Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

TRADISI BEGIBUNG

OLEH KELOMPOK 5

1. Ageng Mirahayu Sugiartha


2. Deva Zulisna Usmayantari
3. Hijratun Islamiah
4. M. Azhari
5. Nofriyani Rizkia Damasinta
6. Nurunniswati
7. Utami Rizka Mulyasari
8. Zaetun

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

DIII KEPERAWATAN MATARAM

TINGKAT IIA/SEMESTER III

2019

1
Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai “Tradisi Begibung” ini dengan lancar. Penulisan
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh dosen mata
kuliah Antropologi Kesehatan serta agar menambah ilmu pengetahuan tentang
menggunakan alat pelindung diri.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data data yang kami peroleh dari
media massa. Kami harapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Mataram, 26 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman sampul……………………………………………………………1

Kata Pengantar…………………………………………………………….. 2

Daftar Isi…………………………………………………………………… 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………... 4


B. Rumusan Masalah ……………………...………..…….…….... 4
C. Tujuan ………………………...…………..…………………... 5

BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi Begibung ………………………………..………… 6


B. Makna dalam Tradisi Begibung…. ………………………… 7
C. Dampak Begibung bagi Kesehatan. ………………………… 9

BAB III

PEMBAHASAN

A. Saran dari Kelompok…………………………………………12

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………16

B. Saran……….…………………………………………………..16

Daftar Pustaka…………………………………..………………………….17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia terkenal akan kekayaan budayanya, yang mencakup sekitar
300 suku bangsa dengan bahasa, dialek, adat-istiadat, dan tradisi yang
berbeda-beda. Keberagaman ini merupakan karakter unik yang patut kita
lestarikan, mengingat tidak semua negara cukup beruntung untuk memiliki
budaya yang kaya seperti Indonesia.
Generasi muda harus bisa menjaga dan mempertahankan budaya yang
kita miliki. Apalagi di era modern ini sudah mulai masuknya budaya-budaya
dari luar yang tentunya sangat mengkhwatirkan kita. Jika generasi muda tidak
bisa menyaring budaya-budaya luar tersebut akan berdampak besar terutama
terhadap perkembangan kepribadian generasi muda sebagai penerus bangsa.
Berbicara mengenai budaya dan kearifan lokal suatu daerah tentunya
berbeda-beda. Hal ini menggambarkan betapa banyaknya keragaman budaya
dan adat istiadat di negara kita. Di daerah Lombok terdapat budaya yang
sampai sekarang masih di pertahankan. Budaya tersebut adalah “Begibung”.
Tradisi “Begibung” adalah sebuah trasdisi makan bersama bagi masyarakat
Sasak, Pulau Lombok. Begibung ini biasanya dilakukan pada acara
Rowah/begawe.
Budaya begibung mendapat apresiasi dari berbagai pihak, namun tetap
memiliki sisi tidak bak, terutama dalam hal kesehatan. Beberapa pakar
kesehatan berpendapat bahwa makan dalam satu wadah seperti begibung
dapat memudahkan penyebaran kuman dan bakteri.

B. Rumusan Masalah

4
1. Apakah definisi dari begibung?
2. Apa makna yang terkandung dalam tradisi begibung?
3. Apa dampak tradisi begibung bagi kesehatan?
C. Tujuan
1. Memahami definisi dari begibung.
2. Mengetahui makna yang terkandung dalam tradisi begibung.
3. Mengetahui dampak tradisi begibung bagi kesehatan.

5
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi Begibung
Begibung adalah salah satu bentuk tradisi dalam kehidupan
masyarakat sasak yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bentuk
tradisi yang merupakan warisan leluhur suku sasak ini berlangsung
kompilasi mereka makan bersama-sama dengan hanya menggunakan satu
wadah nampan. Penyajian makanan dalam Begibung menggunakan
nampan atau disebut juga "nare" dalam bahasa sasak, atau semacam
loyang dengan ukuran besar. Di atasnya ditaruh nasi dalam jumlah yang
cukup banyak. Lauk pauknya terdiri dari sayuran dan daging dengan
bumbu ala sasak yang banyak menggunakan santan kelapa. Sajian itu
disebut "Dulang". Penyajian lauk pauknya pun ada yang berbeda di
beberpa tempat. Ada yang disajikan dalam piring kemudian diletakkan
mengelilingi nasi yang tersaji dalam nampan. Adapula yang meletakkan
lauk pauknya langsung bersama dengan tumpukan nasi dalam nampan
atau nare tersebut. Dulang-dulang itu diletakkan secara berjajar
membentuk barisan dengan jumlah sebanyak tamu yang akan diundang.
Kemudian satu dulang akan dinikmati bersama 3 atau 4 orang. jika jumlah
tamu 100 orang maka akan terlihat 25 dulang berjajar rapi. sehingga
mereka bisa memilih makan bersama-sama dengan posisi jongkok atau
duduk bersila. Merekapun juga suka menggunakan tangan sendiri untuk
makan, tanpa menggunakan sendok dan garpu.
Setelah acara zikir dan doa selesai dibacakan, kemudian makanan yang
tersaji dalam dulang itu dimakan bersama. Itulah yang disebut Begibung.
Begibung sering kali dilakukan pada saat diadakannya acara di
Lombok seperti acara begawe merariq (pernikahan) , sunatan , roah ,

6
maupun acara lainnya . Kebiasaan atau adat istiadat ini masih lestari
karena memang dijaga dengan baik oleh masyarakat adat sasak pada
umumnya.
Pada saat hendak makan, orang yang lebih tua usianya terlebih dahulu
mencuci tangan dari bejana yang sudah disiapkan oleh yang punya gawe.
Kemudian setiap orang dibolehkan mencicipi hidangan dalam dulang.
Menariknya, makanan dalam dulang tak boleh dihabiskan, harus bersisa
untuk kemudian dibagi bersama dan dibawa pulang yang kemudian
disebut "Berkat".
Biasanya alat pembungkus berkat ini sudah disiapkan oleh yang punya
gawe yang diletakkan di dalam dulang. Bagi warga masyarakat desa dan
masih memiliki kebun pisang, biasanya alat pembungkusnya dari daun
pisang. Namun bagi warga yang tinggal di kota, daun pisang sudah bisa
diganti dengan kertas pembungkus makanan yang kemudian dimasukkan
ke dalam tas kresek.

B. Makna dalam Begibung


Para orang tua di tanah sasak menilai bahwa dalam begibung
terkandung nilai pendidikan. Nilai pendidikan ini dapat dilihat kompilasi
turun-temurun anak-anak diajar untuk selalu berada dalam kebersamaan.
Walupun makanan itu hanya sedikit, mereka harus ada kebersamaan dan
memilki sifat adil.
Adapun makna yang terkandung dalam tradisi begibung ini adalah
nilai kebersamaan dalam satu nampan. Lauk pauk tersebut isinya tidak
selalu sama antara tempat begibung yang satu dengan yang lainnya. Tetapi
umumnya lauk pauk yang disajikan yaitu menu-menu seperti urap, ares
(sayur khas Lombok yang terbuat dari daging batang pisang yang masih
muda), bebalung, sayur lebui, telur rebus dan masih banyak lagi. Satu
nampan tersebut biasanya untuk dinikmati oleh tiga maupun empat orang.

7
Tradisi begibung yang biasanya dilakukan saat ada acara begawe
identik dengan kegiatan masak memasak dalam jumlah besar di
belakangnya. Dan yang namanya masak besar-besaran biasanya ada saja
hasil masakan yang tidak sesuai dengan lidah. Entah itu kurang garam,
kurang matang atau yang lainnya.Akan tetapi biar bagaimanapun rasa
menu yang disajikan, itu dimakan bersama-sama dan dirasakan bersama.
Disitulah letak kebersamaannya .
Tradisi begibung sangat tergambar dalam prilaku keseharian orang
sasak. Mereka selalu menampakkan jiwa kebersamaan, seperti dalam
kegotong-royongan atau kekompakan dalam segala bentuk kegitan atau
kesulitan dalam menghadapi suatu kesulitan.
Jika kita membahas pandangan sosial, dalam begibung pun tentu saja
tersimpan nilai yang luhur. Nilai yang disetujui akan mempererat
hubungan persaudaraan antara keluarga, tetangga, atau dengan tamu jauh
yang datang mengunjungi pada acara adat yang dilengkapi dengan
perjamuan.
Kehadiran prilaku begibung pada masyarakat sasak di Lombok juga
mengajarkan kepada anak atau orang untuk tidak berlebihan dalam makan,
karena makan yang berlebihan tentu dapat juga mempengaruhi
ketidakestabilan kesehatan. Oleh karena itu, para orang tua dulu di tanah
sasak selalu meminta kepada anak cucuknya agar tidak boleh Raden
Medahar (cerita dongeng) yang selalu makan yang banyak dan serakah.
Jika kita membaca tentang kisah kehidupan tentang Nabi Ibrahim
semasa pergi, ia akan meminta makan mereka selalu mengundang orang-
orang untuk makan secara penuh. Bahkan mungkin dia sudah menunggu
untuk makan, dia pun harus menunggu orang-orang lewat untuk ikut
makan bersama. Dapat digarisbawahi sebagai begibung pun dianggap
sebagai ajaran Islam.

