Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendirian Pabrik

Sejak ditemukan monosodium glutamat (MSG) sebagai penambah rasa alami pada
awal abad 20 (dari Ikeda di Jepang), pemakaian dunia dapat menumbuhkan
perbandingan yang fenomenal. Pada tahun 1962-1972, pemakaian dunia mencapai
tingkat 3 kali pada 440 juta pounds. Tuntutan pertumbuhan mengharapkan untuk
terus menerus pada perbandingan 6-8% per tahun, jadi di tahun 1980 pemakaiannya
diperkirakan mendekati 700 juta pounds (Mc. Ketta, 1983).

Setelah ditemukan metode fermentasi produksi monosodium glutamat semakin


berkembang dengan kenaikan 4,8% per tahun. Industri asam glutamat di Indonesia
kebanyakan dibuat dari fermentasi molasses dan dari hidrolisis gluten jagung dan
gandum. Asam glutamat digunakan untuk bahan baku monosodium glutamat (MSG),
dimana monosodium glutamat digunakan sebagai bumbu masak atau penyedap rasa.
Di Jepang, Korea, Hongkong, dan Taiwan kebutuhan asam glutamat sebagai bahan
baku monosodium glutamat semakin meningkat (Kirk Othmer, vol 2,1978).
Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka perlu didirikanpabrik
monosodium glutamat dengan alasan sebagai berikut:

1. Bahan baku molasses jumlahnya melimpah yang merupakan produk samping


dari pabrik gula, molasses sebagian besar berasal dari pabrik Gula Gunung
Madu Plantations yang tiap harinya menghasilkan molasses sebanyak 629,31
metrik ton/hari sehingga persediaannya melimpah dan mudah dijangkau
tempatnya (Lusiningtyas, 2007)
2

2. Banyaknya industri makanan yang ada di Indonesia menjadikan kebutuhan


monosodium glutamat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri selalu
meningkat.
3. Dapat memberikan keuntungan karena kapasitas perancangan masuk dalam
kapasitas pabrik yang telah ada sebagian secara ekonomi menguntungkan.
4. Membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat.

B. Kegunaan Produk

Adapun kegunaan Monosodium Glutamat sebagai berikut :

1. Monosodium glutamat digunakan sebagai bahan penyedap makanan.


2. Monosodium glutamat digunakan sebagai campuran dalam pembuatan bahan
kosmetik
3. Monosodium glutamat dapat digunakan sebagai nutrisi pertumbuhan tanaman.
4. Monosodium glutamat dalam industri farmasi dalam jumlah tertentu digunakan
sebagai nutrisi penunjang perkembangan otak.

C. Efek Samping Dari Produk

Sejumlah bahaya yang dikandung MSG hingga kini masih menjadi perdebatan. MSG
dikatakan menjadi penyebab migrain, sulit bernafas, kerusakan retina, dan bahkan
kanker. Yang jelas, bagi orang tertentu vetsin memang dapat mengganggu kesehatan.

Penggunaan Monosodium Glutamate (MSG) dalam tubuh tidak membahayakan bagi


kesehatan, apalagi merusak jaringan otak,saraf ataupun aliran darah. Sehingga aman
untuk di konsumsi, karena bahan baku yang dihasilkan MSG itu sebenarnya alami.

Menurut Ahli Nutrisi dari Instritut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Hardinsyah,
bahwa bahan baku yang dihasilkan bersumber dari sari tetes tebu, yang difermentasi
menjadi glutamate sehingga monosodium glutamate tersebut bersifat alami.

Tubuh kita juga menghasilkan glutamate bebas 41 gram di produksi setiap hari.
Glutamate itu ada dua, yakni ada yang terikat dengan protein dan bebas yang
3

terdapat pada plasma darah, di otot dan di otak. Hasil riset yang dia lakukan terbukti
glutamate tidak mengandung zat berbahaya yang bisa merusak jaringan otak ataupun
sel darah.

Dalam darah itu sudah ada glutamate, tapi levelnya konstan, artinya sama saja
levelnya antara orang yang pakai MSG dengan tidak pakai MSG. Jadi pengaruhnya
sedikit dalam makan, karena glutamate dalam tubuh kita itu sangat aktif dipakai
sebagai sumber energi untuk usus dalam peneyerapan makanan, sehingga
menghasilkan CO2.

Jadi makanan dari glutamate kita apakah dari daging atau dari tambahan MSG itu
tidak bisa masuk ke dalam otak, karena sudah habis dipakai oleh usus halus sebagai
sumber energy serta mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses
pencernaan dan kesehatan tubuh manusia.

