DI KOTA MEDAN
Mala Theresia*), Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec **), Ir. Iskandarini,
MM.Ph.D ***)
ABSTRAK
ABSTRACT
The objective of the research was to analyze the availability and the security of
rice and non-rice in Medan, using descriptive analysis by explaining the
tablers/data obtained from the Food Security Agency, Medan. The research used
determination of research area by using purposive area sampling technique.
Secondary data were obtained from the Food Security Agency, Medan. The result
of the research showed that the availability of rice in Medan in 2016 was in
accordance with the standard while the availability of non-rice was not. The
availability rate of actual energy for rice was 1,397/kkal/kap/day and non-rice
was 131 kkal/kap/day, while the availability rate of actual protein for rice was
34.24 gr/kap/day and for non-rice was 3.11 gr/kap/day. The ratio of the
availability of rice and consumption was 2.65 and the security level was food
security of rice commodity, while the ratio of non-rice and consumption was
25.47 and the security level was food security. Based on the criteria of food, it
was food security (RP ≥1.2), food security but susceptible (RP0.8 – 1.2), and food
shortage (RP ≤ 0.8).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah
maupun yang tidak di olah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,
dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau
pembuatan makanan dan minuman (Purwono dan Purnawati, 2007).
Secara nasional pangan pokok terbagi menjadi dua, yaitu pangan beras dan
pangan non beras. Pada penelitian ini yang di maksud dengan pangan non beras
adalah pangan yang mengandung karbohidrat atau energi yang hampir sama
dengan beras dan dapat menggantikan peran beras di masyarakat dan mendukung
salah satu program kerja Dinas Ketahanan Pangan yaitu, diversifikasi bahan
pangan sumber kalori kepada masyarakat.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah: (1) Untuk menganalisa tingkat ketersediaan beras dan non
beras di Kota Medan sesuai standart. (2) Untuk menganalisa berapa besar rasio
antara ketersediaan beras dan non beras dengan konsumsi dan tingkat ketahanan
komoditi beras dan non beras di Kota Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Ketersediaan pangan merupakan ketersediaan pangan secara fisik di suatu
daerah atau wilayah di lihat dari segala sumber, baik itu produksi pangan
domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan dapat
ditentukan oleh beberapa hal yaitu produksi pangan di wilayah tersebut serta
bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya (Saputro, 2013).
Menurut Fauzi (2011) konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan
yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu.
Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara
biologik, psikologik maupun sosial.
Landasan Teori
Konsumsi
Menurut Mankiw (dalam Rinanda, 2011) konsumsi adalah pembelanjaan
atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan. Barang-barang yang diproduksi digunakan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.
Produksi
METODE PENELITIAN
Menurut Bimtek (2016), Widiya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG)
X tahun 2015 telah memberi pedoman akan kebutuhan gizi yaitu :
KTSP
Rpi =
KBM
Keterangan:
Rpi = Rasio pangan diwilayah-i
KTSp = Ketersediaan pangan untuk di konsumsi manusia (ton/tahun)
KBM = Konsumsi untuk bahan makanan (ton/tahun)
Tabel 2. Ketersediaan Per Kapita Beras dan Non Beras Kota Medan Tahun
2016
Jenis Bahan Ketersediaan Per Kapita
Makanan
kg/thn gr/hari Kalori/hari Protein/hari
(1) (2) (3) (4) (5)
BERAS 140,43 384,73 1.397 34,24
NON BERAS : 40,63 61,8 131 3,11
Jagung 1,89 4,63 8 0,19
Gandum - - - -
Tepung Gandum 28,17 28,17 94 2,54
Ubi Jalar 5,32 14,59 18 0,17
Ubi Kayu 1,35 3,70 5 0,03
Ubi Kayu Gaplek 0,05 0,14 0 0,00
Tapioka 0,07 0,20 1 0,00
Sagu 0,04 0,11 0 0,00
Kentang 3,74 10,26 5 0,18
JUMLAH 181,06 446,53 1.528 37,35
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan, 2017
Pada Tabel 2 ketersediaan kalori beras dan non beras di Kota Medan tahun
2016 jika diurutkan dari yang tertinggi ke terendah, maka beras menempati posisi
pertama sebesar 1.397 kkal/kap/hari; tepung gandum sebesar 94 kkal/kap/hari;
ubi jalar sebesar 18 kkal/kap/hari; jagung sebesar 8 kkal/kap/hari; kentang dan
ubi kayu masing-masing sebesar 5 kkal/kap/hari; tapioka sebesar 1 kkal/kap/hari;
gandum, ubi kayu gaplek dan sagu masing-masing sebesar 0 kkal/kap/hari.
