Sejak ditemukan monosodium glutamat (MSG) sebagai penambah rasa alami pada
awal abad 20 (dari Ikeda di Jepang), pemakaian dunia dapat menumbuhkan
perbandingan yang fenomenal. Pada tahun 1962-1972, pemakaian dunia mencapai
tingkat 3 kali pada 440 juta pounds. Tuntutan pertumbuhan mengharapkan untuk
terus menerus pada perbandingan 6-8% per tahun, jadi di tahun 1980 pemakaiannya
diperkirakan mendekati 700 juta pounds (Mc. Ketta, 1983).
B. Kegunaan Produk
Sejumlah bahaya yang dikandung MSG hingga kini masih menjadi perdebatan. MSG
dikatakan menjadi penyebab migrain, sulit bernafas, kerusakan retina, dan bahkan
kanker. Yang jelas, bagi orang tertentu vetsin memang dapat mengganggu kesehatan.
Menurut Ahli Nutrisi dari Instritut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Hardinsyah,
bahwa bahan baku yang dihasilkan bersumber dari sari tetes tebu, yang difermentasi
menjadi glutamate sehingga monosodium glutamate tersebut bersifat alami.
Tubuh kita juga menghasilkan glutamate bebas 41 gram di produksi setiap hari.
Glutamate itu ada dua, yakni ada yang terikat dengan protein dan bebas yang
3
terdapat pada plasma darah, di otot dan di otak. Hasil riset yang dia lakukan terbukti
glutamate tidak mengandung zat berbahaya yang bisa merusak jaringan otak ataupun
sel darah.
Dalam darah itu sudah ada glutamate, tapi levelnya konstan, artinya sama saja
levelnya antara orang yang pakai MSG dengan tidak pakai MSG. Jadi pengaruhnya
sedikit dalam makan, karena glutamate dalam tubuh kita itu sangat aktif dipakai
sebagai sumber energi untuk usus dalam peneyerapan makanan, sehingga
menghasilkan CO2.
Jadi makanan dari glutamate kita apakah dari daging atau dari tambahan MSG itu
tidak bisa masuk ke dalam otak, karena sudah habis dipakai oleh usus halus sebagai
sumber energy serta mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses
pencernaan dan kesehatan tubuh manusia.
Hal itu dibuktikan pada berbagai temuan hasil penelitannya di Jepang, bahwa rasa
Umami antara lain dihasilkan oleh asam amino glutamate memberikan stimulasi
yang berefek positif sejak makanan tersebut masuk ke mulut kita, sampai proses
pencernaan lebih lanjut di dalam usus. ( Syamhudi, www.MediaProfesi.com)
Akan tetapi yang berkembang dalam masyarakat adalah efek buruk dari monosodium
glutamate, dimana mampu menyebabkan berbagi gangguan kesehatan. Gejala umum
yang biasa menyertai santapan bervetsin ialah leher dan dada panas, sesak napas,
disertai pusing-pusing. Gejala ini sering disebut sebagai ‘sindrom restoran Cina’.
Menyantap 2 – 12 gram MSG sekali makan sudah bisa menimbulkan gejala ini.
Gejala itu akan segera menghilang dua jam kemudian.
Dari berbagai argumen-argumen yang saling bertentangan tentang efek baik atau
buruk dari monosodium glutamate sendiri, dari pernyataan diatas maka dibalik
semua argumen miring akan pemakaian monosodium glutamate terhadap kesehatan
tubuh, monosodium glutamate juga memiliki beberapa peran positif terhadap
kesehatan. Dan hingga saat ini monosodium glutamate masih banyak digunakan baik
dalam industri makanan dan kosmetik serta dalam bidang pertanian. Maka dari itu
pabrik monosodium glutamate masih layak didirikan apabila ditinjau dari kebutuhan
konsumen akan monosodium glutamat.
Bahan baku yang berupa molasses dapat diperoleh dari PG.Gunung Madu Plantation
yang berlokasi di Lampung dengan produksi molasses sebesar 73.434.65 ton/tahun,
serta pabrik gula yang berada dilampung seperti, P.T. Sweet Indolampung, PG.
Bunga Mayang, PG. Gula Putih Mataram, PG. PT. Labinta.
E. Analisa Pasar
Ditinjau dari segi harga bahan baku dan produk, pendirian pabrik mono sodium
glutamat ini menguntungkan karena monosodium glutamat mempunyai harga jual
yang lebih tinggi dari pada harga jual bahan bakunya.
Ditinjau dari segi kebutuhan pasar dan daya saing produk, pemenuhan kebutuhan
mono sodium glutamat di Indonesia selama ini masih banyak mengimpor dari luar
negeri. Berkembangnya kebutuhkan mono sodium glutamat sebagai bahan baku atau
bahan intermediate atau pun bahan utama menyebabkan kebutuhan mono sodium
glutamat terus meningkat. Hal ini dibuktikan dengan perkembangan impor mono
5
sodium glutamat dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 di Indonesia yang
cenderung mengalami peningkatan.
F. Kapasitas Rancangan
Tabel 2. Data Impor MSG Negara Indonesia dari tahun 2005 - 2010
No Tahun Impor (Ton) Ekspor (Ton)
1 2005 4.478,677 82.110,284
2 2006 11.134,046 65.358,938
3 2007 10.524,186 64.864,871
4 2008 13.912,284 72.491,453
5 2009 16.184,151 77.186,953
6 2010 15.062,635 85.209,646
Impor MSG dilakukan pada merek MSG tertentu yang disesuaikan dengan taste atau
selera dari permintaan pasar (kebutuhan restoran, berbagai industri makanan seperti
chiki, dll). Dimana harga monosodium glutamate impor dari cina lebih rendah.
(Chartika, IPB Bogor)
6
Sehingga pabrik ini didirikan untuk membantu memenuhi kebutuhan dalam negeri
Indonesia yang cukup besar yang diharapkan dapat menutupi kebutuhan impor
Indonesia akan monosodium glutamat.
Maka dari data diatas maka dapat diplot grafik seperti yang digambarkan pada
gambar 1.
Y = 2041,662943(X) – 4086755,695
Y = 2041,662943(2015) – 4086755,695
Y = 27.195,135 Ton
Dilihat dari data diatas maka diketahui bahwa ekspor Indonesia akan monosodium
glutamate sanagat besar untuk tahun 2010 misalnya, mencapai 85.209,646 Ton
sedangakan impor dari monosodium ini cukup jauh dibawah ekspor yaitu 15.062
Ton. Maka dari itu dapat diketahui produksi monosodium glutamate sampai saat ini
masih diperuntukan pada komoditi ekspor sedangkan dalam pemenuhan kebutuhan
dalam negeri sendiri masih sanggat bergantung pada impor monosodium glutamate
7
dari cina. Meninjau keadaan diatas maka demi memenuhi kebutuhan impor
monosodium glutamate untuk tahun 2015 yaitu sebesar 27.195,135 Ton, dibuat pra
rancangan pabrik monosodium glutamate dengan mengambil kapasitas rancangan
sebesar 30.000 Ton per tahun.
II. DESKRIPSI PROSES
Pada dasarnya ada tiga proses untuk memproduksi monosodium glutamat, yaitu :
1. Proses Hidrolisis
2. Proses Sintesis
3. Proses Fermentasi
Uraian masing-masing reaksi diatas adalah sebagai berikut :
1. Proses Hidrolisis
Proses hidrolisis yaitu proses hidrolisis protein dengan asam sulfat, yang diperoleh dari
kacang-kacangan, jagung atau padi-padian. Bahan baku biji jagung yang sudah digiling
ϑSO2 untuk dijadikan larutan gluten yang mengandung 70% protein. Selanjutnya
dilakukan pemisahan antara filtrat (gluten) dengan ampas jagung (pati, serat, abu, dan
minyak) menggunakan filter press. Kemudian gluten tersebut dihirolisis pada suhu
110°C dan tekanan 1 atm dengan penambahan H2SO4, sehingga terurai menjadi asam
amino.
Reaksi hidrolisis :
C5H7NO3(ϑ) + H2O(ϑ) C5H9NO4(ϑ)
2. Reaksi Fridel-Crafts
3. Proses fermentasi
Secara umum tahapan pembuatan MSG dengan menggunakan proses fermentasi adalah
sebagai berikut:
- Seeding
Tangki seeding ini mirip tangki fermentor tapi lebih kecil volumenya. Di tangki ini
bakteri tersebut dibiarkan berkembangbiak dengan baik, dilengkapi dengan
penganduk, alat pendingin, pemasukan udara dan lain-lain.
- Fermentasi
Setelah dari tangki seeding, bakteri tersebut dipindahkan ke tangki fermentor. Di
tangki ini mulailah proses fermentasi yang sebenarnya berjalan. Pengawasan proses
merupakan pekerjaan yang sangat penting. Pengaturan pH dengan pemberian NH3,
pemberian udara, jumlah gula, jumlah bakteri harus selalu diamati.
- Pengambilan asam glutamat
Setelah fermentasi selesai ± 30-40 jam cairan hasil fermentasi yaitu TB (Thin
Broth) dipekatkan untuk mengurangi kadar airnya kemudian ditambahkan HCl
10
B. Pemilihan Proses
Disamping membandingkan kondisi operasi, faktor ekonomi juga turut berperan, hal ini
dapat dilihat pada perbandingan ekonomi kasar dan energi bebas gibbs pada tiap reaksi.
11
Mol 25 25 -
Reaksi 20 20 20
Sisa 5 5 20
Δ Go = Δ Go-1 + Δ Go-2
= (511,129 kJ/kmol.+ 479,6 kJ/kmol.)
= 990,75 kJ/kmol.
Δ Go = Δ Go-1 + Δ Go-2
= (-599,59 kJ/kmol.+ 479,6 kJ/kmol.)
= - 119,965 kJ/kmol.
Tabel 4. Perbandingan proses berdasarkan potensial ekonomi dan ∆ Gibbs
Keterangan Fermentasi Hidrolisis
Keuntungan Rp. 103.095.000,- Rp. 10.950.000,-
∆ Gibbs - 119,965 kJ/kmol. 990,75 kJ/kmol
Berdasarkan hal diatas maka proses pembuatan monosodium glutamat yang dipilih
adalah metode fermentasi dengan alasan:
1. Ketersediaan bahan baku molasses yang melimpah di Indonesia, sehingga menjaga
kelangsungan berdirinya pabrik monosodium glutamat.
2. Proses fermentasi tidak memerlukan tekanan operasi yang tinggi seperti suhu 30oC
sehingga biaya produksi lebih bisa ditekan dan yield yang dihasilkan lebih tinggi.
3. Dari perhitungan ekonomi kasar proses fermentasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan proses hidrolisis
4. Dari energi bebas gibbs dapat diketahui reaksi fermentari lebih spontan, dengan
kata lain tidak memerlukan energy yang besar agar dapat bereaksi.
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa bakteri yang dipilih ialah
Microccocus glutamicus karena memiliki waktu fermentasi yang relative cepat dan
memiliki yield yang cukup tinggi yaitu 86 %.
Secara garis besar proses produksi MSG melalui tahap-tahap persiapan bahan baku dan
bahan pembantu, fermentasi, kristalisasi, dan netralisasi serta pengeringan dan
pengayakan.
Dalam pembuatan MSG digunakan bahan baku berupa tetes tebu sebagai sumber
karbohidrat. Tetes tebu diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan Ca
dengan menambahkan H2SO4. Setelah itu tetes disterilisasi dengan menggunakan uap
panas bersuhu maksimum 120oC selama 10 hingga 20 menit dan siap di fermetasi dalam
tabung yang juga disterilisasi (Said, 1991).
Selain bahan baku utama juga terdapat bahan pembantu dalam pembuatan MSG. Bahan
pembantu tersebut adalah amina (NH2), asam sulfat (H2SO4), HCl, NaOH, karbon aktif,
“beet molasses” dan “raw sugar” (Susanto dan Sucipto, 1994).
17
2. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi reduksi di dalam sistem biologi yang
menghasilkan energi. Fermentasi menggunakan senyawa organik yang biasanya
digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh
reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi bentuk lain (Winarno, 1990).
Hasil dari fermentasi adalah asam glutamat dalam bentuk cair yang masih tercampur
dengan sisa fermentasi.
6,6-7,0 yang kemudian berubah menjadi MSG. Pada keadaan asam glutamat akan
bereaksi dengan Na dan membentuk larutan MSG. Larutan ini mempunyai derajat
kekentalan 26 -280Be. Pada suhu 300C dengan konsentrasi MSG sebesar 55
gram/larutan (Winarno, 1990).
Penambahan arang aktif sebanyak % (w/v) digunakan untuk menjernihkan cairan MSG
yang berwarna kuning jernih dan juga menyerap kotoran lainnya, kemudian didiamkan
selama satu jam lebih untuk menyempurnakan proses penyerapan warna serta bahan
asing lainnya yang berlangsung dalam keadaan netral. Cairan yang berisi arang aktif dan
MSG kemudian disaring dengan menggunakan “vacuum filter” yang kemudian
menghasilkan filter serta “cake” berisi arang aktif dan bahan lainnya. Bila kekeruhan
dan warna filter tersebut telah sesuai dengan yang diinginkan maka cairan ini dapat
dikristalkan (Said, 1991).
Larutan MSG yang telah memiliki kekentalan 260Be diuapkan pada kondisi vakum
bertekanan 64 cmHg atau setara dengan titik didih 69 gram MSG pelarutan. Pemberian
umpan akan menyebabkan terbentuknya MSG karena larutan dalam keadaan jenuh.
Umpan yang diberikan sekitar 2% lalu inti kristal yang terbentuk secara perlahan-lahan
akan diikuti dengan pemekatan larutan sehingga menghasilkan kristal yang lebih besar.
Proses kristalisasi berlangsung selama 14 jam (Said, 1991).
Kristal MSG yang dihasilkan dari proses kristalisasi dipisahkan dengan metode
sentrifugasi dari cairannya. Filtrat hasil penyaringan dikembalikan pada proses
pemurnian dan kristal MSG yang dihasilkan setelah disaring kemudian dikeringkan
dengan udara panas dalam lorong pengeringan, setelah itu diayak dengan ayakan
bertingkat sehingga diperoleh 3 ukuran yaitu LLC (“Long Large Crystal”), LC (“Long
Crystal”), dan RC (“Regular Crystal”), sedangkan FC (“Fine Crystal”) yang merupakan
kristal kecil dikembalikan ke dalam proses sebagai umpan. Hasil MSG yang telah
diayak dalam bentuk kering kemudian dikemas dan disimpan sementara dalam gudang
sebelum digunakan untuk tujuan lainnya (Said, 1991).
19
III. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK
1. Molasses
Data ini diperoleh dari data molasses PG. Gunung Madu Plantation Lampung.
a. Sifat fisis :
Wujud : Cairan berwarna hitam
Densitas : 1,47 gr/ml
Viskositas : 4,323 cp
Panas spesifik : 0,5 Kkal/kg o C
Komposisi :
• Gula : 62 %
• Non gula : 18 %
• Air : 20 %
b. Sifat kimia :
Mengandung banyak karbohidrat sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku proses
fermentasi alkohol maupun fermentasi lain.
2. Amonia
• Sifat Fisika
Rumus molekul : NH
3
3. NaOH
Natrium Hidroksida lebih dikenal dengan nama Caustik Soda yang memiliki rumus
molekul NaOH.
• Sifat fisika :
Berat molekol : 40,00 g/gmol
Titik didih : 1391 oC
Titik leleh : 318oC
Kapasitas panas : 0.3558 Kkal/KgoC
Panas pembentukan : -122,4 Kkal/mol
• Sifat kimia :
NaOH bereaksi dengan asam mineral membentuk garam dan bereaksi juga dengan
asam lemak bentuk gas seperti H S, SO dan CO2 dengan reaksi :
2 2
✂✄
B. Produk
• Sifat fisis :
Rumus Kimia : C5H8 NNaO4.H2O
Berat molekul (g/mol) : 169
Bentuk : Kristal
Ph : 4,9-5,4
Kelarutan : 600 g/l (20 °C)
Titik leleh : 232 o C
Komposisi :
- Nitogen : 1,01 %
- Protein kasar : 6,30 %
- Biotin : 3 ppm
- Asam posfat : 0,04 ppm
- Bahan 0rganik : 62,5 %
- Dextrosa : 11,5 %
- Sukrosa : 35.9 %
- Glukosa : 2,6 %
- Inositol : 6000 ppm
- Riboflavin : 2,5 ppm
143
A. Simpulan
yang tidak begitu tinggi seperti tekanan operasi dan suhu operasi.
4. Break Even Point (BEP) sebesar 44,89 % dimana syarat umum pabrik di
besar dari suku bunga bank sekarang sehingga investor akan lebih
B. SARAN
Oleh :