Disusun Oleh :
Siti Humairah Pasaribu (1801036010)
1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil
orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari’at dan
akhlak islam. Dakwah diwajibkan untuk kita oleh Allah SWT agar kita dapat
menyampaikan, mengajak orang-orang kepada kebenaran. Sebelum kita
menyampaikan dan mengajak orang-orang rterlebih dahulu kita harus membenahi diri
kita sendiri setelah itu keluarga, tetangga, orang- orang sekitar kita.
Tujuan dakwah pada hakikatnya adalah mencapai kebenaran tertinggi, yaitu
beriman dan berserah diri secara total kepada Allah. Dakwah juga tidak melakukan
segala cara untuk mencapai tujuannya. Dakwah harus disampaikan secara jujur,
terbuka, bebas dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Sebelum kita melakukan
dakwah, terlebih dahulu kira harus membuat strategi dakwah yang sesuai dengan
kondisi mad’u agar kita tepat sasaran saan berdakwah. Oleh sebab itu, adanya peta
dakwah akan memudahkan para da’i untuk melakukan dakwah dan merancang atau
menyiapkan strategi yang sesuai dengan keadaan mad’u dan kebutuhan mad’u.
Adapun latar belakang penilitian peta dakwah dilakukan di Desa Bongas, Kec.
Watukumpul, Kab. Pemalang, Provinsi Jawa. Penelitian dilakukan agar
mempermudah da’i untuk melakukan dakwah.
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Desa Bongas?
2. Bagaimana letak geografis?
3. Berapa Jumlah penduduk Desa Bongas dan pendidikan masyarakatnya?
4. Berapa jumlah da’i di Desa Bongas?
5. Berapa jumlah sarana ibadah di Desa Bongas?
6. Apa saja kegiatan agama di Desa Bongas?
c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui sejarah Desa Bongas
2
2. Ingin mengetahui pendidikan warga desa bongas
3. Ingin mengetahui kegiatan agama apa yang dilaksanakan di desa tersebut
4. Dapat mengetahui jumlah sarana ibadah di Desa Bongas
5. Ingin mengetahui masalah keagamaan apa yang terjadi di Desa Bogas
e. Metodologi
Dalam penelitian ini saya menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab kepada informan yaitu pak
Arum Subyakto selaku kepala desa, ibu Dairah, pak Makruf dan jamah sholat
fardhu di masjid.
2. Observasi
Saya melakukan observasi di Desa Bongas Kec. Watukumpul, Kab. Pemalang,
Provinsi Jawa Tengah. Saya melakukan observasi pada hari Jum’at, 18 Oktober
2019
3. Pengisian Angket
Pengisian angket dilakukan oleh masyarakat Desa Bongas untuk mengetahui
beberapa informasi dan data yang dibutuhkan dalam penyusunan peta dakwah di
daerah tersebut.
4. Sumber Data
Penelitian ini didasarkan pada data-data yang telah saya dapatkan dari angket dan
wawancara dari masyarakat Desa Bongas.
5. Ananlisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan proses
reduksi data. Dimana data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif dan deskripsi.
3
Pembahasan dan Hasil Penelitian
1. Sejarah Bongas
Bongas adalah sebuah desa yang berada di lembah sungai polaga dan dalam
lingkup wilayah Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa
Tengah. Diriwayatkan oleh para sesepuh Desa Bongas antara lain: H. Mansur
Sastrowaluyo bin Dahlan/Umar Sidik, Astini binti Dahlan/Umar Sidik yang
notabenenya seorang dukun beranak termasyhur di Desa Bongas dan dikenal oleh
masyarakat luas sebagai mbah Agen, Abdurrahman bin Dahlan/Umar Sidik (Ayah
dari Ali Imron, Kepala Desa Bongas 2013-2018), Taat Marto Rahardjo bin
Sadam/Samaredja, Slamet Riyadi yang dahulu sewaktu melakukan ”Ijab kobul”
pernikahan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bongas juga menyatakan Desa
Bongas dahulunya adalah sebuah kecamatan di wilayah Kabupaten Pemalang
yakni ”Kecamatan Bongas” bahkan bukti lain yang Penulis miliki tentang
keberadaan Kecamatan Bongas yakni Surat Nikah milik almarhum H. Mansur
Sastrowaluyo menyatakan bahwa dahulu Desa Bongas adalah Kecamatan Bongas
namun sekitar tahun 1974-an Kecamatan Bongas digeser ke Desa Grugag
(Desa/Kecamatan Watukumpul sekarang) “penulis belum menemukan jawaban
atas pemindahan kecamatan dari Bongas ke Watukumpul”.
