Anda di halaman 1dari 13

ISBN 978-979-3793-70-

KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU

Tibrani
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam
Riau E-mail: tibrani@agr.uir.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi ketahanan pangan ditinjau dari aspek
ketersediaan pangan, akses terhadap pangan, serta penyerapan pangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa produksi netto pangan serealia sebanyak 45.310,92 ton, angka ketersediaan
pangan serealia per kapita per hari sebesar 164,71 gr/kapita/hari dan ketersediaan pangan berada
dalam kondisi sangat tahan dengan indeks sebesar 0,07. Indikator terhadap akses pangan
menunjukkan nilai didapat indeks sebesar 0,16, berarti bahwa bila ditinjau dari aspek akses
terhadap pangan berada dalam kondisi sangat tahan. Indikator penyerapan pangan menunjukkan
bahwa Angka Kematian Bayi sebesar 12,35, persentase balita yang mengalami gizi buruk adalah
sebesar 0,00% (0 jiwa), persentase bayi yang tidak diimunisasi secara lengkap adalah sebesar
1,43% (213 jiwa), persentase rumah tangga tanpa akses air bersih adalah sebesar 33,76% (6.182
dari 16.273 keluarga yang diperiksa), dengan nilai pada indikator-indikator tersebut maka didapat
indeks sebesar 0,16, berarti bila ditinjau dari aspek penyerapan pangan berada dalam kondisi sangat
tahan. Berdasarkan gabungan semua indeks indikator ketahanan pangan, maka diperoleh indeks
ketahanan pangan sebesar 0,12 berarti bahwa Kabupaten Kampar berada dalam kondisi sangat
tahan pangan.

Kata Kunci: Pangan, Ketahanan Pangan, Kerawanan Pangan, Status Gizi

I. PENDAHULUAN perangkap kemiskinan permanen untuk


Pangan merupakan kebutuhan dasar mengentaskan kemiskinan dan pengembangan
yang paling esensial bagi manusia untuk agribisnis yang kompetitif. Ketahanan pangan
mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan nasional telah menjadi salah satu indikator
sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan
protein, vitamin, mineral dan air) menjadi oleh pemerintah.
landasan utama manusia untuk mencapai Ketahanan pangan mensyaratkan
kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus dipenuhinya dua sisi secara simultan, yaitu sisi
kehidupan. ketersediaan dan sisi konsumsi dimana kedua
Pemenuhan pangan sangat penting sisi tersebut memerlukan sistem distribusi yang
sebagai komponen dasar untuk mewujudkan efisien dan dapat menjangkau keseluruh
sumber daya yang berkualitas. Melihat wilayah. Untuk mewujudkan sistem distribusi
pentingnya memenuhi kecukupan pangan, yang efisien diperlukan kebijakan distribusi
setiap negara akan mendahulukan yang pada dasarnya ditujukan untuk mengatur
pembangunan ketahanan pangannya sebagai setiap komoditas atau barang agar dapat
fondasi bagi pembangunan sektor-sektor lain. menjangkau seluruh wilayah dan golongan
Suatu wilayah akan disebut stabil apabila masyarakat. Sistem distribusi yang efisien
ketahanan pangan wilayah itu terjamin sejak menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh
dari ketersediaan pangan, kelancaran distribusi rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam
pangan hingga keamanan dalam konsumsi jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang
rumah tangga berikut kualitas gizinya.Strategi waktu dengan harga yang terjangkau (Suryana,
pemerintah mencoba mengembalikan 2003).
keberhasilan pembangunan pertanian dimasa Dinas Pertanian Tanaman Pangan
silam adalah dengan melakukan revitalisasi Kabupaten Kampar (2013) menyatakan bahwa
pertanian. Tiga sasaran besar yang ingin pada tahun 2012 Kabupaten Kampar belum
dicapai dalam revitalisasi pertanian adalah mampu mencapai swasembada beras. Untuk
memperkokoh ketahanan pangan, membedah mengetahui perimbangan produksi dan
konsumsi beras dapat dilihat pada Tabel 1.
Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di
Indonesia”
1
Tabel 1. Rasio Produksi Dan Kebutuhan Beras Provinsi Riau Tahun 2012
Jumlah Beras (ton)
Kabupaten/Kota Produksi Kebutuhan Perimbangan Rasio
Penduduk
Rokan Hulu 492.006 31.850 51.169 (19.319) 0,62 Defisit
Kampar 753.681 24.571 74.160 (49.589) 0,33 Defisit
Pelalawan 312.738 23.804 32.525 (8.721) 0,73 Defisit
Siak 390.359 17.291 40.597 (23.306) 0,43 Defisit
Rokan Hilir 573.211 99.757 59.614 (40.143) 1,67 Surplus
Bengkalis 516.348 17.168 53.700 (36.533) 0,32 Defisit
Kuantan singingi 302.674 27.901 31.478 (3.577) 0,89 Defisit
Dumai 262.976 2.718 27.350 (24.632) 0,10 Defisit
Indra Giri Hulu 376.578 11.106 39.164 (28.004) 0,28 Defisit
Indra Giri Hilir 685.698 77.889 71.313 (6.576) 1,09 Berimbang
Pekanbaru 930.215 24 96.742 (96.718) 0,00 Defisit
Kep. Meranti 182.662 3.414 18.997 (15.583) 0,18 Defisit
Jumlah 5.779.146 337.546 596.808 (259.262) 0,57
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Riau 2012
Catatan : Surplus > 1,14
Berimbang 0,95 - 1,14
Defisit < 0,95
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
digunakan dalam penelitian ini adalah data
diperlukan adanya kajian mengenai analisis
sekunder tahun 2012 karena data tahun terbaru
kondisi ketahanan pangan untuk mengetahui
belum tersedia. Data sekunder tersebut
bagaimana kondisi ketahanan pangan di
meliputi: geografi dan topografi Kabupaten
Kabupaten Kampar.
Kampar, data luas wilayah Kecamatan, data
Hasil analisis identifikasi mengenai
jumlah penduduk dan kepala keluarga, jumlah
kerawanan pangan yang dilakukan Badan
produksi pangan (padi, jagung, ubi kayu dan
Ketahanan Pangan Provinsi Riau menunjukkan
ubi jalar), jumlah produktivitas pangan (padi,
bahwa kerawanan pangan di Provinsi Riau
jagung, ubi kayu dan ubi jalar), luas panen
diklasifikasikan sebagai wilayah yang cukup
tanaman pangan (padi, jagung, ubi kayu dan
rawan pangan sampai aman pangan. Kabupaten
ubi jalar), persentase penduduk yang hidup
Kampar tergolong daerah yang cukup aman
dibawah garis kemiskinan, persentase kepala
pangan. Dilihat dari penggunaan lahannya,
keluarga tidak tamat pendidikan dasar,
sebagian besar Kecamatan memiliki lahan
persentase rumah tangga yang tidak memiliki
persawahan yaitu 17 Kecamatan dari 21
akses air bersih, angka kematian bayi, balita
Kecamatan yang ada.
yang mengalami gizi buruk dan bayi yang tidak
Penelitian ini bertujuan untuk
diimunisasi secara lengkap (4 jenis vaksinasi).
menganalisis kondisi ketahanan pangan dilihat
Sebagai indikator ketersediaan pangan,
dari sisi ketersediaan pangan, kondisi
digunakan proporsi konsumsi normatif
ketahanan pangan dilihat dari sisi akses
terhadap ketersediaan netto padi, jagung, ubi
terhadap pangan dan kondisi ketahanan pangan
kayu dan ubi jalar yang layak dikonsumsi
dilihat dari sisi pemanfaatan pangan di
manusia. Data yang akan dianalisis
Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Hasil
menggunakan rumus menurut Badan
penelitian ini akan berguna untuk mengetahui
Ketahanan Pangan, 2005. terdiri dari :
kondisi ketahanan pangan pada setiap
1). Perhitungan produksi Netto Serealia
Kecamatan di Kabupaten Kampar Propinsi
a. Padi
Riau.
Produksi Netto beras dihitung sebagai
berikut :
II. METODE PENELITIAN
Rnet = (c x Pnet) – (fr + wr)
Penelitian ini dilakukan dengan Dimana, Pnet = P -(f + w)
menggunakan metode studi kepustakaan Keterangan :
dengan mengumpulkan data sekunder yang Rnet = Netto ketersediaan Beras (ton/ha)
berlokasi pada Kabupaten Kampar. Data yang
c = Faktor Konversi padi menjadi beras Tnet = 1/3 * (Cnet + SPnet)
(ton/ha) Maka, produksi netto pangan (padi, jagung,ubi
Pnet = Netto ketersediaan padi (ton/ha) kayu dan ubi jalar) atau Pfood adalah sebagai
P = Produksi padi, dalam gabah kering berikut :
giling (ton/ha) Pfood = Rnet + Mnet + Tnet
f = Nilai konversi padi untuk pakan
ternak (produksi x 0,44%) 2). Perhitungan Ktersediaan Pangan
fr = Nilai konversi padi untuk pakan Serealia per Kapita per Hari.
ternak (beras x 2,5 %) Rumus yang digunakan adalah :
w = Nilai konversi padi yang tercecer
(produksi x 5,4%)
wr = Nilai konversi padi untuk tercecer Keterangan :
(beras x 0,17%) F = Ketersediaan pangan serealia per
kapita per hari (gram)
b. Jagung Tpop = Total populasi Kecamatan pada tahun
Produksi Netto jagumg (Mnet) dihitung yang sama dengan data produksi
sebagai berikut : pangan serealia
Mnet = M – (s + f + w) Pfood = Produksi netto pangan serealia
Keterangan : (gram/ha)
Mnet = Produksi netto jagung (ton/ha)
M = Produksi jagung (ton/ha) 3). Perhitungan Rasio Ketersediaan pangan
s = Nilai konversi untuk benih (produksi Rumus yang digunakan adalah :
x 0,9%) IAV = Cnorm
f = Nilai konversi untuk pakan ternak F
(produksi x 6%) Keterangan :
w = Nilai konversi untuk tercecer IAV = Indeks Ketersediaan Pangan
(produksi x 5%) Cnorm = konsumsi normatif (300 gram)
F = ketersediaan pangan (gram)
c. Umbi-umbian Kriteria :
1. Ubi Kayu Jika nilai ’IAV’> 1 : maka daerah tersebut
Cnet = C – (f + w) defisit pangan serealia atau kebutuhan
Keterangan : konsumsi tidak bisa dipenuhi dari produksi
Cnet = Netto ketersediaan ubi kayu (ton/ha) bersih (beras, jagung, ubi kayu dan ubi jalar)
C = Produksi ubi kayu (ton/ha) yang tersedia di daerah tersebut.
w = Nilai konversi untuk tercecer Jika nilai ’IAV’< 1 : maka ini menunjukkan
(produksi x 2,13%) kondisi surplus pangan serealia di daerah
f = Nilai konversi untuk pakan ternak tersebut.
(produksi x 2 %) Setelah itu, data ini harus diubah/dikonversi
kedalam suatu indeks yang menggunakan skala
1. Ubi Jalar 0 – 1, (Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau,
SPnet = SP – (f + w) 2005).
Keterangan :
SPnet = Netto ketersediaan ubi jalar (ton/ha) Indeks Xij = Xij – Ximin
SP = Produksi ubi jalar (ton/ha) Ximax – Ximin
f = Produksi ubi jalar untuk pakan ternak Keterangan :
(produksi x 2%) Xij = nilai ke-j dari indikator ke-i
w = Nilai konversi untuk tercecer ‘Xi min’ dan ‘Xi max’ = nilai minimum dan
(produksi x 10%) maksimum dari indikator tersebut.

Produksi bersih rata-rata ubi kayu dan ubi jalar Akses Terhadap Pangan dan Pendapatan
(Tnet) agar setara dengan beras, maka harus Indikator-indikator yang termasuk kedalam
dikalikan dengan 1/3 (1 kg beras atau jagung kelompok ini adalah :
ekivalen dengan 3 kg ubi kayu dan ubi jalar a. Persentase penduduk yang hidup dibawah
dalam hal nilai kalori), maka perhitungannya : garis kemiskinan
= Jumlah Penduduk Miskin x 100% Indeks Xij = Xij – Ximin
Total Jumlah Penduduk Ximax – Ximin
b. Persentase penduduk yang tidak tamat Keterangan :
pendidikan dasar Xij= nilai ke j dari indikator ke i.
= Jumlah Penduduk Tidak Tamat SD x100% ‘Ximin’ dan ‘Ximax’ = nilai minimum dan
Total Jumlah Penduduk maksimum dari indikator tersebut.

Dalam melakukan analisis Akses Penghitungan Indeks Penyerapan Pangan (IFU)


terhadap Pangan dan Pendapatan, maka semua IFU = ¼ (ILIT + INUT+IVAK+IWAT)
indikator akan dirubah kedalam bentuk indeks Keterangan :
untuk menstandarisasi ke dalam skala 0- IFU = Indeks Penyerapan Pangan
1(Badan Ketahan Pangan Provinsi Riau, 2005). ILIT = Indeks Angka KematianBayi
INut = Indeks persentase Balita Mengalami
Indeks Xij = Xij – Ximin Gizi Buruk
Ximax – Ximin IVAK = Indeks Persentase Bayi yang tidak
Keterangan : diimunisasi secaralengkap
Xij = nilai ke j dari indikator ke i. IWAT = Indeks Persentase Rumah Tangga
‘Ximin’ dan ‘Ximax’ = nilai maksimum dan Tanpa Akses Air Bersih
minimum dari indikator tersebut.
Range Indeks Kondisi Relatif Aspek
Perhitungan Indeks Gabungan Akses Pangan Ketahanan Pangan
dan Pendapatan (IFLA) Adapun range indeks untuk
IFLA = ½ (IBPL +IROAD) menggambarkan kondisi relatif setiap aspek
Keterangan : ketahanan pangan dijelaskan berdasarkan range
IBPL = Indeks Penduduk di Bawah Garis indeks sebagai berikut (Badan Ketahanan
Kemiskinan Pangan, 2005) :
IROAD = Indeks % Penduduk yang Tidak 1. > 0,80 Sangat Rawan
Tamat Pendidikan Dasar 2. 0,64 - < 0,80 Rawan
3. 0,48 - < 0,64 Agak Rawan
Pemanfaatan Pangan 4. 0,32 - < 0,48 Cukup Tahan
Indikator-indikator yang termasuk kedalam 5. 0,16 - < 0,32 Tahan
kelompok ini adalah : 6. < 0,16 Sangat Tahan
1. Angka Kematian Bayi
= Jumlah Bayi Mnggl Umur < 1 Tahun x 1000 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Kelahiran Hidup Selama 1 Tahun Ketersediaan Pangan
Produksi pangan dalam penelitian ini
2. Persentase Balita Mengalami Gizi Buruk hanya terbatas pada produk dari sumber pangan
= Jumlah Balita Gizi Buruk x 1000 karbohidrat yang bersumber dari produksi
Total Jumlah Balita pangan pokok serealia, yaitu padi, jagung, ubi
3. Persentase bayi yang tidak diimunisasi kayu dan ubi jalar, dengan pertimbangan
secara lengkap (4 jenis imunisasi). bahwa sekitar separuh dari kebutuhan energi
= Jml Bayi Tdk Diimunisasi lengkap x 100% per orang per hari bersumber karbohidrat.
Total Jumlah Bayi Padi
Data mengenai perbandingan produksi
4. Persentase rumah tangga tanpa akses air padi sawah dan padi ladang, pada tahun 2012
bersih.
adalah 39.238 ton GKG dan padi ladang
=JmlRmhTanggaTanpaAksesAirBersih x100% 17.738 ton GKG. Untuk lebih jelasnya
Total Jumlah Rumah Tangga
mengenai perbandingan perkembangan
produksi padi sawah dan padi ladang dalam
Proses analisis dilakukan dengan mengubah
bentuk Gabah Kering Giling (GKG), dapat
semua indikator kedalam bentuk Indeks, untuk dilihat pada Gambar 4.
menstandarisasi kedalam skala 0 – 1, (Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Riau, 2005).
60.000,00

50.000,00
Ton (GKG)

40.000,00

30.000,00

20.000,00

10.000,00 1 2 3 4 5
28.607,94 44.031,00 48.020,34 37.557,40 39.238,15
15.694,49 12.979,26 14.515,17 10.381,23 17.738,22
0,00
Padi Sawah Padi Ladang
Gambar 4. Perbandingan Perkembangan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten
Kampar Tahun 2008-2012

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa mengenai perbandingan produksi dan produksi


produksi padi sawah lebih besar. Pada tahun netto jagung Kabupaten Kampar tahun 2012
2010 padi sawah memiliki produksi terbesar dapat dilihat pada gambar 5.
dengan 48.020,34 ton dan yang terkecil pada Nilai konversi penggunaan hasil
tahun 2008 sebanyak 28.607,94 ton. Produksi produksi jagung untuk benih, pakan ternak dan
padi ladang terbesar berada pada tahun 2012 tercecer masing-masing sebesar 0,9%, 6% dan
sebanyak 17.738,22 ton dan yang terkecil 5%, sehingga netto ketersediaan jagung (M net)
berada pada tahun 2011 sebanyak 10.381,23
pada tahun 2012 adalah sebesar 7.003,5 ton.
ton. Secara keseluruhan produksi padi pada
Setelah produksi jagung dikonversi menjadi
tahun 2012 mencapai 56.976 ton.
netto jagung, beratnya akan berkurang lebih
Jagung
kurang 11,90% dari berat awalnya. Penurunan
Produksi jagung pada tahun 2012
berat ini jauh lebih kecil daripada padi yang
berjumlah 7.949,47ton dengan nilai produksi
hampir mencapai setengah dari berat awalnya.
netto sebanyak 7.003,5 ton. Lebih jelas
10.400,00
10.300,00
10.200,00
Ton (PPK)

10.100,00
10.000,00
9.900,00
9.800,00
9.700,00

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Ton (Ppk) 10.038,47 10.156,42 10.320,26 9.925,54

Gambar 5. Perkembangan Produksi Jagung Kabupaten Kampar Tahun 2008-2012

Ubi kayu pakan ternak dan tercecer masing-masing


Produksi ubi kayu pada tahun 2012 sebesar 2% dan 2,13%, sehingga netto
berjumlah 12.736,23 ton dengan nilai produksi ketersediaan ubi kayu (Cnet) pada tahun 2012
netto sebanyak 12.210,23 ton. Lebih jelas
adalah 12.210,23 ton. Setelah produksi ubi
mengenai perbandingan produksi dan produksi
kayu dikonversi menjadi produksi netto ubi
netto ubi kayu Kabupaten Kampar tahun 2012
kayu, beratnya berkurang sebesar 4,13% dari
dapat dilihat pada gambar 6. Nilai konversi
berat awalnya. Penurunan berat ini jauh lebih
penggunaan hasil produksi ubi kayu untuk
kecil daripada padi dan jagung.
Ton (Ubi Basah)
5
4

3
2

1
0

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Series 1 4,3 2,5 3,5 4,5

Gambar 6. Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Kabupaten Kampar Tahun 2008-2012

Ubi jalar adalah sebesar 3.184,15 ton. Setelah produksi


Pada tahun 2012, di Kabupaten ubi jalar dikonversi menjadi produksi netto ubi
Kampar hanya terdapat 16 Kecamatan jalar, beratnya akan berkurang sebesar 12%
penghasil ubi jalar. Produksi ubi jalar di dari berat awalnya.
Kabupaten Kampar dapat dilihat pada gambar Produksi ubi jalar dengan proporsi
7. terbesar berada pada tahun 2010 yaitu
Nilai konversi penggunaan hasil sebanyak 3.369,62 ton dan yang terkecil berada
produksi ubi jalar di Kabupaten Kampar untuk pada tahun 2009 sebanyak 2.113,96 ton. Lebih
pakan ternak dan tercecer masing-masing jelas mengenai perkembangan ubi jalar dapat
sebesar 2% dan 10% sehingga netto dilihat pada Gambar 7.
ketersediaan ubi jalar (Spnet) pada tahun 2012
Ton (Ubi Basah)

4.000,00

3.000,00

2.000,00

1.000,00

Tahun 2008 Tahun 2009 0,00


Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Ubi Jalar 2.933,93 2.113,96 3.369,62 2.775,13 3.184,15

Gambar 7. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Kabupaten Kampar Tahun 2008-2009

Jagung
15% Umbi-Umbian
12%

Beras
73%

Gambar 8. Perbandingan Produksi Netto Pangan Serealia di Kabupaten Kampar


Produksi Netto Pangan Serealia dalam hal ini adalah gabungan beras, jagung, ubi
Ketersediaan netto pangan serealia kayu dan ubi jalar di Kabupaten Kampar
berjumlah 45.310,92 ton (Lampiran 6). Untuk jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kampar
mengetahui perbandingan ketersediaan netto yang relatif kecil, menunjukkan bahwa tingkat
komoditas pangan, dapat dilihat pada Gambar kemampuan penduduknya dalam mengakses
8. pangan masih tinggi. Dimana hal ini akan
mendukung terciptanyan kondisi ketahanan
pangan yang baik dari sisi akses terhadap
pangan.
Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa Penduduk Yang Tidak Tamat Pendidikan
produksi netto beras menempati proporsi Dasar
terbesar dengan jumlah 33.000,63 ton ( 73%), Rendahnya tingkat pendidikan
kemudian diikuti dengan produksi netto jagung merupakan dampak dari kondisi kemiskinan
yang berjumlah 7.003,5 ton (15%). Produksi dan ketidakmampuan dalam mengakses
terkecil adalah produksi netto umbi-umbian fasilitas pendidikan. Tingkat pendidikan yang
yang hanya berjumlah 5.306,79 ton (12%). rendah juga akan mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam mengakses kebutuhan pangan
Akses Terhadap Pangan Nabati secara lengkap, karena apabila tingkat
Akses terhadap pangan berfungsi pendidikan seseorang rendah maka
mewujudkan system distribusi yng efektif dan pengetahuan dalam memperoleh kebutuhan
efisien, sebagai prasyarat untuk menjamin agar pangan yang cukup juga akan rendah. Proporsi
seluruh rumah tangga dapat memperoleh persentase terbesar penduduk yang tidak tamat
pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sekolah dasar berada pada Kecamatan Kampar
sepanjang waktu serta dengan harga yang Kiri Hulu dengan persentase penduduk yang
terjangkau. Bervariasinya kemampuan tidak tamat SD sebesar 29,15%. Selanjutnya
produksi pangan antar wilayah dan antar diikuti Kecamatan XIII Koto Kampar dengan
musim menuntut kecermatan dalam mengelola persentase penduduk yang tidak tamat SD
system distribusi, sehingga pangan tersedia sebesar 27,41%. Sedangkan proporsi terkecil
sepanjang waktu diseluruh wilayah. Hal ini berada di Kecamatan Gunung Sahilan dan
dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana. Kecamatan Kampar dengan persentase jumlah
penduduk yang tidak tamat SD masing-masing
Penduduk Miskin sebesar 3,28% dan 3,55%. Secara keseluruhan,
Kabupaten Kampar memiliki jumlah pada tahun 2012 8,36% penduduk yang tidak
penduduk miskin yang relatif kecil. Mengenai mampu menyelesaikan pendidikan dasar.
penduduk miskin Kabupaten Kampar pada
tahun 2012, terdapat 4,26% penduduk miskin Indeks Akses Pangan Nabati
yang tersebar di seluruh kecamatan di Hasil analisis akses pangan diperoleh
Kabupaten Kampar. Dari 21 Kecamatan, indeks komposit dan kondisi tingkat akses
terdapat dua kecamatan yang memiliki proporsi pangan yang beragam mulai dari sangat rawan
persentase penduduk miskin terbesar yakni hingga sangat tahan, persentase kondisi relatif
diatas 10%, yaitu Kecamatan Kampar Kiri akses pangan tersebut adalah 9,52% sangat
Hulu dan Kecamatan XIII Koto Kampar rawan (Kampar Kiri Hulu dan XIII Koto
masing-masing dengan persentase penduduk Kampar), 14,29% cukup tahan (Kampar Kiri,
miskin 14,01% dan 18,22%. Dua kecamatan Perhentian Raja dan Koto Kampar Hulu),
dengan proporsi persentase penduduk miskin 9,52% tahan (Kampar Kiri Hilir dan Kampar
yang paling rendah adalah Kecamatan Kiri Tengah) dan 66,67% sangat tahan (Kuok,
Bangkinang dan Kecamatan Siak Hulu, Salo, Tapung, Tapung Hulu, Tapung Hilir,
masing-masing dengan persentase penduduk Bangkinang, Bangkinang Seberang, Kampar,
miskin 2,04% dan 2,29%. Secara keseluruhan Kampar Timur, Rumbio Jaya, Kampar Utara,
Kabupaten Kampar dalam kondisi sangat Tambang dan Siak Hulu). Kecamatan Kampar
tahan. Kiri Hulu dan XIII Koto Kampar sebagai
Jumlah penduduk miskin akan daerah sangat rawan dari akses pangan, hal ini
menggambarkan tingkat pendapatan dan disebabkan banyaknya penduduk miskin yang
kemampuan dari penduduk dalam memperoleh terdapat di daerah ini. Kecamatan yang berada
pangan dalam jumlah yang cukup. Persentase dalam kondisi relatif sangat tahan adalah
Kecamatan Kuok, Salo, Tapung, Tapung Hulu, Tapung Hilir, Bangkinang, Bangkinang
Seberang, Kampar, Kampar Timur, Rumbio Pemanfaatan Pangan Nabati
Jaya, Kampar Utara, Tambang dan Siak Hulu. Pemanfaatan pangan, mengarahkan
Secara keseluruhan, kondisi akses pangan agar pola pangan secara keseluruhan
Kabupaten Kampar berada dalam kondisi memenuhi mutu, keragaman, kandugan gizi
tahan. dan keamanannya. Konsumsi juga
Kondisi akses pangan yang terjadi mengarahkan agar pemanfaatan pangan dalam
pada Kecamatan Siak Hulu dan Kecamatan tubuh optimal, dengan peningkatan kesadaran
XIII Koto Kampar, berbanding terbalik dengan atas pentingnya pola konsumsi beragam
kondisi aspek ketersediaan pangannya. Pada dengan gizi seimbang, yang dapat dilakukan
aspek ketersediaan pangan, Kecamatan Siak melalui pendidikan dan penyadaran masyarakat
Hulu berada pada kondisi rawan dan XIII Koto untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran
Kampar berada pada posisi tahan. Dari aspek dan kemauan menerapkan dalam pengelolaan
akses pangan, Kecamatan Siak Hulu berada konsumsi.
pada kondisi sangat tahan dan Kecamatan XIII
Koto Kampar berada pada kondisi sangat Angka Kematian Bayi
rawan. Hal ini bisa terjadi karena keduanya Kematian bayi adalah kematian yang
memakai indikator yang berbeda. Pada aspek terjadi pada bayi sebelum mencapai usia satu
ketersediaan pangan, indikator yang dipakai tahun. Sedangkan Angka Kematian Bayi
mengarah kepada kemampuan suatu daerah (AKB) adalah jumlah kematian bayi berusia
dalam memproduksi pangan sumber dibawah satu tahun, per 1.000 kelahiran hidup
karbohidrat, maka daerah dengan produksi pada satu tahun tertentu.
pangan terbanyaklah yang dapat mencapai Jumlah kematian bayi pada tahun
kondisi yang lebih baik. Dari aspek akses 2012, terdapat 188 kasus kematian bayi dari
pangan, indikator yang dipakai mengarah 15.224 jumlah kelahiran hidup. Kematian bayi
kepada kemampuan suatu daerah dalam tertinggi berada di Kecamatan Bangkinang
memperoleh pangan, sehingga daerah dengan dengan 70 jumlah kasus kematian. Kemudian
kemampuan akses terbaiklah yang mampu diikuti Kecamatan Kuok dan Tapung dengan
mencapai kondisi yang lebih baik. Misalnya masing-masing 17 kasus kematian bayi.
suatu daerah masyarakatnya tergolong Sedangkan jumlah kematian bayi terendah
berkecukupan dan berpendidikan tinggi, maka dengan nol kasus kematian, berada di
akan lebih mudah dalam memperoleh pangan Kecamatan Koto Kampar Hulu. Untuk lebih
yang baik daripada masyarakat miskin yang jelasnya mengenai perbandingan jumlah bayi
berpendidikan rendah. lahir hidup dan jumlah bayi mati sebelum
mencapai usia satu tahun dapat dilihat pada
Gambar 9.

