PENDAHULUAN
Salah satu tujuan dari pembangunan perkebunan adalah untuk meningkatkan produksi
dan memperbaiki mutu hasil, meningkatkan pendapatan, memperbesar nilai ekspor,
mendukung industri, menciptakan dan memperluas kesempatan kerja, serta pemerataan
pembangunan. Ada tiga asas yang menjadi acuan dalam pembangunan perkebunan yang
mendasari kebijakan pembangunan dalam lingkungan ekonomi dan pembangunan nasional,
yaitu (1) Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi
pendapatan nasional, (2) Memperluas lapangan kerja, (3) Memelihara kekayaan dan
kelestarian alam dan meningkatkan kesuburan sumberdaya alam (Disbun, 2012).
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat populer bagi
masyarakat Indonesia. Saat ini, kopi memberikan sumbangan yang besar bagi devisa negara.
Tanaman kopi di Indonesia mempunyai lahan dengan luas peringkat ketiga setelah karet dan
kelapa sawit. Tanaman ini memiliki pertumbuhan produktivitas yang cenderung terus naik.
Harga jualnya juga cenderung meningkat. Buah kopi biasanya di pasarkan dalam bentuk kopi
beras, yaitu kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Pengolahan
kopi bertujuan untuk memisahkan kopi dari kulit arinya dan memperoleh kadar air tertentu,
sehingga siap dipasarkan. Umumnya dua cara pengolahan kopi, yaitu pengolahan kering dan
pengolahan basah.
Salah satu Kabupaten yang menjadikan kopi sebagai komuditas unggulan yang
memberikan kontribusi PDRB yang cukup besar adalah Kabupaten Rejang Lebong. Untuk
Kabupaten Rejang Lebong untuk produksi tanaman perkebunan terutama kopi menunjukkan
jumlah produksi yang paling banyak pada tahun 2015. Untuk jumlah petani, luas areal,
produksi, dan produksi rata-rata perkebunan rakyat di Kabupaten Rejang Lebong dapat di
sajikan pada tabel 1.
1
Tabel 1. Jumlah Petani, luas areal, produksi, dan produksi rata-rata perkebunan
rakyat menurut jenis tanaman di Kabupaten Rejang Lebong 2015
3
Tabel 2. Data Pengolahan Komoditi Kopi menjadi bubuk kopi tahun 2016
Dari tabel di atas menunjukan ada 13 industri yang ada di Kabupaten Rejang Lebong
dengan jumlah indikator yang berbeda-beda, yaitu tenaga kerja, nilai investasi, kapasitas
produksi, nilai produksi, dan nilai BB/BP. Industri bekerja sama dengan petani kopi, sehingga
kopi yang di dapatkan dari petani akan di jual ke tengkulak/pedagang pengumpul. Antara
industri dan petani memiliki hubungan kerja sama. Jadi, dari petani kopi akan di jual kepada
tengkulak atau langsung ke pemilik industri, kemudian di industri kopi akan mengolah kopi
4
menjadi kopi bubuk dan akan di jual hingga sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian
akan terbentuk sebuah rantai pasok. Rantai pasok akan terlihat lebih baik apabila memiliki
pengukuran kinerja, karena dengan pengukuran kinerja rantai pasok, akan terlihat industri
mana yang bisa menghasilkan jumlah produksi kopi sesuai dengan permintaan konsumen.
Ryan (2013) menunangkan pendapatanya dalam sebuah jurnal bahwa rantai pasokan
mencakup semua bagian diantaranya suppliers, produsen, distributor dan pelanggan, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi permintaan pelanggan. Rantai
pasokan meliputi tidak hanya pada produsen dan suppliers tetapi juga distributor, gudang,
pengecer, dan bahkan konsumen itu sendiri. Oleh karena itu semua sistem harus bekerja
dengan baik, tidak memandang mana bagian yang utama dan yang terpenting, semua saling
bergantung dan berkaitan, maka ketepatan didalam semua aspek yang berhubungan dengan
manajemen rantai pasokan haruslah dijaga dan diperbaiki agar semakin baik lagi, hal ini
mampu mengatasi masalah persediaan agar produk dalam keadaan tersedia (ready stock),
tidak cacat/rusak dan pastinya layak dikonsumsi oleh para pelanggan, dengan tercapainya
tujuan perusahaan tersebut maka dapat menjelaskan bahwa manajemen supply chain / rantai
pasokan merupakan tahapan didalam perusahaan yang sangat penting dan harus diperhatikan,
karena marupakan nyawa agar perusahaan terus hidup dan dapat memproduksi barang/jasa,
sehingga harus dikembangkan lagi agar nantinya dapat menjadi lebih baik. Untuk itu
diperlukan pengukuran kinerja rantai pasok.
