Anda di halaman 1dari 6

Ibadaha Ulang Tahun Dewasa

Terima Kasih Tuhan

Terima Ksih Tuhan, untuk Kasih Setia-Mu yang ku alami dalam Hidupku,
Terima kasih Yesus untuk Kebaikan-Mu, sepanjang Hidupku. ( 2 x )
Reff. Trima Kasih Yesusku, Buat Anugrah yang kau beri,
Sbab hari ini Tuhan adakan Syukur Bagi-Mu Reff…..

Doa Pembacaan Alkitab : Mazmur 34 : 9


“Dari semula, t’lah Kau tetapkan..

hidupku dalam tanganMu, dalam rencanaMu Tuhan..


Rencana indah t’lah Kau siapkan..
bagi masa depanku yang penuh harapan…”

“S’mua baik…..s’mua baik…


apa yang t’lah Kau perbuat di dalam hidupku..
S’mua baik….sungguh teramat

Doa Syukur HUT / Berkat.


Zaman dahulu ada seorang tukang menyalakan lentera yang tugasnya
menyalakan lentera di rumah-rumah penduduk desa begitu hari beranjak
malam. Zaman itu belum ada penerangan listrik. Antara rumah yang satu
dengan yang lain juga tidak berdekatan.

Di bagian depan dari setiap rumah penduduk desa diletakkan sebuah


lentera yang cukup besar. Lentera ini sekelilingnya diberikan pembatas
sehingga nyala api lentera tidak akan padam tertiup angin. Pembatas
sekeliling lentera itu transparan sehingga nyala api lentera bisa dilihat
hingga kejauhan.

Lentera depan setiap rumah tersebut juga diletakkan sedemikian rupa


sehingga tidak akan terkena air sekiranya hujan turun. Nyala api lentera
akan cukup untuk menerangi bagian depan rumah hingga jarak beberapa
meter ke depan.

Orang-orang dari kejauhan akan mudah melihat nyala lentera di kegelapan


malam. Orang-orang dari kejauhan akan tahu dari nyala api lentera bahwa
ada sebuah rumah di sana.

Tugas menyalakan lentera di rumah-rumah penduduk desa ini sudah


dilakoninya lama dari sejak ia muda. Orang-orang menamakannya si
"tukang menyalakan lentera".

Setiap sore menjelang matahari terbenam, ia akan berkeliling membawa


tangga dan lenteranya sendiri. Ia lalu mampir di setiap rumah,
menyandarkan tangganya di tiang lentera rumah tersebut, dan menyalakan
lentera rumah tersebut menggunakan nyala api lentera yang dibawanya.

Demikianlah yang dia lakukan di setiap rumah. Berpindah dari satu rumah
ke rumah yang lain. Menyalakan satu lentera rumah ke lentera rumah yang
lain.

Tentu saja dia harus bergerak dan bertindak dengan gesit, sigap, dan
cekatan. Kalau tidak, rumah terakhir akan terlalu malam dan gelap sampai
ia tiba untuk menyalakan lentera rumah terakhir tersebut.

Orang-orang mengenali datangnya si tukang menyalakan lentera dari nyala


lentera yang dibawanya. Orang-orang juga tahu akan ke arah mana si
tukang menyalakan lentera pergi dari nyala lenteranya pula.

Si tukang menyalakan lentera juga meninggalkan "jejak" pada setiap


rumah. Jejak tersebut berupa lentera-lentera rumah yang sudah
dinyalakannya.

Cerita ini dapat menjadi motivasi untuk menjaga agar kehidupan kita
berjalan di jalur yang tepat.

Sepanjang kehidupan, kita telah bertemu dan berinteraksi dengan banyak


sekali orang. Berbagai orang tersebut memiliki dampak yang berbeda atas
diri kita. Tentu saja kita pun memberikan dampak yang berbeda kepada
orang-orang yang kita temui dan berinteraksi dengan kita sepanjang
kehidupan.
Ada orang-orang yang "datang" dalam kehidupan kita dan segera "pergi".
Mereka tidak meninggalkan "jejak" dalam hati dan pikiran kita.

Ada orang-orang yang "tinggal" untuk sementara waktu dalam kehidupan


kita. Mereka meninggalkan sedikit "jejak" dalam hati dan pikiran kita. Jejak
mereka ada namun tidak terlalu jelas dan kuat.

Ada pula orang-orang yang "tinggal" dalam waktu yang lama bahkan
permanen dalam kehidupan kita. Mereka meninggalkan banyak "jejak"
dalam hati dan pikiran kita. Jejak yang mereka tinggalkan sangat jelas dan
kuat.

Demikian pula kitapun meninggalkan "jejak kehidupan" dalam hati dan


pikiran orang-orang lain. Umumnya mereka adalah orang-orang yang
pernah bertemu dan berinteraksi dengan kita sepanjang kehidupan kita.

Jejak yang kita tinggalkan dalam hati dan pikiran orang-orang lain berasal
dari ucapan dan tindakan (perbuatan) yang kita lakukan. Bisa juga mereka
tidak bertemu dan berinteraksi langsung dengan kita, namun terdampak
oleh perbuatan-perbuatan kita.

"Jejak kehidupan" yang kita tinggalkan pada orang lain, ada yang baik atau
positif. Namun pasti ada pula yang sebaliknya.

Tidak mungkin kita hanya mengoleksi "jejak kehidupan" yang baik atau
positif saja. Pasti akan ada yang buruk atau negatif karena kita hanyalah
orang biasa yang belum sempurna atau suci.
Di saat ultah berarti kita masih hidup. Kita masih memiliki sisa kehidupan
yang kita tidak tahu berapa lama lagi.

Selagi masih ada umur, sebelum sakit mendera, sebelum usia tua
menjelang, dan sebelum kematian menjemput, perhatikan dan jagalah agar
"jejak kehidupan" yang kita tinggalkan kepada orang-orang lain, dari
perbuatan-perbuatan yang kita lakukan, sebanyak mungkin adalah yang
baik atau positif.

Jangan sampai timbul penyesalan di ujung kehidupan. Penyesalan


biasanya datang terlambat. Penyesalan seringkali datang setelah segala
sesuatunya sudah tidak bisa diperbaiki lagi.

**

Tangerang, 16 April 2022

Penulis: Toni Yoyo untuk Grup Penulis Mettasik

Dokpri, mettas

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Renungan Ulang Tahun: Si Tukang Lentera
dan Jejak Kehidupan", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/gruppenulismettasik0279/6259f3643794d15c140ead92/renungan-ulang-
tahun-si-tukang-lentera-dan-jejak-kehidupan?page=all#section2
Kreator: Kompasianer METTASIK

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili
pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

erita Inspiratif Dan bermakna


*Petani dan Anak-anaknya*
Pengarang: NN
Seorang petani yang sangat kaya yang merasa tidak akan hidup terlalu lama lagi, memanggil anak-anaknya di
samping tempat tidurnya
"Anak-anakku," dia berkata,
"Perhatikanlah apa yang akan saya katakan pada kalian.
Dengan alasan apapun, jangan pernah menjual tanah yg menjadi milik keluarga kita selama beberapa generasi.
Karena di tanah ini tersembunyi harta karun. Saya tidak tahu di mana letak pastinya, tetapi harta tersebut ada di
sini.
Carilah harta tersebut dengan sekuat tenaga dengan cara menggali dan jangan lewatkan sejengkal tanah pun
yang tidak tergali.
Sang Petani kemudian meninggal, dan tidak lama setelah penguburannya, anak-anaknya mulai bekerja sekeras
mungkin menggali setiap jengkal tanah pertanian mereka dengan sekop, bahkan setelah selesaipun, mereka
masih melakukannya sampai berulang dua-tiga kali.
Tidak ada satupun emas tersembunyi yang mereka dapatkan, tetapi saat musim panen, kantong dan pundi-
pundi uang mereka menjadi penuh dengan keuntungan panen yang sangat besar dibandingkan dengan
tetangga-tetangga mereka.
Pada akhirnya mereka menjadi sadar bahwa harta karun yang disebutkan oleh ayah mereka adalah kekayaan
dari hasil panen yang berlimpah, dan kerja keras mereka sebenarnya adalah harta karun.
Pesan Moral: Kerja keras adalah harta karun
2121
2c

“Dari semula, t’lah Kau tetapkan..


hidupku dalam tanganMu, dalam rencanaMu Tuhan..
Rencana indah t’lah Kau siapkan..
bagi masa depanku yang penuh harapan…”

“S’mua baik…..s’mua baik…


apa yang t’lah Kau perbuat di dalam hidupku..
S’mua baik….sungguh teramat

Anda mungkin juga menyukai