Sedangkan ketersediaan protein beras dan non beras dengan urutan pertama
ditempati oleh beras sebesar 5,39 gr/kap/hari; tepung gandum sebesar 0,28
gr/kap/hari; jagung sbesar 0,08 gr/kap/hari; ubi jalar sebesar 0,05 gr/kap/hari;
kentang sebesar 0,02 gr/kap/hari; ubi kayu sebesar 0,01 gr/kap/hari;gandum, ubi
kayu gaplek, tapioka dan sagu masing-masing sebesar 0 gr/kap/hari.
Pada Tabel 3 angka ketersediaan energi aktual beras Kota Medan tahun
2016 sebesar 1.397 kkal/kap/hari. Angka ini sebesar 123,84% dari angka
ketersediaan energi yang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan oleh pemerintah. Kondisi ini disebut sebagai surplus ketersediaan
energi. Dapat diketahui pula angka ketersediaan protein aktual beras sebesar 34,24
gr/kap/hari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan protein aktual beras
di Kota Medan sebesar 201,293% dari nilai standart seharusnya. Kondisi ini
disebut sebagai surplus ketersediaan protein.
Kondisi surplus energi dapat terjadi pada komoditi beras dikarenakan
ketersediaan beras di masyarakat yang lebih dari dibutuhkan. Dan surplus protein
terjadi karena masyarakat dalam pemenuhan proteinnya belum mampu memenuhi
lewat pangan hewani (yang merupakan salah satu sumber protein) sehingga
masyarakat dengan pendapatan yang rendah memenuhi konsumsi protein lewat
beras.
Pada Tabel 4 angka ketersediaan energi aktual non beras Kota Medan tahun
2016 sebesar 131 kkal/kap/hari. Angka ini sebesar 60,65% dari angka
ketersediaan energi yang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan oleh pemerintah. Kondisi ini disebut sebagai minus ketersediaan
energi. Dapat diketahui pula angka ketersediaan protein aktual beras sebesar 3,11
gram/kap/hari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan protein aktual
beras di Kota medan sebesar 70,52% dari nilai standart seharusnya. Kondisi ini
disebut sebagai minus ketersediaan protein.
Berapa Besar Rasio antara Ketersediaan Beras dan Non Beras dengan
Konsumsi dan Tingkat Ketahanan Komoditi Beras dan Non Beras di Kota
Medan.
Konsumsi beras dan non beras di Kota Medan tahun 2016 dapat diurutkan
dari yang terbesar, yaitu: beras sebesar 224.702,78 ton; tepung gandum sebesar
22.698,26; kentang sebesar 10.146,57 ton; jagung sebesar 7.641,25 ton; dan ubi
kayu sebesar 5.386,45 ton; ubi jalar sebesar 3.256,93 ton; sagu sebesar 1.252,66
ton; tapioka 729,98 ton; ubi kayu gaplek sebesar 171,94 ton; gandum 0 ton (lihat
pada Tabel 5).
Adapun total Keseluruhan konsumsi beras dan non beras di Kota Medan
sebesar 275.986,82 ton dengan jumlah konsumsi per kapita sebesar 110,16
kg/kap/tahun dan 660,66 gr/kap/hari.
