleks berwarna
merah-ungu. Thymol dapat dipakai sebagai pengganti alfa-naftol. Ia juga lebih
stabil daripada alfa-naftol dan pada penyimpanan yang lama tidak berubah warna.
c) Uji Barfoed
Dengan menggunakan reagen Barfoed yang mengandung koper asetat di
dalam asam asetat, maka kita dapat membedakan monosakarida dan disakarida
dengan jalan mengontrol kondisi-kondisi seperti pH dan waktu pemanasan.
d) Uji Seliwanoff
Reaksi spesifik lainnya untuk uji karbohidrat tertentu adalah uji
Seliwanoff dan uji Foulger.
Reaksi Seliwanoff disebabkan perubahan fruktosa oleh asam klorida
panas menjadi asam levulinat dan hidroksimetilfurfural. Selanjutnya kondensasi
203
hidroksimetilfurfural dengan resorsinol menghasilkan senyawa kompleks berikut
yang berwrna merah: Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan
fruktosa, memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Pada pendidihan lebih
lanjut, aldosa-aldosa memberikan warna merah dengan reagen Seliwanoff, karena
aldosa-aldosa tersebut diubah oleh HCl menjadi ketosa.
e) Uji Fenilhidrazin
Karbohidrat (kecuali manosa) yang memiliki gugus fungsional aldehid
atau keton, membentuk osazon dengan fenilhidrazin.
Glukosa dan fruktosa memberikan osazon yang sama karena
monosakarida-monosakarida tersebut tidak mempunyai letak susunan gugus -H
dan -OH yang sama pada atom akrbon 3, 4, 5, dan 6. Manosa tidak membentui
osazon di dalam larutan air, tetapi mebentuk fenilhidrazin yang tidak larut.
204
5. Sifat-sifat monosakarida:
• Laktosa : terdiri dari satu unit glukosa dan satu unit galaktosa.
11. Lipid adalah substansi biologic yang kurang larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut yang kurang polar.
13. Lemak dan minyak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak
11.8. Latihan
1. Suatu sampel organik bereaksi positif dengan uji Molisch dan memberi warna
biru dengan larutan iodin. Senyawa apakah yang terdapat dalam sampel itu?
205
4. Berikanlah satu contoh dari:
a. suatu aldoheksosa,
b. suatu disakarida
5. Berikanlah satu contoh dari:
a. suatu ketoheksosa,
b. suatu disakarida yang mengandung fruktosa.
206
15. Bagaimana Anda dapat menunjukkan keberadaan amilum?
Peta
Konsep
207
12. BIOMOLEKUL
12.1. Protein
Protein adalah senyawa terpenting penyusun sel hidup. Senyawa ini terdapat
dalam semua jaringan hidup baik tumbuhan maupun hewan. Fungsi biologis
protein sangat beragam, antara lain sebagai pembangun, pengatur, pertahanan, dan
sebagai cumber energi. Tidak ada kelompok senyawa lain yang fungsinya begitu
beragam seperti protein. Oleh karena itulah, kelompok senyawa ini disebut
protein, istilah yang berasal dan bahasa Yunani proteios, yang berarti "peringkat
satu" atau "yang utama".
Ditinjau dan komposisi kimianya, protein merupakan polimer dan sekitar 20
jenis asam a-amino Massa molekul relatifnya berkisar dan sekitar 6.000 hingga
beberapa juta. Unsur utama penyusun protein adalah C, H, 0, dan N. Banyak juga
protein yang mengandung belerang (S) dan dalam jumlah yang lebih sedikit,
fosforus (P). Beberapa protein mengandung besi, mangan, tembaga, dan iodin.
Pada subbab berikut akan dibahas asam a-amino sebagai komponen penyusun
protein, kemudian struktur serta fungsi protein.
209
a. Asam Amino
R
Atom C alfa
Gambar. 12.1.1. Asam α- amino
Gugus R adalah gugus pembeda antara asam amino yang satu dengan
asam amino yang lainnya. Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 7.2, gugus R
dalam asam amino sangat beragam. Ada yang hidrofob (seperti glisin dan alanin),
ada yang hidrofil karena mengandung gugus polar seperti —OH, —COOH atau
—NH2 (misalnya tirosin, lisin dan asam glutamat), ada yang bersifat asam
(misalnya asam glutamat), ada yang bersifat basa (misalnya lisin), ada pula yang
mengandung belerang (misalnya sistein) atau cincin aromatik (misalnya tirosin).
Gugus R asam amino tersebut sangat berperan dalam menentukan struktur,
kelarutan, serta fungsi biologic dari protein. Kecuali glisin, semua asam amino
bersifat optis aktif, karena adanya atom C-a yang bersifat asimetris.
O
H2N—CH—C—OH
CH2
210
b. Ion Zwitter
Sebagaimana kita ketahui, gugus karboksil (–COOH) adalah gugus yang bersifat
asam (dapat melepas sedangkan gugus —NH 2 adalah gugus yang bersifat basa (dapat
menyerap 1-1+). Oleh karena itu, molekul asam amino dapat mengalami reaksi asambasa
intramolekul membentuk suatu ion dipolar yang disebut ion zwitter.
H+
H0
I II H0
H2 N—C—C—OH I II
H2 N—C—C—O
R
Atom C alfa R
Oleh karena mempunyai gugus asam dan gugus basa, maka asam amino
bersifat amfoter (dapat bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa). Jika
direaksikan dengan asam, maka asam amino akan menjadi suatu kation
(bermuatan positif), sebaliknya jika direaksikan dengan basa, maka asam amino
menjadi anion (bermuatan negatif).
H 0 H0
I II I II
Dalam larutan, muatan asam amino bergantung pada pH larutan. Jika suatu
asam amino yang bermuatan positif ditetesi dengan suatu basa (dinaikkan
pH-nya), maka muatan positifnya akan turun hingga menjadi netral dan seterusnya
211
menjadi bermuatan negatif. pH pada saat asam amino itu tidak bermuatan disebut
titik isoelektrik (TIE). Di bawah titik isoelektriknya asam amino bermuatan positif;
dan sebaliknya bermuatan negatif di atas titik isoelektriknya.
Jawab:
Spesi asam amino bergantung pada pH larutan: pH = TIE : Netral (sebagai ion
zwitter)
pH < TIE : Bermuatan positif (sebagai kation)
pH > TIE : Bermuatan negatif (sebagai
anion) H2N—CH—000-
+ H3N—CH—COOH +H
3N—CH—000
- CH3
pH =
CH3 CH3
8
pH = 4 pH = 6
212
Contoh Soal
R1 R2 R1 R2
monopeptida monopeptida
ikatan peptida
dipeptida
Ikatan yang mengaitkan dua molekul asam amino itu disebut ikatan peptida,
dan senyawa yang terbentuk disebut dipeptida.
–CO–NH
ikatan peptida
Suatu dipeptida juga mempunyai gugus –COOH dan gugus
213
–NH,. Oleh karena itu, is dapat pula mengikat asam amino yang
lain membentuk tripeptida, dan seterusnya membentuk polipeptida
atau protein
12.4. STRUKTUR PROTEIN
Protein yang tersusun dari rantai asam amino akan memiliki berbagai macam
struktur yang khas pada masing-masing protein. Karena protein disusun oleh asam
amino yang berbeda secara kimiawinya, maka suatu protein akan terangkai
melalui ikatan peptida dan bahkan terkadang dihubungkan oleh ikatan sulfida.
Selanjutnya protein bisa mengalami pelipatan-pelipatan membentuk struktur yang
bermacam-macam. Adapun struktur protein meliputi struktur primer, struktur
sekunder, struktur tersier, dan struktur kuartener (Gambar 2).
215
Gambar 12.4.4. Struktur sekunder β-pleated (Campbell et al., 2009).
Pada struktur sekunder β-pleated terbentuk melalui ikatan hidrogen antara daerah
linear rantai polipeptida. β-pleated ditemukan dua macam bentuk, yakni
antipararel dan pararel (Gambar 12.4.5 dan 12.4.6). Keduanya berbeda dalam hal
pola ikatan hidrogennya. Pada bentuk konformasi antipararel memiliki konformasi
ikatan sebesar 7 Å, sementara konformasi pada bentuk pararel lebih pendek yaitu
6,5 Å (Lehninger et al, 2004). Jika ikatan hidrogen ini dapat terbentuk antara dua
rantai polipeptida yang terpisah atau antara dua daerah pada sebuah rantai tunggal
yang melipat sendiri yang melibatkan empat struktur asam amino, maka dikenal
dengan istilah β turn yang ditunjukkan dalam Gambar 12.4.7 (Murray et al, 2009).
216
Gambar 812.4.7Bentuk konformasi pararel (Berg, 2006).
Gambar 12.4.8. Bentuk konformasi β turn yang melibatkan empat residu asam amino (Lehninger
et al., 2004).
Struktur tersier dari suatu protein adalah lapisan yang tumpang tindih di atas
pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikan tak beraturan dari ikatan
antara rantai samping (gugus R) berbagai asam amino (Gambar 12.4.9). Struktur
ini merupakan konformasi tiga dimensi yang mengacu pada hubungan spasial
antar struktur sekunder. Struktur ini distabilkan oleh empat macam ikatan, yakni
ikatan hidrogen, ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan hidrofobik. Dalam
struktur ini, ikatan hidrofobik sangat penting bagi protein. Asam amino yang
memiliki sifat hidrofobik akan berikatan di bagian dalam protein globuler yang
tidak berikatan dengan air, sementara asam amino yang bersifat hodrofilik secara
umum akan berada di sisi permukaan luar yang berikatan dengan air di
sekelilingnya (Murray et al, 2009; Lehninger et al, 2004).
