PENDAHULUAN
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 1
berupa Neraca Bahan Makanan (NBM) yang disusun untuk mengetahui
tingkat produksi dan ketersediaan pangan suatu negara/wilayah/daerah
dalam periode tahunan.
Pada Tabel NBM juga dapat diketahui adanya perubahan jenis bahan
makanan yang dikonsumsi penduduk dan perubahan ketersediaan bahan
makanan secara keseluruhan, tingkat kecukupannya menurut kebutuhan gizi.
Tabel NBM memberikan informasi tentang situasi pengadaan /penyediaan
pangan suatu negara/wilayah dalam kurun waktu tertentu, yang menunjukkan
kecenderungan pasokan, penggunaan pangan, dan ketersediaan pangan
untuk dikonsumsi penduduk. Disamping itu, NBM juga berguna untuk meneliti
dan meramalkan situasi pangan suatu wilayah, dengan dasar analisis
informasi pangan yang disajikan oleh masing-masing negara/wilayah/daerah.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 2
1.3. Manfaat NBM
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 3
BAB II
METODOLOGI
Selain itu NBM menyajikan angka rata-rata bahan makanan per komoditas yang
tersedia untuk dikonsumsi penduduk dalam kilogram per kapita pertahun serta
dalam gram per kapita per hari. Selanjutnya untuk mengetahui nilai gizi bahan
makanan yang tersedia untuk dikonsumsi tersebut, maka angka ketersediaan
bahan makanan per kapita per hari diterjemahkan kedalam satuan energy,
protein dan lemak.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 4
Pola Pangan Harapan (PPH) merupakan parameter sederhana yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan penyediaan pangan, dengan tingkat
diversifikasi/keanekaragaman pangan dan menilai mutu gizi pangan. Informasi
tersebut dicantumkan dalam 19 (sembilan belas) kolom yang diuraikan sebagai
berikut :
Bahan makanan yang dicantumkan dalam kolom ini adalah semua jenis bahan
makanan baik nabati maupun hewani yang lazim/umum tersedia untuk dikonsumsi
oleh masyarakat. Bahan makanan tersebut dikelompokkan jenisnya dan diikuti
prosesnya dari produksi sampai dengan dapat dipasarkan atau dikonsumsi dalam
bentuk lain yang berbeda sama sekali setelah melalui proses pengolahan. Adapun
pengelompokkan bahan makanan tersebut disajikan sebagai berikut :
1. Padi-padian
Padi-padian adalah kelompok komoditas yang terdiri dari padi, jagung dan
gandum serta produksi turunannya.
2. Makanan Berpati
Makanan berpati adalah bahan makanan yang mengandung pati yang berasal
dari akar/umbi dan lain-lain bagian tanaman yang merupakan bahan pangan
pokok lainnya yang dikonsumsi masyarakat. Adapun yang termasuk dalam
kelompok komoditas ini adalah ubi kayu, ubi jalar, dan sagu.
3. Gula
Gula adalah kelompok komoditas yang terdiri atas gula pasir dan gula merah
(gula mangkok, gula aren, gula semut dan lain-lain) baik merupakan hasil
olahan pabrik maupun rumah tangga.
4. Buah/Biji Berminyak
Buah/biji berminyak adalah kelompok bahan makanan yang mengandung
minyak dan berasal dari buah dan biji-bijian.Komoditas yang termasuk dalam
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 5
kelompok ini adalah kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, dan kelapa.
Sebagian dari komoditas ini khususnya kelapa, diolah menjadi kopra yang
selanjutnya dijadikan minyak goreng, sehingga produk turunannya tercantum
dalam kelompok minyak dan lemak.
5. Buah-buahan
Buah-buahan adalah sumber vitamin dan mineral dari bagian tanaman yang
berupa buah.Umumnya merupakan produksi tanaman tahunan atau musiman
yang biasa dapat dikonsumsi tanpa dimasak.
6. Sayuran
Sayuran adalah sumber vitamin dan mineral yang dikonsumsi dari bagian
tanaman yang berupa daun, bunga, buah, batang atau umbi.Tanaman tersebut
pada umumnya berumur kurang dari satu tahun.
7. Daging
Daging adalah bagian dari hewan yang sengaja disembelih atau dibunuh dan
lazim dimakan manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain dari
pendinginan.
8. Telur
Telur yang dimaksud adalah telur unggas, yaitu telur ayam buras, telur ayam
ras dan telur itik.
9. Susu
Susu terdiri atas susu sapi termasuk susu olahan impor yang disetarakan
dengan susu segar.
10. Ikan
Ikan adalah komoditas yang berupa binatang air dan biota perairan lainnya.
Adapun yang dimaksud komoditas ikan disini adalah yang berasal dari
kegiatan penangkapan di laut maupun di perairan umum (waduk, sungai dan
rawa) dan hasil dari kegiatan budidaya (tambak, kolam, keramba dan sawah)
yang dapat diolah menjadi bahan makanan yang lazim/umum dikonsumsi
masyarakat, termasuk rumput laut.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 6
11. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak adalah kelompok bahan makanan yang berasal dari nabati,
seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak kacang tanah, minyak kedelai,
dan minyak jagung, serta yang berasal dari hewani yaitu minyak
ikan.Sedangkan lemak umumnya berasal dari hewani seperti lemak sapi,
lemak kerbau, lemak kambing/domba, lemak babi dan lain-lain.
