malas,
sombong,
suka
bermewah-mewah,
tamak
dan
dan
bermalas-malasan.
Jika
mereka
memerlukan
kain hanyut itu berada. Hingga pada akhirnya Bawang Putih tiba
di bagian sungai yang mengalir ke dalam gua. Ia sangat terkejut
ketika mengetahui ada seorang nenek tua yang tinggal di dalam
gua tersebut. Bawang Putih menanyai nenek tua itu mengenai
keberadaan kain Ibu Tirinya. Nenek tua itu mengetahui dimana
kain itu berada, akan tetapi ia mengajukan syarat bahwa Bawang
Putih harus membantu pekerjaan sang nenek tua. Karena telah
terbiasa
bekerja
menyanggupi
keras,
untuk
dengan
membantu
senang
sang
hati
nenek
Bawang
Putih
merapikan
dan
kepada
sang
nenek.
Sang
nenek
itu
kemudian
Bawang Merah tiba di gua tempat nenek itu tinggal. Tidak seperti
Bawang Putih, Bawang Merah yang malas menolak membantu
nenek itu. Ia bahkan dengan sombongnya memerintahkan nenek
tua itu untuk menyerahkan labu besar itu. Maka nenek tua itu
pun memberikan labu besar itu kepada Bawang Merah. Dengan
riang dan gembira Bawang Merah membawa pulang labu besar
pemberian nenek tua itu. Telah terbayang dalam benaknya
betapa banyak perhiasan, intan, dan permata yang akan ia miliki.
Sang Ibu Tiri pun dengan gembira menyambut kepulangan putri
kesayangannya itu. Tak sabar lagi mereka berdua memecahkan
labu besar itu. Akan tetapi apakah yang terjadi? Bukannya
perhiasan yang didapat, dari dalam labu itu keluar berbagai
macam ular dan hewan berbisa. Mereka berdua lari ketakutan.
Baik Ibu Tiri maupun Bawang Merah akhirnya menyadari sifat
buruk dan ketamakan mereka. Mereka menyesali bahwa selama
ini telah berbuat buruk kepada Bawang Putih dan memohon maaf
pada Bawang Putih. Bawang Putih yang baik hati pun memaafkan
mereka berdua.