Anda di halaman 1dari 14

Nama : Ni Wayan Eka Raditya Ningsih

NIM : 1601521012
Prodi/Smt : Sastra Bali / VI
MK : Kewarganegaraan
Pengampu :

Hal yang unik atau menarik di daerah saya antara lain :

1. Tradisi Mesbes Bangke

Sebutan Bali sebagai Pulau Seribu Pura sudah tak asing lagi bagi wisatawan lokal
maupun asing, mengapa demikian, Karena Bali menjadi tujuan wisata dunia, sedangkan
mayoritas penduduknya beragama Hindu dan tempat beribadatnya adalah pura, termasuk juga
penyebaran agama Hindu sampai saat ini berpusat di Bali. Walaupun pengaruh agama Hindu
cukup kuat di Bali, tetapi berbagai budaya dan tradisi warisan leluhur di pulau ini tetap
bertahan sampai sekarang ini, seperti salah satunya tradisi Mesbes Bangke atau mencabik
mayat, kedengaran sangat ekstrim dan tentunya sangat unik pada jaman sekarang ini.

Tidak dipungkiri Bali memang memiliki banyak budaya tradisi unik, salah satunya
yang populer seperti tradisi pemakaman mayat di Tenganan, Perang Pandan (Mekare-kare),
omed-omedan dan Mekotek adalah beberapa tradisi unik yang cukup populer di Bali dan
menjadi sebuah atraksi wisata yang menarik untuk dinikmati oleh wisatawan, tetapi tradisi
Mesbes Bangke atau mencabik mayat, yang jarang dikenal oleh warga Bali secara umum
apalagi wisatawan, masih tetap bertahan sampai sekarang ini, tradisi Mesbes Bangke ini
digelar di banjar Buruan, Tampaksiring, kabupaten Gianyar, Bali.

1
Jika pertama kali mendengar atau melihat bagaimana tradisi ini digelar, tentu akan
membuat tercengang, karena memang jasad tubuh orang yang meninggal (bangke) dicabik-
cabik oleh warga dan itu hanya ada di banjar buruan, Tampak Siring, Gianyar. Tentunya ini
adalah sebuah budaya dan tradisi unik di Bali yang ekstrim yang dilakukan oleh warga
setempat dan tradisi itu masih bertahan sampai saat ini, sangat dimaklumi untuk warga yang
belum kenal dan masih awam akan tradisi tersebut, tentu akan kelihatan aneh dan
mengerikan.

Tradisi Mesbes Bangke di Tampak Siring Bali ini, tidak dilakukan pada semua jasad
manusia yang sudah meninggal. Di desa ini dilakukan upacara Ngaben dengan cara ngaben
masal yang melibatkan dan dilakukan oleh banyak warga dan juga ada ngaben personal yang
bersifat pribadi. Dan tradisi Mesbes Bangke tersebut hanya digelar untuk ngaben personal
saja. Jadi tidak semua orang meninggal melalui proses mencabik mayat tersebut.

Karena warga Banjar Buruan tidak kuat menahan bau busuk yang dikeluarkan oleh mayat
tersebut, maka warga memiliki ide untuk mesbes (mencabik) mayat tersebut, dan pada saat
mencabik-cabik (mesbes) mayat mereka harus merasakan kegembiraan, agar lupa akan bau
yang ditimbulkan oleh mayat tersebut. Setelah mayat di cabik-cabik dengan tangan dan
giginya sekalipun, entah dagingnya dimakan atau sekedar dicabik, cabikan mayat tersebut di
oper-oper seperti sedang melakukan permainan. Menurut warga mereka merasa senang
melakukan tradisi tersebut, daging mayat dicabik dan dioper mereka meluapkan kegembiraan
sehingga bau tersebut terlupakan.

2
Saat tradisi Mesbes Bangke ini berlangsung, para pencabik mayat tersebut ada yang
setengah sadar atau kesurupan ada pula yang masih sadar, namun mereka tetap bersemangat
untuk mencabik mayat hingga naik ke atas mayat, apalagi diiringi oleh gamelan baleganjur
dan guyuran air membuat mereka menjadi tambah semangat, setelah warga lelah mencabik
mayat ataupun saling oper daging mayat, barulah jenazah atau mayat tersebut di bawa ke
tempat upacara Ngaben. Untuk di Bali sendiri dikenal adanya Kasta, untuk tradisi tersebut
tidak ada perlakuan khusus untuk kasta yang lebih tinggi, semua kasta ataupun status
ekonomi warga, semua diberlakukan sama jika mereka ingin menggelar upacara Ngaben
secara personal.

Saat ini sekarang jaman sudah semakain maju dan berkembang, banyak cara
dilakukan untuk membuat mayat tersebut tidak berbau termasuk juga penggunaan obat
formalin, tetapi tradisi sudah diwariskan, warga atau masyarakat Buruan, Tampak Siring,
Gianyar ini masih tetap melakukan tradisi tersebut. Untuk mayat yang akan dikremasi, saat
keluar dari rumah duka akan diserbu oleh penduduk yang akan mesbes atau mencabik-cabik
mayat tersebut. Konon untuk mencabik mayat tersebut harus dilakukan oleh penduduk yang
memang asli dari banjar Buruan, jika dilakukan oleh penduduk pendatang akan berakibat
fatal bagi mereka yang melakukannya. Apalagi jika diketahui orang yang bukan penduduk
asli banjar Buruan ini ikut mencabik mayat dengan segeranya akan di hajar massa.

Pengecualian terhadap orang yang disucikan seperti pemangku, sulinggih dan


pedanda. Untuk mengalihkan perhatian warga terhadap penduduk yang ingin mencabik
mereka biasanya keluarga duka akan berusaha menggunakan taktik agar terhindar dari warga,
yaitu mengadakan ritual mekingsan (menititpkan) ring gni untuk menghormati jasad mereka.
Jika tidak melakukan ritual tersebut ada kemungkinan bagi masyarakat yang setengah sadar
untuk mencabik-cabik mayat mereka.

Selain itu ada juga pantangan yang tidak boleh dilakukan selama ritul Mesbes Bangke
digelar, yaitu mayat sama sekali tidak boleh menyentuh tanah ataupun jatuh, maka dari itu
orang yang mengangkat mayat harus memiliki tenaga kuat, jika hal itu terjadi maka desa adat
banjar Buruan mendapatkan sanksi, yang mana harus mengadakan pecaruan. Namun hingga
sekarang tidak ada mayat yang demikian. Dari 13 banjar adat yang berada dibawah naungan
Desa tampak Siring, hanya banjar Baruan yang masih melakukan ritual ini.

3
Banyak kontroversi yang datang dari masyarakat luar, mereka memandang bahwa ini
tidak menghormati keluarga almarhum dan juga ini merupakan ajang balas dendam terhadap
almarhum. Namun sesungguhnya tradisi yang diwariskan turun temurun di Bali ini
merupakan wujud kebersamaan dari warga banjar Baruan. Kelian adat dan Dinas Banjar
Buruan pun sudah menyetujui jika tradisi ini tetap terlaksanakan. Karena keluarga almarhum
sudah merelakan dan ikut turut serta dalam ritual ini. Maka sampai sekarang tradisi tersebut
masih bertahan sampai saat ini

2. Pura Tirta Empul Tampaksiring - Bali

Pura Tirta Empul dan permandiannya terletak di wilayah desa Manukaya, Kecamatan
Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Tampaksiring adalah nama dan sebuah desa yang terletak
36 km dari Denpasar.

Pura Tirta Empul sebagai peninggalan Kerajaan di Bali, salah satu dari beberapa
peninggalan purbakala yang menarik untuk disaksikan dan diketahui di desa ini. Disebelah
Barat Pura tersebut pada ketinggian adalah Istana Presiden yang dibangun pada pemerintahan
Presiden Soekarno. Mengenai nama pura ini kemungkinan besar diambil dari nama mata air
yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta Empul seperti yang telah disebutkan
diatas. Secara etimologi bahwa Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah.
Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah.

Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat
beberapa peninggalan purbakala. Pendirian pura ini diperkirakan pada tahun 960 A.D. pada
jaman Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa. Seperti biasa pura – pura di Bali,
pura ini dibagi atas Tiga bagian yang merupakan Jaba Pura (HaLaman Muka), Jaba Tengah
(Halaman Tengah) dan Jeroan (Halaman Dalam).

4
Pada Jaba Tengah terdapat 2 (dua) buah kolam persegi empat panjang dan kolam
tersebut mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari Timur ke Barat menghadap ke
Selatan. Masing – masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri
diantaranya pancuran Pengelukatan, Pebersihan, Sudamala dan Pancuran Cetik (Racun).
Pancuran Cetik dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi yaitu pertempuran
Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara Indra.

Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap sewenang –


wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara – upacara keagamaan
untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh
Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa.
Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa
Tampak siring.

Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik (Racun)


yang mengakibatkan banyaknya para laskar Bhatara Indra yang gugur akibat minum air
tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air
keluar dari tanah (Tirta Empul) dan air Suci ini dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak
beberapa lama bisa hidup lagi seperti sedia kala.

5
3. Kerajinan Tempurung Kelapa di Tampaksiring

Tempurung atau batok kelapa bisa disulap menjadi cantik dan menarik sebagai karya
seni. Berbagai macam produk yang unik dapat dibuat sesuai kebutuhan dari Batok kelapa.
Bisanya di pakai untuk papan nama, ada kap lampu, celengan, kotak tisu, dompet, topeng,
berbagai aksesoris, tas dan dekorasi interior. Ukurannya juga bervariasi dan baik untuk
souvenir. Kerajinan batok kelapa ini dapat dengan mudah ditemukan hampir di semua toko-
toko seni dan toko-toko suvenir di daerah tujuan wisata di seluruh Bali. Demikian pula,
mereka juga dapat diperoleh di toko-toko kerajinan, toko suvenir dan PKL.

Di Pulau Dewata, pusat untuk pembuatan berbagai jenis kerajinan kelapa berada di
Tampaksiring, Gianyar. Hampir semua penduduk setempat memiliki kemampuan untuk
mengukir atau membuat benda-benda seni lainnya. “Ini telah menjadi tradisi bagi warga
setempat untuk membuat kerajinan tempurung atau batok kelapa. Kerajinan batok kelapa
telah diwariskan dari generasi ke generasi oleh masyarakat setempat. Produk mereka
dijajakan dan dipajang di toko-toko seni di sepanjang Jalan Raya Tampaksiring. Untuk
membuat kerajinan batok kelapa atau kerang bisa menghabiskan waktu seminggu tergantung
tingkat kesulitan dari motifnya.

Cara membuat kerajinan batok kelapa

6
Langkah pertama dalam pembuatan kerajinan batok kelapa yang membersihkannya
dengan menghapus daging kelapa. Setelah itu, cangkang kelapa dikeringkan di bawah sinar
matahari. Selain itu, diampelas sampai permukaan halus dan serat yang terlihat. “Kemudian,
itu diukir dalam berbagai motif, seperti tanaman, hewan dan boneka, Pengerajin mendapatkan
bahan baku dari luar daerah Tampaksiring karena di daerah dingin sulit untuk mendapatkan
kelapa. Bahan-bahan tersebut biasanya didatangkan dari Tabanan dan daerah lainnya di Bali.
“Produksi kerajinan tempurung kelapa sangat menjanjikan.

Seni Ukir di Batok Kelapa

Warga Desa Tampaksiring Gianyar Bali tampaknya dianugerahi bakat alami seni
mengukir. Turun temurun mereka telah memanfaatkan Batok Kelapa sebagai media seni
mereka. Dan hasilnya cukuplah mencengangkan. Karena batok yang biasanya berakhir
sebagai arang atau peralatan makan, ditangan mereka dapat menjadi karya seni bernilai
tinggi. Batok yang keras tersebut diukir dengan berbagai motif seperti hewan, garis garis,
tumbuhan, hingga wayang. Ada yang dijadikan tempat lilin, namun umumnya batok kelapa
ini dibentuk untuk dijadikan kap lampu.

Pengrajin batok kelapa beraksi

7
Mengukir batok kelapa

Para pengrajin seni ukir batok ini dapat dengan mudah kita jumpai di sepanjang jalan
menuju ke Gunung Kawi. Tepatnya di sisi kanan kiri anak tangga menuju gunung kawi. Jadi
sembari meniti anak tangga kita bisa beristirahat sejenak sambil menikmati hasil karya para
pengrajin dan bahkan melihat langsung bagaimana mereka mengukir.

4. TENTANG UKIRAN TULANG DI BALI

Tampak Siring terletak di Gianyar, Bali, selain dikenal dengan Istana Tampak Siring
yang indah, juga dikenal sebagai sentra kerajinan ukir tulang di Bali. Dari tangan-tangan
terampil para pengerajin, berbagai tema karya seni dihasilkan dari bahan tulang hewan.
Berawal dari pemanfaatan limbah tulang sapi dan kerbau, para pengerajin Tampak Siring
menyulap limbah tersebut menjadi aneka bentuk yang unik dan bernilai jual tinggi.

Tulang yang di gunakan para perajin mulai dari tulang ikan, tulang sapi, kerbau,
tanduk, hingga gading gajah. Bagi mereka, tulang lebih bagus dibanding kayu, karena
memiliki tingkat kekerasan berbeda. Dan masing-masing bagian tulang hewan, memiliki
tingkat kerumitan sendiri.

8
Motif Ukiran Kerajinan Tulang harus Inovatif

Kerajinan tulang di Bali selama ini geliatnya belum booming seperti beberapa tahun
lalu. Banyak kendala dihadapi mulai bahan baku hingga desain yang terkesan monoton.
Karena itu, kerajinan tulang perlu melakukan inovasi motif ukiran. Para pelaku bisnis
mengemukakan bahwa kerajinan tulang buatan perajin Bali sesungguhnya sangat digemari
pasar mancanegara maupun domestik. Namun, sayangnya tidak begitu banyak produk yang
ditawarkan di pasaran yang sesuai keinginan pembeli. Motif ukiran dan desain yang
ditawarkan relatif sedikit.

Untuk pasar kerajinan tulang umumnya dari para wisatawan domestik maupun
mancanegara. Dengan demikian, yang diminati mengarah ke ukuran mini, model variatif,
hingga harga terjangkau. Kendala pengerajin tulang selama ini adalah samanya motif ukiran
dan desain. Untuk memenuhi permintaan pasar mancanegara, sesungguhnya diperlukan
adanya kreativitas desain dan ukiran yang bervariasi. Jika itu terpenuhi tidak menutup
kemungkinan kerajinan tulang Bali bisa booming kembali di pasar ekspor. Harga Ukiran
Tulang sangat bervariasi, tergantung tingkat kerumitan ukiran dan ukuran penampang.
Liontin yang terbuat dari tulang dibandrol Rp100 ribu. Sedangkan patung dari tulang paha
setinggi 15 cm dipatok Rp500 ribu. Tengkorak yang bermodalkan awal Rp210 ribu bila telah
disentuh tangan-tangan kreatif, bisa mencapai harga Rp1 juta. Harga yang berbeda akan
diterapkan kepada pembeli dari luar negeri.

Harga tersebut tidaklah mahal mengingat kesulitan dalam pembuatannya. Proses


pembuatan Ukiran Tulang kepala paling cepat bisa dirampungkan dalam waktu satu
minggu. Namun bila dapatnya bahan mentah, karena prosesnya lama mulai direbus, terus

9
dikelupas dan sebagainya, maka dua minggu baru bisa jadi, hal tersebut adalah salah satu
faktor penyebab kesulitan pembuatan yang juga turut mendongkrak harga jual.

5. KERAJINAN DOMPET RAJUTAN

Banyak sekali para pengrajin atau orang yang membuat kerajinan tangan dengan
menggunakan benang. Salah satu contoh adalah benang rajut, sangat sering sekali benang
rajut ini digunakan untuk membuat baju anak-anak maupun pakaian untuk orang dewasa
seperti jaket, switer, rompi, dompet dan lain sebagainya. Berbagai macam benang tersebut
sangatlah bagus bila digunakan untuk menciptakan suatu karya seni, jika anda ingin
membuatnya sendiri anda bisa pelajari atau mencari informasi berupa Ebook Craft atau anda
bisa mengikuti kursus menjahit untuk membuat kerajinan border seperti diatas ataupun jika
anda tidak ingin ribet banyak toko disekitar kita yang menjual pakain rajut ini anda bisa
memilih dan membeli sesuai dengan keinginan.
Pakaian rajut ini mempunyai nilai karya seni yang sangat tinggi, tidak semua orang
bisa membuatnya bahkan sangat jarang sekali orang yang bisa membuat kerajinan sejenis ini.
Selain benang rajut benang popular lainnya adalah benang jahit yang sangat banyak dicari
dan banyak manfaatnya yaitu untuk menjahit segala macam pakaian yang berbahan kain.
Kerajinan tangan dari benang yang satu ini atau menjahit baju ini banyak sekali
peminatya, banyak para wanita remaja atau ibu-ibu yang ingin belajar menjahit banyak sekali
yang mengikuti kursus atau pelatihan untuk bisa atau mempunyai skill untuk membuat dan
menjahit pakaian.

10
6. Arsitektur Khas Bali Istana Tampaksiring

Berbeda dengan bangunan-bangunan Istana Kepresidenan yang didirikan pada masa


penjajahan Belanda, Istana Tampaksiring menonjolkan ciri keindonesiaan yang sangat kental.
Tidak ada pilar-pilar besar yang menampilkan kesan agung dan kemewahan seperti Istana
Kepresidenan Jakarta atau Istana Bogor. Rancang bangun Istana Tampaksiring juga sangat
fungsional, menonjolkan kesederhanaan dan fungsinya sebagai wisma peristirahatan. Batu-
batu alam dan batubata halus khas Bali sengaja ditonjolkan untuk menciptakan corak
kedaerahan. Ukiran batu paras dan tiang-tiang kayu gaya Bali terasa padu dalam konsep
arsitekturnya, bukan sebagai elemen tambahan yang ditempelkan.Konstruksi beton digunakan
untuk menerjemahkan rancang-bangun yang menuntut bentangan-bentangan lebar. Semua
bahan kayu jati serta bahan-bahan bangunan lainnya, kecuali pasir dan batubata, didatangkan
dari Jawa.

Adapun elemen artistiknya, ukiran kayu dan batu, dikerjakan oleh para seniman Bali.
Paduan warna oranye muda, versi lembut dari warna natural batubata, dan abu-abu yang
dipilih juga merupakan elemen kesamaan yang seakan tidak lekang dimakan zaman.Salah
satu ciri arsitektur dari bangunan-bangunan Istana karya R.M. Soedarsono ini adalah
penggunaan pipa-pipa sebagai susuran di beberapa teras. Sekilas tampak seperti susuran
kapal, namun sebetulnya pipa-pipa itu juga berfungsi sebagai saluran air. Pembangunan
Istana Tampaksiring juga mempertimbangkan kondisi sosial lingkungan sekitar. Sebelum
bangunan didirikan, dibuatlah sebuah pusat kesehatan masyarakat dan pos polisi di Desa
Manukaya. Unit pembangkit listrik yang dibangun khusus untuk Istana pun ikut dinikmati
masyarakat sekitar.Wisma Merdeka dan Wisma Negara merupakan dua bangunan di

11
kompleks Istana Tampaksiring yang paling banyak menampilkan ciri arsitektur Bali.
Beberapa bagian kedua wisma itu memakai dinding teterawangan, yaitu tembok dengan
ukiran timbul dan berlubang khas Bali. Juga banyak dijumpai elemen arsitektur dari ukiran
kayu yang dicat dengan nuansa warna biru dan emas. Sedangkan atapnya terbuat dari sirip
dengan pasangan biasa seperti pada perumahan kota. Wisma Merdeka memiliki pintu ukir
khas Bali. Berdinding pigura hias bunga kayu khas Bali sepanjang dinding, dengan dominasi
warna kuning emas yang megah. Sementara semua patung dan lukisan Bali di Wisma Negara
adalah patung dan lukisan yang terpilih.

Balai Wantilan atau pendapa yang difungsikan sebagai tempat untuk pergelaran
kesenian, sepenuhnya dibangun mengikuti arsitektur tradisional Bali. Bangunan ini beratap
ilalang dan tiang-tiangnya dari batang kelapa. Sesuai perkembangan zaman dan pertimbangan
keamanan, tiang-tiang dari batang kelapa ini kemudian diganti dengan tiang beton yang mirip
dengan bentuk batang kelapa. Di bagian depan balai ini tampak panggung pertunjukan seni
yang berlatarkan pintu gapura Candi Bentar. Di kiri dan kanan depan panggung terdapat
patung burung garuda dan di bagian belakang ruangan berdiri patung kayu yang melukiskan
raksasa Kumbakarna yang dikerubuti kera. Semuanya itu dipahat dari satu pokok kayu.
Dinding bagian belakangnya dihiasi relief batu paras, yang menggambarkan kisah
Ramayana.Renovasi interior yang dilakukan pada tahun 2003 telah meningkatkan
kenyamanan Istana Tampaksiring sesuai dengan gaya hidup modern tanpa meninggalkan
konsep desain aslinya. Semua kamar mandi di Wisma Merdeka dan Wisma Negara,
misalnya, diubah agar sesuai dengan standar kamar mandi hotel berbintang lima.

7. Pura Gunung Kawi Tampaksiring

12
Pura unik di tengah sawah terasering yang indah ini didirikan di sekitar kompleks
makam. Bangunan pura terpahat pada tebing dan untuk sampai ke sana kamu perlu siapin
stamina yang benar. Soalnya rute menuju Pura Gunung Kawi melewati lebih dari 300 anak
tangga. Bila diartikan, Gunung Kawi berarti kekawin atau sesuatu yang dibuat di tempat
tinggi. Di Bali total ada tiga Gunung Kawi, letaknya di Desa Sebatu (Tegallalang), Desa
Tampaksiring, dan Desa Bitra. Tetapi yang paling sering dibicarakan oleh arkeolog adalah
Gunung Kawi di Tampaksiring ini. Pahatan pada tebingnya melambangkan raja-raja Bali
dari berbagai masa.

Pahatan candi di sisi paling utara menyebutkan bahwa candi itu digunakan untuk
memuja roh suci Raja Udayana. Sementara itu, candi di sebelahnya adalah istana untuk
permaisuri dan anak-anaknya. Gugusan kedua terdiri dari empat candi yang dipahat berderet
utara ke selatan. Gugusan ketiga adalah biara dan rongga besar. Dan, yang keempat adalah
candi dan ceruk untuk tempat bertapa

Daya tarik utama pada Gunung Kawi adalah terdapatnya 10 candi atau kuil yang di
bentuk dari permukaan batu. Candi tersebut merupakan istana dari Candika, Dewi Durga dan
mendampingi Dewa Siwa. Batu yang di ukir berbentuk candi merupakan sesuatu yang unik di
Bali dan tidak terdapat di tempat lain di dunia ini, membuat Gunung Kawi sebagai tempat
yang istimewa untuk di kunjungi. Ada sesuatu yang menarik untuk di catat jika bertentangan
dengan apa yang sering di percaya, candi bukan tempat pemakaman karena tidak memiliki
sisa-sisa manusia ataupun abu.

Setiap patung berdiri setinggi 8m dari permukaan tanah yang memotong tebing tersebut,
hampir menyerupai pintu masuk.

13
Candi Gunung Kawi dipercaya telah dibangun pada abad ke 11 sebelum masehi oleh
Raja Anak Wungsu untuk menghormati ayahnya, yang merupakan penguasa besar Bali
Udayana. Legenda mengatakan bahwa monumen yang diukir dari permukaan batu hanya
dalam satu malam oleh perkasa Kebo Iwa, raksasa mitos yang memiliki kekuatan
supranatural. Sungai suci Pakerisan mengalir melalui pusat Gunung Kawi memotong situs
menjadi dua bagian terpisah dengan sebuah jembatan untuk menghubungkan satu sisi ke sisi
lain. Empat candis kecil dapat ditemukan di salah satu sisi sungai, lima besar candis terletak
di sisi lain, dan ada juga candi kesepuluh yang letaknya terpencil dan tidak banyak
pengunjung tahu.

14

Anda mungkin juga menyukai