METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara yang memiliki bagian besar dibidang pertanian. Sebagai
negara agraris dengan wilayah yang cukup luas dan subur, beberapa subsektor pertanian
Indonesia menjadi penyumbang devisa yang cukup besar, salah satunya subsektor
perkebunan. Beberapa dari komoditas perkebunan yang ada di Indonesia merupakan
komoditas yang menjadi unggulan dan mampu bersaing dengan pasar global. Dikatakan
unggulan karena beberapa komoditas tersebut merupakan komoditas dengan volume ekspor
terbesar dibandingkan dengan komoditas-komoditas lainnya. Terdapat lima komoditas yang
paling dominan dan memiliki volume ekspor paling besar yaitu komoditas kelapa sawit, karet,
kelapa, kopi dan kakao (Murjoko, 2017).
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai
sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan
juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani
kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012).
Kopi Robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada akhir abad 18 dan mulai
dibudidayakan di Indonesia abad 19 (van der Vossen et al.,2000). Jenis kopi robusta dapat
beradaptasi dengan baik pada iklim yang hangat dan dapat tumbuh pada ketinggian 100-800
mdpl (van der Vossen et al., 2000). Kopi robusta telah banyak dibudidayakan di Indonesia
termasuk di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Aceh (van der Vossen et al., 2000).
Morfologi kopi robusta tergolong buah batu yang berbentuk bulat seperti telur bola
(ovoid-globose) dan memiliki biji yang ukurannya lebih pendek dibandingkan dengan jenis
kopi arabika (8 – 16 mm) namun memiliki diameter yang lebih besar (15 – 18 mm). Pada
umumnya kopi robusta memiliki ukuran lebih ringan dibandingkan dengan kopi arabika (0,4
g per biji kopi). Kopi robusta memiliki rasa yang lebih pahit dengan memiliki kandungan
kafein hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan kopi arabika, kopi robusta sekitar
1,5% - 3,3% dibandingkan kopi arabika yang hanya 0,6% - 1,7%.
Penyebaran produksi kopi di Pulau Jawa salah satunya yaitu di Provinsi Jawa Tengah.
Ada dua jenis kopi yang diusahakan di Jawa Tengah, yaitu kopi Robusta dan kopi Arabika.
Kopi Robusta mendominasi perkebunan kopi dengan luasan sekitar 77 persen luas tanam,
sementara sisanya adalah kopi Arabika. Produktivitas kopi di Jawa Tengah tidak terlalu
tinggi, yaitu rata-rata untuk kopi Arabika mencapai 0,35 ton/ha sedangkan kopi Robusta
adalah 0,47 ton/ha (Statistik perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 2015). Sentra produksi kopi
di Jawa Tengah untuk kopi Robusta adalah di Kabupaten Temanggung (30,27%), Kabupaten
Semarang+Salatiga (10,86%), Kendal (8,69), Jepara (7,67%), dan Wonosobo (6,06%).
Sementara itu sentra produksi kopi Arabika adalah di Kabupaten Temanggung (22,16%),
Wonosobo (15,1%), Banjarnegara(10,23%), Klaten (9,03%), dan Pemalang (8,06%) (Oelviani
& Hermawan, 2017). Produksi kopi di Kabupaten Temanggung pada tahun 2015 yaitu 7.536,
49 ton (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015). Produksi kopi di Kabupaten Temanggung 4 yang
tinggi salah satunya dipengaruhi oleh letak geografis. Kabupaten Temanggung memiliki
letak geografis dataran tinggi sampai dataran rendah dengan ketinggian antara 500-3000
mdpl yang mendukung untuk budidaya tanaman kopi. Terdapat dua jenis kopi yang banyak
dibudidayakan petani di Temanggung yaitu jenis arabika dan robusta. Kopi arabika hanya
dapat tumbuh di dataran tinggi sehingga penyebarannya di sekitar lereng Gunung Sumbing
dan Gunung Sindoro yaitu daerah Kledung, Bulu, Tretep dan Ngadirejo. Sementara
komoditas kopi robusta penyebarannya di semua kecamatan yang ada di Kabupaten
Temanggung. Berikuta data luas tanaman perkebunan menurut Kecamatan dan jenis
tanaman di Kabupaten Temanggung (hektar), 2016:
Kopi Arabica Arabica Kopi
Coffe
Cengkeh Kelapa Kapuk Aren
Kecamatan Robusta
Robusta Clove Coconut Sugar
Subdistrict Kapok Palm
Coffe
Dari data luas tanaman di Kabupaten Temanggung tersebut komoditi kopi robusta
memiliki luas terbesar di seluruh kecamatan, yaitu sebesar 8151,80 hektar dan di
kecamatan Kedu memiliki luas 126,30 hektar untuk komoditas kopi robusta.