8
Menurut tuan guru-tuan guru yang ada di Lombok atau para kyai yang
begibung merupakan ajaran kebersamaan. Oleh karena itu, para tuan guru
atau kyai di Lombok melestarikan tradisi begibung pada anak cucunya,
atau pun pada santri di sebuah pondok pesantren.
Pada masyarakat moderen sekarang, terutama masyarakat perkotaan,
selain pola hidup yang dijalani semakin individualis, dalam hal adat
istiadat dan tradisi juga sudah hampir luntur dan dilupakan.

C. Dampak Begibung bagi Kesehatan


Pada saat begibung, baik secara langsung ataupun tidak aka ada kontak
atar setiap orangnya. Baik dari peralatan makan, ataupun saliva yang bias
saja terkontaminasi pada nasi di dalam nare. Berbagai jenis kuman, virus,
dan bakteri penyebab penyakit menular hidup dalam ludah (saliva). Entah
disadari atau tidak, ludah akan secara alami berpindah dari mulut ke alat-
alat makan yang bersentuhan langsung dengan mulut, misalnya sendok,
garpu, sumpit, dan bibir botol. Kuman, virus, dan bakteri yang terkandung
di dalam ludah bisa bertahan hidup selama berjam-jam bahkan setelah
terkontaminasi udara dan menyentuh alat-alat makan. Ketika Anda
menggunakan alat-alat makan secara bergantian dengan orang lain, Anda
berisiko terjangkit berbagai virus yang menempel pada alat makan
tersebut.

Berikut beberapa jenis penyakit menular yang bisa berpindah lewat alat
makan berikut ini karena risikonya bisa fatal.

1. Penyakit strep throat

Penyakit strep throat disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus


yang terjadi di tenggorokan. Biasanya anak-anak berusia 5-15 tahun
lebih rentan terserang penyakit ini, tapi tidak menutup kemungkinan

9
orang dalam rentang usia berapa pun terjangkit step throat. Penyakit
ini ditandai dengan sakit tenggorokan, demam, sakit perut, dan nyeri
pada sendi serta otot.

2. Penyakit gondongan

Gondongan atau mumps adalah penyakit yang ditularkan lewat virus


yang menyerang kelenjar parotid yang bertugas untuk memproduksi
air liur. Orang yang terserang penyakit ini akan mengalami
pembengkakan pada daerah pipi, rahang, dan leher yang disertai
dengan demam tinggi, otot-otot terasa kaku, dan kehilangan selera
makan. Biasanya gejala gondongan baru akan muncul 16 hingga 18
hari sejak infeksi terjadi. Jadi meskipun orang lain tampak sehat, Anda
tak akan tahu penyakit dan virus apa yang bersarang dalam tubuh
orang lain atau bahkan Anda sendiri.

3. Influenza

Influenza atau flu adalah gangguan pernapasan yang mudah tersebar


lewat udara, alat-alat makan, dan barang-barang pribadi seperti handuk
dan sikat gigi. Penularan yang terjadi lewat virus ini bisa terjadi kira-
kira satu hari sebelum Anda menunjukkan gejala-gejala influenza.
Gejalanya antara lain batuk, demam, pilek, dan sakit kepala.

4. Radang selaput otak (meningitis)

Penyakit yang satu ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang


mengakibatkan peradangan dan pembengkakan pada selaput meninges
yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis

10
bersifat serius dan bisa menyebabkan kematian. Penularan bakteri
penyebab penyakit ini memang tidak semudah influenza, tetapi jika
daya tahan tubuh Anda sedang kurang baik, Anda lebih berisiko
terjangkit meningitis. Tanda-tanda yang ditunjukkan penderitanya
antara lain mual, muntah-muntah, dan menjadi linglung.

5. Herpes oral (HSV)

Hati-hati jika Anda minum dari bibir botol atau sedotan yang sudah
bersentuhan dengan mulut orang lain. Penyakit herpes yang juga
dikenal sebagai herpes simplex virus (HSV) bisa ditularkan melalui
luka atau sariawan yang terdapat di mulut, lidah, atau bibir seseorang.
Jika luka ini bersentuhan dengan mulut botol atau sedotan yang Anda
gunakan, Anda berisiko terjangkit penyakit ini pula. Gejala-gejala
yang perlu Anda amati adalah rasa gatal atau terbakar pada area mulut,
tenggorokan sakit ketika menelan, serta demam. Setelah itu kulit atau
mulut yang terinfeksi akan tampak melepuh dan bernanah.

11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Saran Kelompok
Bagi masyarakat Lombok, begibung merupakan salah satu momen
yang paling di tunggu. Karena pada saat begibung akan terjalin
silaturrahmi antar warga. Dalam satu nare, bias saja berkumpul orang
yang sebelumnya jarang bertemu. Namun, sekarang tampak beberapa nilai
dari begibung ini kian luntur. Beberapa orang memilih makan satu nare
sendiri, atau minimal bersama anak mereka. Salah satu alasan yang
diungkapkan yaitu agar berkat yang dibawa pulang lebih banyak karena
tidak harus dibagi dengan orang lain.
Menurut kelompok kami, begibung ini memiliki dampak buruk bagi
kesehatan, karena merupakan jalan menyebarnya virus.
Ageng Mirahayu Sugiartha berpendapat, begibung itu mempunyai
dampak negatif, salah satunya bisa sebagai media penularan penyakit,
karena penyakit seperti hepatitis bisa saja menular melalui begibung
tersebut karena makan secara bersamaan dalam satu tempat yang sama,
disisi lain tangan yang mengkonsumsi gibungan tersebut belum tentu
hygiénis karena cara mencuci tangan yg tidak bersih dilakukan secara
bersamaan dalam satu tempat dengan bergantian, tentu saja itu tidak bersih
dan kuman-kuman dengan mudah menyebar tentu saja tidak menggunakan

12
sabun, menurut sy apabila ada acara-acara lebih baik menggunakan
prasmanan, karena tentu saja lebih hygienis dan bersih, mencuci tangan
juga dapat dilakukan masing-masing secara bersih, tidak bergantian, dapat
menggunakan sabun atau mungkin bisa menggunakan sendok. kalau
megibung makanan yang sisa/tidak habis tentu saja di buang itu juga
termasuk dalam pemborosan dana, apabila menggunakan prasmanan tentu
saja langsung habis dan tidak tersisa itu lebih praktis dan tidak membuang
banyak dana.
Deva Zulisna Usmayantari mengungkapkan, Begibung atau makan
bersama dengan menggunakan nampan atau nare. Menurut saya sangat
bagus karna dapat mempererat tali persaudaraan karna ketika begibung
kita akan saling berbagi. Namun dalam menyangkut pautkan pada
kesehatan, begibung sangatlah tidak baik karna dari sana berbagai
penyakit bisa saja tertular, seperti misalnya diare. Karna kebanyakan
orang hanya mencuci tangan mereka hanya dengan air saja, terlebih lagi
pada orang awam yang belum tau bagaimana cara mencuci tangan dengan
benar menggunakan sabun dan 6 langkah mencuci tangan.
Menurut Hijratun Islamiah, Menurut saya, tradisi "Begibung" yang
ada di Lombok sangat bagus untuk terus di lestarikan menjadi Budaya
yang tentu saja menjadi jati diri suatu daerah atau bangsa . Karena banyak
sekali nilai dan pesan moral yang terdapat dalam budaya tersebut, salah
satunya adalah nilai kebersamaan, menghargai, rasa bersyukur dan saling
menghormati. Tentunya nilai-nilai seperti ini menjadi pengenalan
pendidikan karakter bagi anak anak muda seperti kita ini. Selepas dari
dampak buruk dalam budaya "Begibung " ini yaitu kurangnya ke-
hygienisan dan juga pe-mubaziran akibat cuci tangan pada satu wadah
dan biasanya ada saja nasi atau lauk pauk yang terbuang sia sia dan juga
dari segi lauknya yang biasanya berlemak dan santan yang sama sama kita
tahu dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kolesterol dll. Namun

13
selebihnya tentu kita ambil dari segi positifnya yaitu bagaimana kita bisa
menanamkan nilai nilai dari budaya "Begibung" tersebut.
Berikut pendapat Muhammad Azhari, Baik nya begibung menurut sy
adalah salah satu sebagai ajang silahturahmi antar masyarakat berbagai
suku dipulai lombok untuk mempersatukan nilai luhur dari sesepuh yang
meninggalkan kita dan buruknya adalah tentang kebersihan kualitas
makanan dan cara disajikannya bisa berdampak buruk pada kesehatan
karena makanan hanya dicuci menggunakan air sumur dan dibilas sekali
saja bikin makanan belum tentu bersih cara mensajikan jugak berdampak
pada penyakit menular karena makannya bersamaan satu dengan tangan
yang lain.
Menurut Nofriyani Rizkia Damasinta, begibung mengajarkan kita
kebersamaan, begibung membuat kita bias berbaur di masyarakat. Saya
merasakan langsung dampak positif dari begibung ini, jadi sangat
disayangkan bila begibung ini akan hilang nantinya. Terlepas dari dampak
positif dari begibung ini, tentu memang ada dampak negatifnya. Terutama
tehadap kesehatan. Yang saya temukan secara langsung itu contohnya saat
cuci tangan, air ditampung di dalam piring dan dingunakan untuk cuci
tangan bersama kemudian setelah airnya dibuang, piring tadi diguakan
kembali sebagai wadah lauk. Begitupula ketika minum, menggunakan
teko atau dalam Bahasa Sasak disebut kocor yang sama secara bergiliran
tanpa menggunakan gelas. Namun seiring berjalannya waktu muncul air
gelas kemasan yang lebih praktis. Di beberapa tempat saya menemukan
begibung ini sudah dirubah menjadi prasmanan, itu rasanya lebih hygienis
juga lebih efisien. Karena pada dasarnya begibung juga membutuhkan
dana yang cukup banyak.
Nurunniswati berpendapat, Menurut saya kebiasaan begibung itu ada
baik dan buruknya. Yang baiknya kita bisa melestarikan budaya Lombok,
sudah tradisisnya dan banyak sekali nilai dan pesan moral salah satunya

14
kebersamaan. Yang buruknya kita makan dalam 1 wadah dan mencuci
tangan dalam 1 wadah juga, lauknya juga banyak yg santan dan berlemak.
Semua itu dapat berdapampak pada kesehatan.
Utami Rizka Mulyasari mengungkapkan, Kebiasaan dalama
begibung menurut saya ada baik dan buruknya.untuk baiknya dalam segi
kebersamaan dan solidaritas yang baik untuk menjaga kerukunan dan
silaturahmi antar sesama tidak membedakan. Dari segi buruknya terutama
dalam kesehatan kebiasaan begibung sangat merugikan dikarenakan daam
begibung disana ada kebiasaan yang masyarakat tidak tau kalau adanya
bakteri atau penyakit dari orang tersebut yang dapat memberikan efek
sakit pada setiap individu.sebab kebiasaan ini perlu di berikan pemahaman
kepada masyarakat.
Menurut pendapat Zaetun, budaya begibung itu ada 2 sisi ada sisi
baik(positif) dan juga buruk (negatif)
1. Dari sisi baik (positif)

Begibung itu menunjukkan apa arti dari nilai


kebersamaan,menghargai,rasa bersyukur dan saling menghargai..

2. Dari sisi negatif

Dalam kesehatan sisi negatif dalam budaya begibung ini adalah tempat
penularan penyakit karna kita biasanya begibung menggunakan satu
wadah untuk mencuci tangan satu untuk semua.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Begibung dapat diartikan makan bersama dalam satu wadah. Begibung
memiliki dampak positif dan negative. Begibung menjadi ajang
silaturrahmi bagi masyarakat sasak. Tetapi begibung juga dapat
mendatangkan berbaigai macam penyakit yang penularannya dapat
melalui virus. Virus tersebar ketika kita makan dan minum pada wadah
yang sama.

B. Saran
Generasi mudah harus bisa menjaga dan mempertahankan budaya yang
kita miliki. Apalagi di era modern ini sudah mulai masuknya budaya-
budaya dari luar yang tentunya sangat mengkhwatirkan kita. Jika generasi
muda tidak bisa menyaring budaya-budaya luar tersebut akan berdampak
besar terutama terhadap perkembangan kepribadian generasi muda sebagai
penerus bangsa.
Terlepas dari dampak negative terhadap kesehatan, begibung harus tetap
dilestarikan. Tentu dengan membuatnya lebih hygienis.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://andyhardiyanti.com/2016/10/begibung/

https://www.goodindonesianfood.com/story/lombok-tradisi-begibung-di-lombok/

https://budaya.kampung-media.con/2016/11/26/begibung-mengajarkan-kebersamaan-
16601

https://www.cendananews.com/amp/2016/05/tradisi-begibung-perekat-sosial-pada-
masyarakat-lombok.html

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/bahaya-berbagi-alat-makan/

17

Anda mungkin juga menyukai