Desa Bongas pada masa kolonialisme (Kompeni) digunakan sebagai base-
camp/markas dari serdadu/tentara VOC, bahkan pada waktu agresi militer II Desa
Bongas dijatuhi bom oleh tentara kaum kolonialis.
Usut punya usut, ternyata tentara kolonial yang sedang berpatroli
menggunakan helikopter salah terka, panja para petani yang dipanggul dikira
senapan laras panjang milik pribumi yang memberontak akhirnya datanglah
pesawat bomber dan langsung menjatuhkan bom di Desa Bongas.
Nyai Ritem merupakan sosok perempuan yang cukup berjasa di Desa Bongas
dalam perjuangannya membela tanah air pada waktu kolonialisme dan berkat jasa-
jasannya, para serdadu Belanda tidak berdaya terkena ajian sirepnya, mereka
tertidur pulas sehingga dengan mudahnya senjata-senjata mereka dirampas oleh
4
nyai Ritem dan kawan-kawan kemudian senjata-senjata tersebut disembunyikan di
lumbung padi Desa Bongas, yang dahulu berlokasi di Dukuh Jambean di depan
pintu gerbang kuburan/makam Mas Sigit dari Mejagong atau lebih tepatnya
sebelah barat SD Negeri 04 Bongas (Sekarang) namun siapa sangka dan duga
setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam keadaan aman khususnya
Desa Bongas, nyai Ritem si ahli sirep asal Desa Bongas yang mampu melebur diri
dalam berkas cahaya ataupun hembusan angin menyalah-gunakan kesaktiannya
untuk menjarah harta benda warga, banyak warga Bongas yang sering kehilangan
harta benda.
Konon berdasarkan riwayat, tlah berulang kali nyai Ritem ditangkap namun
selalu bisa meloloskan diri/menghilang bak ditelan bumi meski dalam keadaan
anggota badan terikat kuat dan dikurung dalam gulungan geribig (Tikar besar
yang terbuat dari bambu). Warga yang sudah geram dengan perbuatan nyai Ritem
kemudian menyusun strategi baru dan mencari titik lemahnya. Alhasil, nyai Ritem
dapat ditangkap kembali karena dijebak dan langsung diadili oleh warga yang
sudah marah sehingga tamatlah sudah riwayat nyai Ritem akibat keserakahannya.
A. DATA KUANTITATIF
2. Peta Makro
Gambar Peta desa
5
Desa Bongas Kec. Watukumpul Kab.Pemalang
a. Batas-batas wilayah :
Barat : Kabupaten Tegal
Timur : Kabupaten Pekalongan
Selatan : Kabupaten Purbalingga
Utara : Laut Jawa
b. Luas wilayah : 728.590
3. Penduduk
a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamin
- Total jumlah penduduk : 7519
- Laki-laki : 3623
- Perempuan : 3896
b. Jumlah menurut Agama
Di desa tanjung mekar hanya agama islam yang dianut oleh penduduk.