Gambar 12.4.9. Bentuk struktur tersier dari protein denitrificans cytochrome C550 pada bakteri
217
Paracoccus denitrificans (Timkovich and Dickerson, 1976).
a. Uji Ninhidrin
218
Uji ninhidrin adalah uji umum untuk protein dan asam amino. Ninhidrin dapat
mengubah asam amino (asam amino terminal) menjadi suatu aldehida. Uji ninhidrin
dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin yang tidak
berwarna ke dalam sampel, kemudian dipanaskan beberapa menit. Adanya protein
atau asam amino ditunjukkan oleh terbentuknya warna ungu.
b. Uji Biuret
Uji Biuret adalah uji umum untuk protein (ikatan peptida) tetapi tidak dapat
menunjukkan asam amino bebas. Zat yang akan diselidiki mula-mula ditetesi larutan
NaOH, kemudian larutan tembaga(II) sulfat yang encer. Jika terbentuk warna ungu
berarti zat itu mengandung protein.
c. Uji Xantoproteat
Uji Xantoproteat adalah uji terhadap protein yang mengandung gugus fenil
(cincin benzena). Apabila protein yang mengandung cincin benzena dipanaskan
dengan asam nitrat pekat, maka terbentuk warna kuning yang kemudian menjadi
jingga bila dibuat alkalis (basa) dengan larutan NaOH
d. Uji Belerang
219
Berdasarkan fungsi biologisnya, protein dapat dibedakan atas 7 golongan,
yaitu:
1. Enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Hampir semua reaksi
senyawa organik dalam sel dikatalisis enzim. Lebih dan 2.000 jenis enzim
telah ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan.
4. Protein kontraktil, yaitu protein yang memberikan kemampuan pada sel dan
organisme untuk mengubah bentuk atau bergerak. Contohnya ialah aktin dan
miosin, yaitu protein yang berperan dalam sistem kontraksi otot kerangka.
220
mengenali dan menetralkan bakteri, virus, atau protein asing dan spesi lain.
Fibrinogen dan trombin merupakan protein penggumpal darah jika sistem
pembuluh terluka. Bisa ular dan toksin bakteri juga tampaknya berfungsi
sebagai protein pertahanan.
2. Asam amino mempunyai gugus asam (–COOH) dan gugus amino (–NH2).
Oleh karena itu, asam amino bersifat amfoter.
4. Asam amino dapat disintesis dalam tubuh, kecuali 8 yang tidak (10 untuk
bayi). Asamasam amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh disebut asam
amino esensial.
8. Struktur tersier protein adalah bentuk tiga dimensi protein. Struktur tersier
221
dikukuhkan oleh berbagai jenis ikatan seperti interaksi ionik, ikatan disulfida,
dan interaksi hidrofobik.
13. Protein dapat ditunjukkan dengan uji ninhidrin dan uji Biuret. Adanya cincin
benzena dalam protein dapat ditunjukkan dengan uji Xantoproteat, sedangkan
unsur belerang dapat ditunjukkan dengan uji timbel asetat.
12.8. Latihan
222
9. Apakah perbedaan antara suatu polipeptida dengan protein?
10. Gaya-gaya apakah yang mengukuhkan struktur primer protein?
11. Apakah fungsi utama protein dalam tubuh kita?
12. Unsur-unsur apakah yang sering terdapat (penyusun) dalam protein?
12. Bagaimana cara untuk menunjukkan:
a. ikatan peptida,
b. cincin benzena,
belerang
ESAI
Gambarlah struktur umum dari asam a-amino.
Berikan masing-masing satu contoh asam amino yang gugus R-nya:
vi. hidrofob,
vii. hidrofil,
viii. bersifat asam,
ix. bersifat basa,
x. mengandung belerang.
2. Gambarlah struktur ion zwitter dari:
a. glisin b. alanin
3. Titik isolistrik dari glisin dan lisin berturut-turut adalah 6,0 dan 9,7.
Gambarlah struktur yang dominan dari masing-masing senyawa itu pada
pH:
c. 3 c. 9,7
d. 6 d. 11
4. Tulislah reaksi yang terjadi jika glisin ditetesi dengan:
a. larutan NaOH b. larutan HC1
5. Apa yang dimaksud dengan asam amino esensial? Berikan contohnya
223
Peta
Konsep
224
13.
LIPIDA
225
13.1. Pengertian Lipid
Lipid merupakan substansi biologis yang tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarutpelarut organik yang kurang polar, seperti kloroform dan eter. Lipid
bukanlah satu golongan senyawa dengan rumus empiris atau struktur yang khas,
tetapi terdiri atas beberapa golongan yang berbeda. Pada bagian berikut, akan
dibahas tiga golongan lipid yang terpenting, yaitu lemak, fosfolipid, dan steroid.
Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi
endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu
membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam
lingkungan basah. Lipid biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua
jenis subsatuan atau "blok bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan gugus
isoprena. Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam
delapan kategori: asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid,
sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta
lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).
Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari
lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan
turunan-turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga
metabolit yang mengandung sterol, seperti kolesterol. Meskipun manusia dan
mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa
lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan
13.2. Lemak
Asam lemak atau asil lemak ialah istilah umum yang digunakan untuk
menjabarkan bermacam-ragam molekul-molekul yang disintesis dari polimerisasi
asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau metilmalonil-KoA di dalam sebuah
226
proses yang disebut sintesis asam lemak. Asam lemak terdiri dari rantai
hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam karboksilat; penyusunan ini
memberikan molekul ujung yang polar dan hidrofilik, dan ujung yang nonpolar
dan hidrofobik yang tidak larut di dalam air. Struktur asam lemak merupakan salah
satu kategori paling mendasar dari biolipid biologis dan dipakai sebagai blok
bangunan dari lipid dengan struktur yang lebih kompleks. Rantai karbon, biasanya
antara empat sampai 24 panjang karbon,[9] baik yang jenuh ataupun tak jenuh dan
dapat dilekatkan ke dalam gugus fungsional yang mengandung oksigen, halogen,
nitrogen, dand belerang. Ketika terdapat sebuah ikatan valensi ganda, terdapat
kemungkinan isomerisme geometri cis atau trans, yang secara signifikan
memengaruhi konfigurasi molekuler molekul tersebut. Ikatan ganda-cis
menyebabkan rantai asam lemak menekuk, dan hal ini menjadi lebih mencolok
apabila terdapat ikatan ganda yang lebih banyak dalam suatu rantai. Pada
gilirannya, ini memainkan peranan penting di dalam struktur dan fungsi membran
sel.
Asam lemak yang paling banyak muncul di alam memiliki konfigurasi
cis, meskipun bentuk trans wujud di beberapa lemak dan minyak yang
dihidrogenasi secara parsial.
Contoh asam lemak yang penting secara biologis adalah eikosanoid,
utamanya diturunkan dari asam arakidonat dan asam eikosapentaenoat, yang
meliputi prostaglandin, leukotriena, dan tromboksana. Kelas utama lain dalam
kategori asam lemak adalah ester lemak dan amida lemak. Ester lemak meliputi
zat-zat antara biokimia yang penting seperti ester lilin, turunan-turunan asam
lemak tioester koenzim A, turunan-turunan asam lemak tioester ACP, dan asam
lemak karnitina. Amida lemak meliputi senyawa N-asiletanolamina, seperti
penghantar saraf kanabinoid anandamida.
Asam lemak adalah asam alkanoat dengan rumus bangun hidrokarbon
yang panjang. Rantai hidrokarbon tersebut dapat mencapat 10 hingga 30 atom.
Rantai alkana yang non polar mempunyai peran yang sangat penting demi
227
mengimbangi kebasaan gugus hidroksil.
Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan
mendominasi sifat molekul dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun
demikian pada asam lemak, rantai alkanalah yang mendominasi sifat molekul.
Asam lemak terbagi menjadi:
Asam lemak jenuh
Asam lemak tak jenuh
Garam dari asam lemak
Prostaglandin
Umumnya, molekul lemak terbentuk dari dua atau lebih macam asam
karboksilat. Penamaan lemak dimulai dengan kata gliseril yang diikuti oleh nama
asam lemaknya.
13.2.b. Perbedaan Lemak dengan Minyak
Lemak yang pada suhu kamar berupa cairan, lazim disebut minyak.
Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, seperti minyak kelapa, minyak jagung,
dan minyak zaitun.
228
Wujud lemak berkaitan dengan asam lemak pembentuknya. Lemak yang
berwujud cair (minyak) banyak mengandung asam lemak tak jenuh, seperti asam
oleat (C17H33COOH), asam linoleat (C17H31COOH), dan asam linolenat
(C17H29COOH). Sedangkan lemak yang berwujud padat lebih banyak mengandung
asam lemak jenuh, seperti asam stearat (C17H35COOH) dan asam palmitat
(C15H31COOH). Asam lemak jenuh mempunyai titik cair yang lebih tinggi
daripada asam lemak tak jenuh.
c. Sfingolipid
233
Struktur sakarolipid Kdo2-Lipid A. Residu glukosamina berwarna biru,
residu Kdo berwarna merah, rantai asil berwarna hitam, dan gugus fosfat berwarna
hijau.
Sakarolipid (bahasa Inggris: saccharolipid, glucolipid) adalah asam
lemak yang terikat langsung dengan molekul glukosa dan membentuk struktur
yang sesuai dengan membran dwilapis. Pada sakarolipid, monosakarida mengganti
ikatan gliserol dengan asam lemak, seperti yang terjadi pada gliserolipid dan
gliserofosfolipid.
Sakarolipid yang paling dikenal adalah prekursor glukosamina terasilasi
dari komponen lipid A lipopolisakarida pada bakteri gram-negatif. Molekul
Lipid-A yang umum adalah disakarida dari glukosamina, yang diturunkan
sebanyak tujuh rantai asil-lemak. Lipopolisakarida minimal yang diperlukan untuk
pertumbuhan E. coli adalah Kdo2-Lipid A, yakni disakarida berheksa-asil dari
glukosamina yang diglikosilasikan dengan dua residu asam
3-deoksi-D-mano-oktulosonat (Kdo).
Proses hidrolisis sakarolipid akan menghasilkan amino gula.
f. Poliketida
Poliketida adalah metabolit sekunder yang terbentuk melalui proses
234
polimerisasi dari asetil dan propionil oleh enzim klasik maupun enzim iteratif dan
multimodular yang berbagi fitur mekanistik yang sama dengan asam lemak sintasi.
Enzim yang sering digunakan adalah poliketida sintase, melalui proses kondensasi
Claisen.
Poliketida merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan secara alami
oleh bakteri, fungi, tumbuhan, hewan, sumber daya laut dan organisme yang
memiliki keanekaragaman struktural yang tinggi. Banyak poliketida berupa
molekul siklik yang kerangkanya seringkali dimodifikasi lebih jauh melalui
glikosilasi, metilasi, hidroksilasi, oksidasi, dan/atau proses lainnya untuk menimba
manfaat dari sifat antibiotik yang dimiliki. Beberapa jenis poliketida bahkan
bersifat anti kanker, dapat menurunkan kolesterol serta menunjukkan efek
imuno-supresif. Sejumlah senyawa antimikroba, antiparasit, dan antikanker
merupakan poliketida atau turunannya, seperti eritromisin, antibiotik tetrasiklin,
avermektin, dan antitumor epotilon.
g. Garam lemak
Sabun adalah campuran dari natrium hidroksida berbagai asam lemak
yang terdapat di alam bebas. Sabun terbuat melalui proses saponifikasi asam
lemak. Biasanya digunakan natrium karbonat atau natrium hidroksida untuk
proses tersebut.
Secara umum, reaksi hidrolisis yang terjadi dapat dirumuskan:
asam lemak + NaOH ---> air + garam asam lemak
Jenis sabun yang dihasilkan bergantung pada jenis asam lemak dan
panjang rantai karbonny. Natrium stearat dengan 18 karbon adalah sabun yang
sangat keras dan tidak larut. Seng stearat digunakan pada bedak talkum karena
bersifat hidrofobik. Asam laurat dengan 12 karbon yang telah menjadi natrium
laurat sangat mudah terlarut, sedangkan asam lemak dengan kurang dari 10 atom
karbon tidak digunakan menjadi sabun karena dapat menimbulkan iritasi pada
kulit dan berbau kurang sedap.
235
h. Parafin
Parafin (bahasa Inggris: wax) adalah lemak yang terbentuk dari esterisasi
alkohol yang mempunyai rumus bangun yang panjang, dengan asam lemak.
Alkohol dapat mengandung 12 hingga 23 atom karbon. Parafin dapat ditemukan di
alam sebagai pelindung daun dan sel batang untuk mencegah agar tanaman tidak
kehilangan air terlalu banyak. Karnuba ditemukan pada dedaunan pohon palem
Brasil dan digunakan sebagai pelumas untuk lantai maupun mobil. Lanolin adalah
parafin pada bulu domba. Beeswax adalah cairan parafin yang disekresi lebah
untuk membangun sel tempat untuk madu dan telur lebah.
Parafin yang digunakan pada pembuatan lilin bukan melalui esterisasi,
melainkan merupakan campuran dari alkana dengan berat molekul yang besar.
Pelumas untuk telinga dibuat dari campuran fosfolipid dan ester dari kolesterol.
i. Penyabunan
Reaksi lemak atau minyak dengan suatu basa kuat seperti NaOH atau
KOH menghasilkan sabun. Oleh karena itu, reaksinya disebut reaksi penyabunan
(saponifikasi). Reaksi penyabunan menghasilkan gliserol sebagai hasil sampingan.
Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan
bahan awal lemak dan basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi
penyabunan. Dalam pengertian teknis, reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda
kaustik NaOH) yang menghidrolisis trigliserida. Trigliserida dapat berupa ester
asam lemak membentuk garam karboksilat.
i.1. Saponifikasi Trigliserida
Minyak sayuran dan lemak hewani merupakan bahan utama untuk reaksi
saponifikasi. Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua
tahap. Pada proses satu tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang
akan memutus ikatan ester dan menghasilkan garam asam lemak dan gliserol.
Proses ini digunakan dalam industri gliserol. Dengan cara ini, sabun juga
dihasilkan dengan cara pengendapan. Peristiwa ini disebut dengan salting out oleh
NaCl jenuh.
236
i.2. Angka Penyabunan
Dalam reaksi saponifikasi, dikenal dengan angka saponifikasi atau angka
penyabunan. Angka penyabunan adalah jumlah basa yang diperlukan untuk dapat
melangsungkan saponifikasi terhadap sampel lemak.
Mekanisme Hidrolisis Basa
Mekanisme pemutusan ikatan ester oleh basa melibatkan reaksi
kesetimbangan. Anion hidroksida menyerang gugus karbonil ester. Produk
intermediet disebut dengan ortoester.
Alkoksida lebih basa daripada basa konjugat dari asam karboksilat. Dengan
demikian, transfer proton menjadi lebih cepat.
237
.
13.4 . Fungsi dan Sumber Lemak
Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi dan cadangan
makanan. Lemak merupakan bahan makanan yang kaya energi. Pembakaran 1
gram lemak menghasilkan sekitar 9 kilo kalori.
Lemak kita peroleh dan makanan berlemak, daging, susu, keju, dan
kacangkacangan. Dalam sistem percernaan, lemak terlebih dahulu mengalami
pemecahan (hidrolisis) sehingga dapat diserap. Hidrolisis lemak menghasilkan
gliserol dan asamasam lemak. Gliserol dan asam lemak diserap ke dalam
pembuluh getah belling, dan didistribusikan ke seluruh jaringan yang
membutuhkan untuk dibentuk kembali menjadi lemak tubuh. Di bidang industri,
lemak terutama digunakan untuk membuat sabun dan margarin.
Dewasa ini, berbagai jenis minyak nabati, seperti minyak jarak dan
minyak sawit, diubah menjadi bahan bakar yang disebut biodisel. Dalam proses
ini, minyak dihidrolisis terlebih dahulu, sehingga diperoleh asam karboksilat
(asam lemak) bebas. Seperti Anda ketahui, asam karboksilat mempunyai ikatan
hidrogen sehingga mempunyai titik didih relatif tinggi. Untuk menurunkan titik
didihnya, maka asam lemak tersebut direaksikan dengan metanol sehingga
diperoleh metil ester yang titik didihnya jauh lebih rendah.
14. Lipid adalah substansi biologic yang kurang larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut yang kurang polar.
15. Lemak dan minyak, fosfolipid, dan kolesterol tergolong lipid.
238
16. Lemak dan minyak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak
17. Lemak yang pada suhu kamar berupa cair disebut minyak. Minyak umumnya
berasal dari sumber nabati.
18. Titik cair lemak berkaitan dengan jenis asam lemak penyusunnya; minyak
banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan lemak banyak
mengandung asam lemak jenuh.
19. Pembuatan margarin dan minyak kelapa dilakukan melalui hidrogenasi
(penjenuhan ikatan rangkap), sehingga diperoleh lemak dengan titik leleh
sekitar suhu tubuh.
20. Fosfolipid juga merupakan ester dari gliserol dengan asam lemak, tetapi
salah satu gugus OH dan gliserol itu diperester oleh asam fosfat yang
selanjutnya terikat pada suatu alkohol yang mengandung gugus amina (NH2).
21. Fosfolipid bersifat amfifilik, mempunyai gugus hidrofil dan gugus hidrofob.
22. Salah satu fungsi fosfolipid adalah membentuk membran sel.
23. Steroid mempunyai struktur yang berbeda dan lemak maupun fosfolipid.
Steroid bukan ester.
24. Steroid juga bersifat amfifilik.
25. Fungsi steroid antara lain adalah membentuk hormon dan getah empedu.
26. Asam nukleat merupakan polimer dan nukleotida.
27. Suatu nukleotida terdiri dan tiga jenis senyawa, yaitu basa nitrogen, gula
pentosa, dan asam fosfat.
13.6. Latihan
240
Peta
Konsep
242
poliribonukleotida . RNA mempunyai bagian untaian berganda yang terjadi akibat
pembolakan rantai membentuk suatu bentuk yang mirip tusuk konde. Proses
hidrolisis lebih lanjut dari monomer nukleotida akan dihasilkan asam fosfat dan
nukleosida. Proses hidrolisis ini dilakukan dalam suasana basa. Jika hidrolisis
dilanjutkan kembali terhadap senyawa nukleosida dalam larutan asam berair akan
dihasilkan molekul gula dan basa nitrogen dengan bentuk heterosiklik.
243
Gambar 14.1. Molekul sederhana asam nukleat
Dari Gambar 14.3 tampak bahwa struktur utama asam nukleat adalah molekul gula
yang mengandung asam posfat dan basa Nitrogen yang dihubungkan dengan
ikatan posfodiester membentuk rantai panjang. Monomer nukleotida dapat dilihat
pada Gambar 14.4 dan 14.5
244
Gambar 14.4. Molekul Nukleotida
Asam nukleat dalam sel terdiri dari DNA (DeoxyriboNucleic Acid) dan
RNA (RiboNucleic Acid). Kedua jenis asam nukleat ini memiliki perbedaan basa
purin yang merupakan molekul penyusunnya. Untuk RNA disusun oleh gula
D-ribosa dan basa urasil. Sedangkan untuk DNA disusun oleh gula
2-deoksi-D-ribosa yaitu gula D-ribosa yang kehilangan gugus OH pada atom C
nomor 2 dan basa timin.
Ketika kita melihat struktur tangga berpilin molekul DNA atau pun
struktur sekunder RNA, sepintas akan nampak bahwa struktur tersebut menjadi
stabil akibat adanya ikatan hidrogen di antara basa-basa yang berpasangan.
Padahal, sebenarnya tidaklah demikian. Ikatan hidrogen di antara
pasangan-pasangan basa hanya akan sama kuatnya dengan ikatan hidrogen antara
basa dan molekul air apabila DNA berada dalam bentuk rantai tunggal. Jadi,
ikatan hidrogen jelas tidak berpengaruh terhadap stabilitas struktur asam nukleat,
tetapi sekedar menentukan spesifitas perpasangan basa.
Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya HClO4 dengan suhu lebih
dari 100ºC, asam nukleat akan mengalami hidrolisis sempurna menjadi
komponen-komponennya. Namun, di dalam asam mineral yang lebih encer, hanya
ikatan glikosidik antara gula dan basa purin saja yang putus sehingga asam nukleat
dikatakan bersifat apurinik.
14.3.6. Viskositas
247
mempunyai viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah molekul DNA menjadi
sangat rentan terhadap fragmentasi fisik. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri
ketika kita hendak melakukan isolasi DNA yang utuh.
Oleh karena dengan teknik sentrifugasi tersebut pelet RNA akan berada
di dasar tabung dan protein akan mengapung, maka DNA dapat dimurnikan baik
dari RNA maupun dari protein. Selain itu, teknik tersebut juga berguna untuk
keperluan analisis DNA karena kerapatan apung DNA (ρ) merupakan fungsi linier
bagi kandungan GC-nya. Dalam hal ini, ρ = 1,66 + 0,098% (G + C).
14.3.9. Absorpsi UV
248
absorpsi UV. Panjang gelombang untuk absorpsi maksimum baik oleh DNA
maupun RNA adalah 260 nm atau dikatakan λmaks = 260 nm. Nilai ini jelas sangat
berbeda dengan nilai untuk protein yang mempunyai λmaks = 280 nm. Sifat-sifat
absorpsi asam nukleat dapat digunakan untuk deteksi, kuantifikasi, dan perkiraan
kemurniannya.
14.3.10. Hipokromisitas
Meskipun λmaks untuk DNA dan RNA konstan, ternyata ada perbedaan
nilai yang bergantung kepada lingkungan di sekitar basa berada. Dalam hal ini,
absorbansi pada λ 260 nm (A260) memperlihatkan variasi di antara basa-basa pada
kondisi yang berbeda. Nilai tertinggi terlihat pada nukleotida yang diisolasi, nilai
sedang diperoleh pada molekul DNA rantai tunggal (ssDNA) atau RNA, dan nilai
terendah dijumpai pada DNA rantai ganda (dsDNA). Efek ini disebabkan oleh
pengikatan basa di dalam lingkungan hidrofobik. Istilah klasik untuk menyatakan
perbedaan nilai absorbansi tersebut adalah hipokromisitas. Molekul dsDNA
dikatakan relatif hipokromik (kurang berwarna) bila dibandingkan dengan ssDNA.
Sebaliknya, ssDNA dikatakan hiperkromik terhadap dsDNA.
Denaturasi termal pada DNA dan RNA ternyata sangat berbeda. Pada
RNA denaturasi berlangsung perlahan dan bersifat acak karena bagian rantai
ganda yang pendek akan terdenaturasi lebih dahulu daripada bagian rantai ganda
yang panjang. Tidaklah demikian halnya pada DNA. Denaturasi terjadi sangat
cepat dan bersifat koperatif karena denaturasi pada kedua ujung molekul dan pada
daerah kaya AT akan mendestabilisasi daerah-daerah di sekitarnya.
Sejumlah sifat muncul dari kondisi sirkuler DNA. Cara yang baik untuk
membayangkannya adalah menganggap struktur tangga berpilin DNA seperti
gelang karet dengan suatu garis yang ditarik di sepanjang gelang tersebut. Jika kita
membayangkan suatu pilinan pada gelang, maka deformasi yang terbentuk akan
terkunci ke dalam sistem pilinan tersebut. Deformasi inilah yang disebut sebagai
superkoiling.
14.3.15. Interkalator
"Aku tak tahu seperti apa dunia melihatku, tetapi aku melihat diriku sendiri sebagai
seorang
anak yang bermain-main di tepi pantai, berlarian ke sana dan kemari mencari
kerang-kerang
kecil; sedangkan lautan kebenaran yang sangat luas terbentang tak tertaklukkan di
belakangku."
Isaac Newton
14.5. Latihan
252
1. Hidrolisis lemak menghasilkan . . . .
A. gliserol D. gliserol dan sabun
B. asam-asam amino E. gliserol dan asam amino
C. gliserol dan asam karboksilat
2. Dalam tubuh terdapat berbagai jenis lipid seperti lemak, fosfolipid, dan
steroid. Lipid yang berfungsi sebagai sumber energi adalah
A. lemak D. lemak dan fosfolipid
B. fosfolipid E. fosfolipid dan steroid
C. steroid
3. Fosfolipid dapat mengemulsikan lemak dalam air karena fosfolipid bersifat . .
..
A. hidrofil D. amfifilik
B. hidrofob E. netral
C. amfoter
4. Basa nitrogen penyusun DNA yang tidak terdapat pada RNA adalah . . . .
A. sitosin D. guanin
B. adenin E. urasil
C. timin
5. Sumber energi utama d alam tubuh kita adalah . . . .
A. karbohidrat D. asam nukleat
B. protein E. ATP
C. lemak
6. Biomolekul yang berfungsi sebagai katalis dalam tubuh tergolong . . . .
A. lipid D. asam nukleat
B. protein E. protein dan lipid
C. karbohidrat
7. Senyawa dalam sel yang berfungsi sebagai faktor genetika adalah . . . .
A. asam nukleat D. lipid
B. karbohidrat E. protein
C. hormon
253
DAFTAR PUSTAKA
Allinger, Norman L., et. al. 1976. Organic Chemistry. New York: Worth Publisher.
Anonim. 2009. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Analitik II. Laboratorium Kimia
Analitik Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.
Arsyad, M. Natsir. 2009. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:
Gramedia.
Brady, James. E. 2009. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Edisi 5.
Binarupa Askara : Jakarta
Chang, Raymond. 2009. Kimia Dasar Konsep — Konsep Intl. Jilid 1. Edisi 3
254
Erlangga: Jakarta
Day, R.A dan Underwood, A.L. 2010. Analisis Kimia Kuantitatif. Alih bahasa: Iis
Sofyan. Erlangga. Jakarta.
Foong, Y. S. 2009. Kimia Tingkatan 5. Kuala Lumpur: Percetakan Rina Sdn. Bhd.
Gallagher,
Fransial, Nur. 2009. Kimia Organik Menuju Olimpiade Kimia. Jakarta: Bina
Sumber Daya Mipa.
Goenawan J. 2009. Buku kimia SMU Kelas /M. PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Gunawan, Adi. 2010. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.
Praktek kimia dasar II. 2010. Modul praktikum kimia dasar II. Departamento
kimia, Pttrucci, Ralph H. 2009. Kimia Dasar. Edisi 4 . Jilid 3.
Erlangga : Jakarta
255
Sukardjo. 2010. Kimia Fisika. Jakarta: Bineka Cipta. Sutresno. 2010. Kimia.
Bandung: ITB.
Svehla, G. 2009. Analisis Anorganik Kualitatif .PT Kaman Media Pustaka: Jakarta
Vogel. 2009. Analisis Kimia Anorganik Kuantitatif. Alih bahasa: A.H. Pujaatmaka.
BIODATAPENULIS
256
SUBHAN, M.Pd lahir di Batulo, Baubau (Sulawesi Tenggara)
pada tanggal 23 Desember 1973. Anak ke tiga dari lima bersaudara (Ramalita,
Ummi Salamah. M.Pd, Abdul Rahman. M.Pd, dan Rahmat Saleh, S.Pd). Ayah
bernama Hi. Toasi Asvibin dan Ibu bernama Hj. Wa Ode Hawiah. Memulai karir
pendidikan dasar di SD Inpres Wangkanapi di Baubau pada tahun 1984, kemudian
melanjutkan ke SMP Negeri 1 Baubau dan lulus pada tahun 1989. Masuk SMA
pada tahun itu juga di SMA Negeri 2 Baubau dan lulus pada tahun 1991. Setelah
lulus SMA, dan melanjutkan studi ke Universitas Haluoleo, Kendari di
FKIPJurusan Pendidikan MIPA Jurusan Pendidikan Kimia dan memperoleh gelar
sarjana pada tanggal 27 November 1997. Menyelesaikan studi S2 di Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada Program Studi Pendidikan Ilmu
Pangetahuan Alam Konsentrasi Kimia SL, pada tanggal 30 Agustus Tahun 2010.
Pengalaman kerja antara lain: Staf Pengajar Kimia di SMK Negeri 3 Baubau pada
Tahun 1998 s.d 2000 (Guru Tidak Tetap), staf pengajar Fisika pada SMP Negeri 4
di Baubau pada Tahun 1999 s.d 2000 (Guru Bantu), ditahun yang sama melakukan
ekspansi pengajaran ke Ambon dan menjadi staf pengajar Matematika IPA pada
SMP Negeri 16 Nania Ambon, menjadi staf pengajar Kimia SMA Negeri 3
Ambon pada tahun 2000 s.d 2004 (Guru Bantu). Dosen Kimia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN sejak 2005 hingga sekarang.
Beberapa tulisan ilmiah penulis telah di muat di jurnal lokal (Horizon
Pendidikan – FITK IAIN Ambon, Fikratuna – IAIN Ambon) dan Proceeding in
the second international seminar of science education (UPI - Bandung 2008).
J abatan sekarang adalah Dosen biasa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Biologi IAIN Ambon.
Buku ini ditulis dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan para
mahasiswa, akan buku ajar Kimia Dasar. Pengertian dan konsep yang ditulis dalam
buku dimulai dari yang sederhana, kemudian kepada yang lebih sukardan dari
yang kongkrit sampai yang abstark. Untuk hal yang sukar dan abstrak sedapat
mungkin dibantu dengan alat praga berupa gambar, audio, audio visual dengan
harapan isinya mudah dipahami mahasiswa.
257