Anda di halaman 1dari 10

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen

dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Dalam era globalisasi, penting bagi Indonesia sebagai negara yang


sedang berkembang untuk meningkatkan pembangunan di segala bidang
termasuk dari sektor industri. Salah satu diantaranya adalah industri kimia.
Perkembangan industri kimia oleh pemerintah ditandai dengan adanya
pendirian pabrik-pabrik kimia baru, yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan bahan-bahan industri dalam negeri. Salah satu jenis bahan
kimia yang masih diperoleh dengan cara impor dari negara-negara
produsen termasuk diantaranya adalah sorbitol. Oleh sebab itu, muncul
konsep pemikiran bahwa masa depan pendirian pabrik sorbitol mempunyai
peluang yang baik guna menunjang berbagai industri lain di samping dapat
menghemat devisa negara melalui pengurangan kebutuhan impor sorbitol
dari luar negeri.
Sorbitol adalah senyawa monosakarida polyhidric alcohol. Nama
kimia lain dari sorbitol adalah hexitol atau glusitol dengan rumus kimia
C6H14O6. Struktur molekulnya mirip dengan struktur molekul glukosa
hanya yang berbeda gugus aldehid pada glukosa diganti menjadi gugus
alkohol. Struktur kimia sorbitol dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Struktur Kimia Sorbitol


(Perry, 1999)
Sorbitol pertama kali ditemukan dari juice ash berry (Sorbus
auncuparia L) di tahun 1872. Setelah itu, sorbitol banyak ditemukan pada
buah-buahan seperti apel, plums, cherris, kurma, peaches, dan apricots. Zat
ini berupa bubuk kristal berwarna putih yang higroskopis, tidak berbau dan

Bab I. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen


dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun

berasa manis. Sorbitol larut dalam air, gliserol, propylene glicol, serta
sedikit larut dalam metanol, etanol, asam asetat, phenol, dan acetamida.
Namun tidak larut hampir dalam semua pelarut organik. Sorbitol dapat
dibuat dari glukosa dengan proses hidrogenasi katalitik bertekanan tinggi.
Sorbitol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri barang
konsumsi dan makanan seperti pasta gigi, permen, kosmetik, farmasi,
vitamin C, dan termasuk industri textil dan kulit (Othmer, 1960).
Keunggulan sorbitol selain harga lebih ekonomis, juga karena sifat
fisika dan kimianya yang lebih baik, yaitu :
a. Terbuat dari bahan nabati. Bahan baku sorbitol adalah glukosa
yang merupakan hasil pemecahan pati sebagai produk
pertanian, berbeda dengan propilen glikol yang merupakan
produk petrokimia sehingga untuk industri farmasi maupun
kosmetik, sorbitol merupakan produk yang aman bagi
kesehatan.
b. Untuk produk-produk yang mempertahankan kelembaban dan
kondisionernya. Pemakaian sorbitol seabagai pengganti gliserin
dan propilen glikol akan menghasilkan kenampakan dan rasa
yang lebih baik.
c. Sebagai pemanis untuk kesehatan. Dalam dunia farmasi,
sorbitol dikenal sebagai produk yang mempunyai rasa manis
hampir sama dengan gula namun hanya sedikit mempengaruhi
kadar glukosa dalam tubuh manusia, sehingga bagi penderita
diabetes dapat digunakan sebagai alternatif bahan pemanis
pengganti sukrosa (Dodgson, 1993).
Produksi sorbitol di Indonesia masih sangat terbatas, dari data yang
ada masih terdapat tiga pabrik besar yang telah memproduksi sorbitol
dapat dilihat pada tabel 1.1.

Bab I. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen


dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun

Tabel 1.1 Produsen Sorbitol di Indonesia


Perusahaan
Lokasi
PT Sorbitol Inti Murni Pasuruan
PT Sama Satria
Sidoarjo
Pasifik
PT Budi Kimia Raya
Lampung
Total Kapasitas

Kapasitas Produksi (Ton/Tahun)


29900
7200
3000
40100
(CIC Indochemical No. 158, 2009)

Produksi sorbitol lokal selain untuk pemasaran di dalam negeri


juga sebagian besar untuk diekspor. Pasar ekspor sebenarnya menjadi
prioritas utama bagi produsen sorbitol Indonesia, karena selain importir
luar negeri selalu membayar tunai, mereka juga cenderung melakukan
kontrak penjualan jangka panjang. Oleh sebab itu kompetisi di pasar
internasional dapat mendorong produsen sorbitol Indonesia selalu
mengikuti perkembangan produk dan teknologi di luar negeri.
Sesuai dengan kontrak ekspornya, produsen sorbitol Indonesia
memperoleh pembebasan dari bea impor bahan baku dan bahan
pendukung yang dibutuhkan dalam memproduksi sorbitol untuk tujuan
ekspor. Walaupun ekspor terus ditingkatkan, namun hingga sekarang
Indonesia masih terus melakukan impor. Impor sorbitol itu masih terus
berjalan dikarenakan beberapa hal, yaitu selain karena terjadi peningkatan
konsumsi dalam negeri akibat perkembangan industri pemakai juga karena
masih dibutuhkan sorbitol dengan spesifikasi tertentu belum diproduksi di
Indonesia (CIC - Indochemical Edisi 288).
Pabrik sorbitol dari tepung tapioka dengan proses hidrogenasi
katalitik ini didirikan dengan alasan memberi peluang bagus dan
membantu pabrik sorbitol lain dengan memberikan kerja sama dalam
bentuk inovasi bahan baku. Dari literatur terdapat beberapa masalah pabrik
sorbitol di Indonesia, antara lain :
1. Kondisi perekonomian dunia dan dalam negeri seperti nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing, tingkat inflasi, suku bunga, dan
sebagainya.

Bab I. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen


dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun

2. Adanya perubahan peraturan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai


akibat dari negara maju yang terus mengurangi ekspor dari negara
maju lain yang menawarkan harga murah.
3. Pengembangan dan pengalihan bahan baku alternatif untuk sorbitol.
4. Berkurangnya pasokan dan gejolak harga bahan baku akibat tingginya
permintaan seiring dengan pengembangan industri berbasis etanol
yang akan berdampak pada laba perusahaan.
5. Bahan baku sorbitol yaitu tepung jagung yang harganya terus melonjak
seiring dengan penggunaan untuk sumber energi alternatif.
Dari beberapa masalah di atas, pendirian pabrik ini dimaksudkan
untuk pengembangan dan pemanfaatan kebutuhan tepung tapioka sebagai
bahan baku sorbitol (Sorini Agro Asia Corporindo, 2008).
Di samping itu dengan pendirian pabrik sorbitol di dalam negeri,
akan memberikan manfaat diantaranya adalah untuk :
1. Menghemat devisa negara, selain itu juga akan mengurangi
ketergantungan terhadap negara lain.
2. Dapat memberikan kesempatan bagi berdirinya industri-industri yang
menggunakan sorbitol sebagai bahan bakunya.
3. Memenuhi kebutuhan sorbitol yang diproyeksikan akan terus
meningkat.

Sementara itu kebutuhan dalam negeri akan sorbitol semakin


meningkat. Menurut BPS pada tahun 2009, impor sorbitol Indonesia pada
tahun 2003-2009 meningkat hingga mencapai 17.661.288 kg/tahun.
Perkembangan impor, produksi, dan ekspor sorbitol dapat dilihat pada
keterangan dibawah ini.

Bab I. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen


dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun

1. Data Impor Sorbitol (Sumber BPS 2009)


Tabel 1.2 Impor Sorbitol
Tahun

Volume (Kg/tahun)

2003

1.441.243

2004

3.858.382

2005

5.002.420

2006

3.278.889

2007

5.472.130

2008

9.938.440

2009

17.661.288

Maka kebutuhan impor sorbitol pada tahun 2014 diperkirakan


sebesar 28.000.000 kg/tahun atau 28.000 ton/tahun.

20000000
18000000
16000000
14000000
12000000
10000000

Tahun

8000000

Volume (Kg/Tahun)

6000000
4000000
2000000
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gambar 1.2 Diagram Impor Sorbitol

Bab I. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen


dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun

2. Data Produksi Sorbitol


Tabel 1.3 Produksi Sorbitol
Tahun

Produksi (Kg/tahun)

2000

24.952,6

2002

21.356.158

2003

54.007.123

2004

54.325.376

2005

46.808.939

Maka produksi sorbitol pada tahun 2014 diperkirakan sebesar


140.000.000 kg/tahun atau 140.000 ton/tahun.

60000000
50000000
40000000
30000000

Tahun
Produksi (Kg/Tahun)

20000000
10000000
0
2000

2002

2003

2004

2005

Gambar 1.3 Diagram Produksi Sorbitol

3. Data Ekspor Sorbitol


Tabel 1.4 Ekspor Sorbitol
Tahun

Volume (Kg/tahun)

2004

77.466.410

2005

99.449.982

2006

101.639.092

2007

118.078.677

Bab I. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen


dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun

Maka ekspor sorbitol pada tahun 2014 diperkirakan sebesar


140.000.000 kg/tahun atau 140.000 ton/tahun.

14000000
12000000
10000000
80000000
Tahun

60000000

Volume (Kg/Tahun)

40000000
20000000
0
2004

2005

2006

2007

Gambar 1.4 Diagram Ekspor Sorbitol

Berdasarkan data di atas, maka dapat dihitung kebutuhan konsumen


yaitu :
Kebutuhan konsumen

= (Impor + Produksi) Ekspor


= (28.000 ton/tahun + 140.000 ton/tahun)
(140.000 ton/tahun)
= 28.000 ton/tahun

Kapasitas pabrik yang akan didirikan berada di atas kapasitas atau


sama dengan kebutuhan impor maksimum. Berdasarkan hasil regresi di
atas pada tahun 2014 perkiraan kebutuhan sorbitol di Indonesia mencapai
28.000 Ton/tahun.
Oleh karena itu berdasarkan data di atas maka ditentukan
kapasitas pabrik sorbitol yang didirikan adalah 60.000 ton/tahun.

Bab I. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen


dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun

B. Tinjauan Pustaka

Macam-macam proses pembuatan sorbitol dari tepung tapioka dan


gas hidrogen :
1. Proses reduksi elektrolitik.
Bagian utama dari proses ini adalah elektrolitik cell yang
merupakan tempat terjadinya reduksi D-glukosa menjadi sorbitol.
Biasanya pada bagian ini dilengkapi dengan sumber arus yang tidak
berfluktuasi. Elektroda yang dipakai adalah amalgam sebagai katoda
dan timbal sebagai anoda, sedangkan larutan yang dipakai NaOH dan
Na2SO4. Pada prinsipnya glukosa akan direduksi dengan H2 sebagai
hasil proses elektrolisis diatas. Dari proses diatas akan dihasilkan
sorbitol.
Dalam proses ini larutan gula dielektroda dengan menggunakan
katoda Pb, Hg, Amalgamat. Gas hidrogen yang dibebaskan akan
mereduksi glukosa menjadi sorbitol. Proses ini lambat, konversi
rendah, dan mahal karena memerlukan banyak tenaga dan tidak dapat
bersaing dengan proses lain.
(Faith, 1975)

2. Proses hidrogenasi katalitik.


Proses pembuatan sorbitol dengan hidrogenasi katalitik dilakukan
dengan cara mereaksikan dekstrosa dan gas hidrogen bertekanan tinggi
dengan menggunakan katalis Raney nickel dalam reaktor, sehingga
kontak yang terjadi semakin baik.
Proses reaksi dilakukan secara kontinyu, dengan menggunakan
reaktor trickle bed dimana kondisi operasi pada reaktor adalah
temperatur 130-177C dan tekanan 100 atm.
Glukosa sebagai hasil antara tidak terdapat bebas di alam. Glukosa
merupakan gugus sakarida yang paling sederhana dan dapat diperoleh
dengan memecah polisakarida seperti pati. Pemecahan rantai

Bab I. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen


dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun

polisakarida

dilakukan

dengan

hidrolisis

yang

menggunakan

katalisator asam.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :


(C6H12O6)(C6H10O5)x + xH2O
pati

(1+x)C6H12O6
glukosa

Reaksi pembentukan sorbitol :


C6H12O6 + H2

C6H14O6
glukosa

sorbitol

(Faith, 1975)

Bab I. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen


dengan Kapasitas 60.000 Ton/Tahun

Tabel 1.5 Perbandingan Antara Reduksi Elektrolitik dan Hidrogenasi


Katalitik
Parameter

Proses
Reduksi Elektrolitik

Hidrogenasi Katalitik

Bahan Baku

Glukosa

Glukosa

Konversi Reaksi

Rendah

Tinggi

1. Segi Proses

Dalam proses reduksi Dalam proses hidrogenasi


dibutuhkan waktu yang waktu

yang dibutuhkan

lama untuk mencapai untuk

mencapai

proses

produk yang diinginkan yang

diinginkan

lebih

cepat.
Kualitas Produk

Rendah

Tinggi

Untuk bahan baku dari Bila dibandingkan dengan


sirup glukosa, produk proses
sorbitol
dihasilkan

reduksi,

prosuk

yang sorbitol yang dihasilkan


kurang lebih bagus.

begitu bagus.
2. Segi Ekonomi

Harga dari elektroda Bahan tambahan seperti


sangat mahal.

gas hydrogen dan katalis


nikel

mudah

dijangkau

serta efektif.

(Faith, 1975)

Bab I. Pendahuluan

10

Anda mungkin juga menyukai