Dengan jumlah total : 7519 jiwa. Dengan Aliran NU
6
- Lembaga Pendidikan
Tabel.1
Data Sarana dan Prasarana Pendidikan
NO NAMA ALAMAT
7
3. Ustad Munawir RT. 018 RW. 03
5. Tempat Ibadah
Peta Jamaah Masjid Jami’ Nurul Huda Desa Bongas Kec.Watukumpul Kab. Pemalang
- Saya memilih masjid Jami’ Nurul Huda karena masjid ini sebagai masjid
pertama di Desa Bongas. Dahulu masjid ini hanya sebuah mushola kecil
yang ada dipinggir jalan sebagai tempat beribadah warga desa. Dan di
masji ini biasanya warga melakuka kegiatan keagamaan. Masjid ini
dibangun pada tahun 2000. Adapun luas bangun dari masjid ini sekitar 170
m2, dan status tanah masjid Jami Nurul Huda adalah wakaf.
Sumber : wawancara dengan pak Zainuri selaku imam di mesji Jami Nurul Huda
Setiap malam jum’at dan malam minggu diadakan markhabanan dan setiap hari
mauled nabi diperingati dengan acara besar-besarannya itu pengajian untuk umum
didesaBongas. Masjid ini digunakan bukan hanya untuk penduduk karena letak masjid ini
8
berdekatan dengan kantor desa dan posisinya dipinggir jalan sebelah barat. Jadi terkadang
masjid ini pada saat sholat dzuhur ada jama’ah yng lagi diperjalanan hingga berhenti sejenak
untuk sholat.
1. Markhabana setiap hari malam Jum’at dan malam Minggu serta malam Senin
dan Kamis.
2. Pengajian dan istikasah setiap peringatan hari besar islam.
3. Tahlil besar pada saat memperingati hari besar islam.
4. Setiap hari minggu diadakan pembersiahan/ kerja bakti dimasjid ini.
5. Pengajian Maulid Nabi Muhammad
6. Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad
7. Ketika bulan Ramadhan diadakan tadarus dan buka bersama
8. Diadakan Shalat Taraweh bersama
9. Diadakan Shalat Idul Fitri
10. Diadakan Shalat Idul Adha
11. Diadakan Pembagian Qurban dan pengumpulan zakat firah
Sumber : wawancara dengan Pak Zainuri selaku Imam di Masjid Nurul Huda
Jumlah : Masjid ( 2 )
Jumlah : Mushola ( 2 )
Sumber : Observasi di Desa Bongas dan wawancara dengan Kepala Desa serta Imam
Masjid Nurul Huda
10
- Aliran kepercayaan/organisasi kategori sempelan (sesat)
a. Jumlah pemeluk/penganut/pengamal aliran kebatinan atau aliran sempelan: -
b. Nama-nama organisasi/aliran kebatinan: -
c. Tempat ibadah: -
d. SDM penyebar aliran kebatilan:-
e. Struktur lembaga organisasi aliran kebatilan: -
f. Media penyebaran aliran kebatilan: -
11
kegiatan tadarus pada bulan Ramadhan, Shalat taraweh, Shalat Idul Fitri, dan Sholat Idul
Adha.
Desa Bongas memiliki 2 Masjid yaitu masjid Jami Nurul Huda dan Masjid
Baitulrohman dan memiliki 2 mushollah yaitu Al-Khausar dan Miftahul Huda.
Lembaga dakwah yang ada di Desa Bongas adalah NU. Semua warga disana NU dan
tidak ada Muhammadiyah. NU sebagai satu-satunya lembaga/organisasi yang ada di
Desa Bongas. Dan media yang digunakan masyarakat disana untuk menyebarkan agama
islam adalah rebana. Yang memainkan rebana bukan hanya ibu-ibu tetapi remaja disana
juga ikut serta dalam mengembakan atau belajar rebana.
DATA KUALITATIF
A. Bidang Pengetahuan
1. Tingkat kemampuan membaca dan memahami al-Qur’an masyarakat : baik
- Sosial
1. Tingkat kepedulian umat terhadap masyarakat/individu yang membutuhkan bantuan :
Sangat baik
- Lingkungan
12
1. Tingkat kepedulian umat terhadap problem lingkungan : Sangat baik
2. Tingkat perhatian umat dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan : Sangat
baik
C. Bidang Toleransi
1. Tingkat toleransi antara umat beragama dalam masyarakat : baik
Sumber :Angket dan wawancara dengan Pak Nasir selaku da’i di Desa Bongas
PETA MIKRO
DAKWAH BERBASIS MASJID : JAMI’ Nurul Huda
Tradisi ( Kegiatan )
- Majlis ta’lim ibu- ibu Pengajian dilaksanakan dari Perdusun dan Per
Rt/Rw seminggu 3x di Masjid Jami’ Nurul Huda
- Halal bi halal Masjid Jami’ Nurul Huda
Dilaksanakan pada bulan syawal
- Maulidan
Dilaksanakan setelah shalat magrib sampai isya yang mengikuti para
jamaah shalat.
1. Sholat
HARI IMAM
13
Ahad Ustadz Tofa
Biasanya pada saat Shalat dzuhur di masjid Jami’ Nurul Huda ini paling sedikit
jama’ahnya Karena pada mementingkan pekerjaannya dan ada yang shalat dirumah, dan
biasanya jama’ah Shalat dzuhurnya biasa dihitung.
Shalat dzuhur yang dilaksanakna di Masjid Jami Nurul Huda pada shalat dzuhur dapat
dikatakan paling sedikit yang melakukan shalat berjama’ah di masjid dikarena penduduk
disana sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Penduduk disana lebih banyak bekerja
14
diluar desa. Pemuda-pemuda disana memilih untuk bekerja di kota dibandingkan dengan
di desa mereka sendiri, sehingga pada saat shalat dzuhur tidak terlihat pemuda ataupun
remaja dikarenakan mereka tidak berada didesa mereka. Yang biasanya melakukan
shalat berjama’ah di masjid yaitu ibu-ibu dan bapak-bapak. Mereka bekerja sebgai
seorang petani, tapi banyak dari mereka tidak melaksanakan shalat berjamaah di masjid
dan lebih memilih untuk shalat di rumah agar setelah shalat mereka dapat langsung
istirahat.
Sumber : Observasi dan wawancara dengan Pak Zainuri sebagai Imam di masjid
Di Masjid Jami’ Nurul Huda ini pada saat Shalat Ashar kebanyakan shalat ashar dirumah
masing-masing
15
5. Ibu Kastini 11. Ibu Satiri
Penduduk Desa Bongas lebih memilih untuk melakukan Shalat di rumah dibandingkan
dengan di masjid, dikarenakan banyak dari penduduk masih sibuk dengan kegiatan
diluar yang belum pulang dari kerjanya. Alasannya masih sama dengan pada saat Shalat
dzuhur. Penduduk disana biasanya pulang ke rumah menjelang magrib.
Jama’ah di Masjid Jami’ Nurul Huda Ini jama’ah paling banyak pada saat magrib dan isya
16
7. Bapak Tofa 17. Mas Aji 27. Dek Ajeng
Pada saat shalat margib di Masjid Jami Nurul Huda, jama’ah nya lebih ramai
dibandingkan dengan shalat fardhu lainnya, sebab penduduk disana sudah
menyelesaikan aktifitas mereka dan pulang ke rumah masing-masing. Pemuda dan
remaja serta anak- anak sudah berada dirumah. Dan penduduk lebih memilih untuk
melaksanakan shalat di masjid ketimbang dirumah. Walaupun lebih banyak jama’ah
laki-laki dibandingkan perempuan untuk shalat berjama’ah. Tapi sebagian dari
penduduk Desa Bongas lebih memilih untuk shalat dirumah, dikarenakan sebagian dari
mereka ada yang baru sampai atau selesai kerja.
17
Jama’ah di Masjid Jami’ Nurul Huda Ini jama’ah paling banyak pada saat magrib dan isya
Shalat isya di masjid Jami Nurul Huda sama dengan shalat magrib, jumlah jama’ah nya.
Pada saat shalat isya, jama’ah perempuannya lebih banyak dibandingkan dengan shalat
magrib dan anak kecil lebih banyak shalat isya di masjid.