Pengukuran kinerja supply chain memiliki peranan penting dalam mengetahui kondisi
perusahaan, apakah mengalami penurunan atau peningkatan serta perbaikan apa yang harus
dilakukan untuk meningkatkan kinerja mereka. Pengukuran kinerja supply chain adalah
sistem pengukuran kinerja yang bertujuan untuk membantu memonitoring jalannya aplikasi
Supply Chain Management (SCM) agar berjalan dengan baik. Oleh karena itu, indikator
kinerja yang digunakan lebih bersifat spesifik dan relatif berbeda dengan sistem pengukuran
kinerja organisasi. Sistem ini lebih bersifat integratif dengan area kerja yang meliputi
pemasok, pabrik, dan distributor yang bertujuan mencapai keberhasilan implementasi supply
chain.
Dari uraian latar belakang di atas, kinerja rantai pasok sangat mempengaruhi dari
sebuah industri, sehingga penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul Pengukuran
Kinerja Rantai Pasok Pada Industri Kopi di Kabupaten Rejang Lebong.
5
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian diatas adalah bagaimana kinerja rantai
pasok pada industri kopi di Kabupaten Rejang Lebong?
Tujuan dari penelitian di atas adalah untuk mengukur kinerja rantai pasok pada
industri kopi di Kabupaten Rejang Lebong.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi berasal dari Afrika, yaitu
daerah pegunungan di Etiopia. Kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah
tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian Selatan Arab
melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Tanaman kopi diduga berasal dari Benua Afrika, tepatnya dari Negara Ethiopia. Pada
abad ke-9, seorang pemuda bernama Kaldi tidak sengaja memakan biji kopi mentah yang
didapat dari semak belukar. Kaldi merasakan perubahan yang luar biasa setelah memakan biji
kopi tersebut, lalu dia menceritakan hal tersebut kepada warga sekitarnya dan menyebar
hingga keberbagai daerah. Biji mentah yang dimakan tersebut merupakan biji kopi (coffea
bean) atau sering disingkat dengan “bean”. Selain coffea bean atau bean, penyebutan lainnya
coffea, qawah, café, buni, mbuni, koffie, akeita, kafe, kava dan kafo.
Di Indonesia kopi mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawa oleh VOC
(Vereenigde Oostindische Compagnie). Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau
Jawa, dan hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh
VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke
berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Danarti dan Najiyati, 2004). Tanaman
kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam family
Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi ada sekitar 60 spesies di dunia. Sistematika
tanaman kopi menurut Rahardjo (2012), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea spp
7
Tanaman kopi terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah dan biji yang tumbuh
tegak, bercabang dan biladibiarkan dapat tumbuh mencapai tinggi 12 m serta memiliki
daunberbentuk bulat telur dengan ujung yang agak meruncing.Buah kopi berbentuk bulat
seperti kelerengdengan diameter sekitar 1 cm yang merupakan bagian utama dari pohon ini,
karena bagian inilah yang dimanfaatkan sebagai bahan minuman.Saat masih muda, kulit kopi
berwarna hijau kemudian menjadi kuning dan setelah masak berwarna merah. Biji kopi
merupakan bagian dalam dari buah kopi yang berwarna coklat kehijauan. Lapisan luar biji
kopi berupa kuliat ari yang sangat tipis dan bagian dalam berupa endospermae yang
membentuk belahan tepat dibagian tengah buah, sehingga buah tampak terbelah sama besar
(Rahmat, 2014).
Tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik apabila faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman dapat dioptimalkan dengan baik. Berikut ini syarat
pertumbuhan kopi secara umum, yaitu varietas unggul atau klon, tanah, iklim, ketinggian
tempat dan pemeliharaan. Tanah yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman kopi adalah
tanah yang baik yang memiliki ciri mempunyai lapisan topsoil yang tebal. Umumnya ini
terdapat di daerah dataran tinggi yang memiliki kandungan organik yang cukup banyak dan
tidak terlalu banyak terkontaminasi polusi udara. Tanaman kopi sebaiknya ditanam ditanah
yang memiliki kandungan hara dan organik yang tinggi. Curah hujan mempengaruhi
pembentukan bunga hingga menjadi buah. Untuk arabika, jumlah curah hujan yang masih
bisa di tolerin sekitar 1.000 – 1.500 mm/tahun. Sementara itu curah hujan untuk kopi robusta
maksimum 2.000 mm/tahun. Penanaman atau pembangunan perkebunan kopi di suatu daerah
perlu melihat data klimatologi daerah tersebut selama lima tahun terakhir. Pasalnya daerah
yang berada di atas ketinggian 1.000 meter dpl dan memiliki curah hujan yang baik
umumnya justru memiliki musim kering relatif pendek. Sebaliknya, tanaman kopi
membutuhkan musim kering yang agak panjang untuk memperoleh produksi yang optimal.
Ketinggian tempat untuk perkebunan kopi arabika sekitar 1.000 – 2.100 meter dpl. Semakin
tinggi lokasi perkebunan kopi arabika, rasa atau karakter kopi yang dihasilkan menjadi
semakin baik dan enak. Sementara untuk kopi robusta, ketinggian yang optimal untuk
perkebunan kopi robusta sekitar 400 – 1.200 meter dpl
8
2.2 Input Produksi Usaha Tani Kopi
2.2.1 Bibit Kopi
Bibit kopi yang digunakan pada saat penelitian ini dilakukan adalah bibit yang berasal
dari proses penyambungan atau steak. Untuk bibit di dapatkan masyarakat dengan cara
membeli dari pensteak kopi (orang yang melakukan proses pensteakan kopi). Untuk proses
pensteakan 1 bibit adalah Rp. 2000,00 sampai steak berhasil dan mengasilkan kopi sambung
yang bagus.
Bibit kopi steak ada 5 macam jenis yaitu:
1. Payung
2. Sidodadi
3. Kipas
4. Parabola
5. Saikunan
a. Lahan
Lahan yang digunakan untuk usahatani kopi ini adalah lahan sendiri (milik sendiri
petani) yang luasnya tidak sama.
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja untuk usahatani kopi berupa tenaga kerja pria dan wanita. Baik tenaga
kerja pria ataupun wanita dapat melakukan kegiatan pensteakan, pemeliharaan dalam hal ini
untuk melakukan perumputan, penyemprotan dan pemanenan
c. Pupuk
Pupuk merupakan salah satu input produksi yang sangat berperan dalam usahatani
kopi setelah pemilihan bibit yang baik, karena keberhasilan usahatani kopi selain karena
faktor pemilihan bibit yang baik juga oleh faktor penggunaan pupuk. Biasanya penyemprotan
di lakukan 3 sampai 4 kali selama satu tahun pemeliharaan kopi.
d. Pestisida
Pestisida digunakan dalam rangka pemeliharaan dari hama penyakit dan gulma.
Penggunaan pestisida di lakukan berseling dengan proses penyabitan/perumputan
(Murtiningrum, 2013).
9
dengan tujuan mengetahui nilai dari hasil yang kita dapatkan dan menentukan strategi untuk
dapat mempertahankan organisasi tersebut. Menurut Yuwono, dkk (2006) pengukuran kinerja
adalah tindakan pengukuran yang di lakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai
yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan
balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik
dimana perusahaan memerlukan penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Suatu manajemen rantai pasok dituntut untuk dapat melakukan integrasi antar fungsi
dan proses yang terjadi didalamnya, agar manajemen rantai pasok tersebut dapat berjalan
dengan baik dan dapat melayani costomer sebagai tujuan akhirnya, serta menghasilkan
benefit dari proses tersebut. Menurut Pudjawan (2005) sistem pengukuran kinerja diperlukan
untuk: i). Melakukan monitoring dan pengendalian terhadap supply chain; ii).
Mengkomunikasikan tujuan organisasi kepada fungsi-fungsi pada supply chain; iii).
Mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun tujuan yang
hendak dicapai, dan iv). Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam
bersaing.
Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik
adalah sebagai berikut :
a. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan, sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam
organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan pada pelanggan.
b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai
pelanggan dan pemasok internal.
c. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret,
sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi
d. Membawa konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi
“reward” atas perilaku yang di harapkan tersebut.
Untuk dapat mengoprasionalkan rantai pasokan dengan baik,sehingga dapat efektif
dan efisien, diperlukan adanya pengukuran kinerja rantai pasokan, dengan adanya
pengukuran kinerja rantai rantai pasokan,kita dapat memahami manajemen rantai pasokan
dan dapat memperbaiki kinerjanya agar lebih baik lagi. Diperlukan beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam kinerja manajemen rantai pasokan,yaitu :
Fleksibilitas Rantai Pasokan, perusahaan harus mampu beradaptasi sehingga mampu
merespon perubahan yang terjadi.
10
Kualitas kemitraan, memiliki partner kerja yang dapat diandalkan dan memberikan
yang terbaik
Integrasi rantai pasokan, keseluruhan aktifitas, baik keorganisasian, pemasok,
produksi dan konsumen harus baik.
Kecepatan perusahaan dalam merespon permintaan konsumen dan pasar.
Menurut Pudjawan dan Mahendrawathi (2010), pengukuran kinerja tidak akan berarti
banyak kalau tidak dilanjutkan dengan upaya perbaikan. Untuk melakukan perbaikan perlu
dilakukan proses benchmarking kinerja. Benchmarking adalah membandingkan proses
maupun kinerja dari suatu organisasi relatif terhadap proses maupun kinerja perusahaan
referensi, utamanya dalam hal ini adalah perusahaan sejenis yang tergolong best in class.
Benchmarking bertujuan untuk mengetahui dimana posisi perusahaan relatif terhadap
perusahaan kompetitor atau perusahaan acuan, mengidentifikasikan pada aspek mana
perusahaan lebih baik dan pada aspek mana perusahaan membutuhkan perbaikan. Berbagai
studi menunjukkan bahwa perusahaan yang tergolong best in class memiliki kinerja supply
chain secara signifikan lebih bagus dibandingkan dengan perusahaan rata-rata. Perusahaan
yang memiliki supply chain management yang bagus biasanya juga memiliki kinerja finansial
yang secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
2.4 Agroindustri Kopi Robusta
Salah satu kegiatan penting yang dilakukan sebelum kopi robusta dapat dinikmati
oleh konsumen akhir merupakan kegiatan agroindustri. Kegiatan agroindustri memberikan
perubahan bentuk serta nilai terhadap kopi yang dihasilkan, untuk itu perlu diketahui pelaku
yang terlibat dalam kegiatan ini serta perlakuan yang diberikan kepada kopi sebelum sampai
ketangan konsumen akhir. Mengetahui kegiatan agroindustri dapat mempermudah untuk
penghitungan nilai tambah. Menurut Budiman (2012), secara garis besar industri kopi dalam
negeri dapat digolongkan kedalam 3 kelompok, yaitu:
1. Industri kopi olahan kelas kecil (home industri)
Industri yang tergolong dalam kelompok ini adalah industri yang bersifat rumah
tangga (home industry) dimana tenaga kerjanya adalah anggota keluarga dengan melibatkan
satu atau beberapa karyawan. Produknya dipasarkan di warung atau pasar yang ada
disekitarnya dengan nama produk atau tanpa nama produk. industri yang tergolong pada
kelompok ini pada umumnya tidak terdaftar pada dinas perindustrian maupun dinas POM.
Industri pada kelompok ini tersebar di seluruh daerah penghasil kopi.
2. Industri kopi olahan kelas menengah
11
Industri kopi yang tergolong pada kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi
yang menghasilkan kopi bubuk atau produk kopi olahan lainnya seperti minuman kopi yang
produknya dipasarkan di wilayah kecamatan atau kabupaten tempat produk tersebut
dihasilkan. Produknya dalam bentuk kemasan sederhana yang pada umumya telah
memperoleh izin dari dinas perindustrian sebagai produk rumah tangga. Industri kopi olahan
kelas menengah banyak terdapat di sentra produksi kopi seperti Lampung, Bengkulu,
Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Jawa Timur.
3. Industri kopi olahan kelas besar
Industri kopi kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan
kopi bubuk, kopi instan atau kopi mix dan kopi olahan lainnya yang produknya dipasarkan ke
berbagai daerah di dalam negeri atau diekspor. Produknya dalam bentuk kemasan yang pada
umumnya telah memperoleh nomor merk dagang dan atau label lainnya. Beberapa nama
industri kopi yang tergolong sebagai industri kopi ini adalah PT. Sari Incofood Corp, PT.
Nestle Indonesia, PT. Santos Jaya Abadi, PT. Aneka Coffee Industri, PT. Torabika Semesta,
dan lain-lain.
Karakteristik agroindustri yang menonjol adalah adanya ketergantungan antar elemen-
elemen agroindustri, yaitu pengadaan bahan baku, pengolahan, dan pemasaran produk.
Agroindustri harus di pandang sebagai sistem yang terdiri dari empat keterkaitan, yaitu : (1)
keterkaitan mata produksi, (2) keterkaitan mikro-makro, (3) keterkaitan kelembagaan, (4)
keterkaitan internasional.
Kopi robusta atau yang disebut dengan Coffea canephora. Pada awalnya hanya
dikenal sebagai semak atau tanaman liar yang mampu tumbuh hingga beberapa meter
tingginya. Hingga akhirnya kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898
oleh Emil Laurent. Namun terlepas dari itu ada yang menyatakan jenis kopi robusta ini telah
ditemukan lebih dahulu oleh dua orang pengembara Inggris bernama Richard dan John
Speake pada tahun 1862 (Yahmadi, 2007).
Kopi robusta banyak dibudidayakan di Afrika dan Asia. Kopi robusta dapat
dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan
mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak. Selain itu, cakupan daerah tumbuh
kopi robusta lebih luas dari pada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian
tertentu. Kopi ini dapat ditumbuhkan di dataran rendah sampai ketinggian 1.000 meter diatas
12
permuakaan laut. kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini
menjadikan kopi robusta lebih murah (Cahyono, 2012).
Kopi robusta berasal dari Kongo dan masuk ke Indonesia pada tahun 1990. Karena
mempunyai sifat lebih unggul, kopi ini sangat cepat berkembang. Bahkan kopi ini merupakan
jenis yang mendominasi perkebunan di Indonesia hingga saat ini. Beberapa sifat penting kopi
robusta antara lain :
Menurut Pangabean (2012) proses pengolahan kopi bubuk terdiri dari beberapa
tahapan proses yaitu sebagai berikut:
1. Penyangraian
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini merupakan
tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas.
Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa organik untuk membentuk
citarasa dan aroma khas kopi.Waktu penyangraian ditentukan atas dasar warna biji kopi
penyangraian atau sering disebut derajat sangrai.Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi
sangrai mendekati cokelat tua kehitaman.
Setelah proses penyangraian selesai, biji kopi harus segera didinginkan dalam bak
pendingin. Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses penyangraian berlanjut
dan biji kopi menjadi gosong. Selama pendinginan biji kopi diaduk secara manual agar proses
pendinginan lebih cepat dan merata. Selain itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan
13
sisa kulit ari yang terlepas dari biji kopi saat proses sangrai. Proses pendinginan biji kopi
yang telah disangrai sangat perlu dilakukan. Hal ini untuk mencengah agar tidak terjadi
pemanasan lanjutan yang dapat mengubah warna, rasa dan tingkat kematangan biji yang
diinginkan.Beberapa cara dapat dilakukan untuk pendinginan biji sangrai antara lain
pemberian kipas ataudengan menaruhnya kebidang datar.
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh butiran kopi
bubuk dengan ukuran tertentu.Butiran kopi bubuk mempunyai luas permukaan yang relatif
besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh.Dengan demikian senyawa pembentuk citarasa
dan senyawa penyegar mudah larut dalam air seduhan.
Kopi bubuk adalah biji kopi yang sudah diproses dan digiling halus dalam bentuk
butiran-butiran kecil sehingga mudah diseduh dengan air panas dan dikonsumsi. Proses untuk
membuat kopi bubuk, dari buah kopi matang hingga menjadi kopi bubuk sampai dikemas
(Najiyanti dan Danarti, 2004).
Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Kopi robusta dapat
dikatakan sebagai kopi kelas dua, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan
mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak. Selain itu, cakupan daerah tumbuh
kopi robusta lebih luas dibandingkan denga kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada
ketinggian tertentu. Kopi robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m diatas
permukaan laut. Selain itu, kopi robusta lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit.
Hal ini menjadikan kopi jenis ini lebih murah. Kopi robusta banyak ditumbuhkan di afrika
barat, afrika tengah, asia tenggara, dan amerika selatan. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pembudidayaan kopi robusta diantaranya penyiangan, pemupukan, pemangkasan, dan
penyambungan. Perlakuan yang tepat terhadap kopi yang ditanam dapat meningkatkan hasil
produksi kopi, akan tetapi kesalahan dalam budidaya mampu mengurangi jumlah produksi
kopi secara signifikan. Kegiatan penyiangan merupakan kegiatan pemeliharaan
menyingkirkan atau mengendalikan pertumbuhan gulma yang terdapat disekitar tanaman
kopi. Gulma tersebut disingkirkan karena dianggap sebagai pengganggu tanaman kopi dalam
menyerap unsur hara, dengan kata lain gulma merupakan tumbuhan yang pertumbuhannya
tidak diinginkan, untuk itu gulma harus diberantas khususnya disekitar kanopi tanaman kopi.
