Anda di halaman 1dari 12

Asal – Usul Keramat Cijengkol

Prakata
Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas jurnal asal-usul Keramat Cijengkol
sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam menyelesaikan jurnal ini kami sangat memerlukan bantuan dari pihak-pihak lain
yang telah menjadi narasumber untuk tugas kami. Terimakasih telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas ini. Kepada teman-teman yang telah terlibat dalam pengerjaan tugas ini dan
telah mampu meluangkan sedikit waktunya untuk menyelesaikan tugas ini juga kami ucapkan
terimakasih. Terimakasih juga tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pengantar antropologi
karena telah memberi tugas ini kepada kami sehingga kami bisa mengetahui lebih banyak lagi
tentang berbagai kebudayaan yang ada di lingkungan sekitar kami. Segala bimbingan dan nasihat
yang telah bapak berikan demi terselesaikannya jurnal ini juga sangat membantu kami dalam
pengerjaan tugas ini.
Tujuan disusun nya jurnal ini yaitu agar dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat
umumnya bagi yang membaca jurnal ini dan khususnya untuk kami yang membuat jurnal ini.
Masih ada banyak hal yang belum kami ketahui tentang asal-usul dan kebudayaan yang ada di
lingkungan sekitar kami, hingga pembuatan jurnal ini terasa begitu bermanfaat untuk kami.
Kami menyadari dalam jurnal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa/i, tetap kami nantikan
demi kesempurnaan jurnal ini. Atas kurang dan kesalahan dalam penyusunan jurnal ini, kami
mohon maaf serta kritik dan saran dari pembaca. Harapan kami semoga jurnal ini dapat diterima
dan bermanfaat.
Daftar Isi
Latar Belakang Masalah
Signifikansi Masalah
Metodologi Penelitian
Deskripsi Lokasi
Pembahasan
Dalam lingkungan masyarakat terdapat banyak kepercayaan yang hidup dan menjadi
kebudayaan. Kebudayaan berasal dari kepercayaan yang terlahir secara turun-temurun dan
diwariskan oleh orang-orang terdahulu yang sudah hidup sebelum kita. Kita hidup di Negara
yang memiliki keanekaragaman budaya karena berasal dari berbagai macam suku bangsa,
dimana setiap suku bangsa itu sendiri memiliki kepercayaan nya masing-masing. Kebudayaan
yang dimiliki oleh kita merupakan salah satu asset bangsa yang harus dilestarikan. Oleh karena
banyaknya kebudayaan yang kita miliki, kita harus mengetahui kebudayaan apa saja yang
tumbuh disekitar lingkungan kita. Sederhananya, kita bisa memulai dari hal-hal yang ada di
dekat kita.
Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, sehingga walaupun
terkadang kebudayaan itu diluar nalar, mereka tetap mempercayainya. Terkadang masyarakat itu
sendiri tidak mengetahui asal-muasal kebudayaan yang mereka jalani, mereka hanya meneruskan
kebudayaan yang sudah ada. Kebudayaan yang sudah ada tersebut akan terus dijalani dan
dipercayai oleh masyarakat. Sehingga kebudayaan itu akan terus berlanjut dan mengakar dalam
kehidupan masyarakat.
Seperti hal nya salah satu kebudayaan yang dipercayai oleh masyarakat sekitar
Kabupaten Bekasi, tepatnya di Desa Setu, Cijengkol. Di sini ada sebuah makam yang diyakini
dapat mengabulkan keinginan para peziarah yang datang ke makam tersebut. Bahkan kabar
tersebut bukan hanya kabar burung saja, tetapi sudah banyak yang mencoba kebenarannya. Tidak
tanggung-tanggung, yang datang berziarah ke tempat ini tidak hanya warga sekitar Kabupaten
Bekasi, bahkan sampai ada yang datang dari luar kota seperti Cirebon, Bandung, Sumedang dan
peziarah dari luar pulau Jawa. Hampir setiap hari makam ini dipenuhi oleh para peziarah yang
datang dari berbagai kota di Indonesia, setiap harinya ada 20-50 peziarah yang datang. Tetapi
jika malam Senin, malam Jum’at dan malam Jum’at Kliwon jumlah peziarah yang datang akan
lebih banyak bahkan sampai tiga kali lipat dari hari biasa. Sampai-sampai area pelataran makam
tersebut juga penuh karena dijadikan juga sebagai lahan parkir.
Tempat keramat adalah tempat yang dipercayai menjadi tempat tinggal makhluk halus
tempat tersebut dan juga mempunyai latar belakang sejarah dari sebuah lingkungan atau
wilayahnya. Di tempat keramat inilah kerap masyarakat ada yang sampai melakukan
ritual/sesajen untuk meminta-minta bahkan biasa dikatakan melakukan pemujaan. Mereka datang
ke tempat keramat untuk meminta agar apa yang menjadi keinginannya dapat terkabul dengan
usaha yang sangat minimal namun dengan waktu yang sangat cepat. Tempat keramat biasanya
memiliki larangan-larangan atau ritual yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, jadi tidak
sama satu sama lain. Bagi mereka yang mempercayai kebenaran akan tempat keramat tersebut
akan pasti mencoba dan mengikuti ritual yang telah dijadikan kebudayaan oleh masyarakat
setempat.
Sejarah Keramat Cijengkol yaitu pada awalnya ada seorang pemuda yang dipercaya
sebagai utusan wali yang sedang melakukan perjalanan dari Cirebon dan singgah di daerah
tersebut. Beliau merupakan salah satu murid seorang wali yaitu Sunan Gunung Jati, namun
sayangnya belum diketahui siapa nama utusan itu karena belum ditemukannya bukti yang dapat
menyebutkan siapa nama utusan wali yang dimaksud. Pada mulanya, utusan wali tersebut hanya
berniat untuk beristirahat sejenak dari perjalanan jauhnya, namun karena melihat masyarakat
pada saat itu belum memiliki keyakinan makan utusan wali itu pun memutuskan untuk
mensyiarkan agama Islam di wilayah tersebut.
Ada berbagai macam cara yang pemuda tersebut lakukan untuk melakuan pendekatan
dalam niatnya mensyiarkan agama Islam dan mengislamkan penduduk disana. Saat beristirahat
beliau mengobrol berbagi kisah dengan masyarakat setempat, berbagi ilmu mengajarkan apa itu
agama. Beliau melakukannya dengan sangat baik hingga memberikan kesan tersendiri kepada
masyarakat dan tertarik untuk memeluk agama Islam setelah mendengar dakwah yang
disampaikannya. Awalnya hanya segelintir penduduk saja yang mau memeluk agama Islam
namun lama-kelamaan berkat kesabaran utusan wali tersebut dapat mensyiarkan agama dengan
baik dan banyak yang mau memeluk agama Islam. Walaupun tentu saja harus melewati proses
yang panjang dan tidak mudah.
Salah satu cara yang dilakukan utusan wali tersebut untuk mengislamkan masyarakat
pada saat itu salah satunya dengan mengkhitan para lelaki menggunakan pisau yang ada di
Keramat Cijengkol. Namun sayangnya, pisau tersebut juga sudah tidak ada di Keramat Cijengkol
karena sudah di bawa oleh pemerintah setempat untuk dilestarikan. Jadi yang ada di Keramat
Cijengkol hanya berupa saung peristirahatan yang di dalamnya terdapat tongkat kayu untuk
mengikat kuda. Selama beristirahat itu pun utusan wali tersebut terus melakukan pendekatan
pada masyarakat, untuk mensyiarkan agama Islam.
