Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PELAKSANAAN KULIAH KERJA NYATA (KKN) TEMATIK


DI DESA KABA-KABA, TABANAN

Disusun Oleh:

Icen Puri Asih NIM 2018.II.1.0033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN DAERAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MAHADEWA INDONESIA
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa mahasiswa


NAMA : Icen Puri Asih
NIM : 2018.II.1.0033
Program Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Mahadewa Indonesia.

Telah melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Program


Sarjana di Desa Kaba-Kaba mulai tanggal 06 Desember 2021 samapai dengan 26
Desember 2021. Hasil kegiatan KKN Tematik tercakup dalam laporan KKN
Tematik ini. Laporan KKN Tematik ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Dosen Pembimbing Kepala Desa Kaba-Kaba

I Kadek Adhi Dwipayana, S.Pd.,M.Pd A.A. Ngr. Anom Widhiadnya

Mengetahui
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Komang Indra Wirawan, S.Sn., M. Fil. H


NIDN. 0817018402

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik ini sesuai yang
diharapkan.
Penyusunan laporan hasil kegiatan KKN Tematik ini merupakan salah satu
syarat yang harus dipenuhi mahasiswa Universitas PGRI Mahadewa Indonesia
setelah menyelesaikan KKN Tematik di Desa Kaba-Kaba yang telah ditentukan
oleh Universitas.
Selain merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Universitas
PGRI Mahadewa Indonesia, laporan ini juga merupakan salah satu gambaran dari
rangkaian kegiatan proses penelitian di Desa Kaba-Kaba yang pelaksanaannya
dimulai dari tanggal 06 Desember 2021 sampai dengan 26 Desember 2021.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan KKN Tematik ini
mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. I Made Suarta, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas
PGRI Mahadewa Indonesia.
2. Bapak Dr. Komang Indra Wirawan, S.Sn., M.Fil.H, selaku Dekan
FKIP Universitas PGRI Mahadewa Indonesia.
3. Lembaga Pengembangan Akademik (LPA) Universitas Mahadewa
Indonesia yang telah memberikan panduan tentang pelaksaan PLP
II.
4. Bapak I Kadek Adhi Dwipayana, S.Pd., M.Pd, selaku Kaprodi
Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah dan dosen pembimbing I
dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik ini.
5. Bapak Ida Bagus Gede Bawa Adnyana, S.Ag.,M.Pd.H, selaku
dosen pembimbing II dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik
ini.

3
6. Bapak A.A Ngr. Anom Widhiadnya, selakua Kepala Desa Kaba-
Kaba yang sudah berkenan memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tematik di Desa Kaba-Kaba yang beliau pimpin.
7. Seluruh narasumber dan warga masyarakat Desa Kaba-Kaba yang
telah membantu kami dalam kegiatan penelitian yang dilaksanakan
di Desa.
8. Rekan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang telah
bersama-sama melaksanakan KKN Tematik di Desa Kaba-Kaba
dan sudah setia kawan menunggu dan saling mengingatkan satu
sama lain.
Kami menyadari bahwa laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik ini
masih banyak kekurangan, baik dalam pelaksanaan maupun dalam penulisan
laporan KKN Tematik ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk penulis kedepannya. Jika dalam penyusunan laporan ini masih
terdapat kata-kata yang kurang berkenan, penulis mohon maaf. Akhir kata penulis
berharap laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 7 Januari 2022

Icen Puri Asih

4
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................2
KATA PENGANTAR.........................................................................................3
DAFTAR ISI.......................................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................6
1.1 Latar Belakang...................................................................................6
1.2 Tujuan dan Mitra Sasaran..................................................................7
1.3 Hasil yang diharapkan........................................................................7
BAB II PROFIL MITRA SASARAN.................................................................8
2.1 Gambaran Umum Lokasi KKN Tematik...........................................8
2.2 Potensi dan Keunggulan Mitra Sasaran.............................................9
2.3 Kondisi Mitra Sasaran Saat Pandemi Covid-19...............................10
BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN...................................11
3.1 Pelaksanaan......................................................................................11
3.2 Hasil Kegiatan..................................................................................11
BAB IV SIMPULAN........................................................................................29
4.1 Simpulan...........................................................................................29
4.2 Saran.................................................................................................29

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


KKN Tematik merupakan salah satu bentuk pelaksanaan Program Merdeka
Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sebagai sarana belajar yang tepat bagi
mahasiswa. Proses pembelajaran dalam Kampus Merdeka merupakan salah satu
perwujudan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered
learning) yang sangat esensial.
Pembelajaran dalam Kampus Merdeka memberikan tantangan dan
kesempatan untuk pengembangan inovasi, kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan
kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan
menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan seperti
persyaratan kemampuan, permasalahan riil, interaksi sosial, kolaborasi,
manajemen diri, tuntutan kinerja, target dan pencapaiannya. Melalui program
merdeka belajar yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik, maka hard
dan soft skills mahasiswa akan terbentuk dengan kuat.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu bentuk pengabdian mahasiswa
terhadap masyarakat dan merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Dengan diadakannya KKN, diharapkan mahasiswa semakin matang
dengan disiplin keilmuannya. KKN juga berupaya mewujudkan pendidikan yang
lebih efektif yaitu pendidikan yang langsung dialami oleh mahasiswa. Jadi tidak
hanya sekadar materi tetapi yang lebih penting adalah aplikasi dari teori-teori yang
telah diperoleh di bangku kuliah yang akan diterapkan dalam lingkungan
masyarakat.
Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dapat memberikan pengalaman
belajar kepada mahasiswa untuk hidup ditengah-tengah masyarakat umum.
Sekaligus sebagai proses pembelajaran serta bentuk pengabdian mahasiswa
kepada masyarakat dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani

6
masalah-masalah yang sedang di hadapi masyarakat khususnya di Desa Kaba-
Kaba Tabanan.
Salah satu permasalahan yang ditemukan di Desa Kaba-Kaba yang dapat
diselesaikan melalui program KKN adalah mengenai etnografi. Etnografi
merupakan salah satu penelitian yang yang termasuk ke dalam jenis penelitian
kualitatif. Etnografi diambil dari Bahasa Yunani, dimana kata ethos berarti suku
bangsa, dan graphos yang berarti sesuatu yang ditulis. Sehingga jenis penelitian
ini berfokus pada perilaku dan kebudayaan dari suatu kelompok. Termasuk di
dalamnya adalah bidang religi, organisasi sosial, dan bahasa. Dalam program dan
kegiatan KKN Tematik ini pihak kampus bekerja sama dengan Desa Kaba-Kaba
yang difokuskan pada dua permasalahan utama dibidang religi yaitu kehidupan
religius masyarakatnya dan Keberadaan Pura Khayangan Tiga masyarakat Desa
Kaba-Kaba.

1.2 Tujuan dan Mitra Sasaran


Tujuan Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik akan diuraikan
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kehidupan religius masyarakat di Desa Kaba-Kaba.
2. Untuk mengetahui keberadaan Pura Khayangan Tiga di Desa Kaba-Kaba.

1.3 Hasil yang Diharapkan


Hasil yang diperoleh dari program kegiatan KKN Tematik ini adalah
tersusunnya sebuah buku etnografi. Memuat tentang perkembangan sistem religi
pada masyarakat di Desa Kaba-Kaba.

7
BAB II
PROFIL MITRA SASARAN

2.1 Gambaran Umum Lokasi KKN Tematik


Kelurahan Kaba-Kaba merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Kediri, Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan, Propinsi Daerah
Tingkat I Bali. Mengenai Batas-batas wilayah Desa Kaba-Kaba yaitu di sebelah
utara berbatasan dengan Desa Nyambu, di sebelah timur berbatasan dengan Desa
Cepaka, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Munggu Kabupaten Badung,
dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Buwit. Desa Kaba- Kaba ini pula
terletak kira-kira 8 Km dari Pusat Pemerintahan Kecamatan, berjarak 18 Km dari
Pusat Pemerintahan Kota Administratif, berjarak 10 Km dari Ibukota Kabupaten
Tabanan, dan berjarak 21 Km dari Kota Denpasar. Desa Kaba- Kaba yang berada
di Kabupaten Tabanan ini tumbuh dan berkembang sebagai sebuah Desa Adat,
disamping pula sebagai pemerintahan Desa dinas yang kini telah melembaga
dalam masing-masing bentuk dan susunan pemerintahan Desa.
Desa Kaba-Kaba ini, termasuk dataran rendah yang berada pada
ketinggian 115 M dari permukaan laut, dengan luas wilayah Desa adalah 625.500
Ha. Secara administratif Desa Kaba-Kaba, pada zaman penjajahan Belanda pernah
tergabung dalam 1 desa adat dengan desa-desa yang lain. Namun sekarang
kenyataannya telah mengalami pemekaran kembali menjadi 4 Desa yaitu: Desa
Buit, Desa Nyambu, Desa Cepaka dan Desa Kaba- Kaba yang terdiri dari 3 Banjar
Adat yaitu Br. Buading, Br. Dualang dan Br. Dauh Peken. Dengan memiliki 7
orang pengurus Desa Adat dan 48 orang sebagai pengurus Banjar Adat. Tiap-tiap
banjar harus diisi dengan orang yang berketurunan krama desa pokok dengan
maksud segala keputusan dapat mencerminkan aspirasi krama desa adat. Tiap-tiap
banjar mengangkat kelian banjar dari keluarga keturunan dan dipilih secara
musyawarah pada rapat-rapat yang berlangsung secara demokratis. Semua banjar
tersebut tergabung menjadi satu pemerintahan desa adat dengan memiliki 33 buah
Pura Sad Kahyangan, 4 buah Pura Kahyangan Tiga, dan 2 buah Pura Subak. Desa

8
Kaba-Kaba bila ditinjau sebagai desa adat adalah merupakan masyarakat hukum
dimana masyarakatnya bertempat tinggal bersama pada suatu tempat dalam arti
penduduk harus mentaati peraturan-peraturan atau awig-awig yang berlaku di desa
setempat untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri dan terikat pada
tempat pemujaan yang dinamakan kahyangan desa.
2.2 Potensi dan Keunggulan Mitra Sasaran
Desa wisata Kaba-Kaba merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan yang saat ini telah ditetapkan sebagai
salah satu desa wisata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan. Desa Kaba-
Kaba ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2017 lalu, yang pada saat itu
langsung disaksikan oleh Bupati Tabanan, yaitu Ni Putu Eka Wiryastuti.
Penduduk Desa Kaba-Kaba saat ini mayoritas masih bekerja sebagai
petani dan buruh bangunan. Desa Wisata Kaba-Kaba ditetapkan sebagai salah satu
desa wisata di Kabupaten mempunyai potensi yang mampu menarik minat
wisatawan untuk berkunjung ke desa tersebut, dimana Desa Wisata Kaba-Kaba
memiliki potensi pariwisata yang mampu dikembangkan sebagai suatu daya tarik
wisata bagi wisatawan. Potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Kaba-Kaba terdiri
dari potensi alam dan potensi budaya.
Potensi alam yang dimiliki oleh Desa Wisata Kaba-Kaba ini berupa
hamparan sawah yang sangat indah. Untuk menuju Desa Wisata Kaba-Kaba ini
para wisatawan akan melihat hamparan sawah yang sangat luas dan indah, dan
bahkan desa ini seperti desa yang dikelilingi oleh hamparan sawah yang sangat
indah, sehingga salah satu atraksi wisata yang sangat digemari oleh wisatawan di
Desa Wisata Kaba-Kaba ini adalah cycling atau bersepeda mengelilingi desa
sambil menikmati pemandangan sawah yang sangat indah.
Desa Wisata Kaba-Kaba tidak hanya memiliki potensi wisata alam saja,
melainkan juga memiliki potensi wisata budaya, dimana di desa ini memiliki
sebuah puri yaitu Puri Gede Kaba-Kaba yang telah ada sejak dahulu dan hingga
kini bentuk bangunan dari puri tidak ada yang dirubah, dan anggota puri pun
hingga kini masih menetap di Puri Gede Kaba-Kaba. Adanya suatu bangunan
budaya di desa ini, menjadikan Puri Gede Kaba-Kaba ini sebagai daya tarik wisata
utama di Desa Kaba-Kaba.

9
Adanya potensi alam dan potensi budaya tersebutlah yang menjadi suatu
ciri khas yang dimiliki oleh Desa Wisata Kaba-Kaba dalam mengembangkan
kegiatan pariwisata. Saat ini, Desa Wisata Kaba-Kaba ini belum memberanikan
diri untuk memasarkan potensi yang mereka miliki, baik melalui media sosial
maupun website, karena pengelola Desa Wisata Kaba-Kaba masih merasa
masyarakat Desa Kaba-Kaba belum sepenuhnya siap akan perkembangan
kegiatan pariwisata yang terjadi di desa tersebut, sehingga dalam kurun waktu
kurang lebih 2 tahun ini, pihak desa beserta pokdarwis bekerja sama untuk
merencanakan segala yang dibutuhkan dalam kegiatan pariwisata, dan sekaligus
memberikan pemahaman secara perlahan kepada masyarakat Desa Kaba-Kaba
yang masih hawam mengenai pariwisata.
2.3 Kondisi Mitra Sasaran Saat Pandemi Covid-19
Di Bali melemahnya perekonomian terutama disebabkan karena
melemahkan sektor pariwisata yang diakibatkan oleh adanya pelarangan
kunjungan bagi wisatawan dari berbagai negara di dunia akibat pandemi Covid 19
yang hampir mewabah di seluruh dunia. Salah satu tempat wisata yang terkena
dampak pandemi ini adalah Desa Wisata Kaba-kaba yang terletak di Desa Kaba-
kaba, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Pemerintah Daerah Kabupaten
Tabanan. mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Tabanan Nomor
180/329/03/HK & HAM/2016 mengenai penetapan Desa Kaba -kaba sebagai desa
wisata di Kabupaten Tabanan. Pihak pengelola Desa Wisata Kaba-Kaba secara
terpaksa menutup wisata Kaba-Kaba sementara waktu sampai waktu yang belum
ditentukan.
Kondisi masyarakat di Desa Kaba-Kaba saat pandemi Covid-19 sangat
berpengaruh terhadap perekonomian. Kehadiran virus ini mengakibatkan banyak
kerugian seperti, objek wisata yang tutup dan meningkatnya jumlah pengangguran,
banyak villa yang tutup karena tidak adanya pengunjung yang datang. Hal ini
akan berdampak juga pada perkembangan bahasa atau pola komunikasi
masyarakat Desa Kaba-Kaba. Salah satu contoh seorang penjaga villa yang
terbiasa menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing untuk berkomunikasi
dengan wisatawan, namun sejak pandemi Covid-19 kemampuan berbahasa selain
bahasa Bali cenderung menurun.

10
BAB III
PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

3.1 Pelaksanaan
a. Program Kerja
Program kerja dari KKN Tematik ini yaitu mencari perkembangan sistem
religi di Desa Kaba-Kaba.
Strategi Pelaksanaan Kegiatan
KKN Tematik ini dilaksanakan dimulai dari penyusunan pedoman
wawancara berupa kuesioner. Selanjutnya, kegiatan turun ke lapangan
untuk mencari data melalui wawancara sesuai daftar kuesioner. Dari hasil
wawancara, data diolah kedalam bentuk laporan yang kemudian datanya
digunakan untuk menyusun buku etnografi di Desa Kaba-Kaba.
Kendala dan Solusi
Kendala yang dialami pada saat terjun ke masyarakat di Desa Kaba-Kaba
yakni sulitnya bertemu secara langsung dengan narasumber dikarenakan
kendala waktu. Banyak narasumber memiliki aktivitas diluar rumah seperti,
sekolah, bekerja, kuliah, dll.
Solusi yang dapat dilakukan oleh penulis yaitu dengan menyesuaikan
waktu untuk bertemu narasumber dengan menjadwalkan ulang wawancara
sesuai jadwal narasumber.
3.2 Hasil Kegiatan
A. Kehidupan Religius Masyarakat Desa Kaba-Kaba
Kehidupan religius masyarakat Desa Kaba-Kaba tidak terlepas dari keberadaan
agama Hindu di Bali yang hingga kini masih dianut oleh warganya dan
dipraktikkan dalam berbagai bentuk ritual dan tradisi yang sangat kuat. Agama
Hindu bercampur dengan tradisi, seni budaya lokal memberikan pengaruh yang
kuat, sehingga warga yang beragam Hindu di desa Kaba-Kaba begitu tetap eksis

11
melaksanakan praktik keberagamaan mereka sebagaimana yang ditunjukkan
warga desa Kaba-Kaba sekarang. Semua itu tidaklah terlahir dari ruang kosong,
akan tetapi berlandaskan bahwa agama Hindu merupakan sistem kepercayaan
yang kaya, mencakup keyakinan yang bersifat monoteisme, politeisme,
panenteisme, panteisme, monisme, dan ateisme. Konsep ketuhanannya bersifat
kompleks dan bergantung pada nurani setiap umatnya atau pada tradisi dan
filsafat yang diikuti.
Berdasarkan data kependudukan di desa adat Kaba-Kaba mayoritas agama
masyarakat desa kaba-kaba menganut agama hindu, namun ada beberapa
masyarakat yang menganut agama Islam, Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Menurut data, jumlah penduduk berdasarkan agama masyarakat yang menganut
agama Hindu sebanyak 7.289 jiwa, masyarakat yang menganut agama Islam
sebanyak 21 jiwa, masyarakat yang menganut agama Kristen Protestan
sebanyak 76 jiwa dan masyarakat yang menganut agama Kristen Katolik
sebanyak 7 jiwa. Hasil data kependudukan di desa adat inilah yang
membuktikan bahwa banyaknya agama hindu di desa Kaba-Kaba yang
membuat tradisi keagamaan seperti piodalan, dan lain sebagainya masih
berjalan seperti dahulu dan mereka tidak melupakannya sedikitpun.
Hasil wawancara pada tanggal 6 Desember 2021 di Desa Kaba-Kaba oleh
mahasiswa Universitas PGRI Mahadewa Indonesia dengan kelian adat Banjar
Pasekan Bapak I Gusti Putu Putra, kelian dinas Banjar Juntal Bapak I Made
Jaya, kelian adat Banjar Gaduh Bapak Dewa Nyoman Suparta Kanti, dan kelian
adat Banjar Sengguan Bapak I Ketut Sukawan dapat dirangkum menjadi
beberapa informasi penting mengenai tradisi unik yang terdapat di desa Kaba-
Kaba. Informasi yang kami dapatkan berupa jumlah KK (Kepala Keluarga),
Sungsungan pada masing-masing Banjar, dan beberapa tradisi unik pada
upacara yadnya. Pertama ada Banjar Pasekan yang memiliki 50 KK (Kepala
Keluarga), Banjar Gaduh yang memiliki 120 KK dimana 5 KK diantaranya
menganut agama Kristen, Banjar Juntal merupakan banjar dinas yang memiliki
jumlah penduduk terbanyak di Desa Kaba-Kaba yaitu 254 KK. Terakhir di
Banjar Sengguan terdapat 147 KK.

12
Banjar Pasekan, Gaduh, dan Banjar Juntal tidak memiliki sungsungan Ida
Bhatara, karena sungsungan Ida Ratu Betara diletakkan di Banjar Sengguan dan
Dangin Uma. Perwujudan Ida Ratu Betara di Desa Adat Kaba-Kaba
digambarkan sebagai Ratu Made (Rangda) dan Barong Ket.
Dalam upacara yadnya di desa adat Kaba-Kaba diadakan sesuai dengan
kemampuan masyarakat setempat, besar kecilnya upacara itu tergantung dengan
biaya yang dimiliki oleh warga yang memiliki upacara. Jika upacaranya
kecil/sederhana yang memimpin upacaranya adalah pemangku. Jika upacara
yang diadakan besar seperti mapregembal dan bebangkit itu upacaranya akan
dipimpin oleh Ida Pedanda. Yadnya (upacara) yang dilaksanakan di Desa Kaba-
Kaba memiliki tingkatan-tingkatan yaitu: Nista (kecil), Madya (sedang), dan
Utama (besar).
Dalam upacara pitra yadnya di Desa Kaba-Kaba sama dengan di desa adat lain.
Jika ada warga yang meninggal maka hari baik untuk dilakukan penguburan
akan dikoordinasikan dengan Darma Dalam (orang yang memiliki wewenang
untuk menentukan hari baik dalam pelaksanaan upacara Pitra Yadnya atau
pengabenan) dan Ida Pedanda. Apabila ada warga meninggal dunia akan
dimakamkan di Setra Gede Kaba-Kaba. Untuk upacara pengabenan di desa
Kaba- Kaba memiliki dua cara yaitu, ngaben masal dan ngaben keluarga. Hal
tersebut dipicu oleh kondisi ekonomi masayarakat masing-masing. Namun
untuk upacara ngaben masal belum ditanggung oleh desa, ngaben masal di Desa
Kaba-Kaba diadakan oleh Griya, apabila ada seorang Brahmana meninggal
dunia dan dilakukan upacara pengabenan maka keluarga dari brahmana itu akan
mengajak masyarakat kecil untuk ikut metempung (iuran) bersama dalam
pengabenan tersebut. Ada aturan-aturan tertentu yang harus dipatuhi jika
seseorang meninggal dunia. Jika ada warga dari Banjar Pasekan meninggal
Ulah Pati/Salah Pati (mati dengan cara yang tidak wajar) seperti bunuh diri,
maka warga tersebut tidak boleh langsung diaben, tetapi harus dikubur selama 3
tahun kemudian baru bisa diaben. Setiap kepala keluarga diwajibkan membayar
iuran kedukaan. Jika ada warga yang berhalangan hadir dalam acara ngayah
akan dikenakan denda sebesar Rp. 5.000,00. Sistem pesukadukaan di Banjar
Juntal sendiri memiliki keunikan dari banjar lainnya, banjar ini pada saat ada

13
orang meninggal hanya membawa uang untuk keluarga yang berduka sebesar
Rp. 25.000,00 per satu KK dan disertai dengan membawa daksina, yang
masyarakat biasanya membawa beras, kopi, maupun kain putih untuk keluarga
yang sedang berduka, maka lain halnya dengan Banjar Juntal. Secara umum
sebagian besar banjar sudah terbiasa menerapkan hal ini, namun jumlah iuran
setiap banjar pastilah berbeda-beda.
Di Banjar Pasekan terdapat ayunan khas Bali. Menurut I Gusti Putu Putra
menjelaskan bahwa dahulu ayunan itulah yang menjadi ikon Desa Kaba-Kaba.
Ayunan tersebut diputar/dimainkan pada saat hari raya Galungan dan Kuningan,
namun tidak ada ritual khusus untuk Ayunan tersebut, hanya saja masyarakat
memberikan persembahan untuk memohon keselamatan saat memainkan
Ayunan. Seiring perkembangan zaman yang semakin pesat ayunan tradisional
tersebut tidak lagi diminati oleh masyarakat Desa Kaba-Kaba sehingga ayunan
tradisional tersebut saat ini sudah tidak dioperasikan lagi.
B. Keberadaan Pura Kahyangan Tiga di Desa Kaba-Kaba
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa warga Desa Adat Kaba-Kaba berada dalam
satu wadah tradisional desa adat. Di setiap desa terdapat Pura Khayangan Tiga
sebagai pusat atau orientasi pemujaan warga, dan tempat menghaturkan
persembahan kepada Pelawatan Ida Sesuhunan. Keberadaan Pura Khayangan
Tiga ini pula yang dinyatakan sebagai identitas warga, bahwa mereka adalah
beragama Hindu, dan identitas ini sangat penting untuk diwacanakan sebagai
bahan kajian, sehingga pada akhirnya menemukan satu konsep yang jelas
berkenaan dengan sistem religi yang dianut warga Desa Adat Kaba-Kaba.
Ketika kita menengok sejarah, maka konsep Khayangan Tiga pertama kali
diperkenalkan oleh orang suci bernama Mpu Kuturan, ketika masa Prabhu
Udayana berkuasa, yakni abad ke X-XII. Dalam catatan Goris (1954: 3), bahwa
sebelum diperkenalkannya konsep Khayangan Tiga oleh Mpu Kuturan, praktik
beragama Hindu di Bali didominasi oleh sembilan sekta besar, seperti Sora,
Ganapati, Siwa Siddhanta, Sakta, Pasupata, Brahma, Indra, Bhairawa dan
Bhoda. Kesembilan sekta tersebut, kemudian disatukan menjadi paham agama
Hindu seperti sekarang oeh Mpu Kuturan melalui konsep Khayangan Tiga.

14
Setiap desa di Bali berada di bawah sistem adat yang disebut desa pakraman.
Pekraman diambil dari kata pasraman yang berarti tempat menempa diri dalam
praktek spiritual keagamaan (Wiana,2008: 43). Selain itu, kata pakraman
diambil dari istilah dalam bahasa Bali Kuno, yakni pakraman yang berarti
warga. Kemudian dalam pakraman diwajibkan ada tiga pura yang disebut Pura
Khayangan Tiga sebagai tempat pemujaan Sanghyang Tri Murthi. Bhatara
Brahma dipuja di Pura Bale Agung, Bhatara Wisnu dengan saktinya dipuja di
Pura Puseh, dan Bhatara Siwa dengan saktinya dipuja di Pura Dalem. Jadi
ketiga pura ini memiliki peran strategis agar umat hindu dapat melakukan
pemujaan dan meningkatkan aspek spiritualitas keagamaan dirinya.
Sejalan dengan konsep tersebut, Desa Kaba-Kaba sebagai satu kesatuan adat
tentu memiliki Pura Khayangan Tiga, yakni Pura Desa Bale Agung, Pura Puseh,
Pura Dalem, dan Pura Prajapti Kaba-Kaba.
Pura Desa, Desa Adat Kaba-Kaba
Keberadaan Pura Desa berdasarkan keterangan dari jro mangku I Made Artaya
bahwa Pura Desa memiliki parhyangan Utama Mandala, Madya Mandala, dan
Nista Mandala.
Utama Mandala Pura Desa, Desa Adat Kaba-Kaba
Pada area Utamaning Mandala terdapat Pelinggih Padmasana, Pelinggih
Gunung Agung Basukihan, Pelinggih Ratu Gede Desa, Pelinggih Dewa Gusti,
Pengaruman, Pemayasan yang memiliki fungsi masing-masing serta
pengayatannya masing-masing.

15
Pelinggih Padmasana yang terdapat di Pura Desa, Desa Adat Kaba-Kaba, Tabanan.

Pelinggih Padmasana dan Ratu Gede Desa

16
Pelinggih Basukian dan Dewa Gusti

Madya Mandala Pura Desa, Desa Adat Kaba-Kaba


Selanjutnya pada area Madya Mandala atau Jaba Tengah terdapat Bale Agung,
Pengubengan, Ratu Gede Balang Tamak, Ratu Gede Batu Rumpeng dan Ratu
Gede Ista Dewata Bhatara Brahma. Di Pura Desa tidak terdapat pelawatan
tetapi hanya ada pecanangan yang berbentuk singa yang menyerupai Arca.

Bale Agung Pura Desa, Desa Adat Kaba-Kaba.

17
Nista Mandala Pura Desa, Desa Adat Kaba-Kaba
Pada area Nista Mandala Pura Desa terdapat dua Candi Bentar dan dua
patung sebagai simbolis letak ngranjing ke areal Pura Desa, Desa Adat Kaba-
Kaba.

Areal Nista Mandala Pura Desa, Desa Adat Kaba-Kaba

Adapun Pujawali/Piodalan Pura Desa, Desa Adat Kaba-Kaba Upacara odalan di


Pura Desa dilaksanakan setiap 6 bulan sekali yang jatuh pada rahina Soma
Wuku Sinta, dengan pengempon 20 banjar yang sistem pengayahannya secara
bergiliran pada saat pujawali dilaksanakan. Dalam pengayahan, setiap banjar
mendapat giliran untuk membuat banten, ngemargiang upacara dengan sarana
upacara menggunakan banten pregembal dan bebangkit secara bergiliran. Setiap
kegiatan upacara pujawali dilaksanakan mendapat biaya dari Adat, LPD
(Lembaga Perkreditan Desa) Desa Adat Kaba-Kaba, wisata Tanah Lot dan
provinsi. Selain itu di Pura Desa juga terdapat pura penataran yang masih
termasuk khayangan desa adat. Menurut keterangan beliau, jro mangku I Made
Artaya yang dinobatkan sebagai mangku pokok yang dimana beliau betugas
khusus untuk dipura dan juga ada 3 mangku penyade yang biasanya sering
disebut asisten. Untuk perbaikan Pura Desa tidak ada restorasi dan masih utuh
dalam bentuk bangunan kuno pada umumnya yang hanya ada di desa kaba-kaba
dan di klungkung.

18
Pura Puseh, Desa Adat Kaba-Kaba
Keberadaan Pura Puseh berdasarkan keterangan dari Jro Mangku Ketut
Sima terdapat parhyangan Utamaning Mandala adalah bagian utama pura atau
jeroan, Madya Mandala adalah jaba tengah pura dan Nista Mandala adalah
bagian terluar dari pura.
Utama Mandala Pura Puseh, Desa Adat Kaba-Kaba
Pada areal Utamaning Mandala yang terdapat Pelinggih Padmasana, Pelinggih
Ratu Gede Sah Bandar, pelinggih Ida Ratu Gede Ratu Aya, Pelinggih Gusti dan
pelinggih Dewi Kwan Im yang memiliki fungsi antara lain Utpeti, Stiti, Pralina
serta terdapat Bale Pengaruman dan Bale Pawedangan yang memiliki fungsinya
masing-masing serta pengayatannya masing. Di Pura Puseh tidak distahkan
pelawatan melainkan hanya terdapat Arca Gana yang terbuat dari batu dan arca
tersebut diletakkan di gedong yang bentuk bangunannya masih kuno.
Letak Pura Puseh yang strategis, dimana Pura Puseh dan Pura Desa letaknya
berbeda tidak seperti Pura Desa dan Pura Puseh pada umumnya. Menurut Jro
Mangku Ketut Sima hal ini dikarenakan dulunya pengayatan di desa tidak
banyak dan desa ini merupakan kerajaan Desa Kaba-Kaba.
Menurut keterangan dari Jro Mangku Ketut Sima yang diberi kepercayaan
sebagai pemangku Pura Puseh pada tahun 2004. Beliau dahulunya adalah
seorang yang bekerja sebagai pemborong bangunan, karena pengayah atau
pemangku di Pura Puseh meninggal yang kebetulan adalah sanak keluarga Jro
Mangku Ketut Sima, maka beliau diberikan kepercayaan dan tanggung jawab
menjadi pemangku oleh Desa Adat Kaba-Kaba di Pura Puseh melalui faktor
keturunan dari kakek dan kumpi/cicit beliau. Beliau juga memiliki 2 orang
penyade atau sering disebut asisten dalam mengempon Pura Puseh yaitu Made
Sudania dan Nyoman Gama. Menurut penjelasan beliau Pelinggih padmasana
pernah dilakukan rehab dan retorasi gedong pada tahun 2017 yang pebangunan
Pelinggih tersebut dilakukan secara swadayah dari masyarakat dan
mengeluarkan biaya sebesar 3 Miliyar yang bersumber dari provinsi. Kemudian
pada tahun 2017 dilaksanakan upacara padudusan agung, manawa ratna, tawur
labuh gentuh yang berisi kebo dengan sarana upakara lengkap.

19
Pelinggih Dewi Kwan Im yang berada pada area Utama Mandala Pura Puseh Desa Adat Kaba-Kaba,

Kediri Tabanan.

Pelinggih Dewi Kwan Im yang memiliki sejarah kerajaan, datangnya beliau dari
majapahit yaitu warga Cina dimana memiliki usaha dagang dan dalam kerajaan
tersebut terdapat pasar. Dewi Kwan Im yang dikenal berstana di Pura
Balingkang, oleh karena itu Dewi Kwan Im sering dinamai Ratu Gede Sah
Bandar atau Ratu Ayu Mas Subandar tetapi warga khusunya di Desa Kaba-
Kaba menyebutnya dengan Dewi Kwan Im, Ratu Gede Cina atau Ratu Gede
Kwan Im.

Pelinggih Gedong yang terdapat arca gana yang terbuat dari batu di Pura Puseh Desa Adat Kaba-Kaba,
Kediri Tabanan

20
Bale Pengaruman yang berada pada area Utama Mandala Pura Puseh Desa Adat Kaba-Kaba, Tabanan

Bale Pawedangan yang berada pada area Utama Mandala Pura Puseh Desa Adat Kaba-Kaba, Tabanan

Dokumentasi wawancara Mahasiswa dengan Jro Mangku Pura Puseh Desa Adat Kaba-Kaba, Tabanan

21
Madya Mandala Pura Puseh, Desa Adat Kaba-Kaba
Pada areal Madya Mandala terdapat bangunan dan pelinggih Bhatara Tiga
Sakti yaitu Brahma, Wisnu, Iswara yang memiliki fungsi masing-masing serta
pengayatannya masing-masing.

Areal Madya Mandala Pura Puseh Desa Adat Kaba-Kaba

Nista Mandala Pura Puseh, Desa Adat Kaba-Kaba


Pada areal Nista Mandala terdapat dua Candi Bentar dan dua patung sebagai
simbolis letak ngranjing ke areal Pura Puseh Desa Adat Kaba-Kaba.

Areal Nista Mandala Pura Puseh

Areal Nista Mandala Pura Puseh Desa Adat Kaba-Kaba

22
Adapun Pujawali/Piodalan Pura Puseh, Desa Adat Kaba-Kaba dilaksanakan
setiap 6 bulan sekali yang jatuh pada rahina Buda Manis Wuku Medangsia yang
diupacarai dengan banten bebangkit dan pragembal secara bergiliran. Setiap
dilaksanakan pujawali di pura puseh yang pengemponnya sebanyak 20 banjar
dilakukan secara bergilir setiap Banjarnya mulai dari sarana upakara, ayah-
ayahan dan yang lainnya, lalu mengenai biaya setiap melaksanakan pujawali di
Pura Puseh bersumber dari LPD (Lembaga Perkreditan Desa) Desa Adat Kaba-
Kaba, wisata Tanah Lot, dan Provinsi.
Pura Dalem Desa Adat Kaba-Kaba
Desa Pakraman Kaba-Kaba juga memiliki Pura Khayangan Tiga Dalem yang
berada berdekatan dengan areal Setra Kaba-Kaba. Pura Khayangan Tiga Dalem
ini menggunakan konsep Tri Angga atau Tri Mandala, yakni aspek Uttama
Mandala adalah bagian utama pura atau jeroan, Madya Mandala adalah jaba
tengah pura, dan Nista Mandala adalah bagian terluar pura. Kemudian di
dalamnya terdapat beberapa pelinggih dan memiliki fungsi dan kegunaanya
masing-masing.
Uttama Mandala Pura Dalem, Desa Adat Kaba-Kaba

23
Uttama Mandala yaitu tempat yang paling uttama untuk melakukan pemujaan
terhadap Ista Dewata atau manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Màha Esa. Pada Uttama Mandala Pura Dalem, Desa Adat Kaba-Kaba terdapat
Pelinggih Ratu Made, Pelinggih Gedong Dalem (yang bersthana adalah Ratu
Biang Lingsir),
Pelinggih Ratu Gusti (sebagai pengantar) dan ada juga bangunan-bangunan
lainnya seperti, Bale Pawedan (sebagai tempat untuk para sulinggih dalam
memimpin pelaksanaan upacara yadnya), Bale Pengaruman (sebagai tempat
ngelinggihan Arca atau simbol Sang Hyang Widhi), dan Bale Ajang (untuk
meletakkan sesajen).
Madya Mandala Pura Dalem, Desa Adat Kaba-Kaba

Pada area Madya Mandala terdapat Pelinggih Apit Lawang, Pelinggih


Pengayatan dan pada Madya Mandala juga terdapat Bale Kulkul, Bale Gong
dan Bale Pesanekan.

24
Nista Mandala Pura Dalem, Desa Adat Kaba-Kaba

Nista Mandala yaitu tempat yang paling di luar pada areal pura. Pada Nista
Mandala Pura Dalem. Desa Adat Kaba-Kaba ini tepat berhadapan dengan setra
Desa Adat Kaba-Kaba
Istilah Dalem pada Pura Dalem sesungguhnya menarik ditelisik. Dalem
padanan artinya adalah di dalam atau kedalaman. Dengan demikian, Pura
Dalem adalah tempat suci yang di dalam tempatnya, dan hal ini merujuk pada
Dalem berarti tenget. Warga Kaba-Kaba menyakini pula bahwa Pura Dalem
Kaba-Kaba adalah pura yang sangat keramat, dan sthana dari Bhatari Durga
sebagai pemberi perlindungan. Dengan demikian, banyak warga yang
melaksanakan persembahyangan dan mapinunas dengan maksud dan tujuan
memohon keselamatan dan kesembuhan di Pura Dalem Kaba-Kaba.
Adapun Pujawali/Piodalan Pura Dalem, Desa Adat Kaba-Kaba dilaksanakan
setiap 6 bulan sekali yang jatuh pada rahina Redite Kliwon Wuku Watugunung
yang di upacarai dengan banten Bebangkit dan Pregembal secara bergilir.
Setiap dilaksanakan pujawali di Pura Dalem pengemponnya sebanyak 14 Banjar.
Mengenai biaya setiap melaksanakan pujawali di Pura Dalem bersumber dari
LPD (Lembaga Perkreditan Desa) Desa Adat Kaba-Kaba.

25
Pura Prajapati, Desa Adat Kaba-Kaba
Sama halnya dengan Desa Pakraman lainnya, Pura Prajapati (yang juga sering
disebut Prajepati, Mrajapati; "Mraja Pati" atau Rajapati) adalah tempat suci
pemujaan kepada Sanghyang Widhi dalam Prabhawa-Nya sebagai "Prajapati"
dan juga Dewi Durga yang terletak di hulun setra. Pura Prajapati sebagai bagian
dari pura kahyangan tiga, disebutkan dalam Babad Bali dibangun pada hulun
setra. Disebutkan pula bahwa, Pura Mrajapati sebagai tempat pemujaan alam
kosmis yang sangat erat kaitannya dengan Pura Dalem dan setra sehingga untuk
menetralisasi kekuatan positif dan negatif yang ditimbulkan oleh praktik-praktik
ajian Durga tersebut dilakukan dengan aktivitas ritual dan persembahan sebagai
bentuk yadnya di Pura Dalem sebagai sthana Dewa Siwa yang bertujuan untuk
mendapatkan keselamatan dan terhindar dari pengaruh negatif dua kekuatan
tersebut, yakni prajapati dan setra.
Desa Pakraman Kaba-Kaba memiliki Pura Prajepati, Desa Adat Kaba- Kaba
yang terletak di belakang Pura Dalem Kaba-Kaba dan berdekatan pula dengan
areal Setra Kaba-Kaba.
Uttama Mandala/ Jeroan Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba
Pada Uttama Mandala/Jeroan terdapat Pelinggih yang memiliki fungsi dan
kegunaanya masing-masing. Pada Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba
terdapat Pelinggih Gedong, Pelinggih Dewa Gusti, Pelinggih Pemayasan Ratu
Dewa Ayu, Pelinggih Ratu Niang Lingsir, Pengaruman, dan Bale Ajang.

Uttama Mandala,Pura Prajapati Desa Kaba-Kaba

26
Jaba (bagian terluar) Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba
Pada area luar (jaba) pura juga terdapat Bale Pesanekan (tempat beristirahat)
dan ada juga satu pelinggih yang disebut Pelinggih Pengubengan.

Pelinggih Pengubengan

Area Jaba Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba

27
Menurut I Putu Sudana sebagai pemangku Pura Prajàpati, Jaba (bagian terluar)
Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba menjelaskan bahwa sebelum Mpu
Kuturan datang ke Bali, pura ini sudah berdiri sebelum adanya Pura Khayangan
Tiga dan pura ini diberi nama Pura Wisesa, dan kemudin dilihat dari patung-
patung dan pelinggih yang ada pura ini kemudian diberi nama Pura Prajepati,
Desa Adat Kaba-Kaba.

Adapun Pujawali/Piodalan Pura Prajapati, Desa Adat Kaba-Kaba tidak dapat


ditentukan secara pasti, menurut Jro Mangku I Putu Sudana pujawali di Pura
Prajàpati, Jaba (bagian terluar) Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba ini
bertepatan pada tilem kedua setelah Budha Kliwon Wuku Pahang (Budha
Kliwon Pegatwakan). Sarana atau banten yang dipersembahkan setiap 6 bulan
hanya sampai pada tigkatan Pragembal Setiap dilaksanakan pujawali di Pura
Prajàpati, Jaba (bagian terluar) Pura Prajepati, Desa Adat Kaba-Kaba
pengemponnya sebanyak 14 Banjar. Mengenai biaya setiap melaksanakan
pujawali di Pura Prajapti, Desa Adat Kaba- Kaba bersumber dari keluarga Jro
Mangku I Putu Sudana, namun ada juga bantuan dana dan gong dari Desa Adat.

28
BAB IV
SIMPULAN

4.1 Simpulan
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas PGRI
Mahadewa Indonesia yang dilaksanakan di Desa Kaba-Kaba Kecamatan Kediri
Kabupaten Tabanan. Hal ini disebabkan oleh hubungan kerja sama yang baik
antara mahasiswa KKN dengan seluruh mayarakat desa. Program yang
dilaksanakan memfokuskan pada perkembangan kehidupan religius masyarakat
dan keberadaan Pura Khayangan Tiga di Desa Kaba-Kaba.
KKN tematik ini memiliki keterbatasan dalam berinteraksi kepada setiap
masyarakat seperti harus menjaga protokol kesehatan dengan memakai masker
dan menjaga jarak. Namun hal ini menjadi sebuah tantangan yang menarik untuk
mahasiswa KKN mencari celah agar pelaksanaan KKN tematik ini bisa tetap
berjalan dan mampu memberikan manfaat kepada masyarakat desa.

4.2 Saran
Diharapkan kedepannya kualitas pelayanan dari pihak panitia dalam
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk periode yang akan datang lebih
baik lagi. Kepada panitia pelaksana KKN Tematik untuk selalu memberikan
informasi-informasi yang akurat dan konsisten terkait jadwal maupun lainnya.
Semoga KKN terus berlanjut agar mahasiswa terlatih menjadi orang yang berguna
bagi orang lain.

29

Anda mungkin juga menyukai