Produksi untuk komoditas tanaman pangan mencakup hasil seluruh panen, baik
yang berasal dari lahan sawah maupun lahan kering serta lahan lama maupun
baru. Sedangkan produksi turunannya diperoleh dengan menggunakan faktor
konversi dan tingkat ekstraksi dari komoditas yang bersangkutan.
Produksi daging diperoleh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Riau. Produksi daging (masukan) dinyatakan dalam bentuk karkas dari semua
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 7
jenis ternak, sedangkan keluaran dalam bentuk daging murni. Untuk daging
unggas, tidak lagi mengkonversi karkas ke daging murni sehingga pengisian data
produksi (karkas) langsung di kolom 3 (keluaran) dan menyesuaikan Bagian yang
Dapat Dimakan (BDD) yang ada Khusus untuk jeroan dihitung dari berat karkas
masing-masing jenis, dan langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran). Produksi
telur juga diperoleh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dan langsung
dimasukkan ke kolom 3 (keluaran).
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 8
komoditas yang beredar di pasar sehingga komoditas yang beredar di pasar
menjadi menurun.
Kolom 5 (Impor)
Impor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang sudah
mengalami pengolahan, yang didatangkan/dimasukkan dari luar negeri dan dari
wilayah daerah administratif lain ke dalam wilayah Provinsi Riau dengan tujuan
untuk diperdagangkan, diedarkan atau disimpan.
Kolom 7 (Ekspor)
Ekspor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun yang telah
mengalami pengolahan yang dikeluarkan dari wilayah Provinsi Riau, baik yang
langsung keluar wilayah Republik Indonesia maupun yang keluar ke wilayah
administratif lain (perdagangan antar pulau atau antar kabupaten).
Penyediaan daerah adalah sejumlah bahan makanan yang berasal dari produksi
(keluaran) ditambah impor, dikurangi perubahan stok dan ekspor.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 9
a. Pakan
Pakan adalah sejumlah bahan makanan yang langsung diberikan kepada
ternak peliharaan baik ternak besar, ternak kecil, unggas maupun ikan.
b. Bibit/benih
Bibit/benih adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk keperluan
reproduksi.
c. Diolah untuk Makanan
Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih
mengalami proses pengolahan lebih lanjut melalui industri makanan dan
hasilnya dimanfaatkan untuk makanan manusia dalam bentuk lain.
d. Diolah untuk Bukan Makanan
Diolah untuk Bukan Makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih
mengalami proses pengolahan lebih lanjut dan dimanfaatkan untuk kebutuhan
industri bukan untuk makanan manusia, termasuk untuk industri pakan
ternak/ikan.
e. Tercecer
Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak, sehingga
tidak dapat dimakan oleh manusia, yang terjadi secara tidak sengaja sejak
bahan makanan tersebut diproduksi hingga tersedia untuk konsumen.
f. Bahan Makanan
Bahan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk
dikonsumsi oleh penduduk suatu daerah, pada tingkat pedagang pengecer
dalam suatu kurun waktu tertentu.
Ketersediaan per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk
dikonsumsi setiap penduduk suatu daerah dalam suatu kurun waktu tertentu, baik
dalam bentuk natural maupun bentuk unsur gizinya. Unsur gizi utama tersebut
adalah sebagai berikut:
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 10
1) Energi adalah sejumlah kilo kalori (Kkal) hasil pembakaran karbohidrat yang
berasal dari berbagai jenis bahan makanan. Energi ini sangat dibutuhkan oleh
tubuh untuk kegiatan tubuh seluruhnya.
2) Protein adalah suatu persenyawaan yang mengandung unsur “N”, yang
sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan serta penggantian jaringan-
jaringan yang rusak.
3) Lemak adalah salah satu unsur zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh
sebagai tempat penyimpanan energi, protein dan vitamin.
4) Vitamin merupakan salah satu unsur zat makanan yang sangat diperlukan
tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.
5) Mineral merupakan zat makanan yang diperlukan manusia agar memiliki
kesehatan dan pertumbuhan yang baik.
Untuk mengetahui nilai gizi masing-masing jenis bahan makanan tersebut, maka
angka ketersediaan pangan untuk konsumsi per kapita per hari harus dikalikan
dengan kandungan Kkal, protein dan lemak per satuan berat masing-masing jenis
bahan makanan.
Namun sampai saat ini, data yang dihasilkan baru mencakup ketersediaan per
kapita untuk energi, protein dan lemak. Jumlah ketersediaan per kapita dalam
Neraca Bahan Makanan (NBM) hanya menunjukkan rata-rata yang tersedia bagi
penduduk secara keseluruhan dan tidak menunjukkan apa yang sebenarnya
dikonsumsi oleh penduduk. Jika ketersediaan per kapita ini digunakan sebagai
perkiraan konsumsi per kapita maka penting untuk memperhitungkan bahwa ada
perbedaan antara tingkat ketersediaan dan tingkat konsumsi.
Tabel Neraca Bahan Makanan terbagi menjadi 3 kelompok penyajian utama ; (a)
pengadaan/penyediaan, (b) penggunaan/pemakaian, (c) ketersediaan perkapita.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 11
a). Penyediaan (supply), komoditas pangan diperoleh dari jumlah produksi
dikurangi dengan perubahan stok, ditambah dengan jumlah yang diimpor dan
dikurangi dengan jumlah yang diekspor jadi berarti komponen penyediaan
terdiri dari atas produksi, perubahan stok , impor, ekspor. Total penyediaan
dinyakan dalam persamaan :
TS = O - St + M – X
Dimana :
TS = Total Penyediaan dalam negeri (supply)
O = Produksi
St = Perubahan stok = stok awal akhir – kurang stok awal
M = Impor
X = Ekspor
b). Penggunaan/Pemanfaatan (utilization), merupakan total penyediaan dalam
negeri yang digunakan untuk keperluan pakan, bibit, industri makanan,
tercecer, dan industri bukan makanan, serta bahan makanan yang tersedia
pada tingkat pedagang pengencer atau tersedia untuk dikonsumsi penduduk.
Komponen tersebut merupakan komponen pengunaan/pemanfaatan
(utilization). Total samaan sebagai berikut :
TG = F + S + I + W + Fd
dimana :
TG = Total Pengunaan
F = Bibit
I = Industri
W = tercecer
Fd = Ketersediaan bahan makanan
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 12
BAB III
GAMBARAN UMUM PROVINSI RIAU
Provinsi Riau merupakan Provinsi yang terdiri atas wilayah daratan dan wilayah
lautan/perairan dengan keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan
sampai dengan Selat Malaka. Secara geografis terletak pada posisi 1 0 05’ 0000
Lintang Selatan sampai 20 25’ 00’’ Lintang Utara atau antara 1000 00’ 00’’– 1050
05’00’’’ Bujur Timur Greenwich. Luas area Provinsi Riau sebesar kurang lebih
8.915.016 hektar.
Jumlah penduduk Riau pada tahun 2018 berdasarkan angka Badan Pusat
Statistik (BPS) Riau adalah 6.814.909 jiwa. Jumlah tersebut terdiri atas 51,29
persen laki-laki (3.495.705) jiwa) dan 48,71 persen perempuan (3.319.204
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 13
jiwa). Penduduk terpadat berada di kota pekanbaru yaitu 1.117.359 jiwa (16,40
persen), dikuti oleh kabupaten Kampar 851.837 (12,50 persen), Kabupaten
Indragiri Hilir 731.396 (10,73 persen), Kabupaten Rokan Hilir 697.218 jiwa
(10,23 persen), Kabupaten Rokan Hulu 666.410 jiwa (9,78 persen, Bengkalis
566.228 jiwa (8,31 persen), Siak 477.670 (7,01 persen), Pelalawan 460.780
jiwa (6,76 persen), Indragiri Hulu 433.934 jiwa (6,37 persen), Kuantan Singingi
324.413 jiwa ((4,76 persen), Kota Dumai 303.292 jiwa (4,45 persen) dan
Kepulauan Meranti 184.372 jiwa (2,71 persen).
Tabel diatas menunjukan bahwa rata-rata anak usia sekolah mencapai 28,26
persen (umur 5 – 19 tahun), kemudian oleh BALITA (umur 0 – 4 tahun)
sejumlah 10,84 persen, usia produktif 66,51 persen (umur 15 – 64 tahun) dan
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 14
yang paling sedikit proporsinya adalah Lansia (umur 65 – lebih 75 tahun), yaitu
hanya mencapai 3,13 persen.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 15
Tahun 2018, persentase penduduk miskin di Riau 7,39 persen dengan garais
kemiskinan yang meningkat menjadi Rp. 479.944. Pemerintah selalu berupaya
untuk mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat melalui kebijakan-kebijakan.
Pembnagunan manusis di Riau terus mengalami kemajuan. Pada tahun 2018
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Riau mencapai 72,44 angka ini
meningkat sebesar 0,65 poin atau tambah besar 0,91 persen disbanding tahun
2017.
Persentase
Jumlah Penduduk
Garis Kemiskinan (Rp.) Penduduk Miskin
No. Kabupaten/Kota Miskin (000)
(%)
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 16
Salah satu faktor penyebab tingginya angka kemiskinan adalah masuknya
penduduk dari provinsi lain yang cukup tinggi dimana umumnya mereka yang
melakukan perpindahan ke Provinsi Riau adalah pencari kerja (unskilled
labour). Oleh sebab itu pengentasan kemiskinan menjadi salah satu strategi
penting dalam pembangunan Provinsi Riau saat ini dan masa mendatang.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 17
BAB IV
ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 18
Ketersediaan energy per kapita per hari pada tahun 2018 mengalami
kenaikan 0,38 % dibanding dengan tahun 2017, dari 3168 kkal menjadi 3180
Kkal. Ketersediaan protein per kapita per hari pada tahun 2018 mengalami
kenaikan sebesar 4,09 % dibanding tahun 2017, dari 75,12 gram menjadi
78,19 gram. Begitu juga ketersediaan lemak per kapita per hari pada tahun
2018 mengalami kenaikan sebesar 1,35 % dibanding tahun 2017 dari 88,17
Gram naik menjadi 89,52 Gram. Kenaikan ketersediaan ini disebabkan
karena banyak dari komoditas bahan makanan yang mengalami kenaikan
dalam produksinya seperti padi, jagung dan lainnya.
Ketersediaan energy dan protein tahun 2017, 2018 dan 2019* lebih tinggi
dari Angka Kecukupan Energi (AKE) berdasarkan rekomendasi Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) Tahun 2012 sebesar 2400
kkal/kapita/hari dan protein 63 gram/kapita/hari, rincian dapat dilihat pada
tabel berikut.
Persentase Ketersediaan
Ketersediaan Terhadap Rekomendasi
Tahun WNPG Th. 2012
Energi Protein Energi Protein
Kalori/kap/hari gram/kap/hari % %
2017 3168 75,12 132,00 119,24
2018 3180 78,19 132,50 124,11
2019* 3185 78,70 132,71 124,92
Keterangan : * Angka Sementara
Sumber: NBM Provinsi Riau (diolah).
Ketersediaan energy, protein dan lemak tahun 2017, 2018 dan tahun 2019*
masih didominasi bahan pangan sumber nabati. Kontribusi energy pangan
nabati tahun 2017 adalah sebesar 93,09 %, protein sebesar 69,21 % dan
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 19
85,46 % untuk lemak dari total energy, protein dan lemak. Tahun 2018
kontribusi energy, protein dan lemak dari bahan sumber nabati masing-
masing sebesar 93,02 %, 70,73 %, dan 85,13 % dari total energi, protein dan
lemak. Demikian pula dengan tahun 2019 (angka Sementara), kontribusi
energy, protein dan lemak dari bahan sumber nabati sebesar 92,57 %,
69,53 % dan 83,73 % dari total energi, protein dan lemak.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 20
Ketersediaan energi kelompok Sayur Sayuran sebesar 58 Kkalori (1,82
persen) disumbangkan oleh komoditi bawang merah, ketimun, kacang
panjang dan lain-lain. Ketersediaan energi kelompok Daging adalah 103
Kkalori (3,24 persen). Ketersediaan energi kelompok Telur adalah 41 Kkalori
(1,29) persen. Ketersedian energi kelompok Susu adalah 13 Kkalori (0,41
persen). Ketersediaan energi kelompok Ikan adalah 62 Kkalori (1,95 persen).
Ketersediaan energi kelompok minyak dan lemak adalah 1.016 Kkalori (31,13
persen).
Makanan Berpati 146,48577 4,62 0,52 0,69 0,27 0,31 152 4,78 0,48 0,61 0,31 0,35
Gula 119,39485 3,77 0,06 0,08 0,20 0,22 122 3,85 0,07 0,09 0,24 0,27
Buah biji berminyak 233,98041 7,39 16,42 21,85 14,67 16,64 283 8,91 19,56 25,02 17,90 20,00
Buah-buahan 58,975716 1,86 0,60 0,80 0,35 0,40 59 1,87 0,63 0,80 0,39 0,44
Sayur-sayuran 55,96504 1,77 2,90 3,86 0,58 0,66 58 1,81 2,92 3,73 0,57 0,64
Daging 97,5247 3,08 6,61 8,80 7,71 8,74 103 3,22 7,03 8,99 8,06 9,01
Telur 40,074626 1,26 3,10 4,13 2,88 3,26 41 1,28 3,08 3,94 2,97 3,32
Susu 13,378338 0,42 0,70 0,93 0,77 0,87 13 0,42 0,70 0,90 0,77 0,86
Ikan 64,407208 2,03 12,71 16,91 1,06 1,20 62 1,94 12,07 15,44 1,03 1,15
Minyak dan lemak 1016 32,07 0,04 0,05 54,43 61,73 960,425 30,20 0,04 0,05 51,75 57,80
Total 3168,0147 100 75,12 100 88,17 100 3180,48 100 78,19 100 89,52 100
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 21
Gambar 1. Diagram Ketersediaan Energi di Provinsi Riau Tahun 2018.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 22
Gambar 2. Diagram Ketersediaan Protein di Provinsi Riau Tahun 2018.
Ketersediaan lemak yang paling besar disumbangkan oleh kelompok pangan
minyak dan lemak, dikuti kelompok pangan buah biji berminyak, kelompok
pangan daging,kelompok pangan padi-padian, kelompok pangan telur,
kelompok ikan, kelompok pangan susu, kelompok sayuran, kelompok buah-
buahan, kelompok pangan makanan berpati, dan kelompok pangan gula.
Sedangkan skor pola pangan harapan (PPH) tahun 2018, dapat diketahui
bahwa tingkat keragaman ketersediaan pangan di Provinsi Riau sebesar
86,50 dari skor maksimum 100. Dengan demikian, komposisi keragaman
ketersediaan pangan di Provinsi Riau hanya sebesar 86,50 persen dari Pola
Pangan Harapan ideal (100 persen). Untuk kelompok pangan padi-padian,
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 24
umbi-umbian, minyak dan lemak, buah biji berminyak dan kelompok kacang-
kacangan skor riil-nya melebihi skor maksimal. Kondisi iini menandakan
ketersediaan kelompok bahan makanan ketersediaannya berlebihan dan
dapat membuka peluang untuk diekspor keluar daerah atau untuk kelompok
pangan yang sudah kelebihan tersebut diperlukan menjaga ketersediaan
baik dari sektor produksi dan stok di bulog sebagai cadangan pangan.
Sedangkan skor riil kelompok gula, sayuran dan buah, pangan hewani masih
kurang, artinya kelompok bahan pangan tersebut masih harus ditingkatkan
ketersediaannya sehingga skor pola pangan harapannya dapat mendekati
angka 100. Untuk gula sudah mencapai skor ideal. Pada kelompok pangan
yang mengalami kekurangan keragaman ketersediaan ini harus menjadi
perhatian karena komoditas pangan tersebut merupakan sumber protein,
dan energi. Kekurangan penyediaan akan berkolerasi positif dengan
kekurangan asupan pangan (konsumsi pangan).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komposisi keragaman
ketersediaan pangan di Provinsi Riau telah memenuhi sebesar 86,50 persen
dari Pola Pangan Harapan ideal (100 persen), secara kuantitas ketersediaan
bahan pangan sumber energi tahun 2018 telah memenuhi, baik untuk
dikonsumsi maupun dari sisi standar nasional, namun secara kualitas masih
belum sepenuhnya memenuhi keseimbangan zat gizi seperti yang
diharapkan.
Potensi sumberdaya di Provinsi Riau apabila dimanfaatkan secara optimal,
dapat mewujudkan pemantapan ketahanan pangan yang dicirikan dengan
setiap warga mengkonsumsi pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, gizi,
aman, beragam dan terjangkau. Untuk itu, pengembangan konsumsi pangan
dilakukan dengan berbasis pada keanekaragaman baik sumber bahan
pangan maupun kelembagaan dan budaya lokal perlu ditingkatkan.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 25
Tabel 7. Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat
Ketersediaan Berdasarkan NBM Provinsi Riau (ATAP 2018).
Kelompok Bahan Energi Skor Skor
No. % AKE Bobot Skor riil Ket
Makanan (kalori) PPH Maks
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 27
Tabel 8. Ketersediaan Zat Gizi Per Kapita Untuk Kelompok Padi-
padian.
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
No. Komoditas Kalori Protein Lemak
(Kkal/hari) (Gram/hari) (Gram/hari)
1
Gabah/Beras 1.160 27,17 4,65
2
Jagung 40 1,05 0,49
3
Jagung Basah 0,10 0,00 0,00
4
Tepung Gandum 126 3,40 0,38
Jumlah 1.327 31,62 5,52
Sumber : NBM Provinsi Riau
Kelompok makanan berpati terdiri dari komoditi ubi kayu, ubi jalar
dan sagu, makanan berpati meyumbangkan energi perkapita
sebesar 152 kkal/kapita/hari, tersedia 0,48 gram/kapita/hari protein,
tersedia 0,31 gram/kapita/hari lemak. Kontribusi makanan berpati
terhadap total energy adalah 4,78 persen, kontribusi terhadap total
energi pangan nabati adalah 5,13 persen. Pangsa komoditas ubi
jalar terhadap total penyediaan energi kelompok makanan berpati 5
kkal/kapita/hari (3,20 persen), tersedia 0,05 gram/kapita/hari protein,
dan tersedia 0,14 lemak gram/kapita/hari, yang berasal dari produksi
dalam daerah 3.738 ton dan impor sejumlah 10.325 ton.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 28
Tepung sagu menyumbangkan energy 112 kkal/kapita/hari (73,68
persen dari sumbangan kelompok makanan berpati), tersedia protein
0,20 gram/kapita/hari, tersedia lemak 0,1 gram/kapita/hari, berasal
dari produksi dalam daerah 324.963 ton tepung sagu.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 29
Tabel 9. Ketersediaan Zat Gizi Per Kapita Untuk Kelompok Makanan
Berpati.
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
No. Komoditas Kalori Protein Lemak
(Kkal/hari) (Gram/hari) (Gram/hari)
1 Ubi Jalar 5 0,05 0,14
2 Ubi Kayu 35 0,23 0,07
3 Sagu 112 0,20 0,1
Jumlah 152 0,48 0,31
Sumber : NBM Provinsi Riau.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 30
sebagai bumbu masak karena memiliki aroma dan rasa yang khas
karamel palm. Disamping itu, gula kelapa juga digunakan untuk
pemanis minuman, bahan pembuat kecap, bahan pembuat dodol,
dan pembuat kue serta bahan penambah cita rasa pada makanan.
Selain gula kelapa dalam setengah tempurung kelapa dan bulat
silindris, adapula dalam bentuk gula semut. Istilah gula merah
biasanya disosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira
yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palm,
seperti kelapa, aren, dan siwalan.
Tabel 10. Ketersediaan Zat Gizi Per Kapita Untuk Kelompok Gula
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
No. Komoditas Kalori Protein Lemak
(Kkal/hari) (Gram/hari) (Gram/hari)
1 Gula Pasir 113 0,00 0,00
2 Gula Mangkok 9 0,07 0,34
Jumlah 122 0,07 0,24
Sumber : NBM Provinsi Riau.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 31
kkal/kapita/hari, tersedia protein 4,00 gram/kapita/hari, tersedia
lemak 6,77 gram/kapita/hari, berasal dari produksi lokal 2856 ton.
Kacang hijau menyumbangkan energi sebesar 31 kkal/kapita/hari,
tersedia protein 1,83 gram/kapita/hari protein, tersedia lemak 0,16
gram/kapita/hari, berasal dari produksi lokal 448 ton. Kelapa
menyumbangkan energi sebesar 57 kkal/kapita/hari, tersedia protein
0,54 gram/kapita/hari, tersedia lemak 5,52 gram/kapita/hari, kelapa di
produksi dari produksi lokal sebanyak 392.701 ton kelapa bulat.
Kelapa diolah daging buahnya untuk dimakan langsung, diolah
menjadi santan kemasan dan diolah menjadi kopra. Kabupaten
penghasil kelapa yang paling dominan adalah kabupaten Indragiri
Hilir, di kabupaten ini sudah ada perusahaan yang mengolah kelapa
menjadi santan kemasan.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 32
Tabel 11. Ketersediaan Zat Gizi Per Kapita Untuk Kelompok Buah
Biji Berminyak.
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
No. Komoditas Kalori Protein Lemak
(Kkal/hari) (Gram/hari) (Gram/hari)
1 Kacang Tanah 72 4,00 6,77
2 Kedelai 124 13,18 5,45
3 Kacang Hijau 31 1,83 0,16
4 Kelapa 57 0,54 5,52
Jumlah 283 19,56 17,9
Sumber : NBM Provinsi Riau
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 33
Sedangkan duku dari Indragiri Hilir dan Jambi juga didistribusikan ke
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh dan Kepulauan Riau. Buah-
buahan yang umumnya didatangkan dari Provinsi Sumatera Utara
adalah komoditi Jeruk, Pisang, Markisa, Melon, sedangkan komoditi
buah yang berasal dari Sumatera Barat seperti Alpokat, Pisang,
Markisa, Semangka dan Durian. Komoditi yang sedang digalakkan
penanamannya di wilayah Riau adalah manggis, durian dan sirsak,
komoditas ini merupakan komoditi utama dalam gerakan menanam
buah.
Tabel 12. Ketersediaan Zat Gizi/Kapita untuk Kelompok Buah
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
No. Komoditas Kalori Protein Lemak
(Kkal/hari) (Gram/hari) (Gram/hari)
1 Alpokat 1 0,01 0,06
2 Jeruk 5 0,09 0,03
3 Duku 4 0,06 0,01
4 Durian 2 0,04 0,04
5 Jambu 2 0,03 0,01
6 Mangga 4 0,04 0,02
7 Nenas 2 0,03 0,01
8 Pepaya 2 0,02 0,00
9 Pisang 14 0,16 0,05
10 Rambutan 1 0,01 0,02
11 Salak 15 0,05 0,02
12 Sawo 2 0,02 0,06
13 Semangka 0 0,01 0,00
14 Belimbing 0 0,00 0,00
15 Manggis 1 0,01 0,01
16 Nangka 1 0,01 0,00
17 Markisa 0 0,00 0,00
18 Sirsak 0 0,00 0,00
19 Sukun 1 0,01 0,00
20 Lainnya 2 0,03 0,05
Jumlah 59 0,63 0,39
Sumber : NBM Provinsi Riau.
4.2.6. Kelompok Sayur-sayuran
Ketersediaan energi kelompok sayur-sayuran perkapita adalah 58
kkal/kapita/hari, tersedia protein 2,92 gram/kapita/hari, tersedia
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 34
lemak 0,57 gram/kapita/hari. Ketersediaan kelompok sayur-sayuran
terhadap ketersediaan energi total adalah 1,82 persen terhadap total
energi kelompok nabati adalah 1,96 persen. Ketersediaan pangan
kelompok sayur-sayuran yang berasal dari produksi cabe 30.015 ton,
ketimun 72.631 ton, terong 14.154 ton, kacang panjang 12.082 ton,
kangkung 13.833, bayam 11.182 ton, labu siam 87 ton, buncis 160
ton, tomat 240 ton.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 35
Tabel 13. Ketersediaan Zat Gizi Per Kapita Untuk Kelompok Sayur-
sayuran.
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
No. Komoditas Kalori Protein Lemak
(Kkal/hari) (Gram/hari) (Gram/hari)
1 Bawang Merah 7 0,26 0,06
2 Ketimun 1 0,05 0,02
3 Kacang Panjang 1 0,10 0,02
4 Kentang 8 0,28 0,03
5 Kubis 1 0,08 0,01
6 Tomat 3 0,15 0,05
7 Wortel 5 0,13 0,08
8 Cabe 6 0,19 0,07
9 Terong 5 0,19 0,07
10 Petsai/Sawi 0 0,03 0,01
11 Kangkung 1 0,17 0,04
12 Lobak 1 0,03 0,00
13 Labu Siam 1 0,02 0,00
14 Buncis 1 0,08 0,01
15 Bayam 1 0,06 0,03
16 Bawang Daun 1 0,05 0,02
17 Bawang Putih 4 0,20 0,01
18 Jamur 4 0,49 0,04
19 Melinjo 1 0,08 0,01
20 Petai 1 0,04 0,01
21 Jengkol 6 0,25 0
Jumlah 58 2,92 0,57
Sumber NBM Provinsi Riau
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 36
gram/kapita/hari. Ketersediaan energi daging kerbau 1
kkal/kapita/hari, ketersediaan protein 0,30 gram/kapita/hari,
ketersediaan lemak rendah (0,01). Ketersediaan energi daging
kambing 1 kkal/kapita/hari, ketersediaan protein 0,05
gram/kapita/hari, ketersediaan lemak 0,03 gram/kapita/hari.
Ketersediaan energi daging domba adalah 0 kkal/kapita/hari,
ketersediaan protein 0.00 gram/kapita/hari, ketersediaan lemak 0,00
gram/kapita/hari. Ketersedian energi daging babi 2 kkal/kapita/hari,
ketesediaan protein 0,7 gram/kapita/hari, ketersediaan lemak 0,96
gram/kapita/hari. Ketersediaan pangan kelompok daging ruminansia
berasal dari produksi lokal adalah 12.512 ton dan impor dari daerah
tetangga sebesar 7.843 ton.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 37
Tabel 14. Ketersediaan Zat Gizi Per Kapita Untuk Kelompok Daging
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
No. Komoditas Kalori Protein Lemak
(Kkal/hari) (Gram/hari) (Gram/hari)
1
Daging Sapi 12 1,09 0,82
2
Daging Kerbau 1 0,30 0,01
3
Daging Kambing 1 0,05 0,03
4
Daging Domba 0 0,00 0,00
5
Daging Babi 2 0,06 0,19
6
Daging Ayam Buras 12 0,7 0,96
7
Daging Ayam Ras 70 4,22 5,8
8
Daging Itik 0 0,01 0,02
9
Jeroan Semua Jenis 5 0,58 0,24
Jumlah 103 7,03 8,06
Sumber : NBM Provinsi Riau.
4.2.8. Kelompok Telur
Ketersediaan energi kelompok telur perkapita adalah 41
kkal/kapita/hari, protein 3,08 gram/kapita/hari, lemak 2,97
gram/kapita/hari. Jumlah energy kelompok telur terhadap
ketersediaan energi total adalah 1,29 persen, terhadap total energi
kelompok hewani adalah 18,39 persen, jumlah Ketersediaan protein
3,94 persen dari total ketersediaan energi protein dan 13,46 persen
dari total ketersedian protein hewani. Ketersediaan pangan kelompok
telur yang berasal dari produksi lokal telur ayam ras berjumlah 2.509
ton, telur ayam buras 14.855 ton, telur itik 1.862 ton, impor telur
ayam ras 55.682 ton, ayam buras 6.324ton, itik 7.645 ton.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 38
Utara dan Sumatera Barat, telur Sumatera Utara umurnya lebih tua
diabandingkan telur dari Sumatera Barat, sehingga daya simpan telur
Sumatera Barat lebih panjang dari telur Sumatera Utara, sasaran
pedagang juga terdapat perbedaan, telur Sumatera Barat
sasarannya rumah tangga sedangkan telur dari Sumatera Utara
adalah industri kue dan makanan. Potensi pengembangan
peternakan telur di Provinsi Riau kurang menjanjikan karena
produksi telur belum ada perusahaan intinya di daerah Riau,
sehingga untuk peluang membuat plasma menjadi kurang
menjanjikan, suhu udara Riau juga terlalu panas untuk ayam petelur,
sedangkan bahan baku makanan kurang tersedia, karena makanan
ayam petelur itu kandungannya banyak mengandung karbohidrat
dan protein dari jagung.
Tabel 15. Ketersediaan Zat Gizi Per Kapita Untuk Kelompok Telur
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
No. Komoditas Kalori Protein Lemak
(Kkal/hari) (Gram/hari) (Gram/hari)
1 Telur Ayam Buras 8 0,49 0,58
2 Telur Ayam Ras 28 2,28 1,98
3 Telur Itik 5 0,31 0,41
Jumlah 41 3,08 2,97
Sumber : NBM Provinsi Riau.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 39
Ketersediaan susu dalam bentuk susu bubuk dan susu cair dari
berbagai merk dagang lebih didominasi oleh ketersediaan susu untuk
anak-anak dibandingkan susu untuk manusia dewasa, hal ini
mengambarkan kalau kesadaran orang tua untuk menyiapkan
perkembangan otak dan pertumbuhan anak dengan menambah
asupan gizi anak balita dengan mengkonsumsi susu, karena susu
merupakan asupan yang sangat penting dalam meningkatkan daya
tumbuh dan kembang anak
Tabel 16. Ketersediaan Zat Gizi Per Kapita Untuk Kelompok Susu.
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
No. Komoditas Kalori Protein Lemak
(Kkal/hari) (Gram/hari) (Gram/hari)
1 Susu Sapi 0 0,00 0,00
2 Susu Impor 13 0,70 0,77
Jumlah 13 0,70 0,77
Sumber : NBM Provinsi Riau.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 40
lele (20.573 ton), patin (37.989 ton), nila (24.862 ton), gurami (2.156
ton), udang (2.699 ton), rajungan dan kepiting (5 ton), kekerangan
(8.531 ton), dan lain-lainnya (142.800 ton). Jika dilihat per jenis ikan
sangat banyak sekali sehingga dalam perhitungan lebih ditonjolkan
jenis ikan yang memiliki nilai produksi tinggi.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 41
4.2.11. Kelompok Minyak dan Lemak
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 42
Tabel 18. Ketersediaan Zat Gizi Per Kapita Untuk Kelompok Minyak
dan Lemak.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 43
komoditas ini harus didatangkan dari luar provinsi, begitu juga pada
komoditas bahan pangan yang produksinya rendah.
Produksi beras tahun 2018 sebesar 236.945 ton dan tahun 2017 sebesar
216.067 ton atau naik sebesar 20.878 ton (8,81 persen). Hal ini
mengindikasikan salah satunya dipengaruhi oleh penanaman beberapa kali
dalam 1 tahun (IP 100 – IP 200). Dengan pertumbuhan penduduk selama
lima tahun ini (2014 – 2018) sebesar 1,95 persen maka ketersediaan beras
menurun, sehingga impor beras diperkirakan untuk tahun 2018 sebesar
591.253 ton. Kondisi ini menunjukan bahwa masih tingginya tingkat
ketergantungan bahan pangan pokok (beras) dari luar provinsi lain. Dengan
demikian apabila kondisi ini tidak dikelola dengan baik maka akan
berpengaruh terhadap ketersediaan bahan pangan dan dapat menyebabkan
terjadinya kondisi rentan terhadap kerawanan pangan.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 44
Tabel 19. Ketersediaan Pangan Strategis Tahun 2017 dan 2018.
Ketersediaan Bahan Produksi - Ketersediaan Produksi terhadap
Produksi (ton)
No. Komoditas Makanan (ton) (ton) Ketersediaan (%)
2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018
1 Beras 216.067 236.945 786.148 796.859 (570.081) (559.914) 27,48 29,73
2 Jagung 30.768 59.296 10.214 34.937 20.554 24.359 301,23 169,72
3 Kedelai 1.119 21.283 75.844 81.160 (74.725) (59.877) 1,48 26,22
4 Kacang Tanah 798 2.856 21.282 39.362 (20.484) (36.506) 3,75 7,26
5 Kacang Hijau 448 448 12.490 22.512 (12.042) (22.064) 3,59 1,99
6 Ubi Jalar 4.802 3.738 7.991 12.376 (3.189) (8.638) 60,09 30,20
7 Ubi Kayu 124.509 92.366 119.580 88.552 4.929 3.814 104,12 104,31
8 Sagu 228.449 324.963 68.041 82.269 160.408 242.694 335,75 395,00
9 Gula Pasir - - 74.746 77.345 (74.746) (77.345) - -
10 Buah-buahan 258.053 369.859 466.492 509.667 (208.439) (139.808) 55,32 72,57
Sayur-sayuran :
Cabe 26.715 30.015 79.531 63.830 (52.816) (33.815) 33,59 47,02
Bawang Merah 170 187 56.429 53.642 (56.259) (53.455) 0,30 0,35
11 Daging :
Daging Sapi 7.700 9.793 13.287 14.483 (5.587) (4.690) 57,95 67,62
Daging Ayam 59.161 62.933 108.111 116.065 (48.950) (53.132) 54,72 54,22
12 Telur 6.236 19.226 76.937 79.916 (70.701) (60.690) 8,11 24,06
13 Ikan 239.539 259.071 313.221 309.372 (73.682) (50.301) 76,48 83,74
Sumber : NBM Provinsi Riau (diolah).
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 45
BAB V
ANALISIS POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 46
Sementara itu, skor PPH Ketersediaan Tahun 2019 (Angka Sementara),
capaian skor untuk kelompok pangan hewani dan kelompok pangan sayuran
dan buah masih belum mencapai angka yang direkomendasikan yaitu skor
18,97 dan 22,62 dari skor 24 daan 30. Tidak tercapainya skor kelompok pangan
hewani dan kelompok sayuran dan buah sebagai akibat ketersediaan energi
masih rendah karena produksi kedua kelompok pangan ini belum bisa
memenuhi kebutuhan penduduk sehingga harus dipasok dari luar wilayah
Provinsi Riau.
Tabel 20. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Riau Tahun
2017-2019*.
Kelompok Bahan 2017 2018 2019*
No.
Makanan Energi Skor PPH Energi Skor PPH Energi Skor PPH
1. Padi-padian 1.322 25,00 1.327 25,00 1.369 25,00
2. Umbi-umbian 155 2,50 160 2,50 164 2,50
3. Pangan Hewani 211 17,59 214 17,81 228 18,97
4. Minyak dan Lemak 1.021 5,00 965 5,00 942 5,00
5. Buah/biji berminyak 58 1,00 57 1,00 56 1,00
6. Kacang-kacangan 176 10,00 226 10,00 200 10,00
7. Gula 119 2,48 122 2,55 117 2,43
8. Sayuran dan buah 107 22,23 109 22,64 109 22,62
9. Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Jumlah 3.168 85,80 3.180 86,50 3.185 87,52
Sumber : NBM Provinsi Riau
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 47
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Ketersediaan energy, protein dan lemak wilayah Provinsi Riau Tahun 2018
masing-masing sebesar 3.180 kkal/kapita/hari, 78,19 gram/kapita/hari,
89,52 gram/kapita/hari. Melihat Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
(WNPG) X Tahun 2012, Angka Kecukupan Energi (AKE) sebesar 2.400
Kkal/kapita/hari, maka ketersediaan energi di wilayah Provinsi Riau sudah
melampaui 780 Kkal/kapita/hari (32,5 persen). Sedangkan ketersediaan
protein berdasarkan WNPG X tahun 2012 sebesar 63 gram/kapita/hari,
untuk tingkat ketersediaan protein di wilayah Provinsi Riau sudah
melampaui 15,19 gram/kapita/hari (24,11 persen).
2. Kondisi keragaman pangan di wilayah Provinsi Riau pada tahun 2018
berdasarkan analisa skor PPH beberapa kelompok pangan yang termasuk
dalam klasifikasi surplus adalah padi-padian, umbi-umbian, minyak dan
lemak, buah biji berminyak, gula dan kacang-kacangan. Adapun yang
termasuk kualifikasi kurang adalah: pangan hewani, sayuran dan buah.
Untuk gula sudah diatas skor ideal dan perlu diupayakan agar tidak
melampaui skor idealnya.
3. Produksi beras pada tahun 2018 sejumlah 236.945 ton belum mampu
memenuhi kebutuhan penduduk Riau yang meningkat setiap tahunnya
(66,57 persen dari ketersediaan beras).
4. Ketersediaan beras di Provinsi Riau, sebagian besarnya berasal dari impor
atau pasokan dari luar provinsi seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Lampung, Sumatera Selatan dan lainnya.
5. Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan pada tahun 2018
mencapai skor 86,50 hal ini masih belum mencapai 100. Artinya,
penganekaragaman ketersediaan pangan masih perlu untuk ditingkatkan.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 48
6.2. Rekomendasi
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Riau Tahun 2019 (Atap 2018) Hal : 49