Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik


Pembangunan sektor industri di Indonesia terus mengalami peningkatan, salah
satunya adalah pembangunan sektor industri kimia. Oleh karena itu permintaan bahan baku
untuk industri kimia semakin tinggi, sehingga produksi dalam negeri tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhan tersebut dan Indonesia harus melakukan impor bahan baku. Nilai
impor pada industri pengolahan bulan Januari-Juni 2018 mengalami kenaikan sebesar
13,63% dibandingkan Januari-Juni 2017 dan nilai impor tertinggi selama periode Januari-
Juni 2018 berasal dari sektor bahan kimia dan barang dari bahan kimia (Kemenperin,
2018).
Bahan baku yang diimpor salah satunya yaitu etil asetat. Perusahaan yang
memproduksi etil asetat di Indonesia mencapai kapasitas total 62.500 ton per tahun. Dua
perusahaan itu adalah PT. Indo Acidatama Tbk dengan kapasitas 7.500 ton per tahun dan
PT. Showa Esterindo Indonesia dengan kapasitas 55.000 ton per tahun (Dutia, 2004).
Namun, kebutuhan etil asetat belum dapat dipenuhi oleh kedua perusahaan tersebut
sehingga Indonesia masih membutuhkan import etil asetat dari luar negri.
Etil asetat merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus molekul
CH3COOC2H5. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan serta pasar
yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi rasa seperti untuk es krim, kue, kopi,
teh atau juga untuk parfum, digunakan pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC
film, polimer cair dalam industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti
industri farmasi, dan sebagainya ( Mc Ketta and Cunningham, 1992 ).
Oleh karena itu, pabrik etil asetat layak didirikan di Indonesia. Hal ini karena dengan
mendirikan pabrik etil asetat di Indonesia akan memiliki dampak positif antara lain:
a. Mengurangi konsumsi impor etil asetat.
b. Membuka lapangan pekerjaan baru.
c. Memajukan perindustrian di Indonesia khususnya untuk industri kimia.
d. Mendorong tumbuhnya industri–industri lain yang menggunakan etil asetat
sebagai bahan baku atau bahan penunjang.
1.2 Kapasitas Rancangan
Pabrik Ethyl Asetat direncanakan dengan kapsitas 60.000 ton per tahun yang akan
beroperasi mulai 2025. Penetapan kapasitas produksi tersebut berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:

1.2.1 Kebutuhan Etil Asetat di Indonesia

Selama ini, kebutuhan etil asetat di Indonesia hanya sebagian terpenuhi dari
produksi dalam negeri, sehingga untuk memenuhi kekurangan tersebut,sebagian diperoleh
dari import. Diperkirakan semakin lama, kebutuhan akan etil asetat semakin banyak.
Prediksi kebutuhan etil asetat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1), dimana
hasilnya dinyatakan dalam Tabel 1.1.

Kebutuhan dalam negeri = (produksi + import) – export ..................................(1)


Tabel 1.1 Kebutuhan Etil asetat di Indonesia tahun 2003– 2010
No Tahun Etil Asetat (Ton)
1 2009 61343,904
2 2010 60241,156
3 2011 71571,656
4 2012 83185,559
5 2013 95770,058
6 2014 90784,773
7 2015 134149,697
8 2016 142917,616
9 2017 149890,473
10 2018 156304,81
Sumber: Badan Pusat Statistik

Pabrik etil asetat direncanakan akan berdiri pada tahun 2025, dan proyeksi
kebutuhan etil asetat hingga tahun 2018 diperkirakan dengan menggunakan pendekatan
regresi linier seperti terlihat pada Gambar 1.1. Dari Gambar tersebut diperoleh persmaan
(2)

y = 12041x – 20000000 ...............................................................................(2)


dimana:
y = Kebutuhan Etil Asetat (ton)
x = tahun

Grafik Kebutuhan Etil Asetat di Indonesia


180000
160000 y = 12041x - 2E+07
Kebutuhan etil asetat (ton)

R² = 0.9402
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
Tahun

Gambar 1.1 Grafik Kebutuhan Etil Asetat di Indonesia


Dari persamaan (2) dapat diketahui perkiraan kebutuhan etil asetat pada tahun 2025
sebesar 243.100 ton. Dengan asumsi bahwa produksi pabrik ethyl asetat dalam negeri
sampai dengan tahun 2025, maka untuk memenuhi 24% dari kebutuhan dalam negeri pada
tahun 2022 dibutuhkan produksi sebesar 58.344 ton, sehingga rancangan kapasitas yang
dibuat adalah 60.000 ton/tahun. Untuk itu, pendirian pabrik yang baru sangat diharapkan.

