Oleh :
Firanita Angraini Putri (1700020024)
Mita Gustia (1700020037)
Ummi Khasanah (1700020045)
Dewi Rahmadiyah (1700020059)
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak dan bimbingan dari dosen mata kuliah sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami
menerima dengan tangan terbuka segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat mempermudah
pembacanya lebih memahami isi dan kegunaan-kegunaannya bagi kehidupan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yaitu bentuk powder dan sirup. Glukosa adalah bahan baku pembuatan
sorbitol, bahan baku ini berasal dari pati yang diolah dengan proses
enzyme. Kegunaan sorbitol sangat luas, antara lain dalam bidang
makanan, minuman, farmasi, kosmetik, medis dan teknis. Kebutuhan
sorbitol dunia termasuk Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun,
pabrik sorbitol yang ada di Indonesia masih belum cukup untuk
memenuhi pasar dalam negeri, Impor sorbitol Indonesia terus meningkat,
berdasarkan fakta tersebut, maka pendirian pabrik sorbitol di Indonesia
sangat prosfektif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Sifat fisis Sorbitol
1. Sorbitol
Sifat-sifat Fisika :
- Specific gravity : 1.472 (-5o C)
- Titik lebur : 93 o C (Metasable form) 97,5 o C (Stable form)
- Titik didih : 296o C - Kelarutan dalam air : 235 gr/100 gr H2O
- Panas Pelarutan dalam air : 20.2 KJ/mol
- Panas pembakaran : 3025.5 KJ/mol
Sifat-sifat Kimia :
- Berbentuk kristal pada suhu kamar
- Berwarna putih tidak berbau dan berasa manis
- Larut dalam air,glycerol dan propylene glycol
- Sedikit larut dalam metanol, etanol, asam asetat dan phenol
- Tidak larut dalam sebagian besar pelarut organik
2. Katalis Raney Nickel
Sifat-sifat Fisika :
- Komposisi Kimia Ni,wt% : 50% Al, wt% : 50%
- Densitas pada fase solid, g cm-3 : 8,1
- Densitas Partikel : 3,32 - Porosity : 0,59
- Purc Vol,cm3 g -1 : 0,178
- Berbentuk bubuk halus berwarna kelabu.
- Suhu yang umum digunakan pada 70-100o C.
Sifat-sifat Kimia :
- Cukup resistensi terhadap dekomposisi, dapat disimpan dan digunakan
kembali dalam beberapa periode waktu.
- Stabilitas termal (tidak terurai pada temperatur yang tinggi)
3. Hidrogen
Sifat-sifat Fisika :
- Densitas : 0,0899 gr/lt
- Specific gravity : 0,0694
- Specific Volume : 193 cuft/lb (21,1 o C)
4
- Titik didih : -252 o C
- Temperatur dapat terbakar sendiri : 580 o C
Sifat-sifat Kimia:
- Reaksi dengan oksigen akan menghasilkan air
- Hidrogen sangat reaktif terhadap senyawa halogen, reaksi dengan
fluorin membentuk senyawa HF
- Dengan nitrogen, hidrogen bereaksi membentuk amoniak
- Hidrogen bereaksi pada temperatur tertentu dengan sejumlah logam,
seperti lithium membentuk senyawa LiH
- Hidrogenasi asetaldehid menghasilkan etil alkohol
5
yang timbul, penjernihan dapat menggunakan karbon aktif sebagai zat
pengadsorbsi warna kunign yang ada. Kemudian masuk pada proses
pemekatan produk hingga terbentuk produk sorbitol dengan berkadar
70%. Proses pemekatan ini menggunakan bantuan evaporator.
6
sempurna dengan menginjeksikan steam jenuh ke dalam aliran. Selain itu,
jet cooker juga bertujuan untuk menaikkan suhu dari suspensi pati. Aliran
keluar dari jet cooker pada suhu 98o C menuju reaktor liquifikasi.
A. Proses Liquifikasi
Suspensi pati dimasukkan dalam reaktor liquifikasi dengan tujuan
untuk memecah rantai pati yang telah tergelatinasi menjadi dekstrin,
maltosa dan dekstrosa. Tepung umumnya mengandung 80% amilosa
dan 20% amilopektin. Ikatan α-1,4 dalam amilosa dan amilopektin
yang terdapat di dalam pati dihidrolisa oleh α-amilase sehingga dapat
meningkatkan harga DE (Dextrose Ekuivalen). Pada proses ini
terbentuk larutan dekstrin. Setelah proses gelatinasi selesai, suspensi
pati menuju ke reaktor R-130. Reaktor ini dilengkapi dengan coil
pendingin yang berfungsi menjaga suhu reaktor yaitu sebesar 95o C.
