A. Pengertian Nyadar
Setiap daerah mempunyai budaya dan adat istiadat yang sangat penting bagi
masyarakatnya. Masyarakat seakan punya hutang jika adat istiadat yang
merupakan budaya bila ditinggalkan. Melaksanakan budaya merupan suatau
kewajiban bagi mereka. Mereka berasumsi bahwa jika adat istiadat dari nenek
moyang tidak di laksanakan maka akan mendatangkan malapetaka. Walaupun
asumsi ini mulai menipis di hati masyarakat, namun kepercayaan seperti ini
masih bersarang di sebagian kecil mereka.
Salah satu adat istiadat atau budaya yang bernansa islami di kabupaten
sumenep adalah “Nyadar”. Nyadar berasal dari bahasa Madura yang kata
dasarnya sadar yang bermakna sadar mendapat awalan “Nya” menjadi nyadar
yang artinya enyadari. Mengajak seseorang agar sadar dan meyadari pada apa
yang harus mereka lakukan dalam rangka membenarkan atau meluruskan jalan
hidupnya untuk masa depan. Tujuan hidup yang benar tidak akan tercapai
apabila tidak membenarkan jalan hidupnya terlebih dahulu.
Semua orang berharap untuk sadar dan menyadari terhadap segala aturan di
dalam hidupnya kesadaran itu tidak akan bangkit dengan sendirinya tanpa
adanya berbagai usaha dan usaha untuk membuat orang menjadi sadar dan
menyadari membutuhkan proses yang cukup lama. Dengan usaha yang rutin,
insya-Allah benih-benih rasa sadar akan tumbuh di hati seseorang.
Nyadar jenis uapacara relegi yang di lakukan oleh kaum muslimin dan
muslimat di tempat tertentu (asta/maka orang keramat) dengan tujuan
mengenang jasa-jasa merka eaktu hidupnya dan untuk menyadarkan jamaahnya
agar senantiasa berbuat kebajikan dan mensyukuri segala nikmatnya dengan
mengadakan berbagai upacara keagamaan. Acara-acara tersebut ; shalawat nabi,
tahlil bersama, do’a, taushiyah dan terakhir makan bersama yang diperoleh dari
hasil sodaqah dari berbagai simpatisan. Biasanya pelaksanaan nyadar ramai
sekali, di samping dihadiri masyarkat luar, baik masyarakt sumenep atau luar
sumenep.
Untuk lebih jelasnya mari kita simak kronologis nyadar sekaligus siapa
pendirinya dan kapan pelaksanaanya.
B. Kronologis Nyadar
Nyadar adalah puji-pujian mengenang jasa seorang tokoh sepuh atau ulama
dari Cirebon yaitu Juk Anggasuta. Beliau mula-mula datang ke sumenep
bertujuan ingin menyebarkan agama islam. Oleh raja sumenep di sambut baik
dan di beri tempat di desa pinggir papas. Waktu itu pinggir papas masih berupa
hutan rimbun dan dikelilingi muara laut. Raja sumenep waktu itu bernama
pangeran lor dan pangeran wetan. Keduanya terkenal sebagai raja yang gagah
berani tapi berhati baik.
Juk anggasana dan pengikut menebang hutan tersebnut dan dijadikan sebuah
kampong. Makin hari pengikutnya bertambah banyak karena orang Madura
yang da disekitarnya senang bertempat tinggal dikampung itu, juga yang
menjadi sebab banyaknya pengikut beliau adalah bagnsa bali yang kalah perang
dengan perajurit pengera lor dan pangeran wetan. Mereka orang-orang bali yang
kalah perang tak ingin pulang ke bali dan bertempat tinggal di kampung itu serta
ajaran agama juk anggasata yaitu agama islam. Jadi di kampung itu ada tiga
bangsa yaitu : Cirebon, Madura dan Bali. Makin lama tiga bangsa itu menyatu
menjadi bangsa Madura.
Juk anggasuta berfikir, apa yang akan menjadi sumber hidup mereka?
Sementara mereka tidak punya harta apa-apa lagi mata pencaharian. Karena
takada ide dari apa yang beliau fikirkan, lalu juk anggasuta bersemidi selama 41
hari lamanya. Dengan kekuasaan Allah SWT waktu pagi-pagi benar juk
anggasuta jalan-jalan di pinggir siring, beliau menemukan bekas injakan kaki
yang sangat besar berisi air kering lalu keluar kepingan benda-benda halus
berwarna putih yang sekarang di kanal dengan nama garam. Kejadian itulah
yang sekarang di jadikan sebuah proses pembuatan garam oleh juk anggasata
dan pengikutnya dan sekaligus menjadi sumber kehidupan mereka. Sampai
sekarang orang kampung pinggir papas mata pencahariannya dari bertani garam.
Untuk memperkuat dan memperdalam rasa keagamaannya, juk anggasuta
setiap bulan rabiul awal/bulan maulid mengadakan peringatan maulid nabi
Muhammad SAW sampai sekarang peringatan tersebut masih diteruskan oleh
keturunan juk anggasuta dan masyarakat pinggir papas dengan nama lain yaitu
“Nyadar”.
Nyadar di laksanakan di sebuah Bujuk/asta yang bernama “bujuk Gubang”.
Bujuk gubang adalah nama makam. Tepatnya di pojokan tiga batas desa yaitu ;
desa kebun dadap timur, desa kebun dadap barat, dan desa pinggir papas dekat
muara sungai saroka. Di bujuk/asta itu ada 8 makam yaitu; makam juk
anggasuta, makam juk kabasa, juk dhukon, juk bangseng, juk nyi dhukon, juk
nyi bangseng, juk nyi anggasuta dan juk nyi purnomo.
Konon cerita rakyat pinggir papas, bujuk gubang itu adalah sebuah lubang
yang sangat besar, dengan kesaktian juk anggasuta lubang tersebut di tamal
dengan sekepal tanah maka ratalah lubang tersebut. Kemudian juk anggasuta
berwasiat “bila beliau mati maka kuburlah di tempat itu”.
Bujuk gubang menjadi terkenal karena masyarakat pinggir papas dan
masyarakat karanganyar melakukan peringatan “nyadar” di bujuk gubang itu.
Biasanya nyadar di peringati setiap bulan Rabiul Awal/maulid. Selain
memperingati kelahiran nabi Muhammad SAW dan bersyukur kepada Allah
SWT juga memperingati sang leluhurnya yaitu juk anggasuta di pajang di
tengah-tengah hadirin seperti ; calok, kodhik, tongkat hitam, cemong, pinangan
dan kendi.
(dikutip dari cerita orang pinggir papas waktu “nyadar” oleh TIM NABARA
di buku sekar tanjung kurikurum 1994).
Barang siapa yang membesarkan syiar-syiar Allah maka termasuk oranng yang
berhati taqwa. Jelaslah kegiatan ini merupakan kegiatan islami yang insya-Allah
dapat pahala bagi yang melaksanakannya. Amien Ya Robbal Alamien ……………