Anda di halaman 1dari 6

Bangunan Tua Ditengah Sawah

Siti Muzanonissa’

R iuhnya bunyi dedaunan disebabkan angin pagi yang gelisah. Kicauan burung hutan
memecah kesunyian. Sang mentari memercik sinarnya pada wajah wajah yang saling
bercermin pada bola mata masing masing Hidup di tengah-tengah desa yang
masyarakatnya masih memegang teguh kepercayaan sejak dulu, yang masih kental
kebudayaannya sampai sekarang tidaklah luntur.Siang hari yang terik, setelah pulang
kuliah aku pergi ke halaman belakang rumah untuk sekedar meringankan beban yang ada
di pundak dan duduk manis sendirian ditemani musik box kesayangan diputar lagu-lagu
kesukaan, seperti peterpan. Dengan lirik indah mengalir lagu peterpan semua tentang kita
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu ‘ tuk hapuskan semua sepi di hati
Ada cerita tentang aku dan dia, saat kita bersama saat dulu kala
Di tengah-tengah lamunan itu aku dikagetkan oleh seorang teman dekatku, entah kenapa
temanku tahu kalau aku di situ mungkin karena diberitahu oleh Ibu.
“Dorrr!!” kagetnya menggusarkan semua lamunanku.
“Hyyaa.. kenapa kau mengagetkanku, Ris!” “Hmm.. sorry friend” gumam Aris menepuk
pundakku. “Tapi adakah hal yang mengganggu pikiranmu saat ini?” sambung Aris
khawatir.Namun aku masih tampak berpikir untuk menjawab pertanyaan Aris tapi
bukannya menjawab aku malah berbalik bertanya pada dia.
“Ahh.. itu, gini Ris apakah kamu tidak mendapatkan tugas sepertiku?” sergapnya.
“Tugas? Kau lupa bahwa kita berbeda kampus,?” tutur Aris mengingatkan.
“Ohh.. ya tentu aku tahu Ris, maksudku apakah kau tidak mendapatkan tugas untuk
membuat cerita rakyat atau menceritakan sejarah di desamu?” jelasnya tutup point.
“Hmmm..” desisnya menggeleng.
“Tidak, lalu apa yang membuatmu risau?” lanjutnya dengan pertanyaan kepo.
“Huft.. kau itu temanku apa bukan sih? Bahkan kau melupakan tentangku, yang sangat
membenci sejarah, aku tidak tahu sejarah yang ada di desa ini,Ris”
“Ck ck ck, bukan begitu, lagi pula kenapa kau begitu bego sih?” ledek Aris.
“Huh, bego?! kenapa?”
“Astaga, kau dapat mencari informasi di Ayahmu, keluargamu”
Dan pada akhirnya aku Tanya pada kakekku dan sesepuh yang ada didesaku. Beliau
menceritakan semuanya. Segala sesuatu yang ada di bumi ini memiliki sejarah, sebelum

Jangat dan Kapak dari Langit | 1


akhirnya terbentuk. Begitu pula yang terjadi dengan sebuah desa yang aku tempati ini,
Dan inilah sebuah kisah yang menghantarkan pada terbentuknya Desa Sukorejo.
Diceritakan pada zaman dahulu, lahirlah seorang tokoh yang kelak ia menjadi
tonggak cikal bakal Sukorejo. Tak ada sumber yang menyebutkan tahun berapa ia
dilahirkan. Tokoh itu adalah bapak Suko dan Torejo. jadi masyarakat menggabung nama
sesepuh itu untuk dijadikan sebagai nama desa yaitu Desa Sukorejo. Sukorejo secara
harfiah terdiri dari dua kata yaitu “Suko” yang maksudnya adalah suka dan “Rejo” yang
maksudnya adalah ramai atau banyak aktivitas jadi jika digabung maka Sukorejo adalah
desa yang mempunyai banyak aktivitas dan aktivitas itu disukai masyarakat sehingga
terciptalah keramaian dalam kehidupannya.Suatu ketika, Suko dipanggil ayahandanya.
Berkatalah ayahandanya itu, “ Le, Kamu sudah mulai dewasa. Bapak ingin kamu
menuntut ilmu dan memperdalam ilmu agama yang telah Bapak berikan padamu. Maka
bergurulah kamu kepada Kyai Qomaruddin. Dan kembangkanlah ilmu yang beliau
ajarkan kepadamu.” Maka berangkatlah Suko menemui Kyai Qomaruddin yang
bertempat di daerah utara Gresik. Sumber yang lain mengatakan bahwa Kyai
Qomaruddin bertempat di Tegal Sari, Ponorogo. Selain berguru kepada Kyai
Qomaruddin. Dia berjuang mengembangkan ilmu itu sampai ke kawasan Ngawi,
Nganjuk dan Madiun.
Setelah bertahun tahu mengaji pada Kyai Qomaruddin dan dirasa ilmunya sudah
semakin dalam, menghadaplah Suko kepada Kyai, “ Yai, kulo nyuwun izin badhe
wangsul. Kulo kepingin ngembangake ilmu kulo saking Pak Yai teng wilayah liyanipun.”
“ Yen ngunu Le, sing mbuk pingini, yo wes. Aku gak iso nyanguni opo-opo. Lamun
dongaku kanggo awakmu,mugi-mugi Sing Kuoso paring kesehatan lan panjang umur.
Mugo
-mugo anak cucu lan turunanmu kabeh diwenehi kepinteran ngaji, lan nduweni ilmu
agomo sing luas.”
Maka pergilah Suko meninggalkan tempatnya mengaji dengan hanya diiringi do’a
gurunya. Ia tidak kembali ke rumah masa kecilnya. Suko memutuskan untuk merantau
dan mengembangkan agamanya disukorejo, Jombang. Keterampilannya dalam
mengembangkan Agama itu telah menarik perhatian.
Jam terus berputar, waktu pun terus berganti ceritapun semakin membuatku ingin tau
lebih dalam lagi, konon katannya didesaku terdapat bukit, entahlah aku juga tidak tahu.
Bukit apa yang dimaksud? Bukit itu bagi warga desa adalah tempat terangker didesa ku
.disekelilingnya dipenuhi pohon kajaran dan pohon mimba. Dan ditengah tengah
kerimbunan itu terdapat satu kuburan yang sangat panjang , kuburan itu tidak bernama
hanya mepunyai penanda atau nisan. Aku dan teman temanku seringkali dilarang oeh
Jangat dan Kapak dari Langit | 2
orang tua kami supaya jangan dekat dekat dengan bukit itu yng oleh orang tua kami
disebut Punden. Tempat kuburan itu memang seperti gundukan pyramid maka disebut
Punden,tempat kuburan itu memang seperti gundukan pyramid maka disebut
Punden.”jangan kau masuk ke punden kalau tidak ingin kau jadi santapan Banaspa”!
Selama ini masyarakat sekitar desa Sukorejo sebagian memiliki keyakinan atau
kepercayaan untuk menggelar kenduri disalah satu makam yang dikeramatkan diwilayah
Sukorejo. Kenduri atau kirim doa ini dilakukan ketika masyarakat ada yang akan
menggelar acara hajatan entah nikahan atau sunatan. Begitupun ketika musim panen dan
musim tanam telah tiba. Dan tak jarang pula mereka yang nadzarnya telah kesampaian
juga menggelar acara serupa.
Acara kenduri digelar disekitar pepunden atau makam yang dikeramatkan di desa
Sukorejo telah dilakukan masyarakat sudah lama dan menjadi tradisi secara turun
temurun. konon katanya jika pas mau menggelar acara hajatan dan tidak mengadakan
acara kirim berkah atau syukuran dimakam pepunden, maka akan terjadi musibah,
seperti ada gangguan angin yang menyebabkan terop waktu hajatan bisa tertiup angin
dan tak ayal terop atau tenda bisa beterbangan. Begitupun dengan mereka yang akan
melaksanakan musim tanam, maka tanaman mereka bisa gagal panen jika tak melakukan
apa yang sudah menjadi tradisi masyarakat Dan hal semacam ini sudah banyak yang
membuktikan atau mengalaminya.
Banyak kisah keberhasilan seseorang yang melakukan ritual ngalap berkah dengan
cara membaca wirid di makam ini dan kebanyakan dari mereka banyak yang tercapai cita-
cita atau hajat yang diharapkan. Dan hal semacam ini, mau tidak mau masyarakat sekitar
sudah terlanjur menaruh keyakinan akan hal ini. Diarea makam pepunden ini masyarakat
juga memiliki keyakinan kita dilarang jobriyo atau menyombongkan diri dengan
mengatakan “ kita sakti bisa ini dan itu”!, karena sudah tidak sedikit orang yang udah
meninggal beberapa hari berikutnya setelah melangar apa yang menjadi pantangan di
area makam pepunden ini.
Suatu hari aku bertemu dengan salah satu juru kunci makam didesa sukorejo. Tak
sengaja aku bertanya Tanya tiba tiba bapak itu menceritakan tentang makam yang berdiri
sendiri ditengah sawah itu ……….
Didesa ini terdapat bangunan kecil yang disebut Punden, dulunya ada orang sakti
bertengkar hebat dengan lawannya tersebut,mereka juga mempunyai perjanjian yaitu”
Sesok anak putuku tungguen, aku trimo kalah, aku bakal ngayomi desomu” maksudnya
yang kalah dari kejadian pertengkaran hebat itu harus bisa menjaga desa Sukorejo ini.
Setiap malam jum’at legi terdengar suara gong dan pada hari itu, ditempat itu selalu ramai
didatangi banyak orang, apalagi waktu sedekah desa pasti sangat banyak pengunjungnya.
Jangat dan Kapak dari Langit | 3
Entah itu dari warga desa sendiri maupun dari desa luar.
Jaman dulu banyak sekali bangunan seperti itu (Punden), yang menjadi kepercayaan
orang-orang sekitar, dan sebagainya alas, barongan, sebelum ada banyak penduduknya.
Orang-orang didesa ini jaman dulu sering mengadakan acara ( Tanggapan Tayupan ),
sebelum acara dimulai masyarakatnya membawa makanan ke bangunan kecil itu
(Punden) sebelum dibawa kesana makanan itu tidak boleh ada yang memakanya
(makanan sisa) kalau melanggar pantangan itu akan terjadi hal yang negative.
Sebagai hamba tuhan dimanapun kita maka perilaku sopan santun, andap ashor harus
kita kedepankan karena rasa sombong dan jobriyo, dimanapun tempatnya maka sifat
seperti ini bisa membinasakan diri kita, karena itu termasuk perbuatan tercela. Oleh sebab
itulah kita harus buang jauh-jauh sifat tercela tersebut bukan karena ada ini dan itu kita
harus bersikap sopan santun. Tapi sebagai manusia yang memiliki akal, tentunya kita
akan mengerti mana yang layak dan tidak untuk perilaku kita terhadap sesama hamba
tuhan.
Hal semacam ini minta berkah, seakan tidak berlaku bagi mereka yang hanya pendatang
dikampung tersebut, mungkin karena mereka tidak menyakini hal semacam itu sesuai
dengan ajaran keimanan yang mereka anut. Atau bisa juga karena ketidaktahuan mereka
akan tradisi masyarakat sekitar Sehingga mereka tidak merasa memiliki tradisi seperti
masyarakat asli desa Sukorejo.
Namun ada juga masyarakat yang ketika menjadi pendatang atau penduduk baru di
desa Sukorejo yang melakukan ritual seperti kebiasaan masyarakat, akan tetapi tidak
digelar dimakam pepunden melainkan dirumah yang mereka tempati.
Masih berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat sekitar. Bahwa yang babat alas
’’bahasa jawa’’ orang yang bermukim pertama kali, yaitu mbah Sosrah dan mbah Jenggot.
Cerita ini berkembang secara turun temurun di masyarakat sekitar Sukorejo. Hal ini juga
di dukung oleh adanya makam mbah Sosrah dan mbah Jenggot yang berlokasi diwilayah
desa Sukorejo dan masih dianggap serta dikramatkan hingga saat ini.
Untuk saat ini makam pepunden yang dikramatkan tersebut masih sering didatangi
masyarakat sekitar, bahkan tak jarang pula masyarakat luar daerah yang datang kemakam
itu, pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat legi untuk melakukan ritual ngalap
berkah.
Kedatangan mereka, pada umumnya kebanyakan untuk ngalap berkah agar bisa
sukses usahanya atau apa yang dicita-citakan bisa tercapai, seperti yang saya sebutkan
diawal. Dan kebanyakan dari mereka yang diluar daerah atau luar desa, yaitu mereka-
mereka yang direkomendasikan oleh orang pintar atau dukun dan guru spiritual mereka.
masih berdasarkan cerita yang diwariskan secara turun temurun dan melegenda yang

Jangat dan Kapak dari Langit | 4


seakan menjadi sebuah cerita dongeng wajib sebelum tidur
Mbah Sosrah dan mbah Jenggot???...
Jika kita melongok berbagai sejarah suatu daerah, nama mbah Sosrah dan mbah Jenggot
bisa jadi semacam nama gelar atau nama julukan yang diberikan seseorang atau pembesar
kepada orang tersebut. Dan ternyata nama ini memang sekedar nama julukan yang tidak
diketahui masyarakat akan arti makna dari pemberian nama tersebut.
Lalu siapa nama asli mbah Sosrah dan mbah Jenggot?
Dari mana beliau berasal?
Saya akan uraikan berdasarkan penelusuran yang saya dapatkan dari data pemerintah
desa sukorejo dan cerita yang berkembang di masyarakat sekitar secara turun temurun
sehingga semua dapat disimpulkan secara jelas dan gamblang.
Mbah Sosrah dan mbah Jenggot….
Inilah nama yang paling di kenal oleh kebanyakan orang. Berdasarkan cerita dari salah
satu warga yang usianya berjalan 66 tahun dan mempunyai kemampuan kebatinan atau
indra ke enam untuk urusan hal gaib, nyai maningo astro adalah sosok wanita yang tidak
terlalu gemuk ataupun kurus dan tidak pula tinggi ataupun rendah.
Perawakan nyai maningo astro sendiri biasa saja. Rambutnya tipis namun panjang,
sehingga ketika rambutnya disanggul tampaklah sanggulnya yang tidak begitu besar dan
warna kulitnya sawo matang seperti kulit orang jawa pada umumnya.
Nyai maningo astro memiliki kebiasaan sangat suka menyelipkan bunga melati segar
diantara sanggulnya sehingga aroma melati yang sangat semerbak mendahului setiap
langkahnya ketika mbah Sosrah dan mbah Jenggot datang kemanapun. Dan hiasan melati
sungguh seakan menambah sempurna kecantikannya. Begitupun dengan aroma melati
yang sangat semerbak ini, sering dijadikan petanda bahwa nyai maningo astro telah hadir,
bagi para peziarah makam atau orang-orang yang datang untuk ngalap berkah dengan
melakukan ritual dimakam nyai maningo astro.
Nyai maningo astro, tidak pernah menikah, sehingga tidak memiliki keturunan. Adapun
mengenai asal muasal mbah Sosrah dan mbah Jenggot, yaitu berasal dari kerajaan
mataram.. Bahkan dibatu nisan tempat dimana nyai maningo astro disemayamkan tidak
ada tanda berupa tanggal atau semacamnya. Sehingga tidak diketahui secara pasti dan
dimana nyai maningo astro dilahirkan, begitupun dengan kewafatannya yang sampai saat
ini tetap menjadi misteri yang tidak diketahui kapan pastinya
Namun jika kita coba untuk menarik mundur, tentang muasal nyai maningo astro
yang konon dari matara. Maka bisa dijadikan benang merah ketika dihubungkan dengan
kerajaan jenggala. Akan tetapi masih belum bisa dipastikan secara gamblang tentang
muasal yang jelas mengenai hubungan nyai maningo astro dengan silsilah dari kerajaan

Jangat dan Kapak dari Langit | 5


mataram. Desa Sukorejo sendiri, mulai disebut Sukorejo pada thn 1828 tepatnya tgl 27
mei, hal itu merujuk pada data yang ada di pemerintahan desa Sukorejo. Ada keterangan
bahwa desa Sukorejo terbentuk pada tahun dan tanggal diatas. Sehingga sampai saat ini,
tiap tgl 27 bulan mei di peringati sebagai hari jadi desa Sukorejo, atau yang lebih sering
disebut dengan ruwat desa.
Sampai sekarang, masyarakat desa Sukorejo tetap memperingati hari jadi desa
Sukorejo pada tanggal 27 mei dengan cara mengadakan syukuran dan tahlil bersama-
sama dimakam keramat nyai maningo astro selanjutnya mengadakan hiburan seperti
Jaranan dan Campur sari . Dan hal semacam ini seakan sudah menjadi tradisi wajib bagi
masyarakat sekitar guna menggelar acara syukuran serta kirim doa sebagai bentuk
perwujudan rasa syukur masyarakat sekitar kepada sang maha pencipta.
Dan hal semacam ini selalu menjadi misteri terutama untuk asal muasal desa-desa kecil
seperti sukorejo karena minimnya faktor pendukung serta bukti otentik maupun data
yang pasti tentang suatu desa.

Jangat dan Kapak dari Langit | 6

Anda mungkin juga menyukai