Dalam reaktor, suspensi pati ditambahkan enzim α-amilase dengan
dosis 0,7 L/metric ton dry starch. Kondisi operasi pada reaktor ini
adalah pada suhu 95o C, tekanan atmosferik dengan pH=6. Waktu
tinggal dalam reaktor ini selama 3 jam. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut :
7
60°C. Dosis enzim yang ditambahkan yaitu sebesar 0,7 L/metric ton
of dry matter. Enzim masuk dari tangki F-144 ke Reaktor Sakarifikasi
R-140. Reaktor dilengkapi dengan coil untuk menjaga suhu reaktor.
Proses sakarifikasi berlangsung selama 72 jam dan kandungan
glukosa dalam larutan tersebut adalah 50% yang kemudian disebut
sirup glukosa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
8
Setelah dari reaktor sakarifikasi, larutan dekstrosa (sirup glukosa)
dipompa oleh L-151 menuju rotary vacuum filter H150 untuk proses
purifikasi glukosa
9
Sirup glukosa dipompa oleh L-171 menuju penampung F172.
Selanjutnya dipompa oleh L-181 menuju preheater E-182 sebelum masuk
ke evaporator double effect V-180 dan V-190. Suhu masuk E-182 adalah
sebesar 60o C dan keluar pada sauhu 70o C. Evaporator V-180
bertekanan 233,7 mmHg, sedangkan V-190 bertekanan 149,8 mmHg.
Diharapkan keluaran dari evaporator ini adalah sirup glukosa dengan
konsentrasi 50% glukosa. Sirup glukosa dipompa L-211 menuju preheater
E212 kemudian diumpankan ke R-210. Suhu masuk E-212 adalah sebesar
62,15 o C dan keluar pada suhu 75 o C.
10
Kondisi operasi pada reaktor ini adalah pada temperatur 130o C,
tekanan 70 atm, serta waktu tinggal di dalam reaktor 3 jam dengan
penambahan H2 bertekanan 175 atm dan katalis Raney Nickel 2% dari
glukosa yang masuk. Sisa gas H2 yang keluar reaktor dikompresi dengan
kompresor G-214 untuk dikembalikan ke penampung F-213. Produk
keluar menuju tangki F-216 sehingga suhunya dijaga 70o C dan
kemudian dipompa oleh L-311 menuju ke tangki adsorbsi M-310 untuk
proses purifikasi sorbitol.
3. Finishing Unit
Pada unit ini terjadi beberapa proses pemurnian, yaitu :
a. Adsorbsi oleh Karbon Aktif
Tujuan dari adsorbsi oleh karbon ini adalah untuk menyerap
warna yang dtimbulkan dari proses sebelumnya, sehingga
diperoleh sorbitol yang lebih jernih. Produk dari tangki F-216
dipompa oleh L-311 melewati E-312 menuju ke tangki adsorbsi
M-310 dengan penambahan karbon aktif dari tangki F-313.
Karbon aktif berbentuk serbuk dengan ukuran 125 mesh dengan
massa jenis 0,2-0,6 gram/mL. Karbon aktif yang digunakan
berupa serbuk agar menghasilkan proses penyerapan yang baik.
Kebutuhan karbon aktif yaitu 10-15 kg/1000 kg sorbitol. Kondisi
operasi pada alat ini yaitu pada tekanan atmosferik dengan suhu
70o C. Waktu tinggal dalam tangki adsorbsi ini adalah 1 jam.
b. Filtrasi
Tujuan dari filtrasi adalah untuk memisahkan padatan berupa
Raney Nickel dan karbon aktif yang terikut pada proses
sebelumnya. Karena zat yang akan dipisahkan berupa padatan
dapat menggunakan rotary vacuum filter. Produk dari tangki M-
11
310 dipompa oleh L-321 menuju rotary vacuum filter H-320.
Cake dari rotary vacuum filter akan diolah untuk dipakai kembali
dengan perlakuan lanjutan dengan memisahkan antara katalis dan
karbon aktif. Karbon aktif dapat dibuang sebagai limbah dan
katalis Raney Nickel dapat digunakan kembali. Sedangkan filtrat
yang berupa sorbitol dan maltitol masuk ke kation exchanger
dengan dibantu pompa L331. Waktu yang dibutuhkan untuk
proses filtrasi ini adalah 3 jam.
c. Kation Exchange
Tujuan dari kation exchange adalah menghilangkan ion-ion positif
yang terkandung dalam larutan. Pada kation exchanger H-330
bertujuan untuk menghilangkan ion positif dari sisa Al2O3 yang
masih terikut. Al2O3 dibawa oleh katalis Raney Nickel.
