PENDAHULUAN
Selama ini, kebutuhan etil asetat di Indonesia hanya sebagian terpenuhi dari
produksi dalam negeri, sehingga untuk memenuhi kekurangan tersebut,sebagian diperoleh
dari import. Diperkirakan semakin lama, kebutuhan akan etil asetat semakin banyak.
Prediksi kebutuhan etil asetat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1), dimana
hasilnya dinyatakan dalam Tabel 1.1.
Pabrik etil asetat direncanakan akan berdiri pada tahun 2025, dan proyeksi
kebutuhan etil asetat hingga tahun 2018 diperkirakan dengan menggunakan pendekatan
regresi linier seperti terlihat pada Gambar 1.1. Dari Gambar tersebut diperoleh persmaan
(2)
R² = 0.9402
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
Tahun
Alternatif lokasi pabrik selulosa asetat ada dua pilihan, yaitu Kawasan Industri
Kendal di Kabupaten Kendal dan Kawasan Industri Jababeka Tbk di Jakarta. Kawasan
Industri Tanjung Buton dipilih berdasarkan letak bahan baku, sedangkan Kawasan Industri
Jababeka berdasarkan letak pasar. Selanjutnya kedua lokasi tersebut dibandingkan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu letak bahan baku, sarana transportasi, pasar
utama, ketenagakerjaan, utilitas, kondisi iklim dan cuaca, dan kebijakan pemerintah.
Berikut adalah perbandingan pemilihan lokasi pabrik selulosa asetat berdasarkan
metode kualitatif dengan pemeringkatan faktor.
Tabel 1.2 Perbandingan Lokasi Pendirian Pabrik Etil Asetat
Faktor Kawasan Industri Kendal Kawasan Industri Gresik
Bahan baku Jarak dengan bahan baku Jarak dengan bahan baku jauh,
dekat, karena bahan baku karena bahan baku utama
utama berasal dari PT. berasal dari PT.
Indoacidatama Solo. Indoacidatama Solo.
Transportasi Terdapat pelabuhan. Terdapat pelabuhan.
Pasar utama Jauh dari pasar sehingga Dekat dengan pasar.
memerlukan biaya yang lebih
tinggi.
Tenaga kerja UMK dan angkatan kerja di UMK dan angkatan kerja di
Kabupaten Kendal lebih Kabupaten Gresik lebih
rendah. tinggi.
Utilitas Didukung PLN dan air Didukung PLN dan air
melimpah serta jarak kawasan melimpah tetapi jarak
industri dengan pemukiman kawasan industri dengan
relatif jauh. pemukiman relatif dekat.
Ketersediaan lahan Lahan kosong sangat luas. Lahan kosong terbatas.
Kebijakan pemerintah Mendapat dukungan penuh. Mendapat dukungan penuh.
Kondisi iklim dan cuaca Kondisi iklim dan cuaca stabil Kondisi iklim dan cuaca stabil
dengan curah hujan yang lebih dengan curah hujan yang lebih
tinggi. rendah.
Kemudian dilakukan pemeringkatan faktor dengan menetapkan bobot dan skor tiap
faktor. Selanjutnya mengalikan skor dengan bobot dan menentukan total untuk tiap lokasi.
Total poin terbanyak maka dijadikan lokasi pabrik setil asetat. Berikut adalah
pemeringkatan faktor dengan bobot dan skor.
Keterangan :
≥ 85 : Sangat Baik
75 – 84 : Baik
65 – 74 : Cukup
≤ 64 : Kurang
Dari penilaian diatas, dapat dipilih lokasi untuk pabrik etil asetat ini berada di
Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.
Etil asetat adalah senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hydrogen, dan
oksigen dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan
Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat merupakan senyawa aromatik
dengan sifat cairan jernih, tak berwarna, berbau khas (Azura, 2015), semipolar sehingga
dapat menarik analit-analit yang bersifat polar dan nonpolar (Artini, 2013), volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga
3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar.
Gambar 1.2 Gugus Fungsi Etil Asetat
Etil asetat diperoleh dari reaksi esterifikasi dengan resin asam (Krupp) antara etanol
dan asam asetat yang banyak digunakan dalam industri percetakan, cat dan thiner, film dan
pvc, dan sisanya untuk perekat, farmasi dan pelarut.
Etil asetat adalah cairan tidak berwarna, merupakan senyawa yang mudah terbakar
dan mempunyai resiko peledakan ( eksplosive ). Adapun kegunaan etil asetat dalam
industri sebagai berikut :
d. Bahan baku industri parfum, flavour, kosmetik, sabun, dan minyak atsiri.
sintetis.
1.4.2 Perbandingan Proses Pembuatan Selulosa Asetat
Ada beberapa macam proses dalam pembuatan etil asetat, diantaranya adalah :
1. Proses Tischenko
Proses ini pertama kali dikembangkan oleh Tischenco, dengan yield sebesar 61%.
Bahan baku yang digunakan adalah asetaldehid dengan memakai katalis alumunium
etoksida pada temperatur 20oC. Proses ini dikembangkan pada industri di Eropa selama
satu setengah abad dimana asetaldehid menjadi bahan intermediet yang penting dibanding
etilene.