Lahir Hidup Lahir Mati


2000 1.743 1.671
1.590 1.310
1500 1.1 1.269
37
986
1000 662
572 489 429 500 507 515
321 321
500 195 206 261 314 226
12 4635 1 17 9 17 75 70 3 11 7452930
0

Gambar 9. Jumlah bayi lahir hidup dan jumlah bayi mati menurut Kecamatan
Kondisi relatif AKB di semua kecamatan Imunisasi DPT berfungsi untuk melindungi
beragam mulai dari sangat rawan hingga sangat anak dari penyakit difteria (infeksi
tahan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 16 tenggorokan dan saluran pernafasan yang fatal
persentase kondisi AKB tersebut adalah 4,76% serta berpotensi menyebabkan kematian),
sangat rawan (Bangkinang), 9,52% agak rawan penyakit Pertusis (pernyakit radang
(Kampar Kiri Hilir dan Kuok), 9,52% cukup pernafasan/batuk 100 hari) dan penyakit
tahan (Kampar Kiri dan Kampar Kiri Hulu), tetanus (penyakit kejang otot seluruh tubuh,
42,86% tahan (Gunung Sahilan, Kampar Kiri dengan mulut tertutup tidak bisa terbuka).
Tengah, Salo, Tapung, Kampar, Kampar Imunisasi polio untuk melindungi dari penyakit
Timur, Rumbio Jaya, Kampar Utara dan polio yang menyebabkan kelumpuhan.
Perhentian Raja), dan 33,34% sangat tahan Imunisasi campak berfungsi untuk mencegah
(XIII Koto Kampar, Tapung Hulu, Tapung penyakit campak ( penyakit yang sangat
Hilir, Bangkinang Seberang, Tambang, Siak menular yang disebabkan oleh sebuah virus
Hulu dan Koto Kampar Hulu). Secara yang bernama virus campak)..
keseluruhan Kabupaten Kampar berada dalam Kasus balita yang tidak diimunisasi
kondisi tahan. secara lengkap tertinggi terdapat pada
Rendahnya AKB ini menunjukkan Kecamatan Bangkinang, yaitu 38 bayi,
bahwa derajat tingkat kesehatan dan kebiasaan kemudian diikuti Kecamatan Kampar Kiri Hilir
masyarakat dalam menjaga kesehatan sudah sebanyak 33 bayi dan Kecamatan Bangkinang
cukup baik, karena AKB sangat erat Seberang 31 bayi. Kecamatan yang bebas dari
hubungannya dengan tingkat kesehatan kasus bayi tidak diimunisasi secara lengkap
masyarakat. Dilain pihak AKB tidak adalah Kecamatan Kampar Kiri Tengah, XIII
berhubungan erat dengan ketersediaan pangan, Koto Kampar, Tapung, Rumbio Jaya dan
karena walaupun ketersediaan pangan cukup Perhentian Raja.
tetapi pola asuh, pengetahuan tentang gizi, Kondisi relatif bayi tidak diimunisasi
pelayanan kesehatan dan kebiasaan lengkap di semua Kecamatan beragam mulai
dimasyarakat dalam menjaga kesehatan masih dari sangat rawan hingga sangat tahan, seperti
kurang, maka AKB bisa tinggi. Hal ini bisa yang ditunjukkan pada Tabel 19 Persentase
dilihat pada Tabel 21 dan Lampiran 12, dimana kondisi bayi tidak diimunisasi lengkap tersebut
ketersediaan pangan dengan AKB tidak adalah 5% sangat rawan (Kampar Kiri Hilir),
berhubungan erat. 10% cukup tahan (Bangkinang dan
Bangkinang Seberang), 10% tahan (Kampar
Balita yang Mengalami Gizi Buruk Kiri Hulu dan Kampar Timur) dan 75% sangat
Status gizi balita merupakan indikator tahan (Kampar Kiri, Gunung Sahilan,
yang baik untuk mengetahui penyerapan atau KamparKiri Tengah, XIII Koto Kampar, Kuok,
absorpsi pangan. Persentase balita yang Salo, Tapung, Tapung Hulu, Tapung Hilir,
mengalami gizi buruk di Kabupaten Kampar. Kampar, Rumbio Jaya, Kampar Utara,
Pada kondisi ideal, dengan ketersediaan pangan Tambang, Siak Hulu, Perhentian Raja, Koto
yang cukup, tingkat pendidikan yang tinggi dan Kampar Hulu). Secara keseluruhan Kabupaten
tingkat kemiskinan penduduk yang rendah, Kampar berada dalam kondisi sangat tahan.
maka persentase balita gizi buruk rendah. Secara keseluruhan kasus bayi tidak
diimunisasi secara lengkap pada tahun 2012
Bayi yang Tidak Diimunisasi Secara berjumlah 213 bayi (1,43%). Hal ini berarti
Lengkap tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu-ibu
Jenis imunisasi terpenting bagi bayi sudah baik, karena jumlah bayi yang tidak
dan anak yang dapat mencegah penyakit adalah diimunisasi secara lengkap jumlahnya sangat
imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG), kecil.
Difteri Pertusis Tetanus (DPT), polio dan
campak. Imunisasi BCG berguna untuk Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih
mencegah timbulnya penyakit TBC (infeksi Persentase ketersediaan air bersih pada
karena bakteri Mycobacterium tuberculosis, rumah tangga secara keseluruhan sebesar
yang dapat merusak paru-paru tapi dapat juga 66,24%, berarti persentase rumah tangga di
mengenai sistem saraf sentral, tulang dan sendi. Kabupaten Kampar tanpa akses air bersih
sebesar 33,76%. jumlah tertinggi rumah tangga tangga menggunakan air dari penampungan air
tanpa akses air bersih sebesar 2.608 rumah hujan dan sungai. Penampungan air hujan dan
terdapat pada Kecamatan Kampar Timur, dan sungai, dianggap bukan air bersih karena
yang terendah di Kecamatan Kuok, kualitas airnya masih diragukan. Nilai
Bangkinang, Bangkinang Seberang, Kampar, persentase yang dihasilkan ini, tidak dihitung
Rumbio Jaya dan Tambang dengan rumah berdasarkan jumlah keseluruhan rumah tangga
tangga tanpa akses air bersih nol. Sedangkan yang ada, karena tidak semua rumah diperiksa
dua Kecamatan lagi yaitu Gunung Sahilan dan akses air bersihnya oleh Dinas Kesehatan
Salo tidak ada data mengenai rumah tangga Kabupaten Kampar, melainkan hanya diambil
tanpa akses air bersih. beberapa sampel saja.
Persentase kondisi keluarga tanpa
akses air bersih tersebut adalah 11,12% sangat Indeks Penyerapan Pangan Nabati
rawan (XIII Koto Kampar dan Rumbio Jaya), Hasil analisis terhadap 4 indikator
16,66% agak rawan (Tapung, Tapung Hilir dan penyerapan pangan, diperoleh kondisi
Kampar Timur), 16,66% cukup tahan (Kampar penyerapan pangan mulai dari agak rawan
Kiri, Kampar Kiri Tengah dan Siak Hulu), hingga sangat tahan. Kondisi tahan ini
16,66% tahan(Tapung Hulu, Perhentian Raja didukung oleh rendahnya jumlah angka
dan Koto Kampar Hulu) dan 38,89% sangat kematian bayi yang hanya berjumlah 12,35,
tahan (Kampar Kiri, Kampar Kiri Tengah dan rendahnya persentase bayi yang mengalami
Siak Hulu). Secara keseluruhan Kabupaten gizi buruk yaitu 0,00%, rendahnya persentase
Kampar berada dalam kondisi cukup tahan. bayi yang tidak diimunisasi secara lengkap
Berdasarkan penelitian, akses air yaitu 1,43%, serta rendahnya persentase rumah
bersih berasal dari ledeng (1,21%), sumur tangga tanpa akses air bersih yaitu 33,76%.
pompa tangan (6,49%) dan sumur galian Gambar 10 menunjukkan perbandingan indeks
(49,60%), sedangkan sisanya (33,76%) rumah keempat indikator penyerapan pangan.

0,4
0,3
0,2
0,35
0,22
0,1 0,1
0
0
Indeks Indikator Indeks Indikator Indeks Indikator Indeks Indikator
1234

Gambar 10. Perbandingan Indeks Indikator Penyerapan Pangan Di Kabupaten Kampar.

Catatan: tangga tanpa akses air bersih, dengan nilai


Indikator 1 : Angka Kematian Bayi indeks sebesar 0,35. Untuk nilai indeks
Indikator 2 : Persentase Balita Yang terendah pada indikator balita yang mengalami
Mengalami Gizi Buruk gizi buruk, dengan nilai indeks sebesar 0,00.
Indikator 3 : Persentase Balita Yang Tidak
Diimunisasi Secara Indeks Gabungan Ketahanan Pangan
Lengkap Hasil analisis indeks gabungan
Indikator 4 : Persentase Rumah Tangga ketahanan pangan menunjukkan bahwa,
Tanpa Akses Air Bersih meskipun dari analisis ketahanan pangan dari
sisi ketersediaan pangan, akses terhadap
Berdasarkan Gambar 10 dapat pangan, serta pemanfaatan pangan masing-
diketahui bahwa nilai indeks tertinggi masing menunjukkan beberapa kecamatan ada
ditempati oleh indikator persentase rumah yang tergolong agak rawan, rawan dan sangat
rawan, tetapi setelah analisis tersebut digabung tingkat keaktifan dan pengetahuan masyarakat
dalam indeks gabungan kerawanan pangan, khususnya para ibu untuk meningkatkan
tidak diperoleh lagi hasil analisis ketiga range kualitas hidup keluarga.
rawan pangan tersebut. Hal ini disebabkan
karena masing-masing indeks indikator IV. KESIMPULAN DAN SARAN
tersebut saling menutupi sehingga hasil akhir
pada analisis di setiap kecamatan menunjukkan Kesimpulan
indeks pada range cukup tahan sampai sangat 1. Kondisi ketahanan pangan dari sisi
tahan pangan. ketersediaan pangan menunjukkan bahwa
Untuk mengantisipasi masalah Kabupaten Kampar secara keseluruhan
kemiskinan dan penduduk tidak tamat mengalami defisit produksi pangan dan
pendidikann dasar dapat diatasi dengan cara berada pada kondisi relatif sangat tahan
perluasan lapangan kerja dan kesempatan pangan antar Kecamatan. Berdasarkan
berusahatani bagi masyarakat, dengan analisis ketahanan pangan dari aspek
membuat kebijakan subsidi pangan dan dengan ketersediaan pangan, menunjukkan bahwa
bimbingan dan pelatihan usaha serta pemberian Kecamatan Gunung Sahilan sebagai daerah
modal kerja berupa kredit usaha rakyat agar sangat rawan, sedangkan Kecamatan yang
tercipta penyediaan infrastruktur usaha baru relatif sangat tahan adalah Kampar Kiri,
selain perkebunan dikalangan masyarakat, Kampar Kiri Hulu, Kampar Kiri Hilir,
memberikan peluang bagi masyarakat miskin Kuok, Salo, Tapung Hulu, Tapung Hilir,
khusunya untuk dapat menyelesaikan Bangkinang Seberang, Kampar, Kampar
pendidikan dasar dengan biaya terjangkau atau Timur, Rumbio Jaya, Kampar Utara,
bahkan gratis. Tambang dan Koto Kampar Hulu.
Kondisi ketahanan pangan dari sisi 2. Kondisi ketahanan pangan dari sisi akses
pemanfaatan pangan, dilihat dari analisis AKB pangan menunjukkan bahwa Kabupaten
Bangkinang berada pada kondisi sangat rawan Kampar secara keseluruhan berada pada
dengan indeks 1,00, dari analisis gizi buruk kondisi tahan. Kecamatan Kampar Kiri
sangat tahan, dari analisis imunisasi cukup Hulu dan XIII Koto Kampar sebagai
tahan dan dari analisis air bersih tidak daerah yang relatif sangat rawan,
diketahui karena tidak tersedia dari data yang sedangkan Kecamatan yang sangat tahan
diperoleh. Pada analisis gizi buruk semua adalah Gunung Sahilan, Kuok, Salo,
Kecamatan berasa pada kondisi sangat tahan. Tapung, Tapung Hulu, Tapung Hilir,
Dari analisis imunisasi tidak lengkap kampar Bangkinang, Bangkinang Seberang,
Kampar Kiri Hilir berada pada kondisi sangat Kampar, Kampar Timur, Rumbio Jaya,
rawan dengan indeks 1,00, dari analisis AKB Kampar Utara, Tambang dan Siak Hulu.
berada pada kondisi agak rawan dengan indeks 3. Ketahanan pangan dari sisi pemanfaatan
0,52, analisis gizi buruk dan air bersih sangat pangan menunjukkan bahwa Kabupaten
tahan. Sedangkan dari analisis air bersih XIII Kampar secara keseluruhan berada pada
Koto Kampar berada pada kondisi sangat kondisi sangat tahan. Kecamatan Kampar
rawan dengan indeks 1,00 hal ini berbanding Kiri Tengah sebagai daerah agak rawan,
terbalik dengan hasil analisis pada AKB, Gizi sedangkan Kecamatan yang relatif sangat
buruk dan imunisasi yang justru berada pada tahan adalah Gunung Sahilan, Kuok, Salo,
kondisi sangat tahan. Secara keseluruhan Bangkinang Seberang, Kampar, Rumbio
Kondisi sangat tahan pada Kabupaten Kampar Jaya, Kampar Utara, Tambang, Siak Hulu,
didukung oleh rendahnya indeks bayi gizi Perhentian Raja dan Koto Kampar Hulu.
buruk dan indeks bayi yang tidak diimunisasi Ketahanan pangan Kabupaten Kampar
secara lengkap pada tahun 2012 secara keseluruhan berada
Untuk mengantisipasi masalah AKB, pada kondisi sangat tahan pangan. Hasil ini
gizi buruk, bayi tidak diimunisasi secara diperoleh dari gabungan aspek
lengkap dan akses air bersih dapat melalui ketersediaan pangan, akses pangan dan
pembangunan disektor kesehatan, juga perlu penyerapan pangan yang pada akhirnya
diperhatikan seperti sosialisasi dan pelaksanaan mendominasi kondisi ketahanan pangan
berbagai kegiatan penyuluhan kesehatan dan daerah ini secara keseluruhan.
posyandu yang menarik guna menambah
Saran Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau. 2005.
1. Ketersediaan pangan Kabupaten Kampar Analisis Ketersediaan, Distribusi dan
dari sisi produksi lokal mengalami defisit Harga Pangan. Pemerintah Daerah
pangan dan sangat tergantung dari pasokan Provinsi Riau. Pekanbaru.
pangan luar daerah. Hal ini perlu mendapat
perhatian dari Dinas Tanaman Pangan, Badan BIMAS Ketahanan Pangan Departemen
usaha peningkatan produksi pangan daerah Pertanian. 2002. Pedoman Umum
dapat dilakukan dengan memberikan Pemberdayaan Daerah Rawan Pangan
kebijakan yang dapat membantu dan Tahun 2002. Edisi : PWP 1. Jakarta.
memberikan kemudahan kepada petani BAPPEDA Kabupaten Kampar. 2012. Profil
dalam melakukan usahatani sehingga Daerah Kabupaten Kampar Tahun 2012.
petani tidak beralih kepada usaha lain yang Bangkinang.
lebih menjanjikan karena daerah ini sangat
berpotensi disektor tanaman perkebunan. BPS Kabupaten Kampar. 2012. Hasil Kegiatan
2. Untuk masalah kemiskinan sebaiknya Pendekatan Program Perlindungan
dilakukan perluasan lapangan kerja dan Sosial (PPLS). Bangkinang.
kesempatan berusaha bagi masyarakat. Hal Corputty, W.J. 2004. Ilmu Gizi. Balai Pustaka.
ini dapat dilakukan dengan membuat Jakarta. Danarti dan Najiyati, Sri. 1992.
kebijakan subsidi pangan dan pemberian Palawija Budidaya dan Analisis
modal berupa kredit usaha kecil dan Usahatani. Penebar Swadaya. Bogor.
menengah agar tercipta penyediaan
infrastruktur usaha baru dikalangan Departemen Pertanian Direktorat Jendral
masyarakat. Tanaman Pangan dan Hortikultura.
3. Pembangunan di sektor kesehatan juga 2000. Bahan Pertemuan Koordinasi
perlu diperhatikan seperti sosialisasi dan Pembangunan Tanaman Pangan dan
pelaksanaan berbagai kegiatan penyuluhan Hortikultura TA. 2000 Tentang
kesehatan dan posyandu yang menarik Pembangunan Sub Sektor Tanaman
guna menambah tingkat keaktifan dan Pangan dan Hortikultura. Jakarta.
pengetahuan masyarakat khususnya para Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar. 2012.
ibu untuk meningkatkan kualitas kesehatan Profil Kesehatan Kabupaten Kampar
anak-anak di Kabupaten Kampar. 2012. Bangkinang.

V. DAFTAR PUSTAKA Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kabupaten


Kampar. 2012. Mata Pencaharian
Adnyana, M.O. 2006. Dalam Jusuf Susanto Penduduk Kabupaten Kampar 2012.
(Editor). Lintasan dan Marka Jalan Bangkinang.
Menuju Ketahanan Pangan Terlanjutkan
Dalam Era perdagangan Bebas, Dinas Pertanian Tanaman PanganKabupaten
Revitalisasi Pertanian dan Dialog Kampar 2012. Rasio Produksi dan
Peradapan.Kompas. Jakarta. Hal 109- Kebutuhan Beras Provinsi Riau Tahun
146. 2012. Dinas Tanaman Pangan
Kabupaten Kampar. 2012. Laporan
Akmal, 2003. Analisis Pola Konsumsi Tahunan Dinas Tanaman Pangan.
Keluarga di Kecamatan Tallo Kota Kampar.
Makasar. www.ppk.lipi.go.id. Diakses
pada tanggal 10 januari 2014. Fadli, Irfan. 1999. Analisis Tekanan Penduduk
Terhadap Daya Dukung Lahan Tanaman
Badan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Pangan di Riau. Skripsi Fakultas
Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru.
Jurnal Gizi dan Pangan 1 (1): 57-63. (Tidak dipublikasikan).
Badan Ketahanan Pangan Departemen Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.
Pertanian. 2002. Pedoman Umum 2011. Buku Pedoman Penyusunan
Penanganan Daerah Rawan Pangan. Rencana Penelitian dan Karya Ilmiah
Jakarta. (Skripsi). Pekanbaru.
Husodo, S.Y. 2006. Pangan, Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kemajuan Suatu
Negara Bangsa. Dalam Revitalisasi Puspoyo, Widjanarko. 2006. Dalam Jusuf
Pertanian dan Dialog Peradapan. Susanto (Editor). Peran BULOG dalam
Editor : Jusuf Susanto dan Tim. memperkuat Ketahanan Pangan
Hanani, Nuhfil, A.R. 2009. Monitoring dan Nasional, Revitalisasi Pertanian dan
Evaluasi Ketahanan Pangan. Dialog Peradapan. Kompas. Jakarta. hal
203-222.
Kasryno, Faisal dkk. 2000. Dinamika
Pembangunan Pedesaan. Yayasan Obor Rungkat, F dan Zakaria. 2006. Dalam Jususf
Indonesia dan PT. Gramedia. Jakarta. Susanto (Editor). Ketahanan Pangan
Sebagai Wujud Hak Azasi Manusia Atas
Liana, Lia. 2007. Pola Pengeluaran dan Kecukupan Pangan, Revitalisasi
Konsumsi Gizi Penduduk di Provinsi Pertanian dan Dialog Peradapan.
Riau. Skripsi Fakultas Pertanian Kompas. Jakarta. Hal 236-270.
Universitas Riau, Pekanbaru. (Tidak
dipublikasikan). Sabarella. 2009. Model Persamaan Struktural
Kerawanan Pangan, Informatika
Malonda, I.F 2007. Peta Kerawanan Pangan Pertanian Volume 18 No. 1, 2009.
Indonesia. Jakarta http://www.litbang.deptan.go.id/.
Martianto, Drajat. 2007. Kebijakan Program Jakarta.
Ketahanan Pangan dan Sistem Suhardjo, dkk. 2000. Penilaian Keadaan Gizi
Kewaspadaan Pangan dan Gizi. Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.
Disampaikan dalam Rangka Advokasi Bogor.
SKPG. 1 – 2 Agustus 2007. Badan
Ketahanan Pangan Departemen Suprapto dan Marzuki, H.A. Rasyid. 2002. Seri
Pertanian. Agribisnis Bertanam Jagung. Penebar
Swadaya. Bogor
Nurmala, Tati. 1997. Serealia sumber
Karbohidrat Utama. Rineke Cipta. Suryana, Achmad. 2003. Kapita Selekta
Jakarta. Purwono dan Purnawati, Heni. Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan
2007. Budidaya dan Jenis Tanaman Pangan. BPFE Yogyakarta.
Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Utri. 2008. Analisis Ketahanan Pangan Di
Bogor. Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Kampar. 2012. Kuantan Singingi. Skripsi Fakultas
Monografi Kecamatan Rumbio Jaya Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru.
Kabupaten Kampar. Bangkinang. (Tidak dipublikasikan).

Anda mungkin juga menyukai