Hal itu dibuktikan pada berbagai temuan hasil penelitannya di Jepang, bahwa rasa
Umami antara lain dihasilkan oleh asam amino glutamate memberikan stimulasi
yang berefek positif sejak makanan tersebut masuk ke mulut kita, sampai proses
pencernaan lebih lanjut di dalam usus. ( Syamhudi, www.MediaProfesi.com)

Akan tetapi yang berkembang dalam masyarakat adalah efek buruk dari monosodium
glutamate, dimana mampu menyebabkan berbagi gangguan kesehatan. Gejala umum
yang biasa menyertai santapan bervetsin ialah leher dan dada panas, sesak napas,
disertai pusing-pusing. Gejala ini sering disebut sebagai ‘sindrom restoran Cina’.
Menyantap 2 – 12 gram MSG sekali makan sudah bisa menimbulkan gejala ini.
Gejala itu akan segera menghilang dua jam kemudian.

MSG,dapat menembus plasenta pada saat kehamilan, menembus jaringan penyaring


antara darah otak, dan menyusup ke lima organ circumventricular. Pelindung darah
otak yang terkontaminasi dapat mengakibatkan kelainan hati, trauma, hipertensi,
stres, demam tinggi dan proses penuaan. MSG juga memicu reaksi gatal, bintik
merah di kulit, mual, dan muntah sakit kepala, migren, asma, gangguan hati,
ketidakmampuan belajar dan depresi.
4

Monosodium glutamat juga dapat meningkatkan risiko dan kecepatan pertumbuhan


sel-sel kanker. Ketika konsumsi glutamat ditingkatkan, kanker tumbuh dengan cepat,
dan kemudian ketika glutamat diblokir, secara dramatis pertumbuhan kanker
melambat. (http://healthiskesehatan.blogspot.com)

Dari berbagai argumen-argumen yang saling bertentangan tentang efek baik atau
buruk dari monosodium glutamate sendiri, dari pernyataan diatas maka dibalik
semua argumen miring akan pemakaian monosodium glutamate terhadap kesehatan
tubuh, monosodium glutamate juga memiliki beberapa peran positif terhadap
kesehatan. Dan hingga saat ini monosodium glutamate masih banyak digunakan baik
dalam industri makanan dan kosmetik serta dalam bidang pertanian. Maka dari itu
pabrik monosodium glutamate masih layak didirikan apabila ditinjau dari kebutuhan
konsumen akan monosodium glutamat.

D. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku yang berupa molasses dapat diperoleh dari PG.Gunung Madu Plantation
yang berlokasi di Lampung dengan produksi molasses sebesar 73.434.65 ton/tahun,
serta pabrik gula yang berada dilampung seperti, P.T. Sweet Indolampung, PG.
Bunga Mayang, PG. Gula Putih Mataram, PG. PT. Labinta.

E. Analisa Pasar

Ditinjau dari segi harga bahan baku dan produk, pendirian pabrik mono sodium
glutamat ini menguntungkan karena monosodium glutamat mempunyai harga jual
yang lebih tinggi dari pada harga jual bahan bakunya.

Ditinjau dari segi kebutuhan pasar dan daya saing produk, pemenuhan kebutuhan
mono sodium glutamat di Indonesia selama ini masih banyak mengimpor dari luar
negeri. Berkembangnya kebutuhkan mono sodium glutamat sebagai bahan baku atau
bahan intermediate atau pun bahan utama menyebabkan kebutuhan mono sodium
glutamat terus meningkat. Hal ini dibuktikan dengan perkembangan impor mono
5

sodium glutamat dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 di Indonesia yang
cenderung mengalami peningkatan.

F. Kapasitas Rancangan

Penentuan kapasitas produksi monosodium glutamat atau MSG didasarkan pada


kebutuhan monosodium glutamat untuk industri di Indonesia. Data kebutuhan dalam
negeri monosodium glutamat mengacu pada data impor monosodium glutamat
Indonesia seperti yang tertera pada tabel 2.

Tabel 2. Data Impor MSG Negara Indonesia dari tahun 2005 - 2010
No Tahun Impor (Ton) Ekspor (Ton)
1 2005 4.478,677 82.110,284
2 2006 11.134,046 65.358,938
3 2007 10.524,186 64.864,871
4 2008 13.912,284 72.491,453
5 2009 16.184,151 77.186,953
6 2010 15.062,635 85.209,646

( sumber : BPS Data Impor Tahun 2005-2010 )

Indonesia masih mengimpor monosodium glutamate dari cina walaupun sebenarnya


Indonesia masih menjadi salah satu negara pengekspor monosodium glutamate yang
cukup besar. Dengan negara tujuan ekspor yaitu negara-negara unieropa dan
amerika. Produksi Indonesia akan monosodium glutamate cukup besar akan tetapi
begitu juga dengan kebutuhan Indonesia akan monosodium glutamate. Angka
konsumsi asam glutamate rata-rata diindonesia diperkirakan sebesar 99.705,9 Ton,
sehingga dibutuhkan impor molasses untuk menutupi kebutuhan dalam negeri
tersebut.

Impor MSG dilakukan pada merek MSG tertentu yang disesuaikan dengan taste atau
selera dari permintaan pasar (kebutuhan restoran, berbagai industri makanan seperti
chiki, dll). Dimana harga monosodium glutamate impor dari cina lebih rendah.
(Chartika, IPB Bogor)
6

Sehingga pabrik ini didirikan untuk membantu memenuhi kebutuhan dalam negeri
Indonesia yang cukup besar yang diharapkan dapat menutupi kebutuhan impor
Indonesia akan monosodium glutamat.

Maka dari data diatas maka dapat diplot grafik seperti yang digambarkan pada
gambar 1.

Grafik Impor MSG Per Tahun


18000
16000
y = 2041.662943x - 4086755.695
14000
12000
Jumlah

10000 Grafik Impor MSG Per


8000 Tahun
6000
Linear (Grafik Impor
4000
MSG Per Tahun)
2000
0
2004 2006 2008 2010 2012
Tahun

Gambar 1. Grafik impor MSG pertahun di Indonesia

Dari hasil regresi pada gambar 1 didapat kan persamaan :

Y = 2041,662943(X) – 4086755,695

Maka diperkirakan kebutuhan pada tahun 2015 adalah :

Y = 2041,662943(2015) – 4086755,695
Y = 27.195,135 Ton
Dilihat dari data diatas maka diketahui bahwa ekspor Indonesia akan monosodium
glutamate sanagat besar untuk tahun 2010 misalnya, mencapai 85.209,646 Ton
sedangakan impor dari monosodium ini cukup jauh dibawah ekspor yaitu 15.062
Ton. Maka dari itu dapat diketahui produksi monosodium glutamate sampai saat ini
masih diperuntukan pada komoditi ekspor sedangkan dalam pemenuhan kebutuhan
dalam negeri sendiri masih sanggat bergantung pada impor monosodium glutamate
7

dari cina. Meninjau keadaan diatas maka demi memenuhi kebutuhan impor
monosodium glutamate untuk tahun 2015 yaitu sebesar 27.195,135 Ton, dibuat pra
rancangan pabrik monosodium glutamate dengan mengambil kapasitas rancangan
sebesar 30.000 Ton per tahun.
II. DESKRIPSI PROSES

A. Macam – macam proses

Pada dasarnya ada tiga proses untuk memproduksi monosodium glutamat, yaitu :
1. Proses Hidrolisis
2. Proses Sintesis
3. Proses Fermentasi
Uraian masing-masing reaksi diatas adalah sebagai berikut :
1. Proses Hidrolisis
Proses hidrolisis yaitu proses hidrolisis protein dengan asam sulfat, yang diperoleh dari
kacang-kacangan, jagung atau padi-padian. Bahan baku biji jagung yang sudah digiling
ϑSO2 untuk dijadikan larutan gluten yang mengandung 70% protein. Selanjutnya
dilakukan pemisahan antara filtrat (gluten) dengan ampas jagung (pati, serat, abu, dan
minyak) menggunakan filter press. Kemudian gluten tersebut dihirolisis pada suhu
110°C dan tekanan 1 atm dengan penambahan H2SO4, sehingga terurai menjadi asam
amino.
Reaksi hidrolisis :
C5H7NO3(ϑ) + H2O(ϑ) C5H9NO4(ϑ)

C5 H9 NO4(ϑ) + NaOH(ϑ) C5 H8 NNaO4(ϑ) + H2O(ϑ)

2. Reaksi Fridel-Crafts

Proses sintesis yang mengubah acrylonitrile menjadi cyanopropianaldehide yang terdiri


dari hidroformitasi olefin dengan hidrogen dan karbon monoksida pada temperatur
sedang dan tekanan tinggi.

NCCHCH2(ϑ) + CO(ϑ) H2NCCH2CH2CHO(ϑ)


9

Setelah itu dengan menggunakan reaksi steeker, cyanopropianaldehide direaksika


dengan amina sianida yang diperoleh dari pembakaran partial methane dan ammonia
sehingga dihasilkan amino glutarrodi nitrite.
Reaksi :

NCCH2CH2(ϑ) + NH4CN(ϑ) NCCH2CH2CH(NH2)CN(ϑ) + H2O(ϑ)

Hidrolisis amino glutaronitrite dengan menambah NaOH sehingga dihasilkan glutamic


acid, yang selanjutnya dikristalkan dengan cara menetralkan larutan alkali dan
merecycle larutan glutamic acid yang mengandung asam sulfat pada titik isolektrik
dengan pH 3,2 dari asam amino tersebut. Selanjutnya dilakukan optical resolution, yaitu
proses pemutaran campuran nomor-nomor optical dari asam glutamat yang mengandung
leburan recemic dari asam glutamat pada konsentrasi tertentu, sehingga kristal L dan D
akan keluar secara bergantian dengan masing-masing isomer aktifnya. Selanjutnya di
centrifuge dan dikeringkan sehingga diperoleh asam glutamat (McKetta, 1983).

3. Proses fermentasi

Secara umum tahapan pembuatan MSG dengan menggunakan proses fermentasi adalah
sebagai berikut:
- Seeding
Tangki seeding ini mirip tangki fermentor tapi lebih kecil volumenya. Di tangki ini
bakteri tersebut dibiarkan berkembangbiak dengan baik, dilengkapi dengan
penganduk, alat pendingin, pemasukan udara dan lain-lain.
- Fermentasi
Setelah dari tangki seeding, bakteri tersebut dipindahkan ke tangki fermentor. Di
tangki ini mulailah proses fermentasi yang sebenarnya berjalan. Pengawasan proses
merupakan pekerjaan yang sangat penting. Pengaturan pH dengan pemberian NH3,
pemberian udara, jumlah gula, jumlah bakteri harus selalu diamati.
- Pengambilan asam glutamat
Setelah fermentasi selesai ± 30-40 jam cairan hasil fermentasi yaitu TB (Thin
Broth) dipekatkan untuk mengurangi kadar airnya kemudian ditambahkan HCl
10

untuk mencapai titik isoelektrik pada pH ± 3,2.


- Netralisasi atau refining
pada tahapan ini dilakukan pencampuran NaOH.
- Kristalisasi asam glutamat.
- Tahap lanjutan pereaksian asam glutamat dengan NaOH sehingga terbentuk
monosodium glutamat liquor.
- Decolorisasi atau penjernihan warna menggunakan karbon aktif.
- Kristalisasi monosodium glutamat, menghasilkan kristal monosodiumglutamat yang
masih mengandung liquor.
- Pengeringan kristal monosodium glutamat dengan menggunakanRotary dryer
sehingga didapatkan kristal Monosodium glutamat yang mempunyai kemurnian
tinggi ± 99,7 %.

B. Pemilihan Proses

Dalam menentukan proses yang dipilih dapat dilakukan dengan membandingkan


beberapa variabel seperti kondisi operasi dan harga bahan baku yang diperlukan. Pada
tabel berikut dapat dilihat perbandingan dari ketiga proses tersebut.

Tabel 3. Macam-macam proses


Proses Bahan Baku Kondisi operasi Yield (%) Konversi

Hidrolisis Gluten jagung T = 150 oC, pH : 3,2 15-25 RX-1: 25 % dan


RX-2 : 80 %
Fermentasi molases T = 30 oC, pH = 7-8 86 RX-1 : 81,7 dan
RX-2 : 80 %
sintesis acrylonitrile

Disamping membandingkan kondisi operasi, faktor ekonomi juga turut berperan, hal ini
dapat dilihat pada perbandingan ekonomi kasar dan energi bebas gibbs pada tiap reaksi.
11

1. Perhitungan ekonomi kasar berdasarkan bahan baku yang dibutuhkan

a. Proses hidrolisis dengan basis 100 kmol

C5 H7 NO3 + H2O C5 H9 NO4 RX – 1 konversi 25%

Mol 100 100 -


Reaksi 25 25 25
Sisa 75 75 25

C5 H9 NO4 + NaOH C5 H8 NNaO4 + H2O Rx-2 konversi 80%

Mol 25 25 -
Reaksi 20 20 20
Sisa 5 5 20

Massa C5 H7 NO3 = mol C5 H7 NO3 x BM C5 H7 NO3


= 100 x 129 kg/mol
= 12900 kg CH2OCH2

Harga C5 H7 NO3 = Rp. 2.500/kg


Harga C5 H7 NO3 = Rp. 2.500/kg x 12.900 kg
= Rp. 32.250.000,-

Massa NaOH = mol NaOH x BM NaOH


= 25 x 40 kg/mol
= 1000 kg NaOH

Harga NaOH = Rp. 7.500/kg


Harga NaOH = Rp. 7.500/kg x 1000 kg
= Rp.7.500.000,-
12

Massa C5 H8 NNaO4 = mol C5 H8 NNaO4 x C5 H8 NNaO4


= 20 x 169 kg/mol
= 3.380 kg C5 H8 NNaO4

Harga C5 H8 NNaO4 = Rp. 15.000/kg


Harga C5 H8 NNaO4 = Rp. 15.000/kg x 3.380 kg
= Rp.50.700.000,-

Keuntungan = harga jual produk – harga beli bahan baku


= harga total C5 H8 NNaO4 – ( harga Massa C5 H7 NO3 + harga Massa
NaOH)
= Rp. 50.700.000 – (Rp. 32.250.000+ Rp. 7.500.000)
= Rp. 10.950.000,-

b. Proses fermentasi molasses basis 100 kmol

C6H12O6(ϑ) + NH3(g) + 3/2O2(g) C5H9NO4(ϑ) + CO2(g) + 3H2O(ϑ) konversi 81,7%

Mol 100 100 150 -


Reaksi 81,7 81,7 122,55 81,7 81,7 245,1
Sisa 18,3 18,3 27,45 81,7 81,7 245,1

C5H9NO4(ϑ) + NaOH(ϑ) C5H8NNaO4(ϑ) + H2O(ϑ) konversi 80%

Mol 81,7 81,7 -


Reaksi 65,36 65,36 65,36 65,36 ,
Sisa 16,34 16,34 65,36 65,36

Massa C6H12O6 = mol C5 H7 NO3 x BM C5 H7 NO3


= 100 x 180 kg/mol
= 18.000 kg CH2OCH2
13

Harga C6H12O6 = Rp. 1.800/kg


Harga C6H12O6 = Rp. 1.800/kg x 18.000 kg
= Rp.32.400.000,-

Massa NaOH = mol NaOH x BM NaOH


= 81,7 x 40 kg/mol
= 3.268 kg NaOH

Harga NaOH = Rp. 7.500/kg


Harga NaOH = Rp. 7.500/kg x 3.268 kg
= Rp.24.510.000,-

Massa NH4 = mol NH4 x BM NH4


` = 100 kmol x 18 kg/kgmol
= 1.800 kg NH4
Harga NH3 = 1.800kg x Rp. 3.150/kg
= Rp. 5.670.000

Massa C5 H8 NNaO4 = mol C5 H8 NNaO4 x C5 H8 NNaO4


= 65,36 x 169 kg/mol
= 11.045 kg C5H8NNaO4

Harga C5 H8 NNaO4 = Rp. 15.000/kg


Harga C5 H8 NNaO4 = Rp. 15.000/kg x 11.045 kg
= Rp. 165.687.600,-

Keuntungan = harga jual produk – harga beli bahan baku


= harga total C5 H8 NNaO4 – ( harga Massa C6H12O6 + harga Massa
NaOH + Massa NH4 )
= Rp. 165.687.600 – (Rp.32.400.000 + Rp. 24.510.000 + Rp.
5.670.000)
= Rp. 103.095.000,-
14

2. Pemilihan proses meninjau dari energi Gibbs (Δ Go).

• Δ Go proses hidrolisis pada suhu standar (25 oC)


Data dari : Perry’s Chemical Engineering Handbook diperoleh Δ Go pada 25 oC :

C5 H7 NO3 + H2O C5 H9 NO4 Rx 1

C5 H9 NO4 + NaOH C5 H8 NNaO4 + H2O Rx 2

Δ Go (25oC) = Δ Go produk - Δ Go reaktan :


Δ Go-1 = (Δ Go C5 H9 NO4) - (Δ Go C5 H7 NO3 - Δ Go H2O)
= (160,1) – (-113,9 + (- 237,129))
= 511,129 kJ/kmol.

Δ Go-2 = (Δ Go C5 H8 NNaO4 + Δ Go H2O ) - (Δ Go C5 H9 NO4 - Δ Go NaOH)


= (183,7 + (-237,129)) – (-113,9 + (- 419,150)
= 479,6 kJ/kmol.

Δ Go = Δ Go-1 + Δ Go-2
= (511,129 kJ/kmol.+ 479,6 kJ/kmol.)
= 990,75 kJ/kmol.

• ∆G reaksi fermentasi pada suhu standar (25 oC)

C6H12O6(ϑ) + NH3(g) + 3/2O2(g) C5H9NO4(ϑ) + CO2(g) + 3H2O(ϑ)

C5H9NO4(ϑ) + NaOH(ϑ) C5H8NNaO4(ϑ) + H2O(ϑ)

Δ Go (25oC) = Δ Go produk - Δ Go reaktan :


Δ Go-1 = (Δ Go C5 H9 NO4 + Δ Go H2O + Δ Go CO2 ) - (Δ Go C5 H7 NO3 + Δ Go H2O +
Δ Go H2O )
= (160,1 + (- 237,129) + (-394,359)) – (-111,71 + (- 16,450))
= - 599,59 kJ/kmol.
15

Δ Go-2 = (Δ Go C5 H8 NNaO4 + Δ Go H2O ) - (Δ Go C5 H9 NO4 - Δ Go NaOH)


= (183,7 + (-237,129)) – (-113,9 + (- 419,150)
= 479,6 kJ/kmol.

Δ Go = Δ Go-1 + Δ Go-2
= (-599,59 kJ/kmol.+ 479,6 kJ/kmol.)
= - 119,965 kJ/kmol.
Tabel 4. Perbandingan proses berdasarkan potensial ekonomi dan ∆ Gibbs
Keterangan Fermentasi Hidrolisis
Keuntungan Rp. 103.095.000,- Rp. 10.950.000,-
∆ Gibbs - 119,965 kJ/kmol. 990,75 kJ/kmol

Berdasarkan hal diatas maka proses pembuatan monosodium glutamat yang dipilih
adalah metode fermentasi dengan alasan:
1. Ketersediaan bahan baku molasses yang melimpah di Indonesia, sehingga menjaga
kelangsungan berdirinya pabrik monosodium glutamat.
2. Proses fermentasi tidak memerlukan tekanan operasi yang tinggi seperti suhu 30oC
sehingga biaya produksi lebih bisa ditekan dan yield yang dihasilkan lebih tinggi.
3. Dari perhitungan ekonomi kasar proses fermentasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan proses hidrolisis
4. Dari energi bebas gibbs dapat diketahui reaksi fermentari lebih spontan, dengan
kata lain tidak memerlukan energy yang besar agar dapat bereaksi.

Disamping pemilihan proses dilakukan pula pemilihan mikrooganisme yang akan


digunakan pada proses fermentasi. Mikroorganisme yang ikut berperan dalam reaksi
pembuatan MSG, maka dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti yang tercantum
dalam Tabel berikut.
16

Tabel 4. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan molases


mikroorganisme fungi Aspergilus Terrus Micrococcus Glutamicus
o
Suhu operasi ( C) 23-32 25-32 28-30
Waktu fermentasi (jam) 24-96 48-90 30-40
Pemisahan Ekstraksi Ekstraksi Resin
Kondisi Aerob Aerob Aerob
Produk (gr/L) 40
Yield (%) total 86
KemurnianMSG (%) 99

Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa bakteri yang dipilih ialah
Microccocus glutamicus karena memiliki waktu fermentasi yang relative cepat dan
memiliki yield yang cukup tinggi yaitu 86 %.

C. Uraian singkat proses

Secara garis besar proses produksi MSG melalui tahap-tahap persiapan bahan baku dan
bahan pembantu, fermentasi, kristalisasi, dan netralisasi serta pengeringan dan
pengayakan.

1. Persiapan bahan baku dan bahan pembantu

Dalam pembuatan MSG digunakan bahan baku berupa tetes tebu sebagai sumber
karbohidrat. Tetes tebu diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan Ca
dengan menambahkan H2SO4. Setelah itu tetes disterilisasi dengan menggunakan uap
panas bersuhu maksimum 120oC selama 10 hingga 20 menit dan siap di fermetasi dalam
tabung yang juga disterilisasi (Said, 1991).

Selain bahan baku utama juga terdapat bahan pembantu dalam pembuatan MSG. Bahan
pembantu tersebut adalah amina (NH2), asam sulfat (H2SO4), HCl, NaOH, karbon aktif,
“beet molasses” dan “raw sugar” (Susanto dan Sucipto, 1994).
17

2. Fermentasi

Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi reduksi di dalam sistem biologi yang
menghasilkan energi. Fermentasi menggunakan senyawa organik yang biasanya
digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh
reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi bentuk lain (Winarno, 1990).

Proses pembuatan monosodium glutamat dari molasses dengan menggunkan metode


fermantasi menggunakan fermentor batch pada suhu 35°C dan tekanan atmosferis.
Kandungan sukrosa dalam molasses dikonversi terlebih dahulu hingga terbentuk
glukosa. Selanjutnya dilakukan proses fermentasi dengan menggunakan bakteri
Micrococcus glutamicus
Reaksi :

C6H12O6(ϑ) + NH3(g) + 3/2O2(g) C5H9NO4(ϑ) + CO2(g) + 3H2O(ϑ)


glukosa amonia oksigen asam glutamate karbondioksida air
Yield = 81,7% (Atkinson, 1983).

C5 H9 NO4(ϑ) + NaOH(ϑ) C5H8NNaO4(ϑ) + H2O(ϑ)


asam glutamat sodium hidroksida monosodium glutamat + air
Yield = 80%(Keyes, 1961).

Hasil dari fermentasi adalah asam glutamat dalam bentuk cair yang masih tercampur
dengan sisa fermentasi.

3. Kristalisasi dan Netralisasi

Kristalisasi merupakan metode yang terpenting dalam purifikasi senyawa-senyawa yang


mempunyai berat molekul rendah (Mc Cabe, et al. 1994). Kristal murni asam glutamat
yang berasal dari proses pemurnian asam glutamat digunakan sebagai dasar pembuatan
MSG. Asam glutamat yang dipakai harus mempunyai kemurnian lebih dari 99 %
sehingga bisa didapatkan MSG yang berkualitas baik. Kristal murni asam glutamat
dilarutkan dalam air sambil dinetralkan dengan NaOH atau dengan Na2CO3 pada pH
18

6,6-7,0 yang kemudian berubah menjadi MSG. Pada keadaan asam glutamat akan
bereaksi dengan Na dan membentuk larutan MSG. Larutan ini mempunyai derajat
kekentalan 26 -280Be. Pada suhu 300C dengan konsentrasi MSG sebesar 55
gram/larutan (Winarno, 1990).

Penambahan arang aktif sebanyak % (w/v) digunakan untuk menjernihkan cairan MSG
yang berwarna kuning jernih dan juga menyerap kotoran lainnya, kemudian didiamkan
selama satu jam lebih untuk menyempurnakan proses penyerapan warna serta bahan
asing lainnya yang berlangsung dalam keadaan netral. Cairan yang berisi arang aktif dan
MSG kemudian disaring dengan menggunakan “vacuum filter” yang kemudian
menghasilkan filter serta “cake” berisi arang aktif dan bahan lainnya. Bila kekeruhan
dan warna filter tersebut telah sesuai dengan yang diinginkan maka cairan ini dapat
dikristalkan (Said, 1991).

Larutan MSG yang telah memiliki kekentalan 260Be diuapkan pada kondisi vakum
bertekanan 64 cmHg atau setara dengan titik didih 69 gram MSG pelarutan. Pemberian
umpan akan menyebabkan terbentuknya MSG karena larutan dalam keadaan jenuh.
Umpan yang diberikan sekitar 2% lalu inti kristal yang terbentuk secara perlahan-lahan
akan diikuti dengan pemekatan larutan sehingga menghasilkan kristal yang lebih besar.
Proses kristalisasi berlangsung selama 14 jam (Said, 1991).

4. Pengeringan dan pengayakan

Kristal MSG yang dihasilkan dari proses kristalisasi dipisahkan dengan metode
sentrifugasi dari cairannya. Filtrat hasil penyaringan dikembalikan pada proses
pemurnian dan kristal MSG yang dihasilkan setelah disaring kemudian dikeringkan
dengan udara panas dalam lorong pengeringan, setelah itu diayak dengan ayakan
bertingkat sehingga diperoleh 3 ukuran yaitu LLC (“Long Large Crystal”), LC (“Long
Crystal”), dan RC (“Regular Crystal”), sedangkan FC (“Fine Crystal”) yang merupakan
kristal kecil dikembalikan ke dalam proses sebagai umpan. Hasil MSG yang telah
diayak dalam bentuk kering kemudian dikemas dan disimpan sementara dalam gudang
sebelum digunakan untuk tujuan lainnya (Said, 1991).
19
III. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK

A. Sifat Fisis dan Kimia Bahan baku

1. Molasses
Data ini diperoleh dari data molasses PG. Gunung Madu Plantation Lampung.
a. Sifat fisis :
Wujud : Cairan berwarna hitam
Densitas : 1,47 gr/ml
Viskositas : 4,323 cp
Panas spesifik : 0,5 Kkal/kg o C
Komposisi :
• Gula : 62 %
• Non gula : 18 %
• Air : 20 %

b. Sifat kimia :

Mengandung banyak karbohidrat sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku proses
fermentasi alkohol maupun fermentasi lain.

2. Amonia

• Sifat Fisika
Rumus molekul : NH
3

Berat Molekul : 17,03 g/gmol


o
Titik didih : -33,45 C
Titik cair normal : -77,7 °C
Temperatur kritis : 207,5 °C

Tekanan kritis : 111,3 atm


3
Volume kritis : 0,08040 m /kg mol
o
ΔΗ : -39,222 kJ/mol
f

Densitas ( 0 °C ) : 0,682 g/cc


Indeks bias, eg : 1,325
o
Fase : cair jenuh (30 C ; 11,5 atm)
Warna : tidak berwarna
Sifat : berbau tajam (khas ammonia)
Kemurnian : 99,40 %
o o
Spesific gravity (-79 C) : 0,817 ( 15 C) : 0.617
Kelarutan dalam air ( 25 °C ) : 0,94 %

3. NaOH

Natrium Hidroksida lebih dikenal dengan nama Caustik Soda yang memiliki rumus
molekul NaOH.

• Sifat fisika :
Berat molekol : 40,00 g/gmol
Titik didih : 1391 oC
Titik leleh : 318oC
Kapasitas panas : 0.3558 Kkal/KgoC
Panas pembentukan : -122,4 Kkal/mol

• Sifat kimia :
NaOH bereaksi dengan asam mineral membentuk garam dan bereaksi juga dengan
asam lemak bentuk gas seperti H S, SO dan CO2 dengan reaksi :
2 2
✂✄

B. Produk

1. Mono Sodium Glutamat

• Sifat fisis :
Rumus Kimia : C5H8 NNaO4.H2O
Berat molekul (g/mol) : 169
Bentuk : Kristal
Ph : 4,9-5,4
Kelarutan : 600 g/l (20 °C)
Titik leleh : 232 o C
Komposisi :
- Nitogen : 1,01 %
- Protein kasar : 6,30 %
- Biotin : 3 ppm
- Asam posfat : 0,04 ppm
- Bahan 0rganik : 62,5 %
- Dextrosa : 11,5 %
- Sukrosa : 35.9 %
- Glukosa : 2,6 %
- Inositol : 6000 ppm
- Riboflavin : 2,5 ppm
143

X. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis ekonomi yang telah dilakukan terhadap

Prarancangan Pabrik Monosodium Glutamat dengan kapasitas 30.000

ton/tahun dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Proses yang digunakan adalah proses yang terbaik untuk menghasilkan

Monosodium glutamate ditinjau dari konversi dan serta variable operasi

yang tidak begitu tinggi seperti tekanan operasi dan suhu operasi.

2. Percent Return on Investment (ROI) sesudah pajak adalah 28,132%.

3. Pay Out Time (POT) sesudah pajak adalah 3,249 tahun

4. Break Even Point (BEP) sebesar 44,89 % dimana syarat umum pabrik di

Indonesia adalah 30 – 60 % kapasitas produksi. Shut Down Point (SDP)

sebesar 24,31 %, yakni batasan kapasitas produksi sehingga pabrik

harus berhenti berproduksi karena merugi.

5. Discounted Cash Flow Rate of Return (DCF) sebesar 35,656 %, lebih

besar dari suku bunga bank sekarang sehingga investor akan lebih

memilih untuk berinvestasi ke pabrik ini dari pada ke bank.

B. SARAN

Pabrik Monosodium Glutamat dengan kapasitas 30.000 ton/tahun sebaiknya

dikaji lebih lanjut baik dari segi proses maupun ekonominya.


147
LAPORAN TUGAS AKHIR

PRA RANCANGAN PABRIK MONOSODIUM GLUTAMAT


DENGAN BAHAN BAKU MOLASSES
KAPASITAS 30.000 TON PER TAHUN

Oleh :

Jemmy Ignatius 0615041047


Ricki Harnist Silalahi 0615041068

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011

Anda mungkin juga menyukai