Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KETERSEDIAAN BERAS DAN NON BERAS

DI KOTA MEDAN
Mala Theresia*), Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec **), Ir. Iskandarini,

MM.Ph.D ***)

*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera


Jln. Setiabudi PS I Anyelir IV-6, Medan Selayang, Sumatera Utara
Hp. 089636621112 E-mail: munirtahani@gmail.com
**) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara
***) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk menganalisa ketersediaan dan ketahanan pangan beras


dan non-beras di kota Medan dengan analisis deskriptif dengan cara menjelaskan
tabel/data yang diperoleh dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan. Metode
penelitian, antara lain: dalam penentuan daerah yang digunakan secara purposive
area sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder
(tidak langsung) yang diperoleh dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan beras sudah sesuai standart
sedangkan non beras di Kota Medan tahun 2016 belum sesuai standart, dimana
angka ketersediaan energi aktual untuk beras sebesar 1.397 kkal/kap/hari dan non
beras sebesar 131 kkal/kap/hari. Sedangkan angka ketersediaan protein aktual
untuk beras sebesar 34,24 gr/kap/hari dan non beras sebesar 3,11 gr/kap/hari. Ada
besar rasio ketersediaaan beras dengan konsumsi sebesar 2,65 dan tingkat
ketahanan adalah tahan pangan komoditi beras sedangkan besar rasio
ketersediaaan non beras dengan konsumsi sebesar 25,47 dan tingkat ketahanan
adalah tahan pangan. Berdasarkan pada kriteria ketahanan pangan yaitu tahan
pangan (RP ≥ 1,2); tahan pangan namun rentan (RP 0,8  1,2) dan rawan pangan
(RP  0,8).
Kata Kunci : Ketersediaan, Rasio Pangan dan Ketahanan Pangan.

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the availability and the security of
rice and non-rice in Medan, using descriptive analysis by explaining the
tablers/data obtained from the Food Security Agency, Medan. The research used
determination of research area by using purposive area sampling technique.
Secondary data were obtained from the Food Security Agency, Medan. The result
of the research showed that the availability of rice in Medan in 2016 was in
accordance with the standard while the availability of non-rice was not. The
availability rate of actual energy for rice was 1,397/kkal/kap/day and non-rice
was 131 kkal/kap/day, while the availability rate of actual protein for rice was
34.24 gr/kap/day and for non-rice was 3.11 gr/kap/day. The ratio of the
availability of rice and consumption was 2.65 and the security level was food
security of rice commodity, while the ratio of non-rice and consumption was
25.47 and the security level was food security. Based on the criteria of food, it
was food security (RP ≥1.2), food security but susceptible (RP0.8 – 1.2), and food
shortage (RP ≤ 0.8).

Keywords: Availability, Food Ratio, Food Security

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah
maupun yang tidak di olah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,
dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau
pembuatan makanan dan minuman (Purwono dan Purnawati, 2007).

Secara nasional pangan pokok terbagi menjadi dua, yaitu pangan beras dan
pangan non beras. Pada penelitian ini yang di maksud dengan pangan non beras
adalah pangan yang mengandung karbohidrat atau energi yang hampir sama
dengan beras dan dapat menggantikan peran beras di masyarakat dan mendukung
salah satu program kerja Dinas Ketahanan Pangan yaitu, diversifikasi bahan
pangan sumber kalori kepada masyarakat.

Ketersediaan pangan berhubungan erat terhadap produksi, cadangan pangan,


impor dan ekspor. Untuk produksi domestik pangan beras dan non beras di Kota
Medan dapat di lihat pada Tabel 1 dimana padi sawah atau beras masih
mendominasi lahan pertanian yang ada di Kota Medan dengan jumlah produksi
sebesar 14.212 ton. Pangan non beras urutan ke dua yang paling banyak
diproduksi adalah jagung sebesar 355 ha dengan jumlah produksi 1.419 ton dan
ketela pohon sebesar 113 ha dengan jumlah produksi 2.838 ton.
Tabel 1 Luas Panenan dan Jumlah Produksi Pertanian Menurut Jenis
Tanaman Tahun 2015
Jumlah Produksi
Jenis Tanaman Luas Panenan (Ha)
(Ton)
1. Padi Sawah 3.373 14.212
2. Padi Ladang - -
3. Jagung 355 1.419
4. Ketela Pohon 113 2.838
5. Ketela Rambat 57 543
6. Kacang Tanah 86 82
7. Kacang Kedelai - -
8. Kacang Hijau 27 27
9. Sayur-Sayuran 1.233 11.813
10. Buah-Buahan 1.410 5.864
JUMLAH 6.654 36.798
Sumber: BPS Kota Medan dalam Angka 2016

Menurut Ariani (2010) peningkatan penduduk menuntut adanya


peningkatan ketersediaan pangan agar pangan yang tersedia mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat. Konsumsi pangan merupakan salah satu indikator yang
dapat menggambarkan dengan mudah suatu wilayah termasuk tahan atau rawan
pangan, di lihat dari penyebaran konsumsi pangan yang sampai pada masyarakat
dan kandungan gizi masyarakat setempat.

Analisis ketersediaan beras dan non beras dibutuhkan untuk dapat


menentukan kebijakan di bidang pertanian, seperti: produksi bahan makanan dan
distribusi, mengatasi permasalahan ketergantungan impor untuk pemenuhan
ketersediaan beras dan non beras di Kota Medan. Adanya asumsi, jika daerah-
daerah sentra produksi pemasok pangan beras dan non beras untuk Kota Medan
mengalami krisis pangan, maka Kota Medan akan terkena dampaknya dan dapat
beresiko besar, seperti: jumlah komoditi beras dan non beras yang tersedia di
pasar hanya sedikit tidak mampu memenuhi ketersediaan, harga yang melambung
tinggi, status gizi masyarakat yang dapat terganggu, dll. Sehingga besar harapan
di Kota Medan tingkat ketersediaan beras dan non beras sesuai standart Angka
Kecukupan Gizi (AKG) dan termasuk daerah tahan pangan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah: (1) Apakah tingkat ketersediaan beras dan non beras di Kota
Medan sesuai standart. (2) Berapa besar rasio antara ketersediaan beras dan non
beras dengan konsumsi dan tingkat ketahanan komoditi beras dan non beras di
Kota Medan.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah: (1) Untuk menganalisa tingkat ketersediaan beras dan non
beras di Kota Medan sesuai standart. (2) Untuk menganalisa berapa besar rasio
antara ketersediaan beras dan non beras dengan konsumsi dan tingkat ketahanan
komoditi beras dan non beras di Kota Medan.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka
Ketersediaan pangan merupakan ketersediaan pangan secara fisik di suatu
daerah atau wilayah di lihat dari segala sumber, baik itu produksi pangan
domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan dapat
ditentukan oleh beberapa hal yaitu produksi pangan di wilayah tersebut serta
bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya (Saputro, 2013).

Salah satu cara memperoleh gambaran situasi produksi dan ketersediaan


pangan secara lengkap namun sederhana, adalah menggunakan pendekatan
Neraca Bahan Makanan (NBM). NBM di susun untuk memperoleh gambaran atau
evaluasi penyediaan pangan mulai dari produksi, pengadaan (pangan
masuk/impor, pangan keluar/ekspor, stok) dan penggunaan (pakan ternak, bibit,
industri) sehingga tersedia untuk di konsumsi (Sirait, 2011).

Menurut Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan (2017) Neraca bahan


Makanan (NBM) merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang mampu
menggambarkan situasi dan kondisi ketersediaan pangan untuk konsumsi
penduduk di suatu wilayah tertentu.

Neraca Bahan Makanan menyajikan angka rata-rata jumlah pangan yang


tersedia di tingkat pedagang eceran atau rumah tangga konsumen untuk konsumsi
penduduk per kapita (kg/kapita/tahun atau gr/kapita/hari atau zat gizi
tertentu/kapita/hari).

Menurut Fauzi (2011) konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan
yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu.
Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara
biologik, psikologik maupun sosial.

Analisis konsumsi pangan wilayah diarahkan untuk menganalisis situasi


konsumsi pangan dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya dan sosial
ekonomi wilayah. Dalam menganalisis konsumsi pangan wilayah yang berbasis
sumberdaya, perlu diperhatikan faktor pendukung utama yang mempengaruhi
pola konsumsi yaitu: ketersediaan, kondisi sosial dan ekonomi, letak geografis
wilayah (desa - kota) serta karakteristik rumah tangga (Sirait, 2011).

Landasan Teori

Konsumsi
Menurut Mankiw (dalam Rinanda, 2011) konsumsi adalah pembelanjaan
atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan. Barang-barang yang diproduksi digunakan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.

Fungsi konsumsi menurut Keynes memiliki tiga asumsi. Pertama, bahwa


kecenderungan mengonsumsi marjinal (marginal propersity to consume) yaitu
jumlah yang di konsumsi dari setiap dolar tambahan adalah antara nol dan satu.
Asumsi ini menjelaskan pada saat pendapatan seseorang semakin tinggi maka
semakin tinggi pula konsumsi dan tabungannya.
Kedua adalah rasio konsumsi terhadap pendapatan yang disebut
kecenderungan mengonsumsi rata-rata (average propensity to consume) turun
ketika pendapatan naik. Menurut Keynes, proporsi tabungan orang kaya lebih
besar daripada orang miskin. Jika diurutkan dari orang sangat miskin sampai kaya
akan terlihat proporsi tabungan terhadap pendapatan semakin meningkat.
Terakhir, pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat
bunga tidak memiliki peran penting (Sigit, 2012).

Produksi

Produksi merupakan proses mempergunakan unsur-unsur produksi dengan


maksud menciptakan faedah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kebutuhan
manusia ada dua: barang dan jasa. Barang: alat penemuan kebutuhan manusia
yang tampak. Jasa: alat penemuan kebutuhan manusia yang tidak tampak tapi
dapat dirasa. Barang ekonomi: barang-barang yang diperoleh dengan
mengorbankan sesuatu. Teori produksi menyebutkan bahwa kepuasaan produsen
diperoleh dari memaksimumkan keuntungan produksi (maksimation of profit).

Menurut Soekartawi (1990), dari fungsi produksi dapat di lihat hubungan


teknis antara faktor produksi dengan produksinya, serta suatu gambaran dari
semua metode produksi yang efisien. Secara matematis, fungsi produksi dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3, …, Xn)
Dimana: Y = Jumlah produksi; dan X1 – Xn = Faktor-faktor produksi.

METODE PENELITIAN

Metode Lokasi Penelitian


Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja),
yaitu di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Yang menjadi pertimbangan di
dalam penentuan wilayah adalah Kota Medan bukan merupakan sentra produksi
komoditi beras dan non beras (dapat di lihat pada Lampiran 1-5), sehingga
pemenuhannya sangat bergantung pada impor dari daerah penyuplai komoditi
beras dan non beras. Dibutuhkan analisis ketersediaan untuk mengatur persediaan
pangan untuk di konsumsi dalam daerah.

Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang berasal
dari Badan Pusat Statistik Kota Medan, Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan
(meliputi data: Neraca Bahan Makanan Kota Medan Tahun 2017 dan Pola Pangan
Harapan Kota Medan 2016), dari berbagai buku, jurnal serta internet yang
mendukung penelitian ini. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data cross section dengan tahun 2017.

Metode Analisis Data


Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis ketersediaan beras dan
non beras di Kota Medan. metode analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif. Untuk menguji perumusan masalah (1) akan diuji dengan
menggunakan pendekatanan neraca bahan makanan, sebagai berikut :
Ketersediaan pangan wilayah untuk suatu komoditas tertentu dapat
diformulasikan sebagai berikut:

KTSP = PROD + (IP-XP) + SP


Keterangan:
KTSP = Ketersediaan pangan untuk di konsumsi manusia (ton/tahun)
PROD = Produksi pangan domestik (ton/tahun)
IP = Impor (ton/tahun)
XP = Ekpor (ton/tahun)
SP = Stok pangan yang dikeluarkan (ton/tahun)

Setelah ketersediaan pangan untuk di konsumsi manusia diketahui


dilakukan konversi angka untuk di konsumsi manusia dari ton per tahun ke dalam
kilo kalori per kapita per hari dengan cara membagi nilai ketersediaan pangan
untuk di konsumsi manusia dalam ton per tahun dengan hasil perkalian jumlah
penduduk di Kota Medan selama satu tahun (365 hari) lalu dikalikan dengan
kandungan energi pada komoditi tersebut, demikian juga pada protein, sehingga
diperoleh angka ketersediaan aktual. Kemudian angka kecukupan aktual
dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) untuk mengetahui tingkat
ketersediaan beras dan non beras di Kota Medan.

Menurut Bimtek (2016), Widiya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG)
X tahun 2015 telah memberi pedoman akan kebutuhan gizi yaitu :

1. Angka Kecukupan Energi (AKE) rata-rata untuk penduduk Indonesia pada


tingkat konsumsi sebesar 2.150 kalori dan pada tingkat persediaan sebesar
2.400 kalori per kapita per hari.

2. Angka Kecukupan Protein (AKP) rata-rata untuk penduduk Indonesia pada


tingkat konsumsi sebesar 57 gram pada tingkat ketersediaan 63 gram per
kapita per hari, dengan protein hewani sebesar 15 gram yang terdiri atas 9
gram berasal dari ternak dan 6 gram berasal dari ikan.

Adapun kelompok pangan ideal untuk ketersediaan energi, yaitu: padi-


padian sebesar 50% dan umbi-umbian sebesar 6% dari nilai AKG. Dan untuk
ketersediaan protein, yaitu: padi-padian sebesar 30% dan umbi-umbian 4% dari
dari nilai AKG protein.

Untuk menguji perumusan masalah (2) akan diuji dengan menggunakan


pendekatanan pendekatan rasio antara ketersediaan dan konsumsi beras dan non
beras di Kota Medan, sebagai berikut :

KTSP
Rpi =
KBM
Keterangan:
Rpi = Rasio pangan diwilayah-i
KTSp = Ketersediaan pangan untuk di konsumsi manusia (ton/tahun)
KBM = Konsumsi untuk bahan makanan (ton/tahun)

Menurut Winarti (2015) dikatakan ketahanan pangan bila jumlah ketersediaan


pangan lebih besar 1,2 kali dibandingkan dengan jumlah konsumsi pangan:
1. Tidak tahan pangan (rawan pangan) jika rasio pangan/RP < 0,8.
2. Tahan pangan tetapi kurang terjamin jika 0,8 < RP < 1,2.
3. Tahan pangan terjamin jika RP > 1,2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat Ketersediaan Beras dan Non Beras di Kota Medan Sesuai Standart

Standart kecukupan gizi di Indonesia pada umumnya masih menggunakan


standart makro, yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein.
Sedangkan standart kecukupan gizi secara mikro seperti kecukupan vitamin dan
mineral belum banyak diterapkan di Indonesia. Kecukupan energi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu: umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis,
kegiatan efek termik, iklim dan apatasi. Untuk kecucukpan protein dipengaruhi
oleh faktor-faktor : umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kualitas
protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Muchtadi,1989).

Tabel 2. Ketersediaan Per Kapita Beras dan Non Beras Kota Medan Tahun
2016
Jenis Bahan Ketersediaan Per Kapita
Makanan
kg/thn gr/hari Kalori/hari Protein/hari
(1) (2) (3) (4) (5)
BERAS 140,43 384,73 1.397 34,24
NON BERAS : 40,63 61,8 131 3,11
Jagung 1,89 4,63 8 0,19
Gandum - - - -
Tepung Gandum 28,17 28,17 94 2,54
Ubi Jalar 5,32 14,59 18 0,17
Ubi Kayu 1,35 3,70 5 0,03
Ubi Kayu Gaplek 0,05 0,14 0 0,00
Tapioka 0,07 0,20 1 0,00
Sagu 0,04 0,11 0 0,00
Kentang 3,74 10,26 5 0,18
JUMLAH 181,06 446,53 1.528 37,35
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan, 2017

Pada Tabel 2 ketersediaan kalori beras dan non beras di Kota Medan tahun
2016 jika diurutkan dari yang tertinggi ke terendah, maka beras menempati posisi
pertama sebesar 1.397 kkal/kap/hari; tepung gandum sebesar 94 kkal/kap/hari;
ubi jalar sebesar 18 kkal/kap/hari; jagung sebesar 8 kkal/kap/hari; kentang dan
ubi kayu masing-masing sebesar 5 kkal/kap/hari; tapioka sebesar 1 kkal/kap/hari;
gandum, ubi kayu gaplek dan sagu masing-masing sebesar 0 kkal/kap/hari.
Sedangkan ketersediaan protein beras dan non beras dengan urutan pertama
ditempati oleh beras sebesar 5,39 gr/kap/hari; tepung gandum sebesar 0,28
gr/kap/hari; jagung sbesar 0,08 gr/kap/hari; ubi jalar sebesar 0,05 gr/kap/hari;
kentang sebesar 0,02 gr/kap/hari; ubi kayu sebesar 0,01 gr/kap/hari;gandum, ubi
kayu gaplek, tapioka dan sagu masing-masing sebesar 0 gr/kap/hari.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan


kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka
ketersediaaan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan gizinya.
Berdasarkan Widiya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2015,
rata-rata angka kecukupan gizi (AKG) di tingkat ketersediaan adalah sebesar
2.400 kkal/kap/hari untuk energi dan 63 gram/kap/hari untuk protein. Dimana
persentase per kelompok pangan idealnya untuk ketersediaan energi, yaitu: padi-
padian sebesar 50% dan umbi-umbian sebesar 6% dari nilai AKG energi. Dan
untuk ketersediaan protein, yaitu: padi-padian sebesar 30% dan umbi-umbian 4%
dari nilai AKG protein (Bimtek, 2016).

Tabel 3. Rasio Ketersediaan Aktual Beras dengan Ketersediaan AKG Kota


Medan Tahun 2016
No Kecukupan Angka Angka Rasio Ket
. Ketersediaan Ketersediaan
Aktual AKG
1 Energi 1.397 1.128 269 Surplus
(kkal/kap/hari)
2 Protein (gr/kap/hari) 34,24 17,01 17 Surplus
Sumber: Data sekuder di olah

Pada Tabel 3 angka ketersediaan energi aktual beras Kota Medan tahun
2016 sebesar 1.397 kkal/kap/hari. Angka ini sebesar 123,84% dari angka
ketersediaan energi yang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan oleh pemerintah. Kondisi ini disebut sebagai surplus ketersediaan
energi. Dapat diketahui pula angka ketersediaan protein aktual beras sebesar 34,24
gr/kap/hari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan protein aktual beras
di Kota Medan sebesar 201,293% dari nilai standart seharusnya. Kondisi ini
disebut sebagai surplus ketersediaan protein.
Kondisi surplus energi dapat terjadi pada komoditi beras dikarenakan
ketersediaan beras di masyarakat yang lebih dari dibutuhkan. Dan surplus protein
terjadi karena masyarakat dalam pemenuhan proteinnya belum mampu memenuhi
lewat pangan hewani (yang merupakan salah satu sumber protein) sehingga
masyarakat dengan pendapatan yang rendah memenuhi konsumsi protein lewat
beras.

Tabel 4. Rasio Ketersediaan Aktual Non Beras dengan Ketersediaan AKG


Kota Medan Tahun 2016
No Kecukupan Angka Angka Rasio Ket
. Ketersediaan Ketersediaan
Aktual AKG
1 Energi (kkal/kap/hari) 131 216 85 Minus
2 Protein (gr/kap/hari) 3,11 4,41 1,3 Minus
Sumber: Data sekuder di olah

Pada Tabel 4 angka ketersediaan energi aktual non beras Kota Medan tahun
2016 sebesar 131 kkal/kap/hari. Angka ini sebesar 60,65% dari angka
ketersediaan energi yang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan oleh pemerintah. Kondisi ini disebut sebagai minus ketersediaan
energi. Dapat diketahui pula angka ketersediaan protein aktual beras sebesar 3,11
gram/kap/hari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan protein aktual
beras di Kota medan sebesar 70,52% dari nilai standart seharusnya. Kondisi ini
disebut sebagai minus ketersediaan protein.

Ketersediaan non beras dinyatakaan rendah karena konsumsi yang monoton


mengakibatkan jumlah produksi yang tidak merata antara beras dengan non beras
di Kota Medan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 terdapat tingkat
ketersediaan beras dan non beras di Kota Medan sesuai standart tidak dapat di
terima.

Berapa Besar Rasio antara Ketersediaan Beras dan Non Beras dengan
Konsumsi dan Tingkat Ketahanan Komoditi Beras dan Non Beras di Kota
Medan.

Rasio antara ketersediaan dengan konsumsi perlu diketahui untuk menyusun


kebijakan-kebijakan dalam menjaga ketahanan pangan. Hasil yang diperoleh
dapat mengetahui bagaimana tingkat ketahanan pangan Kota Medan tahun 2016.
Ada dua aspek penting dalam rasio pangan yaitu ketersediaan dan konsumsi.

Konsumsi beras dan non beras di Kota Medan tahun 2016 dapat diurutkan
dari yang terbesar, yaitu: beras sebesar 224.702,78 ton; tepung gandum sebesar
22.698,26; kentang sebesar 10.146,57 ton; jagung sebesar 7.641,25 ton; dan ubi
kayu sebesar 5.386,45 ton; ubi jalar sebesar 3.256,93 ton; sagu sebesar 1.252,66
ton; tapioka 729,98 ton; ubi kayu gaplek sebesar 171,94 ton; gandum 0 ton (lihat
pada Tabel 5).

Adapun total Keseluruhan konsumsi beras dan non beras di Kota Medan
sebesar 275.986,82 ton dengan jumlah konsumsi per kapita sebesar 110,16
kg/kap/tahun dan 660,66 gr/kap/hari.

Konsumsi pangan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pendapatan dan


kebiasaan. Jika pendapatan masyarakat meningkat maka konsumsi pangannya
akan lebih baik seperti peralihan konsumsi beras biasa ke konsumsi beras organik
yang harganya lebih tinggi, ataupun beralih ke konsumsi aneka ragam olahan
tepung terigu, seperti roti, mie, kue, dan lain-lain. Dan kebiasaan terjadi karena
faktor turun-temurun.

Tabel 5. Total Konsumsi dan Konsumsi Per Kapita Beras dan Non Beras
Kota Medan Tahun 2016
Jenis Bahan Total Kosumsi Per Kapita
Makanan Konsumsi kg/thn gr/hari Kalori/h Protein/
(ton) ari hari
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
BERAS 224.702,78 89,69 245,74 2.187,09 958,39

NON BERAS : 51.284,04 414,92 20,47 540,31 165,90


Jagung 7.641,25 3,05 8,35 34,24 10,86
Gandum 0 0 - 0,00 0,00
Tepung Gandum 22.698,26 9,06 24,82 223,38 24,82
Ubi Jalar 3.256,93 1,3 3,45 4,49 1,38
Ubi Kayu 5.386,45 2,15 5,89 5,89 1,77
Ubi Kayu Gaplek 171,94 0,07 68,63 102,95 48,04
Tapioka 729,98 0,29 291,37 145,69 87,41
Sagu 1.252,66 0,5 1,32 0,40 0,26
Kentang 10.146,57 4,05 11,09 23,29 2,22

JUMLAH 275.986,82 110,16 660,66 2.729,39 1.124,29

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan, 2017

Tingkat ketahanan pangan terbagi menjadi tiga, yaitu: rawan pangan, tahan
pangan namun rentan dan tahan pangan. Pertama, tahan pangan kondisi di mana
ketersediaan  120% dari jumlah konsumsi pangan. Kondisi ini digambarkan
dengan keamanan pangan yang tidak terguncang walau sedang kritis, seperti gagal
panen. Kedua, tahan pangan namun rentan di mana ketersediaan 80  120% dari
jumlah konsumsi pangan. Keadaan ini kurang aman di mana jika terjadi
pengurangan stok dan juga gagal panen terjadi dapat mengguncang ketahanan
pangan. Ketiga, rawan pangan di mana ketersediaan  80% dari jumlah konsumsi
pangan. Di mana kondisi ini sangat berbahaya jika terjadinya gagal panen maka
daerah akan mengalami dampak yang buruk seperti: kekurangan jumlah pangan
yang beredar di pasar, harga yang melonjak tinggi, kekurangan gizi, dan lain-lain.

Tabel 6. Rasio Antara Ketersediaan dengan Konsumsi Beras dan Non Beras
Kota Medan Tahun 2016
Jenis Komoditas Total Total Rasio Tingkat
Ketersediaan Konsumsi Ketahanan
(ton) (ton)
BERAS 596.155 224.702,78 2,65 Tahan Pangan
NON BERAS : 317.322 51.284,04 25,47 Tahan Pangan
Jagung 3.453 7.641,25 0,45 Rawan Pangan
Gandum 123.277 0 0,00 Rawan Pangan
Tepung Gandum 138.445 22.698,26 6,10 Tahan Pangan

Ubi Jalar 23.155 3.256,93 7,11 Tahan Pangan


Ubi Kayu 4.352 5.386,45 0,81 Tahan Pangan
(Rentan)
Ubi Kayu Gaplek 163 0 0,00 Rawan Pangan
Tapioka 8.185 901,92 9,08 Tahan Pangan
Sagu 461 1.252,66 0,37 Rawan Pangan
Kentang 15.831 10.146,57 1,56 Tahan Pangan

Sumber: Data Sekunder di Olah

Pada Tabel 6 komoditi beras dan non beras di Kota Medan tahun 2016
termasuk dalam kategori tahan pangan, dimana beras dengan rasio sebesar 2,65
dan tingkat ketahanan adalah tahan pangan dan komoditi non beras dengan rasio
sebesar 25,47 dan tingkat ketahanan adalah tahan pangan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 2 Ada besar rasio


ketersediaan beras dan non beras dengan konsumsi dan tingkat ketahanan
komoditi beras dan non beras di Kota Medan adalah tahan pangan dapat di terima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat ketersediaan beras sudah sesuai standart sedangkan non beras di
Kota Medan tahun 2016 belum sesuai standart, dimana angka ketersediaan
energi aktual untuk beras sebesar 1.397 kkal/kap/hari dan non beras sebesar
131 kkal/kap/hari. Sedangkan angka ketersediaan protein aktual untuk beras
sebesar 34,24 gr/kap/hari dan non beras sebesar 3,11 gr/kap/hari.
2. Ada besar rasio ketersediaaan beras dengan konsumsi sebesar 2,65 dan
tingkat ketahanan adalah tahan pangan komoditi beras sedangkan besar rasio
ketersediaaan non beras dengan konsumsi sebesar 25,47 dan tingkat
ketahanan adalah tahan pangan.

Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Kepada pemerintah, perlu menerapkan teknologi terpadu dan melakukan
penyuluhan pangan sumber kalori agar terjadinya keseimbangan ketersediaan
pangan beras dan non beras di Kota Medan.
2. Kepada masyarakat, dapat mulai mencoba atau berperan aktif dalam
meningkatkan ketersediaan non beras dan mengurangi ketergantungan beras.
3. Kepada peneliti selanjutnya, dapat menkaji dari berbagai sudut pandang yang
terlewatkan oleh peneliti sebelumnya dan lebih mendalam lagi sehingga
analisis ketersediaan beras dan non beras untuk Kota Medan dapat lebih
spesifik dan lebih detail.

DAFTAR PUSTAKA

Bimtek. 2016. Butir Kegiatan Analisis Ketahanan Pangan Bidang Ketersediaan


Pangan. Bogor.
BPS. 2016. Kota Medan dalam Angka 2016. Medan.
Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan. 2017. Publikasi Neraca Bahan Makanan
Kota Medan 2017. Medan.
Fauzi, M. 2011. Diakses dari http://respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/251
43/4/Chapter%20II.pdf. Pada tanggal 26 Januari 2017 pukul 08.07 WIB.
Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi. IPB. Bogor.
Purwono, L dan Purnawati. 2007. Budidaya Tanaman Pangan. Penerbit
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rinanda, T. 2011. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789
/26373/4/Chapter%20II.pdf. Pada tanggal 20 Oktober 2015 pukul 19.45
WIB.
Saputro, E., D. 2013. Kontribusi Ketersediaan Pangan Terhadap Stabilitas
Ekonomi di Indonsia. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses dari
http:// eprints.ums.ac.id/25861/21/NASKAH_PUBLIKASI_.pdf. Pada
tanggal 25 Januari 2017 pukul 12.25 WIB.
Sigit. 2012. Teori Konsumsi. UNILA. Diakses dari http://
staff.unila.ac.id/sigit/files /2012/06/teor-konsumsi.pdf. Pada Tanggal 5
Desember 2016 pukul 11.56 WIB.
Sirait. 2011. Grand Design Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara. DKP
SU.
Soekartawi. 1993. Perberasan di Indonesia Pasca Swasembada. Departemen
Pertanian. Jakarta.
Winiarti, D. 2015. Analisis Rasio Ketersediaan Dan Konsumsi Pangan Strategis
Di Kota Medan. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.
Diakses dari http://balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file
/Diah%20Winiarti.pdf. Pada Tanggal 6 Desember 2016 pukul 12.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai