DESA KABA-KABA
Banjar Pasekan, Gaduh, dan Banjar Juntal tidak memiliki sungsungan Ida
Bhatara, karena sungsungan Ida Ratu Betara diletakkan di Banjar Sengguan dan
Dangin Uma. Perwujudan Ida Ratu Betara di Desa Adat Kaba-Kaba digambarkan
sebagai Ratu Made (Rangda) dan Barong Ket.
Di Banjar Pasekan terdapat ayunan khas Bali. Menurut I Gusti Putu Putra
menjelaskan bahwa dahulu ayunan itulah yang menjadi ikon Desa Kaba-Kaba.
Ayunan tersebut diputar/dimainkan pada saat hari raya Galungan dan Kuningan,
namun tidak ada ritual khusus untuk Ayunan tersebut, hanya saja masyarakat
memberikan persembahan untuk memohon keselamatan saat memainkan Ayunan.
Seiring perkembangan zaman yang semakin pesat ayunan tradisional tersebut
tidak lagi diminati oleh masyarakat Desa Kaba-Kaba sehingga ayunan tradisional
tersebut saat ini sudah tidak dioperasikan lagi.
Setiap desa di Bali berada di bawah sistem adat yang disebut desa
pakraman. Pekraman diambil dari kata pasraman yang berarti tempat menempa
diri dalam praktek spiritual keagamaan (Wiana,2008: 43). Selain itu, kata
pakraman diambil dari istilah dalam bahasa Bali Kuno, yakni pakraman yang
berarti warga. Kemudian dalam pakraman diwajibkan ada tiga pura yang disebut
Pura Khayangan Tiga sebagai tempat pemujaan Sanghyang Tri Murthi. Bhatara
Brahma dipuja di Pura Bale Agung, Bhatara Wisnu dengan saktinya dipuja di
Pura Puseh, dan Bhatara Siwa dengan saktinya dipuja di Pura Dalem. Jadi ketiga
pura ini memiliki peran strategis agar umat hindu dapat melakukan pemujaan dan
meningkatkan aspek spiritualitas keagamaan dirinya.
Pelinggih Gedong yang terdapat arca gana yang terbuat dari batu di Pura Puseh
Desa Adat Kaba-Kaba, Kediri Tabanan
Bale Pengaruman yang berada pada area Utama Mandala
Pura Puseh Desa Adat Kaba-Kaba, Tabanan
Dokumentasi wawancara Mahasiswa dengan Jro Mangku Pura Puseh Desa Adat
Kaba-Kaba, Tabanan
2.2.2 Madya Mandala Pura Puseh, Desa Adat Kaba-Kaba
Pada areal Madya Mandala terdapat bangunan dan pelinggih Bhatara
Tiga Sakti yaitu Brahma, Wisnu, Iswara yang memiliki fungsi masing-masing
serta pengayatannya masing-masing
Uttama Mandala yaitu tempat yang paling uttama untuk melakukan pemujaan
terhadap Ista Dewata atau manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Màha Esa. Pada Uttama Mandala Pura Dalem, Desa Adat Kaba-Kaba terdapat
Pelinggih Ratu Made, Pelinggih Gedong Dalem (yang bersthana adalah Ratu
Biang Lingsir),
Pelinggih Ratu Gusti (sebagai pengantar) dan ada juga bangunan-bangunan
lainnya seperti, Bale Pawedan (sebagai tempat untuk para sulinggih dalam
memimpin pelaksanaan upacara yadnya), Bale Pengaruman (sebagai tempat
ngelinggihan Arca atau simbol Sang Hyang Widhi), dan Bale Ajang (untuk
meletakkan sesajen).
Nista Mandala yaitu tempat yang paling di luar pada areal pura. Pada
Nista Mandala Pura Dalem. Desa Adat Kaba-Kaba ini tepat berhadapan dengan
setra Desa Adat Kaba-Kaba
Istilah Dalem pada Pura Dalem sesungguhnya menarik ditelisik. Dalem
padanan artinya adalah di dalam atau kedalaman. Dengan demikian, Pura Dalem
adalah tempat suci yang di dalam tempatnya, dan hal ini merujuk pada Dalem
berarti tenget. Warga Kaba-Kaba menyakini pula bahwa Pura Dalem Kaba-Kaba
adalah pura yang sangat keramat, dan sthana dari Bhatari Durga sebagai pemberi
perlindungan. Dengan demikian, banyak warga yang melaksanakan
persembahyangan dan mapinunas dengan maksud dan tujuan memohon
keselamatan dan kesembuhan di Pura Dalem Kaba-Kaba.
Pada area luar (jaba) pura juga terdapat Bale Pesanekan (tempat
beristirahat) dan ada juga satu pelinggih yang disebut Pelinggih Pengubengan.
Pelinggih Pengubengan
Area Jaba Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba
Menurut I Putu Sudana sebagai pemangku Pura Prajàpati, Jaba (bagian
terluar) Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba menjelaskan bahwa sebelum Mpu
Kuturan datang ke Bali, pura ini sudah berdiri sebelum adanya Pura Khayangan
Tiga dan pura ini diberi nama Pura Wisesa, dan kemudin dilihat dari patung-
patung dan pelinggih yang ada pura ini kemudian diberi nama Pura Prajepati,
Desa Adat Kaba-Kaba.
2.4.3 Pujawali/Piodalan Pura Prajapati, Desa Adat Kaba-Kaba
Pujawali di Pura Prajàpati, Desa Adat Kaba-Kaba tidak dapat ditentukan
secara pasti, menurut Jro Mangku I Putu Sudana pujawali di Pura Prajàpati,
Jaba (bagian terluar) Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba ini bertepatan pada
tilem kedua setelah Budha Kliwon Wuku Pahang (Budha Kliwon Pegatwakan).
Sarana atau banten yang dipersembahkan setiap 6 bulan hanya sampai pada
tigkatan Pragembal Setiap dilaksanakan pujawali di Pura Prajàpati, Jaba
(bagian terluar) Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba pengemponnya sebanyak
14 Banjar. Mengenai biaya setiap melaksanakan pujawali di Pura Prajapti, Desa
Adat Kaba- Kaba bersumber dari keluarga Jro Mangku I Putu Sudana, namun ada
juga bantuan dana dan gong dari Desa Adat.