Tabel 5. Total Konsumsi dan Konsumsi Per Kapita Beras dan Non Beras
Kota Medan Tahun 2016
Jenis Bahan Total Kosumsi Per Kapita
Makanan Konsumsi kg/thn gr/hari Kalori/h Protein/
(ton) ari hari
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
BERAS 224.702,78 89,69 245,74 2.187,09 958,39
Tingkat ketahanan pangan terbagi menjadi tiga, yaitu: rawan pangan, tahan
pangan namun rentan dan tahan pangan. Pertama, tahan pangan kondisi di mana
ketersediaan 120% dari jumlah konsumsi pangan. Kondisi ini digambarkan
dengan keamanan pangan yang tidak terguncang walau sedang kritis, seperti gagal
panen. Kedua, tahan pangan namun rentan di mana ketersediaan 80 120% dari
jumlah konsumsi pangan. Keadaan ini kurang aman di mana jika terjadi
pengurangan stok dan juga gagal panen terjadi dapat mengguncang ketahanan
pangan. Ketiga, rawan pangan di mana ketersediaan 80% dari jumlah konsumsi
pangan. Di mana kondisi ini sangat berbahaya jika terjadinya gagal panen maka
daerah akan mengalami dampak yang buruk seperti: kekurangan jumlah pangan
yang beredar di pasar, harga yang melonjak tinggi, kekurangan gizi, dan lain-lain.
Tabel 6. Rasio Antara Ketersediaan dengan Konsumsi Beras dan Non Beras
Kota Medan Tahun 2016
Jenis Komoditas Total Total Rasio Tingkat
Ketersediaan Konsumsi Ketahanan
(ton) (ton)
BERAS 596.155 224.702,78 2,65 Tahan Pangan
NON BERAS : 317.322 51.284,04 25,47 Tahan Pangan
Jagung 3.453 7.641,25 0,45 Rawan Pangan
Gandum 123.277 0 0,00 Rawan Pangan
Tepung Gandum 138.445 22.698,26 6,10 Tahan Pangan
Pada Tabel 6 komoditi beras dan non beras di Kota Medan tahun 2016
termasuk dalam kategori tahan pangan, dimana beras dengan rasio sebesar 2,65
dan tingkat ketahanan adalah tahan pangan dan komoditi non beras dengan rasio
sebesar 25,47 dan tingkat ketahanan adalah tahan pangan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat ketersediaan beras sudah sesuai standart sedangkan non beras di
Kota Medan tahun 2016 belum sesuai standart, dimana angka ketersediaan
energi aktual untuk beras sebesar 1.397 kkal/kap/hari dan non beras sebesar
131 kkal/kap/hari. Sedangkan angka ketersediaan protein aktual untuk beras
sebesar 34,24 gr/kap/hari dan non beras sebesar 3,11 gr/kap/hari.
2. Ada besar rasio ketersediaaan beras dengan konsumsi sebesar 2,65 dan
tingkat ketahanan adalah tahan pangan komoditi beras sedangkan besar rasio
ketersediaaan non beras dengan konsumsi sebesar 25,47 dan tingkat
ketahanan adalah tahan pangan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Kepada pemerintah, perlu menerapkan teknologi terpadu dan melakukan
penyuluhan pangan sumber kalori agar terjadinya keseimbangan ketersediaan
pangan beras dan non beras di Kota Medan.
2. Kepada masyarakat, dapat mulai mencoba atau berperan aktif dalam
meningkatkan ketersediaan non beras dan mengurangi ketergantungan beras.
3. Kepada peneliti selanjutnya, dapat menkaji dari berbagai sudut pandang yang
terlewatkan oleh peneliti sebelumnya dan lebih mendalam lagi sehingga
analisis ketersediaan beras dan non beras untuk Kota Medan dapat lebih
spesifik dan lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA