Batang Sagu 1
ton
680 kg bubur
sagu tersaring -air sisa endapan
-gentong besar 230 L
-tenaga kerja Pengendapan -bubur sagu
terendap 180 kg
A
B
500 kg bubur
sagu
-wadah
pengering -uap air 8 %
-tenaga kerja Pengeringan
-sagu tertiup
angin 10 kg
450 kg sagu
kering
-mesin penggiling
-tenaga kerja -emisi solar 100 %
Penggilingan
-solar -ceceran sagu 48 kg
Upaya pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi IKM Tepung
Sagu dilakukan dengan mengolah limbah cair dalam suatu Instalasi Pengolahan
AirLimbah yang disebut IPAL.
Industri pengolahan sagu yang terdapat di wilayah Lampung ini umumnya
berkapasitas antara 300-400 kg tepung sagu kering setiap harinya. Untuk mend
apatkan tepung tersebut dibutuhkan air sebanyak 41.943,5 liter. Sebanyak
14.335,9 liter air terbuang yang merupakan air buangan sisa pengolahan sagu, dan
sebanyak 0.420,9 liter air terbawa bersama ampas dan terbawa bersama pati
sebanyak 24.543,6 liter.
PH 0,00 – 4,20 -
Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau
jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan
dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan. Acuan yang
digunakan dalam mengelola air limbah industri Tepung sagu adalah Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah. Suatu instalasi pengolahan air limbah yang dirancang harus memenuhi angka
mutu berdasarkan masing-masing parameter yang telah diatur dalam lampiran V hal 24
mengenai Baku mutu air limbah bagi usaha atau kegiatan industri tapioka.
a. Bar Screen
Merupakan unit pengolahan pendahuluan (fisik). Bar screen digunakan
untuk menyisihkan padatan kasar yang terdapat pada limbah cair seperti
kayu, rantig atau bahan padatan besar/ kasar lainnya.Manfaat utama alat ni
adalah untuk memelihara peralatan pompa dan juga menjaga penumpukan
pada katup dan sarana lainnya.
Dimensi Bak
Tebal dinding : 20 cm
Perhitungan:
V =Pxlxh
5,26 m3 = P x l x 1,7m ; asumsi lebar = 3 m
5,26 m3 = P x 3m x 1,7m
P =
P = 1,03 m
0,3 m
1,03 m
Efisiensi Bak
Efiensi TSS = 15 %
Efisiensi TSS yang keluar = 85 %
= 686,8 mg/L
c. Bak Koagulasi-Flokulasi
Proses koagulasi – flokulasi merupakan salah satu cara pengolahan limbah
cair untuk menghilangkan partikel-partikel yang terdapat didalamnya.
Koagulasi diartikan sebagai proses kimia fisik dari pencampuran bahan
koagulan ke dalam aliran limbah dan selanjutnya diaduk cepat dalam bentuk
larutan tercampur. Flokulasi adalah proses pembentukan flok pada
pengadukan lambat untuk meningkatkan saling hubung antar partikel yang
goyah sehingga meningkatkan penyatuannya (aglomerasi). Pada bak ini
digunakan PAC sebagai koagulan dalam rangka penyisihan padatan
tersuspensi penyebab kekeruhan.
= 0,66 m3
Dimensi Bak
Bentuk bak : Silinder
Asumsi : Kedalaman = 1,2 m
Tinggi ruang bebas = 0,3 m
Perhitungan :
V = Volume silinder
V =
0,66 m3 = 3,14 1,7m
0,66 m3 = 5,338m.
r2 = 0,12 m2
r = 0,35 m
0,3 m
1,2 m
r= 0,35 m
Efisiensi Bak
a. BOD
Efisiesi BOD hilang = 5%
Efisiensi BOD keluar = 95%
BOD keluar = 95% x 582,2 mg/L
= 553,09 mg/L
b. COD
Efisiesi COD hilang = 5%
Efisiensi COD keluar = 95%
COD keluar = 95% x 5750mg/L
= 5462,50 mg/L
c. TSS
Efisiesi TSS hilang = 95,2%
Efisiensi TSS keluar = 4,8%
TSS keluar = 4,8% x 686,8 mg/L
= 32,96 mg/L
d. Bak Aerasi
Air limpasan dari bak sedimentasi dialirkan ke bak aerasi sebagai
pengolahan utama. Di dalam bak aerasi ini air limbah disuplai dengan udara
sehingga mikroorganisme yang ada didalam lumpur aktif akan menguraikan
zat organik yang ada dalam air limbah. Energi yang didapatkan dari hasil
penguraian zat organik tersebut digunakan oleh mikrorganisme untuk proses
pertumbuhannya. Dengan demikian didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh
dan berkembang biomasa dalam jumlah yang besar. Biomasa atau
mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada di
dalam air limbah.
= 3,29 m3
Dimensi Bak
Bentuk bak : Silinder
Asumsi : Kedalaman = 1,7 m
Tinggi ruang bebas = 0,3 m gambar bak aerasi
V = V silinder
V =
3,29 m3 = 3,14 1,7m 0,3 m
3
3,29 m = 5,338m.
1,7 m
r= 0,79 m
=
r2 = 0,62 m2
r = 0,79 m
Efisiensi Bak
a. BOD
Efisiesi BOD hilang = 96,3%
Efisiensi BOD keluar = 3,7%
BOD keluar = 3,7% x 553,09 mg/L
= 20,46 mg/L
b. COD
Efisiensi COD hilang = 97,92%
Efisiensi COD keluar = 2,08%
COD keluar = 2,08% x 5462,50 mg/L
= 113,62 mg/L
c. TSS
Efisiensi TSS hilang = 99,27%
Efisiensi TSS keluar = 0,73%
TSS keluar = 0,73% x 32,96 mg/L
= 0,24 mg/L
e. Bak Pemantauan
Tujuan bak pemantauan adalah untuk memastikan bahwa efisiensi
pengolahan air limbah berjalan dengan optimal dan menghasilkan limbah
yang sesuai dengan baku mutu sehingga limbah yang telah diolah dapat
dialirkan ke sungai. Bak pemantauan juga digunakan menyesuaikan suhu air
buangan dengan suhu lingkungan. Bak pemantauan dapat diisi dengan biota
perairan seperti ikan mas yang dgunakan sebagai indikator apakah
pengolahan telah sesuai.
= 2,63 m3
Dimensi Bak
P = 0,52 m
0,3 m
1,7 m
3m
2.4.1 Hasil pengolahan air limbah Sagu yang disandingkan dengan baku mutu
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada pengolahan limbah air sagu, untuk kapasitas limbah 14,36 m3 dengan
karakteristik Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) 5750 mg/liter, Kebutuhan
Oksigen Biokimia (BOD) 582,2 mg/liter dan padatan tersuspensi 808,0 mg/liter,
dibutuhkan treatment kusus dan desain bangunan unit IPAL untuk menurunkan
karakteristik limbah tersebut agar sesuai baku mutu permen LH Nomor 5 Tahun
2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah.
Pada bak Equalisasi diperoleh efisiensi TSS yang keluar sebesar 686,8 mg/L,
kadar ini belum sesuai baku mutu maka perlu pengolahan pada Bak Koagulasi-
Flokulasi yang efektif menurunkan kadar TTS menjadi 32,96 mg/L (Dibawah
Baku mutu), Penurunan COD sebesar 5462,50 mg/L, Penurunan BOD sebesar
553,09 mg/L. Kadar COD dan BOD masih melewati baku mutu. Bak aerasi
efektif menurunkan kadar COD hingga 113,62 mg/L dan BOD 20,46 mg/L.
3.3 Saran