14
2.8 Supply Chain Operations Reference
Supply Chain Operations Reference atau biasa disingkat SCOR merupakan suatu
model yang dikembangkan oleh Supply Chain Council untuk mengukur performa dari rantai
pasokan suatu perusahaan. SCOR merupakan alat manajemen yang cakupannya mulai dari
pemasok bahan baku hingga ke konsumen akhir. Menurut Pudjawan dan Mahendrawathi
(2010), model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business
process reeingeneering, benchmarking, dan proses measurement kedalam kerangka lintas
fungsi dalam rantai pasokan. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Business process reengineering pada hakekatnya menangkap proses kompleks yang
terjadi saat ini (as-is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to-be).
2. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari
perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in
class yang diperoleh.
3. Proses measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki
proses-proses supply chain.
Menurut Supply Chain Council (2010), pengukuran kinerja menggunakan SCOR
merupakan keseluruhan dari manajemen rantai pasokan yang mencakup proses plan, source,
make, deliver, dan return dari pemasok bahan baku hingga ke konsumen akhir. Dibawah ini
dijelaskan mengenai kelima proses tersebut:
1. Plan, proses ini menggambarkan kegiatan perencanaan terkait dengan operasi rantai
pasokan. Kegiatan ini termasuk pengumpulan kebutuhan pelanggan, mengumpulkan
informasi mengenai sumber daya yang tersedia, dan menyeimbangkan kebutuhan dan
sumber daya untuk menentukan kemampuan dan kesenjangan sumber daya. Hal ini
diikuti oleh mengidentifikasi tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki
kesenjangan.
2. Source, proses ini menjelaskan tentang pemesanan (atau penjadwalan) dan
penerimaan barang dan jasa. Yang termasuk dalam proses ini adalah mengeluarkan
pesanan pembelian, penjadwalan pengiriman, menerima validasi pengiriman dan
penyimpanan, serta menerima faktur pemesanan.
3. Make, proses ini berkaitan dengan kegiatan untuk merubah bahan atau menciptakan
barang untuk layanan. Kegiatan ini berfokus pada konversi bahan daripada produksi
atau manufaktur karena Make mewakili semua jenis konversi bahan: perakitan,
pengolahan kimia, pemeliharaan, perbaikan, overhaul, daur ulang, perbaikan,
rekondisi, dan proses konversi bahan lainnya. Sebagai pedoman umum: proses ini
15
biasa dikenal dengan ciri-ciri satu atau lebih item masuk, dan satu atau beberapa
nomor item yang berbeda keluar dari proses ini.
4. Deliver, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan, pemeliharaan,
dan pemenuhan pesanan pelanggan. Kegiatan ini mencakup penerimaan, validasi, dan
pembuatan pesanan pelanggan yang meliputi:
penjadwalan pengiriman, pemilihan, pengepakan, dan pengiriman, serta pemberian
faktur pelanggan.
5. Return, proses ini terkait dengan arus balik barang kembali dari pelanggan. Proses
kembali meliputi identifikasi kebutuhan untuk pengembalian, pembuatan keputusan
disposisi, penjadwalan pengembalian, dan pengiriman dan penerimaan barang yang
dikembalikan. Kegiatan perbaikan, proses daur ulang, dan rekondisi tidak dijelaskan
menggunakan proses Return.
Pengukuran kinerja dalam sebuah rantai pasokan memerlukan kriteriakriteria tertentu.
Metode SCOR memiliki kriteria yang digunakan untuk mengukur kinerja yang disebut
dengan atribut. Terdapat lima atribut kinerja, yaitu reliabilitas rantai pasokan (reliability),
responsivitas rantai pasokan (responsiveness), fleksibilitas rantai pasokan (agility), biaya
manajemen rantai pasokan (cost), dan efisiensi manajemen asset rantai pasokan (assets).
16
Tabel 3. Indikator Atribut Kinerja pada SCOR
Indikator
Atribut Kinerja
17
6. Indikator biaya total penyampaian produkialah jumlah total dari biaya rantai pasokan
untuk mengirimkan produk ke tangan konsumen. Biaya total ini termasuk biaya
langsung dan tidak langsung terhadap kegiatan dalam rantai pasokan.
7. Indikator siklus cash-to-cash terkait dengan waktu yang diperlukan untuk
pengembalian modal ke perusahaan setelah telah pengeluaran untuk bahan baku.
Untuk hal pelayanan, ini merupakan waktu dari titik antara sebuah perusahaan
membayar untuk sumber daya yang dikonsumsi untuk menghasilkan layanan hingga
perusahaan menerima pembayaran dari pelanggan untuk layanan tersebut.
8. Indikator siklus pengembalian aset tetap rantai pasokan mengukur kembalinya
penerimaan sebuah perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan pada aset tetap
rantai pasokan.
9. Indikator pengembalian modal kerja yaitu pengukuran yang menilai besarnya
investasi relatif terhadap modal kerja perusahaan dibandingkan dengan pendapatan
yang dihasilkan dari rantai pasokan. Komponen ini mencakup piutang, hutang,
persediaan, pendapatan rantai pasokan, beban pokok penjualan dan biaya manajemen
rantai pasokan.
18
pasokan (Muhammad, 2012). Penelitian Maulidiya, dkk (2013) yang berjudul Pengukuran
Kinerja Supply Chain Berdasarkan proses inti Supply Chain Operation Reference(SCOR)
Studi kasus pada PT Arthawenasakti Gemilang Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah
melakukan pengukuran kinerja supply chain bagi perusahaan untuk melakukan pengukuran
kinerja lima proses inti pada supply chain perusahaan dengan menggunakan metode SCOR,
mengetahui aktivitas-aktivitas yang perlu di lakukan perbaikan berdasarkan scoring system,
dan memberikan rekomendasi perbaikan pada aktivitas yang memerlukan perbaikan dengan
segera.
Penelitian ini menggunakan metode SCOR yang terdapat 3 level, yaitu level pertama
mengenai tingkat tertinggi dimana perusahaan menganalisis performanya sendiri,
memberikan definisi umum dari lima proses inti, yaitu plan, source, make, deliver, dan
return. Pada level kedua dilakukan pengukuran kinerja aktual rantai pasokan dengan
menggunakan SCORcards pada masing-masing perspektif. Pada fase ketiga penilaian kinerja
perusahaan yang berhubungan dengan rantai pasokan ( Anggraeni, 2009).
19
Industri Kopi
Bubuk Robusta
Best In Class
Mempengaruhi
20
BAB III
METODE PENELITIAN
21
yang telah dibuat, dan secara observasi dimana peneliti terjun langsung ke lapangan
untuk melihat kondisi yang sebenarnya, sehingga didapatkan gambaran yang jelas
mengenai daerah yang akan diteliti.
2. Data Sekunder
Data diperoleh secara sekunder dengan cara mengambil data di Badan Pusat Statistik,
Dinas Perkebunan Kabupaten Rejang Lebong yang berkaitan dengan penelitian ini.
22
Tabel 4. Pengukuran kinerja rantai pasok pada metode SCOR level 1
Level 1 Indikator
23
b. Level 2
Pada level kedua ini akan menyajikan perhitungan indikator-indikator kinerja rantai
pasokan, yaitu :
Tabel 5. Pengukuran kinerja rantai pasok pada metode SCOR level 2
24
c. Level 3
Pada level ini adanya pilaian kinerja perusahaan yang terdiri dari kondisi berlangsung,
target, GAP, dan pencapaian sehingga nanti akan di kategorikan ke dalam Best In class.
Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan indikator-
indikator sebagai berikut :
Tabel 6. Pengukuran Kinerja Rantai pasok dalam kategori Best In Class.
Keterangan
Level 3
Level 2 Indikator
Kondisi Target GAP Pencapaian MO Dis Me Adv BIC
Berlangsung
Pemenuhan
Reliability pesanan secara
sempurna
Waktu tunggu
Responsiveness pemenuhan
pesana
Fleksibilitas
rantai pasokan
atas
Adaptasi rantai
Agility
pasokan atas
Adaptasi rantai
pasokan bawah
Biaya total
Costs penyampaian
produk
Siklus cash to
cash
Pengembalian
Assets asset tetap rantai
pasokan
Pengembalian
modal kerja
Sumber : Data Penelitian Analisis Kinerja Rantai Pasok Komoditi Kopi Gayo (Pramulya,dkk, 2014)
25
Keterangan :
𝐾𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑟𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔
Pencapaian = 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡
26
supplier, seperti ketepatan waktu pengiriman dari supplier, tingkat kecacatan produk,
pengiriman supplier lead time, dan cash to cash cycle time. (%)
10. Make adalah proses yang berkaitan dengan kegiatan untuk merubah bahan atau
menciptakan barang untuk layanan yang berkaitan dengan proses kegagaln dalam
pembuatan produk, kegagalan pengemasan/pengepakan, sistem kualitas industri, rata-
rata pemakaian mesin, membuat keandalan karyawan. (%)
11. Deliver adalah kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan, pemeliharaan, dan
pemenuhan pesanan pelanggan. Kegiatan ini mencakup ketepatan waktu pengiriman,
kesalahan dalam pengiriman, hubungan dengan dengan customer, lead time produk
jadi, dan kinerja karyawan dalam pengiriman. (%)
12. Return adalah proses yang berkaitan dengan arus balik barang kembali dari
pelanggan, seperti jadwal untuk mengganti produk yang rusak dan tingkat komplain
dari pelanggan. (%)
13. Reliability adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang di harapkan yang
merupakan hasil dari sebuah proses (%).
14. Responsiveness adalah kecepatan waktu untuk merespon setiap perubahan, sehingga
dapat menyediakan produk kepada pelanggan (hari).
15. Agility adalah ketangkasan/merespon dengan cepat setiap adanya perubahan, seperti
adanya permintaan yang tidak terduga dan penurunan pesanan yang mampu diatasi
dengan tidak ada penambahan biaya atau denda (%).
16. Costs adalah biaya operasi proses rantai pasokan yang termasuk biaya tenaga kerja,
biaya material, biaya manajemen, dan transportasi (Rupiah).
17. Assets adalah kemampuan untuk mendayagunakan aset (%).
18. Benchmarking merupakan pembandingan antara kinerja rantai pasokan pada
agroindustri yang satu dengan yang lainnya (%).
19. Major Opportunity adalah kinerja yang dilakukan tidak optimal karena tidak
memenuhi ketentuan target, sehingga terus ditingkatkan. (%).
20. Disadvantage adalah kinerja yang dilakukan belum optimal yang dapat mengalami
kerugian dan harus terus diperbaiki sehingga dapat mencapai target (%)
21. Medium adalah kinerja yang telah dilakukan sudah mencapai rata-rata dari target (%).
22. Advantage adalah kinerja yang dilakukan sudah baik dan hampir mendekati kategori
Best In Class (%.)
23. Best In Class adalah kinerja yang dilakukan sangat baik dan sudah mencapai target
(%).
27
DAFTAR PUSTAKA
Adinata, Ryan Candra. 2013. Analisis Kinerja Manajemen Rantai Pasokan berbasis
BALANCED SCORECARD. Universitas Diponegoro : Semarang
Al Rayid, Rizaldy Ghaffar. 2015. Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Kopi Rakyat di
Kabupaten Jember. Skripsi. Jurusan Agribisnis Universitas Jember: Jawa Timur.
Buana, Ivan Tri. 2016. Analisis Efisiensi Pemasaran kopi dan Penggunaan Balanced Score
Card (BSC) dalam Penilaian Kinerja KSU Argopuro jaya Abadi di Kecamatan Panti
Kabupaten Jember. Universitas Jember: Jawa Timur.
Badan Pusat Statistik. 2016. Bengkulu dalam Angka 2016. http://bps.go.id (Diakses 8
Oktober 2016).
Dinas Perkebunan. 2012. Pengembangan Perkebunan Untuk Ekonomi Lokal.
http://disbun.kalselprov.go.id/berita/pengembangan-perkebunan-untuk-ekonomi-
lokak.html. (Diakses 8 Oktober 2016).
Cahyono, Bambang. 2012. Sukses Berkebun Kopi. Penerbit Mina: Jakarta.
Lynch, Richard L. dan Cross Kelvin. 1993. Performance Measurement System, Handbook of
Cost Management. Warren Gorham Lamont: New York.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidika . Rineka Cipta : Jakarta.
Maulidiya, dkk. 2013. Pengukuran Kinerja Supply Chain berdasarkan Proses Inti Pada
Supply Chain Operation Reference (SCOR) (Studi Kasus Pada PT Arthawenasakti
Gemilang Malang. Universitas Brawijaya : Malang.
Muhammad, dkk. 2012. Evaluasi Pengelolaan Kinerja Rantai Pasok dengan Pendekatan
SCOR Model Pada Swalayan Asiamart Lhokseumawe. Malikussaleh Industrial
Engineering Journal Vol. 1 No.1 hal 46
Pangabean, Edy. 2012. The Secret of Barista. PT Wahyumedia. Jakarta.
Prihartini, Dewi. 2014. Value Chain Analysis (Analisis Rantai Pasok) untuk Peningkatan
Pendapatan Petani Kopi pada Industri Kopi Biji Rakyat di Kabupaten Jember.
Universitas Jember: Jawa Timur.
Pramulya,dkk. 2014. Analisis Kinerja Rantai Pasok Komoditi Kopi Gayo. Universitas teuku
Umar Meulaboh: Aceh
29