1.3 Pemilihan Lokasi Pabrik

Alternatif lokasi pabrik selulosa asetat ada dua pilihan, yaitu Kawasan Industri
Kendal di Kabupaten Kendal dan Kawasan Industri Jababeka Tbk di Jakarta. Kawasan
Industri Tanjung Buton dipilih berdasarkan letak bahan baku, sedangkan Kawasan Industri
Jababeka berdasarkan letak pasar. Selanjutnya kedua lokasi tersebut dibandingkan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu letak bahan baku, sarana transportasi, pasar
utama, ketenagakerjaan, utilitas, kondisi iklim dan cuaca, dan kebijakan pemerintah.
Berikut adalah perbandingan pemilihan lokasi pabrik selulosa asetat berdasarkan
metode kualitatif dengan pemeringkatan faktor.
Tabel 1.2 Perbandingan Lokasi Pendirian Pabrik Etil Asetat
Faktor Kawasan Industri Kendal Kawasan Industri Gresik
Bahan baku Jarak dengan bahan baku Jarak dengan bahan baku jauh,
dekat, karena bahan baku karena bahan baku utama
utama berasal dari PT. berasal dari PT.
Indoacidatama Solo. Indoacidatama Solo.
Transportasi Terdapat pelabuhan. Terdapat pelabuhan.
Pasar utama Jauh dari pasar sehingga Dekat dengan pasar.
memerlukan biaya yang lebih
tinggi.
Tenaga kerja UMK dan angkatan kerja di UMK dan angkatan kerja di
Kabupaten Kendal lebih Kabupaten Gresik lebih
rendah. tinggi.
Utilitas Didukung PLN dan air Didukung PLN dan air
melimpah serta jarak kawasan melimpah tetapi jarak
industri dengan pemukiman kawasan industri dengan
relatif jauh. pemukiman relatif dekat.
Ketersediaan lahan Lahan kosong sangat luas. Lahan kosong terbatas.
Kebijakan pemerintah Mendapat dukungan penuh. Mendapat dukungan penuh.
Kondisi iklim dan cuaca Kondisi iklim dan cuaca stabil Kondisi iklim dan cuaca stabil
dengan curah hujan yang lebih dengan curah hujan yang lebih
tinggi. rendah.

Kemudian dilakukan pemeringkatan faktor dengan menetapkan bobot dan skor tiap
faktor. Selanjutnya mengalikan skor dengan bobot dan menentukan total untuk tiap lokasi.
Total poin terbanyak maka dijadikan lokasi pabrik setil asetat. Berikut adalah
pemeringkatan faktor dengan bobot dan skor.

Tabel 1.3 Pemeringkatan Faktor Lokasi Pendirian Pabrik Etil Asetat

Faktor Bobot Skor


Lokasi A Lokasi B
Bahan baku 0,20 62 70
Transportasi 0,15 63,188 69,063
Pasar utama 0,20 64,375 68,125
Tenaga kerja 0,05 70 75
Utilitas 0,15 80 66,667
Lahan 0,10 90 60
Kebijakan 0,05 75 75
pemerintah
Kondisi cuaca dan 0,10 60 70
iklim
TOTAL 1,00 70,57 69,232

Keterangan :

≥ 85 : Sangat Baik

75 – 84 : Baik

65 – 74 : Cukup

≤ 64 : Kurang

Dari penilaian diatas, dapat dipilih lokasi untuk pabrik etil asetat ini berada di
Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.

1.4 Tinjauan Pustaka

Etil asetat adalah senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hydrogen, dan
oksigen dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan
Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat merupakan senyawa aromatik
dengan sifat cairan jernih, tak berwarna, berbau khas (Azura, 2015), semipolar sehingga
dapat menarik analit-analit yang bersifat polar dan nonpolar (Artini, 2013), volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga
3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar.
Gambar 1.2 Gugus Fungsi Etil Asetat

Etil asetat diperoleh dari reaksi esterifikasi dengan resin asam (Krupp) antara etanol
dan asam asetat yang banyak digunakan dalam industri percetakan, cat dan thiner, film dan
pvc, dan sisanya untuk perekat, farmasi dan pelarut.

1.4.1 Kegunaan Produk

Etil asetat adalah cairan tidak berwarna, merupakan senyawa yang mudah terbakar
dan mempunyai resiko peledakan ( eksplosive ). Adapun kegunaan etil asetat dalam
industri sebagai berikut :

a. Bahan pelarut cat, thinner, vernis dan bahan pembuat plastik.

b. Coextractant bagi bahan – bahan anti biotik pada industri farmasi.

c. Bahan baku industri tinta cetak dan industri resin sintetis.

d. Bahan baku industri parfum, flavour, kosmetik, sabun, dan minyak atsiri.

e. Untuk kebutuhan industri film fotografi, industri percetakan, industri kulit

sintetis.
1.4.2 Perbandingan Proses Pembuatan Selulosa Asetat

Ada beberapa macam proses dalam pembuatan etil asetat, diantaranya adalah :

1. Proses Tischenko

Proses ini pertama kali dikembangkan oleh Tischenco, dengan yield sebesar 61%.
Bahan baku yang digunakan adalah asetaldehid dengan memakai katalis alumunium
etoksida pada temperatur 20oC. Proses ini dikembangkan pada industri di Eropa selama
satu setengah abad dimana asetaldehid menjadi bahan intermediet yang penting dibanding
etilene.

Reaksi yang terjadi :

2CH3CHO CH3COOCH2CH3

Asetaldehid CSTR Katalis Aluminium


Alkoxide

Distilasi Asetaldo

Stripper

Etil

Gambar 1.3 Blok Diagram Proses Tischenko


2. Proses Esterifikasi dengan Katalis Asam Sulfat

Reaktan yang dipakai dalam proses ini adalah etanol dan asam asetat dengan
menggunakan katalis asam sulfat. Proses ini berlangsung pada suhu 100oC dengan yield
etil asetat yang dapat diperoleh sebesar 99%.

Reaksi yang terjadi :

CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + H2O

Katalis Asam Sulfat

Etanol CSTR Asam Asetat

Distilasi

Dekanter
Air
Etanol

Kolom Stripping

Etil Asetat

Gambar 1.4 Blok Diagram Proses Esterifikasi dengan Katalis Asam Sulfat
3. Proses Sintesis Etil Asetat dari Etilena dan Asam Asetat

Reaktan yang dipakai dalam proses ini adalah asam asetat dan etilene, dengan
memakai katalis fungsto phosporic acid, 10 – 90 %. Suhu 100oC – 300oC tekanan 10 atm
dan yield 43,6%.

Reaksi yang terjadi :

CH3COOH + C2H4 CH3COOCH2CH3

Oksigen Reaktor

Ethylene Vaporizer Absorber

Asam Asetat

Distilasi

Etil Asetat

Gambar 1.4 Blok Diagram Proses Sintesis Etil Asetat dari Etilena dan Asam Asetat
4. Proses Reactive Distillation

Pada proses ini digunakan bahan baku 1 bagian 86% etanol dan 1 bagian 96% asam
asetat untuk menghasilkan 1 bagian etil asetat 99 % pada suhu 70-90oC dan tekanan 1 atm.
Pada proses ini, fungsi reaktor sebagai tempat reaksi digantikan dengan sebuah kolom
rekatif yang mampu menghasilkan kadar etil asetat yang tinggi. Untuk mempercepat reaksi
resin amberlyst-35 digunakan sebgai bahan pendukung reaksi supaya reaksi berjalan lebih
cepat.

Reaksi yang terjadi:

Amberlyst 35

CH3CO2.OH + CH3CH2OH CH3CO.O.CH2CH3 + H2O

Katalis Amberlyst 35

Etanol Reactive Distillation Asam Asetat

Dekanter

air etanol
Kolom Stripping

Etil Asetat

Gambar 1.5 Blok Diagram Proses Reactive Distillation


5. Proses Krupp

Proses ini pada dasarnya sama dengan proses esterifikasi dengan katalis asam
sulfat, namun pada proses Krupp memakai katalis resin asam. Reaksi pada proses ini
berlangsung pada tekanan atmosferis dan suhu 99-100oC dengan kemurnian yang dapat
dihasilkan sebesar 99,8 %.

Tabel 1.4 Perbandingan Proses Pembuatan Etil Asetat

Pertimbangan Esterifikasi Tischenco Proses Etilen Reactive Krupp


dengan Katalis dan Asam Distillation
Asam Asetat
Bahan Baku Etanol dan Asetaldehida Etilen dan Etanol dan Etanol dan
Asam Asetat Asam Asetat Asam Asetat Asam Asetat
Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan
Bahan Baku etanol dan asetaldehide etilen di alam etanol dan etanol dan
asam asetat cukup banyak terbatas, asam asetat asam asetat
cukup banyak di pasar karena cukup cukup
di pasar terbatasi oleh banyak di banyak di
ketersediaan pasar pasar
minyak bumi
Konversi 66,57 % 61 % 43,6% 99% 99,8 %
Suhu Operasi 155oC 20oC 200oC 90-110oC 99-100oC
Tekanan 1 atm 1 atm 54,2 atm 1 atm 1 atm

Untuk perancangan ini dipilih proses Krupp karena memiliki keuntungan :

- Bahan baku mudah diperoleh.

- Bahan pembantu yang digunakan lebih sedikit ( resin asam).

- Temperatur dan tekanan relatif rendah

- Menghasilkan kemurnian produk sebesar 99,8%

- Pemisahan produk dengan katalis mudah karena katalis yang digunakan

padat.
1.4.3 Konsep Proses

1. Dasar Reaksi

Proses pembuatan etil asetat didasarkan pada reaksi esterifikasi dari asam asetat
dan etanol. Reaksi :

CH3COOH(l) + CH3CH2OH(l) CH3COOC2H5 + H2O

Reaksi terjadi pada fase cair-cair, tanpa reaksi samping. Reaksi ini berjalan bolak-
balik dan mencapai kesetimbangan pada konversi sebesar 67% (Faith and Keyes, 1965).
Katalis yang digunakan adalah katalis resin asam gel polystirene divinil benzene. Tekanan
reaksi yang digunakan sebesar 1,2 bar dan suhu reaksi sebesar 85oC. Untuk mendapatkan
konversi yang lebih dari 67% dapat dilakukan dengan meningkatkan perbandingan molar
asam asetat terhadap etanol (Mc Ketta, 1992). Dalam hal ini perbandingan reaktan asam
asetat terhadap etanol yang digunakan sebesar 1 : 2.
2. Mekanisme Reaksi
2.1 Adsorbsi
Adsrobsi reaktan pada permukaan katalis
CH3COOH CH3COOH5
Pada tahap ini terjadi adsorbs reaktan pada resin.
2.2 Aktifasi (reaksi pada permukaan katalis)
a. Pada tahap ini reaktan yang telah teradsorpsi akan bersifat aktif di permukaan
katalis.

b. Asam asetat teraktifasi diserang oleh alcohol.

c. Terjadi pergeseran proton membentuk H2O


d. Terjadi pelepasan H2O

2.3 Desorpsi
Pada tahap ini terjadi pelepasan H+

Keterangan :
1. Perpindahan proton H+ dari katalis asam ke oksigen pada gugus karbonil
2. Karbon pada gugus karbonil diserang oleh atom oksigen dari alkohol lalu
terjadi pembentukan sebuah ion oxonium
3. Perpindahan proton dari ion oxonium ke molekul kedua dari alkohol akan
membentuk hasil antara yang aktif
4. Protonasi salah satu gugus hidroksi dari hasil antara yang aktif membentuk
ion oxonium yang baru
5. Kehilangan air dari ion oxonium ini akan membentuk sebuah ester
1.4.4 Tinjauan Termodinamika

Secara termodinamika, untuk menentukan sifat reaksi dapat dilihat dari harga entalphi
dan konstanta keseimbangan.
Reaksi utama :
CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOC2H5 + H2O
Diketahui harga entalphi pada suhu 25oC
∆Hf asam asetat = - 484.500 J/mol
∆Hf etanol = - 277.690 J/mol
∆Hf etil asetat = - 463.250 J/mol
∆Hf air = - 285.830 J/mol
serta harga energi gibbs pada suhu 25oC
∆Gf asam asetat = - 389.900 J/mol
∆Gf etanol = - 174.780 J/mol
∆Gf etil asetat = - 318.280 J/mol
∆Gf air = - 237.129 J/mol

Perubahan entalpi standar (panas reaksi) digunakan untuk mengetahui reaksi


bersifat endotermis atau eksotermis.
Harga entalphi reaksi dihitung dengan rumus :

∆Hr (298 K) = ∆Hf produk - = ∆Hf reaktan

= (∆Hf etil asetat - ∆Hf air) – (∆Hf asam asetat - ∆Hf etanol)
= (- 463.250) + (-285.830) – ((- 484.500) + (- 277.690))
= 13.110 J/mol
Ternyata ∆H reaksinya menunjukkan harga positif maka reaksi ini bersifat
endotermis.
1.4.5 Tinjauan Kinetika

Secara kinetika, kecepatan reaksi dapat diketahui dari persamaan berikut :

-ra = k.Ca.Cb ……………. (1)


dengan harga k (konstanta kecepatan reaksi) dapat dicari berdasarkan persamaan
Arrhenius :
k = A.exp (-PA/RT) ……….. (2)
Dari persamaan (1) dan (2) dengan adanya kenaikan suhu (T) maka harga k akan semakin
naik. Hal ini mengakibatkan kecepatan reaksi akan semakin cepat pula. Harga k yang
diperoleh dari eksperimen Hangx dan kawan-kawan (2001) adalah :
k1 = 4,24.106 exp(-48/RT)
dimana :
k = kecepatan reaksi pembentukan etil asetat, mol/kgcat.s
R = konstanta gas ideal; 0,008314 kJ/mol K
T = suhu, K

Anda mungkin juga menyukai