d. Evaporasi
Larutan sorbitol dari kation exchanger dipompa oleh L-341
menuju ke evaporator double effect yaitu V-340 dan V-350. Suhu
masuk evaporator adalah 70 o C. Evaporator V-340 bertekanan
233,7 mmHg, sedangkan V-350 bertekanan 149,8 mmHg. Tujuan
dari evaporasi tersebut adalah untuk memekatkan produk sorbitol
dari 50% menjadi 70%. Kemudian produk akan ditampung pada
tangki F-354. Sorbitol yang di hasilkan dalam pradesain pabrik
sorbitol ini dengan konsentrasi 58,2%
12
Bahan shell : Low alloy steels SA-353
Bahan isolasi : Asbestos
Tekanan operasi : 70 atm
Suhu masuk : 130oC
Suhu keluar : 133,3733oC
Katalis : Raney Nickel (Ni/Al2O3)
Spesifikasi Diameter dalam shell : 1 m
Tinggi bed katalis : 2,9591 m
Tinggi reaktor (total) : 4,2068 m
Tebal isolasi : 6,55 cm
Volume : 2730,41 L
Gambar 1. Reaktor
b. Evaporator (V-101)
Kode : V-101
Fungsi : Meningkatkan konsentrasi sorbitol dengan menguapkan
air yang terkandung hingga didapatkan konsentrasi 70% sorbitol
Bentuk : Long vertical tube evaporator
Pemanas : Steam
13
Bahan konstruksi : Carbon steel Fluida :
- Shell side : Steam
- Tube side : Larutan sirup sorbitol
Jumlah passes :
- Shell side : 1 passes
- Tube side : 1 passes 10 Shell
Side ID : 39 in Tube side OD : 1 in
Tinggi total : 5,9525583 m
Gambar 2. Evaporator
c. Kompresor
Fungsi : Menaikkan tekanan gas H2 dari 100 atm menjadi 125 atm
Jenis : Kompresor reciprocatig single stage
Kapasitas : 16,21 m3/s
14
Gambar 3. Kompresor
d. Mixer
Fungsi : tempat pencampuran sirup glukosa dan katalis nikel
Type : Tangki Vertikal
Bahan : Stainless steel SA 176
Jumlah : 1 Buah
Gambar 4. Mixer
15
Bentuk head : Eliptical dishet heat
Bahan konstruksi tangki : Carbon Steel SA-203 Grade C
Kondisi penyimpanan : Cair
Jumlah tangki : 3 buah
Suhu penyimpanan : 30oC
Tekanan penyimpanan : 1 atm
Gambar 6. Pompa
16
2.4 Analisa Ekonomi
Hasil analisa ekonomi pabrik sorbitol kapasitas 65.000 ton/tahun dari
glukosa dan gas hidrogen adalah sebagai berikut :
1. Modal tetap sebesar Rp 472.841.072.286,65
2. Modal kerja sebesar RP 203.903.938.277,50
3. Keuntungan sebelum pajak Rp 182.571.489.244,74 per tahun
4. Keuntungan setelah pajak Rp 136.928.616.933,55 per tahun
5. Percent Return Of Investment (ROI) sebelum pajak sebesar 39,23,
6. Pabrik sorbitol ini mempunyai Pay Out Time (POT) sebesar 2,03
tahun sebelum pajak Break Event Point (BEP) pabrik sorbitol sebesar
52,75 %,
7. Shut Down Point (SDP) pabrik sorbitol ini sebesar 37,69%
8. Untuk Discounted Cash Flow (DCF) pabrik sorbitol ini sebesar
25.24%, masih diatas DCF minimum yang disampaikan Aries and
Newton (1955) sebesar 24%
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
- Dewi, Hellen Kartika., Puspasari, Debra Arlin., & Widjaja, Arief. Pra
Desain Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dengan Hidrogenasi
Katalitik. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
- Maryanto, Dwi. (2017). Prarancangan Pabrik Sorbitol dengan Proses
Hidrogenasi Katalitik Kapasitas 65.000 Ton/Tahun. Solo: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
- Mustaqim, Utus. (2012). Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Dekstrosa
Anhidrat dengan Proses Hidrogenasi Katalitik Kapasitas 15.000
Ton/Tahun. Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta
- Sandika, Norcahya., & Ardyanto, M. Kharits. (2014). Prarancangan
Pabrik Sorbitol dari Glukosa Dan Hidrogen Kapasitas 30.000
Ton/Tahun. Yogyakarta: UPN “Veteran” Yogyakarta
- Sonifa, Ringga. (2017). Prarancangan Pabrik Sorbitol dengan Proses
Hidrogenasi Katalitik Kapasitas 55.000 Ton/Tahun. Solo: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
19