Utusan wali tersebut konon datang dengan menggunakan kuda buraq yang selalu
menemani perjalanannya. Kuda buraq merupakan kuda yang dipercaya memiliki kemampuan
untuk terbang dan merupakan salah satu hewan yang dapat bergerak dengan sangat cepat. Saat
beliau sedang beristirahat, beliau menancapkan sebuah tongkat kayu untuk mengikat kuda
miliknya. Selain menancapkan kayu untuk mengikat kuda, beliau juga mendirikan sebuah saung
peristirahatan dengan menggunakan empat tiang kayu yang beratapkan ilalang. Di dekat saung
peristirahatan itu pula terdapat sebuah sumur yang konon airnya tidak pernah mengalami
kekeringan sedikit pun. Jadi, tempat persitirahatan beliau lah yang kini dijadikan tempat keramat
yaitu Keramat Cijengkol. Jadi sebenarnya, yang ada didalam makam tersebut bukanlah sebuah
makam yang berisi tulang-belulang manusia, melainkan hanya sebuah tongkat kayu yang
digunakan untuk mengikat kuda. Konon, tongkat kayu tersebut tidak dapat dicabut oleh siapa
pun sejak pertama kali tongkat tersebut ditancapkan. Selain itu, dikatakan pula tongkat tersebut
dapat memanjang dan mengecil sendiri sesuai tinggi badan peziarah yang keinginannya akan
terkabul.
Selain dijadikan tempat peristirahatan, Keramat Cijengkol juga awalnya digunakan
sebagai tempat berkumpulnya para utusan wali. Mereka berkumpul di tempat ini untuk
mendiskusikan berbagai hal, atau hanya untuk sekedar bersilaturrahmi. Menggalang
kebersamaan agar dapat mensyiarkan agama Islam dengan baik. Semakin banyak yang
berdakwah di tempat ini tentu saja akan semakin banyak pula yang tertarik untuk memeluk
agama Islam. Hal ini dilakukan karena pada saat itu masyarakat belum mengenal agama.
Sedangkan agama merupakan hal yang penting untuk manusia, karena merupakan pedoman
dalam menjalankan kehidupan di dunia. Tanpa adanya agama, hidup manusia tidak akan terarah.
Semuanya dilakukan sesuai yang diinginkan mereka, tanpa memikirkan dampaknya untuk diri
sendiri ataupun untuk orang lain.
Awal mula tempat petilasan utusan wali ini dikeramatkan yaitu pada saat ada seorang ibu
yang datang ke tempat petilasan tersebut untuk meminta pertolongan. Ibu itu memohon agar
anaknya yang sedang sakit dapat diberikan kesembuhan. Sudah berbagai macam cara ibu
tersebut lakukan selama bertahun-tahun demi kesembuhan sang anak namun usahanya tersebut
belum menunjukkan hasil apa pun. Dengan keadaan yang putus asa dan penuh kesedihan ibu itu
pun datang ke tempat petilasan utusan wali tersebut dan tidak lama kemudian anak sang ibu pun
sembuh dari penyakitnya. Sejak kejadian itu, mulai banyak orang yang berdatangan untuk
memohon pertolongan. Pada awalnya mereka yang datang hanya berharap untuk mendapatkan
kesembuhan, namun dari tahun ke tahun niat para peziarah ini mulai berubah menjadi memiliki
kenginan-keinginan duniawi agar tercapai. Cara penyebaran kepercayaan ini pun hanya
menyebar melalui mulut ke mulut, namun informasi ini sangat cepat sekali menyebar karena
banyaknya orang yang tergiur untuk mendapatkan keberhasilan di Makam Keramat Cijengkol
ini. Sejak zaman dahulu hingga sekarang kepercayaan ini masih sangat melekat pada masyarakat
Bekasi, bahkan meluas hingga ke luar Pulau Jawa. Mereka datang berbondong-bondong dengan
maksud untuk berziarah atau pun untuk meminta pertolongan agar keinginannya tercapai.
Yang datang ke tempat ini bukan hanya para penduduk biasa, bahkan para petinggi
daerah pun banyak yang mengunjungi tempat ini. Setiap kali akan diadakan pesta rakyat seperti
pemilu, banyak para calon pemimpin daerah yang datang ke Makam Keramat Cijengkol ini
untuk berziarah dan berharap dapat memenangkan pemilu tersebut. Biasanya yang ingin hajatnya
terkabul masing-masing memiliki cara sendiri untuk memperoleh kenginannya. Tidak hanya
untuk mendapatkan kekuasaan atau ingin menjadi pemimpin, orang-orang yang berziarah ke
Makam Keramat Cijengkol ini memiliki hajatnya masing-masing. Ada yang ingin mendapatkan
kesembuhan dari penyakit, memenangkan suatu perlombaan, memperlaris dagangan dan yang
lainnya. Menurut salah satu kuncen yang ada di tempat ini, saat menjelang pemilu ada salah
saeorang istri calon pemimpin yang datang ke tempat ini dan melakukan puasa di dalam makam
selama tiga hari tiga malam agar keinginannya sang suami dapat menjadi kepala daerah tercapai.
Dan hal tersebut pun menjadi kenyataan.
Karena banyaknya keinginan peziarah yang dapat terkabul, mereka juga memiliki cara
masing-masing agar kenginannya dapat terkabul melaui Makam Keramat Cijengkol ini. Ada
yang sekedar berziarah saja, ada yang mengaji, ada pula yang sampai menginap di Makam
Keramat Cijengkol sembari berpuasa. Saat mereka berziarah dan menyampaikan kenginannya,
biasanya mereka akan bernazar dalam hati apabila kenginannya tercapai. Ada yang membawa
kambing, ayam, uang, dan yang lainnya sesuai dengan nazar yang ia ucapkan. Namun konon,
janji yang lebih digemari yaitu saat seorang peziarah bernazar akan memberikan kambing atau
sapi, karena dahulu orang yang pertama kali menemukan tempat petilasan ini sedang
mengembalakan hewan peliharaannya yaitu kambing dan sapi. Tetapi, jika peziarah tersebut
sudah menyampaikan nazarnya apabila keinginannya sudah tercapai peziarah tersebut wajib
memenuhi yang menjadi nazarnya. Jika mereka melanggar, maka akan ada hal-hal yang tidak
diinginkan pada peziarah tersebut. Yang datang berziarah ke tempat ini pun harus memiliki tata
krama dan sopan santun. Tidak boleh berbicara sembarangan, tidak boleh berkata sombong,
wanita yang sedang mengalami haid tidak boleh masuk, berpakaian sopan dan lain sebagainya.
Di dalam Makam Keramat Cijengkol terdapat tongkat kayu yang ditancapkan untuk
mengikat kuda yang kini di lindungi dengan menggunakan teralis. Hal ini dilakukan karena
banyak peziarah yang datang dan berebut untuk mengambil tanah yang ada disekitar makam
tersebut. Hingga area sekitar makam tanahnya menjadi amblas. Mereka mengambil tanah
tersebut tidak lain yaitu untuk dijadikan jimat pelaris atau yang lainnya. Namun tindakan ini
sungguh sangat disayangkan, karena dapat merusak Makam Keramat Cijengkol. Selain tongkat
kayu, ada juga tempat bertapa sang utusan wali Sunan Gunung Jati. Tongkat kayu tersebut
ditutupi menggunakan kain putih dan tralisnya di pasang kelambu. Kain putih ini selalu diganti
setiap bulan Maulid. Biasanya para peziarah akan saling berebut untuk mengganti kain putih
tersebut untuk mencari keberkahannya. Lalu kain bekas membungkus tongkat kayu tersebut
digunting menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi dan kembali kain putih tersebut dibagikan
dan menjadi bahan rebutan para peziarah.
Ada berbagai hal aneh yang kerap kali terjadi di makam ini. Salah satunya ada kisah
seseorang yang melarikan diri dari kejaran polisi dan masuk bersembunyi ke makam ini, namun
ketika polisi mencarinya ke dalam makam polisi tidak dapat melihat orang tersebut. Makam
Keramat Cijengkol ini juga sering kali bangunannya akan tertimpa dahan pohon atau pohon yang
tumbang namun tidak dapat merusak bangunan itu sama sekali. Arah jatuhnya dahan pohon yang
tumbang seharusnya mengenai bangunan makam, tetapi dahan tersebut tidak jauh menimpa
bangunan makam justru jatuh ke arah lain.
Sebenarnya hal ini memang diluar nalar manusia. Bagaimana caranya manusia dapat
memohon pada benda mati apalagi kita ketahui itu hanya sebuah tongkat. Pada sejarah nya pun
sebenarnya tempat ini merupakan pusat penyebaran agama. Tempat berkumpulnya para utusan
wali yang sedang melakukan diskusi dan juga tempat untuk belajar agama. Namun karena
kurangnya ilmu yang dimiliki, dan pola fikir yang masih belum maju maka timbul lah ide-ide
pemujaan seperti ini. Manusia seharusnya menyadari bahwa tidak ada usaha yang menghianati
hasil. Semakin keras usaha manusia untuk memperoleh keberhasilan, maka hasilnya pun akan
lebih maksimal.
Jika kita tinjau menggunakan pola fikir yang lebih maju dan modern, sebenarnya Makam
Keramat Cijengkol ini merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Setiap
malam Jum’at di tempat ini sering kali diadakan pengajian. Melalui pengajian ini lah kita dapat
memupuk kebersamaan dan menjalin sillaturrahmi antar sesama. Menambah banyak teman,
karena yang datang ke tempat ini bukan hanya dari daerah Bekasi tetapi banyak juga yang
datang dari luar daerah.
Makam Keramat Cijengkol ini sudah diakui oleh pemerintah Bekasi sebagai salah satu
cagar budaya yang harus dilestarikan. Hal ini tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri untuk
masyarakat Bekasi. Kini, Makam Keramat Cijengkol telah mengalami beberapa perbaikan
hingga menjadi tempat yang nyaman untuk diziarahi. Makam Keramat Cijengkol kini sudah
dibuat menyerupai rumah. Makam Keramat Cijengkol ini pertama kali di bangun dan tempatnya
di perbaiki yaitu pada saat pemerintahan Presiden Soeharto.

Kepercayaan ini sepertinya sudah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat,
karena telah menjadi kebudayaan. Hal ini memiliki dampak positif dan negatif tersendiri.
Memang, pendapat peziarah yang berfikir bahwa dengan mengunjungi Makam Keramat
Cijengkol dapat mengabulkan kenginannya merupakan pola fikir yang salah namun di sisi lain
hal ini juga memiliki dampak positif. Dampak positifnya yaitu kita menjadi tahu tentang
peninggalan-peninggalan pada zaman duhulu, kebudayaan yang ada disekitar kita dan lain
sebagainya. Hal ini kembali lagi pada niat peziarah yang datang ke Makam Keramat Cijengkol.
Jika kita datang kesana dengan niat untuk memperdalam ilmu sejarah, menambah ilmu
pengetahuan tentu saja ini menjadi hal yang bermanfaat. Kita menjadi tahu tentang berbagai hal,
dan tentunya ilmu ini juga dapat kita bagikan kepada mereka yang belum mengetahui bahwa
Bekasi memiliki tempat Cagar Budaya yang wajib dikunjungi.
Kita tidak dapat menyalahkan sepenuhnya kebudayaan yang ada dan menganggap bahwa
hal tersebut merupakan hal yang menyimpang. Masing-masing memiliki pendapat dan
pandangan hidup yang berbeda. Kita dapat menggunakan hal ini sebagai ilmu dan
menambahkannya sebagai kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Jika kita menganggap hal
yang dilakukan peziarah di Makam Keramat Cijengkol merupakan hal yang menyimpang, tentu
saja mereka tidak akan menerimanya. Karena mereka menganggap hal ini merupakan warisan
dari leluhur merek yang sudah ada sejak zaman dahulu dan harus dilestarikan. Kita dapat hidup
bersisian dan menerima kebudayaan yang ada tanpa menyalahkan dan menganggap kebudayaan
yang kita miliki sebagai kekayaan kebudayaan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai