BAB II
STRUKTUR DASAR
PARADIGMA KESATUAN ILMU PENGETAHUAN
A. Sejarah
Paradigma ini sesungguhnya bukanlah paradigma
baru. Paradigma ini telah dipraktikkan oleh para ilmuwan
muslim klasik seperti Ibn Sina (980-1037M), al-Kindi (801-
870M), dan al-Farabi (874-950M). Mereka mempelajari
ilmu-ilmu Yunani yang lebih menekankan logos-
kontemplatif-non-eksperimental namun disesuaikan dan
dimodifikasi dengan anjuran ilmiah wahyu yang
menekankan observasi empiris atas fakta-fakta alam.1 Kedua
corak ilmu pengetahuan itu diikat dalam satu kesatuan oleh
wahyu. Mereka mempelajari semua ilmu dan kemudian
mendialogkannya hingga saling memperkaya.
Sejarah paradigma kesatuan ilmu bermula dari
para pendekar ilmuwan muslim paling awal baik dalam
ranah ilmu-ilmu naqliyyah maupun ilmu-ilmu aqliyyah.
Walaupun mereka mengkaji ranah berbeda namun memiliki
1
Shahid Rahman (Eds.), The Unity of Science in the
Arabic Tradition: Science, Logic, Epistemology, and Their
Interactions (New York: Springer, 2004), 15.
8
2
M. Abid al-Jabiri, Bunyat al-Aql al-Arabi (Beirut: al-
Markaz ats-Tsaqafi, 1991) 416-8.
3
Ilyas Supena, Pengantar Filsafat Islam (Semarang:
Walisongo Press, 2010), 78.
10
4
Ilyas, Pengantar Filsafat., 99.
11
5
Ibid., 98-9.
12
6
Wawancara dengan Prof. Kamal Hasan (IIUM), Kamis,
24 Oktober 2013, jam 11.00-14.00 di Rektorat IIUM, Gombak,
Kualalumpur, Malaysia.
7
Wawancara dengan Prof. Kamal Hasan (IIUM), Kamis,
24 Oktober 2013, jam 11.00-14.00 di Rektorat IIUM, Gombak,
Kualalumpur, Malaysia.
8
Abdel Aziz Berghout, “Toward Islamic Framework for
Worldview Studies: Preliminary Theorization”, Makalah
disampaikan dalam Workshop Penyusunan Blueprint
Pengembangan Akademik Proyek Pengembangan Akademik (IAIN
Sumatera Utara, IAIN Raden Fatah Palembang, IAIN Walisongo
Semarang, dan IAIN Mataram), Hotel Mikie Holiday, Berastagi,
12-15 November 2012.
16
9
Wawancara dengan Mohamad Sobary, 19 September
2012 di Semarang.
17
10
Shahid Rahman (Eds.), The Unity of Science in the
Arabic Tradition: Science, Logic, Epistemology, and Their
Interactions (New York: Springer, 2004), 15.
18
11
Ibid., 26.
19
12
John Symons (eds.), Otto Neurath and the Unityof
Science (New York: Springer, 2011), 223.
21
13
Wan Mohd. Nor Wan Daud, Filsafat Pendidikan Islam
Syed M. Naquib al-Attas, terj. Hamid Fahmy, dkk., (Bandung:
Mizan, 2003), 460.
22
14
Ibid., 206.
15
Ibid., 208.
23
16
Ibid., 212.
24
17
Ibid., 225.
18
Ibid., 227.
25
B. Definisi
Di kalangan para pemerhati filsafat ilmu, kata
paradigma yang pertama kali dipopulerkan oleh Thomas
Samuel Kuhn (1922-1996), menjadi amat penting. 20 Bagi
Kuhn, paradigma adalah seperangkat teori, metode, dan
pegangan ilmiah yang disepakati oleh para ilmuwan
serumpun yang akan menjadi pembeda dari ilmuwan lain
(tidak serumpun). Melalui karyanya yang sangat
monumental, The structure of Scientific Revolutions (1962),
ia menekankan pentingnya mempertimbangkan sejarah bagi
analisis filsafat sains.21 Melalui karya ini, Kuhn mengkritik
pandangan sebelumnya tentang perkembangan sains. Dalam
pandangan tradisional, perkembangan sains bersifat
evolusioner dan gradual accumulation dari penemuan-
penemuan ilmiah yang pernah ada. 22 Sedangkan menurut
19
Hamid Hasan Bilgrami dan Sayid Ali Asyraf, Konsep
Universitas Islam, terj. Machnun Husein (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1989), 63.
20
Muhyar Fanani, Pudarnya Pesona Ilmu Agama
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar-Manara, 2007), 22-38.
21
“Thomas Kuhn”, dalam A Companion to
Epistemology, 295.
22
I. Bernard Cohen, Revolution in Science (Cambridge-
Landon: The Belknap Press of Harvard University Press, 1985, 566.
26
23
Thomas Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions
London: The University of Chicago Press. Ltd., 1970) 122; Lihat
Juga Lihat Internet Website: Frank Pajares, “The Structure of
Scientific Revolutions: Outline and Study Gude”,
Http://www.emory.edu/EDUCATION/mfp/Kuhn., 12, diakses 8
Mei 2000.
24
Greg Soetomo, Sains dan Problem Ketuhanan
(Yogyakarta: Kanisius, 1995), 21
27
25
Thomas Kuhn, The Structure., 17-18.
26
Ibid., 11.
28
27
Ibid., 16-7.
28
Ibid., 17-8; Bandingkan dengan Harold I. Brown,
Perception, Theory, and Commitment: The New Philosophy of
Science (Chicago and Londonn: The University of Chicago Press,
1977), 9-11.
29
29
Thomas Kuhn, The Structure., 17-8.
30
Ibid., 65.
31
Nama lengkapnya Claudius Ptolemaeus (90-168M).
Seorang astronomer, geographer, and mathematician Yunani abad kedua
Masehi yang bekerja di Alexandria. Karyanya yang terkenal adalah The
Mathematical Collection, yang oleh orang-orang Arab disebut Almagest
(Arabic, 'The Greatest'). Karya itu merupakan sebuah buku teks yang
lengkap yang menunjukkan pandangannya akan bumi sebagai pusat
tatasurya (geosentris). Pandangannya itu berpengaruh luas pada
pemikiran abad tengah sehingga diadopsi oleh Gereja hingga masa
Renaissance akhir. Oxford Interactive Encyclopedia, CD Rom, versi 1.0.
32
Copernicus (1473-1543) adalah pendiri astronomi modern.
Lahir di Polandia dan mempelajari filosof-filosof Yunani di Akademi
30
33
Nama lengkapnya Sir Isaac Newton (1642-1727) seorang
matematikawan dan fisikawan Inggris. Pandangannya tentang fisika
teoretis sangat berpengaruh hingga munculnya Einstein. Pada tahun
1666-7 ia sangat produktif, sehingga ia menamainya dengan masa annus
mirabilis. Berbagai penemuannya mengantarkannya untuk menjadi
Lucasian Professor of Mathematics di Universitas Cambridge pada tahun
1669. Percobaannya dalam bidang optik dimulai tahun 1666 yang
membuatnya berkesimpulan bahwa cahaya putih itu terbuat dari
campuran dari cahaya yang warna-warni. Ia menerapkan pengetahuan
optiknya itu untuk menciptakan teleskop pemantul pertama pada tahun
1668.
35
Thomas Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions
(Herndon: The University of Chicago Press. Ltd., 1970), 12.
35
36
Steven Hodas, “Thomas Kuhn’s The Structure”,
Internet Website: http://www.. review.com/steven/kuhn.html.,
diakses 8 Mei 2000.
37
Imran Javaid, “Thomas Kuhn: Paradigm Die Hard”.,
Lihat juga: A Companion to Philosophy, 295.
38
Greg Sutomo, Sains dan Problem Ketuhanan., 22-3.
36
39
Nancey Murphy, Theology., 56-7.
40
Ibid., 57.
37
41
Laporan Kegiatan Workshop Penyusunan Kurikulum
Berbasis Unity of Sciences IAIN Walisongo Tahun 2013, 3.
38
42
Ibid., 227.
41
43
Ibid., 228.
42
44
Laporan Kegiatan Workshop Penyusunan Kurikulum
Berbasis Unity of Sciences IAIN Walisongo Tahun 2013, 7.
45
45
Prospektus Akademik: Sesi Akademik 20013/2014,
Universiti Sains Islam Malaysia.
46
C. Prinsip-prinsip
Menyadari bahwa paradigma sesungguhnya adalah
the consensus of scientific community, UIN Walisongo
menawarkan sebuah paradigma baru yang benih-benihnya
sudah muncul dalam diskursus keilmuan di UIN lain di
Indonesia yang lebih populer dengan sebutan paradigma
integrasi keilmuan Islam. Bila ditelusuri ke belakang
paradigma ini mengacu pada hasil Konferensi Internasional
Pendidikan Islam Pertama di Mekah tahun 1976. Mengingat
memiliki kekhasan tersendiri, paradigma UIN Walisongo
diberi nama paradigma kesatuan ilmu pengetahuan Wahdat
al-Ulum (Unity of Sciences). Terdapat perbedaan cukup
mendasar antara paradigma ini dengan paradigma integrasi.
Perbedaan yang mendasar itu adalah:
1. Paradigma kesatuan ilmu pengetahuan berangkat dari
kesadaran yang muncul di UIN Walisongo bahwa terdapat
46
Wawancara dengan Prof. Musthafa Mohd Hanefah, 18
Oktober 2013, jam 08.00-09.00 di Gedung Chancelori, USIM.
47
D. Pendekatan
E. Strategi
Dalam hal strategi untuk mengimplementasikan
paradigm unity of sciences itu, UIN Walisongo memiliki tiga
strategi, yakni: (1). Humanisasi ilmu-ilmu keislaman. (2).
Spiritualisasi ilmu-ilmu modern. (3). Revitalisasi local
wisdom.
47
Transkrip Ceramah Dr. Muhyar Fanani, M.Ag. dalam
Forum Pelepasan Alumni FUPK Fakultas Ushuluddin UIN
Walisongo, Aula 2, Lt. 2, 18 Desember 2013.
55
48
Ibid.
49
Ibid.
56
50
Ibid.
57
51
Ibid.
58
52
Ibid.
59
53
Ceramah Dr. H. Abdul Muhaya yang disampaikan
dalam Workshop Perumusan Paradigma UIN Walisongo di Hotel
Quest 22-23 Juli 2013.
54
Ibid.
60
55
Ibid.
61
56
Ibid.
62
57
Charles Kurzman (Ed.) Liberal Islam A Sourcebook,
New York: Oxford University Press, 1988.
63
58
Ceramah Dr. Fuad Nashori dalam Seminar Sosialisasi
Strategi Pengembangan Akademik Berbasis Unity of Sciences di
Hotel Pandanaran, Jumat, 6 Desember 2013.
59
Ibid.
60
Ibid.
65
61
Ibid.
66
62
Purwadi, Sufisme Sunan Kalijaga: Ajaran dan Laku
Spiritual Sang Guru Sejati (Yogyakarta: Araska, 2015), 182.
63
Ibid, 183-4.
64
Ibid, 184-6.
71