2CH3CHO CH3COOCH2CH3
Distilasi Asetaldo
Stripper
Etil
Reaktan yang dipakai dalam proses ini adalah etanol dan asam asetat dengan
menggunakan katalis asam sulfat. Proses ini berlangsung pada suhu 100oC dengan yield
etil asetat yang dapat diperoleh sebesar 99%.
Distilasi
Dekanter
Air
Etanol
Kolom Stripping
Etil Asetat
Gambar 1.4 Blok Diagram Proses Esterifikasi dengan Katalis Asam Sulfat
3. Proses Sintesis Etil Asetat dari Etilena dan Asam Asetat
Reaktan yang dipakai dalam proses ini adalah asam asetat dan etilene, dengan
memakai katalis fungsto phosporic acid, 10 – 90 %. Suhu 100oC – 300oC tekanan 10 atm
dan yield 43,6%.
Oksigen Reaktor
Asam Asetat
Distilasi
Etil Asetat
Gambar 1.4 Blok Diagram Proses Sintesis Etil Asetat dari Etilena dan Asam Asetat
4. Proses Reactive Distillation
Pada proses ini digunakan bahan baku 1 bagian 86% etanol dan 1 bagian 96% asam
asetat untuk menghasilkan 1 bagian etil asetat 99 % pada suhu 70-90oC dan tekanan 1 atm.
Pada proses ini, fungsi reaktor sebagai tempat reaksi digantikan dengan sebuah kolom
rekatif yang mampu menghasilkan kadar etil asetat yang tinggi. Untuk mempercepat reaksi
resin amberlyst-35 digunakan sebgai bahan pendukung reaksi supaya reaksi berjalan lebih
cepat.
Amberlyst 35
Katalis Amberlyst 35
Dekanter
air etanol
Kolom Stripping
Etil Asetat
Proses ini pada dasarnya sama dengan proses esterifikasi dengan katalis asam
sulfat, namun pada proses Krupp memakai katalis resin asam. Reaksi pada proses ini
berlangsung pada tekanan atmosferis dan suhu 99-100oC dengan kemurnian yang dapat
dihasilkan sebesar 99,8 %.
padat.
1.4.3 Konsep Proses
1. Dasar Reaksi
Proses pembuatan etil asetat didasarkan pada reaksi esterifikasi dari asam asetat
dan etanol. Reaksi :
Reaksi terjadi pada fase cair-cair, tanpa reaksi samping. Reaksi ini berjalan bolak-
balik dan mencapai kesetimbangan pada konversi sebesar 67% (Faith and Keyes, 1965).
Katalis yang digunakan adalah katalis resin asam gel polystirene divinil benzene. Tekanan
reaksi yang digunakan sebesar 1,2 bar dan suhu reaksi sebesar 85oC. Untuk mendapatkan
konversi yang lebih dari 67% dapat dilakukan dengan meningkatkan perbandingan molar
asam asetat terhadap etanol (Mc Ketta, 1992). Dalam hal ini perbandingan reaktan asam
asetat terhadap etanol yang digunakan sebesar 1 : 2.
2. Mekanisme Reaksi
2.1 Adsorbsi
Adsrobsi reaktan pada permukaan katalis
CH3COOH CH3COOH5
Pada tahap ini terjadi adsorbs reaktan pada resin.
2.2 Aktifasi (reaksi pada permukaan katalis)
a. Pada tahap ini reaktan yang telah teradsorpsi akan bersifat aktif di permukaan
katalis.
2.3 Desorpsi
Pada tahap ini terjadi pelepasan H+
Keterangan :
1. Perpindahan proton H+ dari katalis asam ke oksigen pada gugus karbonil
2. Karbon pada gugus karbonil diserang oleh atom oksigen dari alkohol lalu
terjadi pembentukan sebuah ion oxonium
3. Perpindahan proton dari ion oxonium ke molekul kedua dari alkohol akan
membentuk hasil antara yang aktif
4. Protonasi salah satu gugus hidroksi dari hasil antara yang aktif membentuk
ion oxonium yang baru
5. Kehilangan air dari ion oxonium ini akan membentuk sebuah ester
1.4.4 Tinjauan Termodinamika
Secara termodinamika, untuk menentukan sifat reaksi dapat dilihat dari harga entalphi
dan konstanta keseimbangan.
Reaksi utama :
CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOC2H5 + H2O
Diketahui harga entalphi pada suhu 25oC
∆Hf asam asetat = - 484.500 J/mol
∆Hf etanol = - 277.690 J/mol
∆Hf etil asetat = - 463.250 J/mol
∆Hf air = - 285.830 J/mol
serta harga energi gibbs pada suhu 25oC
∆Gf asam asetat = - 389.900 J/mol
∆Gf etanol = - 174.780 J/mol
∆Gf etil asetat = - 318.280 J/mol
∆Gf air = - 237.129 J/mol
= (∆Hf etil asetat - ∆Hf air) – (∆Hf asam asetat - ∆Hf etanol)
= (- 463.250) + (-285.830) – ((- 484.500) + (- 277.690))
= 13.110 J/mol
Ternyata ∆H reaksinya menunjukkan harga positif maka reaksi ini bersifat
endotermis.
1.4.5 Tinjauan Kinetika