Sebagai salah satu negara yang menghasilkan komoditi kopi dengan kualitas premium,
tentunya tidak mengherankan bila penduduknya pun menggemari minuman tersebut.
Kebiasaan minum kopi ini tidak hanya dilakukan di rumah saja, namun kerap ‘bergeser’ ke
tempat lain seperti warung kopi, bahkan ke gerai-gerai kopi modern yang biasa disebut
coffee shop. Bahkan, kegiatan meminum secangkir kopi di coffee shop kini sedang menjadi
tren.
Pertumbuhan gerai-gerai kopi modern ini melonjak tinggi dan menjamur di berbagai
daerah termasuk di kabupaten temanggung, termasuk jumlah kedai kopi artisan dan gerai
kopi di Indonesia meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir. Bukan tanpa alasan,
peningkatan jumlah kedai kopi ini diikuti dengan adanya pergeseran budaya dalam
mengkonsumsi kopi.
Terlepas dari banyaknya anggapan bahwa coffee shop hanya tren semata, nyatanya
‘ngopi’ di kedai dan gerai kopi tersebut dijadikan kebiasaan baru di zaman serba modern ini.
Dari perkembangan fenomena yang cukup menarik ini. Dulu, minum kopi dilakukan secara
sederhana hanya dengan menyeduh kopi bubuk dengan air panas saja dirumah hingga
muncul kebiasaan menikmati kopi sambil bercengkrama bersama kawan di warung kopi.
Coffee shop sendiri dinilai memiliki suasana tersendiri yang mampu membuat pembelinya
merasa nyaman seakan di rumah kedua. Bahkan, tidak jarang banyak yang berkunjung ke
coffee shop untuk menyelesaikan pekerjaan, karena kedai kopi dirasa mampu meningkatkan
produktivitas.
B. Tujuan
2. Mengetahui biaya dan pendapatan usaha tani kopi robusta di Kecamatan Kedu Kabupaten
Temanggung
3. Mengetahui pendapatan sebelum dan sesudah adanya trend coffeshop di Kecamatan
Kedu Kabupaten Temanggung
C. Kegunaan
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendapatan usahatani
Pendapatan adalah salah satu tolak ukur yang diperoleh petani dari usahatani yang dilakukan.
Dalam analisis usahatani, pendapatan yang diperoleh oleh petani adalah sebagai indikator yang
sangat penting karena merupakan sumber pokok dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pendapatan merupakan bentuk timbal balik jasa pengolahan lahan, tenaga kerja, modal yang
dimiliki petani untuk usahanya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi
yang dikeluarkan dengan harga produk, berikut perumusannya:
TR = Q x P Keterangan :
TR
= Harga
Produk P
Pendapatan terdiri dari pendapatan kotor dan pendapatan bersih.
Pendapatan kotor adalah pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu priode,
sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani
dengan pengeluaran total usahatani dan menjadi tolak ukur keuntungan (Soekartawi, 2010).
Pendapatan dalam usahatani dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
NR = TR – TC
Keterangan : NR TR TC
Menurut Narawi (2010), analisis regresi merupakan sebuah metode sederhana yang
digunakan untuk melakukan investgasi terhadap hubugan fungsional diantara beberapa variabel.
Hubungan antara variabel tersebut diwujudkan dalam bentuk matematis. Model regresi variabel
sendiri dibedakan menjadi dua bagian yaitu variabel dependen dan varibael independen. Untuk
mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kopi di Desa Mulangmaya
diektahui variabel dependen dan independen. Variabel independen meliputi luas lahan, Biaya
tenaga kerja, biaya produksi, hasil produksi, pengalaman bertani, umur dan pendidikan. Variabel
dependen (pendapatan) usahatani kopi digunakan regresi berganda. Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: Y=α+β1x1+β2x2 +β3x3+ βnxn +e
Dimana:
Y = Variabel dependen
4. Komoditas kopi
Tanaman kopi merupakan kelompok tumbuhan berbentuk pohon dalam marga Coffea.
Genus tersebut memiliki 100 spesies tanaman tetapi hanya 3 jenis yang memiliki nilai ekonomis
bagi manusia sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat, yaitu Robusta, Arabica dan
Liberica. Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Awalnya bunga
ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi. Tetapi bunga
yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya
terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Buah tanaman kopi
terdiri atas daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 (tiga) bagian lapisan kulit luar, lapisan
daging , dan lapisan kulit tanduk yang tipis tetapi keras.
Morfologi tanaman kopi terdiri dari batang, daun, buah, bunga dan akar. Seluruh bagian-
bagian tanaman kopi bekerja berdasarkan fungsi dan manfaatnya masing-masing. Kopi (Coffea
sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Beberapa jenis kopi yang
sudah dikenal di Indonesia antara lain kopi robusta,kopiarabica,dankopispesialIndonesia.
KopispesialIndonesiayang sudah di ekspor ke luar negeri adalah kopi lintong, kopi gayo, kopi
toraja, kopi sulawesi, dan kopi luwak. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies
kopi arabika dan 26% berasal dari kopi robusta. Kopi arabika merupakan salahsatu jenis kopi
yang memiliki kualitas cita rasa tinggi, kaya akan rasa dan kadar kafein lebih rendah
dibandingkan dengan kopi robusta sehingga harganya lebih mahal.
5. Usahatani
Usahatani adalah usaha yang dilakukan dalam kegiatan pertanian berupa budidaya yang
memanfatkan apa saja yang ada di alam seperti tanaman, lahan dan media lainnya. Usahatani juga
memerlukan tenaga kerja untuk menggerakkan usahatani, dan juga untuk pengawas
berlangsungnya usahatani sehingga berjalan sesuai yang di rencanakan. Menurut Soekartawi
(2002) usahatani yaitu setiap kombinasi yang tersusun (organisasi) dari alam, kerja, dan modal
yang ditunjukan kepada produksi yang dilapangan pertanian. Sesuai dengan batasannya, pada
setiap usahatani selalu ada unsur lahan atau tanah pertanian yang mewakili alam. Ada unsur tenaga
kerja yang bertumpu pada anggota keluarga petani dan unsur modal yang beraneka ragam jenisnya.
Usahatani pada hakekatnya adalah perusahaan, maka seorang petani atau produsen
sebelum mengelola usahataninya akan mempertimbangkan antara biaya dan pendapatan, dengan
cara mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien, guna memperoleh
keuntangan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien
bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan
(input). Dalam usahatani, tanaman yang diusahakan tidak hanya terbatas pada satu jenis tanaman
saja. Begitu pula dengan ternak yang diusahakan ataupun kombinasi antara tanaman dengan
ternak (system integrasi).
Bedasarkan definisi tersebut diatas, maka usahatani dapat dikatakan sebagai suatu sistem,
yaitu suatu agroekosistem yang unik dengan berbagai kombinasi sumber daya fisik dan biologis,
seperti : lahan, tanah, air, tumbuhan dan hewan. Dengan mempengaruhi komponen komponen
agroekosistem tersebut dan interaksinya, rumah tangga petani memperoleh hasil atau produk
seperti tanaman, kayu, hewan dan lain- lain. Sistem kegiatan usahatani terus berkembang dari
waktu ke waktu dan bersifat sangat beragam dalam hal produktivitas, efisiensi pemanfaatan
lahan, tenaga, dan modal serta pengaruhnya terhadap lingkungan.
6. Biaya usahatani
Biaya produksi merupakan segala sesuatu pengeluaran yang diperlukan dalam menghasilkan
beberapa produk tertentu dalam satu kali produksi. Biaya produksi digolongkan berdasarkan
hubungan perubahan volume produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (Fixed cost)
biaya yang dikeluarkan oleh petani tapi tidak mempengaruhi banyaknya hasil produksi yang
didaoatkan. Seperti penggunaan biaya pajak, alat pertanian. Biaya variabel (variabel cost) biaya
yang dikeluarkan sesuai dengan hasil produksi yang didapatkan, biaya
TC = TCeksplisit + TCimplisit
Keterangan : TC TFC
= Total Cost (Total Biaya)
Usaha tani kopi memang sudah ada sejam zaman dahulu hingga sebelum adanya trend
coffe shop usaha tani kopi bisa dibilang baik, namun setelah adanya trend ini pendapatan petani
kopi robusta mengalami keuntungan dan kendala dengan banyaknya permintaan dari para
pengusaha coffeshop kepada petani kopi di Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung.
Petani
Kopi
Munculnya
trend coffeshop
Faktor Faktor
Penghambat Pendukung
Pendapatan
Usaha Tani Kopi
Robusta
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau field research.
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitaif adalah data yang
diambil dari berbagai hubungan kontribusi pendapatan usahatani kopi terhadap pendapatan
coffeshop. Sedangkan data kualitatif adalah dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data yang
diambil lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Pengambilan data ini akan dilakukan
pada petani Desa Kedu Kabupaten Temanggung. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif bermaksud agar dapat mengetahui lebih mendalam tentang
kecenderungan yang terjadi.
Penelitian ini adalah penelitian dengan survei. Penelitian survey adalah bentuk penelitian
primer, dimana data yang dikumpulkan diambil secara langsung dari sumbernya. Penelitian
survei dilaksanakan dengan memberikan kuisioner atau angket skala pada seluruh sampel
reponden. Dari hasil survei ini, peneliti membuat claim tentang kecenderungan yang ada dalam
masyarakat. Dalam penelitian ini dilakukan survey mengenai besarnya kontribusi pendapatan
usahatani kopi robusta terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Kedu Kabupaten
Temanggung Jawa Tengah.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah petani di Desa Kedu Kabupaten Temanggung yang
menjalankan usahatani kopi robusta dan bermitra dengan pemilik coffeshop. Sedangkan
objeknya adalah pendapatan hasil tani kopi dari penjualan coffeshop di desa Kedu Kabupaten
Temanggung. Subjek dalam penelitian ini yaitu petani kopi robusta Desa Kedu, Kabupaten
Temanggung. Di sini yang di maksud petani adalah seseorang yang memiliki kebun kopi milik
sendiri. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada petani dengan
meyiapkan pertanyaan terlebih dahulu yang akan ditanyakan langsung kepada petani kopi
robusta.
C. Sumber Data
1. Data primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini data diperoleh secara
langsung dari responden melalui wawancara dengan memberikan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Data primer bersumber dari para petani yang diperoleh langsung dari
lapangan.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber lain yang berfungsi sebagai
data pendukung. Yang diperoleh dari:
a. Buku-buku ataupun laporan-laporan hasil penelitian yang pernah dilakukan, sepanjang masih
ada hubungannya dengan tujuan penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
b. Data-data dari BPS maupun instansi-instansi terkait yang berkaitan dalam menunjang dan
pencapaian tujuan.
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Maksudnya sampel adalah wakil dari populasi yang telah dipilih untuk mewakili cerminan dari
populasi yang sifat-sifatnya diukur dengan sampel tersebut.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usahatani kopi robusta pada Desa
Kedu Kabupaten Temanggung Jawa Tengah yang berjumlah 60 orang yang djjadikan
responden dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Multi stage
Random Sampling. Multi stage Random Sampling adalah bentuk cluster sampling yang lebih
kompleks dimana populasi dibagi menjadi kelompok-kelompok tertentu.
Amir, Nur Halimah, Elly Rasinikayati, and Bobby Rachmat Saefudin. "
Analisis usahatani kopi di kelompok tani hutan giri senang Desa Giri Mekar
Kabupaten Bandung." .Jurnal Ilmiah mahasiswa agroinfo galuh 3.3 (2017):
472-479.
Tania, Rafika, Sudarma Widjaya, and Ani Suryani. "Usahatani, Pendapatan dan
kesejahteraan Petani Kopi di Lampung Barat." Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis 7.2
(2019): 149-156.