0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut merupakan kesan dan pesan dari kegiatan KKP di Desa Batu Kuta selama 45 hari. Dokumen tersebut menjelaskan sejarah terbentuknya desa Batu Kuta dan kebiasaan religius masyarakatnya. Dokumen tersebut juga membahas program penanggulangan sampah yang dilaksanakan selama KKP.
Dokumen tersebut merupakan kesan dan pesan dari kegiatan KKP di Desa Batu Kuta selama 45 hari. Dokumen tersebut menjelaskan sejarah terbentuknya desa Batu Kuta dan kebiasaan religius masyarakatnya. Dokumen tersebut juga membahas program penanggulangan sampah yang dilaksanakan selama KKP.
Dokumen tersebut merupakan kesan dan pesan dari kegiatan KKP di Desa Batu Kuta selama 45 hari. Dokumen tersebut menjelaskan sejarah terbentuknya desa Batu Kuta dan kebiasaan religius masyarakatnya. Dokumen tersebut juga membahas program penanggulangan sampah yang dilaksanakan selama KKP.
Nim : 190101217 Jurusan : PAI Fakultas : FTK Lokasi KKP : Batu Kuta
KESAN DAN PESAN KKP
45 hari sudah kami melakukan kegiatan di desa Batu Kuta Kecamatan Narmada untuk menyelesaikan tugas akhir kami yaitu Kuliah Kerja Partisipatif (KKP). Desa Batu Kuta adalah desa yang termasuk desa yang cukup tua dapat diketahui dari mulai terbentuknya sampai dengan sekarang telah melampaui periode masa kerajaan Selaparang, masa kekuasaan Anak Agung, Masa penjajahan belanda, jepang, masa kemerdekaan dan masih sampai sekarang. Di desa batu kuta memiliki 4 dusun yaitu dusun batu kuta paroa, Dusun batu kuta utara, Dusun batu kuta lenting, dan dusun batu kuta selatan. Desa batu kuta ini sangat dikenal dalam hal agama yang masih fanatic sekali termasuk sama hal taharah nya .dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat yang selalu membasuh kaki setelah ber-wudhu dan selalu memakai alas kaki ketika keluar dari tempat wudhu sampai dengan tempat shalat, hal yang sama di lakukan juga ketika ingin melaksanakan ibadah di masjid setempat, jika kita kemasjid sebelum kita masuk terlebih dahulu kita mencuci kaki dulu karna desa batu kuta ini menggunakan imam syafi’i oleh karna itu saya pribadi mendapatkan pengalaman dan ajaran yang baru dalam hal tersebut sehingga kami yang berkkp didesa batu kuta ini belajar menyesuaikan diri dengan keadaan dan lingkungan masyarakat. di desa ini kami akan mengabdi untuk masyarakat guna mengamalkan ilmu yang kami dapatkan selama kami menempuh bangku perkuliahan. Di desa ini adat dan istiadat sangat terjaga terutama untuk hal ibadah. Banyak hal yang bisa di pelajari dan hal yg istimewa yang bisa di temui . Mengenal dan belajar tentang hal baru membuat kami berfikir bahwa ternyata ada banyak budaya unik yang belum pernah kami lihat dan temukan di desa lain salah satunya yaitu besentulak. Makna Simbol Tradisi Besentulak (Tolak Bala) Sebagai Media Penyembuhan Masyarakat di Desa Batu Kuta Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat” Mengkaji tentang bagaimana tradisi ini mencipatakn sebuah makna/simbol dalam sebuah interaksi sosial dimasyarakat yang dipercaya sebagai media penyembuhan oleh masyarakat Desa Batu Kuta. Dalam tradisi ini mengungkap adanya dua simbol yang terjadi yaitu simbol berupa tindakan manusia seperti nilai doa bersama, nilai kebersamaan, nilai tolong menolong nilai agama,nilai kearifan /estetis. Kemudian makna simbol berupa benda (Bubur Beak (bubur merah) dan Bubur Putek (bubur putih), Kue Serabi, Kue Apem,Kue Jongkong, Dulang). Tradisi ini dipercaya sebagai media penyembuhan karena dalam lafaz selawat yang di lantunkan menjadi sebuah doa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan adanya sugesti dalam tradisi tersebut yang seolah-olah masyarakat akan termotivasi untuk sembuh kemudian juga adanya doa-doa dari para masyarakat yang mendoakan untuk yang sakit. Tersebutlah dizaman kejayaan Kerajaan Selaparang kira-kira pada abad ke – XVII Masehi. Dalam rangka memperluas Daerah pemukiman dan penyebaran penduduk diperintahkan para Kaula untuk membuka hutan ke arah Barat Kelompok-kelompok penyebaran penduduk tersebut menempati wilayah yang sekarang disebut Batukuta, Gerung, Dasan Agung, Sesela dan lain-lain. Kita tinjau lembali tentang terbentuknya Desa Batukuta yang sekarang, Dalam memilih tempat pemukiman baru, sengaja dipilih Areal tanah yang berbentuk “BONGKOR PENYU “(punggung Penyu) Yang konon menurut mereka punya kelebihan yaitu, tidak becek dalam musim hujan, terhindar dari malapetaka, dan lain –lain. Sebelum Resmi ditempati, mereka mengharapkan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa (dibangar) dahulu. Maka pada malam harinya terlihat sinar memancar dari langit dan jatuh ke Bumi dengan suara menggelegar ditempat yang sudah “dibangar” tersebut dan menurut paham merekatempat tersebut cocok, karena Tuhan telah mengusir hantu dan peri semalam dan akan aman sebagai tempat pemukiman. Pagi harinya ditempat sinar jatuh tersebut ternyata terdapat batu besar dan agak panjang ( Mungkin Meteor ), maka saat itu keluarlah ucapan diantara mereka dengan kata – kata “ Batu Bedil “, oleh pemuka ( Tokoh ) mereka dialeh bahasakan Batu yang bersinar jatuhnya dengan bahasa keratin menjadi “ Sele Wakce “ yang artinya : Sele Berarti Batu, Wakce Berarti Pijar ( Bercahaya ) Maka sejak itu nama Desa ini menjadi Sele Wakce, dan selanjutnya pemukiman pertama ini terdiri dari kaula Kerajaan Selaparang disebut “ PARWA “. Baru kemudian dalam musyawarah para tokoh kerajaan Selaparang ( Perigi Selaparang di Masbagik ) terpilihlah RADEN BORE KERTAPATI untuk merigi ( membenahi ) kampong baru Sele Wakce. Dan tersebutlah dalam alur cerita / kisah, bahwa Raden Bore Kertapati ini orang yang berpendirian radikal dan sangat tekun bekerja membenahi kampong dan memimpin masyarakat, beliau juga orang alim dan tekun beribadah sehingga sangat dihormati masyarakatnya, beliau menanggalkan atribut Kebangsawanannya karena beliau berpendapat bahwa “ Orang yang paling Mulia disisi Allah ialah orang yang paling Taqwa “ dan beliau diberi Gelar oleh masyarakat dengan nama PE . SENDU. Setelah penataan lingkungan kampong diadakan Tasyakuran ( selamatan ) oleh seluruh masyarakat , dimana ditempat jatuhnya Batu bersinar ( Sele Wakce ) itu dijadikan oleh masyarakat “ Kuta “ atau “ Gerbang “ masuk kampung. Dari sinilah kemudian Perubahan Nama “ Sele Wakce” menjadi “ Batukuta “ sampai sekarang. Kesan : Pada saat pertamakali mengunjungi desa ini, diri pribadi saya merasa agak canggung dan mungkin karena belum mengenal masyarakat yang tinggal di desa ini, dan belum mengetahui kegiatan keseharian masyarakat yang tinggal di desa ini, setelah beberapa hari tinggal di desa ini ada sesuatu yang menurut saya menjadi suatu masalah kecil namun akan berdampak besar ketika kita tidak tanggulangi, masalah pertama adalah ketika tinggal tiga hari desa ini, kita memiliki sampah yaitu sampah dapur dan sebagainya, namun kita tidak tahu mau buang sampah kemana dan kami sebagai orang baru di desa ini bertanya kepada tentangga terdeket, “ bu sampah ini kita buang kmana” dan ibu tersebut menjawab kalau sampah biasa kami buang di sungai. Ketika mendengar jawaban itu, saya pribadi ingat tentang inovasi yang ada di pondok pesantren Nurul Haramain, yaitu cara menanggulangi sampah yang ada di pondok pesantren itu, dan pada malam hari bapak kepala desa berkunjung ke tempat kami, menanyakan tentang program yang akan kami laksanakan di desa ini, tetapi sejak awal saya sudah memberi usul kepada teman-teman ignin membuat program kerja tentang penanggulangan sampah, tetapi teman-teman agak kurang setuju tentang program yang saya usulkan, semenjak itu saya diam dan ngikut program yang ada, setelah kepala desa bertanya tentang program kami, secara tidak sengaja ada usulan langsung dari krpala desa, bahwa beliau ingin menanggulangi sampah yang ada di desa ini, secara kebetulan kepala desa langsung memberi usul untuk kami semua agar membuat program yaitu penanggulangan sampah yang ada di desa ini. Dan Alhamdulillah berkat bantuan teman-teman, ide untuk menanggulangi sampah yang kami gagas, dan kami bentuk, beserta kami buat langsung alatnya di kantor desa di beri ancungan jempol oleh kepala desa, karena beliau sangat tertarik tentang adanya tunggku sampah yang kami buat, dan insyaallah untuk kedepannya, bapak kepala desa akan membuat tungku sampah yang jauuh lebih dari yang kami buat, agar bisa menanggulangi sampah yang ada di seluruh desa batu kuta.
Pesan :
الناس أنفعهم للناس خير
“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289). Karena sesungguhnya ketika kita berbuat baik kepada orang lain, manfaatnya akan kembali kepada kita . Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka- muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (Al- Isra Ayat 7). Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat Adalah Kemauan. Kuncinya adalah kemauan. Kemauan kita akan dapat memberikan manfaat kepada orang lain. (1) Jika kita memunyai harta, kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain dengan harta. (2) Jika kita memunyai ilmu, kita bisa memberikan manfaat ilmu kepada orang lain. (3) Jika kita memunyai tenaga, kita bisa memberikan manfaat dari tenaga kita kepada orang lain. Allah menakdirkan kepada manusia sebagai makhluk sosial yang tak akan bisa menyelenggarakan kehidupannya sendirian. Semandiri apapun seseorang berusaha menghidupi dirinya sendiri, tentu akan ada masanya ia akan meminta pertolongan kepada orang lain. Allah juga menganugerahkan kepada manusia sebentuk perasaan empati yang akan menggugah hati nuraninya ketua ia mendapati ketidakberuntungan pada orang lain. Perasaan empati itulah yang akan mendorong manusia melakukan aksi sosial dengan cara membantu sesama. Jadi, dengan takdir manusia sebagai makhluk sosial, ia ingin dibantu dan juga ingin membantu. Penting untuk kita ingat, bahwa apapun yang kita lakukan akan selalu kembali kepada pelakunya. Jika kita melakukan kejahatan, maka suatu hari nanti kita akan mendapatkan balasannya, cepat atau lambat. Sebaliknya, jika kita melakukan hal-hal baik terhadap sesama, maka suatu hari nanti kita akan menerima kebaikan dari orang lain sebagai perantara pertolongan Allah. jadi, orang-orang terbaik sesungguhnya tidak dimonopoli oleh kelompok orang tertentu, tetapi terbuka lebar bagi siapa saja tanpa memandang latar belakang ataupun bidang-bidang tertentu sebab substansi dari hal ini adalah tentang seberapa besar kebermanfaatan seseorang kepada orang lainnya secara nyata