Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ketut Alit Arta Wijaya

Kelas : IV a

Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih

Alkisah pada zaman dahulu, Bawang Putih hanya memiliki sorang ayah karena ibunya telah meninggal. Karena
selalu bepergian, ayah Bawang Putih merasa kasihan hingga akhirnya kembali menikah agar Bawang Putih
memiliki teman saat berada di rumah.
Bawang Merah adalah saudara tiri yang memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda. Bawang Putih adalah
anak yang rajin, baik hati, jujur, dan rendah hati. Sementara itu, Bawang Merah merupakan anak yang malas,
hidup glamor, selalu membanggakan dan mudah iri pada orang lain.
Kepribadian Bawang Merah yang buruk bertambah karena ibunya yang selalu memanjakannya. Ibunya selalu
memberinya semua yang dia inginkan. Sedangkan Bawang Putih tidak dianggap sama sekali, bahkan selalu
melakukan semua pekerjaan di rumah.
Mulai dari mencuci, memasak, hingga membersihkan rumah, dan semua pekerjaan dilakukan sendiri.
Sementara itu, Bawang Merah dan ibunya hanya menghabiskan waktu untuk diri mereka sendiri. Namun saat
membutuhkan sesuatu, mereka dengan mudahnya meminta bantuan Bawang Putih.
Meski begitu, Bawang Putih tidak pernah mengeluh akan nasib yang harus dia hadapi. Dia selalu melayani ibu
tiri dan saudara perempuannya dengan gembira. Dia pun selalu bahagia menunggu ayahnya pulang dari
pekerjaannya.

Suatu hari, Bawang Putih sedang mencuci baju ibu dan saudara perempuannya di sungai. Bawang Putih tidak
menyadarinya ketika sepotong kain milik ibunya hanyut oleh sungai. Betapa sedihnya dia, berpikir bahwa jika
kain itu tidak dapat ditemukan, dia akan disalahkan.
Bukan hanya itu, dia berpikir pasti dirinya akan dihukum dan diusir dari rumah. Karena takut kain ibunya tidak
bisa ditemukan, Bawang Putih terus mencari dan berjalan di sepanjang sungai. Dia mengangkat semua batu dan
ranting, serta berharap kain tersebut mengait di sana.
Setiap kali dia melihat seseorang di tepi sungai, dia selalu bertanya tentang pakaian ibunya yang hanyut oleh
sungai, tetapi semua orang tidak tahu di mana kain itu. Akhirnya Bawang Putih datang ke suatu tempat di mana
sungai mengalir ke sebuah gua.
Anehnya, ada seorang perempuan yang sangat tua di dalam gua. Bawang Putih bertanya pada perempuan tua
itu jika dia tahu keberadaan kain milik ibunya. Perempuan itu tahu di mana kain itu, tetapi dia memberi syarat
sebelum menyerahkannya ke Bawang Putih.
Syaratnya adalah dia harus bekerja membantu perempuan tua itu. Bawang Putih yang terbiasa bekerja keras
dapat memenuhi permintaan tersebut. Setelah sore, Bawang Putih menyelesaikan tugasnya dan mengucapkan
selamat tinggal kepada perempuan tua itu.
Perempuan itu menyerahkan kain itu padanya. Karena kebaikannya, perempuan tua itu menawarkannya hadiah
berupa labu, yang kecil dan besar. Karena Bawang Putih tidak serakah, maka dia memilih labu yang berukuran
lebih kecil.
Setelah itu Bawang Putih kembali ke rumah. Ibu tirinya dan Bawang Merah sangat marah karena Bawang Putih
datang terlambat. Dia pun menceritakan apa yang terjadi. Ibu tirinya masih marah karena Bawang Putih
terlambat dan hanya membawa satu labu kecil, jadi ibunya membanting labu itu ke tanah.
“Prakk!” kemudian labunya pecah. Semua orang kaget dengan suaranya, tapi lebih kaget lagi saat melihat apa
yang keluar dari labu tersebut. Bukan potongan buah labu yang berserakan, tapi ada perhiasan emas yang indah
dan berkilauan di dalamnya.
Ibu tirinya dan Bawang Merah sangat terkejut tapi juga senang. Seketika, mereka merebut labu dan perhiasan
tersebut dari Bawang Putih. Mereka berpikir kalau mereka sangat kaya karena melihat perhiasan yang begitu
banyak tersebut.
Tapi karena keserakahannya, mereka malah berteriak pada Bawang Putih dan membentak kenapa Bawang
Putih tidak mengambil labu yang lebih besar. Dalam pikiran Bawang Merah dan Ibunya, jika labu yang lebih
besar diambil, mereka pasti mendapatkan lebih banyak lagi perhiasan.
Setelah mengetahui cerita tentang bagaimana Bawang Putih mendapatkan labu tersebut, Bawang Merah
mengikuti langkah-langkahnya. Dia rela menghanyutkan kain ibunya, berjalan di sepanjang sungai, bertanya
pada orang-orang dan akhirnya datang ke gua tempat perempuan tua itu tinggal.
Namun, tidak seperti Bawang Putih yang menuruti permintaan perempuan tua itu, Bawang Merah menolak
perintah untuk bekerja dan ia bahkan dengan arogan memerintahkan perempuan tua itu untuk memberinya labu
yang lebih besar saat itu juga.
Meski begitu, perempuan tua itu memenuhi permintaan Bawang Merah memberikan labu yang besar untuk
Bawang Merah. Dengan senang hati, Bawang Merah membawa labu yang diberikan oleh perempuan tua itu,
sambil membayangkan berapa banyak perhiasan yang akan ia dapatkan.
Sekembalinya ke rumah, sang Ibu menyambut putri kesayangannya. Tidak lama setelah itu, labunya
dihancurkan ke tanah, tetapi alih-alih perhiasan, berbagai ular berbisa yang menakutkan keluar dari dalam labu
tersebut.

Keduanya kaget bukan kepalang. Dan melihat hal tersebut, Bawang Merah dan Ibunya akhirnya menyadari apa
yang telah mereka lakukan selama ini adalah salah dan meminta Bawang Putih untuk memaafkan mereka.

Anda mungkin juga menyukai