Anda di halaman 1dari 257

1

2
3
4
5
6
7
Peta Konsep

1. 8

TERMOD
INAMIK
Reaksi kimia berlangsung dengan menyerap atau membebaskan kalor.
Reaksi yang membebaskan kalor disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi yang
menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Contoh reaksi eksoterm yaitu
pembakaran gas alam dalam kompor, sedangkan contoh reaksi endoterm yaitu
beras yang berubah menjadi nasi. Reaksi eksoterm umumnya berlangsung lebih
dramatis daripada reaksi endoterm. Jumlah kalor yang menyertai (dibebaskan atau
diserap) suatu reaksi kita sebut kalor reaksi. Termodinamika adalah cabang dari
ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi. Fokus bahasan dalam
termodinamika adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah
tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi tersebut. Pada bagian pertama
dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar termodinamika, termasuk
pengertian kalor reaksi; pada bagian kedua akan dibahas cara penentuan kalor
reaksi, sedangkan pada bagian akhir akan dibahas kalor dari berbagai jenis bahan
bakar.

1.1. Kekekalan Energi


Ketika kayu atau minyak tanah dibakar, dihasilkan sejumlah kalor. Kalor
yang dihasilkan kayu atau minyak tanah yang terbakar mengakibatkan keadaan
sekitarnya menjadi panas. Namun, ketika api sudah padam, keadaan akan menjadi
normal kembali. Ke manakah kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran kayu
atau minyak itu tadi? Apakah kalor itu hilang? Azas kekekalan energi menyatakan
bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari
satu bentuk ke bentuk lain. Jadi, kalor yang dihasilkan pada pembakaran kayu atau
minyak tanah, bukannya hilang tetapi diserap oleh molekul-molekul udara atau
benda-benda lain di sekitarnya dan diubah menjadi bentuk energi lain, misalnya
menjadi energi kinetik. Demikian juga halnya dengan sumber kalor yang
9
dihasilkan ketika kayu atau minyak tanah terbakar, bukanlah sesuatu yang tercipta,
melainkan hanya perubahan bentuk energi. Kayu dan minyak tanah menyimpan
sejumlah energi, yang disebut energi kimia. Ketika bahan-bahan itu terbakar,
sebagian energi kimia yang tersimpan di dalamnya berubah menjadi kalor. Azas
kekekalan energi disebut juga hukum pertama termodinamika. Untuk
memahaminya secara lebih baik, kita harus membahas terlebih dahulu beberapa
konsep berikut ini.

a. Sistem dan Lingkungan


Dalam termodinamika, kita senantiasa berhadapan dengan reaksi kimia,
khususnya tentang energi yang menyertai reaksi tersebut. Reaksi atau proses yang
sedang menjadi pusat perhatian kita disebut sistem. Segala sesuatu yang berada di
sekitar sistem, yaitu dengan apa sistem tersebut berinteraksi, disebut lingkungan.

Contoh.
Jika sepotong pita magnesium kita masukkan ke dalam larutan asam
klorida, maka pita magnesium akan segera larut (bereaksi dengan HC1)
disertai pembebasan kalor yang menyebabkan gelas kimia tempat reaksi itu
berlangsung beserta isinya menjadi panas. Campuran pita magnesium dan
larutan HCl itu kita sebut sistem, sedangkan gelas kimia tempat reaksi itu
berlangsung serta udara sekitarnya kita sebut lingkungan.

Interaksi antara sistem dan lingkungan dapat berupa pertukaran materi


dan/atau pertukaran energi. Berkaitan dengan itu, sistem dapat dibedakan atas
sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem terisolasi.

10
Gambar 1.1 Sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem terisolasi
Sistem dikatakan terbuka jika antara sistem dan lingkungan dapat
mengalami pertukaran materi dan energi. Pertukaran materi artinya ada basil
reaksi yang dapat meninggalkan sistem (wadah reaksi), misalnya gas, atau ada
sesuatu dari lingkungan yang dapat memasuki sistem. Sistem pada Gambar 1.1
tergolong sistem terbuka. Selanjutnya, sistem dikatakan tertutup jika antara sistem
dan lingkungan tidak dapat terjadi pertukaran materi, tetapi dapat terjadi
pertukaran energi. Pada sistem terisolasi, tidak terjadi pertukaran materi maupun
energi dengan lingkungannya.

b. Tanda untuk Kalor dan Kerja

Lingkungan

Tanda untuk kalor dan kerja


ditetapkan sebagai berikut. Jika energi
(kalor atau kerja) meninggalkan sistem,
diberi tanda negatif (—); sebaliknya, jika
energi memasuki sistem, diberi tanda
positif (+) (lihat Gambar 1.2).

Sistem menerima kalor, q bertanda


positif (+).
Sistem membebaskan kalor, q
Gambar 1.2 Tanda untuk kalor (q)
bertanda negatif (—). Sistem melakukan
dan kerja (w). Jika energi (kalor atau kerja) kerja, w bertanda negatif (—).
meninggalkan sistem, diberi tanda negatif; Sistem menerima kerja, w bertanda
jika memasuki sistem, diberi tanda positif positif (+).
11
c. Energi Dalam (E)

Setiap zat atau sistem mempunyai sejumlah tertentu energi. Minyak


tanah, batu baterai, gas hidrogen, makanan, dan zat lainnya, semuanya menyimpan
energi. Energi yang dimiliki oleh suatu zat atau sistem dapat digolongkan ke
dalam energy kinetik atau energi potensial. Energi kinetik adalah energi yang
berkaitan dengan gerakan molekul-molekul sistem, sedangkan bentuk energi lain
yang tidak berhubungan dengan gerak disebut energi potensial. Jumlah energi
yang dimiliki oleh suatu zat atau sistem disebut energi dalam (internal energy)
dan dinyatakan dengan lambang E.
Nilai energi dalam (E) dari suatu zat tidak dapat diukur. Namun, hal itu
tidak menjadi masalah karena dalam termodinamika, kita hanya akan
berkepentingan dengan perubahan energi dalam (), yaitu selisih antara
energi-energi dalam produk ( dengan energi pereaksi (.

= energi dalam produk


= energi dalam pereaksi

d. Kalor Reaksi Energi Dalam )

Sekarang, kita akan mempelajari pengertian kalor reaksi dalam kaitannya


dengan energi dalam pereaksi dan energi dalam produknya. Perubahan energi
dalam yang menyertai reaksi adalah = E1 — E2. Perubahan energi dalam tersebut
akan muncul sebagai kalor dan/atau kerja.

= q (kalor) + w (kerja)
Dalam hal ini, q kita sebut kalor reaksi ().
Sekarang, marilah kita perhatikan jika reaksi berlangsung pada sistem
tertutup dengan volum tetap. Jika berlangsung pada volum tetap (V = 0), berarti
sistem tidak melakukan kerja (w = 0). Hal itu berarti bahwa semua perubahan
12
energi dalam yang menyertai reaksi akan muncul sebagai kalor. Jika kalor reaksi
pada volum tetap dinyatakan dengan qv.

Hal itu berarti bahwa semua perubahan energi dalam yang menyertai
reaksi akan muncul sebagai kalor.

Contoh.
Suatu reaksi berlangsung pada volum tetap dengan perubahan energi dalam
() sebesar —100 kJ, maka jumlah kalor yang menyertai reaksi itu (q)
adalah —100 kJ.

Bagaimana jika reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan


tetap (tekanan atmosfir)? Dalam hal seperti itu, maka sistem mungkin melakukan
atau menerima kerja tekanan-volum. Oleh karena itu, kalor reaksi dapat berbeda
dari . Jika kalor reaksi pada tekanan tetap dinyatakan dengan qp, maka:

= qp + w atau qp = dE — w

Contoh:
Suatu reaksi eksoterm mempunyai = —100 kJ. Sistem melakukan
kerja - 5 kJ, maka jumlah kalor yang dibebaskan ( adalah:
qp = — w
= -100 kJ — (-5 kJ)
= - 95 kJ

Jadi, jelaslah bahwa kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap (di
mana volum dapat berubah) dapat berbeda dari kalor reaksi yang berlangsung
pada volum tetap.
Kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap dikaitkan dengan sifat
lain dari sistem, yaitu entalpi yang dinyatakan dengan lambang H. Entalpi juga
menyatakan sejumlah energi yang dimiliki sistem. Sama halnya dengan energi
dalam, nilai absolut dari entalpi tidak dapat diukur, tetapi perubahan entalpi yang
menyertai suatu proses dapat ditentukan. Kalor reaksi yang berlangsung pada
tekanan tetap sama dengan perubahan entalpi () sistem.
13
Sekarang, kita mempunyai besaran untuk menyatakan kalor reaksi yang
berlangsung pada tekanan tetap, yaitu sama dengan perubahan entalpinya.
Reaksi pada tekanan tetap :
Reaksi pada volum tetap :

Oleh karena sebagian besar reaksi berlangsung pada tekanan tetap, yaitu
tekanan atmosfir, maka kalor reaksi biasanya dinyatakan sebagai perubahan
entalpi ()

e. Reaksi Eksoterm dan Endoterm


Kita telah mendefinisikan reaksi eksoterm sebagai reaksi yang
membebaskan kalor, sedangkan reaksi endoterm sebagai reaksi yang menyerap
kalor. Aliran kalor pada kedua jenis reaksi itu dapat digambarkan sebagai berikut
(lihat Gambar 1.3)
Reaksi eksoterm : kalor mengalir dari sistem ke lingkungan
Reaksi endoterm; kalor mengalir dari lingkungan ke sistem

LINGKUNGAN kalor kalor

Eksoterm Endoterm
Gambar 1.3 Aliran kalor pada reaksi eksoterm dan endoterm

Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi
sistem akan bertambah, artinya entalpi produk (HP) lebih besar daripada entalpi
pereaksi (HR). Akibatnya, perubahan entalpi (), yaitu selisih antara entalpi produk
dengan entalpi pereaksi (Hp — HR) bertanda positif.

Reaksi endoterm: = HP — HR (bertanda positif)


Sebaliknya, pada reaksi eksoterm, sistem membebaskan energi, sehingga
14
entalpi sistem akan berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi
pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya bertanda negatif.

Reaksi endoterm: = HP — HR (bertanda negatif)

f. Persamaan Termodimika

Kita sudah terbiasa dengan istilah persamaan reaksi, bukan? Persamaan reaksi
merupakan rumusan reaksi, berisi rumus kimia zat-zat pereaksi dan zat-zat basil reaksi.
Nah, apa yang dimaksud dengan persamaan termodinamika? Persamaan termodinamika
adalah persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya.
Nilai yang dituliskan pada persamaan termodinamika disesuaikan dengan
stoikiometri reaksi, artinya jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan
koefisien reaksinya. Selanjutnya, karena entalpi reaksi juga bergantung pada
wujud zat yang terlibat dalam reaksi, maka wujud atau keadaan zat harus
dinyatakan, yaitu dengan membubuhkan indeks s untuk zat padat, 1 untuk zat cair,
dan g untuk zat gas. Perhatikan dua contoh berikut.

Contoh 1:
Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen dibebaskan 286
kJ. Kata "dibebaskan" menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh karena
itu, = –286 kJ untuk setiap mol air yang terbentuk. Persamaan termodinamikanya
adalah:

H2(g) + O2(g) —> H2O(/) = –286 kJ


atau
2H2(g) + O2(g) —> 2H2O(l) = –572 kJ
( Jika koefisien reaksi dikalikan dua, maka harga reaksi juga harus dikalikan
dua)

Contoh 2:
Untuk menguraikan 1 mol amonia menjadi gas nitrogen dan gas hidrogen

15
diperlukan kalor 46 kJ. Kata "diperlukan" menunjukkan bahwa reaksi tergolong
endoterm. Oleh karena itu, = +46 kJ untuk setiap mol amonia yang diuraikan.
Persamaan termodinamikanya adalah:

NH3(g) —> ½ N2(g) + 1 + H2(g) = +46 kJ


atau
2NH3(g) —> N2(g) + 3H2(g) = +92 kJ

Soal:
1. Tuliskanlah persamaan termodinamika untuk masing-masing reaksi berikut.
a. Pembakaran 1 mol gas etena membentuk karbon dioksida dan uap air
menghasilkan 142 kJ.
b. Reaksi antara 1 mol Fe2O3 dengan karbon membentuk besi dan karbon
monoksida memerlukan 621 kJ.
c. Untuk menguraikan 1 mol kalsium karbonat (CaCO3) menjadi kalsium
oksida dan karbon dioksida diperlukan 178,5 kJ.
2. Diketahui persamaan termodinamika:
2SO2(g) + 02(g) —> 2SO3(l) = –198 kJ
a. Berapakah perubahan entalpi jika SO2 yang bereaksi 1 mol?
b. Berapakah perubahan entalpi jika SO3 yang berbentuk sebanyak 20
gram? (Ar S = 32, O = 16)
c. Berapakah perubahan entalpi jika volum SO3 yang terjadi 10 L (25°C, 1
atm)?
3. Apa yang dimaksud dengan energi dalam?
Apakah energi dalam sistem bertambah atau berkurang jika:
a. sistem melepas kalor? b. sistem melakukan kerja?

4. Suatu sistem gas menerima kerja sebesar 10 kJ dan melepas kalor sebanyak 6
kJ. Berapakah perubahan energi dalam sistem itu?

5. Mengapa kalor reaksi umumnya dinyatakan sebagai perubahan entalpi ( ) dan


bukan sebagian perubahan energi dalam ( )?

6. Bagaimanakah tanda MI pada reaksi berikut ini, positif atau negatif? Jelaskan.
a. H20(/) —> H20(g)
b. C2H5OH(g) + 302(g) —> CO2(g) + 3H20(/)
16
7. Perhatikan persamaan termodinamika berikut.

HC1(aq) + NaOH(aq) —> NaCl(aq) + H20(l) = —54 kJ

a. Gambarlah diagram tingkat energi untuk reaksi tersebut.


b. Berapakah perubahan entalpi jika 100 mL HC1 1 M direaksikan dengan
L00 mL NaOH 1 M?
c. Berapakah perubahan entalpi jika 10 mL HC11 M direaksikan dengan 20
mL NaOH 1 M?
8. Perhatikan persamaan termodinamika berikut.

Fe2O3(s) + 3C(s) —> 2Fe(s) + 3CO(g) = 621 KJ

Berapakah perubahan entalpi untuk menghasilkan 1 kg besi menurut reaksi


tersebut? (Ar, Fe = 56)

9. Diketahui persamaan termodinamika reaksi pembakaran etana


sebagai berikut. 2C2H6 (g) + 7O2 (g) —> 4CO2 (g) + 6H2O(/) =
—3.120 kJ
a. Tentukan perubahan entalpi pada pembakaran 1 mol C2H6.
b. Tentukan perubahan entalpi pada pembakaran 1 gram C2H6.

1.2. Entapi Molar


Kita telah melihat bahwa entalpi reaksi bergantung pada jumlah zat yang
bereaksi. Dalam pencatatan data termodinamika, diperlukan cara tertentu yang
mengaitkan jumlah kalor dengan jumlah zat yang terlibat. Untuk keperluan itulah
didefinisikan besaran entalpi molar. Entalpi molar dikaitkan pula dengan jenis
reaksinya, seperti reaksi pembentukan, peruraian, dan pembakaran. Entalpi molar
dinyatakan dengan satuan kJ mol-1. Perlu diperhatikan bahwa kalor reaksi juga
dipengaruhi kondisi pengukurannya, yaitu suhu dan tekanan. Umumnya data
termodinamika ditentukan pada kondisi 25°C, 1 atm. Kondisi itu selanjutnya
dinyatakan sebagai kondisi standar. Perubahan entalpi reaksi yang ditentukan pada
kondisi standar dinyatakan sebagai perubahan entalpi standar dan dinyatakan
dengan lambang ° atau 298. Perubahan entalpi reaksi yang tidak merujuk kondisi

17
pengukurannya dinyatakan dengan lambang saja.

a. Entalpi Pembentukan Standar (Hf° = Standard Enthalpy of Formation)


Perubahan entalpi pada pembentukan 1 mol zat langsung dari
unsur-unsurnya disebut Entalpi molar pembentukan atau entalpi pembentukan.
Jika pengukuran dilakukan pada keadaan standar (298 K, 1 atm) dan semua
unsur-unsurnya dalam bentuk standar, maka perubahan entalpinya disebut entalpi
pembentukan standar (Hf°). Entalpi pembentukan dinyatakan dalam kilojoule per
mol (kJ mol-1). Yang dimaksud dengan bentuk standar dari suatu unsur adalah
bentuk yang paling stabil dari unsur itu pada keadaan standar (298 K, 1 atm).
Untuk unsur yang mempunyai bentuk alotropi, bentuk standarnya ditetapkan
berdasarkan pengertian tersebut. Misalnya, karbon yang dapat berbentuk intan,
grafit, atau fulleren, bentuk standamya adalah grafit, karena grafit adalah bentuk
karbon ang paling stabil pada 298 K, 1 atm.

Contoh:
Entalpi pembentukan etanol [C2H5OH(/)] adalah —277,7 kJ mol-1. Berarti,
pembentukan 1 mol (= 46 gram) etanol dari unsur-unsurnya dalam bentuk standar,
yaitu karbon (grafit), gas hidrogen, dan gas oksigen, yang diukur pada 298K, 1
atm disertai pembebasan kalor sebanyak 277,7 kJ. Persamaan termodinamikanya
adalah:
2C(s, grafit) + 3H2(g) + 1/2O2(g) —> C2H5OH(/) = —277,7 kJ

Tabel 1.2.1 Entalpi Pembentukan dari Beberapa Zat


Rumus Hf ° Persamaan Termodinamika
Kimia Zat (kJ Reaksi Pembentukan
mol-1)
H2O(l) -285,85 H2(g) + ½ 02(g) —> H2O(/) = -285,85 kJ =
H2O(g) -241,8 H2(g) + ½ 02(g) —> H2O(g) -241,8 kJ = 0
C(grafit 0 C(grafit) —>C(grafit) = +1,88 kJ
) +1,88 C(grafit) —>C(intan) = +718,4 kJ
C(intan) +718,4 C(grafit) —>C(g) = -110,5 kJ
C(g) -110,5 C(grafit) + ½ 02(g) —>CO(g) = -393,5 kJ
CO(g) -393,5 C(grafit) + 02 (g) —>CO2(g) = -277,7 kJ
18
CO2(g) -277,7 2C(grafit) + 3H2(g) + 1/2 02(g) —> = -410,9 kJ
C2H5OH(l) -410,9 C2H5OH(/) = +226,7 kJ
NaCl(s) +226,7 Na(s) —>C12(g) NaCl(s)
C2H2(g) 2C(grafit) + H2(g) —>C2H2(g)

Dua hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan entalpi pembentukan yaitu:
 Bahwa zat yang dibentuk adalah 1 mol, dan
 Dibentuk dari unsurnya dalam bentuk standar.
Pada Tabel 1.2.1 diberikan nilai entalpi pembentukan dari berbagai zat
serta persamaan termodinamika reaksi pembentukannya. Daftar yang lebih
lengkap dapat dilihat pada bagian Lampiran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan entalpi pembentukan antara lain:
1. Pada umumnya, entalpi pembentukan senyawa bertanda negatif. Hal itu
menunjukkan bahwa senyawa yang bersangkutan lebih stabil daripada
unsur-unsurnya.
2. Entalpi pembentukan unsur dalam bentuk standarnya, misalnya entalpi
pembentukan grafit, ditetapkan sama dengan nol.
Perhatikanlah dengan baik hubungan antara nilai entalpi pembentukan dengan
persamaan termodinamika reaksi pembentukannya, sehingga jika Anda
mengetahui nilai entalpi pembentukan suatu zat, Anda dapat menuliskan
persamaan termodinamika yang sesuai.

Contoh Soal 2.1 Memahami entalpi pembentukan


Pada pembentukan 1 gram NaC1 dibebaskan 7,024 KJ. Tentukanlah entalpi
pembentukan dan tulislah persamaan termodinamika reaksi pembentukan NaCl.
(Ar Na = 23; Cl = 35,5)
Jawab:
Pada pembentukan 1 gram NaC1 dibebaskan 7,024 kJ, berarti entalpi
pembentukan NaC1 = -7,024 kJ g--l.
Entalpi pembentukan harus dinyatakan dalam satuan kJ mol-l.
Massa molar NaC1 = 58,5 g mol-l
Jadi, entalpi pembentukan NaCl:
= -7,024 KJ g-1 x 58,5 g mol-l = -410,9 kJ mol-l.

19
Bentuk standar dari natrium adalah padatan, sedangkan klorin adalah gas
diatomik Maka, persamaan termodinamika pembentukan NaC1 adalah:
Na(s) + 2Cl2(g) —> NaCl(s) = -401,9 KJ

b. Entalpi Peruraian Standar (Hd° : Standard Enthalpy of Dissociation)


Reaksi suatu zat dengan oksigen disebut reaksi pembakaran. Zat yang
mudah terbakar adalah unsur karbon, hidrogen, belerang, dan berbagai
senyawa dari unsur tersebut. Pembakaran dikatakan sempurna jika:
- karbon (C) terbakar menjadi CO2
- hidrogen (H) terbakar menjadi H,O
- belerang (S) terbakar menjadi SO2
Perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 1 mol suatu zat yang diukur
pada 298 K, 1 atm disebut entalpi pembakaran standar dan dinyatakan
dengan (standard enthalpy of combustion). Entalpi pembakaran juga
dinyatakan dalam U mol-1. Harga entalpi pembakaran dari berbagai zat
diberikan pada Tabel 1.2.2

c. Entalpi Pembakaran Standar (Hc° = Standard Enthalpy of Combustion)


Contoh Soal 2.2 Memahami arti entalpi pembakaran

Pembakaran bensin adalah suatu proses eksoterm. Apabila bensin dianggap terdiri
atas isooktana, C8H18 (sebenarnya isooktana hanyalah salah satu komponen
bensin), tentukanlah jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 1 liter
bensin. Diketahui entalpi pembakaran isooktana = -5.460 kJ mol-1 dan massa jenis
isooktana = 0,7 kg L-1. (Ar H = 1; C = 12).

Jawab:
Dalam hal ini telah diketahui entalpi pembakaran isooktana, yaitu -5.460 kJ mol-i.
Maka, yang diperlukan adalah menentukan jumlah mol isooktana dalam 1 liter
bensin tersebut.

Massa 1 liter bensin = 1 L x 0,7 kg L-1 = 0,7 kg = 700 gram


Jumlah mol isooktana = 700 g, - 6,14 mol
114 g
Jadi, kalor yang dibebaskan pada pembakaran 1 liter bensin adalah:
20
= 6,14 mol x 5.460 kJ mol-1 = 33.524,4 kJ

1.3. Penentuan Entalpi Reaksi

a. Kalorimeter
Misalkan Anda diminta menentukan jumlah kalor yang dihasilkan pada
pembakaran secarik kertas, bagaimanakah Anda melakukannya?
Kalor reaksi dapat ditentukan melalui percobaan, yaitu dengan kalorimeter.
Namun demikian, penentuan kalor reaksi melalui percobaan bukanlah pekerjaan
yang mudah. Henry Hess, seorang ahli kimia dan Rusia kelahiran Swiss,
menemukan cara lain untuk dapat menentukan kalor reaksi, yaitu berdasarkan data
termokimia yang ada, jadi tidak hams melalui percobaan. Kita akan membahas
penentuan kalor reaksi, melalui percobaan dan berdasarkan penemuan Hess.

Kalorimeter bom adalah alat yang


digunakan untuk mengukur jumlah
kalor (nilai kalori) yang dibebaskan
pada pembakaran sempurna (dalam O2
berlebih) suatu senyawa, bahan
makanan, bahan bakar. Sejumlah
sampel ditempatkan pada tabung
beroksigen yang tercelup dalam
medium penyerap kalor (kalorimeter),
dan sampel akan terbakar oleh api
listrik dari kawat logam terpasang
dalam tabung.
Gambar 1.3. Kalorimeter Bom

Cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter disebut


kalorimetri. Data reaksi yang terdapat pada tabel-tabel umumnya ditentukan secara
kalorimetris.
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi (tidak ada pertukaran materi
maupun energi dengan lingkungan di luar kalorimeter). Dengan demikian, semua
21
kalor yang dibebaskan oleh reaksi yang terjadi di dalam kalorimeter, tidak ada
yang terbuang ke luar kalorimeter. Dengan mengukur kenaikan suhu di dalam
kalorimeter, kita dapat menentukan jumlah kalor yang diserap oleh air serta
perangkat kalorimeter berdasarkan rumus:

qair = m x c x
qbom = C x
dengan, q = jumlah kalor
m = massa air (larutan) di dalam kalorimeter
c = kalor jenis air (larutan) di dalam kalorimeter
C = kapasitas kalor dan bom kalorimeter
= kenaikan suhu larutan (kalorimeter)

Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor
reaksi sama dengan kalor yang diserap oleh air (larutan) dan born, tetapi tandanya
berbeda.
qreaksi = - (qair + qbom)

Kalorimeter bom terdiri dari tabung baja tebal dengan tutup kedap udara.
Sejumlah tertentu zat yang akan diuji ditempatkan dalam cawan platina dan
sebuah "kumparan      besi” yang diketahui beratnya (yang juga akan dibakar)
ditempatkan pula pada cawan platina sedemikian sehingga menempel pada zat
yang akan diuji.
Kalorimeter bom kemudian ditutup dan tutupnya lalu dikencangkan.
Setelah itu "bom" diisi dengan O2 hingga tekanannya mencapai 25 atm.
Kemudian "bom" dimasukkan ke dalam kalorimeter yang diisi air.
Setelah semuanya tersusun, sejumlah tertentu aliran listrik dialirkan ke
kawat besi dan setelah terjadi pambakaran, kenaikan suhu diukur.
Kapasitas panas (atau harga air) “bom”, kalorimeter, pengaduk, dan
termometer ditentukan dengan percobaan terpisah dengan menggunakan zat yang
diketahui panas pembakarannyadengan tepat (Biasanya asam benzoat)
Cara Kerja Kalorimeter Bom:
1. Susun alat kalorimeter.

22
2. Isi gelas kimia dengan 50ml NaOH
3. Isi gelas kimia dengan 50ml HCL 0,1M. Ukur dan cata suhu setiap larutan.
4. Tuangkan 100ml NaOH 1M ke dalam calorimeter, disusul 100ml HCL M.
5. Tutup   kalorimeter dengan karet penyumbat lalu aduk campuran larutan.
6. Catat suhu campuran larutan.

Contoh Soal 1.3 Menggunakan data kalorimetri


Sebanyak 50 mL (= 50 gram) larutan HCI 1 M bersuhu 27°C dicampur
dengan 50 mL (= 50 gram) larutan NaOH 1 M bersuhu 27°C dalam suatu
kalorimeter gelas plastik. Ternyata, suhu campuran naik sampai 33,5°C. Jika kalor
jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air, aitu 4,18 J g-1 K-1, tentukanlah
perubahan entalpi reaksi.
HC1(aq) + NaOH(aq) —> NaCl(aq) + H2O(l)
Jawab:
Langkah-langkah penyelesaiannya adalah:
1. Menentukan kalor larutan dengan rumus q larutan = m x c x .
2. Menentukan kalor reaksi yaitu = - q larutan
3. Menentukan entalpi reaksi, yaitu jika jumlah mol NaOH dan HCI yang
bereaksi masing-masing 1 mol (sesuai dengan koefisien reaksinya).
qlarutan = mxcxAT
= 100 g x 4,18 J g-1 K-1 x 6,5 K = 2.717 J
q reaksi = q larutan = -2.717 J
Kalor di atas menyertai reaksi antara 50 mL HC1 1 M dengan 50 mL larutan
NaOH 1 M.
Jumlah mol HC1, n = V x M = 0,05 L x 1 mol L-I = 0,05 mol.
Jumlah mol NaOH, n=VxM= 0,05 L x 1 mol L-1 = 0,05 mol.

b. Hukum Hess
Hukum Hess berkaitan dengan reaksi-reaksi yang dapat dilangsungkan
menurut dua atau lebih cara (lintasan). Contohnya, yaitu reaksi antara karbon
(grafit) dengan oksigen membentuk karbon dioksida. Misalkan, kita mempunyai 1
mol karbon dan 1 mol oksigen. Kedua zat ini dapat bereaksi membentuk 1 mol
karbon dioksida. Reaksinya dapat dilangsungkan menurut dua cara sebagai
berikut.
Cara-1: Reaksi satu tahap

23
Satu mol karbon direaksikan dengan 1 mol oksigen, sehingga membentuk
1 mol karbon dioksida.
C(s) + O2(g) —> CO2(g)
Cara-2: Reaksi dua tahap
Tahap-1: Satu mol karbon mula-mula direaksikan dengan ½ mol oksigen
(setengah mol oksigen masih tersisa) sehingga terbentuk 1 mol karbon
monoksida.
C(s) + ½ O2(g) —> CO(g)
Tahap-2: Gas karbon monoksida yang terbentuk pada tahap-1 direaksikan
dengan 1/2 mol oksigen yang tersisa, sehingga terbentuk 1 mol karbon
dioksida.
CO(g) + ½ O2(g) —> CO2(g)

Jika Tahap-1 dan Tahap-2 menurut cara yang kedua ini dijumlahkan,
ternyata hasilnya sama dengan Cara-1, yaitu reaksi 1 mol karbon dengan 1 mol
oksigen membentuk 1 mol karbon dioksida.
Tahap-1: C(s) + ½ O2(g) —> CO(g)
Tahap-2: CO(g) + ½ O2(g) —> CO2(g) +
C(s) + O2(g) —> CO2(g)
Pada tahun 1940, Henry Hess menemukan bahwa kalor reaksi dari kedua cara
di adalah sama.

Cara-1:
C(s) + O2(g) —> CO2(g) = -394 kJ …..……. (1)
Cara-2:
Tahap-1: C(s) + ½ O2(g) —> CO(g) = -111 kJ ….….. (2)

Tahap-2: CO(g) + ½ O2(g) —> CO2(g) = -283 kJ …....… (3) +


C(s) + O2(g) —> CO2(g) = -394 kJ

1.4. Enegi Bahan Bakar


Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah
pembakaran, yaitu suatu reaksi cepat antara bahan bakar dengan adalah bahan
bakar fosil, yaitu gas alam, minyak bumi, dan batu bara. Bahan bakar fosil itu
24
berasal dari pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan ataupun hewan.
Pembentukan bahan bakar fosil ini memerlukan waktu ribuan sampai jutaan tahun.
Bahan bakar fosil terutama terdiri atas senyawa hidrokarbon, yaitu
senyawa yang hanya terdiri atas karbon dan hidrogen. Gas alam terdiri atas alkana
suku rendah terutama metana dan sedikit etana, propana, dan butana. Seluruh
senyawa itu merupakan gas yang tidak berbau. Oleh karena itu, ke dalam gas alam
ditambahkan suatu zat yang berbau tidak sedap, yaitu merkaptan, sehingga dapat
diketahui jika ada kebocoran. Gas alam dari beberapa sumber mengandung
hidrogen (H2S), suatu kontaminan yang hams disingkirkan sebelum gas digunakan
sebagai bahan bakar karena dapat mencemari udara. Beberapa sumur gas juga
mengandung helium.
Minyak bumi adalah cairan yang mengandung ratusan jenis senyawa,
terutama alkana, dari metana hingga yang memiliki atom karbon mencapai lima
puluhan. Dari minyak bumi diperoleh bahan bakar LPG (liquified petroleum gas),
bensin, minyak tanah, kerosin, solar, dan lain-lain. Pemisahan komponen minyak
bumi itu dilakukan dengan distilasi bertingkat. Adapun batu bara adalah bahan
bakar padat, yang terutama, terdiri atas hidrokarbon suku tinggi. Batu bara dan
minyak bumi juga mengandung senyawa dari oksigen, nitrogen, dan belerang.
Bahan bakar fosil, terutama minyak bumi, telah digunakan dengan laju
yang jauh lebih cepat daripada proses pembentukannya. Oleh karena itu, dalam
waktu yang tidak terlalu lama lagi bahan bakar fosil akan segera habis. Untuk
menghemat penggunaan minyak bumi dan untuk mempersiapkan bahan bakar
pengganti, telah dikembangkan berbagai bahan bakar lain, misalnya, gas sintetis
(sin-gas) dan hidrogen.
Gas sintetis diperoleh dari gasifikasi batu bara. Batu bara sebenarnya
adalah bahan bakar fosil yang paling melimpah, yaitu sekitar 90% dari cadangan
bahan bakar fosil. Akan tetapi penggunaan batu bara menimbulkan berbagai
masalah, antara lain karena pembakaran batu bara menimbulkan polusi udara yang
lebih hebat daripada bahan !,akar apa pun. Di samping itu juga ada keterbatasan
25
dalam penggunaannya karena entuknya yang padat. Oleh karena itu, para ahli
berupaya mengubahnya menjadi gas sehingga penggunaannya lebih luwes dan
lebih bersih.
Gasifikasi batu bara dilakukan dengan mereaksikan batu bara panas
dengan uap air panas. Hasil proses itu berupa campuran gas CO, H2, dan CH4.
Proses selanjutnya adalah memperbanyak kadar gas metana (CH4) (Gambar 2.11).
Bahan bakar sintetis lain yang juga banyak dipertimbangkan adalah hidrogen.
Hidrogen cair bersama-sama dengan oksigen cair telah digunakan pada pesawat
ulang sebagai bahan bakar roket pendorongnya. Pembakaran hidrogen sama sekali
tidak memberi dampak negatif pada lingkungan karena hasil pembakarannya
adalah air. Hidrogen dibuat dari air melalui reaksi endoterm berikut.

2H20(/) —> 2H2(g) + O2(g) ° = 572 kJ


Apabila energi yang digunakan untuk menguraikan air tersebut berasal
dari bahan bakar fosil, maka hidrogen bukanlah bahan bakar yang komersial.
Tetapi saat ini sedang dikembangkan penggunaan energi nuklir atau energi surya.
Jika proyek itu berhasil, maka dunia tidak perlu khawatir akan kekurangan energi.
Matahari sebenarnya adalah sumber energi terbesar bumi, tetapi teknologi
penggunaan energi surya belumlah komersial. Salah satu kemungkinan
penggunaan energi surya adalah menggunakan tanaman yang dapat tumbuh cepat.
Energinya kemudian diperoleh dengan membakar tumbuhan itu. Dewasa ini,
penggunaan energi surya yang cukup komersial adalah untuk pemanas air umah
tangga (solar water heater)

Contoh:

Pembakaran dalam mesin kendaraan atau dalam industri umumnya


berlangsung tidak sempurna. Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon
(bahan bakar fosil) membentuk karbon dioksida dan uap air. Pembakaran
dikatakan tak sempurna jika menghasilkan karbon monoksida.
Pembakaran sempurna isooktana menghasilkan karbon dioksida dan air:

26
C8H18(l) + 1202(g) —> 8CO2(g) + 9H20(g) = -5.460 kJ
Pembakaran tak sempurna isooktana menghasilkan karbon monoksida di
samping karbon dioksida dan air. Semakin tak sempurna pembakaran, semakin
sempurna banyak karbon monoksida yang dihasilkan. Selain itu, pada
pembakaran tak sempurna mungkin saja sebagian dan hidrokarbon (bahan
bakar) tidak terbakar atau menghasilkan partikel karbon (yang merupakan
komponen asap). Berikut beberapa kemungkinan pembakaran tak sempurna
isooktana.
C8H18(l) + 802(g) —> 7CO2(g) + CO(g) + 9H20(g) = -5.170,2 kJ
C8H18(l) + 802(g) —> 6CO2(g) + 2C0(g) + 9H20(g) = -4.887,2 kJ
C8H18(l) + 802(g) —> 6C0(g) + 9H20(g) = -2.924,4 kJ

1.5. Rangkuman Materi

1. Termodinamika adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi.

Reaksi yang sedang dipelajari perubahan energinya disebut sistem,


sedangkan lingkungan merupakan bagian lain dan alam yang berinteraksi
dengan sistem.

3. Interaksi antara sistem dan lingkungan dapat berupa pertukaran materi


dan/atau pertukaran energi.
4. Berdasarkan jenis interaksinya dengan lingkungan, sistem kimia dapat
dibedakan atas sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem terisolasi.
Sistem terbuka : terjadi pertukaran materi dan energi.
Sistem tertutup : terjadi pertukaran energi tetapi tidak pertukaran materi.
Sistem terisolasi: tidak terjadi pertukaran materi maupun energi.

5. Pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat berupa kalor dan
kerja.
6. Total energi yang dimiliki sistem disebut energi dalam (E). Energi dalam
tidak dapat ditentukan jumlahnya, tetapi perubahan energi dalam (AE)
27
yang menyertai suatu proses dapat ditentukan.

Kalor reaksi yang berlangsung pada volum tetap sama dengan perubahan
energi dalam sistem (.E).

8. Kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap disebut perubahan


entalpi (MI). Oleh karena pada umumnya reaksi berlangsung pada
tekanan tetap, maka kalor reaksi umumnya dinyatakan sebagai perubahan
entalpi.

9. Reaksi yang membebaskan energi disebut reaksi eksoterm, sedangkan


yang menyerap energi disebut reaksi endoterm.

10. Ciri-ciri reaksi eksoterm:


 Kalor mengalir dan sistem ke lingkungan.
 Entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi.
 Perubahan entalpinya bertanda negatif.
 Menyebabkan kenaikan suhu lingkungan sekitar.
11. Entalpi molar adalah perubahan entalpi yang dikaitkan dengan kuantitas
zat yang bereaksi. Entalpi molar dinyatakan dalam kJ mol-1.

12. Entalpi molar pembentukan standar (A1-4°) adalah perubahan entalpi


pada pembentukan 1 mol zat langsung dan unsur-unsurnya dalam bentuk
standar yang diukur pada 25°C, 1 atm (keadaan standar).

13. Selain entalpi molar pembentukan terdapat entalpi molar lainnya, seperti
entalpi molar pembakaran dan entalpi molar peruraian
14. Perubahan entalpi reaksi dapat ditentukan berdasarkan:
 percobaan (kalorimetri)
 Hukum Hess
 data entalpi pembentukan
 data energi ikatan

"Sumberkekuatan baru bukanlah uang yang berada dalam genggaman tangan


beberapa orang, namun informasi di tangan orang banyak."
John Naisbitt

28
1.6. Latihan

I. PILIHAN GANDA
1. Suatu proses berlangsung dengan sistem menyerap 10 kJ dan menerima kerja
sebesar 100 J. Perubahan energi dalam sistem itu adalah....
A. 9 kJ D. 11 kJ
B. 9,9 kJ E. 110 kJ
C. 10,1 kJ
2. Diketahui persamaan termokimia:
C(s) + 02(g) —> CO2(g) = -400 kJ
Jika entalpi 1 mol C(s) + 1 mol 02(g) = HR dan entalpi 1 mol CO2(g) =
Hp, maka . . .
A. HR = -400 kJ D. Hp - HR = -400 kJ
B. Hp = -400 kJ E. HR - Hp = -400 kJ
C. HR + Hp = -400 kJ

3. Pada proses eksoterm . . . .


A. entalpi sistem bertambah dan perubahan entalpi positif
B. entalpi sistem berkurang dan perubahan entalpi negatif
C. entalpi sistem berkurang dan perubahan entalpi positif
D. entalpi sistem bertambah dan perubahan entalpi negative
E. entalpi lingkungan berkurang dan perubahan entalpi negatif

4. Perhatikan berbagai hasil percobaan berikut.


(1) Serbuk NH4C1 + serbuk Ca(OH)2, timbul gas berbau tidak sedap
disertai penurunan suhu.
(2) Pita magnesium + larutan H2SO4, pita magnesium larut disertai
kenaikan suhu.
(3) Pita tembaga + serbuk belerang, tidak terjadi perubahan, tetapi
berubah menjadi zat padat hitam setelah dipanaskan; reaksi berlanjut
ketika pemanasan dihentikan.
(4) Gas N204 yang tidak berwarna berubah menjadi coklat jika
dipanaskan; jika pemanasan dihentikan, perlahan-lahan kembali tidak
berwarna.
Proses yang tergolong reaksi endoterm adalah . . . .
A. (1) dan (3) D. (3) dan (4)
B. (2) dan (4) E. (1) dan (4)
C. (2) dan (3)
5. Di antara yang berikut ini:
(1) Fotosintesis (5) pelelehan
29
(2) pembakaran (4) dekomposisi termal
(3) respirasi
yang tergolong proses endoterm adalah . . . .
A. (1), (2), dan D. (2), (3), dan (4)
B. (1), (4), dan
(3) E. (1), (3), (4), dan (5)
C. (2), (3), dan
(5)
(5)
6. Entalpi pembentukan NH4C1(s) pada keadaan standar adalah –314,4 kJ mol-1.
Persamaan manakah dari persamaan termokimia di bawah ini yang
menggambarkan data tersebut?
A. NH3(g) + HC1(g) —> NH4C1(s) = –314,4 kJ
B. NH4 (g) + Cl (g) —> 2NH4C1(s) = –314,4 kJ
C. N2(g) + 4H2(g) + C12(g) —> 2NH4C1(s) = –628,8 kJ
D. NH3(g) + 2 H2(g) + z C12(g) —> NH4C1(s) = –314,4 kJ
E. N2(g) + 3H2(g) + 2HC1(g) —> 2NH4C1(s) = –628 kJ

7. Pada pembakaran 1 gram gas metana (CH4) dibebaskan 55,6 kJ. Persamaan
termokimia yang menggambarkan reaksi pembakaran metana adalah . . . .
A. CH4(g) + 202(g) —> CO2(g) + 2H20(l) = –55,6 kJ
B. CH4(g) + 202(g) —> CO2(g) + 2H20(/) = +55,6 kJ
C. CH4(g) + 202(g) —> CO2(g) + 2H20(/) = –889,6 kJ
D. CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H20(l) = +889,6 kJ
E. CH4(g) —> 2C(s) + 2H2(g) = –55,6 kJ

8. Diketahui entalpi pembakaran H2(g), C(grafit), CH4(g), C2H4(g), dan


C2H5OH(/) berturutturut adalah –285,85 kJ mol-', –393,5 kJ mol-', –890,4 kJ
mol-', –1411 kJ dan –1366,85 kJ mol-'. Pada pembakaran 1 gram zat-zat berikut,
manakah yang menghasilkan kalor paling banyak?
A. H2(g) D. C2H4(g)
B. C(grafit) E. C2H5OH(/)
C. CH4(g)

9. Jika diketahui H2(g) + Br2(g) —> 2HBr(g) = –72 kJ, maka untuk dapat
menguraikan 11,2 dm' (pada STP) gas HBr menjadi H2 dan Br2, diperlukan
kalor sebanyak . . . .
A. 9 kJ D. 72 kJ
B. 18 kJ E. 144 kJ
C. 36 kJ

10. Apabila 100 mL larutan NaOH 1 M direaksikan dengan 100 mL larutan HCl 1
M dalam sebuah bejana, ternyata suhu larutan naik dari 29°C menjadi 37,5°C.
Jika kalor jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air = 4,2 J/°C, maka
perubahan entalpi reaksi NaOH(aq) + HC1(aq) NaCl(aq) + H20(1) adalah....
A. -45,9 kJ D. -77,7 kJ
B. -54,6 kJ E. -82,3 kJ
C. -71,4 kJ
30
11. Pada penetralan 100 mL 0,1 M NaOH dengan larutan HC1 (berlebihan), volum
akhir larutan adalah 130 mL dan suhu larutan naik 1,1°C. Jika kapasitas kalor
wadah diabaikan dan kalor jenis larutan dianggap adalah 4 J g-1 K-1, maka
entalpi netralisasi NaOH dengan HC1, dalam J mol-l adalah . . . .
A. 130 x 1,1 x 4 D. 100 x 1,1 x 4
B. 130 x 1,1 x 4 x 10 E. 100 x 1,1 x 4 x 100
C. 130 x 1,1 x 4 x 100

12. Dalam suatu reaksi kimia dibebaskan 8,4 kJ energi. Jika kalor ini digunakan
untuk memanaskan 100 cm3 air, maka kenaikan suhunya ialah . . . . (kalor jenis
air = 4,2 Jg-1°C-1)
A. 4,2°C D. 20°C
B. 8,4°C E. 40°C
C. 16,8°C

13. Diketahui HC1(aq) + NaOH(aq) —> NaCl(aq) + H20(/) = -56 Id mol.


Bila 100 cm3 larutan HC1 0,25 M direaksikan dengan 200 cm3 larutan NaOH
0,25 M, maka perubahan entalpi yang terjadi dalam reaksi ini adalah . . . .
A. -0,56 kJ D. -1,40 kJ
B. -3,08 kJ E. -2,80 kJ
C. -1,68 Id

14. Diketahui entalpi pembakaran karbon (grafit) = -393,5 kJ mot-'. Banyaknya


karbon yang harus dibakar untuk menaikkan suhu 1 liter air dari 25°C menjadi
100°C, adalah . . . .
( Ar C = 12; kalor jenis air = 4,2 J g-1 °C-1)
A. 0,8 gram D. 9,6 gram
B. 0,96 gram E. 15 gram
C. 1,25 gram
15. Dari data:
2H2(g) + O2(g) —> 2H2O(l) = -571 kJ
2Ca(s) + O2(g) —>2CaO(s) = -1.269 kJ
CaO(s) + H2O(l) —> Ca(OH)2(s) = -64 kJ
dapat dihitung entalpi pembentukan Ca(OH)2(s) sebesar:
A. -1.966 kJ mol-' D. -984 kJ mol-1
-
B. -1.904 kJ mo1 ' E. -856 Id mol-'
C. -1.161 kJ mol'

16. Diketahui: 2N0(g) + 02(g) —> N204(g) = a kJ


NO(g) + ½ 02(g) —> NO2(g) =b kJ
Besarnya untuk reaksi: 2NO2(g) —> N204(g)
A. (a + b) kJ D. (a - 2b) kJ
B. a + 2b) kJ E. (2a + b) kJ
C. (-a + 2b) kJ

31
17. Diketahui entalpi pembakaran siklopropana (CH2)3 (g) = -a kJ mot-1; entalpi
pembentukan CO2(g) = -b kJ mol-i dan entalpi pembentukan H20(1) = -c kJ
mol-1. Entalpi pembentukan siklopropana (dalam kJ mol-1) adalah . . . .
A. a - 3b - 3c D. a + 3b + 3c
B. a - 3b + 3c E. -a + 3b + 3c
C. a+3b-3c

18. Gas asetilena dapat dibuat menurut reaksi:


CaC2(s) + 2H20(/) —> Ca(OH)2(aq) + C2H2(g)
Entalpi pembakaran gas ini adalah -320 kkal mot'. Jika dalam suatu proses
digunakan 160 gram kalsium karbida dan dengan asumsi bahwa hanya 60%
CaC2 yang bereaksi, maka pada pembakaran asetilena yang terbentuk, akan
dihasilkan kalor sebanyak. (Ar C = 12; Ca = 40)
A. 960 kkal D. 480 kkal
B. 800 kkal E. 320 kkal
C. 640 kkal

19. Manakah di antara reaksi berikut yang perubahan entalpinya sama dengan
energi ikatan I-I?
A. I2(s) —> 2I(g) D. ½ I2(g) —>I(g)
B. I2(s) —> I2(g) E. ½ I2(s) —>I(g)
C. I2(g) —> 2I(g)

20. Jika energi ikatan rata-rata dari:


C=C = 146 kkal morl C-C1= 79 kkal morl
l
C-C = 83 kkal mor H-C1= 103 kkal morl
l
C-H = 99 kkal mor
maka perubahan entalpi pada adisi etena dengan asam klmida menurut
persamaan H2C = CH2 + HC1 —> CH3 - CH2 - Cl adalah sebesar . . .
.
A. 510 kkal D. 12 kkal
B. -72,8 kkal E. 510 kkal
C. -12 kkal
21. Diketahui data energi ikatan rata-rata sebagai berikut.
H—H = 436 kJ morl; Cl—Cl = 242 kJ morl, dan H—Cl = 431 kJ morl.
Kalor yang diperlukan untuk menguraikan 146 gram HC1 menjadi
unsur-unsurnya adalah . . . . (ArH = 1; Cl = 35,5)
A. 92 kJ D. 368 kJ
B. 184 kJ E. 494 kJ
C. 247 kJ

II. ESAI
1. Jika 50 mL asam sulfat 1 M direaksikan dengan 100 mL natrium hidroksida 1
32
M, terjadi kenaikan suhu sebesar 8,6°C. Jika 25 mL asam sulfat 1 M
direaksikan dengan 125 mL natrium hidroksida 1 M, terjadi kenaikan suhu
4,3°C. Jika 100 mL asam sulfat 1 M direaksikan dengan 50 mL natrium
hidroksida 1 M, kenaikan suhu juga 4,3°C. Jelaskan:
a. mengapa kenaikan suhu pada percobaan kedua dan ketiga sama besarnya?
b. mengapa kenaikan suhu pada percobaan kedua dan ketiga hanya separo dan
percobaan pertama?

2. Diketahui:
H2(g) + ½ O2(g) —> H2O(g) = -242 kJ
2H(g) + O(g) —> H2O(g) = -927
2H(g) + 2O(g) —> H2O2(g) = -1.070,5 kJ
2O(g) —> O2(g) = -495
H202(/) —> H2O2(g) = 51,5 kJ
Berdasarkan data di atas, tentukanlah entalpi pembentukan H2O2(/)

3. Pada pembakaran sempurna 1 liter (STP) suatu sampel gas alam dihasilkan
kalor sebanyak 43,6 U. Jika gas alam tersebut hanya mengandung metana
(CH4) dan etana (C2H6), tentukanlah persen volum metana dalam campuran
tersebut. (Alif° dan CH4 = -75 kJ mot1; C2H6 = -85 Id morl; CO2 = -393,5 kJ
morl; H2O = -286 kJ morl)

4. Sebanyak 0,58 gram gas butana dibakar dalam sebuah kalorimeter bom yang
berisi 500 mL air dengan suhu 30°C. Setelah reaksi, suhu air dalam
kalorimeter naik menjadi 43,7°C. Jika kapasitas kalor kalorimeter diabaikan,
sedangkan kalor jenis air adalah 4,18 J g-I °C-1, tentukanlah entalpi
pembakaran butana.

5. Tentukanlah entalpi pembakaran metana membentuk gas karbon dioksida dan


uap air berdasarkan:
a. entalpi pembentukan
b. energi ikatan
Apakah Anda menemukan hasil yang sama? Jika tidak, coba jelaskan
mengapa terdapat perbedaan.
Entalpi pembentukan (f°):
CH4(g) = -75 kJ mol-l; CO2(g) = -393,5 kJ mol-l; H2O(g) = -242 kJ mol-l.
Energi ikatan rata-rata:
C - H = 413 kJ mol-l; O2 = 495 kJ mol-l;
C = O = 799 kJ mol-l; O - H = 463 kJ mol-l.

33
Peta Konsep

34
2. LAJU
REAKSI
Reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Ada reaksi
yang berlangsung sangat cepat, misalnya ledakan dinamit; ada jugs reaksi yang
berlangsung sangat lambat, misalnya perkaratan besi atau fosilisasi sisa organisme.
Kebanyakan reaksi berlangsung dengan laju di antara dua laju ekstrem tersebut.
Selain itu, laju reaksi ternyata dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti suhu,
konsentrasi, dan faktor lainnya. Bahasan utama dalam bab ini adalah mengenai
faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pengetahuan itu dapat kita gunakan
untuk mengendalikan laju suatu reaksi sehingga sesuai dengan keinginan kita.
Pada awal bab ini akan dibahas tentang kemolaran, yaitu salah satu cara
menyatakan konsentrasi atau kepekatan larutan. Selanjutnya, pada bagian kedua
akan dibahas konsep atau pengertian laju reaksi, cara menyatakan serta cara
menentukannya. Pada bagian ketiga akan dibahas berbagai faktor yang
mempengaruhi laju reaksi serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dan
industri. Pada bagian keempat akan dibahas persamaan laju reaksi, yang
membahas hubungan kuantitatif laju reaksi dengan konsentrasi pereaksi.
Selanjutnya, pada bagian terakhir akan dibahas teori tumbukan yang memberikan
35
penjelasan teoritis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.1. Kemolaran

Pengertian kemolaran telah dibahas dalam Buku jilid 1. Untuk


mengingatkan Anda, kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap
liter larutan. (Ingat! Tiap liter larutan, bukan pelarut). Kemolaran dinyatakan
dengan lambang M dan satuan mol L-1.

Untuk sistem gas, V menyatakan volum gas (volum ruangan yang ditempati gas).
Pada subbab ini akan dibahas cara mengencerkan larutan dan cara membuat
larutan dengan kemolaran tertentu.
a. Pengenceran Larutan
Ketika bekerja di laboratorium, kita seringkali perlu mengencerkan
larutan, yaitu memperkecil konsentrasi larutan dengan jalan menambahkan
sejumlah tertentu pelarut. Pengenceran menyebabkan volum dan kemolaran
larutan berubah, tetapi jumlah zat terlarut tidaklah berubah.
Oleh karena pengenceran tidak mengubah jumlah mol zat terlarut, maka
n1 = n2 atau V1 M1 = V2 M2
V1 M1 = V2 M2

(a) (h) (C) (d)


Gambar 2.1.1 Cara mengencerkan larutan. Pengenceran larutan sebaiknya dilakukan
dengan o,pet ukur dan labu ukur. Volum larutan yang akan diencerkan (sebanyak V1) diambil
dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu ukur yang sesuai (ukuran
volum = V2). Selanjutnya, air ditambahkan hingga mencapai garis ukuran labu ukur (Ingat, labu
ukur hanya enempunyai satu garis ukuran).

36
Untuk lebih memahami rumus di atas, perhatikanlah contoh soal berikut.
Contoh Soal 3.1 Pengenceran larutan

Berapa mL air harus dicampur dengan 100 mL larutan NaOH 0,5 M


sehingga menjadi 0,2 M? Jawab:

Diketahui: V1 = 100 mL, M1 = 0,5, dan M2 = 0,2 M. Misalkan volum air yang
harus ditambahkan
= x mL, maka volum akhir larutan, V2 = (100 + x) mL. Dengan menggunakan
rumus pengenceran,
V2 dapat ditentukan sehagai berikut.

V 1 M 1 = V2 M2
100 x 0,5 = (100 + X) X
50 = 0
= 20 + 0,2x
0,2
30
150
x = 30

Jadi, volum air yang harus ditambahkan sebanyak 150 mL

b. Membuat Larutan dengan Kemolaran Tertentu

Zat kimia umumnya diperdagangkan dalam bentuk padatan (kristal) atau


larutan pekat, jarang sekali dalam bentuk larutan siap pakai. Sementara itu,
percobaan-percobaan di laboratorium seringkali menggunakan larutan encer. Oleh
karena itu, larutan yang diperlukan harus dibuat dan larutan pekat atau
melarutkan zat padat. Pada bagian ini, akan dibahas cara membuat larutan dan zat
padat atau dan larutan pekat. Dengan begitu, Anda dapat membuatnya secara
benar dan aman.

b.1. Pelarutan Zat Padat


Membuat larutan dan padatan murni dilakukan dengan mencampurkan
zat terlarut dan pelarut dalam jumlah tertentu. Agar lebih jelas, perhatikan contoh
berikut.

37
Contoh:
Membuat 500 mL larutan NaOH 1 M dari kristal NaOH murni Prosedur
penyiapan larutan melalui beberapa tahap sebagai berikut.

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu neraca, botol timbang,
labu ukur 500 mL, sendok stainless steel, kristal NaOH, dan akuades.
2. Menghitung jumlah NaOH yang diperlukan.
Jumlah mol NaOH = 500 mL x 1 mmol mL-1
= 500 mmol (= 0,5 mol)
Massa NaOH = 0,5 mol x 40 g mol-1
= 20 g
3. Menimbang 20 gram kristal NaOH.
4. Melarutkan NaOH itu dengan kira-kira 300 mL akuades dalam labu ukur
500 mL. Setelah kristal NaOH itu larut seluruhnya, ditambahkan lagi
akuades hingga volum larutan tepat 500 mL.

a b c d e
Gambar 3.2 Membuat larutan dengan kemolaran tertentu dari zat terlarut yang berwujud
padat.
(a) Zat terlarut padat dimasukkan ke dalam labu ukur.
(b) Air ditambahkan hingga kira-kira sepertiga labu.
(c) Labu kemudian diguncang-guncangkan sehingga semua padatan larut.
(d) Selanjutnya air ditambahkan hingga garis ukuran labu.
(e) Labu ditutup, kemudian diaduk dengan cara membalikkannya beberapa kali

Membuat Larutan dari Padatan Murni

1. Tulislah langkah kerja untuk membuat 200 mL larutan NaCI 0,1 M dari
kristal NaCI murni.
38
2. Buatlah larutan tersebut setelah langkah kerja yang Anda susun disetujui
oleh guru/pembimbing.
b.2.. Pengeneeran Larutan Pekat
Di antara zat yang tersedia dalam bentuk larutan pekat adalah berbagai
jenis asam dan amonia. Misalnya, asam sulfat biasanya diperdagangkan berupa
larutan dengan kadar 98% dan massa jenis 1,8 kg L-1.
Kemolaran larutan pekat dapat ditentukan jika kadar dan massa jenisnya
diketahui, aitu dengan menggunakan rumus:

dengan, M = kemolaran
p = massa jenis
kadar = % massa
mm = massa molar
Larutan pekat biasanya berasap (mudah menguap) dan sangat korosif. Oleh
karena itu. pembuatan larutan dari larutan pekat hams dilakukan dalam lemari
asam dan dikerjakan dengan hati-hati dengan mengikuti semua aturan
keselamatan.
Contoh:
Membuat 200 mL H2SO4 4 M dari asam sulfat 98%, massa jenis 1,8 kg L-1 Cara
kerja pembuatan larutan sebagai berikut.
1. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu labu ukur 200 mL, gelas kimia 200 mL,
pipet ukur, asam sulfat pekat, dan akuades.
2. Menghitung volum asam sulfat pekat yang diperlukan.
Kemolaran asam sulfat pekat:

1,8x10 x 98
98 =18 molL-1
Volum asam sulfat pekat yang diperlukan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus pengenceran:
VI MI = V2 M2 V1 x 18 = 200 x 4
V1 = 44,44 mL
Mengambil 44,44 mL asam sulfat pekat menggunakan pipet ukur.

2.2 KONSEP LAJU REAKSI


39
2.2.a. Pengertian Laju Reaksi
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung.
Perhatikanlah beberapa contoh dalam Gambar 3.3 berikut.

(a) Laju pesawat Concord (b) Laju pompa bensin (c) Laju mesin cetak

2.000 km per jam 50 liter per menit 20 lembiir per detik

Gambar 3.3 Beberapa contoh kelajuan

Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa laju menyatakan


besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satuan waktu. Satuan waktu dapat
berupa detik, menit, jam, hari, atau tahun.

Bagaimanakah cara menyatakan laju reaksi? Apakah suatu reaksi


berlangsung cepat atau lambat dapat diketahui dengan mudah melalui pengamatan
sepintas? Nah, untuk menyatakan kelajuan suatu reaksi (seberapa cepat), kita perlu
melakukan pengukuran. Perubahan apakah yang harus diukur? Kita ingat kembali
bahwa reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan semakin
sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Oleh karena itu, laju reaksi dapat
dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.

2.2.b. Penentuan Laju Reaksi

Telah disebutkan pada subbab sebelumnya bahwa laju reaksi ditentukan melalui
percobaan, yaitu dengan mengukur banyaknya pereaksi yang dihabiskan atau
banyaknya produk yang dihasilkan pada selang waktu tertentu. Sebagai contoh,
laju reaksi antara magnesium dengan larutan HC1 dapat ditentukan dengan

40
mengukur jumlah salah satu produknya, yaitu gas hidrogen (lihat Gambar 3.4).

Mg(s) + 2HC1(aq) --> MgCl2(aq) + H2(g)

Sepotong pita magnesium ditempatkan pada satu sisi dari labu bersekat,
sedangkan sisi lainnya diisi dengan larutan HC1. Setelah siring terpasang, labu
dimiringkan sehingga kedua zat pereaksi bercampur. Bersamaan dengan itu
stopwatch dihidupkan. Gas hidrogen yang terbentuk akan mengisi siring.
Volumnya dapat dicatat tiap interval waktu tertentu, misalnya selang 1 menit.
Berikut disajikan suatu hasil percobaan dengan reaksi tersebut.

Volum H2 (cm3
Waktu (menit) )

0 0
1 14
2 25
3 33
4 38
5 40
6 40
7 40

Data di atas dapat diplot dalam


bentuk grafik seperti pada
Gambar 2.2.1.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dari grafik hasil
percobaan ini adalah:

Gambar 2.2.1 Grafik volum gas hidrogen hasil


reaksi terhadap waktu

1. Pada menit pertama dihasilkan 14 cm3 gas hidrogen. Jadi, laju reaksi pada
menit pertama adalah 14 cm3 hidrogen per menit. Pada menit kedua
dihasilkan 11 cm3 gas hidrogen (25 — 14). Jadi, laju reaksi pada menit
kedua adalah 11 cm3 gas hidrogen per menit. Perhatikanlah bahwa laju
reaksi berubah sepanjang waktu reaksi. Laju terbesar terjadi pada awal
reaksi, dan semakin lama semakin kecil.
41
2. Kemiringan kurva berubah setiap saat. Kemiringan berkurang seiring
dengan berkurangnya laju reaksi. Kemiringan (gradien) terbesar terjadi
pada menit pertama dan semakin kecil pada menit-menit berikutnya.

3. Setelah menit kelima, volum gas hidrogen tidak lagi bertambah, reaksi
telah selesai dan kurva menjadi datar.
4. Volum total gas hidrogen yang dihasilkan sebanyak 40 cm3, yaitu dalam
waktu 5 menit.

Laju reaksi rata-rata = 40 cm3/5 menit = 8 cm3 gas hidrogen per menit.

Contoh Soal:
1. Berdasarkan bentuk kurva pada Gambar 3.4, bagaimana
kita mengetahui kapan suatu reaksi selesai?
2. Mengacu pada Gambar 3.4,
a. berapa volum gas hidrogen yang terbentuk pada menit
ke 2,5 dan pada menit ke 3,5?
b. berapa menit diperlukan untuk memperoleh hidrogen sebanyak:
i. 10 cm3? ii. 20 cm3?
c. berapakah laju reaksi pada menit keempat dan pada menit kelima?
d. berapakah laju rata-rata reaksi selama:
e. i. 2 menit pertama? ii. 4 menit pertama?
3. Sejumlah tertentu logam magnesium direaksikan dengan asam klorida
berlebih. Volum gas hidrogen yang terbentuk dicatat setiap menit
dan hasilnya diberikan pada tabel berikut.
Waktu (menit) 0 1 2 3 4 5 6 7
Volum H2 (CM ) 0 14 23 31 38 40 40 40

a. Buatlah grafik dari hasil percobaan tersebut.


b. Berapakah laju reaksi pada menit pertama dan pada menit ketiga?
c. Berapa menit reaksi berlangsung hingga selesai?
d. Berapakah laju rata-rata reaksi tersebut?

2.3. Faktor – Faktor yang Memepengaruhi Laju Reaksi

Dari pengalaman sehari-hari, kita dapat mengetahui bahwa laju reaksi


dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya, kita dapat mengamati bahwa serpihan

42
kayu terbakar lebih cepat daripada balok kayu. Dalam bagian ini akan dibahas
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pengetahuan tentang hal ini
memungkinkan kita dapat mengendalikan laju reaksi, yaitu melambatkan reaksi
yang merugikan dan menambah laju reaksi yang menguntungkan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Pembusukan makanan, memasak, dan mencuci merupakan contoh proses


yang berkaitan dengan laju. Diskusikan dalam kelompok faktor apa saja yang
berpengaruh pada masing-masing proses berikut ini.

1. Makanan yang disimpan dalam kulkas dapat bertahan Iebih lama.


2. Bahan makanan yang dipotong-potong dapat matang Iebih cepat.
3. Mencuci dengan detergen yang Iebih banyak membuat pakaian Iebih bersih.
4. Pembakaran zat makanan dalam tubuh dapat berlangsung pada suhu tubuh
yang relatif rendah, sedangkan di laboratorium pembakaran serupa hanya
dapat berlangsung pada suhu yang jauh Iebih tinggi.

2.3.a. Luas Permukaan


Suatu reaksi mungkin melibatkan pereaksi dalam bentuk padat. Apakah
ukuran kepingan zat padat berpengaruh terhadap laju reaksi? Pertanyaan ini dapat
dijawab dengan mengamati reaksi antara pualam (CaCO3) dengan larutan asam
klorida (HC1) seperti Kegiatan 3.5. Percobaan dilakukan paling tidak 2 kali,
masing-masing dengan ukuran kepingan pualam yang berbeda, sedangkan
faktor-faktor lainnya seperti, volum larutan HC1, konsentrasi larutan HC1, massa
pualam, dan suhu dibuat tetap. Dengan demikian, perubahan laju reaksi
semata-mata sebagai akibat perbedaan ukuran kepingan pualam. Dalam hal ini,
ukuran kepingan pualam kita sebut variabel bebas (variabel manipulasi),
perubahan laju reaksi (waktu reaksi) sebagai variabel terikat (variabel respons),
dan semua faktor lain yang dibuat tetap disebut variabel kontrol.

2.3.b. Konsentrasi Pereaksi

43
Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi dapat dipelajari dengan mengulangi
reaksi magnes,ium dengan asam klorida. Kini percobaan perlu dilakukan minimal
2 kali, masing:-nasing dengan konsentrasi HC1 yang berbeda, sementara semua
faktor lain dibuat sama, .eperti volum HC1, bentuk dan massa magnesium, serta
suhu. Dengan demikian, perubaha reaksi semata-mata karena perubahan
konsentrasi HC1 (lihat Gambar 3.6)

2.3.c. Tekanan

Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
reaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan
memperkecil volum akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi.
Industri yang melibatkan pereaksi berupa gas, banyak yang dilangsungkan pada
tekanan tinggi, misalnya pembuatan amonia yang menggunakan tekanan hingga
400 atm.

44
Gambar 23.1 Hubungan antara konsentrasi gas dengan tekanan/volum

2.3.d. Suhu

Laju reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan mengubah


suhunya. Dari pengalaman sehari-hari, kita ketahui bahwa reaksi akan
berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Pengaruh suhu terhadap laju
reaksi akan kita pelajari dengan mengamati reaksi natrium tiosulfat (Na2S203)
dengan larutan asam klorida (HC1). Reaksi ini menghasilkan endapan belerang
yang berwarna kuning muda.

Na2S2O3(aq) + 2HC1(aq) --> 2NaCl(aq) + S(s) + S02(g) + H20(/)

Laju reaksinya dapat ditentukan dengan mengukur laju pembentukan


endapan belerang.
Contoh Soal 2.3.d Pengaruh suhu pada laju reaksi
Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap kali suhu dinaikkan 10°C.
Jika laju suatu -eaksi pada suhu 25°C adalah x M s-1, berapakah laju reaksi pada
55°C?

Jawab:
Kenaikan suhu dari 25°C menjadi 55°C adalah 30°C = 3
x 10°C. Maka laju reaksi menjadi:

45
= 2 x 2 x 2 xxMs-1
= 23x M s-1
= 8x M s-1
Untuk jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.
Suhu : 25°C 35°C 45°C 55°C

Laju reaksi : x M s-i 2x M st-1 4x M s-1 8x M s-1

2.3.e Katalis

Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi zat itu
sendiri tidak mengalami perubahan yang kekal (tidak dikonsumsi atau tidak
dihabiskan). Contohnya adalah aksi larutan besi(III) klorida (FeC13) terhadap
peruraian larutan hidrogen peroksida (H202). Hidrogen peroksida (H202) dapat
terurai menjadi air dan gas oksigen menurut persamaan:

2H202(aq) ---> 2H20(/) + 02(g)

Pada suhu kamar, reaksi itu berlangsung sangat lambat sehingga praktis
tidak teramati. Namun, reaksi akan berlangsung hebat jika larutan FeC13
ditambahkan. Larutan FeC13 (yang berwarna kuning jingga), mula-mula
mengubah warna campuran menjadi cokelat tetapi pada akhir reaksi kembali
berwarna kuning jingga. Hal ini menunjukkan bahwa FeC13 tidak dikonsumsi
dalam reaksi tersebut. Untuk mengamati pengaruh katalis terhadap laju reaksi.

Katalis dibedakan atas katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis


homogen adalah katalis yang sefase dengan zat yang dikatalisis. Contohnya adalah
larutan besi(III) klorida (FeC13) pada reaksi peruraian hidrogen peroksida (H202).
Sedangkan katalis heterogen adalah katalis yang tidak sefase dengan zat yang
dikatalisis. Umumnya, katalis heterogen berupa zat padat, dan reaksi berlangsung
pada permukaan katalis padat tersebut. Salah satu contoh katalis heterogen yaitu
serbuk Mn02 pada peruraian kalium klorat (KC1O3).

Mn02
2KC103(s) ---------> 2KC1(s) + 302(g)
46
Banyak proses industri yang menggunakan katalis, sehingga prosesnya
dapat berlangsung lebih cepat dan biaya produksi dapat dikurangi. Beberapa di
antaranya diberikan dalam Tabel 3.2.

label 3.2 Contoh Katalis yang Digunakan dalam Industri


Katalisator Penggunaan
Besi Sintesis amonia dari nitrogen dan hidrogen (proses Haber)
v2 05 Industri asam sulfat (proses kontak)
Nikel Pembuatan margarin dari minyak kelapa
Platina Industri asam nitrat (proses Ostwald), pengubah katalitik pada knalpot
kendaraan bermotor

Salah satu proses industri yang menggunakan katalis adalah proses Haber
dalam sintesis amonia dan gas nitrogen dan hidrogen menurut reaksi:

N2(g) + 3H2(g) --> 2NH3(g) AH = —92 kJ


Reaksi ini berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu
500°C. Penambahan serbuk besi yang dicampur dengan berbagai oksida logam
lain menjadikan reaksi ini berlangsung cukup ekonomis.

Contoh lainnya, yaitu proses kontak yang merupakan proses industri


pembuatan asam sulfat. Salah satu tahapan penting dalam proses itu adalah
oksidasi SO2 menjadi SO3 (SO3 kemudian dilarutkan ke dalam air sehingga
diperoleh H2SO4).

2S02(g) + 02(g) --> 2S03(g) OH = —198 kJ


Sama halnya dengan sintesis amonia, reaksi oksidasi SO2 di atas juga
berlangsung sangat lambat pada suhu rendah. Vanadium(V) oksida dapat
membuat reaksi di atas berlangsung jauh lebih cepat.
Katalis juga sangat penting dalam sistem biologi. Reaksi-reaksi
metabolisme dapat berlangsung pada suhu tubuh yang relatif rendah berkat
adanya suatu biokatalis, yaitu enzim. Di luar tubuh (tanpa enzim) reaksi serupa,
misalnya pembakaran glukosa, hanya dapat berlangsung pada suhu yang jauh
lebih tinggi. Dalam tubuh kita terdapat ribuan jenis enzim karena setiap enzim

47
hanya dapat mengatalisis satu reaksi spesifik. Enzim yang mengatalisis
peruraian sukrosa tidak dapat mengatalisis peruraian maltosa, dan sebaliknya.
Enzim dapat meningkatkan laju reaksi dengan faktor 103 hingga 106
(bandingkan dengan pengaruh suhti, kenaikan suhu 10°C atau 20°C umumnya
hanya meningkatkan laju reaksi dengan faktor 2 hingga 10).
Salah satu keburukan katalis yaitu katalis dapat diracuni sehingga
menjadi tidak aktif. Sebagai contohnya, pengubah katalitik yang dipasang pada
knalpot kendaraan bermotor dapat diracuni oleh timah hitam (timbel).

2.4. Persamaan Laju Reaksi

Kita telah membahas pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi secara


kualitatif. Pada subbab ini akan dibahas pengaruhnya secara kuantitatif.
Hubungan kuantitatif antara konsentrasi pereaksi dengan laju reaksi dinyatakan
dalam suatu persamaan, yaitu persamaan laju reaksi.

Bentuk Persamaan Laju Reaksi


Bentuk persamaan laju reaksi dinyatakan sebagai
berikut. Untuk reaksi:

mA + nB pC + qD
Persamaan laju:

v=
dengan, k = adalah tetapan jenis reaksi
k[A]x[B]''
x = adalah orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi A
y = adalah orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi B

Tetapan jenis reaksi (k) adalah suatu tetapan yang harganya bergantung
pada jenis pereaksi, suhu, dan katalis. Setiap reaksi mempunyai harga k tertentu
pada suhu tertentu. Harga k akan berubah jika suhu berubah. Reaksi yang
berlangsung cepat mempunyai harga k yang besar, sedangkan reaksi yang
berlangsung lambat mempunyai harga k !.ang kecil. Kenaikan suhu dan
penggunaan katalis umumnya memperbesar harga k.

48
Pangkat konsentrasi pereaksi pada persamaan laju reaksi disebut orde
atau tingkat reaksi. Reaksi (3.1) di atas berorde x terhadap A dan berorde y
terhadap B. Orde reaksi keseluruhan adalah x + y. Pada pembahasan selanjutnya,
jika disebut orde reaksi maka yang dimaksud adalah orde reaksi keseluruhan.
Orde reaksi biasanya adalah suatu bilangan bulat positif sederhana (1 atau
2), tetapi ada juga yang bernilai 0, z , atau suatu bilangan negatif, misalnya –1.
Perhatikanlah persamaan laju dari beberapa reaksi berikut.
1. 2N205(g) --> 4NO2(g) + 02(g) v = k [N2O5]
v=k
2. CHC13(g) + C12(g) --> CC14(g) + HC1(g)
[CHC13][C1 2]1
3. H2(g) + I2(g) -+ 2HI(g)
/2
4. CH3COOC2H5(aq) + H20(l) --> CH3COOH(aq) +
v = k [H 2][12]
C2H5OH(aq)

v = k [CH1COOC2H5]
5. H2(g) + Br2(g) —> 2HBr(g)
3
k [H2] [Br2]2 v
Contoh ke-5 merupakan satu contoh reaksi yang persamaan
– lajunya sangat rumit.
[Br2] + k
Laju reaksi tersebut bukan saja ditentukan oleh konsentrasi
[HBr] pereaksi tetapi juga
oleh konsentrasi produknya.

2.5. Rangkuman Materi

1. Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.

(n = jumlah mol zat terlarut; V = volum larutan)

2. Kemolaran larutan dapat dikaitkan dengan kadar larutan, jika massa jenis
larutan diketahui.

3. Pengenceran menyebabkan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah zat


terlarut tidak berubah, sehingga berlaku rumus:

49
= jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran
= jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran

4. Laju reaksi menyatakan ukuran kelajuan berlangsungnya reaksi kimia.


5. Laju reaksi dapat ditentukan dengan mengukur laju berkurangnya salah satu
pereaksi atau laju terbentuknya salah satu produk.

6. Satuan laju reaksi dinyatakan dalam M s-1 atau mol L-1 s-1
7. Seiring dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi, laju reaksi umumnya
semakin -lama semakin kecil.
8. Laju reaksi dapat dipercepat dengan cara:
a. memperbesar konsentrasi pereaksi,
b. menaikkan suhu,
c. memperkecil ukuran zat padat,
d. menggunakan katalis.

9. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi, tetapi zat itu bukan salah
satu pereaksi.

10. Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif laju reaksi dengan
konsentrasi pereaksi.

11. Tetapan laju reaksi bergantung pada jenis pereaksi dan hanya dipengaruhi oleh
suhu dan katalis. Tetapan laju reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi.

12. Orde reaksi adalah pangkat konsentrasi pereaksi dalam persamaan laju reaksi.
Semakin besar orde reaksi, semakin besar pengaruh perubahan konsentrasi
pereaksi itu terhadap laju reaksi.

13. Orde reaksi ditentukan melalui percobaan dan tidak dapat ditentukan dari
stoikiometri (koefisien) reaksi.

14. Menurut teori tumbukan, reaksi terjadi ketika partikel pereaksi saling
bertumbukan. Namun, hanya tumbukan antarpartikel yang memiliki energi
50
minimum tertentu dan arah yang tepat yang menghasilkan reaksi. Jadi,
kelajuan reaksi bergantung pada•
a. frekuensi tumbukan,
b. fraksi partikel yang memiliki energi minimum tertentu, dan
c. fraksi yang mempunyai arah tumbukan yang sesuai.

Tumbukan yang menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif.


15. Frekuensi tumbukan dapat diperbesar dengan memperbesar konsentrasi atau
memperluas permukaan bidang sentuh.
16. Fraksi molekul yang mencapai energi pengaktifan jumlahnya dapat
ditingkatkan dengan menaikkan suhu.

17. Katalis dapat mempercepat reaksi karena membuat tahapan reaksi dengan
energi pengaktifan yang lebih rendah.

18. Mekanisme reaksi menggambarkan detil reaksi, yaitu tahap-tahap yang


dialami pereaksi hingga menjadi produk.

19. Persamaan laju dari tahap-tahap reaksi sesuai dengan stoikiometri reaksinya.

20. Laju reaksi ditentukan oleh tahap yang berlangsung paling lambat.

“Bekerja dengan rasa cinta berarti menyatukan diri kepada diri sendiri, kepada diri
orang lain, dan kepada Tuhan. Tetapi bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta itu?
Bagaikan menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah
kekasihmu yang akan memakainya kelak."

Kahlil Gibran

2.6. Latihan

I. PILIHAN GANDA

1. Untuk membuat 500 mL larutan KOH 0,2 M diperlukan kristal KOH murni sebanyak .
. . . (Mr KOH = 56)
A. 56 g D. 7 g

51
B. 28 g E. 5,6 g
C. 14 g
2. Larutan NaOH (Mr = 40) 1 molar terbuat dari 40 gram NaOH dengan ... .
A. 1 liter air D. air hingga volum larutan 1 liter
B. 960 mL air E. air hingga massa larutan 1000 gram
C. 960 gram air
3. Kemolaran asam nitrat pekat 63% dengan massa jenis 1,3 kg L-1, adalah .... (Mr HNO3
= 63)
A. 6,3 mol D. 13 mol L-1
B. 6,5 mol E. 63 mol
C. 10 mol L-1
4. Sebanyak 100 mL larutan KOH 0,1 M dicampur dengan 400 mL larutan KOH 0,2 M.
Kemolaran larutan yang didapat adalah . . . .
A. 0,12 M D. 0,20 M
B. 0,15 M E. 0,21 M
C. 0,18 M
5. Volum asam sulfat 98% massa jenis 1,8 kg 1:1 yang diperlukan untuk membuat 90 mL
larutan H2SO4 0,5 M adalah . . . . (Mr H2SO4 = 98)
A. 2,5 mL D. 10 mL
B. 5 mL E. 18 mL
C. 9 mL
6. Laju reaksi 4NH3(g) + 502(g) —> 4N0(g) + 6H20(g) dapat dinyatakan sebagai
A. laju bertambahnya konsentrasi NH3 dalam satu satuan waktu
B. laju berkurangnya konsentrasi H2O dalam satu satuan waktu
C. laju bertambahnya konsentrasi 02 dalam satu satuan waktu
D. laju berkurangnya tekanan sistem dalam satu satuan waktu
E. laju bertambahnya konsentrasi NO dalam satu satuan waktu
7. Sebanyak 0,7 mol dinitrogen pentaoksida (N205) dipanaskan dalam ruangan 5 liter
sehingga terurai membentuk NO2 dan 02 menurut persamaan:
4N205(g) 4NO2(g) + O2(g)
Dalam 10 sekon (detik) pertama terbentuk 0,1 mol oksigen. Laju peruraian N205
adalah
A. 0,04 M s-1 D. 0,008 M s-1
B. 0,014 M s -1 E. 0,002 M s-1
C. 0,01 M s-1

8. Kalsium karbonat larut dalam asam klorida membentuk gas karbon dioksida menurut
persamaan:
CaCO 3(s) + 2HC1(aq) --> CaC1 2(aq) + H20(l) + CO2(g)
Cara praktis menentukan laju reaksi ini adalah mengukur . . . .
A. laju berkurangnya kristal CaCO 3 D. laju pembentukan CO2
B. laju berkurangnya konsentrasi HC1 E. laju pembentukan air
C.. laju terbentuknya CaC1 2
9. Tindakan berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali . . . .

52
A. pada suhu tetap ditambah suatu katalis
B. suhu dinaikkan
C. pada suhu tetap tekanan diperbesar
D. pada suhu tetap volum diperbesar
E. pada volum tetap ditambah zat pereaksi lebih
banyak
10. Reaksi peruraian hidrogen peroksida adalah sebagai
berikut. 2H202(aq)2H20(/) + 02(g)
Kurva X (lihat gambar di samping) menunjukkan
volum gas oksigen hasil reaksi 50 mL larutan H202 5%
yang dilangsungkan pada 25°C. Manakah di antara
aksi berikut:
I. Digunakan 100 mL H202 5%
II. Digunakan 50 mL H202 10%
III. Reaksi dilangsungkan pada suhu 30°C
IV. Ditambahkan serbuk Mn02
yang akan menghasilkan kurva Y?
A. I, II, III, dan IV D. III dan IV
B. I, II, dan E. II, III, dan IV
C. I dan II
11. Dari percobaan peruraian H202 menjadi H2O dan 02 diperoleh data sebagai berikut.
Perlakuan Pengamatan
1. Larutan H202 saja Sedikit gelembung
2. Larutan H202 + larutan NaC1 Sedikit gelembung
3. Larutan H202 + Fe2(SO4)3 Banyak gelembung
4 Larutan H202 + CoC1 2 Banyak gelembung
Dari data di atas, zat yang berfungsi sebagai katalis dalam peruraian H202 adalah . .
A. Na+ dan C1- D. Cl- dan SO42
2+
B. Fe dan SO4 2- E. Co2+ dan Fe3+
C. Co2+ dan Fe+2
14. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, karena kenaikan suhu akan
A. menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi
B. memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi
C. memperbesar energi kinetik molekul pereaksi
D. memperbesar tekanan
E. memperbesar luas permukaan
II. ESAI
Volum
1. Kurva di samping diperoleh dan reaksi 1 gram pita H2
magnesium dengan larutan HC1 1 M berlebih
pada suhu 25°C.
Salinlah kurva tersebut, kemudian tambahkan
kurva sejenis untuk masing-masing percobaan
berikut.
a. 1 gram pita magnesium dengan larutan HC1
0,5 M berlebih pada 25°C
Waktu

53
b. 1 gram pita magnesium dengan larutan HC1
1 M berlebih pada 50°C

Peta Konsep

3. KESETIMBANGAN KIMIA

Amonia (NH3) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak
diproduksi. Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan
54
ZA. Penggunaan amonia yang lain, yaitu untuk membuat resin, bahan mesiu, dan
berbagai senyawa nitrogen lainnya. Di bidang industri, amonia dibuat dari gas
nitrogen dan gas hidrogen. Gas nitrogen diperoleh dan udara, sedangkan gas
hidrogen dan gas alam. Persamaan termokimia reaksi pembuatan amonia
dinyatakan sebagai berikut.

N2(g) + 3H2(g) ---> 2NH3(g) AH = —92 kJ

Stoikiometri reaksi menunjukkan bahwa 1 mol nitrogen bereaksi dengan


3 mol hidrogen membentuk 2 mol amonia. Akan tetapi, dari percobaan diketahui
bahwa hasil seperti itu tidak pernah dicapai. Artinya, jika direaksikan 1 mol
nitrogen dengan 3 mol hidrogen ternyata tidak dapat menghasilkan 2 mol amonia,
tetapi selalu kurang dan 2 mol. Mengapa hal itu terjadi? Ternyata, reaksi
berlangsung tidak tuntas. Reaksi "seperti berhenti" setelah sebagian nitrogen dan
hidrogen bereaksi. Reaksi berakhir dengan suatu campuran yang mengandung
NH3, N2, dan H2. Keadaan seperti itulah yang disebut keadaan setimbang. Jadi,
keadaan setimbang adalah suatu keadaan di mana zat-zat pereaksi dan hasil reaksi
terdapat bersama-sama, tetapi tidak ada lagi perubahan yang dapat diamati.
Dengan kata lain, campuran masih mengandung zat-zat pereaksi, tetapi reaksi
seolah-olah sudah berhenti. Dikatakan seolah-olah berhenti karena ternyata reaksi
tetap berlangsung pada tingkat mikroskopis. Hal itulah yang akan diuraikan pada
bagian berikut.
Pembahasan dalam bab ini akan dimulai dengan mengenali bahwa reaksi
kimia ada yang dapat balik, artinya produk reaksi dapat bereaksi kembali
membentuk zat-zat pereaksi. Reaksi-reaksi yang dapat balik ini, jika berlangsung
dalam sistem tertutup akan berakhir dengan suatu keadaan setimbang. Kita akan
melihat bahwa kesetimbangan kimia bersifat dinamis, artinya reaksi tetap
berlangsung tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati. Pada bagian kedua
akan dibahas tetapan kesetimbangan, yaitu besaran yang menyatakan seberapa
tuntas suatu reaksi. Selanjutnya akan dibahas pengaruh konsentrasi, suhu, tekanan,
dan katalis terhadap kesetimbangan.
55
4.1. Kesetimbangan Dinas
4.1.a. Reaksi Reversible dan Irreversible

Perhatikanlah kertas yang terbakar. Apakah abu hasil pembakaran kertas


dapat diubah kembali menjadi kertas seperti semula? Pengalaman menunjukkan
bahwa proses itu tidak dapat dilakukan, bukan? Reaksi seperti itu kita golongkan
sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik
(irreversible).

Apakah ada reaksi kimia yang dapat balik? Dalam kehidupan sehari-hari
sulit menemukan reaksi yang dapat balik. Proses-proses alami umumnya
berlangsung searah, tidak dapat balik. Namun, di laboratorium maupun dalam
proses industri, banyak reaksi yang dapat balik. Reaksi yang dapat balik kita sebut
reaksi reversible. Salah satu di antaranya adalah reaksi antara nitrogen dengan
hidrogen membentuk amonia. Jika campuran gas nitrogen dan hidrogen
dipanaskan akan menghasilkan ammonia.
N2(g) + 3H2 ---> 2NH3(g) (4.1)
Sebaliknya, jika amonia (NH 3) dipanaskan akan terurai membentuk nitrogen dan hidrogen.

2NH 3(g) ---> N2(g) + 3H,(g) (4.2)


Apabila diperhatikan, ternyata Reaksi (4.2) merupakan kebalikan dari Reaksi (4.1).
Kedua reaksi itu dapat digabung .ebagai berikut.

N2(g) + 3H2(g) 2NH 3(g) (4.3)


Tanda dimaksudkan untuk menyatakan reaksi dapat balik. Reaksi ke kanan
disebut reaksi maju; reaksi ke kiri disebut reaksi balik.

3.1.b. Keadaan Setimbang


Pada awal bab telah disebutkan bahwa pada keadaan setimbang reaksi tetap
berlangsung. Tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati. Bagaimanakah kita
memahami keadaan ini?
Bayangkanlah suatu ruangan tertutup di mana 1 mol gas nitrogen
dipanaskan bersama 3 mol gas hidrogen. Pada awalnya, hanya terjadi satu reaksi

56
yaitu pembentukan amonia.

N2(g) + 3H2(g) --> 2NH3(g) .............................................. (4.4)


Seperti telah disebutkan di atas, amonia dapat pula terurai membentuk nitrogen
dan hidrogen. Oleh karena itu, segera setelah terbentuk, sebagian amonia akan
terurai kembali membentuk gas nitrogen dan gas hidrogen.

2NH3(g) --> N2(g) + 3H2(g) ............................... (4.5)


Selanjutnya, kedua reaksi tersebut akan berlangsung secara simultan
(bersama-sama) menurut reaksi dapat balik berikut.

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) .......................... (4.6)

Misalkan laju reaksi maju v1 dan laju reaksi balik v2. Sebagaimana telah
dipelajari dalam Bab 3, nilai v1 bergantung pada konsentrasi N2 dan H2, sedangkan
nilai v2 bergantung pada konsentrasi NH3. Pada awal reaksi, v1 mempunyai nilai
maksimum, sedangkan v2 = 0 (karena NH3 belum ada). Selanjutnya, seiring
dengan berkurangnya konsentrasi N2 dan H2, nilai v1 semakin lama semakin kecil.
Sebaliknya, dengan bertambahnya konsentrasi NH3, nilai v2 semakin lama
semakin besar. Pada suatu saat, laju reaksi maju (v1) menjadi sama dengan laju
reaksi balik (v2). Hal itu berarti bahwa laju menghilangnya suatu komponen sama
dengan laju pembentukan komponen itu. Berarti,

H
2

Waktu -->
Gambar 3.b. 1 Perubahan konsentrasi Gambar 3.b.2 Grafik perubahan laju reaksi
pereaksi dan hasil reaksi menuju keadaan terhadap waktu pada reaksi bolak-batik: N2(g)
setimbang untuk reaksi: + 3H2(g) = 2NH3(g)
57
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) vi = laju reaksi dari kin ke kanan
Konsentrasi N2 dan H2 (pereaksi) turun, 1/2 = laju reaksi dari kanan ke kiri
konsentrasi NH3 (hasil reaksi) naik. Pada Kesetimbangan tercapai pada saat = v2.
keadaan setimbang, konsentrasi masingmasing
zat tetap.

sejak v1 = v2, jumlah masing-masing komponen tidak berubah terhadap


waktu. Oleh karena itu, tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur (sifat
makroskopis tidak berubah), reaksi seolah-olah telah berhenti. Kita katakan bahwa
campuran telah mencapai keadaan setimbang (kesetimbangan). Akan tetapi,
melalui percobaan dapat ditunjukkan bahwa dalam keadaan setimbang tersebut
reaksi tetap berlangsung pada tingkat molekul (tingkat mikroskopis). Artinya,
reaksi antara nitrogen dengan hidrogen membentuk amonia tetap berlangsung,
demikian pula penguraian amonia membentuk nitrogen dan hidrogen. Oleh karena
itu, kesetimbangan kimia disebut kesetimbangan dinamis. Perubahan konsentrasi
N2, H2, dan NH3 terhadap waktu.
3.2. Tetapan Kesetimabangan
3.2.a. Hukum Kesetimbangan
Suatu hasil percobaan terhadap reaksi kesetimbangan antara gas karbon
monoksida
dengan gas hidrogen membentuk gas metana dan uap air dapat dilihat pada Tabel
4.1.

Tabel 4.1 Susunan Kesetimbangan Reaksi antara Gas Karbon Monoksida dengan
Gas Hidrogen Membentuk Metana pada Suhu 1200 K
CO(g) +3H.,(g) CH,(g) + H2O(a)
Konsentr Awal Konsentra pada Keadaan Setimbang
asi (M) si (M) [CH4] [H2O]
[CO] [H2] [CO] [H2] [CH4] [11201 [CO] [H2]3
0,1000 0,3000 0,0613 0,1839 0,0387 0,0387 3,93
0,2000 0,3000 0,1522 0,1566 0,0478 0,0478 3,91
0,1000 0,4000 0,0479 0,2437 0,0521 0,0521 3,92
0,1000 0,1000 0,0894 0,0683 0,0106 0,0106 3,94

Data dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa komposisi kesetimbangan


bergantung pada perbandingan mol pereaksinya. Namun demikian, terdapat suatu

58
hubungan yang tetap antara konsentrasi kesetimbangan, yaitu nisbah hasil kali
konsentrasi setimbang zat-zat produk terhadap hasil konsentrasi setimbang zat-zat
pereaksi, masingmasing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Hubungan ini
ditemukan oleh Cato Maximillian Gulberg dan Peter Wage pada tahun 1864, dan
selanjutnya disebut hukum kesetimbangan. Nilai dan hukum kesetimbangan
disebut tetapan kesetimbangan dan dinyatakan dengan lambang Ungkapan hukum
kesetimbangan untuk reaksi kesetimbangan di atas dapat dinyatakan sebagai
berikut.

Nilai tetapan kesetimbangan bergantung pada suhu. Untuk contoh di atas,


nilai tetapan kesetimbangan yaitu 3,92 pada suhu 1200 K. Perubahan suhu akan
mengubah komposisi kesetimbangan, sehingga nilai tetapan kesetimbangannya
berubah.

3.2.b. Hubungan Nilai Tetapan Kesetimbangan antara Reaksi-reaksi yang


Berkaitan
Reaksi dapat balik yang melibatkan S02(g), 02(g), dan S03(g) dapat dinyatakan
dengan tiga cara berikut.

(1) 2S02(g) + 02(g) 2S03(g) K = K1


(2) 2S03(g) 2S02(g) + 02(g) K = K2
(3) S02(g) + ½ 02(g) S03(g) K = K3

Bagaimanakah hubungan antara nilai tetapan kesetimbangan reaksi-reaksi


itu? Dalam hal ini, berlaku aturan-aturan sebagai berikut.
(1) Jika persamaan reaksi kesetimbangan dibalik, maka harga K juga dibalik.
(2) Jika koefisien reaksi kesetimbangan dibagi dengan faktor n, maka harga
tetapan kesetimbangan yang barn adalah akar pangkat n dari harga tetapan
kesetimbangan yang lama.
(3) Jika koefisien reaksi kesetimbangan dikalikan dengan faktor n, maka harga
tetapan kesetimbangan yang barn adalah harga tetapan kesetimbangan yang
59
lama dipangkatkan dengan n.

Jika diterapkan pada contoh di atas, maka:


Reaksi (2) adalah kebalikan dari reaksi (1). Jadi,
Reaksi (3) sama dengan reaksi (1), tetapi koefisiennya dibagi dua,
sehingga atau

Latihan.

1. Tulislah persamaan tetapan kesetimbangan (K dan Kp) untuk sistem


kesetimbangan berikut.
a. CaCO3 CaO(s) + CO2(g)
b. Ca3(PO4)2(s) 3Ca2+(aq) + 2PO43-(aq)

2. Sebanyak 4 mol gas HI dipanaskan dalam suatu ruangan 5 liter pada 458°C
sehingga sebagian terurai dan membentuk kesetimbangan 2HI(g)
H2(g) + 12(g).

Apabila pada keadaan setimbang terdapat 0,5 mol I2, tentukanlah harga
tetapan kesetimbangan K dan K reaksi itu pada 458°C.

3. Dalam suatu ruangan 2 liter dipanaskan kristal La2(C204)3 sehingga


sebagian terurai membentuk sistem kesetimbangan heterogen:
La2(C204)3(s) La203(s) + 3C0(g) + 3CO2(g)

Pada suatu suhu T terdapat kesetimbangan di mana tekanan total gas dalam
ruangan itu = 0,2 atm. Tentukan harga tetapan kesetimbangan Kp pada suhu
tersebut.

4. Reaksi N204(g) 2NO2(g) mempunyai harga K = 0,25 pada T°C.

Pada suhu yang sama tentukanlah harga K reaksi:


a. 2NO2(g) N204(g)
b. NO2(g) ½ N204(g)

60
3.3. Pergeseran Kesetimbangan
Telah disebutkan bahwa reaksi dapat balik (reversible) berlangsung tidak
tuntas. Apakah tingkat ketuntasan dapat dipengaruhi oleh faktor luar? Untuk
menjawab pertanyaan ini, marilah kita perhatikan Tabel 4.2 berikut. Tabel tersebut
memuat data tentang pengaruh suhu dan tekanan pada reaksi kesetimbangan antara
gas nitrogen dengan gas hidrogen membentuk amonia.
Tabel 4.2 Rendemen Amonia Hasil Reaksi Nitrogen dengan Hidrogen pada
Berbagai Suhu dan Tekanan. N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) AH = -92,2 kJ

Hasil NH3, °A
[Suhu °C
10,0 atm 30,0 atm50,0 atm100 atm 300 atm 600 atm 1.000 atm
200 50,7 67,6 74,4 81,5 90,0 95,4 98,3
300 14,7 30,3 39,4 52,0 71,0 84,2 92,6
400 3,9 10,2 15,3 25,1 47,0 65,2 79,8
500 1,2 3,5 5,6 10.6 26,4 42,2 57,5
600 0,5 1,4 2,3 4,5 13,8 23,1 31,4
700 0,2 0,7 1,1 2,2 7,3 12,6 12,9

Perhatikanlah lajur pertama pada tabel itu, yaitu percobaan pada suhu
tetap 200°C dengan variasi tekanan. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin
besar tekanan, semakin besar pula persentase amonia. Jadi, dapat dikatakan bahwa
penambahan tekanan menggeser kesetimbangan ke kekanan. Kemudian,
perhatikanlah data pada kolom pertama, yaitu percobaan pada tekanan tetap
sebesar 10 atm dengan suhu yang bervariasi. Data tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi suhu, semakin kecil persentase amonia. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penambahan suhu menggeser kesetimbangan itu ke kiri.
Kesetimbangan dikatakan bergeser ke kanan, jika produk bertambah atau
pereaksi berkurang.
Kesetimbangan dikatakan bergeser ke kiri, jika produk berkurang atau pereaksi
bertambah.

3.3.a.. Azas Le Chatelier


Mengapa kesetimbangan di atas bergeser ke kanan ketika tekanan diperbesar?
Mengapa pula bergeser ke kiri ketika suhu dinaikkan? Bagimana kita mengetahui

61
arah pergeseran kesetimbangan?
Pada tahun 1884, Henri Louis Le Chatelier (1850-1936) berhasil
menyimpulkan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan. Kesimpulan Le
Chatelier tersebut kini kita kenal sebagai azas Le Chatelier sebagai berikut: Bila
terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu
akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut.
Secara singkat, azas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut:
Reaksi = —Aksi
Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke kanan.
Marilah kita bahas penerapan azas Le Chatelier untuk meramalkan arah pergeseran
kesetimbangan.

3.3.b. Pengaruh Konsentrasi


Sesuai dengan azas Le Chatelier (reaksi = —aksi), jika konsentrasi salah satu
komponen diperbesar maka reaksi sistem adalah mengurangi komponen tersebut.
Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu komponen diperkecil, maka reaksi sistem
adalah menambah komponen itu.
· Jika konsentrasi preaksi diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke
kanan.
· Jika konsentrasi pereaksi diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
3.3.c. Pengaruh Tekanan
Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volum akan memperbesar
konsentrasi semua komponen. Sesuai dengan azas Le Chatelier, maka sistem akan
bereaksi dengan mengurangi tekanan. Sebagaimana Anda ketahui, tekanan gas
bergantung pada jumlah molekul dan tidak bergantung pada jenis gas. Oleh karena
itu, untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan kesetimbangan akan
bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil.
Sebaliknya, jika tekanan dikurangi dengan cara memperbesar volum,
maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan dengan cara menambah
jumlah molekul. Reaksi akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih
besar.
· Jika tekanan diperbesar (volum diperkecil), kesetimbangan akan bergeser
ke arah yang jumlah koefisiennya terkecil.
· Jika tekanan diperkecil (volum diperbesar), kesetimbangan akan bergeser
62
ke arah yang jumlah koefisiennya terbesar.

(a) (b) (c)

Gambar 3.3.c. Pengaruh volum dan tekanan pada kesetimbangan N2(g) + 3H2(g)
2NH3(g).
(a) Campuran gas N2, H2, dan NH3 pada kesetimbangan. (b) Ketika tekanan
ditingkatkan dengan memperkecil volum, campuran tidak lagi setimbang < Kc). (c)
Reaksi bergeser ke arah kanan, jumlah total molekul gas menurun sampai terbentuk
kestabilan kembali (Qc = Ks).

Contoh Soal 4.5 Menerapkan Azas Le Chatelier


Ditentukan kesetimbangan:
(1) N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
(2) 2HI(g) H2(g) + 12(g)
Ke arah mana kesetimbangan bergeser, jika tekanan diperbesar?
Jawab:
Jika tekanan diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah
koefisiennya terkecil.
(1) N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Jumlah koefisien di ruas kiri = 3; sedangkan di ruas kanan
= 2. Kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
(2) 2HI(g) H2(g) + I2(g)
Jumlah koefisien di ruas kiri = 2; sedangkan di ruas kanan = 2.
Kesetimbangan tidak bergeser.
3.3.d. Pengaruh Komponen Padat dan Cair
Penambahan atau pengurangan komponen yang berupa padatan atau

63
cairan murni tidak mempengaruhi kesetimbangan. Hal ini dapat dipahami sebagai
berikut. Penambahan komponen yang berupa larutan atau gas akan berpengaruh
pada kerapatan antarpartikel dalam campuran. Jika suatu komponen gas atau
terlarut ditambahkan, maka konsentrasi meningkat, sehingga sistem bereaksi
untuk mengurangi konsentrasi. Jika yang ditambahkan berupa padatan atau cairan
murni, hal itu tidak mengubah konsentrasi karena jarak antarpatikel dalam padatan
dan cairan adalah tetap.
Demikian juga halnya pada perubahan tekanan atau volum. Perubahan
tekanan atau volum tidak mempengaruhi konsentrasi padatan atau cairan murni.
Jadi, ketika mempertimbangkan pengaruh tekanan dan volum, koefisien
komponen padat tidak diperhitungkan. Tekanan hanya berpengaruh pada sistem
kesetimbangan gas. Komponen padat atau cair tidak menggeser kesetimbangan.

Catatan:
Dalam sistem larutan (pelarut air), penambahan air dalam jumlah yang signifikan
dapat juga berarti memperbesar volum, sehingga kesetimbangan akan bergeser ke
ruas yang jumlah koefisiennya terbesar.

Contoh Soal 4.6 Menerapkan Azas Le Chatelier


Diketahui reaksi kesetimbangan
BiC13(aq) + H20(/)BiOC1(s) + 2HC1(aq)
Ke arah mana kesetimbangan bergeser jika pada suhu tetap:
a. ditambahkan BiC13? b. ditambahkan air?
Jawab:
a. Penambahan BiC13, salah satu pereaksi, menggeser kesetimbangan ke kanan.
b. Penambahan air merupakan penggeseran (memperbesar volum), maka
kesetimbangan akan bergeser ke kanan, yaitu ke arah koefisien yang lebih
besar (jumlah koefisien di ruas kiri = 1, yaitu koefisien dari BiC13; sedangkan
jumlah koefisien di ruas kanan = 2, yaitu koefisien dari HC1. Koefisien dari
H2O dan BiOC1 tidak diperhitungkan).

3.3.e. Pengaruh Suhu


Sesuai dengan azas Le Chatelier, jika suhu sistem kesetimbangan dinaikkan, maka

64
reaksi sistem adalah menurunkan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke pihak
reaksi yang menyerap kalor (ke pihak reaksi endoterm). Sebaliknya jika suhu
diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi eksoterm.
· jika suhu dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm.
· Jika suhu diturunkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi
eksoterm. Perhatikanlah contoh soal berikut.

Contoh Soal 4.7 Menganalisis pengaruh suhu pada kesetimbangan


Ditentukan reaksi kesetimbangan:
(1) N2(g) + 3H2(g)---> 2NH3(g) = -92,2 kJ
(2) H20(g) ---------> 2 12(g) + 02(g) = +242 kJ

Ke arah mana kesetimbangan bergeser jika suhu dinaikkan?


Jawab:
Pada kenaikan suhu, kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi endoterm.
Pada kesetimbangan (1), reaksi bergeser ke kiri.
Pada kesetimbangan (2), reaksi bergeser ke kanan.

3.4. Kesetimbanagn Dalam Industri

Kondisi reaksi menentukan hasil reaksi kesetimbangan dalam industri.


Banyak pembuatan zat kimia yang didasarkan pada reaksi kesetimbangan. Agar
efisien, kondisi reaksi haruslah diusahakan sedemikian sehingga menggeser
kesetimbangan ke arah produk dan meminimalkan reaksi balik. Pada bagian
berikut kita akan membahas bagaimana prinsip kesetimbangan diterapkan pada
pembuatan amonia dan asam sulfat.

3.4.a. Pembuatan Amonia menurut Proses Haber-Bosch

Nitrogen terdapat melimpah di udara, yaitu sekitar 78% volum. Walaupun


demikian, senyawa nitrogen tidak terdapat banyak di alam. Satu-satunya sumber
alam yang penting ialah NaNO3 yang disebut sendawa chili. Sementara itu,
kebutuhan senyawa nitrogen semakin banyak, misalnya, untuk industri pupuk,
mesiu, dan bahan peledak. Oleh karena itu, proses sintesis senyawa nitrogen,
disebut fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses industri yang sangat penting.
65
Metode yang utama adalah mereaksikan nitrogen dengan hidrogen membentuk
amonia. Selanjutnya, amonia dapat diubah menjadi senyawa nitrogen lain seperti
asam nitrat dan pram nitrat.
Dasar teori pembuatan amonia dan nitrogen dan hidrogen ditemukan oleh Fritz
Haber (1908), seorang ahli kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri
pembuatan amonia, untuk produksi secara besar-besaran ditemukan oleh Carl
Bosch, seorang insinyur kimia, juga dan Jerman.
Persamaan termokimia reaksi sintesis amonia adalah:
N2(g) + 3H2(g) ---------> 2NH3(g) = —92,4 kJ
berdasarkan prinsip kesetimbangan, kondisi yang menguntungkan untuk
ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah dan tekanan
tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah,
bahkan pada suhu 500°C. Di pihak lain, karena reaksi ke kanan eksoterm,
penambahan temperatur akan mengurangi rendemen.
Pada awalnya proses Haber-Bosch dilangsungkan pada suhu sekitar 500°C dan
tekanan sekitar 150 - 350 atm dengan katalis, yaitu serbuk besi dicampur dengan
Al203, MgO, CaO, dan K20. Dewasa ini, dengan kemajuan teknologi, digunakan
tekanan yang jauh lebih besar, bahkan mencapai 700 atm. Untuk mengurangi
reaksi balik, maka amonia yang terbentuk segera dipisahkan. Diagram alur dari
proses Haber-Bosch untuk sintesis amonia diberikan pada Gambar 4.5.
Mula-mula campuran gas nitrogen dan hidrogen dikompresi hingga mencapai
tekanan yang diinginkan. Campuran gas kemudian dipanaskan dalam suatu
ruangan bersama katalisator sehingga terbentuk amonia. Campuran gas kemudian
didinginkan sehingga amonia mencair. Gas nitrogen dan gas hidrogen yang belum
bereaksi (dan juga amonia yang tidak mencair) diresirkulasi, sehingga pada
akhimya semua diubah menjadi amonia.

3.4.b. Pembuatan Asam Su!fat menurut Proses Kontak

66
Satu lagi contoh industri yang berdasarkan reaksi kesetimbangan ialah pembuatan
asam sulfat yang dikenal dengan proses kontak. Reaksi yang terjadi dapat
diringkaskan sebagai berikut.

1. Belerang dibakar dengan udara membentuk belerang dioksida.

S(s) + 02(g) --> S02(g)

2. Belerang dioksida dioksidasi lebih lanjut menjadi belerang


trioksida. 2S02(g) + 02(g)2S03(g)

3. Belerang trioksida dilarutkan dalam asam sulfat pekat membentuk asam


pirosulfat. H2SO4(aq) + S03(g) ---> H2S207(/)
4. Asam pirosulfat direaksikan dengan air membentuk asam sulfat
pekat. H2S207(l) + H20(l) H2SO4(aq)
Tahap penting dalam proses ini adalah reaksi (2). Reaksi ini merupakan
reaksi kesetimbangan dan eksoterm. Sama seperti pada sintesis amonia, reaksi ini
hanya berlangsung baik pada suhu tinggi. Akan tetapi, pada suhu tinggi justru
kesetimbangan bergeser ke kiri. Pada proses kontak digunakan suhu sekitar 500°C
dan katalis V205. Sebenarnya tekanan besar akan menguntungkan produksi SO3,
tetapi penambahan tekanan temyata tidak diimbangi penambahan hasil yang
memadai. Oleh karena itu, pada proses kontak tidak digunakan tekanan besar
melainkan tekanan normal, 1 atm.

3.5. Rangkuman Materi

1. Reaksi kimia ada yang berlangsung searah ada pula yang dapat balik. Reaksi
dapat balik yang berlangsung dalam sistem tertutup akan berakhir dengan
kesetimbangan.

2. Kesetimbangan tercapai pada saat laju reaksi maju sama dengan laju reaksi
balik.

3. Pada keadaan setimbang tidak terjadi perubahan makroskopis, tetapi pada

67
tingkat mikroskopis reaksi tetap berlangsung. Oleh karena itu,
kesetimbangan kimia disebut juga kesetimbangan dinamis.
4. Kesetimbangan kimia hanya dapat terjadi dalam sistem tertutup.

5. Tetapan kesetimbangan (K) adalah nisbah konsentrasi produk terhadap


pereaksi, masingmasing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya, dan
merupakan bilangan konstan.

6. Sistem kesetimbangan gas juga mempunyai tetapan kesetimbangan tekanan


(Kr). Nilai tetapan kesetimbangan tekanan adalah nisbah tekanan dari produk
terhadap pereaksi, masingmasing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya.

7. Hubungan Kp dengan Kp K (RT?'

8. Posisi kesetimbangan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti suhu,


tekanan, dan konsentrasi.

9. Pengaruh konsentrasi, tekanan, dan suhu terhadap letak kesetimbangan dapat


diramalkan dengan azas La Chatelier.

10. Prinsip-prinsip kesetimbangan diterapkan dalam industri untuk mencapai


hasil yang optimum.

"Hariini, Anda adalah orang yang sama dengan Anda di lima tahun  endatang, kecuali dua
hal: orang-orang di sekeliling Anda dan buku-buku yang Anda baca."
Charles Jones

3.6. Latihan

I. PILIHAN GANDA
1. Suatu kesetimbangan dikatakan dinamis, apabila dalam keadaan setimbang
…….
A. reaksi berjalan ke dua arah dan bersifat mikroskopis
B. ada perubahan dari kin ke kanan tetapi jumlahnya setimbang
C. reaksi dari kiri selalu sama dengan reaksi dari kanan
D. perubahan kesetimbangan dari kiri dan kanan yang berlangsung
terus-menerus
68
E. reaksi berlangsung terus-menerus bersifat makroskopis

2. Larutan FeC13 bereaksi dengan larutan KSCN membentuk ion (FeSCN)2+ yang
berwarna merah menurut persamaan:
Fe3+(aq) + SCN-(aq) Fe(SCN)2+(aq)
Apabila pada suhu tetap pada sistem itu ditambah air, maka . . . .
A. kesetimbangan akan bergeser ke kanan, warna makin merah dan harga K
bertambah
B. kesetimbangan bergeser ke kiri, warna makin merah, dan harga K
berkurang
C. kesetimbangan bergeser ke kiri, warna luntur, dan harga K berkurang
D. kesetimbangan bergeser ke kiri, warna luntur tetapi harga K tetap
E. kesetimbangan tidak bergeser

3. Di antara persamaan reaksi kesetimbangan di bawah ini, kesetimbangan yang


bergeser ke kanan jika tekanan diperbesar adalah . . . .
A. 2HI(g) H2(g) + I2(g) D. 2N0(g) + 02(g) 2NO2(g)
B. N204(g) 2NO2(g) E. S(s) + 02(g) S02(g)
C. CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)

4. Pada reaksi kesetimbangan berikut,


N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) MI = -92 kJ
jika suhu diturunkan, maka ... .
A. NH3 akan bertambah D. H2 akan bertambah
B. NH3 akan berkurang E. N2 dan H2 akan bertambah
C. N2 akan bertambah
5. Untuk reaksi kesetimbangan berikut, CO(g) + 3H2(g)CH4(g) + H20(g) bila pada
suhu tetap volum sistem diperkecil maka . . . .
A. kesetimbangan bergeser ke kanan dan harga K semakin besar
B. kesetimbangan bergeser ke kiri dan harga K semakin kecil
C. kesetimbangan bergeser ke kanan dan harga K semakin kecil
D. kesetimbangan bergeser ke kiri dan harga K semakin besar
E. kesetimbangan bergeser ke kanan dan harga K tetap
6. Pada reaksi kesetimbangan:
3Fe(s) + 4H20(g) Fe304(s) + 4H2(g) OH = positi
kesetimbangan akan bergeser ke kanan apabila . . . .
A. pada suhu tetap ditambah serbuk besi
B. pada suhu tetap ditambah suatu katalis
C. pada suhu tetap tekanan diperbesar dengan memperkecil volum
D. pada volum tetap suhu dinaikkan
E. pada volum tetap suhu diturunkan

69
7. Perhatikan kesetimbangan 2X(g) + Y(g)3P(g) + Q(g). Jika ke dalam suatu ruang
hampa dimasukkan zat X dan Y dengan jumlah mol yang sama, dan bila
tercapai kesetimbangan akan selalu berlaku . . . .
A. [Y] = [Q] D. [Y] < [X]
[X] < [Y] E. [X] + [Y] > [P] + [Q]
8. Pada reaksi kesetimbangan A + B C + D, kesetimbangan akan lebih cepat
tercapai
apabila . . . .
A. zat A ditambah D. digunakan katalis
B. tekanan diperbesar E. suhu dinaikkan
C. volum diperbesar

9. Reaksi penting pada pembuatan asam sulfat menurut proses


kontak ialah 2S02(g) + 02(g) 2S03(g) All =
-.188,2 kJ
Agar diperoleh hasil optimum, maka faktor yang dapat diubah adalah . .
A. menambah katalis dan menurunkan suhu
B. menaikkan suhu dan tekanan reaksi
C. menurunkan tekanan dan menambah suhu
D. menaikkan tekanan dan menurunkan suhu
E. memperbesar volum dan menambah suhu

10. Ke dalam ruangan tertutup dimasukkan 1 mol gas A dan 1 mol gas B. Setelah
bereaksi menurut persamaan 2A + 3B A2B3 dan dicapai kesetimbangan, masih
terdapat 0,25 mol gas B. Kalau volum ruang 1 dm3, maka tetapan
kesetimbangan reaksi tersebut ialah . . . .
A. 16 D. 72
B. 32 E. 80
C. 64

11. Pada reaksi kesetimbangan dari CO + H2OCO2 + H2 harga K = 0,80. Untuk


menghasilkan 4 mol H2 per liter dan 6 mol H2O per liter, jumlah gas CO
yang hares ditambahkan adalah . . . .
A. 20 mol L-1 D. 12 mol L-1
-1
B. 16 mol L E. 10 mol
-1
C. 14 mol L
12. Sebanyak 20 mL oksigen dan 40 mL belerang dioksida direaksikan pada suhu
dan tekanan tetap membentuk belerang trioksida menurut reaksi setimbang:
2S02(g) + 02(g) 2S03(g)
Bila volum akhir sistem adalah 45 mL, maka belerang trioksida yang terbentuk
adalah . . . .
A. 15 mL D. 30 mL
B. 20 mL E. 45 mL
C. 25 mL

70
II.HUBUNGAN ANTARHAL
13. Jika suatu reaksi mencapai kesetimbangan, maka komposisi campuran
reaksinya tidak akan dapat berubah selama suhu tidak berubah

SEBAB
tetapan kesetimbangan reaksi kimia bergantung pada suhu.
14. Katalis mempengaruhi kesetimbangan reaksi
SEBAB
katalis mempengaruhi laju reaksi.

III. ASOSIASI PILIHAN GANDA


15. Pada 298 K, reaksi N204(g)2NO2(g) AH = 57,2 kJ diketahui dapat mencapai
kesetimbangan dengan Kp = 0,14. Dapat disimpulkan bahwa . . . .
(1) reaksi tersebut bersifat endoterm
(2) jika dua mol NO2 bereaksi pada 298 K hingga mencapai
kesetimbangan, maka akan diserap kalor sebanyak 57,2 kJ
(3) jika reaksi dimulai dengan N2O4, maka dalam kesetimbangan
konsentrasi NO2 lebih rendah dan konsentrasi N2O4
peningkatan suhu akan meningkatkan kadar N2O4 dalam campuran reaksi
dalam kesetimbanga

71
Peta Konsep

72
Sifat-sifat larutan, seperti rasa dan warna, bergantung pada jenis zat
terlarut. Larutan gula mempunyai rasa maths, sementara larutan cuka mempunyai
rasa asam.

4. SIFAT
KO
LI
GA
Tingkat kemanisan atau keasaman larutan tersebut bergantung pada
konsentrasi atau kepekatannya. Larutan gula yang pekat tentu lebih manis daripada

TIdemikian juga halnya dengan rasa larutan cuka, semakin


larutan gula yang encer;
pekat larutannya, akan semakin asam rasanya.
Selain sifatF yang bergantung pada jenis zat terlarut, ada beberapa sifat
larutan yang hanyaLA bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut. Artinya,
larutan zat yang berbeda akan mempunyai sifat yang sama, asalkan konsentrasi
partikel terlarutnya RUsama. Salah satu sifat tersebut yaitu penurunan titik beku.

TA
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku
larutan (lihat Gambar 1.1).
N yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi
Sifat-sifat larutan
hanya pada konsentrasi partikel terlarutnya disebut sifat koligatif. Istilah koligatif
berasal dan bahasa Latin yang artinya kolega atau kelompok. Sifat koligatif hanya
bergantung pada jumlah partikel atau kelompok partikel zat terlarut di dalam
larutan. Larutan 0,1 mol urea dalam 1 kg air (Gambar 1.1.b) dan larutan 0,1 mol
glukosa dalam 1 kg air (Gambar 1.1.d) mempunyai penurunan titik bekt1 yang
sama karena mempunyai jumlah partikel zat terlarut yang sama. Sebagaimana
Anda ketahui, 0,1 mol urea dan 0,1 mol glukosa mempunyai jumlah partikel
(molekul) yang sama, yaitu 0,1 mol x 6,02 x 1023 molekul mol-1 = 6,02 x 1022
73
molekul.
Perlu Anda pahami bahwa zat terlarut dengan jumlah mol yang sama
tidak selalu menghasilkan jumlah partikel yang sama di dalam larutan. Ada
kalanya beberapa molekul atau partikel zat terlarut mengelompok, sehingga
jumlah partikel menjadi lebih sedikit dan yang diperkirakan. Di lain pihak,
khususnya untuk larutan elektrolit, jumlah partikel di dalam larutan akan lebih
banyak karena zat elektrolit terurai menjadi ion-ion.

4.1. Kemolalan dan Fraksi Mol


Konsentrasi larutan, yaitu kemolaran (M). Kemolaran menyatakan jumlah
mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Satuan kemolaran adalah mol

dengan, M = kemolaran
n = jumlah mol zat terlarut
V = volum larutan (dalam liter)
Pada pembahasan sifat koligatif, digunakan dua jenis satuan konsentrasi yang
lain, yaitu kemolalan dan fraksi mol. Kemolalan dan fraksi mol tidak dikaitkan
dengan volum larutan tetapi dengan massa atau jumlah mol.

4.1.a. Kemolalan (m)


Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 kg (=
1.000 g) pelarut. Oleh karena itu, kemolalan dinyatakan dalam mol kg-I.

dengan, m = kemolalan larutan


n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut (dalam kg)
Jika massa larutan dinyatakan dalam gram, maka rumus kemolalan di atas
akan menjadi:

74
Contoh Soal 4.1.a. Menentukan kemolalan
a. Berapakah kemolalan larutan yang dibuat dengan mencampurkan 3 gram urea
dengan 200 gram air?
b. Berapakah kemolalan larutan glukosa yang mengandung 12% massa glukosa
= 180)?
c. Larutan 3 g gram urea dalam 200 gram air.
Jumlah mol urea = ____3 g 1 = 0,05 mol
60 g
mol
Massa pelarut = 200 gram = 0,2 kg
-I
m = n = 0,05 mol = 0,25 mol kg
p 0, 2 kg
d. Dalam 100 gram larutan glukosa 12% terdapat:
12
Glukosa 12% = 100 x 100 gram = 12 gram, dan air (pelarut) = (100 - 12) = 88

gram. Jumlah mol glukosa = 12 g = 0,067 mol

180 g mol-'
Massa pelarut = 88 gram = 0,088 kg
= 0,76 mol kg-I

4.1.b. Fraksi Mol (X)


Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atau
pelarut terhadap jumlah mol larutan. Jika jumlah mol zat pelarut adalah n A, dan
jumlah mol zat terlarut adalah n B, maka fraksi mol pelarut dan zat terlarut adalah:

Jumlah fraksi mol pelarut dengan zat terlarut adalah 1.


XA + XB = 1
Contoh Soal 1.2 Menghitung fraksi mol
Hitunglah fraksi mol urea dalam larutan urea 20% (Mr urea = 60).
Jawab:
Fraksi mol merupakan nisbah mol terlarut dengan mol larutan (mol pelarut + mol
terlarut), maka yang hams ditentukan yaitu jumlah mol pelarut dan jumlah mol
pelarut, kemudian menentukan fraksi mol dengan rumus yang ada.
75
Dalam 100 gram larutan urea 20% terdapat 20 gram urea dan 80 gram air.
Jumlah mol air = 80 g, = 4,44 mol.
18gmol
Jumlah mol urea = 20 g, = 0,33 mol.
60 g mol

X urea = XB = 0,33 mol 0,069.


(4,44 + 0,33) mol

Contoh Soal:
1. Tentukan kemolalan larutan yang mengandung 10 gram NaC1 dalam 200 mL
air. (Massa jenis air = 1 g mL-I)

2. Hitunglah kemolalan larutan yang dibuat dengan melarutkan 31 mL glikol


(C2H602) dalam 90 mL air. Kedua jenis cairan itu mempunyai massa jenis 1
kg L-1. (Ar H = 1; C = 12; 0 = 16)

3. Larutan 6 gram urea dalam 200 mL air dicampur dengan larutan 12 gram
urea dalam 300 mL air. Hitunglah kemolalan larutan-larutan itu sebelum dan
sesudah dicampurkan. (Mr urea = 60).

4. Tentukan kemolalan larutan glukosa 18%. (Mr glukosa = 180).

5. Tentukan kadar urea dalam larutan urea 1 molal.


6. Tentukan fraksi mol NaNO1 dalam larutan yang mengandung 10 gram
NaNO3 dalam 250 mL air.

7. Hitunglah fraksi mol urea dalam larutan urea 2 molal.


8. Sebanyak 20 gram kristal NaOH dilarutkan dalam 100 mL air. Jika NaOH
mengion sempurna, hitunglah fraksi mol total ion-ion (fraksi mol Na+ +
fraksi mol OH- dalam larutan). (Ar H = 1; 0 = 16; Na = 23)

4.2. Penurunan Tekanan Uap Larutan

4.2.a. Pengertian Tekanan Uap Jenuh


Anda tentu mengetahui bahwa air memiliki titik didih 100°C. Ketika
mendidih, air berubah menjadi uap air. Akan tetapi, air dapat menguap pada suhu

76
berapa saja, termasuk pada suhu di bawah 100°C. Sebagai contoh, pakaian basah
menjadi kering ketika dijemur karena air menguap. Meskipun demikian, pakaian
basah tidak akan kering jika ditempatkan dalam ruangan tertutup karena ruangan
itu akan menjadi jenuh dengan uap air. Pada keadaan jenuh, proses penguapan
tetap berlangsung, tetapi pada saat yang sama terjadi pengembunan dengan laju
yang sama. Dengan kata lain, terdapat kesetimbangan dinamis antara zat cair
dengan uap jenuhnya (lihat Gambar 1.2). Tekanan yang ditimbulkan oleh uap
jenuh suatu zat disebut tekanan uap zat itu.

Keadaan awal Keadaan setimbang


Garnbar 4.2.a.1. Zat cair dalam ruang tertutup akan mengadakan kesetimbangan dengan uap jenuhnya.
Tekanan yang ditimbulkan uap jenuh disebut tekanan uap

Besarnya tekanan uap bergantung pada jenis zat dan suhu. Zat yang memiliki
gaya tarik-menarik antarpartikel relatif besar berarti sukar menguap, mempunyai
tekanan uap yang relatif rendah, contohnya garam, gula, glikol, dan gliserol.
Sebaliknya, zat yang memiliki gaya tarik-menarik antarpartikel relatif lemah
berarti mudah menguap, mempunyai tekanan uap yang relatif tinggi. Zat seperti
itu dikatakan mudah menguap atau atsiri (volatile), contohnya etanol dan eter.
Tekanan uap suatu zat akan bertambah jika suhu dinaikkan. Hubungan ini
dapat dipahami sebagai berikut. Kenaikan suhu menyebabkan energi kinetik
molekul-molekul cairan bertambah besar, sehingga lebih banyak molekul yang
dapat meninggalkan
Tabel 4.2.a.1 Tekanan Uap Jenuh Air pada Berbagai Suhu (mmHg)

T(oC) P T(°C) T(°C) P T(°C)


0 4,58 21 18,65 35 42,2 92 567,0
5 6,54 22 19,83 40 55,3 94 610,9
10 9,21 23 21,07 45 71,9 96 657,6
77
12 10,52 24 22,38 50 97,5 98 707,3
14 11,99 25 23,76 55 118,0 100 760,0
16 13,63 26 25,21 60 149,4 102 815,9
17 14,53 27 26,74 65 187,5 104 875,1
18 15,48 28 28,35 70 233,7 106 937,9
19 16,84 29 30,04 80 355,1 108 1004,6
20 17,54 30 31,82 90 525,8 110 1074,6
Permukaan cairan memasuki fase gas. Akibatnya, konsentrasi uap
semakin besar dan dengan demikian tekanan uap semakin besar. Tekanan uap
jenuh air pada berbagai suhu diberikan pada Tabel 4.2.a1.

4.2.b. Tekanan Uap Larutan dan Hukum Raoult

Bagaimanakah pengaruh zat terlarut terhadap tekanan uap pelarut dan


tekanan uap larutan? Jika zat terlarut bersifat volatil, maka uap di permukaan
larutan terdiri atas uap pelarut dan uap zat terlarut Akan tetapi, jika zat terlarut
sukar menguap, maka uap di permukaan larutan hanya terdiri dan uap zat pelarut
saja. Perhatikanlah Gambar 1.3.

ambar 1.3 Uap larutan. Uap di permukaan larutan garam hanya terdiri dari uap
air, sedangkan uap di permukaan larutan alkohol terdiri dari uap air dan uap alkohol.

Komposisi uap di permukaan larutan telah dipelajari oleh seorang kimiawan


dan Perancis, yaitu Francois Marie Raoult (1830-1901). Raoult menemukan
bahwa tekanan uap suatu komponen bergantung pada fraksi mol komponen itu
dalam larutan, dengan hubungan sebagai berikut.

P =XA xPA°

dengan, PA = tekanan uap komponenAA A A

PA = tekanan uap A murni

78
XA = fraksi mol komponen A

Jika zat terlarut sukar menguap, maka uap di permukaan larutan terdiri atas
uap zat pelarut saja. Jika demikian, maka tekanan uap larutan sama dengan
tekanan uap pelarut. Sesuai dengan hukum Raoult, tekanan uap pelarut bergantung
pada fraksi molnya. Jadi, jika zat terlarut sukar menguap, maka:

Oleh karena fraksi mol pelarut < 1, maka P larutan akan lebih rendah
daripada P° pelarut. Dengan kata lain, zat terlarut yang sukar menguap akan
menurunkan tekanan uap pelarut. Selisih antara tekanan uap pelarut dengan
tekanan uap larutan disebut penurunan tekanan uap (P).

P = P° — P

Nilai penurunan tekanan uap larutan (P) dapat dikaitkan dengan fraksi
mol terlarut sebagai berikut. Telah diketahui bahwa Xpei Xter = 1, sehingga Xpei =
(1 — Xter), maka persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai
berikut.
P = P° (Xpeix P°)
= P° - ( Xper)x P°
= P° P° (Xter X Pc ) + Xter x P°

P = Xter X P°

Penurunan tekanan uap merupakan sifat koligatif larutan, artinya bahwa


penurunan tekanan uap tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada
konsentrasi (fraksi mol). Fraksi mol yang sama akan mempunyai penurunan
tekanan uap yang sama pula. Suatu ilustrasi untuk hal ini diberikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Penurunan Tekanan Uap Jenuh (P) Teoretis Berbagai Jenis Larutan
Nonelektrolit dalam Air pada 20°C

79
Zat Fraksi Mol Tekanan Uap Penurunan Tekanan
Terlarut Zat Terlarut Jenuh Larutan Uap Jenuh

Air murni 17,54 mmHg


Glikol 0,01 17,36 mmHg 0,18 mmHg
Glikol 0,02 17,18 mmHg 0,36 mmHg
Urea 0,01 17,36 mmHg 0,18 mmHg
Urea 0,02 17,18 mmHg 0,36 mmHg

Contoh Soal 1.3 Menghitung tekanan uap Jenuh larutan


Tekanan uap air pada 100°C adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap larutan
glukosa 18% pada 100°C? (Ar H = 1; C = 12; 0 = 16)
Jawab:
Menurut hukum Raoult, tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol
pelarut: P = Xpei x P°. Oleh karena itu, yang hams dicari terlebih dahulu yaitu
fraksi mol pelarut, kemudian menghitung tekanan uap larutan dengan rumus yang
ada. Cara menghitung fraksi mol telah dibahas dalam Contoh Soal 1.2.
Dalam 100 gram larutan glukosa 18% terdapat:

Glukosa 18% = 100 x 100 gram = 18 gram.

Air = 100 — 18 gram = 82 gram.

Jumlah mol glukosa = 18 g, = 0,1 mol


180 g

Jumlah mol air = 82 gram, = 4,55 mol


18 gram
mol4,55
x
Pel = (4,55 + 0,1)

P = Xpei x P° =4, 5 x 760 mmHg


5
4, 55 +0,1

= 743,66 mmHg.
Contoh Soal
1. Jika kita menjemur pakaian di tempat tertutup, temyata pakaian lebih sulit
(lama) kering. Mengapa?
2. Bagaimanakah hubungan konsentrasi larutan dengan:
80
a. tekanan uap larutan, b. penurunan tekanan uap larutan.
3. Tekanan uap jenuh air pada 102°C adalah 816 mmHg Berapakah tekanan
uap jenuh larutan urea 20% pada suhu itu? (Mr urea = 60)
4. Tekanan uap jenuh air pada 25°C adalah 23,76 mmHg Berapakah tekanan
uap jenuh larutan urea 0,1 m pada suhu itu? (Mr urea = 60)

4.3. Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku


4.3.a. Titik Didih dan Titik Beku
Mengapa air mendidih pada suhu 100°C dan membeku pada 0°C? Pada
pembahasan terdahulu telah disebutkan bahwa air dapat menguap pada suhu
berapa saja dan tekanan uapnya akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu.
Tekanan uap menggambarkan kecenderungan cairan untuk menguap. Semakin
besar tekanan uap, semakin mudah zat itu menguap. Sementara itu, tekanan udara
luar memaksa uap tetap berada dalam cairan. Jika tekanan uap kurang dari tekanan
udara luar (tekanan di permukaan cairan), uap hanya terbentuk dari permukaan
cairan. Namun, ketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan udara di
permukaan, penguapan dapat terjadi di seluruh bagian cairan. Uap yang terbentuk
dapat naik dan pecah di permukaan. Kedaan seperti itu kita sebut mendidih.

Jadi, titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan
tekanan di permukaan. Oleh karena itu, titik didih bergantung pada tekanan di
permukaan. Di permukaan laut (tekanan = 760 mmHg), air mendidih pada 100°C
karena pada suhu 100°C tekanan uap air sama dengan 760 mmHg (lihat Tabel
1.1). Di puncak Everest (ketinggian 8.882 m dari permukaan larut), air mendidih
pada 71°C. Biasanya, yang dimaksud dengan titik didih adalah titik didih normal,
yaitu titik didih pada tekanan 760 mmHg. Titik didih normal air adalah 100°C.

Adapun titik beku adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan
tekanan uap padatannya. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada 0°C karena pada
suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es.

4.3. b. Titik Didih dan Titik Beku Larutan


81
Jika sama-sama mendidih, manakah yang lebih tinggi suhunya, air murni
atau air laut? Mana pula yang mempunyai titik beku lebih rendah? Melalui
percobaan telah diketahui bahwa larutan dari zat-zat yang sukar menguap
mempunyai titik didih lebih tinggi dan titik beku lebih rendah daripada pelarutnya.
Sebagai contoh, larutan garam mendidih pada suhu di atas 100°C dan membeku
pada suhu di bawah 0°C.
Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarutnya disebut
kenaikan titik didih (Tb = boilling point elevation); sedangkan selisih antara titik
beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Tf = freezing
point deppression) (lihat Gambar 1.5).

Th = Th larutan — Th pelarut
Th larutan = titik didih larutan Tb pelarut = titik
didih pelarut ATb = kenaikan titik didih
Th = T. — Tt. larutan
larutan = titik beku larutan T. pelarut = titik beku pelarut
Tt = penurunan titik beku
Contoh Soal 1.4 Menentukan titik didih dan titik beku larutan
Tentukan titik didih serta titik beku larutan yang mengandung 18 gram glukosa
(Mr = 180) dalam 500 gram air. Kb air = 0,52°C/m; Kf air = 1,86°C/m.
Jawab:
Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku bergantung pada kemolalan larutan.
Oleh karena itu, yang hares dilakukan yaitu:
1. menentukan kemolalan larutan,
2. menghitung ATb dan ATf dengan menggunakan rumus yang ada.
ATb = Kb X M dan AT f = Kf x
Jumlah mol glukosa = 18 g_
0 5 kgl 1 — 0,1 mol.
180 g mol
0,1 mo
Kemolalan larutan = = 0,2 mol kg-1.

82
4.4. Tekan Osmotik Larutan

4.4.a. Pengertian Osmosis dan Tekanan Osmotik

Berbagai jenis selaput, baik yang alami (seperti jaringan usus) maupun
yang sintetis (seperti selofan), dapat dilewati molekul pelarut yang kecil, tetapi
menahan molekul (partikel) zat terlarut yang lebih besar. Selaput seperti itu
disebut selaput semipermeabel.

Pipa (A) Pipa (B)


Gambar 4.4.a.1 Tekanan Osmitik yang terjadi pada Pipa U
Suatu bejana berbentuk U yang kedua kakinya dipisahkan dengan suatu
selaput semipermeabel diisi dengan air murni pada kaki sebelah kanan dan larutan
gula pada kaki sebelah kiri. Pada awalnya, ketinggian cairan pada kedua kaki
bejana itu dibuat sama. Ternyata, lama-kelamaan cairan di kaki sebelah kiri
bertambah, sedangkan di kaki sebelah kanan berkurang. Sementara itu, cairan di
sebelah. kanan tetap merupakan air murni (tidak ada gula yang merembes ke kaki
sebelah kanan). Perbedaan ketinggian cairan pada kedua kaki menunjukkan bahwa
telah terjadi aliran air dari kaki sebelah kanan ke kaki sebelah kiri. Hal serupa juga
terjadi jika kedua kaki sama-sama diisi larutan, asalkan konsentrasinya berbeda.
Pelarut akan merembes dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat.
83
Peristiwa seperti itu disebut osmosis. Jadi, osmosis adalah perembesan molekul
pelarut dari pelarut ke dalam larutan, atau dari larutan lebih encer ke larutan lebih
pekat, melalui selaput semipermeabel.
Aliran air ke kaki sebelah kiri. Pada suatu kanan tetap merupakan air
murni (tidak ada gula yang merembes ke kaki sebelah kanan). Perbedaan
ketinggian cairan pada kedua kaki menunjukkan bahwa telah terjadi aliran air dari
kaki sebelah kanan ke kaki sebelah kiri. Hal serupa juga terjadi jika kedua kaki
sama-sama diisi larutan, asalkan konsentrasinya berbeda. Pelarut akan merembes
dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat. Peristiwa seperti itu
disebut osmosis. Jadi, osmosis adalah perembesan molekul pelarut dari pelarut ke
dalam larutan, atau dari larutan lebih encer ke larutan lebih pekat, melalui selaput
semipermeabel.
Perbedaan ketinggian cairan pada kedua kaki bejana akan menyebabkan
perbedaan tekanan hidrostatik. Perbedaan tekanan hidrostatik itu akan
menghambat saat, akan tercapai suatu keadaan di mana ketinggian pada kedua
kaki tidak berubah lagi Keadaan tersebut merupakan suatu kesetimbangan yang
mana aliran air pada kedua arah berlangsung dengan kecepatan yang sama.
Perbedaan tekanan hidrostatika maksimum antara suatu larutan dengan pelarutnya
disebut tekanan osmotik larutan.
4.4.b. Hubungan Tekanan Osmotik dengan Konsentrasi Larutan
Tekanan osmotik tergolong sifat koligatif karena harganya bergantung
pada konsentrasi
dan bukan pada jenis partikel zat terlarut. Menurut van't Hoff, tekanan osmotik
larutan-larutan encer dapat dihitung dengan rumus yang serupa dengan persamaan
gas ideal, vaitu:
V = nRT ............................................................................................................................................ (1.3)

dengan, π = tekanan osmotik


V = volum larutan (dalam liter)

84
n = jumlah mol zat terlarut
T = suhu absolut larutan (suhu kelvin)
R = tetapan gas (0,08205 L atm mol-1 K-1)
Persamaan (1.3) dapat ditata ulang menjadi,

= V RT
dengan v menyatakan kemolaran larutan (M). Oleh karena itu, persamaan di atas
dapat ditulis sebagai berikut.
= MRT .......................................... (1.4)

Contoh Soal 1.5 Menentukan tekanan osmotik larutan Berapakah

tekanan osmotik larutan sukrosa 0,0010 M pada 25°C?


Jawab:
= MRT

= 0,0010 mol L,-1 x 0,08205 L atm mol-1 K-1 x 298 K


= 0,024 atm (= 18 mmHg)
4.4.c. Osmosis dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh osmosis dalam kehidupan sehari-hari ialah pada sel darah merah.
Dinding sel darah merah mempunyai ketebalan kira-kira 10 nm dan pori dengan
diameter 0,8 nm. Molekul air berukuran kurang dari setengah diameter tersebut,
sehingga dapat lewat dengan mudah. Ion K+ yang terdapat dalam sel juga
berukuran lebih kecil daripada pori dinding sel itu, tetapi karena dinding sel
tersebut bermuatan positif, maka ion K+ akan ditolak. Jadi, selain ukuran partikel,
muatan dapat juga merupakan faktor penentu untuk dapat melalui pori sebuah
selaput semipermeabel.
Cairan dalam sel darah merah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan
larutan NaC1 0,92%. Dengan kata lain, cairan sel darah merah isotonik dengan
larutan NaC1 0,92%. Jika sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl
0,92%, air yang masuk dan keluar dinding sel akan setimbang (kesetimbangan
dinamis). Akan tetapi, jika sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaC1
yang lebih pekat dan 0,92%, air akan keluar dan dalam sel dan sel akan mengerut.
85
Larutan yang demikian dikatakan hipertonik. Sebaliknya, jika sel darah merah
dimasukkan ke dalam larutan NaC1 yang lebih encer dan 0,92%, air akan masuk
ke dalam sel dan sel akan menggembung dan pecah (plasmolisis). Larutan itu
dikatakan hipotonik.
Contoh Soal.
1. Apa yang dimaksud dengan (a) osmosis, (b) tekanan osmotik? Bagaimana
hubungan tekanan osmotik dengan konsentrasi larutan?
2. Hitunglah tekanan osmotik larutan yang mengandung 17,1 gram sukrosa (M.
= 342) dalam 1 liter larutan pada 27°C.
3. Tekanan osmotik darah manusia pada 37°C adalah 7,7 atm. Berapa gram
glukosa (Mr = 180) diperlukan untuk membuat 200 mL larutan yang isotonik
dengan darah?
4. Apakah kamu pernah perhatikan acar mentimun? Lama-kelamaan mentimun
di dalam acar akan mengerut. Mengapa demikian?

4.5. Sifat Koligatif Larutan

Gambar 4.5. Larutan elektrolit mempunyai sifat


koligatif lebih besar daripada larutan nonelektrolit
berkonsentrasi sama

Larutan NaCl 0,010 m mempunyai penurunan titik beku sebesar


0,0359°C. Harga ini hampir dua kali lebih besar (tepatnya 1,93 kali lebih besar)
daripada penurunan titik beku larutan urea 0,010 m. Bagaimanakah kita
menjelaskan perbedaan ini?
Pada permulaan bab ini telah disebutkan bahwa sifat koligatif larutan

86
bergantung pada konsentrasi partikel dalam larutan dan tidak bergantung pada
jenisnya, apakah partikel itu berupa molekul, atom, atau ion. Sebagaimana telah
kita ketahui, zat elektrolit sebagian atau seluruhnya terurai menjadi ion-ion. Jadi,
untuk konsentrasi yang sama, larutan elektrolit mengandung jumlah partikel lebih
banyak daripada larutan nonelektrolit. Oleh karena itu, larutan elektrolit
mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada sifat koligatif larutan nonelektrolit.
Perbandingan antara harga sifat koligatif yang terukur dari suatu larutan elektrolit
dengan harga sifat koligatif yang diharapkan dan suatu larutan nonelektrolit pada
konsentrasi yang sama disebut faktor van't Hoff dan dinyatakan dengan lambang
i. Harga i untuk larutan NaC1 0,010 m dapat dihitung sebagai berikut:

= 1,93

Harga i dari berbagai jenis larutan dari berbagai konsentrasi diberikan pada Tabel
4.5.1

Tabel 4.5.1. Harga i (Faktor van't Hoff) untuk Penurunan Titik Beku
Berbagai Jenis Elektrolit
Elektrolit 0,100 m 0,0100 m 0,00500 m Batas Teoretis
Elektrolit tipe ion
NaCI 1,87 1,93 1,94 2
KCI 1,86 1,94 1,96 2
MgSO 4 1,42 1,62 1,69 2
K2SO4 2,46 2,77 2,86 2
Elektrolit tipe kovalen
HCI 1,91 1,97 1,99
CH3COOH 1,01 1,05 1,06
2
H2SO4 2,22 2,59 2,72 2
2

Satu mol zat nonelektrolit dalam larutan menghasilkan satu mol (6,02 x
1023 butir) partikel. Sebaliknya, satu mol elektrolit tipe ion, seperti NaC1,
terdiri atas satu mol ion Na+ dan satu mol ion Cr; satu mol K2SO4 tediri atas 2
mol ion IC' dan satu mol ion

87
Secara teoretis, larutan NaC1 akan mempunyai penurunan titik beku
dua kali lebih besar daripada larutan urea (mempunyai harga i = 2),
sedangkan larutan K2SO4 tiga kali lebih besar (i = 3). Akan tetapi, seperti
tampak pada Tabel 1.4, harga i dan elektrolit tipe ion selalu lebih kecil
daripada harga teoretis. Hal itu disebabkan oleh tarikan listrik antarion yang
berbeda muatan sehingga ion-ion itu tidak 100% bebas. Semakin kecil
konsentrasi larutan, jarak antarion semakin besar dan ion-ion semakin bebas.
Akibatnya, harga i semakin mendekati harga teoretis.
Harga i dari elektrolit tipe kovalen ternyata lebih bervariasi,
bergantung pada kekuatan elektrolit itu. Elektrolit lemah mempunyai harga i
mendekati satu, sedangkan elektrolit kuat mempunyai harga i yang
mendekati harga teoretisnya. Hubungan harga i

dengan α = derajat ionisasi elektrolit; n = jumlah ion yang dapat dihasilkan oleh 1
satuan rumus senyawa elektrolit. Misalnya, untuk NaCI: n = 2; untuk K2SO4: n =
3.
Oleh karena pertambahan sifat koligatif larutan elektrolit sebanding
dengan pertambahan jumlah partikel dalam larutan, maka rumus-rumus sifat
koligatif untuk larutan elektrolit menjadi:
= Kb x m x i .................................................................................................................. (1.5)
ATf = Kf xmxi ..........................................(1.6)
= MRT x i ..........................................(1.7)
i = 1 + (n — 1) a ..........................................(1.8)

Contoh Soal 1.6 Menentukan sifat koligatif larutan


elektrolit Satu gram MgC12 dilarutkan dalam 500 gram
air. Tentukanlah:
a) titik didih,
b) titik beku, dan
c) tekanan osmotik larutan itu pada 25°C jika derajat ionisasi = 0,9. (Kb air =
88
0,52°C m-1; Kf air = 1,86°C m-1; Ar Mg = 24; Cl = 35,5) Jawab:
Jumlah mol MgC12 = 1 g = 0,011 mol
95 g mol

Molalitas larutan = 0'011 mol = 0,022 mol kg-1


0,5 kg
Molaritas larutan juga dapat dianggap = 0,022 mol/liter (untuk larutan encer,
kemolalan dan kemolaran mempunyai harga yang hampir sama).
i = 1 + (n — 1)a = 1 + (3 — 1) 0,9 = 2,8
a) ATb = Kb xmxi= 0,52 x 0,022 x 2,8 = 0,032°C
Titik didih larutan = 100 + 0,032°C = 100,032°C
b) ATf = Kf xmxi= 1,86 x 0,022 x 2,8 = 0,115°C
Titik beku larutan = 0 — 0,115°C = —0,115°C
c) Molaritas larutan juga dapat dianggap = 0,022 mol/liter (untuk larutan
encer, kemolalan dan kemolaran mempunyai harga yang hampir sama).

π = MRT x i = 0,022 x 0,08205 x 298 x 2,8 = 1,51 atm

4.6. Penggunaan Sifat Koligatif Larutan


1. Membuat Campuran Pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah
0°C. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat
es putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke
dalam air.
Pada pembuatan es putar, cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan
garam dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada
pencampuran itu, es batu akan mencair sementara suhu campuran turun.
Selanjutnya, campuran bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain
yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam
cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran membeku.

2. Antibeku
Antibeku adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu cairan untuk menurunkan

89
titik bekunya. Antibeku mencegah pembekuan cairan yang digunakan sebagai
pendingin, misalnya dalam pesawat terbang dan kendaraan bermotor. Zat antibeku
yang ideal adalah zat yang dapat larut dalam cairan pendinginnya sendiri,
mempunyai viskositas dan konduktivitas listrik yang rendah, titik didih tinggi,
tidak korosif, dan mempunyai daya hantar panas yang baik. Antibeku yang banyak
digunakan dalam kendaraan bermotor berupa etilenglikol (glikol:
CH2OH—CH2OH). Selain menurunkan titik beku, antibeku juga menaikkan titik
didih, sehingga mengurangi penguapan.
3. Pencairan Salju di Jalan Raya
Lapisan salju di jalan raya dapat membuat kendaraan tergelincir (selip), sehingga
perlu disingkirkan. Lapisan salju tersebut sebagian besar dapat disingkirkan
dengan buldoser, namun untuk membersihkannya digunakan garam dapur atau
urea. Prinsip dasar dari proses ini juga berdasarkan penurunan titik beku.
4. Penentuan Massa Molekul Relatif (Mr)
Pengukuran sifat koligatif dapat digunakan untuk menentukan massa molekul
relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif bergantung pada
konsentrasi zat terlarut. Sebagai contoh, perhatikanlah rumus penurunan titik beku
berikut ini.

Tf = m x Kf atau Tf = G x 1000 x Kf
Mr P
Dengan mengetahui massa zat terlarut (m) serta nilai penurunan titik
bekunya(Tf), maka massa molekul relatif (Mr) zat terlarut itu dapat ditentukan.
Perhatikanlah dua contoh soal berikut.
Contoh Soal

1. Jika dianggap mengion sempurna (nilai i = nilai teoretis), tentukanlah


titik didih dan titik beku larutan 11,7 gram NaC1 dalam 1 liter air.
Kb air = 0,52 °C m-1; Kf air = 1,86 °C m-1.
2. Suatu contoh air yang diambil dari laut Artik membeku pada —1,98°C.
Hitunglah molalitas total partikel terlarut dalam sampel tersebut. (Kf air
= 1,86°C m-1)

90
3. Tekanan osmotik darah manusia pada 37°C adalah 7,7 atm. Berapa
gram NaC1 harus dilarutkan dalam 1 liter larutan sehingga pada 37°C
isotonik dengan darah manusia? (A, Na = 23; CI = 35,5)
4. Sebanyak 1,8 gram suatu basa bervalensi 2 (M(OH)2}, dilarutkan dalam
100 mL air. Larutan ini mendidih pada 100,2°C. Jika basa itu mengion
80%, hitunglah massa atom relatif logam pembentuk basa tersebut. (Kb
air = 0,52°C ITC 1 ; A, H = 1; 0 = 16)
5. Ke dalam 1 liter air dilarutkan 60 gram urea (Mr = 60); 11,7 gram NaC1
(Mr = 58,5) dan 11,1 gram CaC12 (Mr = 111). Tentukan titik beku
larutan itu. Kf air = 1,86°C/m

4.7. Rangkuman Materi

1. Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada
konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya.
2. Larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif yang lebih besar daripada
larutan nonelektrolit berkonsentrasi sama karena larutan elektrolit
mempunyai jumlah pertikel terlarut yang lebih banyak.

3. Kemolalan (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1


kg pelarut. m
4. Fraksi mol menyatakan perbandingan mol komponen dengan mol total
larutan.
.
5. Tekanan uap suatu zat adalah tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh zat
itu. Semakin tinggi suhu, semakin besar tekanan uap.

6. Jika zat terlarut tidak menguap maka tekanan uap larutan menjadi lebih
rendah dari tekanan uap pelarutnya.
7. Selisih antara tekanan uap pelarut murni (P°) dengan tekanan uap larutan
(P) disebut penurunan tekanan uap larutan (AP).

AP = P° — P
8. Menurut Raoult, jika zat terlarut tidak menguap, maka penurunan tekanan
uap larutan sebanding dengan fraksi mol terlarut, sedangkan tekanan uap
larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut.
91
P =X lx P°
Pe
AP = x P°
9. Larutan mempunyai titik didih lebih tinggi dan titik beku lebih rendah
daripada pelarutnya.

10. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan
titik didih (ATb).
11. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan
titik beku (ATf).
12. Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku sebanding dengan
kemolalan larutan: ATb = m X Kb ATf = m X Kf
13. Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan dapat dijelaskan
dengan diagram fase.
14. Osmosis adalah perembesan molekul pelarut dan pelarut murni ke dalam
suatu larutan, atau dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat,
melalui selaput semipermeabel.
15. Tekanan osmotik adalah besarnya tekanan yang harus diberikan pada
permukaan suatu larutan untuk mencegah terjadinya osmosis.
16. Tekanan osmotik larutan sebanding dengan kemolarannya.
π =MRT
17. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut isotonik.
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar disebut hipertonik,
sedangkan larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah disebut hipotonik.
18. Larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada larutan
nonelektrolit berkonsentrasi sama. Hal itu terjadi karena larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ion, sehingga menghasilkan jumlah partikel yang lebih
banyak dibandingkan dengan larutan nonelektrolit berkonsentrasi sama.
19. Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit dengan sifat koligatif
larutan nonelektrolit berkonsentrasi sama disebut faktor van't Hoff (i).
92
Semakin encer larutan, semakin besar nilai faktor van't Hoff.

20. Untuk larutan elektrolit berlaku:

n = jumlah ion dari satu molekul elektrolit


21. Penurunan titik beku larutan dimanfaatkan dalam berbagai bidang, seperti
pembuatan cairan pendingin, antibeku, dan pencairan saju di jalan raya.
22. Pengetahuan tentang tekanan osmotik diterapkan dalam pembuatan cairan
fisiologis.
23. Osmosis balik digunakan pada pengolahan air bersih dan air payau atau air
laut, juga diterapkan pada pengolahan air limbah.

"Jangan pernah menganggap belajar sebagai suatu kewajiban,


tetapi anggaplah is sebagai suatu kesempatan menyenangkan untuk
membebaskan diri dalam mempelajari keindahan alam dan
kehidupan. Belajar adalah untuk kebahagiaanmu sendiri dan akan
memberikan keuntungan bagi masyarakat tempatmu bekerja nanti."
5.8. Latihan Albert Einstein

1. Larutan 1 molal NaOH terbuat dari 1 mol (40 gram) NaOH dengan . . . .
A. 960 gram air D. 1000 gram air
B. 1 liter air E. 960 mL air
C. air hingga volum larutan 1 liter

2. Tekanan uap jenuh Gaya tarik-menarik


Zat cair (mmHg) pada 25°C antarmolekul yang paling kuat
terdapat dalam zat cair . . .
A
20
B 35 A. A
C 56 B. B
D 112 C. C
E 224 D. D
93
E. E

3. Fraksi mol larutan urea dalam air 0,2. Tekanan uap jenuh air murni pada suhu
20°C sebesar 17,5 mmHg. Maka tekanan uap jenuh larutan pada suhu itu
adalah .. .
A. 3,5 mmHg D. 17,7 mmHg
B. 14,0 mmHg E. 21 mmHg
C. 17,5 mmHg
4. Zat X sebanyak 15 gram dilarutkan dalam 90 gram air. Larutan ini mempunyai
tekanan uap jenuh 28,85 mmHg. Pada suhu yang sama, air murni
mempunyai tekanan uap jenuh 30 mmHg. Massa molekul relatif (Mr) zat X
itu adalah . . . . (Mr air = 18)
A. 30 D. 90
B. 60 E. 150
C. 75
5. Tekanan uap jenuh air murni pada 29°C adalah 30 mmHg Pada suhu yang
sama larutan glukosa 2 molal mempunyai tekanan uap sebesar . . . .
A. 1,04 mmHg D. 31,08 mmHg
B. 1,08 mmHg E. 60 mmHg
C. 28,96 mmHg
6. Kelarutan CaC12 dalam air pada 0°C adalah sekitar 5,4 molal. Jika Kf =
1,86°C m-1, maka penurunan titik beku larutan CaC12 0,54 molal adalah . . .
.
A. 1,0°C D. 2,7°C
B. 5,0°C E. 2,0°C
C. 3,0°C
7. Titik beku larutan 0,1 M NaC1 dalam air adalah —0,36°C. Diharapkan titik
beku larutan kalsium klorida (CaC12) 0,05 M dalam air adalah . . . .
A. —0,18°C D. —0,45°C
B. —0,27°C E. —0,54°C
C. —0,36°C
8. Tetapan kenaikan titik didih molal (Kb) bergantung pada . . . .
A. titik didih pelarut

94
B. molalitas larutan
C. jenis pelarut
D. molaritas larutan
E. perbedaan titik beku dan titik didih pelarut
9. Suatu pelarut murni mempunyai . . . .
A. titik didih lebih tinggi dari larutannya pada tekanan yang sama
B. titik beku lebih rendah dan larutannya pada tekanan yang sama
C. tekanan osmotik lebih besar dan larutannya pada suhu yang sama
D. tekanan uap jenuh lebih tinggi dan larutannya pada suhu yang sama
E. perbedaan 100°C antara titik beku dan titik didih
10. Sebanyak 3 gram zat Z yang dilarutkan dalam 100 gram benzena
menghasilkan kenaikan titik didih sebesar 0,54°C. Bila diketahui kenaikan
titik didih molal benzena = 2,7°C, berapakah massa molekul relatif (Mr) zat
X?
A. 15 D. 120
B. 30 E. 150
C. 60
11. Pada pembuatan sirup, kekentalannya diukur dengan mengamati titik
didihnya. Penelitian menunjukkan bahwa sirup yang baik harus mendidih
pada suhu 105°C m-1 (Kb air = 0,5°C m-1). Jika sirup itu memakai gula
pentosa(Mr= 150), konsentrasi gula dalam sirup adalah . . .
A. 30% D. 60%
B. 40% E. 75%
C. 40%
13. Untuk menaikkan titik didih 250 mL air menjadi 100,1°C pada tekanan 1 atm
(Kb = 0,50°C m-1), maka jumlah gula(Mr= 342) yang harus dilarutkan adalah .
...
A. 684 gram D. 17,1 gram
B. 171 gram E. 342 gram
C. 86 gram
14. Suatu zat nonelektrolit(Mr= 40) sebanyak 30 g dilarutkan dalam 900 g air,
penurunan titik beku larutan ini ialah 1,550°C. Berapa gram dari zat tersebut
hams dilarutkan ke dalam 1,2 kg air agar diperoleh larutan dengan penurunan

95
titik beku yang setengahnya dari penurunan titik beku di atas?
A. 10 g D. 45 g
B. 15 g E. 80 g
C. 20 g
15. Tekanan osmotik dari 500 mL larutan yang mengandung 17,1 gram
gula(Mrgula = 342)
pada suhu 27°C adalah . . . . (R = 0,082 L atm/mol K)
A. 1,64 atm D. 2,16 atm
B. 1,80 atm E. 2,46 atm
C. 2,0 atm
16. Suatu larutan diperoleh dari melarutkan 6 g urea (Mr = 60) dalam 1 liter air.
Larutan yang lain diperoleh dengan melarutkan 18 g glukosa (Mr = 180)
dalam satu liter air. Pada suhu yang sama berapa tekanan osmotik larutan
pertama dibandingkan terhadap larutan kedua?
A. + larutan kedua D. sama dengan larutan kedua
B. 3 kali larutan kedua E. 3 kali larutan kedua
C. 3 kali larutan kedua
17. Untuk membuat 200 mL larutan urea yang isotonik dengan larutan NaC1 0,1
M diperlukan urea (Mr = 60) sebanyak . . . .
A. 1,2 gram D. 6 gram
B. 2,4 gram E. 7,2 gram
C. 3 gram

II. HUBUNGAN ANTARHAL

18. Semakin pekat larutan, semakin tinggi titik


didihnya
SEBAB
semakin pekat larutan, semakin besar penurunan tekanan uap jenuhnya.
19. Lapisan salju di jalan raya dapat dicairkan dengan menaburkan
kristal NaC1 SEBAB
NaC1 dapat menaikkan suhu salju sehingga mencair.
20. Bila dua jenis larutan yang berbeda konsentrasinya hanya dipisahkan oleh
suatu selaput semipermeabel maka air akan merembes dan larutan encer ke'
96
larutan yang lebih pekat
SEBAB
larutan encer mempunyai tekanan osmotik yang lebih besar daripada larutan
yang lebih pekat.
IV. ESAI
21. Asam sulfat 49% mempunyai massa jenis 1,4 kg L-1. Tentukan .kemolaran,
kemolalan, fraksi mol, tidak beku, titik didih, serta tekanan osmotik larutan
itu pada suhu 25°C. (Ar H = 1; 0 = 16; S = 32).
22. Sebanyak 46 grain gliserol (Mr = 92) dicampur dengan 27 gram air. Jika
tekanan uap air pada suhu tersebut = 30 mmHg, tentukanlah tekanan uap
larutan itu.

23 Gambar di samping adalah campuran


setimbang air-es.
a. Secara teori, berapakah suhu campuran itu?
Jelaskan jawabmu.
b. Apa yang akan terjadi jika ke dalam
campuran ditambahkan kristal garam
dapur?

24. Ke dalam 1 liter air, dilarutkan 12 gram urea. Jika diketahui massa molekul
relatif urea = 60, dan nilai Kf dan Kb air adalah 1,86°C m-1 dan 0,52°C m-1,
tentukanlah titik beku dan titik didih larutan itu.
25. Suatu larutan infus dalam tiap liter mengandung 0,2 gram CaC12.2H20; 0,3
gram KC1; 6 gram NaC1 dan 3,1 gram Na-laktat (NaC3H5O3).
a. Tentukanlah tekanan osmotik larutan tersebut pada 37°C?
b. Pada suhu yang sama, tekanan osmotik darah manusia adalah sekitar 7,4
atm Apakah larutan infus itu isotonik, hipotonik atau hipertonik dengan
darah?
(Ar H = 1; C = 12; 0 = 16; Na = 23; Cl = 35,5; R = 0,08205 L atm mol-1 K-1)

Peta
Konsep

97
5. LARUTAN ASAM DAN
BASA
Kimia asam basa menjadi inti kimia sejak dari zaman kuno sampai zaman
modern kini, dan memang sebagian besar kimia yang dilakukan di laboratorium di
zaman dulu adalah kimia asam basa. Ketika kimia mulai menguat di bidang studi
teoritisnya di akhir abad ke-19, topik pertama yang ditangani adalah kimia asam
basa. Akibat dari serangan teoritis ini, kimia menjadi studi yang sangat kuantitatif.
Jadi, bab ini sangat kuantitatif dibanding bab lain. Dalam bab, konsep penting
seperti konsentrasi ion hidrogen, konstanta ionisasi, hidrolisis, kurva titrasi,
larutan buffer, dan indikator akan didiskusikan. Konsep ini sangat mendasar dalam
kimia, dan sukar bagi Anda mempelajari kimia kimia tanpa konsep ini.

5.1. Konsep Asam dan Basa


Sebagian besar bahan kimia yang umum kita jumpai adalah asam dan
basa. Namun, hanya belakangan ini saja kimiawan dapat menyimpan dan
menggunakan dengan bebas berbagai asam basa dalam raknya di laboratorium.
Satu-satunya asam yang diketahui alkimia di zaman dulu adalah asam
asetat yang tak murni, dan basa yang dapat mereka gunakan adalah kalium
karbonat kasar yang didapatkan dari abu tanaman. Di abad pertengahan, kimiawan
98
Arab mengembangkan metoda untuk menghasilkan asam mineral semacam asam
hidrokhloratatau asam nitrat dan menggunakannya. Demikia juga basa-basa.
Bahkan, kata “alkali”, nama umum untuk basa kuat, berasal dari bahasa Arab.
Di zaman modern, peningkatan populasi dan dengan perlahan naiknya
standar mengakibatkan kebutuhan berbagai bahan juga meningkat. Misalnya,
sabun, awalnya merupakan barang mewah dan mahal, kini menjadi tersedia luas.
Akibatnya, kebutuhan natrium karbonat, bahan baku sapun, emingkat dengan
tajam. Kebutuhan pakaian juga meningkat, yang menyebabkan peningkatan
berbagai bahan kimia untuk pewarna dan sejenisnya. Untuk memenuhi kebutuhan
ini, kini menghasilkan sejumlah cukup asam dan basa bukan masalah yang
sederhana. Inilah awal munculnya industri kimia.
Di pertengahan abad ke-17, kimiawan Jerman Johann Rudolf Glauber
(1604-1670), yang tinggal di Belanda, menghasilkan dan menjual tidak hanya
berbagai asam dan basa, tetapi juga banyak alat kimia. Dalam hal ini ia dapat
disebut insinyur kimia pertama. Ia juga menjual natrium sulfat sebagai obat
mujarab dan mendapat keuntungan besar dari usaha ini.

5.2. Teori Asam dan Basa Arhenius


Di tahun 1886, Arrhenius mengusulkan teori disosiasi elektrolit, dengan teori ini ia
mendefinisikan asam basa sebagai berikut:
Teori asam basa Arrhenius
asam: zat yang melarut dan mengion dalam air menghasilkan proton (H+)
basa: zat yang melarut dan mengion dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH–)

Dengan demikian, keasaman asam khlorida dan kebasaan natrium hidroksida


dijelaskan denga persamaan berikut:
HCl + aq → H+(aq) + Cl–(aq) (5.1)
NaOH + aq → Na+(aq) + OH–(aq) (5.2)
(aq) menandai larutan dalam air.
99
Walaupun teori Arrhenius baru dan persuasif, teori ini gagal menjelaskan fakta
bahwa senyawa semacam gas amonia, yang tidak memiliki gugus hidroksida dan
dengan demikian tidak dapat menghasilkan ion hidroksida menunjukkan sifat
basa.
Proton, H+ , adalah inti atom hidrogen dan tidak memiliki sebuah elektron pun.
Jadi dapat diharapkan proton jauh lebih kecil dari atom, ion atau molekul apapun.
Karena H2O memiliki kepolaran yang besar, proton dikelilingi dan ditarik oleh
banyak molekul air, yakni terhidrasi (keadaan ini disebut hidrasi). Dengan kata
lain, proton tidak akan bebas dalam air. Bila proton diikat dengan satu molekul
H2O membentuk ion hidronium H3O+, persamaan disosiasi elektrolit asam
khlorida adalah:
HCl + H2O → H3O+ + Cl– (5.3)
Karena telah diterima bahwa struktur nyata dari ion hidronium sedikit lebih
rumit, maka proton sering hanya dinyatakan sebagai H+ bukan sebagai H3O+.

5.3. Teori Aasam Basa BrΦnsted dan Lowry


Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan
kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen
mengusulkan teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
Teori BrΦnsted dan Lowry
asam: zat yang menghasilkan dan mendonorkan proton (H+) pada zat lain basa:
zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.

Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai
reaksi asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s) (5.4)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida
mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun
100
basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai
asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah
menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam suatu larutan asam
dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+ (5.5)
asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2

Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan
perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut
hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2–
bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO3 2–
dan
H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan
keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.

H2O + CO3 → OH– + HCO3 –


2–
(5.6)
asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2

Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagao asam atau basa.
Air adalah zat amfoter yang khas. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan
ion hidronium dan ion hidroksida adalah contoh khas reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+ (5.7)
asam1 basa2 basa konjugat 1 asam konjugat 2

Contoh soal 9.1 pasangan asam basa konjugat


Tandai pasangan asam basa konjugat dalam reaksi berikut
HCO2H + PO4 → HCO2 – + HPO4
3– 2–

Jawab
HCO2H dan HCO2 – membentuk satu pasangan, dan PO4 dan HPO4 membentuk
3– 2–

pasangan lain.
Contoh Soal
5.1 Asam basa konjugat
Tuliskan reaksi disosiasi senyawa berikut, termasuk air yang terlibat, dan tandai

101
pasangan asam basa konjugasinya. (a) asam format HCOOH, (b) asam
perkhlorat HClO4
5.1 Jawab

(a) HCOOH + H2O ⇄ H3O+ + HCOO–

asam1 basa2 asam konjugat2 basa konjugat 1

(b) HClO4 + H2O ⇄ H3O+ + ClO4

asam1 basa2 asam konjugat2 basa konjugat 1

5.2 Konsentrasi ion hidrogen dan pH asam lemah


Hitung konsentrasi ion hidrogen dan pH asam asetat 0,001 mol dm–3, 0,01 mol
dm–3 dan 0,1 mol
dm–3. Ka asam asetat pada 25°C adalah 1,75 x 10–3 mol dm–3.
5.2. Jawab

Kira-kira [H+] = √(csKa). Maka [H+] dan pH dinyatakan sebagai berikut.

Asam asetat 0,001 mol dm–3; [H+] = 1,32 x 10–4 mol dm–3, pH = 3,91.
Asam asetat 0,01 mol dm–3; [H+] = 4,18 x 10–4 mol dm–3, pH = 3,39.
Asam asetat 0,1 mol dm–3; [H+] = 1,32 x 10–3 mol dm–3, pH = 2,28.
5.3. Perhitungan tetapan disosiasi

102
Dalam larutan 0,5 mol dm–3, disosiasi asam urat C5H4N4O3 sebesar 1,6 %.
Tentukan Ka asam urat. 9.6 Jawab
1,6 x 10–2 = [C5H3N4O3–]/0,5 moldm–3, [C5H3N4O3 –]= [H+] = 8,0 x 10–3 mol
dm–3. Jadi,
Ka = (8,0 x 10–3)2/0,50 = 1,28 x 10–4 mol dm–3.

5.4. Teori asam basa Lewis


Di tahun 1923 ketika BrΦnsted dan Lowry mengusulkan teori asam-basanya,
Lewis juga mengusulkan teori asam basa baru juga. Lewis, yang juga
mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori asam basa sebagai masalah
dasar yang harus diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan berdasarkan
hasil percobaan.
Teori asam basa Lewis
Asam: zat yang dapat menerima pasangan elektron.
Basa: zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron.

Semua zat yang didefinisikan sebagai asam dalam teori Arrhenius juga merupakan
asam dalam kerangka teori Lewis karena proton adalah akseptor pasangan elektron
. Dalam reaksi netralisasi proton membentuk ikatan koordinat dengan ion
hidroksida.

H+ + OH– ⇄ H2O (5.8)

Situasi ini sama dengan reaksi fasa gas yang pertama diterima sebagai reaksi asam
basa dalam kerangka teori BrΦnsted dan Lowry.

103
HCl(g) + NH3(g) ⇄ NH4Cl(s) (5.9)

Dalam reaksi ini, proton dari HCl membentuk ikatan koordinat dengan pasangan
elektron bebas atom nitrogen.
Keuntungan utama teori asam basa Lewis terletak pada fakta bahwa beberapa
reaksi yang tidak dianggap sebagai reaksi asam basa dalam kerangka teori
Arrhenius dan BrΦnsted Lowry terbukti sebagai reaksi asam basa dalam teori
Lewis. Sebagai contoh reakasi antara boron trifluorida BF3 dan ion fluorida F–.
BF3 + F– → BF4 – (5.10)
Reaksi ini melibatkan koordinasi boron trifluorida pada pasangan elektron bebas
ion fluorida. Menurut teori asam basa Lewis, BF3 adalah asam. Untuk
membedakan asam semacam BF3 dari asam protik (yang melepas proton, dengan
kata lain, asam dalam kerangka teori Arrhenius dan BrΦnsted Lowry), asam ini
disebut dengan asam Lewis. Boron membentuk senyawa yang tidak memenuhi
aturan oktet, dan dengan demikian adalah contoh khas unsur yang membentuk
asam Lewis.
Karena semua basa BrΦnsted Lowry mendonasikan pasangan elektronnya pada
proton, basa ini juga merupakan basa Lewis. Namun, tidak semua asam Lewis
adalah asam BrΦnsted Lowry sebagaimana dinyatakan dalam contoh di atas.
Dari ketiga definisi asam basa di atas, definisi Arrhenius yang paling terbatas.
Teori Lewis meliputi asam basa yang paling luas. Sepanjang yang dibahas adalah
reaksi di larutan dalam air, teori BrΦnsted Lowry paling mudah digunakan, tetapi
teori Lewis lah yang paling tepat bila reaksi asam basa melibatkan senyawa tanpa
proton.
Contoh Soal

104
5.3 Asam basa Lewis
Nyatakan manakah asam dan basa Lewis dalam reaksi-reaksi berikut.

(a) Cu2+ + 4NH3 ⇄ Cu(NH3)4 2+

(b) I– + I2 ⇄ I3 –

(c ) Fe2+ + 6H2O ⇄ Fe(H2O)63+

5.3 Jawab

(a) Cu2+ + 4NH3 ⇄ Cu(NH3)4 2+


, Cu2+ : asam Lewis, NH3: basa Lewis.

105
(b) I– + I2 ⇄ I3 –, I– : asam Lewis, I2: basa Lewis.

(c ) Fe2+ + 6H2O ⇄ Fe(H2O)63+ Fe2+: asam Lewis, H2O: basa Lewis.

9.4 Konsentrasi ion hidrogen dan pH asam kuat


Asam perkhlorat adalah asam kuat, dan disosiasinya dapat dianggap lengkap.
Hitung konsentrasi
ion hidrogen [H+] dan pH 5,0 mol dm–3 asam ini.
9.4 Jawab
[H+] = 5,0x10–3 mol dm–3; pH = -log[H+] = 2,30

5.5. Rangkuman Materi

1. arutan asam mempunyai rasa masam dan bersifat korosif terhadap logam,
sedangkan basa mempunyai rasa sedikit pahit dan bersifat kaustik. Larutan
basa bersifat korosif terhadap kulit.
2. Larutan asam dan basa dapat ditunjukkan dengan indikator asam- basa atau
dengan indikator pH-nya. Larutan asam mempunyai pH < 7, sedangkan
larutan basa mempunyai pH > 7.
3. Menurut Svante Arrhenius, penyebab sifat asam adalah ion W; sedangkan
penyebab sifat basa adalah ion OW.
4. Air mengalami ionisasi membentuk ion W dan ion OH- dalam jumlah yang
106
sama menurut persamaan kesetimbangan:
H20(/) 1-1+(aq) + OH-(aq)
Tetapan kesetimbangan air pada suhu kamar adalah KW = 1 x
5. Dalam larutan berair selalu berlaku: [W] x [OH-] = Kw; pH + pOH =
6. Asam dan basa ada yang tergolong elektrolit kuat, dan ada pula yang
tergolong elektrolit lemah. Asam atau basa kuat mengion sempurna (a - 1),
sedangkan asam atau basa lemah mengion hanya sebagian kecil (cc = 0).
7. Tetapan ionisasi asam (Ka) merupakan ukuran kekuatan asam; semakin besar
nilai K a, semakin kuat sifat keasamannya. Demikian juga dengan nilai Kb,
yang merupakan ukuran kekuatan basa.
8. Konsentrasi ion fr dalam larutan asam kuat dapat ditentukan dari
kemolaran asamnya. [}11 = M x valensi asam
9. Konsentrasi ion OH- dalam larutan basa kuat dapat ditentukan dari kemolaran
basanya. [011-] = M x valensi basa
10. Asam atau basa lemah hanya mengion sebagian kecil. Konsentrasi ion fr atau
ion OHhanya dapat ditentukan jika konsentrasi asam atau basa serta derajat
ionisasi atau tetapan ionisasi asam atau basa diketahui.
11. Untuk asam lemah berlaku: [H+]=
Mxa; [H+]= VKax M
12. Untuk basa lemah berlaku: [OW] =M
xa; [OM = AlKb x M
13. Tingkat keasaman larutan dinyatakan dalam skala pH; semakin asam larutan,
semakin kecil pH-nya.
14. pH = —log [HI pKa = —log Ka
pOH = —log [OM pKb = —log Kb
pKW = —log Kw
15. Asam polivalen mengion secara bertahap. pH larutan praktis hanya ditentukan
dari ionisasi tahap pertama: [H+] = ViCat x M
16. Indikator asam-basa adalah zat yang warnanya bergantung pada pH larutan.
17. Trayek pH indikator adalah batas-batas pH di mana indikator mengalami
perubahan warna.
18. pH larutan juga dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa indikator
yang diketahui trayek pH-nya.
19. Reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan.

107
20. Reaksi penetralan menghasilkan garam dan air.
21. Pendapat Bronsted-Lowry tentang asam
dan basa: Asam : donor proton
Basa : akseptor proton
22. Semakin kuat asam, semakin lemah basa konjugasinya: K a x Kb = K
23. Pendapat Lewis tentang asam dan
basa: Asam : akseptor pasangan
elektron Basa : donor pasangan
elektron

5.6. Latihan
"Kerendahanhati adalah suatu hal yang aneh. Di saat kau berpikir kau memilikinya, di
saat itulah kau tak lagi memilikinya."
1. Suatu indikator memberi warna merah dengan larutan kapur sirih. Indikator
Swami Chinmayananda
ini akan berwarna merah juga dalam.. . .
A. air jeruk D. larutan gula
B. air sabun E. larutan garam dapur
C. larutan cuka
2. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang . . . .
A. molekulnya mengandung atom hidrogen D. dapat bereaksi dengan ion
W
B. dapat melepas ion H+ dalam air E. dapat menghasilkan ion OW
C. dapat mengikat ion H+ dari air
3. Zat berikut ini tergolong asam, kecuali . .
A. HC1 D. S02(OH)2
B. CH3COOH E. P(OH)3
C. NH3
4. Di antara kelompok asam berikut yang bervalensi dua adalah . .
A. asam nitrat, asam cuka, asam fosfat
B. asam sulfit, asam karbonat, asam asetat
C. asam nitrat, asam klorida, asam sulfat
D. asam sulfat, asam sulfida, asam karbonat
E. asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat
5. Jika konsentrasi ion fl+ dalam larutan = 0,002 M, dan log 2 = 0,3, maka pH
larutan adalah . . ..

108
A. 3,3 D. 1,7
B. 2,7 E. 1,3
C. 2,3
6. Jika larutan P mempunyai pH = 5 dan larutan Q mempunyai pH = 6, maka
konsentrasi ion hidrogen dalam larutan P dan dalam larutan Q akan
berbanding sebagai . . . .
A. 1 : 0,1 D. 5 : 6
B. 1:2 E. log 5 : log 6
C. 1 : 10
7. Pada suatu suhu tertentu, harga tetapan kesetimbangan air (KO= 9 x 10-14.
Pada suhu tersebut, konsentrasi ion OH- dalam air murni adalah....
A. 1 x 10-1 M D. 9 x 10-7M
B. 1 x 10-7 M E. 1 x 10-14 M
C. 3 x 10-7M
8. Asam kuat mempunyai sifat sebagai berikut, kecuali . . . .
A. mempunyai nilai tetapan setimbang (Ka) yang besar
B. merupakan konduktor yang baik
C. mempunyai pH rendah
D. mempunyai lebih dari satu atom H dalam molekulnya
E. mempunyai derajat ionisasi
9. Perhatikan nilai tetapan ionisasi asam, Ka dari beberapa asam berikut.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Asam HA HB HC HD HE HG HK HL
K. 6,2 x 10-8 7,5 x 10-2 1,2 x 10-2 1,8 x 10-12 1,8 x 10-5 7 x le 6,7 x 10-5 9,6 x 10-7

Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kekuatan asam,


yaitu . .
A. HL >HE> HB D. HA >HG>HC
B. HB < HE < E. HB < HL < HD
HD
C. HL <HK <HC
10. Di antara kelompok asam berikut yang tergolong asam kuat adalah . . . .
A. asam klorida, asam sulfat, asam asetat
B. asam sulfat, asam nitrat, asam klorida
C. asam karbonat, asam asetat, asam fosfat
D. asam sulfida, asam fluorida, asam sianida
E. asam asetat, asam klorida, asam fosfat
11. Larutan asam klorida dalam air dengan pH = 2 akan berubah menjadi pH = 3
bila diencerkan . . . .
A. 10 kali D. 2,5 kali
109
B. 5 kali E. 1,5 kali
C. 3 kali

12. Sebanyak 10 mL larutan asam asetat dengan pH = 3 dicampurkan dengan 90


mL air. Berapakah pH larutan asam asetat itu sekarang? Ka = 1 x 10-5
A. 2 D. 3,5
B. 2,5 E. 4
C. 3
13. Larutan asam asetat (Ka = 2 x 10-5) yang mempunyai pH yang sama dengan
larutan 2 x 10-3 molar asam klorida, mempunyai konsentrasi . . . .
A. 0,1 molar D. 0,25 molar
B. 0,15 molar E. 0,4 molar
C. 0,2 molar
14. Warna larutan asam format 0,1 M (dengan volum tertentu) yang diberi dua
tetes suatu indikator adalah sama dengan warna larutan asam klorida 2 x 10-3
M (dengan volum sama) yang diberi juga dua tetes indikator tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa tetapan ionisasi asam format ialah . . . .
A. 8 x 10-8 D. 1 x 10-4
-4
B. 2 x 10 E. 1,6 x 10-9
C. 4 x 10-5
15. Sebanyak 0,25 mol gas amonia dilarutkan dalam 500 mL air dan terdisosiasi
1% di dalam larutannya. Tetapan kesetimbangan basa amonia tersebut
adalah....
A. 1,25 x 10-5 D. 5,00 x 10-5
-5
B. 2,50 x 10 E. 6,25 x 10-5
-5
C. 3,75 x 10
16. Hidrazin (N2H4) tenon menurut
persamaan: N2H4(aq) + H20(l)
N2H5+(aq) + OH-(aq).
Jika pada suhu tertentu, Kb N2H4 = 1,6 xdan KW = 1 x 10-14, maka konsentrasi
ion H+
dalam larutan hidrazin 0,1 M adalah . . . .
A. 2,5 x 10-12 D. 4 x 10-4
B. 2,5 x 10-11 E. 4 x 10-3
C. 1,6 x 10-7

17. Hasil pengujian terhadap berbagai ekstrak daun kelopak bunga sebagai
110
berikut:
Percobaa Warna Ekstrak Warna dalam Warna dalam
n Air Kapur (pH>7) Air Jeruk (pH<7)
1. merah kuning merah
2. kuning kuning jingga
3. hijau hijau hijau
4. biru kuning merah

Berdasarkan data percobaan di atas, ekstrak mahkota bunga yang


dapat digunakan sebagai indikator asam-basa adalah ekstrak yang
be rwarna
A. merah, kuning, dan hijau D. merah, hijau, dan biru
B. merah, kuning, dan biru E. hijau saja
C. kuning, hijau, dan biru

18. Jika 100 mL larutan asam klorida dengan pH = 2 dicampurkan pada 100 mL
larutan natrium hidroksida dengan pH = 10, akan diperoleh larutan dengan .
A. pH= 3 D. 2<pH<6
B. pH= 6 E. 3 <pH<6
C. 6<pH<10
19. Di antara spesi berikut, yang tidak mungkin berlaku sebagai asam
Bronsted-Lowry adalah
A. NH4+ D. CO32
B. H2O E. H2CO3
C. HCO3
21. Perhatikan reaksi asam-basa berikut.
I. CO32-(aq) + H20(l) --> HCO3(aq) + 011-(aq)
II. H2CO3(aq) + H20(l) --> HCO3(aq) + H30+(aq)
Pernyataan yang benar berdasarkan kedua reaksi di atas adalah . . .
A. spesi HCO3 berlaku sebagai asam pada reaksi I dan basa pada reaksi II
B. spesi HCO3 berlaku sebagai basa pada reaksi I dan basa pada reaksi II
C. spesi HCO3 berlaku sebagai asam pada reaksi I juga pada reaksi II
D. spesi HCO3 berlaku sebagai basa pada reaksi I juga asam pada reaksi II
E. spesi HCO3 adalah asam yang lebih kuat daripada H2CO3
22. Di antara pasangan di bawah ini yang merupakan pasangan asam-basa
konjugasi adalah
A. NH3 dengan NH2- D. PO43- dengan H2PO4
B. CH3COOH2+ dengan CH3C00- E. H2O dengan
1-
C. 1-1 dengan 0H
23. Dalam reaksi berikut ini,

111
CN-(aq) + H20(1) HCN(aq) + OH-(aq)
CN- berlaku sebagai basa, sesuai dengan teori . . . .
A. Arrhenius
B. Bronsted-Lowry
C. Lewis
D. Bronsted-Lowry dan Lewis
E. Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis

II. ESAI
30. Tentukanlah pH dari larutan-larutan berikut.
a. asam klorida 0,1 M
b. asam asetat 0,1 M
c. amonia 0,1 M
d. natrium hidroksida 0,1 M
e. kalsium hidroksida 0,01M
f. asam fosfat 0,1 M = 7,1xx 10-3;K = 6,3 x 10-8; Ka_3 10
= 4,2
-13
)
a2
31. Sebanyak 50 mL larutan asam klorida 0,1 M ditetesi dengan larutan natrium
hidroksida 0,1 M. Tentukan pH campuran pada saat volum larutan natrium
hidroksida yang ditambahkan:
a. 0 mL c. 50 mL
b. 25 mL d. 100 mL
32. Suatu larutan cuka makan mengandung 6% asam asetat. Jika diketahui massa
jenis cuka makan itu adalah 1 kg L-1, tentukanlah volum cuka itu yang harus
diencerkan untuk membuat 100 mL larutan dengan pH = 4. (Ka CH3COOH = 1
X 10-5)

Peta
Konsep

112
6. STOIKIOMETRI REAKSI
DAN TITRASI ASAM BASA
Pencampuran dua jenis zat belum tentu disertai reaksi. Logam
magnesium larut dalam larutan asam klorida, tetapi logam tembaga tidak.
Bagaimana kita dapat menentukan ada tidaknya reaksi pada pencampuran dua
jenis zat? Cara sederhana mengetahui hal itu adalah melalui pengamatan. Namun
demikian, jika kita mengetahui sifat-sifat zat yang dicampurkan, kita dapat
meramalkan terjadi-tidaknya reaksi. Dalam bab ini akan dibahas berbagai macam
reaksi yang mungkin terjadi dalam larutan elektrolit. Selanjutnya akan dibahas
tentang stoikiometri reaksi yang melibatkan larutan elektrolit, serta titrasi
asam-basa dan penerapannya untuk menentukan kadar larutan.

Pada subbab ini akan dibahas beberapa jenis reaksi dalam larutan
elektrolit, yaitu reaksireaksi asam-basa, reaksi logam dengan asam, dan
113
reaksi-reaksi dekomposisi rangkap. Pokok bahasan ini akan dimulai dengan
pembahasan tentang persamaan ion, yaitu suatu cara pemaparan reaksi yang
melibatkan larutan elektrolit

6.1. Berbagai Jenis Reaksi Larutan Elektrolit


Zat elektrolit dalam larutannya terdapat sebagai ion-ion. Oleh karena itu,
reaksi-reaksi yang melibatkan larutan elektrolit sesungguhnya juga merupakan
reaksi antarion. Suatu cara pemaparan reaksi kimia yang melibatkan larutan
elektrolit disebut persamaan ion. Dalam persamaan ion, zat elektrolit kuat
dituliskan sebagai ion-ionnya yang terpisah, sedangkan elektrolit lemah tetap
ditulis sebagai molekul atau senyawa netral tak terionkan. Perhatikanlah beberapa
contoh berikut.
Contoh 1:
Reaksi karbon dioksida (CO2) dengan natrium hidroksida
(NaOH) Persamaan reaksi (reaksi rumus):

CO2(g) + 2Na0H(aq)----> Na2CO3(aq) + H20(1) (setara)


Jika elektrolit kuat dalam larutan dituliskan sebagai ion-ion yang terpisah, kita
memperoleh persamaan ion lengkap. Dalam hal ini, natrium hidroksida dan
natrium
karbonat tergolong elektrolit kuat, sehingga persamaan ion lengkapnya dapat
ditulis:
CO2(g) + 2Ne(aq) + 2011-(aq) ----> 2Na+ + CO32-(aq) + H20(l)
Jika ion-ion yang tidak mengalami perubahan dihilangkan, akan diperoleh
persamaan ion bersih. Ion-ion yang tidak mengalami perubahan ini disebut juga
sebagai ion penonton. Dalam hal ini, ion Na+ merupakan ion penonton, sehingga
persamaan ion bersihnya dapat ditulis:
CO2(g) + 2011-(aq) ---->CO32-(aq) + H20(/)

Reaksi antara aluminium sulfat {Al2(SO4)3) dengan kalsium klorida (CaC12)


Persamaan reaksi (reaksi rumus):

Al2(SO4)3(aq) + 3CaC12(aq) --> 3CaSO4(s) + 2A1C13(aq)

114
Al2(SO4)3(aq), CaC12(aq), dan A1C13(aq) ditulis sebagai ion-ion yang
terpisah. Persamaan ion lengkap:
2A13+(aq) + 3SO42-(aq) + 3Ca2+(aq) + ---->3CaSO4(s) + 2A13±(aq) + 6C1-(aq)
Persamaan ion bersih:
3SO42-(aq) + 3Ca2+(aq) ----> 3CaSO4(s)

6.1.a.Reaksi-reaksi Asam-Basa

Asam dan basa bereaksi membentuk senyawa ion yang kita sebut garam. Garam
yang terbentuk terdiri dari kation basa dan anion sisa asam. Dalam arti yang lebih
luas, asam dan basa juga mencakup oksida asam dan oksida basa. Jadi, reaksi
asam-basa dapat berupa reaksi:

a. asam dengan basa


b. asam dengan oksida basa

c. oksida asam dengan basa


d. oksida asam dengan oksida basa
Oleh karena reaksi asam-basa telah dibahas dalam Bab 5, maka pada bagian ini
akan dibahas 3 reaksi lainnya.

a. Reaksi Oksida Rasa dengan Asam

Oksida basa adalah oksida logam yang dapat bereaksi dengan asam membentuk
garam dan air.

OKSIDA BASA + ASAM ---> GARAM + AIR

Reaksi terjadi karena ion H+ asam bereaksi dengan ion 02- dari oksida basa
membentuk air. Misalnya, reaksi antara kalsium oksida dan asam klorida berikut
ini.

Contoh 1:

Reaksi kalsium oksida dengan asam klorida encer

Reaksi rumus : CaO(s) + 2HC1(aq) —> CaC12(aq) + H20(l)


Reaksi ion lengkap :
115
CaO(s) + 2W(aq) + 2C1-(aq) ---> Ca2+(aq) + 2C1-(aq) + H20(l)
Persamaan ion bersih : CaO(s) + 2W(aq) —p Ca2+(aq) + H20(l)

Contoh 2:
Reaksi besi(III) oksida dengan asam sulfat encer
Reaksi rumus: Fe203(s) + 3H2SO4(aq) ---> Fe2(SO4)3(aq) + 3H20(l)
Reaksi ion lengkap :
Fe203(s) + 6H+(aq) + 3SO42-(aq) -->2Fe3+(aq) + 3SO42-(aq) + 3H20(l)
Persamaan ion bersih : Fe203(s) + 6H+(aq) ---> 2Fe3+(aq) + 3H20(1)

b. Reaksi Oksida Asam dengan Basa


Oksida asam adalah oksida nonlogam yang dapat bereaksi dengan basa
menghasilkan garam dan air.

OKSIDA ASAM + BASA --> GARAM + AIR


Reaksi terjadi karena ion OW basa bereaksi dengan oksida asam
membentuk anion sisa asam dan air. Misalnya, reaksi antara gas karbon dioksida
dengan basa berikut ini.
CO2 + 201-I- --> CO32- + H2O

Beberapa contoh oksida asam dan anion yang dibentuknya diberikan pada
Tabel 6.1
1
No. Oksida Asam Rumus Anion
1. SO2 5032-
2. SO3 5042-
3. P205 PO43
4. CO2 CO32-

Contoh 1:
Reaksi belerang dioksida dengan natrium hidroksida
Reaksi rumus S02(g) + 2NaOH(aq) --> Na2S03(aq) + H20(1)
Reaksi ion lengkap : S02(g) + 2Na+(aq) + 20H-(aq) —>

116
2Na+(aq) + S032-(aq) + H20(1)
Persamaan ion bersih : S02(g) + 20H-(aq) --> S032-(aq) + H20(1)

Contoh 2:
Reaksi karbon dioksida dengan air kapur [larutan Ca(OH)2]
Reaksi rumus : CO2(g) + Ca(OH)2(aq) > CaCO3(s) + H20(1)
Reaksi ion lengkap : CO2(g) + Ca (aq) + 20H-(aq) --> CaCO3(s) + H20(1)
2+

Oleh karena tidak ada ion penonton, maka persamaan di atas juga merupakan
persamaan ion bersih.

c. Reaksi Amonia dengan Asam


Reaksi amonia dengan asam membentuk garam amonium.

AMONIA (NH3) + ASAM —> GARAM AMONIUM

Reaksi terjadi karena ion 1-1+ dari asam bergabung dengan molekul amonia
membentuk ion amonium (ingat, NH3 adalah suatu basa Bronsted-Lowry).

NH3 + 1-1+ ---> NH4+


Contoh 1:
Reaksi amonia dengan asam klorida
Reaksi rumus: NH3(g) + HC1(aq) ------> NH4C1(aq)
Reaksi ion lengkap: NH3(g) + 1-1+(aq) + Cljaq) --------->NH4+(aq) +
C1-(aq)
Persamaan ion bersih : NH3(g) + H+(aq) ------> NH4+(aq)

d. Reaksi-reaksi Pergantian (Dekomposisi) Rangkap


Reaksi pergantian (dekomposisi) rangkap dapat dirumuskan sebagai berikut.

AB + CD ------> AD + CB

Senyawa AB dan CD dapat berupa asam, basa, atau garam. Reaksi dapat
berlangsung apabila AD atau CB atau keduanya memenuhi paling tidak satu

117
dan kriteria berikut.
1. sukar larut dalam air (mengendap)
2. merupakan senyawa yang tidak stabil
3. merupakan elektrolit yang lebih lemah dan AB atau CD

Contoh senyawa yang tidak stabil yaitu H2CO3 dan NH4OH. Kedua senyawa
ini segera terurai sebagai berikut.
H2CO3------> H20(/) + CO2(g)
NH4OH------> H20(/) + NH3(g)

Contoh 1:

Reaksi yang menghasilkan endapan

Reaksi antara larutan timbel(II) nitrat dengan larutan


kalium iodida Reaksi rumus : Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq)
--> PbI2(s) + 2KNO3(aq) Reaksi ini terjadi karena PbI2
mengendap.
Reaksi ion lengkap:
Pb2+(aq) + 2NO3(aq) + 2K+(aq) + 2I-(aq) —> PbI2(s) + 2K+(aq) + 2NO3(aq)
Persamaan ion bersih : Pb2+(aq) + 2r(aq) —> PbI2(s)

Contoh 2:

Reaksi yang menghasilkan elektrolit lemah


Reaksi padatan pualam dengan asam klorida encer
Reaksi rumus : CaCO3(s) + 2HCI(aq) --> CaCl2(aq) + H20(l)
+ CO2(g) Reaksi terjadi karena H2CO3 tidak stabil (hipotetis).

Reaksi ion lengkap :


CaCO3(s) + 2H+(aq) + 2Cr(aq) —> Ca2+(aq) + 2C1-(aq) + H20(l) + CO2(g)
Persamaan ion bersih : CaCO3(s) + 2H+(aq) —› Ca2+(aq) + H20(1) + CO2(g)

e. Reaksi Logam dengan Asam Kuat Encer


118
Reaksi logam dengan asam kuat (HC1 dan H2SO4) encer menghasilkan
garam dan gas hidrogen.
LOGAM + ASAM KUAT ENCER --> GARAM + GAS H2
Semua logam, kecuali tembaga, raksa, perak, emas, dan platina, larut
dalam asam kuat (HC1 atau H2SO4) encer membentuk garam dan gas
hidrogen.
Contoh 1:
Reaksi logam zink (Zn) dengan asam klorida (HC1) encer
Reaksi rumus: Zn(s) + 2HC1(aq) --------> ZnC12(aq) + H2(g)
Reaksi ion lengkap :
Zn(s) + 2H+(aq) + 2Cr(aq) -----> Zn2+(aq) + 2C1-(aq) + H2(g)
Reaksi ion bersih :
Zn(s) + aff(aq) ----> Zn2+(aq) + H2(g)
Contoh 2:
Reaksi logam besi (Fe) dengan asam sulfat (H2SO4) encer
Besi dapat membentuk senyawa dengan muatan +2 dan +3. Dalam reaksi ini, yang
terbentuk adalah besi dengan muatan +2.
Reaksi rumus: Fe(s) + H2SO4(aq) -----> FeSO4(aq) + H2(g)
Reaksi ion lengkap: Fe(s) + 2H+(aq) + SO42-(aq)--> Fe2+(aq) + SO42-(aq) + H2(g)
Reaksi ion bersih : Fe(s) + 2H+(aq) -------> Fe2+(aq) + H2(g)

6.2. Stoikiometri Reaksi dalam Larutan


Sebagaimana telah Anda ketahui, larutan merupakan campuran.
Banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan dapat diketahui jika volum dan
konsentrasi larutan diketahui.

Dari rumus: M =V n=VxM

Pada dasarnya, stoikiometri reaksi dalam larutan sama dengan


stoikiometri reaksi pada umumnya, yaitu bahwa perbandingan mol zat-zat
yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya.

1. Hitungan Stoikiometri Sederhana


119
Hitungan stoikiometri dengan salah satu zat dalam reaksi diketahui atau
dapat ditentukan jumlah molnya, digolongkan sebagai stoikiometri
sederhana. Penyelesaiannya dilakukan menurut langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Menuliskan persamaan setara reaksi.
2. Menentukan jumlah mol zat yang diketahui (yang dapat ditentukan jumlah
molnya).
3. Menentukan jumlah mol zat yang ditanyakan dengan menggunakan
perbandingan koefisien.

4. Menyesuaikan jawaban dengan hal yang ditanyakan.

Perhatikan contoh soal di bawah ini.

Contoh Soal 6.1 Menyelesaikan hitungan kimia sederhana

Gas hidrogen dapat dibuat dari reaksi logam zink dengan larutan asam
sulfat. Hitunglah volum asam sulfat 2 M yang diperlukan untuk dapat
menghasilkan 6,72 liter gas hidrogen (STP). Jawab:

· Logam zink larut dalam larutan asam sulfat encer menghasilkan gas
hidrogen menurut persamaan:
Zn(s) + H2SO4(aq) ZnSO4(aq) + H2(g)
· Zat yang diketahui dalam soal ini adalah hidrogen.
6,72 L
MO1 H2 =22,4 L 1 = 0,3 mol
· Zat yang ditanyakan adalah H2SO4.
Mol H2SO4 = 1 x 0,3 mol = 0,3 mol
· Hal yang ditanyakan adalah volum H2SO4.
n 0,3 moll ,
= 015 L
Volum H2SO4 = V = = M 2 mol
Contoh:
Logam aluminium bereaksi dengan gas oksigen membentuk aluminium oksida
padat menurut persamaan reaksi:

120
4A1(s) + 302(g) ---> 2Al203(s)

Campuran aluminium dengan oksigen akan ekivalen jika perbandingan


molnya 4 3.

 Misalnya direaksikan 8 mol aluminium (= koefisiennya dikali dengan 2),


maka jumlah oksigen yang dibutuhkan menjadi 3 x 2 mol = 6 mol.

 Jika jumlah aluminium yang direaksikan 0,5 mol (= koefisiennya dikali


dengan 0,5/4), maka jumlah oksigen yang diperlukan harus dikalikan
dengan 0,5/4, yakni (0,5/4) x 3 mol = 1,5/4 mol.

Oleh karena itu, langkah-langkah yang hams ditempuh adalah sebagai berikut.

 Tuliskan persamaan setara reaksi.

 Tentukan jumlah mol zat-zat yang diketahui.

 Bandingkan jumlah mol masing-masing zat dengan koefisien reaksinya


sehingga diketahui pengali yang digunakan. Pereaksi pembatas adalah zat
yang hasil bagi pengalinya paling kecil.

 Pergunakan pengali terkecil untuk menentukan jumlah mol hasil reaksi.


Tentukan jumlah mol zat yang ditanyakan berdasarkan perbandingan
koefisien dengan pereaksi pembatas.

Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah contoh soal berikut.

Contoh Soal 6.2 Menyelesaikan hitungan kimia dengan pereaksi pembatas

Hitunglah massa endapan yang terbentuk dari reaksi 50 mL timbel(II) nitrat 0,1 M
dengan 50 mL larutan kalium iodida 0,1 M. (A, Pb = 207; I = 127)

Jawab:

Persamaan setara reaksi larutan Pb(NO3)2 dengan larutan KI adalah:


Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) -+ PbI2(s) + 2KNO3(aq)
Menentukan pereaksi pembatas:

121
Jumlah mol Pb(NO3)2 = 50 mL x 0,1 mmol/mL
= 5 mmol
Jumlah mol KI = 50 niL x 0,1 mmol/mL
= 5 mmol
Mol Pb(NO3)25 c
Koefisien Pb(NO3)2 = 1 = (faktor pengalinya = 5)
Mol KI 5
——5 (faktor pengalinya = 2,5)
Koefisien KI 2 2,5

Oleh karena dikalikan dengan bilangan yang lebih kecil, maka pereaksi
pembatasnya adalah KI.
Jumlah mol PbI2 (endapan) yang terbentuk sama dengan koefisien reaksi
PbI2 dikalikan dengan pengali terkecil yaitu 2,5.
Mol PbI2 = 1 x 2,5 mmol
= 2,5 mmol
Massa PbI, = 2,5 mmol x { 207 + (2 x 127)} mg/mmol
= 2,5 x 461 mg
= 1152,5 mg
= 1,1525 g

Contoh Soal
1. Tentukan volum larutan natrium hidroksida 0,1 M yang diperlukan untuk
menetralkan:
a. 20 mL larutan asam klorida 0,2 M,
b. 20 mL larutan asam sulfat 0,2 M.
2. Tentukan volum larutan asam sulfat 4 M yang diperlukan untuk melarutkan 1
gram aluminium. Tentukanlah juga volum gas yang dihasilkan jika diukur
pada 27°C, 1 atm. (Ar Al = 27)
3. Hitunglah volum larutan kalsium klorida 0,2 M yang diperlukan untuk
mengendapkan ion fosfat yang terdapat dalam 200 mL larutan natrium fosfat
0,1 M.
4. Sebanyak 4 gram serbuk kalsium hidroksida dilarutkan dalam air hingga 100
mL. Hitunglah volum larutan asam klorida 0,2 M yang diperlukan untuk
122
menetralkan 25 mL larutan kalsium hidroksida tersebut. (Ar 0 = 16; Ca = 40).
5. Kalsium karbonat padat dan kalsium hidroksida padat bereaksi dengan larutan
asam klorida menurut persamaan:
CaCO3(s) +2HC1(aq)-----> CaC12(aq) + H20(1) + CO2(g)
Ca(OH)2(s) +2HC1(aq) -------> CaC12(aq) + 2H20(l)
Hitunglah volum larutan asam klorida 2 M yang diperlukan untuk
melarutkan 25 gram campuran yang mengandung 40% kalsium karbonat
dan 60% kalsium hidroksida (A, H = 1; C = 12; 0 = 16).
6. Sebanyak 2,4 gram suatu logam M (A, = 24) dilarutkan dalam larutan asam
sulfat berlebihan menghasilkan senyawa M2(SO4)x dan 2,24 liter gas hidrogen.
Tentukanlah rumus kimia senyawa tersebut dan tulislah persamaan setara
reaksinya.
7. Sebanyak 5,4 gram suatu unsur logam (L) bervalensi tiga dilarutkan dalam
larutan asam sulfat berlebihan.
2L(s) + 3H2SO4(aq) --> L2(SO4)3(aq) + 3H2(g)
Apabila volum gas hidrogen yang terbentuk adalah 6 liter (T, P), dan pada T, P
yang sama, 5 liter, karbon dioksida bermassa 11 gram, tentukanlah massa atom
relatif logam (L) tersebut.

6.3. TITRASI ASAM BASA

123
Sebelum mencapai titik ekuivalen  Setelah mencapai titik ekuivalen

Gambar 6.3.1. Rangkaian alat titrasi (Penetapan kadar larutan HO dengan larutan NaOH 0,1 M.
25 mL larutan HCI setelah diberi larutan fenolftalein secukup nya, ditetesi dengan larutan NaOH 0.1 M. Titik ekivalen
ditandai oleh perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah. )

Pernahkah Anda memperhatikan label yang tertera pada botol cuka


makan? Selain merek dan nama perusahaan yang memproduksi, umumnya
dicantumkan pula kadar asam cuka dalam cuka makan tersebut. Jika Anda diminta
memeriksa kebenaran dari kadar .rang dicantumkan, bagaimana Anda
melakukannya?
Penetapan kadar larutan asam dan basa dapat dilakukan melalui suatu
prosedur percobaan yang disebut titrasi asam-basa. Istilah titrasi berarti penetapan
titer atau kadar. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan
asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang
telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan
menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya.

6.3.a. Prosedur Titrasi Asam-Basa


Misalkan kita ingin menentukan kadar suatu larutan HC1 dengan
menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Untuk tujuan itu, kita perlu melakukan
percobaan untuk mengetahui berapa volum larutan NaOH 0,1 M yang ekivalen
dengan volum tertentu larutan HC1 tersebut. Untuk itu, sejumlah tertentu larutan

124
HC1 tersebut, misalkan 20 mL, ditempatkan dalam labu erlenmeyer, kemudian
ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M (dalam buret) sehingga keduanya ekivalen
(tepat habis bereaksi). Titik ekivalen dapat diketahui dengan bantuan indikator.
Titrasi (penetesan) dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan
warna. Saat indikator menunjukkan perubahan warna disebut titik akhir titrasi.
Titik ekivalen: pH pada saat asam dan basa tepat ekivalen.

Titik akhir titrasi : pH pada saat indikator berubah warna.


Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi yang tinggi, maka diusahakan
titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Oleh karena itu, harus
dipilih indikator yang mengalami perubahan warna di sekitar titik ekivalen.
Mengenai hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian berikutnya.
Contoh Soal
1. Tentukan titik ekivalen pada titrasi berikut, apakah < 7; > 7; atau sekitar 7.
a. larutan Ca(OH)2 dengan larutan HC1 0,1 M
b. larutan NH3 dengan larutan HC1 0,1 M
c. larutan KOH dengan larutan HC1 0,1 M

2. Untuk titrasi 25 mL larutan CH3COOH 0,15 M dengan larutan NaOH 0,1 M,


a. perkirakan pH awal,
b. perkirakan pH pada titik ekivalen,
c. perkirakan volum larutan NaOH yang diperlukan,
d. tentukan indikator yang diperlukan,
e. gambarkan (sketsa) kurva titrasinya.

3. Sebanyak 1,43 gram hidrat natrium karbonat, Na2CO3.xH2O, dilarutkan dalam


air dan volum larutan dijadikan tepat 100 mL. Sebanyak 50 mL dan larutan
itu tepat bereaksi dengan 10 mL larutan HC1 0,5 M. Tentukanlah rumus
senyawa hidrat tersebut.(ArH = 1; C = 12; 0 = 16; Na = 23)
4. Ke dalam 100 mL larutan CuC12 dialirkan gas hidrogen sulfida (H2S),
sehingga ion Cu2+ diendapkan sempurna menurut persamaan reaksi:
Cu2+(aq) + H2S(g) CuS(s) + 21-1+(aq)
Setelah kelebihan gas H2S dihilangkan, larutan tersebut dapat dinetralkan
dengan 50 mL larutan NaOH 0,2 M. Tentukanlah kemolaran larutan CuC12
tersebut.

125
6.4. Rangkuman Materi

1. Reaksi dalam larutan elektrolit dapat dituliskan dalam bentuk persamaan


ion. Dalam persamaan ion bersih, hanya spesi yang mengalami perubahan
yang dituliskan, sedangkan ion-ion penonton diabaikan.
2. Dalam menuliskan persamaan ion, hanya elektrolit kuat yang ditulis sebagai
ion-ion yang terpisah. Zat padat, cairan murni, dan elektrolit lemah tidak
diionkan.
3. Reaksi dalam larutan elektrolit terjadi karena ion-ion bergabung
membentuk endapan, elektrolit yang lebih lemah, senyawa hipotetis, atau
mengalami reaksi redoks.
4. Asam dengan basa saling menetralkan.
5. Reaksi dekomposisi rangkap akan berlangsung jika salah satu atau kedua
produknya:
 merupakan elektrolit lemah,
 berupa gas,
 sukar larut dalam air (mengendap),
 terurai (hipotetis).
6. Reaksi pendesakan dalam larutan dapat terjadi jika logam yang mendesak
lebih aktif daripada logam yang didesak.
7. Stoikiometri larutan mengikuti aturan-aturan stoikiometri umum, yaitu:

 Perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi sesuai dengan


koefisien reaksi.
 Banyaknya hasil reaksi ditentukan oleh jumlah mol pereaksi yang habis
lebih dahulu (pereaksi pembatas).
8. Reaksi penetralan asam-basa dapat digunakan untuk menentukan kadar
berbagai jenis zat melalui titrasi asam-basa.
9. Jika asam ditetesi basa, maka pH larutan akan naik. Sebaliknya, jika basa
ditetesi dengan asam, maka pH larutan akan menurun. Grafik perubahan pH
dalam titrasi asam-basa disebut kurva titrasi.
10. pH pada saat asam dan basa ekivalen disebut titik ekivalen.

11. Untuk menunjukkan titik ekivalen, perlu digunakan indikator yang sesuai,

126
yaitu indikator yang trayek pH-nya terletak pada daerah lonjakan pH.
12. pH pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir titrasi.

“Pengetahuan ada dua macam: yang telah kita ketahui


dengan sendirinya, atau yang hanya kita ketahui di mana is
bisa didapatkan."
Samuel Johnson

6.5. Latihan
I. PILIHAN GANDA
1. Garam yang terbentuk pada reaksi gas belerang dioksida dengan larutan natrium
hidroksida adalah
A. NaSO2 D. Na2SO4
B. NaHSO3 E. NaSO3
C. Na2SO3
2. Di antara logam berikut yang tidak larut dalam larutan asam sulfat encer adalah
....
A. tembaga D. besi
B aluminium E. zink
C. magnesium
3. Sepuluh mL larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,05 M akan tepat bereaksi
dengan larutan berikut, kecuali . . . .
A. 10 mL larutan HC1 0,05 M D. 1 mL larutan HNO3 0,5 M
B. 5 mL larutan CH3COOH 0,1 ME. 10 mL larutan H2SO4 0,0025 M
C. 10 mL larutan H2SO4 0,05 M
4. Untuk membuat 4 gram besi(III) sulfat (Mr = 400) dari besi(III) oksida
diperlukan larutan asam sulfat 0,1 M sebanyak . . . .
A. 10 mL D. 300 mL
B. 30 mL E. 600 mL
C. 100 mL
5. Suatu basa L(OH)3 sebanyak 15,6 gram tepat bereaksi dengan 29,4 gram asam
H2A. Jika ArL = 27; H = 1; dan 0 = 16, maka massa molar H2A adalah....
A. 114 g mol-1 D. 90 g more
B. 106 g morl E. 82 g mol-1
C. 98 g mot'
127
6. Sebanyak 100 mL air garam (larutan NaC1) direaksikan d'bngan larutan perak
nitrat berlebihan menghasilkan 7,175 gram endapan perak klorida menurut
persamaan:
NaCl(aq) + AgNO3(aq) —> AgCl(s) + NaNO3(aq)
Jika massa jenis air garam itu adalah 1,03 kg L-1, maka kadar NaCl adalah . . . .
(Ar Na = 23; Cl = 35,5; Ag = 108)
A. 1,42% D. 3,01%
B. 2,56% E. 5,12%
C. 2,84%
7. Pada penetapan kadar larutan CH3COOH dengan larutan NaOH sebaiknya
menggunakan indikator....
A. fenolftalein (trayek pH: 8,3 - 10,0)
B. metil merah (trayek pH: 4,2 - 6,3)
C. alizarin kuning (trayek pH: 10,1 - 12,0)
D. metil oranye (trayek pH: 2,9 - 4,0)
E. fenolftalein atau metil merah

II. ESAI
8. Gambarlah kurva titrasi pada titrasi:
a. basa kuat dengan asam kuat, c. asam lemah dengan basa kuat.
b. basa lemah dengan asam kuat, dan
9. Tentukan contoh indikator yang sesuai untuk titrasi berikut ini.
a. titrasi larutan kalsium klorida dengan larutan asam klorida
b. titrasi larutan amonia dengan larutan asam klorida c titrasi larutan
asam cuka dengan larutan kalium hidroksida
10. Konsentrasi asam klorida dalam lambung manusia adalah sekitar 0,08 M. Bila
seseorang mengalami lambung asam, konsentrasi asam klorida bisa mencapai
0,12 M. Sebuah tablet antasida mengandung 600 mg NaA1(OH)2CO3. Zat ini
bereaksi dengan asam dengan persamaan yang belum setara berikut.
NaAl(OH)2CO3(s) + 411+(aq) --> Na+(aq) + A13+(aq) + 3H20(/) + CO2(g)
Bila lambung mengandung 800 mL larutan asam klorida 0,12 M, apakah
konsentrasi asam klorida dalam lambung sudah mencapai keadaan normal
setelah menelan satu tablet antasida dengan air sebanyak 200 mL? (Ar H = 1; C
= 12; 0 = 16; Na = 23; Al = 27)
14. Kapur mati, Ca(OH)2, digunakan untuk menetralkan air danau yang menjadi
asam karena hujan asam. Apabila penyebab keasaman berupa asam sulfat dan
pH air danau adalah 4, berapa ton kapur mati diperlukan untuk menetralkan
128
air danau sebanyak 1 juta m3? (Ar H = 1; 0 = 16; Ca = 40)

Peta
Konsep

Senyawa kimia biasanya digolongkan ke dalam senyawa organik dan

129
senyawa

7. KIMIA
KARBON
anorganik. Penggolongan ini pada awalnya berdasarkan sumber senyawa
tersebut. Senyawa organik berasal dari makhluk hidup atau sisa-sisa makhluk
hidup, sedangkan senyawa anorganik berasal dari alam di luar makhluk hidup.
Dengan berkembangnya analisis kimia, diketahui bahwa senyawasenyawa organik
tersebut adalah senyawa karbon. Oleh karena itu, senyawa organik disebut juga
senyawa karbon. Pada tahun 1828, Frederick Wohler, seorang ahli kimia
berkebangsaan Jerman, berhasil membuat urea ketika memanaskan larutan
amonium sianat.
Pemanasan
NH4OCN --------------> CO NH
Dengan penemuan tersebut, anggapan bahwa senyawa organik harus
berasal dari makhluk hidup telah dipatahkan. Meski begitu, penggolongan
senyawa ke dalam senyawa organik dan senyawa anorganik tetap dipertahankan.
Akan tetapi, penggolongan tersebut kini lebih ditekankan pada sifat-sifat senyawa,
bukan lagi pada sumbernya. Sejak penemuan Wohler, jutaan senyawa karbon
organik telah dapat dibuat di laboratorium. Banyak dari senyawa karbon sintetis
tersebut bahkan tidak terdapat dalam makhluk hidup, tetapi karena kemiripan
sifat-sifatnya, senyawa-senyawa tersebut digolongkan ke dalam senyawa organik.
Contohnya adalah plastik, nilon, dan karet sintetis.
Senyawa organik perlu mendapat perhatian khusus, karena beberapa
alasan berikut. Pertama, karena jumlahnya yang sangat banyak. Kini, senyawa
organik yang telah dikenal ada sekitar sepuluh juta jenis senyawa, sedangkan
senyawa anorganik yang dikenal hanya sekitar satu juta jenis senyawa. Kedua,
karena peranannya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Senyawa-senyawa

130
penting dalam mahluk hidup, seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
hormon, dan DNA, adalah senyawa organik. Ketiga, karena senyawa organik
mempunyai sifat-sifat dan klasifikasi yang khas, yang berbeda dari senyawa
anorganik. Oleh karena itu, senyawa organik secara khusus dibahas dalam satu
cabang ilmu kimia, yaitu kimia organik. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua
senyawa karbon tergolong senyawa organik. Berbagai senyawa karbon, seperti
oksida karbon, karbonat, dan sianida, digolongkan ke dalam senyawa anorganik.
Sekali lagi, penggolongan ini didasarkan pada sifat-sifat senyawa tersebut.
Pada bagian pertama dari bab ini, akan dibahas cara menunjukkan
senyawa karbon kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang keunikan
atom karbon, serta penggolongan senyawa karbon. Pada bagian kedua, akan
dibahas salah satu golongan senyawa karbon, yaitu hidrokarbon. Selanjutnya,
pada bagian ketiga, akan dibahas minyak dan gas bumi. Minyak dan gas bumi
merupakan sumber utama hidrokarbon yang banyak digunakan sebagai bahan
bakar dan industri. Industri yang berbahan dasar minyak dan gas bumi disebut
industri petrokimia. Pada bagian terakhir, akan dibahas pencemaran udara akibat
pembakaran bahan bakar fosil.

7.1. SENYAWAORGANIK

1. Menunjukkan Karbon dan Hidrogen dalam Senyawa Karbon


Bahan yang berasal dari makhluk hidup umumnya merupakan senyawa
karbon. Hal ini dapat kita buktikan dalam kejadian sehari-hari. Perhatikanlah apa
yang terjadi ketika Sampel organik, seperti kayu, telur, daging, atau beras dibakar
pada suhu yang cukup tinggi. Bahan itu menjadi gosong, bukan? Hal itu terjadi
karena pemanasan menyebabkan senyawa karbon dalam bahan tersebut terurai
menjadi karbon yang berwarna hitam.

Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik, secara lebih
pasti dapat ditunjukkan melalui percobaan sederhana, yaitu dengan uji
pembakaran (lihat Gambar 7.1). Pembakaran sampel organik akan mengubah
131
karbon (C) menjadi karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H) menjadi air (H20).
Gas karbon dioksida dapat dikenali berdasarkan sifatnya yang mengeruhkan air
kapur; sedangkan air dapat dikenali dengan kertas kobalt karena air mengubah
warna kertas kobalt dari biru menjadi merah muda (pink).

Sampel + Oksidator ---> CO2(g) + H20(l)


CO2(g) + Ca(OH)2(aq) ---> CaCO3(s) + H20(l)
Air kapur

Kertas kobalt biru + H20(l) --> kertas kobalt merah muda

Sampel + CuO (oksidator)


Sebaian uap air akan mengembunn

Air kapur untuk menunjukkan


terbentuknya CO2

Gambar 7.1 Bagan percobaan untuk menunjukkan karbon dan hidrogen dalam sampel organik. Karbon
dan hidrogen akan teroksidasi menjadi karbon dioksida dan uap air. Terbentuknya karbon
dioksida dikenali dengan air kapur, sedangkan air dikenali dengan kertas kobalt.

Selain karbon dan hidrogen, unsur yang sering terdapat dalam senyawa
karbon adalah oksigen, nitrogen, fosforus, halogen, dan beberapa unsur logam.
Keberadaan unsur-unsur tersebut dapat ditunjukkan melalui berbagai percobaan,
tetapi hal itu tidak termasuk dalam cakupan buku ini. Keberadaan unsur oksigen
dalam sampel organik biasanya tidak ditunjukkan secara khusus, tetapi dapat
diketahui dari selisih massa antara sampel dengan jumlah massa karbon,
hidrogen, dan unsur lainnya.

Contoh
:

132
Suatu sampel sebanyak 2,3 gram dianalisis sehingga diketahui
mengandung 1,2 gram karbon dan 0,3 gram hidrogen. Sampel tersebut tidak
mengandung unsurunsur lain (selain C, H, dan 0). Massa karbon + hidrogen = 1,2
+ 0,3 = 1,5 gram. Jadi, dapat dipastikan bahwa sampel tersebut mengandung
oksigen, yaitu sebanyak 2,3 gram — 1,5 gram = 0,8 gram

7.2. Keunikan Atom Karbon

Di awal bab, telah disebutkan bahwa jumlah senyawa


karbon sangat banyak, jauh melampaui jumlah senyawa yang
tidak mengandung karbon. Apa keistimewaan atom karbon
Gambar. 7.2.. yang tidak dimiliki unsur lainnya? Temyata, keistimewaan
Konfigurasi
elek-tron atom unsur karbon tersebut berkaitan dengan letaknya dalam sistem
karbon
periodik unsur. Sebagaimana Anda ketahui, karbon (Z = 6)
terletak pada periode kedua golongan IVA. Posisi itulah yang
memberi keistimewaan pada sifat karbon.

7.2.a. Atom Karbon Mempunyai Empat Elektron Valensi


Sesuai dengan nomor golongannya, karbon mempunyai 4 elektron
valensi. Hal itu menguntungkan karena untuk mencapai kestabilan, karbon dapat
membentuk 4 ikatan kovalen. Unsur dari golongan lain tidak dapat membentuk
ikatan kovalen sebanyak itu kecuali jika melebihi konfigurasi oktet. Boron
(golongan IIIA) dan nitrogen (golongan VA) sebagai contoh, hanya dapat
membentuk 3 ikatan kovalen. Karbon membentuk ikatan kovalen dengan berbagai
unsur nonlogam, terutama dengan hidrogen (H), oksigen (0), nitrogen (N), dan
golongan halogen (F, Cl, Br, I), bahkan dengan beberapa unsur logam, seperti
magnesium.

Sesuai dengan nomor periodenya, yaitu periode kedua, atom karbon hanya
mempunyai 2 kulit atom sehingga jari-jari atom karbon relatif kecil. Hal ini
menyumbang dua keuntungan sebagai berikut.
133
1. Ikatan kovalen yang dibentuk karbon relatif kuat.
2. Karbon dapat membentuk ikatan rangkap dan ikatan rangkap tiga.
Mengenai energi ikatan dan syarat pembentukan ikatan rangkap/rangkap
tiga akan dijelaskan kemudian. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa kekuatan
ikatan kovalen bergantung pada jari-jari dan atom-atom yang berikatan. Semakin
besar jaii-jari atom, semakin lemah ikatan yang dibentuknya. Sementara itu, ikatan
rangkap hanya dapat dibentuk oleh atom yang relatif kecil, yaitu unsur periode
kedua dan beberapa unsur periode ketiga. Unsur periode keempat tidak
membentuk ikatan rangkap.

7.2.b. Atom Karbon Relatif Kecil


Bagaimana cara karbon dapat membentuk banyak persenyawaan?
Perwujudan dan keistimewaan atom karbon yang dibahas di atas adalah
kemampuan karbon membentuk rantai atom karbon. Atom karbon dengan empat
elektron valensi dapat membentuk ikatan antaratom karbon berupa ikatan
tunggal, ikatan rangkap, atau rangkap tiga. Selain itu, atom karbon dapat pula
membentuk rantai lingkar (siklik). Hal itulah yang menyebabkan mengapa
jumlah senyawa karbon menjadi sangat banyak.

Dengan menggunakan molymod, rakitlah sebanyak mungkin senyawa


yang mengandung 4 atom karbon dengan atom hidrogen, oksigen, nitrogen, dan
halogen. Ingat bahwa ikatan antaratom karbon dapat berupa ikatan tunggal, ikatan
rangkap, atau ikatan rangkap tiga. Gambarkan struktur dua dimensi dari setiap
senyawa yang berhasil Anda rakit. Setelah melakukan kegiatan ini, cobalah
berikan pendapat Anda tentang jumlah senyawa karbon (misalnya apakah jumlah
senyawa karbon terbatas atau tak terbatas).

Berdasarkan jumlah atom karbon yang diikatnya, atom karbon dengan


empat ikatan kovalen tunggal dibedakan atas atom karbon primer (1°), sekunder
(2°), tersier (3°), dan kuarterner (4°). Atom karbon primer adalah atom karbon
yang terikat langsung pada 1 atom karbon lainnya; atom karbon sekunder terikat
134
langsung pada 2 atom karbon lainnya; dan seterusnya. Perhatikan contoh berikut
ini

a. Perbedaan Sifat Senywa Organik dan Senyawa Anorganik

Meskipun tidak ada perbedaan sifat yang tegas antara senyawa organik dengan
senyawa anorganik, kedua kelompok senyawa tersebut mempunyai ciri umum
yang berbeda. Berikut ini perbedaan yang utama di antara keduanya.
Senyawa organik kurang stabil terhadap pemanasan. Umumnya senyawa
organik sudah pada 700°C. Seperti Anda amati dalam Kegiatan 7.1, sampel
organik mudah terurai (menjadi gosong). Hal itu terjadi karena senyawa organik
berikatan kovalen yang relatif lebih lemah dibandingkan ikatan ion yang sering
terdapat dalam senyawa anorganik.

b. Titik Cair dan Titik Didih

Senyawa organik umumnya mempunyai titik cair dan titik didih yang
relatif rendah. Banyak di antaranya yang berupa gas atau cairan pada suhu kamar.
Di lain pihak, senyawa anorganik, terutama yang merupakan senyawa ion,
mempunyai titik cair dan titik didih yang relatif tinggi.

c. Kelarutan
Senyawa organik lebih mudah larut dalam pelarut yang nonpolar (seperti
kloroform) daripada dalam pelarut polar (seperti air). Sebaliknya, senyawa
anorganik lebih mudah larut dalam pelarut polar
d. Kereaktifan
Reaksi-reaksi senyawa organik umumnya berlangsung lebih lambat
daripada reaksi senyawa anorganik, kecuali reaksi pembakaran. Banyak dari
senyawa organik yang mudah terbakar, tetapi kurang reaktif terhadap pereaksi
lain. Plastik, sebagai contoh, tidak bereaksi dengan asam, basa, bahkan dengan
akuaregia sekalipun
Contoh Soal

135
1. Manakah di antara senyawa berikut yang tergolong senyawa organik? Jelaskan
jawabanmu.
a. garam dapur (NaC1) d. karbon dioksida (CO2) f. sukrosa (C12H22011)
b. urea [CO(NH2)2] e. alkohol (C2H5OH) g. pasir (Si02)
c. batu kapur (CaCO3)
2. Apakah kayu tergolong senyawa karbon? Bagaimana Anda membuktikannya?
3. Pembakaran sempuma 3 gram suatu sampel organik menghasilkan 8,8 gram
karbon dioksida dan 5,4 gram air. Apakah zat tersebut mengandung unsur
selain karbon dan hidrogen? (A, H = 1; C = 12; 0 = 16)
4. Gambarlah suatu senyawa hidrokarbon yang mengandung atom karbon primer,
sekunder, tersier, dan kuartemer.

7.3. Hidro Karbon


Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang paling sederhana.
Hidrokarbon hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Walaupun
hanya terdiri dari dua jenis unsur, hidrokarbon merupakan suatu kelompok
senyawa yang besar. Dalam bagian ini, kita akan membahas tentang penggolongan
hidrokarbon, kemudian membahas tiga golongan hidrokarbon, yaitu alkana,
alkena, dan alkuna.
7.3.a. Penggolongan Hidro Karbon
Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon
dan jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon
digolongkan ke dalam hidrokarbon alifatik, alisiklik, atau aromatik. Hidrokarbon
alifatik adalah hidrokarbon rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan
aromatik memiliki rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon
aromatik berikatan konjugat, yaitu ikatan tunggal dan rangkap yang tersusun
selang-seling. Contohnya adalah benzena, C6H6, (lihat Gambar 7.4). Semua
hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatik digolongkan ke dalam
hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik dan aromatik mempunyai sifatsifat
yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik lebih mirip dengan hidrokarbon
alifatik. Nama alisiklik itu menyatakan adanya rantai lingkar (siklik), tetapi

136
sifatnya menyerupai senyawa alifatik.
Berdasarkan jenis ikatan antaratom karbonnya, hidrokarbon dibedakan
atas jenuh dan tak jenuh. Jika semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan
tunggal (—CC—), ia digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh. Jika terdapat satu
saja ikatan rangkap (—C =C—) atau ikatan rangkap tiga (—C C—), ia disebut
hidrokarbon tak jenuh.
Alana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan
rantai terbuka dan semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal.
Rumus Lewis, rumus bangun, rumus molekul, serta model dan nama dari 3
anggota pertama alkane

7.4. Hidoro Karbon Dalam Kehidupan

Minyak dan gas bumi (gas alam) merupakan bahan industri kimia yang
penting, karena darinya diperoleh berbagai produk yang kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahan-bahan atau produk yang dibuat dan minyak dan
gas bumi disebut petrokimia. Berikut ini adalah beberapa hidrokarbon yang
digunakan dalam pembuatan produk yang banyak kita temui

a. Polietilena

Polietilena adalah plastik yang paling banyak diproduksi. Plastik


polietilena antara lain digunakan sebagai kantong plastik dan plastik
pembungkus/sampul. Pembentukan polietilena dan etilena merupakan reaksi
polimerisasi:

nCH2= CH2 (– CH2 – CH2 –)n

Plastik polietilena (maupun plastik lainnya) yang kita kenal, selain


mengandung polietilena, juga mengandung berbagai bahan tambahan, misalnya
bahan pengisi, plasticer, dan pewarna.

137
b. PVC

PVC atau polivinilklorida juga merupakan plastik, yang antara lain


digunakan untuk membuat pipa (pralon) dan pelapis lantai. PVC dibuat dari
etilena melalui tiga tahapan reaksi sebagai berikut.

CH2=--- CH2 + C12 —> CH2C1—CH2C1 (adisi)


CH2C1 — CH2C1 —> CH2 = CHC1 + HC1 (pirolisis, pemanasan)
nCH2 = CHC1 ---> (—CH2—CHC1—), (polimerisasi)

c. Etanol
Etanol adalah bahan yang sehari-hari biasa kita kenal sebagai alkohol.
Etanol digunakan untuk bahan bakar atau bahan antara untuk berbagai produk
lain, misalnya asam asetat. Pembuatan etanol dari etilena melalui reaksi sebagai
berikut.
CH2= CH2 + H2O CH3—CH2OH (adisi)

d. Etilena glikol atau glikol

Glikol digunakan sebagai bahan antibeku dalam radiator mobil di daerah


berildim dingin. Reaksi pembentukan glikol berlangsung sebagai berikut.

CH2= CH2 + 02 -----------------> CH2 (adisi)


/2
O
etilena oksigen etilen oksida
CH —/CH2 + H2O —' CH2OH—CH20H
O
etilen oksida etilen glikol

e. Polipropilena
Plastik polipropilena lebih kuat dibandingkan dengan polietilena.
Polipropilena antara lain digunakan untuk karung plastik dan tali plastik.
Reaksi pembentukannya berlangsung sebagai berikut.

138
nCH3—CH = CH2 (—CH — CH2—), (polimerisasi)
CH3
propilena polipropilena

f. Gliserol
Zat ini antara lain digunakan sebagai bahan kosmetika (pelembab),
industri makanan. dan bahan untuk membuat peledak (nitrogliserin).

CH2OH CH2ONO 2
CHOH CHONO 2
CH2OH CH2ONO 2
gliserol nitrogliserin

g. Isopropil alkohol
Zat ini digunakan sebagai bahan-antara untuk berbagai produk petrokimia
lainnya. misalnya aseton (bahan pelarut, misalnya untuk melarutkan
pelapis kuku/kutek).

h. Butadiena
Beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar butadiena antara lain:
1. Karet sintetis, seperti SBR (styrene-butadiene-rubber) dan neoprena.
2. Nilon, yaitu nilon 6,6.

i. Isobutilena
Produk petrokimia yang berbahan dasar isobutilena antara lain adalah
MTBE (methyl tertiary butyl eter). Zat ini digunakan untuk menaikkan
nilai oktan bensin. MTBE dibuat dari reaksi isobutilena dengan
metanol.

CH3 CH3
CH3—C=C- H2 + CH3OH CH3—C—O—CH3
CH3
isobutilena metanol MTBE

j. Benzena

Umumnya, benzena diubah dahulu menjadi stirena, kumena, dan


139
sikloheksana sebelum diproses menghasilkan suatu produk.

1. Stirena digunakan untuk membuat karet sintetis, seperti SBR dan


polistirena.

2. Kumena digunakan untuk membuat fenol, selanjutnya fenol


digunakan untuk membuat perekat dan resin.
3. Sikloheksana digunakan terutama untuk membuat nylon, misalnya
nilon 6,6 dan nilon 6.

7.5. Rangkuman Materi


1. Karbon membentuk suatu golongan besar senyawa yang disebut senyawa
organic.
2. Sumber senyawa karbon adalah makhluk hidup dan sisa-sisa makhluk hidup.
3. Sebagian kecil senyawa karbon, seperti oksida, sianida, dan karbonat,
digolongkan ke dalam senyawa anorganik.
140
4. Senyawa karbon organik memegang peranan penting dalam kimia makhluk
hidup.
5. Keunikan atom karbon terjadi karena mempunyai empat elektron valensi dan
jari-jari atom yang tergolong kecil.
6. Karbon dapat membentuk rantai atom karbon dengan berbagai jenis ikatan
(tunggal, rangkap, atau rangkap tiga).
7. Selain hidrogen, unsur lain yang sering terdapat dalam senyawa karbon
adalah oksigen, nitrogen, belerang, fosforus, dan halogen.
8. Adanya karbon, hidrogen, dan oksigen dalam senyawa organik dapat
ditunjukkan dengan uji pembakaran.
9. Atom karbon dalam senyawa karbon dapat dibedakan atas karbon primer,
sekunder, terrier, dan kuarterner.
10. Senyawa karbon organik mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari senyawa
anorganik, misalnya dalam hal titik leleh/titik didih, stabilitas terhadap
pemanasan, kelarutan, dan kereaktifan.
11. Hidrokarbon adalah senyawa organik paling sederhana, terdiri dan karbon
dan hidrogen saja.
12. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon dapat dibagi ke dalam
senyawa alifatik, alisiklik, dan aromatik.
13. Hidrokarbon yang semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan
kovalen tunggal disebut hidrokarbon jenuh. Jika terdapat satu saja ikatan
karbon-karbon rangkap atau rangkap tiga, digolongkan sebagai hidrokarbon
tak jenuh.
14. Satu golongan senyawa dengan rumus umum yang sama dan sifat-sifatnya
bermiripan disebut satu homolog (deret sepancaran).
15. Palma merupakan hidrokarbon alifatik jenuh. Rumus umum homolog alkana
adalah C.H2n+2.
16. Alkena merupakan hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan
karbon-karbon rangkap ( –C=C– ). Rumus umum homolog alkena adalah
Crifl2n.
17. Alkuna mempunyai satu ikatan karbon-karbon rangkap tiga (—C dengan
rumus
umum Cnf121,2•
18. Sumber utama alkana adalah gas alam dan minyak bumi
19. Alkena dibuat dari alkana (minyak dan gas alam) melalui proses cracking.
20. Etuna dapat dibuat dan gas alam atau dari batu karbid.
141
21. Alkana, alkena, dan alkuna mempunyai tata nama tertentu.
22. Isomer adalah senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama,
tetapi berbeda struktur atau konfigurasinya.
23. Pada alkana dan alkuna hanya terdapat keisomeran struktur.
24. Pada alkena terdapat keisomeran ruang (keisomeran geometri) selain
keisomeran struktur.
25. Titik leleh dan titik didih hidrokarbon meningkat seiring dengan peningkatan
massa molekul relatifnya.
26. Titik leleh dan titik didih senyawa-senyawa yang merupakan isomer
berkurang seiring dengan pertambahan jumlah cabang dalam molekulnya.
27. Alkana adalah golongan senyawa yang kurang reaktif sehingga disebut
parafin. Reaksi penting alkana adalah pembakaran, substitusi, dan
perengkahan.
28. Alkena dan alkuna lebih reaktif daripada alkana karena mempunyai ikatan
rangkap/rangkap tiga. Reaksi penting dari alkena dan alkuna adalah adisi atau
penjenuhan.
29. Komponen utama dari minyak dan gas bumi adalah alkana.
7.6. Latihan

I. PILIHAN GANDA

1. Salah satu faktor yang menyebabkan senyawa karbon banyak jumlahnya adalah
....
A. karbon melimpah di kulit bumi D. titik didih karbon sangat tinggi
B. karbon mempunyai 6 elektron valensiE. karbon sangat reaktif
C. dapat membentuk rantai atom karbon

2. Di antara pernyataan berikut, yang benar tentang senyawa organik jika


dibandingkan dengan senyawa anorganik adalah . . . .
A. lebih mudah larut dalam air D. lebih stabil terhadap pemanasan
B. mempunyai titik didih lebih tinggiE. lebih mudah terbakar
C. lebih reaktif
3. Pasangan zat di bawah ini yang merupakan golongan senyawa hidrokarbon
adalah .
A. C2H6 dan C12H22011 D. CO2 dan H2O
B. CH4 dan C2H4 E. CH4 dan CO2
C. C2H4 dan C6H1206

4. Senyawa
142
CH3—CH2—CH—CH2—CH2—C(CH3)3
C2H5
mengandung atom karbon primer, sekunder, dan tersier berturut-turut sebanyak
..
A. 4, 3, 2 3 D. 5,
B. 5, 3, 2 4, E. 5,
C. 5, 4, 1 , 1

2 untuk senyawa berikut adalah . . . .


5. Nama yang benar
CH — CH, —CH —CH —CH — CH2 — CH3
I I I
H3C —CH CH3 CH2
CH3 CH3
A. 5-etil-4-metil-3-isopropilheptana
B. 5-etil-3-isopropil-4-metilheptana
C. 3-etil-5-isopropil-4-metilheptana
D. 3,5-dietil-2,4-dimetilheptana
E. isooktana
6. Salah satu penamaan berikut tidak sesuai aturan IUPAC, yaitu . . . .
A. 2-metilpropana D. 3-metilbutana
B. 2-metilbutana E. 3-metilheksana
C. 3-metilpentana
7. Nama IUPAC untuk senyawa
(CH3)2CH — C — CH — CH3
II I
CH2 C2H,
8. Suatu hidrokarbon mempunyai rumus empiris sebagai CH. Mr senyawa itu = 26.
Rumus molekul senyawa tersebut adalah . . . .
A. CH2 D. C2H6
B. C2H2 E. C3H3
C. C2H4
9. Suatu hidrokarbon mempunyai rumus empiris CH2 dan massa rnolekul relatif
56. Rumus struktur yang mungkin untuk senyawa itu adalah . .
A. CH2—CH2—CH2—CH2
B. CH2—CH=CH—CH3
C. CH3—CH=CH—CH3
D. CH3—CC—CH3
E. CH2=CH —CH3
10. Dari senyawa-senyawa berikut:
(1) CH3—CH2—CH2 ( 3) CH3

143
CH3 CH3— C—CH2—CH3
H
(2) CH3
I (4) CH3— CH—CH—CH3
CH3— C—CH3 I I
I CH3 CH3
CH3
yang merupakan isomer adalah .
A. (1) dan (2) D. (2) dan (4)
B. (1) dan (3) E. (2) dan (3)
C. (1) dan (4)
11. Senyawa berikut merupakan isomer dari isoheksana, kecuali . . . .
A. 3-metilpentana D. 2,3-dimetilbutana
B. heksana E. isopentana
C. 2,2-dimetilbutana
12. Jumlah isomer alkuna dengan rumus molekul C5H10 adalah . . . .
A. 3 D. 6
B. 4 E. 7
C. 5
13. Senyawa dalam satu deret homolog mempunyai sifat sebagai berikut, kecuali
A. sifat kimia yang mirip
B. rumus umum sama
C. persen komponen yang sama
D. makin panjang rantai karbon makin tinggi titik didih
E. perbedaan Mr dua suku berturutan sebesar 14

14. Pembakaran sempurna suatu hidrokarbon menghasilkan CO2 dan H2O dalam
jumlah mol yang sama. Hidrokarbon itu termasuk homolog . . . .
A. alkana D. alkadiena
B. alkena E. alkenuna
C. alkuna
15. Reaksi berikut ini,
CH3—CH = CH2 + HBr CH3—CHBr—CH3
tergolong reaksi . . . .
A. adisi D. perengkahan
B. substitusi E. pembakaran
C. polimerisasi

II. ESAI
16. Tuliskan struktur dan nama dari lima isomer heptena dengan rantai induk

yang mengandung 5 atom karbon. Tentukan mana di antara senyawa tersebut

144
yang mempunyai keisomeran geometri.
17. Suatu gas alam terdiri atas 80% metana, 10% etena, 5% propana, dan 5% gas
yang tidak dapat terbakar. Hitunglah volum udara (20% oksigen) yang
diperlukan untuk pembakaran sempurna 10 liter sampel gas tersebut.
18. Tulislah reaksi-reaksi pembentukan polietena dari etena.
19. Jelaskan mengapa asap buang kendaraan bermotor mengandung CO2, CO,
oksida belerang, oksida nitrogen, dan partikel timah hitam.
20. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan:
a. efek rumah kaca,
b. pemanasan global,
c. hujan asam, dan
d. pengubah katalitik.

Peta
Konsep

145
BAB 8
ALKANA
Kimia organik merupakan nama lain untuk kimia karbon. Lebih

dari 90% senyawa yang sudah dikenal merupakan senyawa


umumnya berupa ikatan kovalen Makhluk hidup mempergunakan
keragaman senyawa karbon untuk membentuk sistem yang kompleks. Dalam
Buku jilid 1 telah dibahas tiga keluarga (homolog) senyawa karbon, yaitu alkana,
alkena, dan alkuna. Dan pembahasan tersebut dapat kita ketahui bahwa
senyawa-senyawa dalam satu homolog mempunyai rumus umum yang sama dan
sifat yang bermiripan, sedangkan senyawa dari homolog yang berbeda mempunyai
sifat yang berbeda nyata.
Dalam bab ini, akan dibahas beberapa homolog turunan alkana, yaitu
senyawasenyawa yang dapat dianggap berasal dari alkana yang satu atau lebih
atom H-nya digantikan oleh atom atau gugus atom tertentu. Gugus pengganti itu
menjadi ciri khas dari setiap homolog sehingga disebut gugus fungsi. Bahasan
utama dalam bab ini adalah mengenai sifat-sifat homolog, reaksi pengenalan, tata
nama, keisomeran, serta kegunaan dan dampak dari beberapa senyawa dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
8.1. Gugus Fungsi
H H H H
I I I I
146
H—C—C— H H—C—C—
I I OH
H H I I
H H gugus fungsi OH
8.1.a. Pengertian Gugus Fungsi
etana (t.d. —89°C) etanol (t.d. = 7.8°C)

Bandingkanlah struktur etana dan etanol berikut.


Dari struktur di atas dapat kita lihat bahwa molekul etanol sama dengan
molekul etana, kecuali satu atom H diganti oleh gugus OH. Gugus pengganti ini
ternyata berdampak besar terhadap sifat senyawa yang bersangkutan, baik sifat
fisis maupun sifat kimia. Etanol (C2H5OH) mempunyai sifat yang berbeda sekali
dengan etana (C2H6). Dalam hal sifat-sifat kimia, gugus fungsi merupakan pusat
reaktivitas. Perubahan biasanya hanya terjadi pada gugus fungsi, sementara bagian
lain dari molekul tidak berubah. Sebagian contohnya, perhatikan reaksi etanol
dengan natrium berikut ini..
2C2 H5 —OH + 2Na --------> 2C2H5-0Na + H2
No Gugus Deret homolog Rumus Contoh Rumus Nama Rumus
Fungsi Umum Struktur IUPAC Molekul
1. -OH alkanol R-OH CH3-CH2OH etanol CnH2n+2 O

2 -O- alkoksi R-O-R CH3-O-CH3 metoksi CnH2n+2 O

alkana /eter metana


3 -CHO R-CHO CH3-CO-CH3 CnH2nO
alkanal/aldehid propanal

4 -CO- alkanon/keton R-CO-R CH3-CH2CHO propanon CnH2nO

5 -COOH asam alkanoat R-COOH CH3-COOH asam CnH2nO2


etanoat
6 -COOR alkyl alkanoat R-COOR CH3-COO-CH3 CnH2nO2
metil

147
etanoat

8.2. Tatanama Alkana


Penetapan nama senyawa turunan alkana pada dasarnya sama seperti
penetapan nama alkana. Cabang (cabang-cabang) ditulis terlebih dahulu, disusun
sesuai urutan abjad dan diawali dengan nomor yang menyatakan posisi cabang,
baru kemudian nama rantai induknya. Perhatikan contoh berikut
7 6 5 4 3 2 1

CH3—CH—CH—CH—CH2—CH--CH3 5-etil-4,6-dimetil-2-heptanol
I I I I cabang-cabang induk

CH CH3 CH3 OH disusun menurut abjad


CH32
I posisi gugus fungsi
Pada umumnya, penentuan nama senyawa turunan alkana dapat
dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi gugus fungsi.
2. Memilih rantai induk, yaitu rantai terpanjang yang mengandung gugus fungsi.
3. Menuliskan nomor, dimulai dari salah satu ujung sedemikian sehingga posisi
gugus fungsi mendapat nomor terkecil.
4. Menuliskan nama, dimulai dengan nama cabang (cabang-cabang), kemudian
nama rantai induk. Cabang-cabang sejenis digabung dan dinyatakan dengan
awalan di, tri, tetra, dan seterusnya. Penulisan cabang yang berbeda diurutkan
sesuai dengan urutan abjad.
Contoh
148
H HH HHH HHH
I I I I I I I I
HC
— — H—C—C— H—C—C—C— H—C—C—C—H I I
I I I I I I I
H HH HHH HH
metil etil propil isopropil

1. Tatanama Alkohol
a. Nama IUPAC
Nama alkanol diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran a menjadi ol
Contoh:
Alkana Alkanol
CH4 : metana CH3OH : metanol
C2H6 : etana C2H5OH : etanol
Posisi gugus fungsi ditunjukkan bila ada kemungkinan isomer. Perhatikan
beberapa contoh berikut.
1. CH
3—CH2—OH Etanol (posisi gugus fungsi tidak perlu disebutkan)
2. CH3—CH2—CH2-0H 1-Propanol
3. CH3—CH—CH3 2-Propanol
OH
b. Nama Lazim
Selain nama IUPAC, alkohol sederhana juga mempunyai nama lazim, yaitu alkil
alkohol.
R-OH
alkil alkohol
Perhatikanlah beberapa contoh berikut.
CH3-0H CH3—CH2-0H
metil alkohol etil alkohol

149
CH3
CH3—CH2—CH2-0H CH3—CH—OH
propil alkohol isopropil alkohol
CH3 CH3
CH3—CH—CH2-0H CH3—CH,—CH—OH
isobutil alkohol sek-butil alkohol

Contoh Soal
1. Tulislah nama IUPAC dari alkanol dengan struktur sebagai berikut.
a. CH3—CH—CH2—CH2-0H
CH3
b. CH3 OH CH3
I I I
CH3—CH—CH—CH—CH2—CH3
OH
c. CH3—CH—CH—CH(CH3)2
C2H5
2. Gambarlah struktur alkanol yang namanya:
a. 2,2-dimetil-l-propanol, d. isopropil alkohol,
b. 2,3-dimetil-1-heksanol, e. isobutil alkohol.
150
c. 3-kloro-3-etil-2-pentanol

3. Tata Marna Alkanal (Aldehida)


a. Nama WPAC
Nama alkanal diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran
a menjadi al.
Contoh:
Jumlah atom C Alkana Alkanal
1 Metana Metana/
2 Etana Etana/
Tata nama alkanal bercabang pada dasarnya sama seperti tata nama alkanol,
tetapi posisi gugus fungsi (—CHO) tidak perlu dinyatakan karena selalu menjadi
atom karbon nomor satu.
Contoh:
CHO
4 3 ' 12 3 4
CH3-CH-CH2-CHO CH3—CH—CH—CH3
I•
CH3 CH3
3-metilbutanal 2,3-dimetilbutanal
h. Nama Lazhn
Nama lazim aldehida diturunkan dari nama lazim asam karboksilat yang sesuai
dengan mengganti akhiran at menjadi aldehida dan membuang kata asam.
Contoh:
Jumlah atom C Asam karboksilat Aldehida
1 Asam format Formaldehida
2 Asam asetat Asetaldehida
3 Asam propionat Propionaldehida
4 Asam butirat Butiraldehida

151
4. Tata Nama Alkanon (Keton)
a. Nama IUPAC
Nama alkanon diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran
a menjadi on. Suku terendah dari alkanon adalah propanon, yang juga disebut
aseton. Perhatikanlah nama dari dua contoh alkanon berikut ini.
b. Nama IUPAC
Nama asam alkanoat diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran a
menjadi oat dan memberi awalan asam.

Tata nama asam alkanoat bercabang pada dasarnya sama seperti tata nama aldehida, yakni
posisi gugus fungsi tidak perlu dinyatakan karena selalu menjadi atom karbon nomor satu.
Perhatikanlah dua contoh berikut.
Contoh
: H3—CH—CH 2—COOH
C CH3—CH—CH—00011
CH3 I I
asam 3-metilbutanoat CH3 OH
asam 2-hidroksi-3-metilbutanoat

Jika menggunakan nama lazim, maka posisi gugus-gugus pengganti atau


cabangcabang dinyatakan dengan huruf Latin. Atom karbon yang terikat langsung
pada gugus —COOH, yaitu atom karbon nomor 2, ditandai dengan alfa (a), atom
karbon nomor 3 dengan beta ((3), atom karbon nomor 4 dengan gamma (y), dan
seterusnya. Atom karbon yang di ujung rantai biasanya ditandai dengan omega
(co).
Contoh:

a a
CH3—CH—COOH CH3—CH—CH—COOH

152
OH I I
CH3 OH

asam a-hidroksipropionat (asam laktat) asam ot-hidroksi-13-metilbutirat

8.4. Keisomeran

Keisomeran pada alkana, alkena, dan alkuna. Masih ingatkah apa yang
dimaksud dengan isomer? Isomer adalah senyawa-senyawa yang mempunyai
rumus molekul sama. Keisomeran dapat terjadi karena pebedaan struktur atau
karena perbedaan konfigurasi. Struktur mengambarkan bagaimana atom-atom
saling berkaitan dalam satu molekul, yaitu mengambarkan apa mengikat apa,
sedangkan konfigurasi mengambarkan susunan ruang atom-atom dalam satu
molekul. Senyawa-senyawa dengan rumus molekul dan strukur yang sama dapat
saja mempunyai konfigurasi yang berbeda. Perhatikan Gambar 4.2. Ketiga
senyawa tersebut mempunyai rumus molekul yang sama, yaitu C2H2C12. Senyawa
(a) dan senyawa (b) mempunyai struktur yang berbeda di mana atom karbon pada
kedua senyawa itu mengikat gugus-gugus yang berbeda. Senyawa (b) dan senyawa
(c) mempunyai struktur yang sama, tetapi konfigurasinya berbeda; pada senyawa
(b), kedua atom kloiin terletak pada sisi yang sama dari ikatan rangkap, sedangkan
pada senyawa (c), kedua atom klorin itu berseberangan.
Keisomeran karena perbedaan struktur disebut keisomeran struktur,
sedangkan keisomeran karena perbedaan konfigurasi disebut keisomeran ruang.
Keisomeran struktur dapat berupa keisomeran kerangka, keisomeran posisi, dan
keisomeran gugus fungsi, sedangkan keisomeran ruang dapat berupa keisomeran
geometri dan keisomeran optis.
153
Cl H Cl CI Cl H
\ / \ / \ /
C=C C=C C=C
/ \ / \ / \
Cl H H H H Cl
(a) (b) (c)

Keisomeran Optis
Dari ilmu fisika tentu Anda telah mengetahui apa yang dimaksud dengan
cahaya terpolarisasi (cahaya terkutub), yaitu cahaya yang hanya bergetar pada satu
bidang. Bidang getar itu disebut bidang polarisasi. Cahaya biasa dapat

Sudut putaran
d
Polarisato i
p
o
Cahaya
Larutan zat
yang bersifat
l
Cahaya Cahaya
optis aktif terpolarisas
a
Gambar 4.4 Zat yang bersifat optis aktif memutarkan bidang
polarisasi. ri
sasikan dengan menggunakan polarisator.
Berbagai jenis senyawa karbon menunjukkan suatu kegiatan optis, yaitu
dapat memutarkan bidang polarisasi. Ada yang memutarkannya ke kanan (searah
jarum jam), ada pula yang memutarkan ke kiri (berlawanan arah jarum jam).
Senyawa-senyawa yang dapat memutarkan bidang polarisasi, kita rebut bersifat
optis aktif.
Keisomeran optis berkaitan dengan sifat optis. Satu contoh senyawa yang
menunjukkan kegiatan optis adalah 2-butanol. Dikenal dua jenis 2-butanol Satu
memutarkan bidang polarisasi 13,52° ke kanan (searah jarum jam), dan satu lagi
memutar 13,52° ke kiri (berlawanan arah jarum jam). Arah putaran selanjutnya
dinyatakan dengan tanda (+) atau d (baca: dekstro) untuk pemutar kanan, dan (–)

154
atau 1 (baca: levo) untuk pemutar kiri. Jadi, 2-butanol mempunyai 2 isomer optis,
yaitu d-2-butanol dan 1-2- butanol. (Perhatikan bahwa sudut putarannya adalah
sama kecuali arahnya yang berbeda).
Bagaimanakah keisomeran optis itu terjadi? Menurut Lebel dan van't
Hoff, keisomeran optis disebabkan adanya atom karbon asimetris dalam molekul,
yaitu atom C yang terikat pada 4 gugus yang berbeda. Dalam 2-butanol, atom C
nomor 2 merupakan atom C asimetris karena terikat pada 4 gugus yang berbeda,
yaitu –C2H5, –H, –OH, dan –CH3. Atom C asimetris itu ditandai dengan tanda
asterik (*) sebagai berikut.
Senyawa yang mempunyai atom karbon asimetris bersifat kiral (seperti
tangan kita; Yunani: khiral = tangan kita). Kedua tangan kita mempunyai bentuk
yang sama tetapi tidak setangkup. Tangan kanan tidak dapat ditindihkan di atas
tangan kiri sehingga jari-jari sejenis saling bertumpang tindih. Tangan kiri
identik dengan bayangan cermin dan tangan kanan (lihat Gambar 4.5). Bahwa
kedua tangan kita tidak setangkup juga dapat dibuktikan dengan sarung tangan.
Sarung tangan kanan tidak dapat digunakan untuk tangan kiri, bukan?
Hal yang sama terjadi pada senyawa yang mengandung atom C asimetris.
Senyawa ang mengandung 1 atom C asimetris (misalnya 2-butanol),
mempunyai 2 bentuk konfigurasi yang tidak setangkup, yang satu merupakan
bayangan cermin dan yang lain (hal ini akan menjadi lebih jelas jika Anda
menggunakan molymod). Kedua bentuk konfigurasi dan 2-butanol. Kedua
isomer optis dan 2- butanol dikaitkan dengan dua bentuk konfigurasi tersebut.
Jika bentuk A merupakan pemutar kanan, maka bentuk B adalah pemutar kiri,
atau sebaliknya.
Semakin banyak jumlah atom C asimetris dalam molekul, semakin banyak
pula kemungkinan konfigurasi molekulnya dan semakin banyak isomer optisnya.
Senyawa yang mengandung n atom C asimetris dapat mempunyai
sebanyak-banyaknya 2' isomer optis. Jadi, senyawa yang mempunyai 2 atom C
asimetris dapat mempunyai sebanyak-banyaknya 22 = 4 isomer optis; yang
155
mempunyai 3 atom C asimetris dapat mempunyai 23 = 8 isomer optis; dan
seterusnya.
Senyawa-senyawa yang berisomer optis biasanya digambarkan secara
vertikal dengan gugus fungsi berada di atas. Konfigurasi molekul pada atom
karbon asimetris dibedakan dengan menempatkan dua gugus yang berbeda pada
sisi yang berbeda. Perhatikanlah letak gugus-gugus –OH pada contoh berikut.

HH
II
asam 2,3-dihidroksi butanoat, CH3—C3—C2—COOH
I I
OH OH
mempunyai dua atom C asimetris, yaitu atom karbon nomor 2 dan nomor 3.
Senyawa ini mempunyai 22 = 4 isomer optis. Konfigurasi dari keempat
isomer itu dapat digambarkan sebagai berikut.

COOH COOH COOH COOH


I I I I
H—C—OH HO—C—H H—C—OH HO—C—H
I I I I
H—C—OH HO—C—H HO—C—H H—C—OH
I I I I
CH3 CH3 CH3 CH3
(I) (II) (III) (IV)

8.5. Reaksi Hidrokarbon

1. Berbagai Jenis Reaksi Senyawa Karbon


Reaksi senyawa karbon pada umumnya merupakan pemutusan dan pembentukan
ikatan kovalen. Pada bagian ini, akan dibahas beberapa jenis reaksi senyawa
karbon, yaitu reaksi substitusi, adisi, dan eliminasi.
a. Substitusi

156
Pada reaksi substitusi, atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul
digantikan oleh atom atau gugus atom lain. Reaksi substitusi umumnya terjadi
pada senyawa yang jenuh (semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan
tunggal), tetapi dengan kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.
Perhatikanlah beberapa contoh berikut.
Contoh 1:
Halogenasi hidrokarbon (penggantian atom H oleh
halogen): CH4 + C12 --------> CH3C1 + HC1
(monosubstitusi)

Contoh 2:
Penggantian gugus –OH oleh halogen:
CH3CH2OH + HC1(pekat) —> CH3CH2C1 + H20
b. Adisi
Reaksi adisi terjadi pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap
atau rangkap tiga, mnasuk ikatan rangkap karbon dengan atom lain, seperti
C=0 atau Pada :eaksi adisi, molekul senyawa yang mempunyai ikatan
rangkap menyerap atom atau zugus atom sehingga ikatan rangkap berubah
menjadi ikatan tunggal.
2. Reaksi-reaksi Alkohol
Sebelum membahas reaksi-reaksi alkohol, perlu Anda ketahui
penggolongan alkohol ke dalam alkohol primer, sekunder, dan tersier. Dalam
Buku jilid 1 telah dijelaskan bahwa atom karbon pada alkana dibedakan atas atom
karbon primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Atom karbon primer ialah atom
karbon yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain, atom karbon
sekunder terikat langsung pada dua atom karbon yang lain, dan seterusnya.
Perhatikan contoh berikut.
1° 1°
CH3 CH3
157
1° 2° I 2° 4°I 1°
CH3—CH2—CH—CH2—C—CH3

CH3

Berdasarkan jenis atom karbon yang mengikat gugus —OH,
alkohol dibedakan atas alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
tersier. Dalam alkohol primer, gugus —OH terikat pada atom karbon
primer, dan seterusnya.
3. Reaksi dengan Logam Aktif
Atom H dari gugus —OH dapat disubstitusi oleh logam aktif seperti natrium dan
kalium, membentuk alkoksida dan gas hidrogen. Reaksi ini mirip dengan reaksi
natrium dengan air, tetapi reaksi dengan air berlangsung lebih cepat. Reaksi ini
menunjukkan bahwa alkohol bersifat sebagai asam lemah (lebih lemah daripada
air).
2C2H5-0H + 2Na ----------------> 2C2H5-0Na + H2
Na-etoksida
b. Substitusi Gugus —OH oleh Halogen
Gugus OH alkohol dapat disubtitusi oleh atom halogen bila direaksikan dengan
HX pekat, PX3 atau PX5 (X = halogen).
Contoh:
C2H5OH + HC1 (pekat) --> C2H5C1 + H2O
3C2H5OH + PC13 —> 3C2H5C1 + H3P03
C2H5OH + PC15 —> C2H5C1 + POC13 + HC1
c. Oksidasi Alkohol
Alkohol sederhana mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Oleh karena itu, etanol digunakan sebagai bahan bakar (spiritus). Reaksi
pembakaran etanol, berlangsung sebagai berikut.
C2H5OH(l) + 3O2(g) —i 2CO2(g) + 3H20(g) + kalor
158
Dengan zat-zat pengoksidasi sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam
lingkungan asam, alkohol teroksidasi sebagai berikut.
i. Alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut
membentuk asam karboksilat.
ii. Alkohol sekunder membentuk keton.
iii. Alkohol tersier tidak teroksidasi.
Dalam hal oksidasi alkohol, sebuah atom oksigen dari oksidator akan
menyerang atom H-karbinol, yaitu atom H yang terikat pada atom karbon
karbinol (atom karbon yang mengikat karbon karbinol gugus OH).
d. Petnbentukan Ester (EsterifIkasi)
Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat membentuk ester dan air.
0 0
II II
R—C—OH + R'—OH ------- R— C—OH + H2O
asam karboksilat alkohol ester air
Mengenai reaksi pengesteran ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian ester.

e. Dehidrasi Alkohol
Jika alkohol dipanaskan bersama asam sulfat pekat akan mengalami dehidrasi
(melepas molekul air) membentuk eter atau alkena. Pemanasan pada suhu sekitar
130°C menghasilkan eter, sedangkan pemanasan pada suhu sekitar 180°C
menghasilkan alkena. Reaksi dehidrasi etanol berlangsung sebagai berikut.
H H H H
I I it,s04
CH3—C—OH + H—O—C—CH3 -------------------->CH3—C-----0—C—CH3
+ H2O
I30°C
H H
etanol dietil eter
159
3. Reaksi-reaksi Eter
a. Pembakaran
Eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Contoh

CH3-0—CH3 + 302 --> 2CO2 + 3H20


b. Reaksi dengan Logatn Aktif Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi
dengan logam natrium (logam aktif).
R—OH + Na —> R—ONa + p-12 R—O—R + Na / > (tidak ada reaksi)
c. Reaksi dengan PC15
Eter bereaksi dengan PC15, tetapi tidak membebaskan
HC!. R—O—R' + PC15 ---------------> R—Cl + R'—C1 + POC13
d. Reaksi dengan Hidrogen Halida (HX)
Eter terurai oleh asam halida, terutama oleh HI.
Jika asam halida terbatas:
R—O—R' + HI --------->R—OH + R'—I

f. Membedakan Alkohol dengan Eter


Alkohol dan eter dapat dibedakan berdasarkan reaksinya dengan logam natrium
dan fosforus pentaklorida.
a. Alkohol bereaksi dengan logam natrium membebaskan hidrogen, sedangkan
eter tidak bereaksi.
b. Alkohol bereaksi dengan PC15 menghasilkan gas HC1, sedangkan eter
bereaksi tetapi tidak menghasilkan HC1.
R-O-H + PC15 --> R Cl + H-Cl + POC13
R-O-R' + PC15 --> R-C1 + R'-C1 + POC13
Contoh Soal 4.2 Membedakan alkohol dengan eter Senyawa A dengan rumus
molekul C4H100 mempunyai sifat-sifat:
(1) bereaksi dengan logam natrium membentuk gas hidrogen,
160
(2) bereaksi dengan larutan kalium dikromat dalam suasana asam membentuk
suatu keton.
Berdasarkan data tersebut, tulislah struktur senyawa A itu. Jawab:
· Berdasarkan rumus molekulnya, yaitu C4H100, senyawa A ini dapat
berupa alkohol atau eter karena memenuhi rumus umum C6H26+20.
· Oleh karena senyawa A bereaksi dengan natrium membentuk hidrogen,
maka senyawa tersebut merupakan alkohol (eter tidak bereaksi dengan
natrium).
· Oleh karena oksidasi senyawa A menghasilkan keton, maka senyawa A
haruslah suatu alkohol sekunder.
· Ada 4 isomer alkohol dengan rumus C41-1/00, hanya satu di antaranya
yang merupakan alkohol sekunder, yaitu 2-butanol.
· Senyawa A adalah 2-butanol atau sekunder butil alkohol.
CH3—CH—CH2—CH3
OH

8.6. Rangkuman Materi


1. Gugus fungsi adalah atom atau gugus atom yang paling menentukan sifat
suatu senyawa. Gugus fungsi merupakan ciri khas dari suatu homolog dan
merupakan pusat reaktivitas molekul.
2. Beberapa contoh gugus fungsi penting adalah —OH (alkohol), —0— (eter),
—CHO (aldehida), —CO— (keton), —COOH (asam karboksilat), —COO—
(ester), dan —X (halida).
3. Snyawa turunan alkana adalah senyawa-senyawa yang dapat dianggap berasal
dari alkana dengan satu atau lebih atom H-nya digantikan oleh gugus fungsi
tertentu.
4. Tata nama senyawa karbon diatur dalam tata nama IUPAC. Nama senyawa
yang didasarkan pada aturan IUPAC disebut nama sistematis atau nama
IUPAC. Selain nama sistematis, senyawa karbon sering mempunyai nama lain
161
yang lazim digunakan dalam kehidupan seharihari maupun dalam
perdagangan
5. Penetapan nama senyawa turunan alkana dapat dilakukan dalam empat tahap,
sebagai berikut.
 Mengenali gugus fungsi.
 Memilih rantai induk, yaitu rantai terpanjang yang mengandung gugus
fungsi.
 Memberi nomor, dimulai dan salah satu ujung sehingga posisi gugus
fungsi mendapat nomor terkecil.
 Penulisan nama, dimulai dengan nama cabang (cabang-cabang) kemudian
nama rantai induk.

6. Senyawa karbon menunjukkan berbagai macam keisomeran yang dapat dibagi


ke dalam keisomeran struktur dan keisomeran ruang.
 Keisomeran struktur terjadi karena perbedaan struktur, yaitu cara
atom-atom saling berikatan (apa mengikat apa).
 Keisomeran ruang terjadi kerena perbedaan konfigurasi molekul, yaitu
susunan ruang atom-atom dalam molekul.
 Senyawa-senyawa yang berisomer ruang mempunyai struktur yang sama,
tetapi konfigurasi molekul berbeda.
7. Keisomeran struktur dapat berupa keisomeran kerangka, keisomeran posisi,
dan keisomeran gugus fungsi.
 Keisomeran kerangka terdapat antarsenyawa yang mempunyai rumus
molekul sama, tetapi mempunyai rantai induk yang berbeda.
 Keisomeran posisi terdapat antarsenyawa yang mempunyai rumus
molekul dan kerangka yang sama, tetapi letak gugus fungsinya berbeda.
 Keisomeran gugus fungsi terdapat antarsenyawa yang mempunyai rumus
molekul sama, tetapi gugus fungsinya berbeda.

162
8. Pasangan senyawa yang berisomer fungsi adalah sebagai berikut.
 Alkanol dan alkoksi alkana, rumus umum CnH2n+20•
 Alkanal dan keton, rumus umum CnH2n0.
 Asam alkanoat dan ester, rumus umum CnH2n02
9. Keisomeran ruang dapat berupa keisomeran geometri dan keisomeran optis.
 Keisomeran geometri terdapat dalam senyawa-senyawa yang mempunyai
bagian molekul yang kaku, di mana satu atom tidak dapat berputar bebas
terhadap atom lain yang terikat padanya, seperti ikatan rangkap dan cincin.
keisomeran geometri mempunyai dua bentuk konfigurasi, yaitu cis dan
trans.
 Keisomeran optis terdapat dalam senyawa yang mempunyai atom karbon
asimetris.
 Senyawa yang mempunyai n atom karbon asimetris dapat mempunyai
sebanyakbanyaknya 2' isomer optis.
 Senyawa-senyawa yang berisomer optis mempunyai putaran optis yang
berbeda.
10. Reaksi senyawa karbon dapat berupa substitusi, adisi, atau eliminasi.
 Reaksi substitusi adalah penggantian suatu atom atau gugus atom oleh
atom atau gugus atom lain.
 Reaksi adisi adalah penjenuhan ikatan rangkap.
 Reaksi eliminasi adalah pelepasan molekul tertentu sehingga membentuk
senyawa yang tidak jenuh.
11. Reaksi-reaksi alkohol adalah sebagai berikut.
 Dengan logam aktif, misalnya dengan natrium, membebaskan hidrogen.
 Substitusi OH oleh halogen jika direaksikan dengan HX , PC13, atau
PC15.
 Oksidasi.
 Esterifikasi.
 Dehidrasi.
163
 Oksidasi alkohol primer membentuk aldehida.
 Oksidasi alkohol sekunder menghasilkan keton.
 Alkohol tersier tidak dapat dioksidasi oleh pengoksidasi-pengoksidasi
biasa.
12. Eter dapat dipecahkan oleh asam halida (khususnya HI) membentuk alkil
halida dan/atau alkohol.
13. Alkohol dan eter dapat dibedakan berdasarkan reaksinya dengan natrium;
alkohol bereaksi sedangkan eter tidak.
14. Aldehida merupakan reduktor yang lebih kuat daripada keton. Kedua
golongan senyawa ini dapat dibedakan dengan pereaksi Tollens dan pereaksi
Fehling. Aldehida bereaksi positif dengan kedua pereaksi itu, sedangkan
keton tidak.
15. Aldehida dan keton dapat bereaksi dengan hidrogen (mengalami reduksi).
 Reduksi aldehida menghasilkan alkohol primer.
 Reduksi keton menghasilkan alkohol sekunder.
16. Asam kaboksilat dapat mengalami berbagai jenis reaksi, penetralan, dan
esterifikasi.
17. Ester dapat mengalami hidrolisis membentuk asam dan alkohol.
18. Haloalkana dapat mengalami reaksi substitusi dan eliminasi. Pada eliminasi
HX dan alkil halida berlaku aturan Zaytzeff, yang miskin dipermiskin.
19. Haloalkana banyak kegunaannya, tetapi banyak di antaranya terpaksa
dilarang karena menimbulkan berbagai masalah, baik masalah kesehatan
maupun masalah lingkungan.
20. Berbagai jenis alkohol digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun
industri. Di antaranya adalah metanol, etanol, glikol, dan gliserol.
21. Eter digunakan sebagai pelarut; etil eter dapat digunakan sebagai obat bius.
22. Larutan metanal, yaitu formalin digunakan sebagai pengawet mayat. Dalam
industri, metanal digunakan antara lain untuk industri perekat. Formalin
sering disalahgunakan sebagai pengawet bahan makanan tertentu.
164
23. Salah satu kegunaan keton adalah sebagai pelarut.
24. Asam asetat merupakan komponen esensial dalam cuka makan. Asam format
digunakan dalam penggumpalan lateks.
25. Berbagai jenis ester, yaitu ester buah-buahan, digunakan sebagai essen

"Kemerdekaan adalah suatu hal yang tidak dapat kau peroleh


kecuali bila kau bersedia memberikannya kepada sesamamu."
William Allen White

7.6. Latihan
I. PILIHAN GANDA

1. Gugus fungsi eter, aldehida, dan ester berturut-turut adalah . . . .


A. —0—; —COOH; —CO— D. —0—; -=-CHO; —COO—
B. —OH; —0—; —000— E. —CO—; —COH; —0
C. —COO—; —CHO; —0—
2. Nama senyawa CH3—CH—CH2—CO—CH(CH3)2 adalah . . . .
C2H5
A. 2-etil-5-metil-3-pentanon D. 2,5-dimetil-3-heptanon
B. 2,6-dimetil-3-pentanon E. 1,1,4-trimetil-2-heksanon
C. 3,6-dimetil-4-pentanon
3. Nama senyawa berikut yang memenuhi tata nama IUPAC adalah . .
A. 3-butanol D. etoksimetana
B. 2-metil-3-butanol E. 2-etoksipropana
C. 1,2-dipropanol
4. Senyawa 2-metil-1-pentanol berisomer dengan ... .
A. metil propil eter D. etil propil eter
B. dipropil eter E. 3-pentanol
C. isopentanol
165
5. Senyawa karbon yang memperlihatkan gejala optis mempunyai . . . .

A. ikatan rangkap
B. ikatan rangkap tiga
C. ikatan rangkap tiga
D. emua ikatan adalah ikatan tunggal
E. satu gugus—OH

6. Di antara reaksi di bawah ini yang merupakan reaksi eliminasi adalah


A. CH2=CH—CH3 + H2 -) CH3-CH2-CH3
B. CH3—CH2—CH3 + C12 —> CH3—CH2—CH2C1 + HC1
C. nCH3—CH=CH—CH3 —>
(—CH—CH
—)n II
CH3 CH3
D. CH3CH2C1 + AgOHCH3—CH2OH + AgC1
E. CH3—CH2OH CH2=CH2 + H2O
7. Hasil adisi HBr pada senyawa 2-metil-2-butena adalah . .
A. 2-bromo-3-metil butana D. 1-bromo-3-metil butana
B. 2-bromo-2-metil butana E. 2,3-dibromo-2-metil butana
C. 1-bromo-2-metil butana
8. Esterifikasi tergolong reaksi .
A. substitusi D. netralisasi
B. adisi E. oksidasi
C. eliminasi
9. Salah sate dari zat kimia berikut yang menyebabkan kerusakan lapisan ozon di
stratosfir adalah . . . .
A. CC14 D. CHC13

166
B. CF2C12 E. CH3C1
C. CH2C12
10. Rumus umum suatu senyawa adalah Crif12n0. Senyawa tersebut dengan larutan
perak nitrat amoniakal menghasilkan endapan perak. Gugus fungsi dalam
senyawa itu adalah . . . .
A. —OH D. —COOH
B. —CO— E. —0—

C. —CHO
11. Senyawa dengan rumus molekul C5H100 menghasilkan endapan merah dengan
pereaksi Fehling. Ada berapa kemungkinan senyawa seperti ini?
A. 1 D. 4
B. 2 E. 5
C. 3
12. Campuran yang dapat menghasilkan ester adalah
A. propanol dengan natrium
B. gliseril trioleat dengan natrium hidroksida
C. asam oleat dengan natrium hidroksida
D. propanol dengan fosforus triklorida
E. etanol dengan asam asetat
13. Zat berikut ini tergolong ester, kecuali . . . .
A. essen D. minyak
B. lilin E. steroid
C. lemak
14. Reaksi di bawah ini disebut reaksi . . . .
0 0
II II
CH3—C—OCH3 + H2O <= CH3—C—OH + CH3OH
A. netralisasi
B. penyabunan

167
C. hidrolisis
15. Hidrolisis etil propionat menghasilkan . . . .
A. propil alkohol dan asam etanoat
B. asam propanoat dan etil alkohol
C. isopropil alkohol dan asam etanoat

II. ESai
16. Tuliskan struktur senyawa berikut, kemudian tandai gugus fungsi yang
terdapat di dalamnya.
a. etanol e. asam asetat
b. etoksietana f. etil asetat
c. etanal g. etil klorida
d. aseton
17. Tulislah struktur dan nama IUPAC semua senyawa dengan rumus molekul
C5H100,.
18. Tulislah pasangan senyawa yang rumus molekulnya C414100 yang merupakan:
a. isomer kerangka, c. isomer fungsi,
b. isomer posisi, d.isomer optis.
19. Tulislah masing-masing satu contoh untuk reaksi:
a. substitusi pada alkohol,
b. eliminasi pada alkil halida,
c. eter dengan HI,
d. oksidasi pada aldehida,
e. reduksi pada keton,
f. esterifikasi,
g. hidrolisis ester.

168
Peta
Konsep

169
9.
BENZE
NA DAN
TURUN
Benzena merupakan senyawa aromatik tersederhana. Nama "aromatik"
itu diberikan karena anggota-anggota yang pertama dikenal dari golongan ini
ANNYA
mempunyai aroma yang sedap Akan tetapi, belakangan dikenal juga senyawa
sejenis yang tidak berbau, bahkan ada yang berbau tidak sedap. Kini, istilah
aromatik itu dikaitkan dengan struktur dan sifat-sifat khas tertentu.

Bab ini akan dimulai dengan membahas struktur benzena, yaitu senyawa
yang dapat dianggap sebagai senyawa utama dari golongan aromatik, sehingga
kita dapat memahami "kearomatikan". Selanjutnya, akan dibahas tentang
sifat-sifat, kegunaan, serta dampak dari benzena dan turunannya.

11.1. Struktur Benzena

170
Rumus molekul benzena (C6H6) memperlihatkan ketidakjenuhan. Sebagai
pembanding, heksana yang merupakan senyawa jenuh dengan 6 atom karbon
mempunyai rumus molekul C6H14; heksena yang merupakan senyawa dengan satu
ikatan rangkap mempunyai rumus molekul C6H12; sedangkan heksuna yang
mengandung satu ikatan rangkap tiga mempunyai rumus molekul C6H10. Akan
tetapi, benzena tidak memperlihatkan ketidakjenuhan. Benzena tidak melunturkan
warna air bromin (tidak diadisi oleh bromin). Benzena lebih mudah mengalami
substitusi daripada adisi.

Heksana (C6H14) : CH3CH2---CH2-CH2----CH2CH3

Heksena (C6H12) : CH2=CH—CH2—CH2—CH2—CH3

Heksuna (C6H10) : CH C—CH2—CH2—CH2—CH3

Heksatriena (C6H6) : CH2=CH—CH=CH—CH=CH2

Benzena (C6H6)

Rumus Kekule juga dapat menjelaskan tiga jenis isomer benzena


disubstitusi, C6H4X2. Ketiga isomer itu ditandai dengan orto (o), meta (m), dan
para (p).
X X

X
orto (o) meta (m) para (p)
Gambar 11.. Tiga jenis isomer benzena disubstitusi

Orto (o) : posisi substituen pada nomor 1 dan 2


Meta (m) : posisi substituen pada nomor 1 dan 3
Para (p) : posisi substituen pada nomor 1 dan 4

Contoh Soal.
1. Selain struktur Kekule di atas, dapatkah Anda mengemukakan struktur

171
C6H6 yang akan menghasilkan hanya sejenis monosubstitusi?
2. Sesuai dengan struktur Kekule di atas, mengapa tidak ada substituen
dengan posisi: a. 1, 5? b. 1, 6?
3. Nyatakan apakah pernyataan berikut benar atau salah.
a. Benzena tergolong senyawa tak jenuh.
b. Benzena dapat melunturkan air bromin.
c. Monosubstitusi benzena ada 6 macam.
d. Semua atom H dalam benzena adalah ekivalen.
e. Atom karbon dalam benzena mengalami hibridisasi spa.

11.2. Tatanama Benzena dan Turunannya

Dalam sistem penamaan IUPAC, cincin benzena dianggap sebagai induk,


sama seperti rantai terpanjang dalam alkana. Gugus alkil (R), halogen (X), atau
nitro (NO,) yang terikat pada cincin benzena dinamai dalam bentuk awalan pada
benzena. Perhatikan beberapa contoh berikut ini.

Etilbenzena bromobenzena nitrobenzena

Namun demikian, banyak turunan benzena yang mempunyai nama


khusus yang lebih lazim digunakan. Beberapa di antaranya diberikan dalam
Tabel 11.1.

Gugus bervalensi (bertangan) satu yang diturunkan dan benzena disebut


gugus fenil (C6H5—), sedangkan yang diturunkan dari toluena (C6H5—CH3)
disebut gugus benzil (C6H5—CH2—). Jadi, klorobenzena dapat disebut
fenilklorida.

172
H H
C
I C—NH
H 2

H
fenil benzil fenil bromida benzil amina
C6H5— C6H5—CH2— C6H5Br C6H5—CH2NH2
Jika terdapat dua substituen, maka posisi substituen dinyatakan dengan
awalan o (orto), m (meta), atau p (para). Awalan orto untuk menyatakan ,posisi
substituen pada atom C nomor 1,2; meta untuk posisi 1,3; dan para untuk posisi
1,4. Perhatikanlah beberapa contoh berikut.
Br OH
Br
Cl
NO2
o-dibromobenzena m-kloroanilina p-nitrofenol
Jika terdapat tiga substituen atau lebih pada sebuah cincin benzena, maka
sistem o, m, dan p tidak dapat diterapkan lagi. Dalam hal seperti itu, posisi
substituen dinyatakan dengan angka.
Urutan prioritas penomoran untuk beberapa substituen yang umum adalah
sebagai berikut.
–COOH, –SO3H, –CHO, –CN, –OH, –NH2, –R, –NO2, –X

11.3. Sifat-sifat Benzena


Benzena adalah zat cair yang tidak berwarna, mudah menguap, dan bersifat
racun. Seperti halnya hidrokarbon lainnya, benzena bersifat nonpolar, tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut yang kurang polar atau nonpolar, seperti eter dan
tetraklorometana. Benzena
sendiri banyak digunakan sebagi pelarut.
Secara kimia, benzena tidak begitu reaktif, tetapi mudah terbakar dengan
menghasilkan banyak jelaga. Seperti telah disebutkan di atas, benzena lebih mudah
mengalami substitusi daripada adisi.
Jenis pereaksi yang dapat menyerang cincin benzena adalah pereaksi yang suka

173
elektron. Pereaksi seperti ini disebut pereaksi elektrofil. Contohnya adalah halogen
(X2) dan HNO3. Berikut ini beberapa reaksi penting dan benzena.
2. Nitrasi
Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat dengan katalis asam sulfat pekat
membentuk nitrobenzena.

H NO2
+ HONO2 H2so4 + H 2O

3. Sulfonasi
Sulfonasi terjadi apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat.

1. Halogenasi
Benzena bereaksi langsung dengan halogen dengan katalis besi(III) halida.
FeC13 Cl
+ C12 + HC1

H S
+ HOS 03H 03H
+ H2O

4. Alkilasi
Alkilbenzena dapat terbentuk jika benzena direaksikan dengan alkil halida
dengan katalis aluminium klorida (A1C13).
H3
+ CH3C1 AIC1
+ HC1

11.4. Kegunaan dan Dampak dari Benzena dan Beberapa Turunannya

1. Benzena

Benzena digunakan sebagai pelarut untuk berbagai jenis zat. Selain itu, benzena
merupakan bahan dasar untuk membuat stirena, yaitu bahan untuk membuat
sejenis karet sintetis.
Benzena juga merupakan bahan dasar untuk membuat nilon 6,6.
174
Seperti telah disebutkan di awal bab, benzena bersifat racun dan
merupakan zat karsinogen.

2. Toluena
Toluena digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan dasar untuk
membuat trinitrotoluena, senyawa yang digunakan sebagai bahan peledak
(dinamit).

02 N
+ HNO3 H3SO4(pekat)

NO,
toluena trinitrotoluena (TNT)

3. Fenol
Larutan fenol dalam air bersifat asam lemah (Ka = 1 x 10-10). Reaksi
fenol dengan basa membentuk garam fenolat, misalnya dengan NaOH.

C6H5OH + NaOH ---> C6H5ONa + H2O


fenol Na-fenolat

Sifat lain dan fenol adalah seperti alkohol. Fenol digunakan sebagai
antiseptik karena dapat membunuh bakteri. Hal ini terkait dengan sifat fenol
yang dapat menyebabkan denaturasi protein Akan tetapi, fenol juga bersifat
racun bagi manusia sehingga telah diganti dengan antiseptik lain.
4. Asam Salisilat
Asam salisilat adalah nama lazim dari asam o-hidroksibenzoat. Ester dan
asam salisilat dengan asam asetat digunakan sebagai obat dengan nama aspirin atau
asetosal.

175
Gambar. 13.3. Struktur Asam salisilat

5. Asam Benzoat, C6H5COOH


Asam benzoat adalah suatu asam lemah, sedikit lebih kuat dan asam asetat.
Asam benzoat atau garam natriumnya (C6H5COONa = natrium benzoat)
digunakan sebagai pengawet pada berbagai makanan olahan.
6. Anilina, C6H5NH2

Anilina bersifat basa lemah, merupakan bahan dasar untuk pembuatan zat-zat warna
diazo.
Anilina dapat dibuat dan nitrobenzena melalui reaksi dua tahap berikut ini.
Pertama, nitrobenzena direduksi oleh hidrogen yang berasal dari reaksi timah dengan
HC1 pekat, menghasilkan garam anilinium klorida. Selanjutnya, garam anilinium
klorida direaksikan dengan,natrium karbonat menghasilkan anilina.

11.4. Rangkuman Materi


1. Benzena dan turunan-turunannya tergolong senyawa aromatik.
2. Meskipun rumus molekulnya memperlihatkan ketidakjenuhan, senyawa
aromatik tidak mudah diadisi seperti alkena atau alkuna. Benzena tidak
melunturkan warna air bromin.
3. Benzena dan turunan-turunannya banyak digunakan dalam industri.
4. Dalam tata nama senyawa turunan benzena, benzena itu dianggap sebagai
induk.
176
5. Monosubsitusi benzena dinamai dengan menyebutkan nama substituen
sebagai awalan.
6. Posisi substituen dalam benzena yang terdisubstitusi dinyatakan dengan
awalan o (orto), m (meta) atau p (para).
7. Posisi substituen dalam benzena yang tertrisubstitusi dinyatakan dengan
awalan angka.
8. Reaksi-reaksi benzena umumnya merupakan substitusi.
9. Beberapa reaksi substitusi benzena, yaitu halogenasi, nitrasi, sulfonasi, dan
alkilasi.
10. Oksidasi alkil benzena menghasilkan asam benzoat.

"Kitaharus menjadi perubahan yang ingin kita lihat dan dunia."


Mahatma Gandhi

11.6. Latihan
I. PILIHAN GANDA
1. Manakah di antara pernyataan berikut yang`bukan `merupakan sifat benzena?
A. berupa zat cair yang mudah menguap
B. merupakan senyawa tak jenuh
C. bersifat racun
D. melunturkan air bromin
E. mudah terbakar
2. Kresol (metilfenol) mempunyai isomer sebanyak .. .
A. 2 D. 5
B. 3 E. 6
C. 4
3. Di bawah ini tertera rumus bangun suatu senyawa turunan benzena. Nama
senyawa itu adalah ... .

4. Fenol dan etanol mempunyai persamaan dalam hal . . . .


A. keduanya bersifat asam D. mempunyai gugus OH
B. keduanya bersifat netral E. keduanya bereaksi dengan NaOH
C. keduanya bersifat basa

177
5. Rumus molekul dari asam salisilat adalah . . . .
A. C6H603 D. C7H802
B. C7H803 E. C7H603
C. C7H702

6. Suatu senyawa karbon yang mengandung inti benzena mempunyai sifat sebagai
berikut. berupa kristal dan larut dalam air,
 bersifat asam lemah dan bereaksi dengan NaOH,
 bersifat pemusnah hama.
Senyawa tersebut adalah . . . .
A. anilina D. benzil alkohol
B. nitrobenzena E. toluena
C. fenol
7. Oksidasi suatu turunan benzena menghasilkan suatu senyawa yang dapat
memerahkan lakmus biru dan dengan alkohol menghasilkan ester.
Turunan benzena itu adalah . . . .
A. benzena D. anilina
B. toluena E. fenol
C. asam benzoat
8. Senyawa turunan benzena yang digunakan sebagai bahan pengawet makanan
adalah . . . .
A. fenol D. anilina
B. asam salisilat E. TNT
C. asam benzoat

II. Esai

9. Tulislah kegunaan dan masing-masing senyawa berikut.


a. toluena c. nitrobenzena e. trinitrotoluena
b. fenol d. asam benzoat f. asam salisilat
10. Tentukan apakah pernyataan berikut benar atau salah.
a. Anilina bersifat sebagai basa Bronsted Lowry.
b. Fenol bersifat basa karena mempunyai gugus OH.
c. Asam salisilat mengandung gugus —OH dan —COOH.
d. Fenol bersifat sebagai antiseptik.
e. Anilina digunakan dalam pembuatan zat-zat warna diazo.

178
Peta
Konsep

10.
MA
KR 179

OM
OLE
KU
Polimer merupakan suatu golongan bahan kimia yang banyak digunakan
dalam kehidupan kita sehari-hari maupun dalam industri. Polimer meliputi plastik,
karet, serat, dan nilon.
Beberapa senyawa penting dalam tubuh makhluk hidup, yaitu karbohidrat
(polisakarida), protein, dan asam nukleat, juga merupakan polimer. Kita akan
melihat bahwa polimer adalah suatu makromolekul yang terbentuk dari
molekul-molekul sederhana yang kita sebut sebagai monomer. Proses
pembentukan polimer dan monomernya kita sebut sebagai polimerisasi.
Dalam bab ini akan dibahas tentang reaksi pembentukan polimer, penggolongan
polimer, serta kegunaan dan dampak polimer.
10.1. Reaksi Pembentukan Molekul

Pada Gambar 10.1.1 ditunjukkan berbagai jenis barang yang terbuat dan
bahan plastik. Ahli kimia juga menyebut bahan tersebut sebagai polimer. Jenis
plastik yang lazim adalah polietilena, polipropilena, polistirena, dan
polivinilklorida (PVC), polimer, dan poliester.

Gambar 10.1.1 Berbagai barang dari bahan polimer

Polimer terdiri dari molekul-molekul besar, sehingga disebut juga


makromolekul. Molekul polimer dapat diandaikan dengan sebuah rantai yang
180
setiap mata rantainya mewakili satu unit pembangun. Unit pembangun itu berasal
dan molekul sederhana yang disebut monomer (dari bahasa Yunani: monos = satu
+ meros = bagian). Oleh karena itulah, bahan ini disebut polimer (dari bahasa
Yunani: poly = banyak). Reaksi pembentukan polimer dan monomernya disebut
polimerisasi. Proses polimerisasi dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar
10.1.2)

Reaksi
polimerisa
si

Molekul molekul kecil


(monomer) Molekul besar (polimer

Gambar 10.2 Reaksi Polimerisasi

a. Polimerisasi Adisi

Polimerisasi adisi terjadi pada monomer yang mempunyai ikatan


rangkap. Polimerisasi adisi adalah perkaitan langsung antarmonomer berdasarkan
reaksi adisi. Polimerisasi dapat berlangsung dengan bantuan suatu katalis.
Contoh:
Pembentukan polietilena (politena).

Polietilena dibentuk oleh monomer-monomer etena. Pembentukan polimer ini


dapat digambarkan sebagai berikut.

CH2=-CH2 CH2=CH2 —CH2—CH2—CH2—CH2— (—CH2--CH2—)„,


2 molekul monomer dimer polimer
Contoh Soal
181
1. Tulislah struktur polimer adisi dan monomer berikut.
a. vinil klorida, CH2=CHC1
b. propilena, CH3—CH=CH2

c. metilmetakrilat, CH2=C—COOCH3
CH3
d. butadiena, CH2=CH—CH=CH2
2. Satu molekul polietilena terdiri dari 10.000 molekul etena. Berapakah massa
molekul relatif molekul polietilena itu? (A, H = 1; C = 10).

3. Apakah perbedaan antara polimerisasi kondensasi dan polimerisasi adisi?


4. Tulislah struktur polimer kondensasi dari asam 6-aminoheksanoat (H2NCH2

(CH2)4COOH).

5. Nilon 4,6 adalah polimer kondensasi dari dua jenis monomer, yaitu
H2NCH2CH2CH2CH2NH2 dengan HOOCCH2CH2CH2CH2COOH.
Tulislah satuan ulang dari polimer tersebut.
6. Lengkapilah pernyataan berikut. Satu molekul polimer yang terbentuk dari

1.000 molekul asam tereftalat dan 1.000 molekul glikol mempunyai massa
molekul relatif sebesar (1.000 x ...) + (1.000 x ...) – (...x 18).

b. Polimerisasi Kondensasi
Pada polimerisasi kondensasi, monomer-monomer saling berkaitan
dengan melepas molekul kecil, seperti H2O dan CH3OH (metanol). Polimerisasi
kondensasi terjadi pada monomer yang mempunyai setidaknya dua gugus aktif.

Contoh:

Pembentukan nilon 6,6


Nilon 6,6 terbentuk dan dua jenis monomer, yaitu asam adipat (asam 1,6-
heksandioat) dan heksametilendiamina (1,6-diaminoheksana). Kondensasi
terjadi dengan melepas molekul air yang berasal dari atom H dari gugus

182
amina dan gugus –OH karboksilat.

10.2. Penggolonan Polimer

Polimer dapat digolongkan berdasarkan asal,' jenis monomer pembentuk, atau


berdasarkan sifat tertentu.
1. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, polimer dibedakan atas polimer alam dan polimer sintetis.
Polimer alam adalah polimer yang terdapat di alam, sedangkan polimer sintetis
adalah polimer yang dibuat di pabrik dan tidak terdapat di alam.

2. Berdasarkan Sifatnya terhadap Panas


Berdasarkan sifatnya terhadap panas, polimer dibedakan atas polimer
termoplastik dan polimer termosetting. Polimer termoplastik (meliat panas) adalah
polimer yang melunak jika dipanaskan. Polimer jenis ini dapat dibentuk ulang.
Contohnya adalah polietilena. PVC, dan polipropilena. Polimer termosetting
(memadat panas) adalah polimer yang tidak melunak jika dipanaskan. Polimer
jenis termosetting tidak dapat dibentuk ulang. Contohnya adalah bakelit, yaitu
plastik yang digunakan untuk peralatan listrik.
Perbedaan sifat antara polimer termoplastik dan polimer termosetting terletak
pada strukturnya. Polimer termoplastik terdiri atas molekul-molekul rantai
lurus atau bercabang, sedangkan polimer termosetting terdiri atas ikatan silang
antarrantai sehingga terbentuk bahan yang keras dan lebih kaku.

10.3. Berbagai Macam Polimer


a. Karet Sintetis

Karet sintetis ditemukan semasa Perang Dunia II. Pada waktu itu, suplai karet
bagi sekutu yang berasal dari Indonesia dan Malaysia dihentikan oleh pasukan
Jepang. Para peneliti mereka bukan raja berhasil membuat karet pengganti,
bahkan menjadi awal dari penemuan berbagai jenis plastik.
183
Karet sintetis ada beberapa macam, di antaranya polibutadiena,
polikloroprena, dan SBR.

a. Polibutadiena
Polibutadiena dibuat dari butadiena sebagai monomer.
nCH2=CH—CH=CH2 (—CH2—CH=CH—CH2—)n

Monomer dari polibutadiena sangat mirip dengan monomer karet alam.


Namun demikian, polibutadiena menunjukkan sifat-sifat yang berbeda nyata.
Polibutadiena kurang kuat dan tidak tahan terhadap bensin atau minyak sehingga
tidak baik digunakan untuk ban.
b. Polikloroprena (Neoprena)
Monomer pembentuknya berupa kloroprena, yaitu 2-kloro-1,3-butadiena.
Monomer ini mirip dengan monomer karet alam (isoprena), kecuali cabang metil
yang digantikan oleh atom klorin.
nCH2=CC1—CH=CH2 (—CH2—CC1=CH—CH2--)n
Neoprena mempunyai daya tahan terhadap minyak dan bensin yang paling baik
dibandingkan elastomer lainnya, sehingga digunakan sebagai selang untuk
membuat selang oli atau barang lainnya yang sejenis.

c. SBR
SBR (Styrene-Butadiene Rubber) adalah kopolimer dari stirena (25%)
dan butadiena (75%). Gugus ulang dalam polimer ini adalah sebagai berikut.

—CH2—CH=CH—CH2—CH2—CH—CH2—CH=CH—CH2—CH2—CH=CH—C
H2—
C6H5
butadiena stirena butadiena butadiena

SBR merupakan karet sintetis yang paling terkenal dan paling banyak
diproduksi. Sekitar separo dari total produksi elastomer adalah SBR. Oleh karena
masih mengandung ikatan rangkap, SBR dapat divulkanisasi. SBR mempunyai

184
daya tahan terhadap oksidasi dan abrasi yang lebih baik daripada karet alam,
tetapi kurang mempunyai sifat mekanis. Penggunaan utama dari SBR adalah
untuk ban kendaraan bermotor.

d. Polietilena

Polietilena adalah plastik yang paling sederhana dan juga paling murah. Plastik
polietilena tidak berbau, tidak berwama, dan tidak beracun. Oleh karena itu,
polietilena banyak digunakan untuk

Pembungkus makanan, kantung plastik, jas hujan, ember, panci, dan sebagainya.
Monomernya, yaitu etena, diperoleh dari hasil perengkahan (cracking) minyak
atau gas, bumi.

e. Polipropilena

Polipropilena hampir serupa dengan polietilena. Monomernya adalah propena.


Polipropilena lebih kuat dan lebih tahan daripada polietilena. Polipropilena
digunakan untuk membuat karung, tali, botol, dan sebagainya.

f. Teflon

Teflon merupakan nama dagang dari politetrafluoroetilena ( FITE). Monomer


penyusunnya berupa tetrafluoroetena. Oleh karena ikatan C—F sangat kuat dan
tahan terhadap panas, maka teflon bersifat kuat, tidak reaktif, dan tidak dapat
terbakar. Teflon banyak dipakai sebagai gasket, pelapis tangki di pabrik kimia, dan
pelapis panci antilengket.

g. PVC
Polivinilklorida (PVC) adalah plastik kedua terbanyak yang diproduksi setelah
polietilena. Monomernya adalah vinilklorida (C1CH=CH2) dan merupakan
polimer adisi. PVC digunakan untuk membuat pipa, pelapis lantai, selang, dan
sebagainya.

h. Polisterina
Polistirena dibuat dari stirena, C6H5—CH=CH2. Polimer ini digunakan untuk
membuat stirofoam, misalnya untuk gelas minuman ringan, isolasi, bahan untuk
185
pengepakan, dan kemasan makanan.

i. Akrilat
Asam akrilat adalah nama lain untuk asam 2—propenoat.
0
CH2=CH—C—OH
asam akrilat

Ada berbagai polimer yang terbuat dan asam akrilat sebagai bahan dasarnya.
Polimetilmetakrilat (PMMA) yang dikenal dengan nama dagang flexiglass, adalah
plastik bening keras, tetapi ringan sehingga banyak digunakan sebagai kaca
jendela pesawat terbang, dan lampu belakang mobil. Plastik ini terbuat dari reaksi
adisi turunan asam akrilat, yaitu ester metilmetakrilat.

CH3 CH3
CH2=C—CO2CH3 --->
CO2CH3
metil metakrilat poli-(metilmetalcrilat)

j. Terilen
Terilen terbentuk dari dua jenis monomer, yaitu suatu dialkohol dan suatu
dikarboksilat.
Ikatan antarmonomemya merupakan ikatan ester, sehingga terilen disebut juga
suatu
poliester. Contohnya adalah dakron, yang terbentuk dan etilen glikol dan asam
terftalat. Dakron banyak digunakan sebagai serat tekstil. Sebagai film tipis yang
kuat, polimer ini dikenal dengan nama dagang mylar dan digunakan sebagai pita
perekam magnetik dan sebagai bahan balon cuaca yang dikirim ke stratosfir.

k. Nilon
Nilon adalah polimer kondensasi yang melibatkan gugus amina (—NH2) dan

186
gugus karboksil (—COOH) Ikatan antarmonomemya disebut ikatan amida,
sehingga nilon disebut juga poliamida. Reaksi pembentukannya telah dibahas
pada bagian terdahulu. Tata nama suatu nilon dikaitkan dengan jumlah atom
karbon dalam mono,mernya. Nilon yang terbentuk dari kondensasi asam tereftalat
dengan heksametilendiamina disebut nilon 6,6 karena masing-masing Nilon
merupakan polimer yang kuat dan ringan, dapat ditarik tanpa retak. Nilon antara
lain digunakan untuk membuat tali, jala, parasut, jas hujan, dan tends.

l. Bakelit
Bakelit pertama kali disintesis oleh Leo Baekeland dan telah memperoleh hak
paten untuk produk itu di Amerika Serikat pada tahun 1909. Bakelit adalah suatu
polimer kondensasi dari fenol dan formaldehida. Kondensasi terjadi dengan
melepas air. •
Bakelit tergolong plastik termosetting, tidak dapat dilelehkan dan dibentuk
ulang. Jika dipanaskan pada suhu tinggi, maka plastik ini akan terurai dan
rusak.

10.4. Penanganan Limbah Plastik


Sekitar 20% volum sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya,
sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah
plastik itu tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita
terus-arenerus memerlukan areal untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak
beracun, limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran tanah, selain merusak
pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah
plastik adalah dengan mendaur ulang, dengan incinerasi, dan dengan membuat
plastik yang dapat mengalami biodegradasi.

187
Gambar 10.4.1 Sampah plastik setelah proses sortir

a. Daur Ulang
Penanganan limbah plastik yang paling ideal adalah dengan mendaur
ulang. Akan tetapi, hal itu tampaknya tidak mudah dijalankan. Proses daur ulang
melalui tahap-tahap pengumpulan, pemisahan (sortir), pelelehan, dan
pembentukan ulang. Tahapan paling sulit adalah pengumpulan dan pemisahan.
Kedua tahapan ini akan lebih mudah dilakukan jika masyarakat dengan disiplin
tinggi ikut berpartisipasi, yaitu ketika membuang sampah plastik. Dewasa ini,
plastik yang cukup banyak di daur ulang adalah jenis HDPE dan botol-botol
plastik.

b. Incenerasi
Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya
pada suhu tinggi (incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi,
sehingga dapat digunakan sebagai cumber tenaga untuk pembangkit listrik.
Beberapa pembangkit listrik membakar batu bara yang dicampur dengan
beberapa persen ban bekas Akan tetapi, pembakaran sebenarnya menimbulkan
masalah baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC
menghasilkan gas HC1 yang bersifat korosif. Pembakaran ban bekas
188
menghasilkan asap hitam yang sangat pekat dan gas-gas yang bersifat korosif.
Gas-gas korosif ini membuat incinerator cepat terkorosi. Polusi yang paling
serius adalah dibebaskannya gas dioksin yang sangat beracun pada pembakaran
senyawa yang mengandung klorin seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus
dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk mengurangi polusi udara

c. Plastik Biodegradable
Sekitar separo dari penggunaan plastik adalah untuk kemasan. Oleh karena itu,
sangatbaik jika dapat dibuat plastik yang bio- atau fotodegradable. Hal itu telah
diupayakan dari telah mulai dipasarkan. Kebanyakan plastik biodegradable berbahan
dasar zat tepung. Sayangnya, plastik jenis ini lebih mahal dan kelihatannya
masyarakat enggan untuk membayar lebih.

10.5. Rangkuman Materi

1. Polimer terbentuk dan monomer tertentu melalui reaksi polimerisasi

2. Reaksi polimerisasi dapat dibedakan atas polimerisasi adisi dan polimerisasi


kondensasi.

3. Polimerisasi adisi terjadi pada monomer yang berikatan rangkap. Polimer


adisi adalah

4. Polimerisasi kondensasi terjadi pada monomer tertentu yang mengandung


setidaknya dua gugus fungsi. Pada polimerisasi kondensasi dilepaskan
molekul sederhana, seperti air atau

5. Polimer ada yang terdapat di alam, ada pula hasil sintesis. Karbohidrat dan
protein merupakan

6. Berdasarkan jenis monomer pembentuknya, polimer dapat dibedakan atas

189
homopolimer dan kopolimer. Homopolimer terbentuk dari sejenis
monomer, sedangkan kopolimer terbentuk dari dua jenis atau lebih
monomer.

7. Plastik yang meliat panas (menjadi lunak pada pemanasan) disebut plastik
termoplastik, sedangkan yang memadat panas disebut plastik termosetting.

8. Plastik bersifat inert, ringan, dan mudah dibentuk. Beberapa plastik juga
tahan panas dan kuat. Oleh karena itu, plastik digunakan untuk berbagai
macam keperluan, mulai dari kantong plastik hingga teknologi tinggi.

9. Plastik bersifat stabil, sukar diuraikan oleh mikroorganisme sehingga


limbahnya menyebabkan masalah lingkungan

10. Cara terbaik untuk menangani limbah plastik adalah dengan proses daur
ulang.

"Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat dan
keinginan adalah buts jika tidak disertai pengetahuan. Dan pengetahuan adalah hampa
jika tidak diikuti pelajaran. Dan semua pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta."
Kahlil Gibran

10.6. Latihan
I. PILIHAN GANDA

1.Diberikan lima macam hasil polimer:


1. polivinilklorida 4. selulosa
2. 5. polivinilasetat
poliisoprena
Yang
3. termasuk polimer alum adalah . . .
3. polietena
A. 1, 2, 3 D.. 4
B. 1, 3 E. 3, 4, 5
C. 2, 4
2. Di antara pernyataan berikut ini, manakah yang tidak benar tentang polietilena?
A. monomernya adalah etilena, CH2=CH2
B. terbentuk melalui polimerisasi adisi
190
C. tergolong termoplastik
D. merupakan senyawa yang tidak jenuh
E. merupakan polimer sintetis
3. Manakah di antara senyawa berikut yang paling mungkin sebagai monomer
dalam suatu polimerisasi adisi?
A. HOCH2CH2COOH
B. CH3CH2CH2NH2
C. CH3CH2COOH
D. CH3CH2C0C1
E. CH3CH=CH 2 CH3 CH3 CH3
4. Monomer penyusun polimer —CH,—C—CH2—C—CH2—C— adalah . .
I
COOCH3 COOCH3 COOCH3
A. CH2=CH—COOCH3 D. CH3—C=CH—COOH
B. CH3—C—COOCH3 CH3
CH2
C. CH3—C=CH—O—CH3 E. CH3—CO_C=CH2
CHO CH3
5. Manakah di antara senyawa berikut yang dapat berpolimerisasi kondensasi
dengan suatu dialkohol sepe*1,2-etanadiol (etilen glikol)?
A. HOOCC6H4COOH
B. HOC6H4COOH
C. HOCH2COOH
D. C6H5COOH
E. C6H5CH=CH2
6. Pasangan polimer yang terbentuk melalui reaksi kondensasi adalah . . . .
A. polistirena dan polietilena
B. polisakarida dan polistirena
C. polipeptida dan polipropilena

D. polivinilklorida dan polistirena


E. poliester dan poliamida

7. Polimer dengan gugus ulang (—CH2—CHC1—CH2—CH=CH—CH2—) dapat


terbentuk dan campuran monomer . . . .
A. CH3CC1=CH2 dan CH3CH=CH2
B. CH2=CHC1 dan CH2=CH2
C. CH2=CC1—CH=CH2 dan CH2=CH2
191
D. CH2=CHC1 dan CH2=CH—CH=CH2
E. CH3—CH2C1 dan CH3—CH=CH—CH3
8. Monomer dari karet alam ialah .. .
A. butadiena
B. isoprena
C. etilena
D. stirena
E. isoprena dan stirena
9. Contoh plastik termosetting ialah .. .
A. bakelit
B. PVC
C. neoprena
D. polietilena
E. polipropilena
10. Plastik berikut yang tahan panas, tahan bahan kimia, dan antilengket adalah . .
..
A. bakelit
B. nilon
C. teflon
D. dakron
E. SBR

II. ESAI
11. Apakah yang dimaksud dengan polimer? Berikan contoh-contohnya.
12. Reaksi pembentukan polimer dapat berupa polimerisasi adisi dan
polimerisasi kondensasi. Jelaskan arti dari kedua reaksi polimerisasi
tersebut.
13. Apakah keistimewaan bahan-bahan polimer, sehingga banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari dan industri?
14. Struktur suatu polimer sebagai berikut. HFHFHFHF
I I I I I I I I CCCCCCCC I I I I I I I I H Cl H Cl H Cl
H Cl
192
a. Tulislah struktur monomernya.
b. Apakah proses pembentukan polimer ini tergolong polimerisasi adisi atau
kondensasi? Jelaskan
15. Propena digunakan untuk membuat polimer adisi, yaitu polipropilena. Polimer
ini tergolong bahan yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (non
biodegradable). Salah satu penggunaan dan polipropilena adalah untuk
membuat jala ikan.
a. Kemukakan satu keuntungan dan satu keburukan dan bahan yang non
biodegradable.
b. Kemukakan tiga jenis senyawa yang mungkin terbentuk jika limbah
polipropilena dibakar

Peta
Konsep

193
11.
KARBOH
194
IDRAT
Karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Contohnya adalah
glukosa (C6111206), sukrosa atau gula tebu (C12H22011), dan selulosa {(C6H1005)n}.
Sebagaimana tampak dalam tiga contoh tersebut, karbohidrat mempunyai rumus
umum C.(H20)m. Rumus molekul glukosa misalnya, dapat dinyatakan sebagai
C6(H20)6. Oleh karena komposisi yang demikian, kelompok senyawa ini pernah
disangka sebagai hidrat karbon sehingga diberi nama karbohidrat. Akan tetapi,
sejak tahun,1880-an disadari bahwa senyawa tersebut bukanlah hidrat dari karbon.
Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida. Kata sakarida berasal dari kata Arab
"sakkar" yang artinya gula. Karbohidrat sederhana mempunyai rasa manis
sehingga dikaitkan dengan gula.
Berdasarkan gugus fungsinya, karbohidrat merupakan suatu
polihidroksialdehida atau polihidroksiketon atau senyawa yang pada hidrolisis
menghasilkan senyawa seperti itu. Perhatikanlah struktur beberapa karbohidrat
pada Gambar 11.1. Semuanya mempunyai gugus aldehida (—CHO) atau gugus
keton (—CO) dan beberapa gugus hidroksil, bukan? Glukosa mengandung satu
gugus aldehida dan 5 gugus hidroksil, sedangkan fruktosa mengandung satu gugus
keton dan 5 gugus hidroksil.
11.1. Penggolongan Karbohidrat
Karbohidrat biasanya digolongkan menjadi monosakarida, disakarida,
dan polisakarida. Penggolongan ini didasarkan pada reaksi hidrolisisnya.
Monosakarida adalah karbohidrat paling sederhana, tidak dapat dihidrolisis
menjadi karbohidrat yang lebih sederhana; disakarida dapat dihidrolisis menjadi
dua monosakarida; sedangkan polisakarida dapat dihidrolisis menjadi banyak
molekul monosakarida. Kita akan segera membahas ketiga golongan karbohidrat
tersebut, terutama yang mempunyai anti biologis penting.
Monosakarida + air --> tidak terurai

Disakarida + air —> dua molekul monosakarida

Polisakarida + air —> banyak monosakarida

195
11.2. Monosakarida
Monosakarida dapat berupa aldosa (polihidroksialdehida) atau ketosa
(polihidroksiketon). Golongan aldosa mempunyai satu gugus aldehida (—CHO)
dan beberapa gugus hidroksil, sedangkan golongan ketosa mempunyai satu gugus
keton (—CO—) dan beberapa gugus hidroksil. Rumus struktur dan beberapa
monosakarida terpenting, yaitu glukosa, galaktosa, manosa, fruktosa, dan ribosa,
diberikan dalam Gambar 7.7. Glukosa, galaktosa, manosa, dan ribosa tergolong
aldosa, sedangkan fruktosa tergolong ketosa.

0 0 0 0
II II II II
C—H C—H CH2OH C—H C—H
I I I I I
H—C—OH H—C—OH C=0 H—C—OH H—C—H
I I I I I
HO—C—H HO—C—H HO—C—H H—C—OH H—C—OH
I I I I I
H—C—OH HO—C—H H—C—OH H—C—OH H—C—OH
I I I I I
H—C—OH H—C—OH H—C—OH CH2OH CH2OH
I I I
CH2OH CH2OH CH2OH
glukosa galaktosa fruktosa ribosa 2-deoksiribosa
Gambar 11.1.1 Konfigurasi dari beberapa monosakarida terpenting

a).1. Sifat-sifat Monosakarida


1. Kelarutan dalam Air
Semua monosakarida merupakan zat padat berwarna putih yang mudah larut
dalam
air. Sifat ini berkaitan dengan terdapatnya gugus-gugus —OH yang polar,
sehingga
antarmolekulnya maupun dengan molekul air terbentuk ikatan hidrogen yang
kuat.

196
2. Oksidasi

Semua monosakarida, baik aldosa maupun ketosa, merupakan reduktor


sehingga disebut gula pereduksi. Larutan monosakarida bereaksi positif
dengan pereaksi Fehling atau pereaksi Benedict maupun dengan pereaksi
Tollens. Pereaksi Benedict digunakan untuk mendeteksi glukosa dalam darah
atau dalam urine.

Berbeda dengan keton sederhana (seperti aseton), suatu ketosa (seperti


fruktosa) dapat mereduksi pereaksi Fehling, Tollens, atau Benedict karena
mengalami suatu proses yang disebut penataan ulang sehingga membentuk
struktur aldosa (dalam suasana basa) sebagai berikut
3. Reduksi
Reduksi gugus karbonil (gugus aldehida atau keton) dan
monosakarida menghasilkan alkohol polivalen yang disebut alditol.

b) Beberapa Monosakarida

Monosakarida terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi
dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih sederhana
tidak dapat dihidrolisis ke bentuk yang lebih sederhana. berikut macam-macam
monosakarida : dengan ciri utamanya memiliki jumlah atom C berbeda-beda :
 triosa (C3), tetrosa (C4), pentosa (C5), heksosa (C6), heptosa (C7).
 Triosa : Gliserosa, Gliseraldehid, Dihidroksi aseton
 Tetrosa : threosa, Eritrosa, xylulosa
 Pentosa : Lyxosa, Xilosa, Arabinosa, Ribosa, Ribulosa
 Hexosa : Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosa

(Gambar 11.1.2 Rumus Haworth Monosakarida (glukosa, galaktosa dan


fruktosa)
197
b.1 Glukosa
Glukosa disebut juga gula anggur (karena terdapat dalam buah
anggur), gula darah (karena terdapat dalam darah) atau dekstrosa (karena
memutarkan bidang polarisasi ke kanan). Glukosa merupakan komponen
utama gula darah. Kadar glukosa dalam darah orang dewasa yang sehat,
setelah beberapa jam puasa, adalah sekitar 70 –100 mg/100 mL . Jika kadar
gula darah menjadi terlalu tinggi (hiperglikemia), maka ginjal tidak dapat
mengambil semuanya ke dalam darah, melainkan sebagian akan masuk ke
dalam urine. Kadar gula yang masih dapat diproses oleh ginjal adalah
sekitar 160 – 180 mg/ 100 mL. Gula yang melebihi kebutuhan dalam darah
dapat dihilangkan dengan dua cars, yaitu mengubahnya menjadi glikogen
atau menjadi lemak. Hati dapat menyimpan 70 – 110 gram glikogen, dan
otot secara keseluruhan menyimpan sekitar 170 – 250 gram glikogen. Jika
otot kekurangan glukosa, maka glikogen otot dapat segera diubah menjadi
glukosa. Jika darah kekurangan glukosa, maka glikogen dalam hati yang
dihidrolisis membentuk glukosa.

b.2. Fruktosa
Bersamasama dengan glukosa, merupakan komponen utama dari madu.
Larutannya merupakan pemutar kiri sehingga D-fruktosa disebut juga
levulosa.

b.3. Ribosa dan 2-Deoksiribosa


Ribosa dan 2-deoksiribosa merupakan gula pentosa yang membentuk RNA dan
DNA.

11.3. Disakakrida

Disakarida terbentuk dari kondensasi dua molekul monosakarida. Ikatan


yang menghubungkan unit-unit monosakarida dalam disakarida, juga dalam
198
polisakarida, disebut ikatan glikosida. Pembentukan ikatan glikosida melibatkan
dua gugus —OH dengan melepas satu molekul air.

Disakarida terpenting adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa. Ketiganya


mempunyai rumus molekul C12H22011.

 Sukrosa terdiri dari 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa.

 Maltosa terdiri dari 2 molekul glukosa.


 Laktosa terdiri dari 1 molekul glukosa dan 1 molekul galaktosa.

Sukrosa
Sukrosa adalah gula pasir biasa. Sukrosa diperoleh dari batang tebu atau
umbi tanaman bit. Juga terdapat dalam buah-buahan dan madu. Sukrosa sekitar
enam kali lebih manis daripada laktosa, tiga kali lebih manis daripada maltosa,
sedikit lebih manis daripada glukosa, tetapi hanya sekitar setengah dari kemanisan
fruktosa.
Sukrosa terbentuk dari 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa.
Strukturnya diberikan pada Gambar 2. Ikatan antara glukosa dengan fruktosa
dalam sukrosa melibatkan gugus hemiasetal glukosa dan gugus hemiketal
fruktosa. Oleh karena itu, sukrosa tidak mempunyai gugus pereduksi lagi. Sukrosa
tidak mereduksi pereaksi Fehling, Benedict, maupun pereaksi Tollens.

Disakarida terdiri atas dua monosakarida yang dihubungkan oleh suatu


ikatan glikosidik, ikatan kovalen yang terbentuk antara dua monosakarida melalui
reaksi dehidrasi, misalnya maltosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk
melalui penyatuan dua molekul glukosa. Juga dikenal sebagai gula malto. Maltosa
merupakan bahan untuk pembuatan bir. Laktosa, gula yang ditemukan dalam susu,
merupakan disakarida lain, yang terdiri atas sebuah molekul glukosa yang
berikatan dengan sebuah molekul galaktosa. Disakarida yang paling banyak di
alam adalah sukrosa, yaitu gula yang sehari – hari kita konsumsi. Kedua

199
monomernya adalah glukosa dan fruktosa. Tumbuhan organ nonfotosintetik
lainnya dalam bentuk sukrosa.

11.4. Polisakarida
      Polisakarida adalah makromolekul, polimernya dihubungkan dengan ikatan
glikosidik. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau
cadangan yang nantinya diperlukan sebagai dihidrolisis untuk menyediakan gula
bagi sel. Polisakarida lain berfungsi sebagai materi pembangun (penyusun) untuk
struktur yang melindungi sel atau keseluruhan organisme.

Dalam setiap gram karbohidrat yang terpakai oleh jaringan akan


menghasilkan 4,1 kalori. Karbohidrat dapat disimpan dalam tubuh, yaitu dalam
hati, otot, dan sebagian kecil dalam darah. Apabila dalam makanan kita
kekurangan karbohidrat maka darah akan bersifat asam atau acidosis.
Polisakarida terdiri dan banyak molekul monosakarida. Polisakarida
terpenting, yaitu amilum, glikogen, dan selulosa, adalah polimer dati D-giukosa.
Semua polisakarida sukar larut dalam air dan tidak mereduksi pereaksi Fehling,
Benedict, atau Tollens.

a. Amilum

Amilum atau pati adalah polisakarida yang terdapat dalam tumbuhan.


Amilum merupakan polimer dari a-D-glukosa. Amilum terbentuk dan CO2 dan
H2O pada bagian yang hijau dari tumbuhan (klorofil) dengan bantuan sinar
200
matahari. Proses itu kita sebut fotosintesis. Mula-mula proses tersebut membentuk
glukosa. Akan tetapi, karena glukosa mudah larut dalam air, maka tumbuhan
mengubahnya sebagian menjadi amilum dan disimpan dalam akar batang, biji atau
daun.
Amilum dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu amilosa dan
amilopektin. Amilosa merupakan polimer rantai lurus yang terdiri dan 1.000 atau
lebih molekul glukosa, sedangkan amilopektin merupakan polimer bercabang.

b. Glikogen

Manusia dan banyak hewan menggunakan amilum sebagai makanan.


Dalam sistem pencemaan, amilum mengalami hidrolisis kemudian diserap dalam
bentuk glukosa. Akan tetapi, kadar glukosa dalam darah tidak boleh terlalu tinggi.
Glukosa yang tidak segera digunakan diubah menjadi glikogen dan disimpan
dalam hati dan jaringan otot. Jika kita makan cukup banyak sehingga melampaui
kapasitas penyimpanan glikogen, kelebihan glukosa dapat pula diubah menjadi
lemak. Molekul glikogen menyerupai amilopektin tetapi lebih bercabang.
Percabangan terjadi antara 6-12 unit glukosa. Satu molekul glikogen terdiri dan
1.700 hingga 600.000 molekul glukosa.

c. Selulosa

Bagian terbesar dan glukosa yang terbentuk pada proses fotosintesis


diubah menjadi selulosa, yaitu untuk membangun dinding sel dan serat tumbuhan.
Selulosa adalah polisakarida yang paling melimpah dan merupakan komponen
serat utama dalam makanan kita.
Selulosa merupakan polimer rantai lurus dan glukosa. Panjang rantai
berkisar dan 2.000 hingga 26.000 unit glukosa. Rantai polimer tersebut dapat
tersusun rapat dan melintir seperti serat dalam benang. Struktur tersebut memberi
kekuatan pada batang pohon. Selulosa tidak dapat dihidrolisis oleh sistem
pencernaan manusia. Oleh karena itu, selulosa yang terdapat melimpah di bumi
tidak dapat kita gunakan sebagai bahan makanan. Hewan pemakan rumput juga
201
tidak menghasilkan enzim yang dapat menguraikan selulosa. Namun, dalam usus
binatang tersebut terdapat sejenis bakteri yang dapat menguraikan selulosa.
Walaupun tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan, selulosa banyak
kegunaannya. Misalnya untuk membuat kertas, serat sintetis, dan bahan bangunan

11.5. Reaksi Pengenalan Karbohidrat

a. Uji umum untuk karbohidrat adalah uji Molisch. Apabila larutan atau suspensi
karbohidrat diberi beberapa tetes larutan alfanaftol, kemudian asam sulfat
pekat secukupnya sehingga terbentuk dua lapisan cairan, maka pada bidang
batas kedua lapisan itu akan terbentuk warna merah-ungu.
b. Gula pereduksi, yaitu monosakarida dan disakarida (kecuali sukrosa), dapat
ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau pereaksi Benedict. Gula pereduksi
bereaksi dengan pereaksi Fehling atau pereaksi Benedict menghasilkan
endapan merah bata Cu20. Pereaksi Benedict dapat digunakan untuk
memeriksa adanya gula dalam urine.
c. Amilum memberi warna biru-ungu dengan larutan iodin.

11.6. Uji Karbohidart


Analisis kualitatif karbohidrat. Karbohidrat merupakan senyawa
metabolit primer selain protein dan lipid. Karbohidrat mempunyai peranan yang
penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah sebagai sumber tenaga dan
penghasil panas tubuh. Adanya karbohidrat dapat diidentifikasi dengan
menggunakan berbagai macam metode. Inilah teori beberapa metode analisis
kualitatifkarbohidrat.

a) Uji Molisch Uji Molisch merupakan uji yang paling umum untuk karbohidrat.

Uji Molisch sangat efektif untuk senyawa-senyawa yang dapat didehidrasi oleh
asam pekat menjadi senyawa furfural yang terubstitusi, seperti
202
hidroksimetilfurfural. Warna yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau
derivatnya dengan alfa-naftol menghasilkan senyawa kompleks berwarna
merah-ungu. Thymol dapat dipakai sebagai pengganti alfa-naftol. Ia juga lebih
stabil daripada alfa-naftol dan pada penyimpanan yang lama tidak berubah warna.

b) Uji Benedict Uji


Benedict dan uji Barfoed keduanya berdasarkan resuksi Cu2+ menjadi
Cu+. Pada proses reduksi kupri dalam suasana alkalis biasanya ditambahkan zat
pengompleks seperti sitrat pada larutan Benedict atau tartrat pada larutan Fehling,
hal ini dilakukan untuk mencegah pengendapan CuCO3 dalam larutan natrium
karbonat pada Benedict, sedangkan pada Fehling untuk mencegah pengendapan
Cu(OH)2 atau CuO dalam larutan natirum hidroksida. Produk oksidasi karbohidrat
dalam larutan alkalis sangat kompleks dan banyak jumlahnya, belum semuanya
dapat diidentifikasi yaitu berwarna hijau, merah, oranye, dan pembentukan
endapan merah bata. Tidak seperti maltosa dan laktosa, sukrosa tidak dapat
mereduksi Benedict, karena ia tidak memiliki gugus aldehida atau gugus keto
bebas.

c) Uji Barfoed
Dengan menggunakan reagen Barfoed yang mengandung koper asetat di
dalam asam asetat, maka kita dapat membedakan monosakarida dan disakarida
dengan jalan mengontrol kondisi-kondisi seperti pH dan waktu pemanasan.

d) Uji Seliwanoff
Reaksi spesifik lainnya untuk uji karbohidrat tertentu adalah uji
Seliwanoff dan uji Foulger.
Reaksi Seliwanoff disebabkan perubahan fruktosa oleh asam klorida
panas menjadi asam levulinat dan hidroksimetilfurfural. Selanjutnya kondensasi
203
hidroksimetilfurfural dengan resorsinol menghasilkan senyawa kompleks berikut
yang berwrna merah: Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan
fruktosa, memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Pada pendidihan lebih
lanjut, aldosa-aldosa memberikan warna merah dengan reagen Seliwanoff, karena
aldosa-aldosa tersebut diubah oleh HCl menjadi ketosa.

e) Uji Fenilhidrazin
Karbohidrat (kecuali manosa) yang memiliki gugus fungsional aldehid
atau keton, membentuk osazon dengan fenilhidrazin.
Glukosa dan fruktosa memberikan osazon yang sama karena
monosakarida-monosakarida tersebut tidak mempunyai letak susunan gugus -H
dan -OH yang sama pada atom akrbon 3, 4, 5, dan 6. Manosa tidak membentui
osazon di dalam larutan air, tetapi mebentuk fenilhidrazin yang tidak larut.

f) Uji Iodin Uji iodin


Dapat digunakan untuk membedakan amilum dan glikogen. Iodin dapat
bereaksi dengan amilum membentuk kompleks berwarna biru atau ungu.

11.7. Rangkuman Materi

1. Karbohidrat adalah suatu polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau


senyawa-senyawa yang pada hidrolisis menghasilkan senyawa seperti itu.

2. Berdasarkan reaksi hidrolisisnya, karbohidrat digolongkan ke dalam


monosakarida, disakarida, dan polisakarida.

3. Berdasarkan gugus fungsinya, monosakarida dapat digolongkan ke dalam


aldosa (yang mempunyai gugus aldehida) dan ketosa (yang mempunyai gugus
keton).
4. Monosakarida mempunyai dua jenis struktur, yaitu struktur terbuka dan
struktur melingkar (siklis).

204
5. Sifat-sifat monosakarida:

 Berupa zat padat yang mudah larut dalam air.


 Mereduksi pereaksi Fehling, Tollens atau Benedict.
 Bersifat optis aktif

6. Beberapa monosakarida: glukosa, fruktosa, galaktosa, dan ribosa.


7. Beberapa disakarida:
• Sukrosa : terdiri dan satu unit glukosa dan satu unit fruktosa

• Maltosa : terdiri dan dua unit glukosa

• Laktosa : terdiri dari satu unit glukosa dan satu unit galaktosa.

8. Polisakarida utama, yaitu amilum, glikogen, dan selulosa merupakan polimer


dan glukosa.

9. Kecuali sukrosa, semua gula sederhana (mono- dan disakarida) merupakan


gula pereduksi, dan dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling

10. Amilum memberi warna biru-ungu dengan larutan iodin.

11. Lipid adalah substansi biologic yang kurang larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut yang kurang polar.

12. Lemak dan minyak, fosfolipid, dan kolesterol tergolong lipid.

13. Lemak dan minyak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak

11.8. Latihan

1. Suatu sampel organik bereaksi positif dengan uji Molisch dan memberi warna
biru dengan larutan iodin. Senyawa apakah yang terdapat dalam sampel itu?

2. Suatu senyawa mempunyai rumus molekul C12H22011, bereaksi positif dengan


uji Fehling dan pada hidrolisis menghasilkan dua jenis monosakarida.

3. Tentukan nama senyawa tersebut.

205
4. Berikanlah satu contoh dari:
a. suatu aldoheksosa,
b. suatu disakarida
5. Berikanlah satu contoh dari:

a. suatu ketoheksosa,
b. suatu disakarida yang mengandung fruktosa.

6. Glukosa dan fruktosa mempunyai rumus molekul yang sama, yaitu


C6111206.

a. Apakah perbedaan antara glukosa dan fruktosa?


b. Apakah kedua senyawa itu dapat dibedakan dengan pereaksi Fehling?

7. Manosa merupakan suatu aldoheksosa. Konfigurasi molekulnya sama dengan


glukosa, kecuali pada atom karbon nomor dua. Gambarlah struktur terbuka
dari a-D-manosa.

8. Bagaimana cara menunjukkan apakah suatu karbohidrat tergolong gula


pereduksi atau tidak?

9. Glukosa dan fruktosa merupakan gula pereduksi, tetapi sukrosa tidak.


Mengapa?
10. Suatu disakarida mempunyai rumus molekul C12H22011, tidak mereduksi
pereaksi Fehling, dan pada hidrolisis menghasilkan dua jenis monosakarida.
a. Apakah nama disakarida itu?
11. Tulislah persamaan reaksi hidrolisisnya. yang hanya mengandung glukosa.

12. Sebutkanlah beberapa contoh polisakarida serta kegunaannya dalam


kehidupan.

13. Apakah kesamaan struktur antara amilosa, amilopektin, dan glikogen?

11. Apakah persamaan dan perbedaan antara amilum dan selulosa?

206
15. Bagaimana Anda dapat menunjukkan keberadaan amilum?

Peta
Konsep

207
12. BIOMOLEKUL

Benda hidup mempunyai sifat-sifat khas yang membedakannya dan


208
benda mati. Satu di antaranya adalah susunannya yang sangat kompleks dan
terorganisasi dengan baik. Makhluk hidup mempunyai struktur internal yang
sangat rumit dan mengandung banyak molekul kompleks. Makhluk sederhana
bersel tunggal seperti Escherechia coli mengandung kira-kira 5.000 jenis senyawa
organik, termasuk sejumlah 3.000 jenis protein dan 1.000 jenis asam nukleat yang
berbeda. Manusia mungkin mengandung lebih dari 50.000 jenis protein.
Sebaliknya, benda mati, seperti batu atau tanah liat, biasanya hanya terdiri dan
beberapa jenis senyawa secara acak dan relatif sederhana.
Dalam bab ini akan dibahas tiga golongan senyawa organik Penting dalam
makhluk hidup, yaitu protein, karbohidrat, dan lemak Senyawa-senyawa itu
disebut juga sebagai biomolekul. Pembahasan terutama mengenai komposisi
kimia, struktur, sifat-sifat, serta fungsinya dalam tubuh. Sebagai materi pengayaan
akan dibahas sekilas tentang asam nukleat.

12.1. Protein

Protein adalah senyawa terpenting penyusun sel hidup. Senyawa ini terdapat
dalam semua jaringan hidup baik tumbuhan maupun hewan. Fungsi biologis
protein sangat beragam, antara lain sebagai pembangun, pengatur, pertahanan, dan
sebagai cumber energi. Tidak ada kelompok senyawa lain yang fungsinya begitu
beragam seperti protein. Oleh karena itulah, kelompok senyawa ini disebut
protein, istilah yang berasal dan bahasa Yunani proteios, yang berarti "peringkat
satu" atau "yang utama".
Ditinjau dan komposisi kimianya, protein merupakan polimer dan sekitar 20
jenis asam a-amino Massa molekul relatifnya berkisar dan sekitar 6.000 hingga
beberapa juta. Unsur utama penyusun protein adalah C, H, 0, dan N. Banyak juga
protein yang mengandung belerang (S) dan dalam jumlah yang lebih sedikit,
fosforus (P). Beberapa protein mengandung besi, mangan, tembaga, dan iodin.
Pada subbab berikut akan dibahas asam a-amino sebagai komponen penyusun
protein, kemudian struktur serta fungsi protein.

209
a. Asam Amino

Asam amino adalah suatu golongan senyawa karbon yang setidak-tidaknya


mengandung satu gugus karboksil (–COOH) dan satu gugus amino (–NH2). Jika
gugus amino terikat pada atom C alfa (yaitu atom karbon yang terikat langsung pada
gugus karboksil), disebut asam alfa-amino; jika gugus aminonya terikat pada atom C
beta, disebut asam beta-amino, dan seterusnya. Di alam, hanya ditemukan asam
alfa-amino. Pada pembahasan selanjutnya, istilah asam amino dimaksudkan untuk
asam a-amino. Struktur umum asam alfaamino ditunjukkan pada Gambar 7.1
H0
I II
H2 N—C—C—OH

R
Atom C alfa
Gambar. 12.1.1. Asam α- amino

Gugus R adalah gugus pembeda antara asam amino yang satu dengan
asam amino yang lainnya. Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 7.2, gugus R
dalam asam amino sangat beragam. Ada yang hidrofob (seperti glisin dan alanin),
ada yang hidrofil karena mengandung gugus polar seperti —OH, —COOH atau
—NH2 (misalnya tirosin, lisin dan asam glutamat), ada yang bersifat asam
(misalnya asam glutamat), ada yang bersifat basa (misalnya lisin), ada pula yang
mengandung belerang (misalnya sistein) atau cincin aromatik (misalnya tirosin).
Gugus R asam amino tersebut sangat berperan dalam menentukan struktur,
kelarutan, serta fungsi biologic dari protein. Kecuali glisin, semua asam amino
bersifat optis aktif, karena adanya atom C-a yang bersifat asimetris.
O
H2N—CH—C—OH

CH2

Gambar. 12.1.2. Struktur fenialanin

210
b. Ion Zwitter
Sebagaimana kita ketahui, gugus karboksil (–COOH) adalah gugus yang bersifat
asam (dapat melepas sedangkan gugus —NH 2 adalah gugus yang bersifat basa (dapat
menyerap 1-1+). Oleh karena itu, molekul asam amino dapat mengalami reaksi asambasa
intramolekul membentuk suatu ion dipolar yang disebut ion zwitter.

H+

H0
I II H0
H2 N—C—C—OH I II
H2 N—C—C—O
R
Atom C alfa R

Gambar. 12.1.3. Asam α- amino Ion zwiter

Oleh karena mempunyai gugus asam dan gugus basa, maka asam amino
bersifat amfoter (dapat bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa). Jika
direaksikan dengan asam, maka asam amino akan menjadi suatu kation
(bermuatan positif), sebaliknya jika direaksikan dengan basa, maka asam amino
menjadi anion (bermuatan negatif).

H 0 H0
I II I II

H3N+—C—C-0- + OH- H3N+—C—C—O- + H2O


I I
R R

Dalam larutan, muatan asam amino bergantung pada pH larutan. Jika suatu
asam amino yang bermuatan positif ditetesi dengan suatu basa (dinaikkan
pH-nya), maka muatan positifnya akan turun hingga menjadi netral dan seterusnya

211
menjadi bermuatan negatif. pH pada saat asam amino itu tidak bermuatan disebut
titik isoelektrik (TIE). Di bawah titik isoelektriknya asam amino bermuatan positif;
dan sebaliknya bermuatan negatif di atas titik isoelektriknya.

Contoh Soal 12.1 Menentukan spesi asam amino


Titik isoelektrik alanin adalah 6,0. Tulislah struktur spesi dominan dan alanin dalam
larutan yang mempunyai pH:
a. 4 b. 6 c. 8

Jawab:
Spesi asam amino bergantung pada pH larutan: pH = TIE : Netral (sebagai ion
zwitter)
pH < TIE : Bermuatan positif (sebagai kation)
pH > TIE : Bermuatan negatif (sebagai
anion) H2N—CH—000-
+ H3N—CH—COOH +H
3N—CH—000
- CH3
pH =
CH3 CH3
8
pH = 4 pH = 6

12.2. Asam Amino Esensial


Telah disebutkan bahwa protein terbentuk dari sekitar 20 jenis asam amino. Asam
amino tersebut dapat disintesis dalam tubuh, kecuali 8 asam amino (10 untuk bayi).
Asam-asam amino yang tidak dapat disintesis dalam tubuh ini disebut asam amino
esensial. Asam amino esensial haruslah terdapat dalam makanan. Kekurangan satu
saja asam amino akan mengganggu sintesis protein. Asam amino yang dapat
disentesis dalam tubuh disebut asam amino nonesensial. Contoh asam amino
esensial yaitu valin, leusin, dan isoleusin.
Sebagian besar protein nabati tidak mengandung satu atau lebih asam amino esensial.
Misalnya, protein beras tidak mengandung lisin dan treonin; protein gandum tidak
mengandung lisin dan triptofan. Jadi, orang yang makan hanya nasi saja dapat
menderita kekurangan gizi. Di pihak lain, protein hewani mengandung seluruh asam
amino dalam jumlah yang memadai. Tubuh kita memerlukan sekitar 0,8 g protein per
kg berat badan. kekurangan protein dapat menyebabkan retardasi (keterbelakangan) fisik
maupun mental.

212
Contoh Soal

1. Gambarlah struktur umum dari asam a-amino.


Berikan masing-masing satu contoh asam amino yang gugus R-nya:
i. hidrofob,
ii. hidrofil,
iii. bersifat asam,
iv. bersifat basa,
v. mengandung belerang.
2. Gambarlah struktur ion zwitter dari:
a. glisin b. alanin
3. Titik isolistrik dari glisin dan lisin berturut-turut adalah 6,0 dan 9,7.
Gambarlah struktur yang dominan dari masing-masing senyawa itu pada
pH:
a. 3 c. 9,7
b. 6 d. 11
4. Tulislah reaksi yang terjadi jika glisin ditetesi dengan:
a. larutan NaOH b. larutan HC1
5. Apa yang dimaksud dengan asam amino esensial? Berikan contohnya.

12.3. Ikatan Peptida


Telah disebutkan bahwa protein terbentuk dari asam-asam amino.
Proses pembentukannya merupakan polimerisasi kondensasi. Dua
molekul asam amino dapat berikatan (berkondensasi) dengan
melepas molekul air (H–OH) sebagai berikut.

HH0 HH0 HHOHHO


I I II I I II I I II I I II
H N C C OH + H—N—C—C—OH H—N—C—C—N—C—C—OH + H,0
— — — —

R1 R2 R1 R2
monopeptida monopeptida
ikatan peptida

dipeptida

Ikatan yang mengaitkan dua molekul asam amino itu disebut ikatan peptida,
dan senyawa yang terbentuk disebut dipeptida.

–CO–NH
ikatan peptida
Suatu dipeptida juga mempunyai gugus –COOH dan gugus
213
–NH,. Oleh karena itu, is dapat pula mengikat asam amino yang
lain membentuk tripeptida, dan seterusnya membentuk polipeptida
atau protein
12.4. STRUKTUR PROTEIN
Protein yang tersusun dari rantai asam amino akan memiliki berbagai macam
struktur yang khas pada masing-masing protein. Karena protein disusun oleh asam
amino yang berbeda secara kimiawinya, maka suatu protein akan terangkai
melalui ikatan peptida dan bahkan terkadang dihubungkan oleh ikatan sulfida.
Selanjutnya protein bisa mengalami pelipatan-pelipatan membentuk struktur yang
bermacam-macam. Adapun struktur protein meliputi struktur primer, struktur
sekunder, struktur tersier, dan struktur kuartener (Gambar 2).

 Gambar 12.4.1. Reaksi pembentukan peptida melalui reaksi dehidrasi

 Gambar 12.4.2. Struktur primer dari protein

Struktur primer merupakan struktur yang sederhana dengan urutan-urutan asam


214
amino yang tersusun secara linear yang mirip seperti tatanan huruf dalam sebuah
kata dan tidak terjadi percabangan rantai (Gambar 12.4.2) Struktur primer
terbentuk melalui ikatan antara gugus α–amino dengan gugus α–karboksil
(Gambar 12.4.1). Ikatan tersebut dinamakan ikatan peptida atau ikatan amida
(Berg et al., 2006; Lodish et al., 2003). Struktur ini dapat menentukan urutan
suatu asam amino dari suatu polipeptida (Voet & Judith, 2009). 

Struktur sekunder merupakan kombinasi antara struktur primer yang linear


distabilkan oleh ikatan hidrogen antara gugus =CO dan =NH di sepanjang tulang
belakang polipeptida. Salah satu contoh struktur sekunder adalah α-heliks dan
β-pleated (Gambar 12.4.3 dan 12.4.4). Struktur ini memiliki segmen-segmen
dalam polipeptida yang terlilit atau terlipat secara berulang. (Campbell et al.,
2009; Conn, 2008).

Gambar 12.4.3. Struktur sekunder α-heliks (Murray et al, 2009).

215
 Gambar 12.4.4. Struktur sekunder β-pleated (Campbell et al., 2009).

Struktur α-heliks terbentuk antara masing-masing atom oksigen karbonil pada


suatu ikatan peptida dengan hidrogen yang melekat ke gugus amida pada suatu
ikatan peptida empat residu asam amino di sepanjang rantai polipeptida (Murray et
al, 2009).

Pada struktur sekunder β-pleated terbentuk melalui ikatan hidrogen antara daerah
linear rantai polipeptida. β-pleated ditemukan dua macam bentuk, yakni
antipararel dan pararel (Gambar 12.4.5 dan 12.4.6). Keduanya berbeda dalam hal
pola ikatan hidrogennya. Pada bentuk konformasi antipararel memiliki konformasi
ikatan sebesar 7 Å, sementara konformasi pada bentuk pararel lebih pendek yaitu
6,5 Å (Lehninger et al, 2004). Jika ikatan hidrogen ini dapat terbentuk antara dua
rantai polipeptida yang terpisah atau antara dua daerah pada sebuah rantai tunggal
yang melipat sendiri yang melibatkan empat struktur asam amino, maka dikenal
dengan istilah β turn yang ditunjukkan dalam Gambar 12.4.7 (Murray et al, 2009).

 Gambar 12.4.6. Bentuk konformasi antipararel (Berg, 2006).

216
 Gambar 812.4.7Bentuk konformasi pararel (Berg, 2006).
 

Gambar 12.4.8. Bentuk konformasi β turn yang melibatkan empat residu asam amino (Lehninger
et al., 2004).

Struktur tersier dari suatu protein adalah lapisan yang tumpang tindih di atas
pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikan tak beraturan dari ikatan
antara rantai samping (gugus R) berbagai asam amino (Gambar 12.4.9). Struktur
ini merupakan konformasi tiga dimensi yang mengacu pada hubungan spasial
antar struktur sekunder. Struktur ini distabilkan oleh empat macam ikatan, yakni
ikatan hidrogen, ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan hidrofobik. Dalam
struktur ini, ikatan hidrofobik sangat penting bagi protein. Asam amino yang
memiliki sifat hidrofobik akan berikatan di bagian dalam protein globuler yang
tidak berikatan dengan air, sementara asam amino yang bersifat hodrofilik secara
umum akan berada di sisi permukaan luar yang berikatan dengan air di
sekelilingnya (Murray et al, 2009; Lehninger et al, 2004).
Gambar 12.4.9. Bentuk struktur tersier dari protein denitrificans cytochrome C550 pada bakteri
217
Paracoccus denitrificans (Timkovich and Dickerson, 1976).

Struktur kuarterner adalah gambaran dari pengaturan sub-unit atau promoter


protein dalam ruang. Struktur ini memiliki dua atau lebih dari sub-unit protein
dengan struktur tersier yang akan membentuk protein kompleks yang fungsional.
ikatan yang berperan dalam struktur ini adalah ikatan nonkovalen, yakni interaksi
elektrostatis, hidrogen, dan hidrofobik. Protein dengan struktur kuarterner sering
disebut juga dengan protein multimerik. Jika protein yang tersusun dari dua
sub-unit disebut dengan protein dimerik dan jika tersusun dari empat sub-unit
disebut dengan protein tetramerik (Gambar 12.4.10) (Lodish et al., 2003; Murray
et al, 2009).

  Gambar 12.4.10. Beberapa contoh bentuk struktur kuartener.

12.5. Reaksi Pengenalan Protein

a. Uji Ninhidrin
218
Uji ninhidrin adalah uji umum untuk protein dan asam amino. Ninhidrin dapat
mengubah asam amino (asam amino terminal) menjadi suatu aldehida. Uji ninhidrin
dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin yang tidak
berwarna ke dalam sampel, kemudian dipanaskan beberapa menit. Adanya protein
atau asam amino ditunjukkan oleh terbentuknya warna ungu.

b. Uji Biuret

Uji Biuret adalah uji umum untuk protein (ikatan peptida) tetapi tidak dapat
menunjukkan asam amino bebas. Zat yang akan diselidiki mula-mula ditetesi larutan
NaOH, kemudian larutan tembaga(II) sulfat yang encer. Jika terbentuk warna ungu
berarti zat itu mengandung protein.

c. Uji Xantoproteat
Uji Xantoproteat adalah uji terhadap protein yang mengandung gugus fenil
(cincin benzena). Apabila protein yang mengandung cincin benzena dipanaskan
dengan asam nitrat pekat, maka terbentuk warna kuning yang kemudian menjadi
jingga bila dibuat alkalis (basa) dengan larutan NaOH

d. Uji Belerang

Adanya unsur belerang dalam protein dapat ditunjukkan sebagai berikut.


Mula-mula larutan protein dengan larutan NaOH pekat (± 6 M) dipanaskan,
kemudian diberi beberapa tetes larutan timbel asetat. Bila terbentuk endapan hitam
(dari PbS) menunjukkan adanya belerang.

12.6. Penggolongan Protein

Protein dapat dibeda-bedakan berdasarkan komposisi kimia, bentuk,


atau fungsi biologisnya. Berikut ini penggolongan protein menurut fungsi
biologisnya.

219
Berdasarkan fungsi biologisnya, protein dapat dibedakan atas 7 golongan,
yaitu:

1. Enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Hampir semua reaksi
senyawa organik dalam sel dikatalisis enzim. Lebih dan 2.000 jenis enzim
telah ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan.

2. Protein transpor, yaitu protein yang mengikat dan memindahkan molekul


atau ion spesifik. Hemoglobin dalam sel darah merah mengikat oksigen dari
paru-paru, dan membawanya ke jaringan periferi. Lipoprotein dalam plasma
darah membawa lipid dan hati ke organ lain. Protein transpor lain terdapat
dalam dinding sel dan menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan
membawa glukosa, asam amino, dan nutrien lain melalui membran ke dalam
sel.

3. Protein nutrien dan penyimpan, ialah protein yang berfungsi sebagai


cadangan makanan. Contohnya ialah protein yang terdapat dalam biji-bijian
seperti gandum, beras, dan jagung. Ovalbumin pada telur dan kasein pada
susu juga merupakan protein nutrien.

4. Protein kontraktil, yaitu protein yang memberikan kemampuan pada sel dan
organisme untuk mengubah bentuk atau bergerak. Contohnya ialah aktin dan
miosin, yaitu protein yang berperan dalam sistem kontraksi otot kerangka.

5. Protein struktur, yaitu protein yang berperan sebagai penyangga untuk


memberikan struktur biologi kekuatan atau perlindungan. Contohnya ialah
kolagen, yaitu komponen utama dalam urat dan tulang rawan. Contoh lain
adalah keratin yang terdapat pada rambut, kuku, dan bulu ayam/burung;
fibroin, yaitu komponen utama dalam serat sutera dan jaring laba-laba

6. Protein pertahanan (antibodi), yaitu protein yang melindungi organisme


terhadap serangan organisme lain (penyakit). Contohnya adalah
imunoglobin atau antibodi yang terdapat dalam vertebrata. Protein ini dapat

220
mengenali dan menetralkan bakteri, virus, atau protein asing dan spesi lain.
Fibrinogen dan trombin merupakan protein penggumpal darah jika sistem
pembuluh terluka. Bisa ular dan toksin bakteri juga tampaknya berfungsi
sebagai protein pertahanan.

7. Protein pengatur, yaitu protein yang berfungsi mengatur aktivitas seluler


atau fisiologi. Contohnya ialah hormon, seperti insulin yang mengatur
metabolisme gula darah. Kekurangan insulin akan menyebabkan penyakit
diabetes. Contoh lain adalah hormon pertumbuhan dan hormon seks.

12.7. Rangkuman Materi

1. Protein adalah kopolimer dan sekitar 20 jenis asam a-amino.

2. Asam amino mempunyai gugus asam (–COOH) dan gugus amino (–NH2).
Oleh karena itu, asam amino bersifat amfoter.

3. Muatan asam amino bergantung pada pH larutan.

 Pada titik isoelektrik, bermuatan netral (sebagai ion zwitter).

 Pada pH di bawah titik isoelektrik, bermuatan positif.

 Pada pH di atas titik isoelektrik, bermuatan negatif.

4. Asam amino dapat disintesis dalam tubuh, kecuali 8 yang tidak (10 untuk
bayi). Asamasam amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh disebut asam
amino esensial.

6. Suktur primer protein adalah urut-urutan asam aminonya. Struktur primer


dikukuhkan oleh ikatan kovalen yang disebut ikatan peptida: —CO—NH—.

7. Struktur sekunder protein adalah konformasi rantai polipeptidanya (misalnya,


bentuk heliks atau plat lembaran). Struktur sekunder dikukuhkan oleh ikatan
hidrogen.

8. Struktur tersier protein adalah bentuk tiga dimensi protein. Struktur tersier
221
dikukuhkan oleh berbagai jenis ikatan seperti interaksi ionik, ikatan disulfida,
dan interaksi hidrofobik.

9. Struktur kuarterner protein adalah cara kombinasi unit-unit polipeptida dalam


protein oligomer. Hanya protein oligomer yang mempunyai struktur
kuarterner.

10. Protein dapat mengalami hidrolisis membentuk asam-asam amino karena


pengaruh asam atau enzim.

11. Protein dapat mengalami denaturasi karena pemanasan atau karena


sebab-sebab lainnya. Protein yang terdenaturasi hampir selalu kehilangan
fungsi biologisnya.

12. Berdasarkan fungsi biologisnya, protein digolongkan ke dalam enzim, protein


transpor, nutrien, kontraktil, struktur, pertahanan, dan protein pengatur.

13. Protein dapat ditunjukkan dengan uji ninhidrin dan uji Biuret. Adanya cincin
benzena dalam protein dapat ditunjukkan dengan uji Xantoproteat, sedangkan
unsur belerang dapat ditunjukkan dengan uji timbel asetat.

12.8. Latihan

1. a. Gambarkanlah struktur umum asam alfa amino.


b. Jelaskan mengapa asam alfa amino bersifat amfoter.
c. Tulislah persamaan reaksi seperlunya untuk menggambarkan sifat amfoter dari asam
alfa amino.
2. Titik isoelektrik alanin, CH3—CH(NH2)—COOH adalah 6,0. Gambarlah struktur spesi alanin
dalam larutan dengan pH:
a. 3,0 b. 6,0 c. 9,0
3. Glisin dapat digunakan sebagai buffer pada pH = 6. Mengapa?
4. Asam-asam amino merupakan zat padat dengan titik leleh yang relatif tinggi dan mudah larut
dalam air. Bagaimana Anda menjelaskan hal ini?
5. Apakah dipeptida yang dinyatakan sebagai Ser—Ala sama atau berbeda dengan dipeptida yang
dinyatakan dengan Ala—Ser? Jelaskan.
6. Apakah kaitan antara protein dengan asam amino?
7. Berapa jenis asam amino yang menyusun protein?
8. Ada berapa jenis protein dalam tubuh manusia?

222
9. Apakah perbedaan antara suatu polipeptida dengan protein?
10. Gaya-gaya apakah yang mengukuhkan struktur primer protein?
11. Apakah fungsi utama protein dalam tubuh kita?
12. Unsur-unsur apakah yang sering terdapat (penyusun) dalam protein?
12. Bagaimana cara untuk menunjukkan:
a. ikatan peptida,
b. cincin benzena,
belerang

ESAI
Gambarlah struktur umum dari asam a-amino.
Berikan masing-masing satu contoh asam amino yang gugus R-nya:
vi. hidrofob,
vii. hidrofil,
viii. bersifat asam,
ix. bersifat basa,
x. mengandung belerang.
2. Gambarlah struktur ion zwitter dari:
a. glisin b. alanin
3. Titik isolistrik dari glisin dan lisin berturut-turut adalah 6,0 dan 9,7.
Gambarlah struktur yang dominan dari masing-masing senyawa itu pada
pH:
c. 3 c. 9,7
d. 6 d. 11
4. Tulislah reaksi yang terjadi jika glisin ditetesi dengan:
a. larutan NaOH b. larutan HC1
5. Apa yang dimaksud dengan asam amino esensial? Berikan contohnya

6. a. Tulislah rumus struktur dari glisin dan asam glutamat.


b. Tulislah dua jenis dipeptida sebagai hasil kondensasi dari glisin dan asam glutamat itu.
7. Jumlah kemungkinan polipeptida yang mengandung 10 residu asam amino yang berbeda
adalah 3.628.800. Apakah dapat dikatakan ada sehanyak itu protein di alam? Jelaskan.

8. . Apakah protein terdenaturasi itu? b. Aksi apa saja yang dapat


menyebabkan protein mengalami denaturasi?
9. Protein yang terdenaturasi akan kehilangan fungsi biologisnya. Mengapa?

223
Peta
Konsep

224
13.
LIPIDA
225
13.1. Pengertian Lipid
Lipid merupakan substansi biologis yang tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarutpelarut organik yang kurang polar, seperti kloroform dan eter. Lipid
bukanlah satu golongan senyawa dengan rumus empiris atau struktur yang khas,
tetapi terdiri atas beberapa golongan yang berbeda. Pada bagian berikut, akan
dibahas tiga golongan lipid yang terpenting, yaitu lemak, fosfolipid, dan steroid.
Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi
endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu
membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam
lingkungan basah. Lipid biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua
jenis subsatuan atau "blok bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan gugus
isoprena. Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam
delapan kategori: asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid,
sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta
lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).
Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari
lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan
turunan-turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga
metabolit yang mengandung sterol, seperti kolesterol. Meskipun manusia dan
mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa
lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan

13.2. Lemak

Asam lemak atau asil lemak ialah istilah umum yang digunakan untuk
menjabarkan bermacam-ragam molekul-molekul yang disintesis dari polimerisasi
asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau metilmalonil-KoA di dalam sebuah
226
proses yang disebut sintesis asam lemak. Asam lemak terdiri dari rantai
hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam karboksilat; penyusunan ini
memberikan molekul ujung yang polar dan hidrofilik, dan ujung yang nonpolar
dan hidrofobik yang tidak larut di dalam air. Struktur asam lemak merupakan salah
satu kategori paling mendasar dari biolipid biologis dan dipakai sebagai blok
bangunan dari lipid dengan struktur yang lebih kompleks. Rantai karbon, biasanya
antara empat sampai 24 panjang karbon,[9] baik yang jenuh ataupun tak jenuh dan
dapat dilekatkan ke dalam gugus fungsional yang mengandung oksigen, halogen,
nitrogen, dand belerang. Ketika terdapat sebuah ikatan valensi ganda, terdapat
kemungkinan isomerisme geometri cis atau trans, yang secara signifikan
memengaruhi konfigurasi molekuler molekul tersebut. Ikatan ganda-cis
menyebabkan rantai asam lemak menekuk, dan hal ini menjadi lebih mencolok
apabila terdapat ikatan ganda yang lebih banyak dalam suatu rantai. Pada
gilirannya, ini memainkan peranan penting di dalam struktur dan fungsi membran
sel.
Asam lemak yang paling banyak muncul di alam memiliki konfigurasi
cis, meskipun bentuk trans wujud di beberapa lemak dan minyak yang
dihidrogenasi secara parsial.
Contoh asam lemak yang penting secara biologis adalah eikosanoid,
utamanya diturunkan dari asam arakidonat dan asam eikosapentaenoat, yang
meliputi prostaglandin, leukotriena, dan tromboksana. Kelas utama lain dalam
kategori asam lemak adalah ester lemak dan amida lemak. Ester lemak meliputi
zat-zat antara biokimia yang penting seperti ester lilin, turunan-turunan asam
lemak tioester koenzim A, turunan-turunan asam lemak tioester ACP, dan asam
lemak karnitina. Amida lemak meliputi senyawa N-asiletanolamina, seperti
penghantar saraf kanabinoid anandamida.
Asam lemak adalah asam alkanoat dengan rumus bangun hidrokarbon
yang panjang. Rantai hidrokarbon tersebut dapat mencapat 10 hingga 30 atom.
Rantai alkana yang non polar mempunyai peran yang sangat penting demi
227
mengimbangi kebasaan gugus hidroksil.
Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan
mendominasi sifat molekul dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun
demikian pada asam lemak, rantai alkanalah yang mendominasi sifat molekul.
Asam lemak terbagi menjadi:
 Asam lemak jenuh
 Asam lemak tak jenuh
 Garam dari asam lemak
 Prostaglandin

13.2.a. Struktur dan Tata Nama Lemak


Lemak (fat), seperti lemak sapi atau minyak kelapa, adalah ester dari
gliserol dengan asam-asam lemak. Berikut ini struktur umum lemak.

0 R1, R2, dan R3 adalah rantai hidrokarbon dengan


II
H2C —0— C jumlah atom karbon dari 3 hingga 23, tetapi yang paling
—R1
umum dijumpai adalah 15 dan 17.
0 Lemak yang terbentuk dari sejenis asam karboksilat
II
H2C —0— C (R1 = R2 = R3) disebut lemak sederhana, sedangkan yang
—R2 terbentuk dari dua atau tiga jenis asam disebut lemak
0 campuran.
II
H2C —0— C
—R3

Umumnya, molekul lemak terbentuk dari dua atau lebih macam asam
karboksilat. Penamaan lemak dimulai dengan kata gliseril yang diikuti oleh nama
asam lemaknya.
13.2.b. Perbedaan Lemak dengan Minyak
Lemak yang pada suhu kamar berupa cairan, lazim disebut minyak.
Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, seperti minyak kelapa, minyak jagung,
dan minyak zaitun.

228
Wujud lemak berkaitan dengan asam lemak pembentuknya. Lemak yang
berwujud cair (minyak) banyak mengandung asam lemak tak jenuh, seperti asam
oleat (C17H33COOH), asam linoleat (C17H31COOH), dan asam linolenat
(C17H29COOH). Sedangkan lemak yang berwujud padat lebih banyak mengandung
asam lemak jenuh, seperti asam stearat (C17H35COOH) dan asam palmitat
(C15H31COOH). Asam lemak jenuh mempunyai titik cair yang lebih tinggi
daripada asam lemak tak jenuh.

13.3. Jenis-jenis Lemak


a. Gliserolipid
Lemak dan minyak dapat mengalami hidrolisis karena pengaruh asam
kuat atau enzim lipase membentuk gliserol dan asam lemak. Misalnya, hidrolisis
gliseril tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat. Hasil hidrolisis
akan memisah karena gliserol larut dalam air, sedangkan asam lemak tidak larut.
Gliserolipid tersusun atas gliserol bersubstitusi mono-, di-, dan tri-, yang
paling terkenal adalah ester asam lemak dari gliserol (triasilgliserol), yang juga
dikenal sebagai trigliserida. Di dalam persenyawaan ini, tiga gugus hidroksil
gliserol masing-masing teresterifikasi, biasanya oleh asam lemak yang berbeda.
Karena ia berfungsi sebagai cadangan makanan, lipid ini terdapat dalam sebagian
besar lemak cadangan di dalam jaringan hewan. Hidrolisis ikatan ester dari
triasilgliserol dan pelepasan gliserol dan asam lemak dari jaringan adiposa disebut
"mobilisasi lemak".
Subkelas gliserolipid lainnya adalah glikosilgliserol, yang dikarakterisasi
dengan keberadaan satu atau lebih residu monosakarida yang melekat pada
gliserol via ikatan glikosidik. Contoh struktur di dalam kategori ini adalah
digalaktosildiasilgliserol yang dijumpai di dalam membran tumbuhan dan
seminolipid dari sel sperma mamalia.
Gliserida adalah ester dari asam lemak dan sejenis alkohol dengan tiga
gugus fungsional yang disebut gliserol (nama IUPAC, 1,2,3-propantriol). Karena
229
gliserol memiliki tiga gugus fungsional alkohol, asam lemak akan bereaksi untuk
membuat tiga gugus ester sekaligus.[18] Gliserida dengan tiga gugus ester asam
lemak disebut trigliserida. Jenis asam lemak yang terikat pada ketiga gugus
tersebut seringkali tidak berasal dari kelas asam lemak yang sama.
b. Fosfolipid

Fosfatidiletanolamina (Glisero)fosfolipid (bahasa Inggris: phospholipid,


phosphoglycerides, glycerophospholipid) sangat mirip dengan trigliserida dengan
beberapa perkecualian. Fosfolipid terbentuk dari gliserol (nama IUPAC,
1,2,3-propantriol) dengan dua gugus alkohol yang membentuk gugus ester dengan
asam lemak (bisa jadi dari kelas yang berbeda), dan satu gugus alkohol
membentuk gugus ester dengan asam fosforat.
Gliserofosfolipid, juga dirujuk sebagai fosfolipid, terdapat cukup banyak
di alam dan merupakan komponen kunci sel lipd dwilapis, serta terlibat di dalam
metabolisme dan sinyal komunikasi antar sel. Jaringan saraf termasuk otak,
mengandung cukup banyak gliserofosfolipid. Perubahan komposisi zat ini dapat
mengakibatkan berbagai kelainan saraf.
Contoh gliserofosfolipid yang ditemukan di dalam membran biologis
adalah fosfatidilkolina (juga dikenal sebagai PC, GPCho, atau lesitin),
fosfatidiletanolamina (PE atau GPEtn), dan fosfatidilserina (PS atau GPSer).
Selain berperan sebagai komponen primer membran sel dan tempat perikatan bagi
protein intra- dan antarseluler, beberapa gliserofosfolipid di dalam sel-sel
eukariotik, seperti fosfatidilinositol dan asam fosfatidat adalah prekursor, ataupun
sendirinya adalah kurir kedua yang diturunkan dari membran. Biasanya, satu atau
kedua gugus hidroksil ini terasilasi dengan asam lemak berantai panjang, meskit
230
terdapat gliserofosfolipid yang terikat dengan alkil dan alkenil (plasmalogen).
Terdapat juga varian dialkileter pada arkaebakteria.
Gliserofosfolipid dapat dibagi menurut sifat kelompok-kepala polar pada
posisi sn-3 dari tulang belakang gliserol pada eukariota dan eubakteria, atau posisi
sn-1 dalam kasus archaea.
Karena pada gugus ester asam fosforat masih mempunyai satu ikatan
valensi yang bebas, biasanya juga membentuk gugus ester dengan alkohol yang
lain, misalnya alkohol amino seperti kolina, etanolamina dan serina. Fosfolipid
merupakan komponen yang utama pada membran sel lapisan lemak. Fosfolipid
yang umum dijumpai adalah:
 Lecitin yang mengandung alkohol amino jenis kolina
 Kepalin yang mengandung alkohol amino jenis serina atau etanolamina.
Sifat fosfolipid bergantung dari karakter asam lemak dan alkohol amino
yang diikatnya.

c. Sfingolipid

Sfingolipid adalah keluarga kompleks dari senyawa-senyawa yang


berbagi fitur struktural yang sama, yaitu kerangka dasar basa sfingoid yang
disintesis secara de novo dari asam amino serina dan asil lemak KoA berantai
panjang, yang kemudian diubah menjadi seramida, fosfosfingolipid,
glisosfingolipid, dan senyawa-senyawa lainnya.
231
Nama sfingolipid diambil dari mitologi Yunani, Spinx, setengah wanita
dan setengah singa yang membinasakan siapa saja yang tidak dapat menjawab
teka-tekinya. Sfingolipid ditemukan oleh Johann Thudichum pada tahun 1874
sebagai teka-teki yang sangat rumit dari jaringan otak.
Sfingolipid adalah jenis lemak kedua yang ditemukan di dalam membran
sel, khususnya pada sel saraf dan jaringan otak. Lemak ini tidak mengandung
gliserol, tetapi dapat menahan dua gugus alkohol pada bagian tengah kerangka
amina.
Fosfosfingolipid utama pada mamalia adalah sfingomielin (seramida
fosfokolina), sementara pada serangga terutama mengandung seramida
fosfoetanolamina dan pada fungi memiliki fitoseramida fosfoinositol dan gugus
kepala yang mengandung manosa.
Basa sfingoid utama mamalia biasa dirujuk sebagai sfingosina. Seramida
(Basa N-asil-sfingoid) adalah subkelas utama turunan basa sfingoid dengan asam
lemak yang terikat pada amida. Asam lemaknya biasanya jenuh ataupun
mono-takjenuh dengan panjang rantai dari 16 atom karbon sampai dengan 26 atom
karbon.
Glikosfingolipid adalah sekelompok molekul beraneka ragam yang
tersusun dari satu residu gula atau lebih yang terhubung ke basa sfingoid melalui
ikatan glikosidik.
d.1. Lipid sterol
Lipid sterol, seperti kolesterol dan turunannya, adalah komponen lipid
membran yang penting, bersamaan dengan gliserofosfolipid dan sfingomielin.
Steroid, semuanya diturunkan dari struktur inti empat-cincin lebur yang sama,
memiliki peran biologis yang bervariasi seperti hormon dan molekul pensinyalan.
Steroid 18-karbon (C18) meliputi keluarga estrogen, sementara steroid C19 terdiri
dari androgen seperti testosteron dan androsteron. Subkelas C21 meliputi
progestagen, juga glukokortikoid dan mineralokortikoid. Sekosteroid, terdiri dari
bermacam ragam bentuk vitamin D, dikarakterisasi oleh perpecahan cincin B dari
232
struktur inti. Contoh lain dari lemak sterol adalah asam empedu dan
konjugat-konjugatnya, yang pada mamalia merupakan turunan kolesterol yang
dioksidasi dan disintesis di dalam hati. Pada tumbuhan, senyawa yang setara
adalah fitosterol, seperti beta-Sitosterol, stigmasterol, dan brasikasterol; senyawa
terakhir ini juga digunakan sebagai bagi pertumbuhan alga.[34] Sterol dominan di
dalam membran sel fungi adalah ergosterol.
d.2. Lipid prenol
Lipid prenol disintesis dari prekursor berkarbon 5 isopentenil pirofosfat
dan dimetilalil pirofosfat yang sebagian besar dihasilkan melalui lintasan asam
mevalonat (MVA). Isoprenoid sederhana (alkohol linear, difosfat, dan lain-lain)
terbentuk dari adisi unit C5 yang terus menerus, dan diklasifikasi menurut
banyaknya satuan terpena ini. Struktur yang mengandung lebih dari 40 karbon
dikenal sebagai politerpena. Karotenoid adalah isoprenoid sederhana yang penting
yang berfungsi sebagai antioksidan dan sebagai prekursor vitamin A. Contoh kelas
molekul yang penting secara biologis lainnya adalah kuinon dan hidrokuinon yang
mengandung ekor isoprenoid yang melekat pada inti kuinonoid yang tidak berasal
dari isoprenoid.[38] Vitamin E dan vitamin K, juga ubikuinon, adalah contoh kelas
ini. Prokariota mensintesis poliprenol (disebut baktoprenol) yang satuan
isoprenoid terminalnya yang melekat pada oksigen tetap tak jenuh, sedangkan
pada poliprenol hewan (dolikol) isoprenoid terminalnya telah direduksi.
e. Sakarolipid

233
Struktur sakarolipid Kdo2-Lipid A. Residu glukosamina berwarna biru,
residu Kdo berwarna merah, rantai asil berwarna hitam, dan gugus fosfat berwarna
hijau.
Sakarolipid (bahasa Inggris: saccharolipid, glucolipid) adalah asam
lemak yang terikat langsung dengan molekul glukosa dan membentuk struktur
yang sesuai dengan membran dwilapis. Pada sakarolipid, monosakarida mengganti
ikatan gliserol dengan asam lemak, seperti yang terjadi pada gliserolipid dan
gliserofosfolipid.
Sakarolipid yang paling dikenal adalah prekursor glukosamina terasilasi
dari komponen lipid A lipopolisakarida pada bakteri gram-negatif. Molekul
Lipid-A yang umum adalah disakarida dari glukosamina, yang diturunkan
sebanyak tujuh rantai asil-lemak. Lipopolisakarida minimal yang diperlukan untuk
pertumbuhan E. coli adalah Kdo2-Lipid A, yakni disakarida berheksa-asil dari
glukosamina yang diglikosilasikan dengan dua residu asam
3-deoksi-D-mano-oktulosonat (Kdo).
Proses hidrolisis sakarolipid akan menghasilkan amino gula.

f. Poliketida
Poliketida adalah metabolit sekunder yang terbentuk melalui proses

234
polimerisasi dari asetil dan propionil oleh enzim klasik maupun enzim iteratif dan
multimodular yang berbagi fitur mekanistik yang sama dengan asam lemak sintasi.
Enzim yang sering digunakan adalah poliketida sintase, melalui proses kondensasi
Claisen.
Poliketida merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan secara alami
oleh bakteri, fungi, tumbuhan, hewan, sumber daya laut dan organisme yang
memiliki keanekaragaman struktural yang tinggi. Banyak poliketida berupa
molekul siklik yang kerangkanya seringkali dimodifikasi lebih jauh melalui
glikosilasi, metilasi, hidroksilasi, oksidasi, dan/atau proses lainnya untuk menimba
manfaat dari sifat antibiotik yang dimiliki. Beberapa jenis poliketida bahkan
bersifat anti kanker, dapat menurunkan kolesterol serta menunjukkan efek
imuno-supresif. Sejumlah senyawa antimikroba, antiparasit, dan antikanker
merupakan poliketida atau turunannya, seperti eritromisin, antibiotik tetrasiklin,
avermektin, dan antitumor epotilon.
g. Garam lemak
Sabun adalah campuran dari natrium hidroksida berbagai asam lemak
yang terdapat di alam bebas. Sabun terbuat melalui proses saponifikasi asam
lemak. Biasanya digunakan natrium karbonat atau natrium hidroksida untuk
proses tersebut.
Secara umum, reaksi hidrolisis yang terjadi dapat dirumuskan:
asam lemak + NaOH ---> air + garam asam lemak
Jenis sabun yang dihasilkan bergantung pada jenis asam lemak dan
panjang rantai karbonny. Natrium stearat dengan 18 karbon adalah sabun yang
sangat keras dan tidak larut. Seng stearat digunakan pada bedak talkum karena
bersifat hidrofobik. Asam laurat dengan 12 karbon yang telah menjadi natrium
laurat sangat mudah terlarut, sedangkan asam lemak dengan kurang dari 10 atom
karbon tidak digunakan menjadi sabun karena dapat menimbulkan iritasi pada
kulit dan berbau kurang sedap.

235
h. Parafin
Parafin (bahasa Inggris: wax) adalah lemak yang terbentuk dari esterisasi
alkohol yang mempunyai rumus bangun yang panjang, dengan asam lemak.
Alkohol dapat mengandung 12 hingga 23 atom karbon. Parafin dapat ditemukan di
alam sebagai pelindung daun dan sel batang untuk mencegah agar tanaman tidak
kehilangan air terlalu banyak. Karnuba ditemukan pada dedaunan pohon palem
Brasil dan digunakan sebagai pelumas untuk lantai maupun mobil. Lanolin adalah
parafin pada bulu domba. Beeswax adalah cairan parafin yang disekresi lebah
untuk membangun sel tempat untuk madu dan telur lebah.
Parafin yang digunakan pada pembuatan lilin bukan melalui esterisasi,
melainkan merupakan campuran dari alkana dengan berat molekul yang besar.
Pelumas untuk telinga dibuat dari campuran fosfolipid dan ester dari kolesterol.
i. Penyabunan
Reaksi lemak atau minyak dengan suatu basa kuat seperti NaOH atau
KOH menghasilkan sabun. Oleh karena itu, reaksinya disebut reaksi penyabunan
(saponifikasi). Reaksi penyabunan menghasilkan gliserol sebagai hasil sampingan.
Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan
bahan awal lemak dan basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi
penyabunan. Dalam pengertian teknis, reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda
kaustik NaOH) yang menghidrolisis trigliserida. Trigliserida dapat berupa ester
asam lemak membentuk garam karboksilat.
i.1. Saponifikasi Trigliserida
Minyak sayuran dan lemak hewani merupakan bahan utama untuk reaksi
saponifikasi. Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua
tahap. Pada proses satu tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang
akan memutus ikatan ester dan menghasilkan garam asam lemak dan gliserol.
Proses ini digunakan dalam industri gliserol. Dengan cara ini, sabun juga
dihasilkan dengan cara pengendapan. Peristiwa ini disebut dengan salting out oleh
NaCl jenuh.
236
i.2. Angka Penyabunan
Dalam reaksi saponifikasi, dikenal dengan angka saponifikasi atau angka
penyabunan. Angka penyabunan adalah jumlah basa yang diperlukan untuk dapat
melangsungkan saponifikasi terhadap sampel lemak.
Mekanisme Hidrolisis Basa
Mekanisme pemutusan ikatan ester oleh basa melibatkan reaksi
kesetimbangan. Anion hidroksida menyerang gugus karbonil ester. Produk
intermediet disebut dengan ortoester.

Pemutusan alkoksida menghasilkan asam karboksilat.

Alkoksida lebih basa daripada basa konjugat dari asam karboksilat. Dengan
demikian, transfer proton menjadi lebih cepat.

237
.
13.4 . Fungsi dan Sumber Lemak
Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi dan cadangan
makanan. Lemak merupakan bahan makanan yang kaya energi. Pembakaran 1
gram lemak menghasilkan sekitar 9 kilo kalori.
Lemak kita peroleh dan makanan berlemak, daging, susu, keju, dan
kacangkacangan. Dalam sistem percernaan, lemak terlebih dahulu mengalami
pemecahan (hidrolisis) sehingga dapat diserap. Hidrolisis lemak menghasilkan
gliserol dan asamasam lemak. Gliserol dan asam lemak diserap ke dalam
pembuluh getah belling, dan didistribusikan ke seluruh jaringan yang
membutuhkan untuk dibentuk kembali menjadi lemak tubuh. Di bidang industri,
lemak terutama digunakan untuk membuat sabun dan margarin.
Dewasa ini, berbagai jenis minyak nabati, seperti minyak jarak dan
minyak sawit, diubah menjadi bahan bakar yang disebut biodisel. Dalam proses
ini, minyak dihidrolisis terlebih dahulu, sehingga diperoleh asam karboksilat
(asam lemak) bebas. Seperti Anda ketahui, asam karboksilat mempunyai ikatan
hidrogen sehingga mempunyai titik didih relatif tinggi. Untuk menurunkan titik
didihnya, maka asam lemak tersebut direaksikan dengan metanol sehingga
diperoleh metil ester yang titik didihnya jauh lebih rendah.

13.5. Rangkuman Materi

14. Lipid adalah substansi biologic yang kurang larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut yang kurang polar.
15. Lemak dan minyak, fosfolipid, dan kolesterol tergolong lipid.
238
16. Lemak dan minyak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak
17. Lemak yang pada suhu kamar berupa cair disebut minyak. Minyak umumnya
berasal dari sumber nabati.
18. Titik cair lemak berkaitan dengan jenis asam lemak penyusunnya; minyak
banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan lemak banyak
mengandung asam lemak jenuh.
19. Pembuatan margarin dan minyak kelapa dilakukan melalui hidrogenasi
(penjenuhan ikatan rangkap), sehingga diperoleh lemak dengan titik leleh
sekitar suhu tubuh.
20. Fosfolipid juga merupakan ester dari gliserol dengan asam lemak, tetapi
salah satu gugus OH dan gliserol itu diperester oleh asam fosfat yang
selanjutnya terikat pada suatu alkohol yang mengandung gugus amina (NH2).
21. Fosfolipid bersifat amfifilik, mempunyai gugus hidrofil dan gugus hidrofob.
22. Salah satu fungsi fosfolipid adalah membentuk membran sel.
23. Steroid mempunyai struktur yang berbeda dan lemak maupun fosfolipid.
Steroid bukan ester.
24. Steroid juga bersifat amfifilik.
25. Fungsi steroid antara lain adalah membentuk hormon dan getah empedu.
26. Asam nukleat merupakan polimer dan nukleotida.
27. Suatu nukleotida terdiri dan tiga jenis senyawa, yaitu basa nitrogen, gula
pentosa, dan asam fosfat.

13.6. Latihan

1. Gambarlah struktur dari lemak yang merupakan ester dari:


a. gliserol dengan asam stearat,
b. gliserol dengan asam oleat.
2. Jelaskan perbedaan antara lemak dan minyak.
3. Jelaskan cara pemadatan minyak pada pembuatan margarin.
239
4. Tuliskan reaksi:
a. hidrolisis,
b. penyabunan,
c. hidrogenasi,
dari gliseriltrioletat. Untuk tujuan apa reaksi itu biasanya dilakukan?
5. Mengapa lemak merupakan cadangan makanan yang ideal?
6. Apakah lipid itu? Berikan tiga golongan senyawa yang termasuk lipid.
7. Secara kimia, apakah lemak itu?
a. yang dimaksud dengan asam lemak jenuh? Berikan contohnya.
b. Apa yang dimaksud dengan asam lemak tak jenuh ganda? Berikan
contohnya.
c. Apakah persamaan antara steroid dengan lemak?
d. Mengapa fosfolipid disebut bersifat amfifilik?

240
Peta
Konsep

14. ASAM NUKLEAT


241
14.1.      Pengertian Asam Nukleat
Asam nukleat adalah biopolymer yang berbobot molekul tinggi dengan
unit monomernya mononukleotida. Asam nukleat terdapat pada semua sel hidup
dan bertugas untuk menyimpan dan mentransfer genetic, kemudian
menerjemahkan informasi ini secara tepat untuk mensintesis protein yang khas
bagi masing-masing sel. Asam nukleat, jika unit-unit pembangunnya
deoksiribonukleotida , disebut asam deoksiribonukleotida (DNA) dan jika terdiri-
dari unit-unit ribonukleaotida disebut asam ribonukleaotida (RNA).
DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan senyawa pembangun gen yang
bila diuraikan terdiri 3 komponen sederhana :
 Senyawa base, yaitu amina heterosiklik yang dikenal sebagai purin (adenine =
A, guanine = G) dan pirimidin (timin = T, sitosin = C, dan urasil = U.
 Gula berkarbon 5 (ribose atau 2-deoksiribosa),

14.2. Asam fosfat


DNA tersusun dari gula 2-deoksiribosa , basa-basa nitrogen adenine (A),
guanine (G), timin (T), dan sitosin (C). struktur DNA adalah heliks ganda (double
helix). Keteraturan DNA dikenal sebagai aturan pasangan basa (base-pairing rules)
yaitu jumlah adenine sama dengan jumlah tamin (A=T), jumlah guanine sama
dengan jumlah sitosin (G=C), jadi jumlah basa purin sama dengan jumlah basa
pirimidin (G+A = C+T).
RNA berperan penting dalam sintesis protein yang berlangsung dalam
sitoplasma. Ada tiga bentuk RNA yang terdapat dalam sel, yaitu mRNA
(messenger RNA), rRNA (ribosom RNA), dan tRNA (transfer RNA). Tiap bentuk
RNA mempunyai bobot molekul dan komposisi yang berlainan tetapi khas untuk
tiap macam bentuk RNA. Ketiga RNA ini terdiri atas rantai tunggal

242
poliribonukleotida . RNA mempunyai bagian untaian berganda yang terjadi akibat
pembolakan rantai membentuk suatu bentuk yang mirip tusuk konde. Proses
hidrolisis lebih lanjut dari monomer nukleotida akan dihasilkan asam fosfat dan
nukleosida. Proses hidrolisis ini dilakukan dalam suasana basa. Jika hidrolisis
dilanjutkan kembali terhadap senyawa nukleosida dalam larutan asam berair akan
dihasilkan molekul gula dan basa nitrogen dengan bentuk heterosiklik.

Asam nukleat adalah makromolekul pertama yang berhasil diisolasi dari


dalam inti sel. Asam nukleat berbentuk rantai linier yang merupakan gabungan
monomer nukleotida sebagai unit pembangunnya. Molekul ini menyimpan
informasi pertumbuhan sel dan reproduksi.

Monomer nukleotida sebagai struktur primer asam nukleat diperoleh dari


hasil hidrolisis asam nukleat. Proses hidrolisis lebih lanjut dari monomer
nukleotida akan dihasilkan asam fosfat dan nukleosida. Proses hidrolisis ini
dilakukan dalam suasana basa. Jika hidrolisis dilanjutkan kembali terhadap
senyawa nukleosida dalam larutan asam berair akan dihasilkan molekul gula dan
basa nitrogen dengan bentuk heterosiklik. Sehingga komposisi molekul penyusun
asam nukleat diketahui dengan jelas, seperti yang ditunjukkan gambar 14.1 hingga
bagan pada Gambar 14.2

243
Gambar 14.1. Molekul sederhana asam nukleat

Gambar 14.2. Skema hidrolisis Asam nukleat

Dari Gambar 14.3 tampak bahwa struktur utama asam nukleat adalah molekul gula
yang mengandung asam posfat dan basa Nitrogen yang dihubungkan dengan
ikatan posfodiester membentuk rantai panjang. Monomer nukleotida dapat dilihat
pada Gambar 14.4 dan 14.5

244
Gambar 14.4. Molekul Nukleotida

Gambar 14.5. Molekul Nukleosida

Senyawa gula penyusun nukleotida merupakan gula dengan atom Karbon


5 (lima) yaitu 2-deoksi-D-ribosa dan D-ribosa, lihat Bagan dibawah ini.

Bagan 14.6. Molekul penyusun Asam nukleat


245
Basa nukleosida yang ditemukan pada asam nukleat adalah adenin
(dilambangkan A), sitosin (C, dari cytosine), guanin (G), timin (T) dan urasil (U),
lihat Bagan 14.6

Asam nukleat dalam sel terdiri dari DNA (DeoxyriboNucleic Acid) dan
RNA (RiboNucleic Acid). Kedua jenis asam nukleat ini memiliki perbedaan basa
purin yang merupakan molekul penyusunnya. Untuk RNA disusun oleh gula
D-ribosa dan basa urasil. Sedangkan untuk DNA disusun oleh gula
2-deoksi-D-ribosa yaitu gula D-ribosa yang kehilangan gugus OH pada atom C
nomor 2 dan basa timin.

14.3. Sifat-sifat Asam Nukleat

14.3.1. Sifat-sifat Fisika-Kimia Asam Nukleat

Di bawah ini akan dibicarakan sekilas beberapa sifat fisika-kimia asam


nukleat. Sifat-sifat tersebut adalah stabilitas asam nukleat, pengaruh asam,
pengaruh alkali, denaturasi kimia, viskositas, dan kerapatan apung.

14.3.2. Stabilitas Asam Nukleat

Ketika kita melihat struktur tangga berpilin molekul DNA atau pun
struktur sekunder RNA, sepintas akan nampak bahwa struktur tersebut menjadi
stabil akibat adanya ikatan hidrogen di antara basa-basa yang berpasangan.
Padahal, sebenarnya tidaklah demikian. Ikatan hidrogen di antara
pasangan-pasangan basa hanya akan sama kuatnya dengan ikatan hidrogen antara
basa dan molekul air apabila DNA berada dalam bentuk rantai tunggal. Jadi,
ikatan hidrogen jelas tidak berpengaruh terhadap stabilitas struktur asam nukleat,
tetapi sekedar menentukan spesifitas perpasangan basa. 

  Penentu stabilitas struktur asam nukleat terletak pada interaksi


penempatan (stacking interactions) antara pasangan-pasangan basa. Permukaan
basa yang bersifat hidrofobik menyebabkan molekul-molekul air dikeluarkan dari
sela-sela perpasangan basa sehingga perpasangan tersebut menjadi kuat. 
246
14.3.3. Pengaruh Asam

Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya HClO4 dengan suhu lebih
dari 100ºC, asam nukleat akan mengalami hidrolisis sempurna menjadi
komponen-komponennya. Namun, di dalam asam mineral yang lebih encer, hanya
ikatan glikosidik antara gula dan basa purin saja yang putus sehingga asam nukleat
dikatakan bersifat apurinik.

14.3.4. Pengaruh alkali

Pengaruh alkali terhadap asam nukleat mengakibatkan terjadinya


perubahan status tautomerik basa. Sebagai contoh, peningkatan pH akan
menyebabkan perubahan struktur guanin dari bentuk keto menjadi bentuk enolat
karena molekul tersebut kehilangan sebuah proton. Selanjutnya, perubahan ini
akan menyebabkan terputusnya sejumlah ikatan hidrogen sehingga pada akhirnya
rantai ganda DNA mengalami denaturasi. Hal yang sama terjadi pula pada RNA.
Bahkan pada pH netral sekalipun, RNA jauh lebih rentan terhadap hidrolisis bila
dibadingkan dengan DNA karena adanya gugus OH pada atom C nomor 2 di
dalam gula ribosanya.

14.3.5. Denaturasi kimia

Sejumlah bahan kimia diketahui dapat menyebabkan denaturasi asam


nukleat pada pH netral. Contoh yang paling dikenal adalah urea (CO(NH2)2) dan
formamid (COHNH2). Pada konsentrasi yang relatif tinggi, senyawa-senyawa
tersebut dapat merusak ikatan hidrogen. Artinya, stabilitas struktur sekunder asam
nukleat menjadi berkurang dan rantai ganda mengalami denaturasi.

14.3.6. Viskositas

DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi


karena diameternya hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya dapat mencapai
beberapa sentimeter. Dengan demikian, DNA tersebut berbentuk tipis memanjang.
Selain itu, DNA merupakan molekul yang relatif kaku sehingga larutan DNA akan

247
mempunyai viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah molekul DNA menjadi
sangat rentan terhadap fragmentasi fisik. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri
ketika kita hendak melakukan isolasi DNA yang utuh.

14.3.7. Kerapatan Apung

Analisis dan pemurnian DNA dapat dilakukan sesuai dengan kerapatan


apung (bouyant density)-nya. Di dalam larutan yang mengandung garam pekat
dengan berat molekul tinggi, misalnya sesium klorid (CsCl) 8M, DNA
mempunyai kerapatan yang sama dengan larutan tersebut, yakni sekitar 1,7 g/cm3. 
Jika larutan ini disentrifugasi dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka garam
CsCl yang pekat akan bermigrasi ke dasar tabung dengan membentuk gradien
kerapatan. Begitu juga, sampel DNA akan bermigrasi menuju posisi gradien
yang sesuai dengan kerapatannya. Teknik ini dikenal sebagai sentrifugasi
seimbang dalam tingkat kerapatan (equilibrium density gradient
centrifugation) atau sentrifugasi isopiknik.

Oleh karena dengan teknik sentrifugasi tersebut pelet RNA akan berada
di dasar tabung dan protein akan mengapung, maka DNA dapat dimurnikan baik
dari RNA maupun dari protein. Selain itu, teknik tersebut juga berguna untuk
keperluan analisis DNA karena kerapatan apung DNA (ρ) merupakan fungsi linier
bagi kandungan GC-nya.  Dalam hal ini,  ρ = 1,66 + 0,098% (G + C).

14.3.8. Sifat-sifat Spektroskopik-Termal Asam Nukleat

Sifat spektroskopik-termal asam nukleat meliputi kemampuan absorpsi


sinar UV, hipokromisitas, penghitungan konsentrasi asam nukleat, penentuan
kemurnian DNA, serta denaturasi termal dan renaturasi asam nukleat.
Masing-masing akan dibicarakan sekilas berikut ini.

14.3.9. Absorpsi UV

Asam nukleat dapat mengabsorpsi sinar UV karena adanya basa nitrogen


yang bersifat aromatik; fosfat dan gula tidak memberikan kontribusi dalam

248
absorpsi UV. Panjang gelombang untuk absorpsi maksimum baik oleh DNA
maupun RNA adalah  260 nm atau dikatakan λmaks = 260 nm. Nilai ini jelas sangat
berbeda dengan nilai untuk protein yang mempunyai λmaks = 280 nm.  Sifat-sifat
absorpsi asam nukleat dapat digunakan untuk deteksi, kuantifikasi, dan perkiraan
kemurniannya.

14.3.10. Hipokromisitas

Meskipun λmaks untuk DNA dan RNA konstan, ternyata ada perbedaan
nilai yang bergantung kepada lingkungan di sekitar basa berada. Dalam hal ini,
absorbansi pada λ 260 nm (A260) memperlihatkan variasi di antara basa-basa pada
kondisi yang berbeda. Nilai tertinggi terlihat pada nukleotida yang diisolasi, nilai
sedang diperoleh pada molekul DNA rantai tunggal (ssDNA) atau RNA, dan nilai
terendah dijumpai pada DNA rantai ganda (dsDNA). Efek ini disebabkan oleh
pengikatan basa di dalam lingkungan hidrofobik. Istilah klasik untuk menyatakan
perbedaan nilai absorbansi tersebut adalah hipokromisitas. Molekul dsDNA
dikatakan relatif hipokromik (kurang berwarna) bila dibandingkan dengan ssDNA.
Sebaliknya, ssDNA dikatakan hiperkromik terhadap dsDNA.

14.3.11. Penghitungan Konsentrasi Asam Nukleat

Konsentrasi DNA dihitung atas dasar nilai A260-nya. Molekul dsDNA


dengan konsentrasi 1mg/ml mempunyai A260 sebesar 20, sedangkan konsentrasi
yang sama untuk molekul ssDNA atau RNA mempunyai A260 lebih kurang sebesar
25. Nilai A260 untuk ssDNA dan RNA hanya merupakan perkiraan karena
kandungan basa purin dan pirimidin pada kedua molekul tersebut tidak selalu
sama, dan nilai A260  purin tidak sama dengan nilai A260 pirimidin. Pada dsDNA,
yang selalu mempunyai kandungan purin dan pirimidin sama, nilai A260 -nya sudah
pasti.

14.3.12. Kemurnian Asam Nukleat

Tingkat kemurnian asam nukleat dapat diestimasi melalui penentuan


nisbah A260 terhadap A280. Molekul dsDNA murni mempunyai nisbah  A260 /A280
249
sebesar 1,8. Sementara itu, RNA murni mempunyai nisbah  A260 /A280  sekitar 2,0. 
Protein, dengan λmaks = 280 nm, tentu saja mempunyai nisbah A260 /A280  kurang
dari 1,0.  Oleh karena itu, suatu sampel DNA yang memperlihatkan nilai A260 /A280
lebih dari 1,8 dikatakan terkontaminasi oleh RNA. Sebaliknya, suatu sampel DNA
yang memperlihatkan nilai A260 /A280  kurang dari 1,8 dikatakan terkontaminasi
oleh protein.

14.3.13. Denaturasi Termal Dan Renaturasi

Di atas telah disinggung bahwa beberapa senyawa kimia tertentu dapat


menyebabkan terjadinya denaturasi asam nukleat. Ternyata, panas juga dapat
menyebabkan denaturasi asam nukleat. Proses denaturasi ini dapat diikuti melalui
pengamatan nilai absorbansi yang meningkat karena molekul rantai ganda (pada
dsDNA dan sebagian daerah pada RNA) akan berubah menjadi molekul rantai
tunggal.

Denaturasi termal pada DNA dan RNA ternyata sangat berbeda. Pada
RNA denaturasi berlangsung perlahan dan bersifat acak karena bagian rantai
ganda yang pendek akan terdenaturasi lebih dahulu daripada bagian rantai ganda
yang panjang. Tidaklah demikian halnya pada DNA. Denaturasi terjadi sangat
cepat dan bersifat koperatif karena denaturasi pada kedua ujung molekul dan pada
daerah kaya AT akan mendestabilisasi daerah-daerah di sekitarnya.

Suhu ketika molekul asam nukleat mulai mengalami denaturasi


dinamakan titik leleh atau melting temperature (Tm). Nilai Tm merupakan fungsi
kandungan GC sampel DNA, dan berkisar dari 80 ºC hingga 100ºC untuk
molekul-molekul DNA yang panjang.

DNA yang mengalami denaturasi termal dapat dipulihkan (direnaturasi)


dengan cara didinginkan. Laju pendinginan berpengaruh terhadap hasil renaturasi
yang diperoleh. Pendinginan yang berlangsung cepat hanya memungkinkan
renaturasi pada beberapa bagian/daerah tertentu. Sebaliknya, pendinginan yang
dilakukan perlahan-lahan dapat mengembalikan seluruh molekul DNA ke bentuk
250
rantai ganda seperti semula. Renaturasi yang terjadi antara daerah komplementer
dari dua rantai asam nukleat yang berbeda dinamakan hibridisasi.

 14.3.14. Superkoiling DNA

Banyak molekul dsDNA berada dalam bentuk sirkuler tertutup atau


closed-circular (CC), misalnya DNA plasmid dan kromosom bakteri serta DNA
berbagai virus. Artinya, kedua rantai membentuk lingkaran dan satu sama lain
dihubungkan sesuai dengan banyaknya putaran heliks (Lk) di dalam molekul
DNA tersebut.

Sejumlah sifat muncul dari kondisi sirkuler DNA. Cara yang baik untuk
membayangkannya adalah menganggap struktur tangga berpilin DNA seperti
gelang karet dengan suatu garis yang ditarik di sepanjang gelang tersebut. Jika kita
membayangkan suatu pilinan pada gelang, maka deformasi yang terbentuk akan
terkunci ke dalam sistem pilinan tersebut. Deformasi inilah yang disebut sebagai
superkoiling.

14.3.15. Interkalator

Geometri suatu molekul yang mengalami superkoiling dapat berubah


akibat beberapa faktor yang mempengaruhi pilinan internalnya. Sebagai contoh,
peningkatan suhu dapat menurunkan jumlah pilinan, atau sebaliknya, peningkatan
kekuatan ionik dapat menambah jumlah pilinan. Salah satu faktor yang penting
adalah keberadaan interkalator seperti etidium bromid (EtBr). Molekul ini
merupakan senyawa aromatik polisiklik bermuatan positif yang menyisip di antara
pasangan-pasangan basa. Dengan adanya EtBr molekul DNA dapat
divisualisasikan menggunakan paparan sinar UV.

14.4. Rangkuman Materi


27. Pembuatan margarin dan minyak kelapa dilakukan melalui hidrogenasi
(penjenuhan ikatan rangkap), sehingga diperoleh lemak dengan titik leleh
sekitar suhu tubuh.
251
28. Fosfolipid juga merupakan ester dari gliserol dengan asam lemak, tetapi salah
satu gugus OH dan gliserol itu diperester oleh asam fosfat yang selanjutnya
terikat pada suatu alkohol yang mengandung gugus amina (NH2).
29. Fosfolipid bersifat amfifilik, mempunyai gugus hidrofil dan gugus hidrofob.
30. Salah satu fungsi fosfolipid adalah membentuk membran sel.
31. Steroid mempunyai struktur yang berbeda dan lemak maupun fosfolipid.
Steroid bukan ester.

32. Steroid juga bersifat amfifilik.


33. Fungsi steroid antara lain adalah membentuk hormon dan getah empedu.
34. Asam nukleat merupakan polimer dan nukleotida.
35. Suatu nukleotida terdiri dan tiga jenis senyawa, yaitu basa nitrogen, gula
pentosa, dan asam fosfat.

36. Asam nukleat dapat berupa DNA dan RNA.


37. DNA terdiri dan deoksiribosa dan basa nitrogen: adenin, timin, guanin, dan
sitosin.
38. RNA terdiri dari ribosa dan basa nitrogen: adenin, guanin, urasil, dan sitosin.
39. DNA berbentuk heliks ganda. DNA menyimpan kode genetik, yaitu relasi
antara urut-urutan nukleotida dalam DNA dengan urut-urutan asam amino
dalam protein. Rangkaian nukleotida dalam DNA yang menentukan
pembentukan satu jenis protein disebut gen.

"Aku tak tahu seperti apa dunia melihatku, tetapi aku melihat diriku sendiri sebagai
seorang
anak yang bermain-main di tepi pantai, berlarian ke sana dan kemari mencari
kerang-kerang
kecil; sedangkan lautan kebenaran yang sangat luas terbentang tak tertaklukkan di
belakangku."
Isaac Newton

14.5. Latihan

252
1. Hidrolisis lemak menghasilkan . . . .
A. gliserol D. gliserol dan sabun
B. asam-asam amino E. gliserol dan asam amino
C. gliserol dan asam karboksilat
2. Dalam tubuh terdapat berbagai jenis lipid seperti lemak, fosfolipid, dan
steroid. Lipid yang berfungsi sebagai sumber energi adalah
A. lemak D. lemak dan fosfolipid
B. fosfolipid E. fosfolipid dan steroid
C. steroid
3. Fosfolipid dapat mengemulsikan lemak dalam air karena fosfolipid bersifat . .
..
A. hidrofil D. amfifilik
B. hidrofob E. netral
C. amfoter
4. Basa nitrogen penyusun DNA yang tidak terdapat pada RNA adalah . . . .
A. sitosin D. guanin
B. adenin E. urasil
C. timin
5. Sumber energi utama d alam tubuh kita adalah . . . .
A. karbohidrat D. asam nukleat
B. protein E. ATP
C. lemak
6. Biomolekul yang berfungsi sebagai katalis dalam tubuh tergolong . . . .
A. lipid D. asam nukleat
B. protein E. protein dan lipid
C. karbohidrat
7. Senyawa dalam sel yang berfungsi sebagai faktor genetika adalah . . . .
A. asam nukleat D. lipid
B. karbohidrat E. protein
C. hormon

253
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. 2010. Kimia Larutan. Bandung: Citra Aditia Bakti.

Allinger, Norman L., et. al. 1976. Organic Chemistry. New York: Worth Publisher.

Anonim. 2009. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Analitik II. Laboratorium Kimia
Analitik Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.

Anonim. 2008. Laju Reaksi. Diunduh di chem.-is-try.org I situs kimia indonesia I .


23-Maret-2012. Di Mataram.

Anonim. Pengertian Titrasi. Diunduh dari http://dzali.noiaenterprise.com/


pengertian-titrasi/dzali.2010.html. [Pada hari Sabtu, 5 Mei 2012]

Anonim. 2012. Larutan. Diunduh dari http://pala77o.blogspot.com/10/02/2012/


larutan. Pada tanggal 20 April 2012 pukul 09.30 WITA. Di
Mataram.

Anonim. 2012. pH meter. Diunduh dari http://www.chacha. blogspot.com/


10/02/2012/pH-meter. Pada tanggal 20 April 2012 pukul 09.00
WITA. Di Matarm.

Anonim. 2011 Reaksi Redoks dan Elektrokimia. Diunduh dari: http://dzali.


noianterprise.
com/Reaksi-Redoks-dan-Elektrokimia/dzali.2012.html. Pada sabtu,
13 Mei 2012 di Mataram.

Anonim. Diktat Penuntun Praktikum Kimia Dasar L Jurusan Kimia FMIPA.


Universitas Brawijaya. Malang.

Arsyad, M. Natsir. 2009. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:
Gramedia.

Baroroh, UM. 2009. Kimia Dasar 1. Banjarbaru: Universitas Lambung


Mangkurat.

Brady, James. E. 2009. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Edisi 5.
Binarupa Askara : Jakarta

Bresnick, Stephen. 2012. Kimia Umum. Jakarta: Hipokrates.

Chang, Raymond. 2009. Kimia Dasar Konsep — Konsep Intl. Jilid 1. Edisi 3

254
Erlangga: Jakarta

Day, R.A dan Underwood, A.L. 2010. Analisis Kimia Kuantitatif. Alih bahasa: Iis
Sofyan. Erlangga. Jakarta.

Depdikbud. 2009. Petunjuk Praktikum Ilmu Kimia. Jakarta: Depdikbud.

Fajar,Crys. 2009. Kimia Dasar. Yogyakarta:UNY.

Foong, Y. S. 2009. Kimia Tingkatan 5. Kuala Lumpur: Percetakan Rina Sdn. Bhd.
Gallagher,

Fransial, Nur. 2009. Kimia Organik Menuju Olimpiade Kimia. Jakarta: Bina
Sumber Daya Mipa.

Goenawan J. 2009. Buku kimia SMU Kelas /M. PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Gunawan, Adi. 2010. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.

http://wvvw.cabaret.blogspot.com/20/04/2012/asam-basa. Pada tanggal 20 April


2012 pukul 09.30. Di Mataram.

Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Mulyono. 2010. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: PT. Bumi


Aksara.

Notodarmojo, Suprihanto, dkk. 2010. Pengolahan Limbah Cair Emulsi Minyak


dengan Proses Membran Ultrafiltrasi Dua-tahap Aliran
Cross-Flow. Bandung: ITB.,

Partana, dkk. 2010. Kimia Dasar 2. Yogyakarta: UNY Press.

Praktek kimia dasar II. 2010. Modul praktikum kimia dasar II. Departamento
kimia, Pttrucci, Ralph H. 2009. Kimia Dasar. Edisi 4 . Jilid 3.
Erlangga : Jakarta

S.Sukri . 2010. Kimia Dasar 1. ITB : Bandung

Sastrohamidjojo, H. 2010. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2011. Kimia Dasar. Yogyakarta:
UGM Press.

Sidharta, Arief. 2011. Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkulri


Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP.
Diunduh dari

255
Sukardjo. 2010. Kimia Fisika. Jakarta: Bineka Cipta. Sutresno. 2010. Kimia.
Bandung: ITB.

Svehla, G. 2009. Analisis Anorganik Kualitatif .PT Kaman Media Pustaka: Jakarta

Vogel. 2009. Analisis Kimia Anorganik Kuantitatif. Alih bahasa: A.H. Pujaatmaka.

BIODATAPENULIS
256
SUBHAN, M.Pd lahir di Batulo, Baubau (Sulawesi Tenggara)
pada tanggal 23 Desember 1973. Anak ke tiga dari lima bersaudara (Ramalita,
Ummi Salamah. M.Pd, Abdul Rahman. M.Pd, dan Rahmat Saleh, S.Pd). Ayah
bernama Hi. Toasi Asvibin dan Ibu bernama Hj. Wa Ode Hawiah. Memulai karir
pendidikan dasar di SD Inpres Wangkanapi di Baubau pada tahun 1984, kemudian
melanjutkan ke SMP Negeri 1 Baubau dan lulus pada tahun 1989. Masuk SMA
pada tahun itu juga di SMA Negeri 2 Baubau dan lulus pada tahun 1991. Setelah
lulus SMA, dan melanjutkan studi ke Universitas Haluoleo, Kendari di
FKIPJurusan Pendidikan MIPA Jurusan Pendidikan Kimia dan memperoleh gelar
sarjana pada tanggal 27 November 1997. Menyelesaikan studi S2 di Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada Program Studi Pendidikan Ilmu
Pangetahuan Alam Konsentrasi Kimia SL, pada tanggal 30 Agustus Tahun 2010.
Pengalaman kerja antara lain: Staf Pengajar Kimia di SMK Negeri 3 Baubau pada
Tahun 1998 s.d 2000 (Guru Tidak Tetap), staf pengajar Fisika pada SMP Negeri 4
di Baubau pada Tahun 1999 s.d 2000 (Guru Bantu), ditahun yang sama melakukan
ekspansi pengajaran ke Ambon dan menjadi staf pengajar Matematika IPA pada
SMP Negeri 16 Nania Ambon, menjadi staf pengajar Kimia SMA Negeri 3
Ambon pada tahun 2000 s.d 2004 (Guru Bantu). Dosen Kimia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN sejak 2005 hingga sekarang.
Beberapa tulisan ilmiah penulis telah di muat di jurnal lokal (Horizon
Pendidikan – FITK IAIN Ambon, Fikratuna – IAIN Ambon) dan Proceeding in
the second international seminar of science education (UPI - Bandung 2008).
J abatan sekarang adalah Dosen biasa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Biologi IAIN Ambon.
Buku ini ditulis dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan para
mahasiswa, akan buku ajar Kimia Dasar. Pengertian dan konsep yang ditulis dalam
buku dimulai dari yang sederhana, kemudian kepada yang lebih sukardan dari
yang kongkrit sampai yang abstark. Untuk hal yang sukar dan abstrak sedapat
mungkin dibantu dengan alat praga berupa gambar, audio, audio visual dengan
harapan isinya mudah dipahami mahasiswa.

257

Anda mungkin juga menyukai