Jama’ah Sholat Subuh di Masjid Jami’ Nurul Huda ini Terkadang tidak menentu namun
jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah jama’ah Magrib dan Isya
18
1. BapakWaan 11. Ibu Karmini
Shalat subuh berjama’h terbilang cukup ramai dibandingkan dengan shalat dzuhur dan
ashar. Lebih banyak orang tua yang melaksanakan shalat berjama’ah di masjid
dibandingkan anak muda. Biasanya orang tua disana setelah melaksanakan shalat subuh
mereka akan mendengarkan tausiyah yang disampaikan da’i, dan setelah itu mereka
akan melakukan olahraga pagi hanay sekedar jalan pagi sambil menghirup udara segar.
Dan itu juga biasa dilakukan pada bulan Ramadhan.
19
1. Bapak Iif 11. Bapak Warno 21. Bapak Ato Ramsito
20
32. Bapak Sakira 42. Bapak Sanudin 52. Bapak Hadira
Shalat Juma’at biasanya ramai hingga masjid penuh. Dan yang mengisi khutbah jumat
biasanya Pak Zainuri ataupun pak Nasir, yang menjadi imam Shalat Jum’at adalah Pak
Zainuri. Yang menjadi jama’ah shalat juma’at bukan hanya orang tua, tetapi remaja dan
anak-anak juga ikut memenuhi masjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah. Pada saat
azan pertama berkumandang, yang memenuhi masjid lebih bnayak orang tua. Biasanya
remaja, pemuda dan anak-anak akan dating pada saat azan kedua, walaupun ada dari
sebagian mereka yang dating disaat azan pertama.
21
Didesa Bongas ini jumlah yang sudah Haji lumayan sedikit dinatara nama-nama Haji dan
Hajah.
Di Desa Bongas hanya sedikit yang sudah berangkat haji dikarena kurangnya ekonomi
penduduk disana sehingga hanya sedikit diantara mereka yang telah berangkat haji.
Selain itu, orang tua yang sudah tua (lansia) harus ada temannya saat dia berangkat dan
itu membutuhkan biaya lebih besar.
22
No Nama No Nama
23
mengeluarkan zakat mal, padahal kita hanya mengeluarkan sedikit dan tidak perlu
banyak serta tidah harus menunggu kaya. Malahan jika sering bersedekah maka harta
yang kita sedekahkan akan bertambah.
1. Internal
Adanya ajaran yang baru yang dibawakan oleh warga desa Bongas tersebut sehingga
menyembabkan banyak perbedaan antara warga setempat yang ajarannya tidak sesuai dengan
ajaran islam. Seperti dilarang makan makanan yang diberikan oleh tetangga, berjabat tangan
sesame muslim, dan baru-bariu ini adanya larangan sholat jumat bagi kaum laki-laki untuk
melaksanakan kewajibannya.
1. Interna
Memberikan pemahaman agama kepada warga desa tersebut agar mereka tidak tersesat lebih
lama dan memberikan gambaran apa yang akan terjadi atas apa yang dilakukan mereka.
c. Rekomendasi
1. Internal
Analisis Penulis
24
Desa Bongas adalah desan kecil yang terletak di Jawa Tengah,Kelurahan Watukumpul. Di
desa Bongas, penduduknya rata-rata bekerja menjadi seorang petani dan perekonomian
disana juga tidak stabil masih dibawah rata-rata. Dan pemuda-pemudi disana banyak yang
bekerja di luar desa, karena mereka ingin lebih maju dari orang tua mereka.
Masyarakat disana semuanya mengikuti organisasi NU, tidak ada yang mengikuti
Muhammadiyyah. Saat mereka shalat berjamaah, mereka akan melaksanakan di masjid Jami
Nurul Hudan. Biasanya pada shalat dzuhur, sangat sedikit warga yang berjamaah di masjid
dikarena banyaknya warga yang masih seang bekerja dan lebih memilih untuk shalat di
rumah atau di tempat kerja mereka. Ashar sama dengan shlat dzuhur, masih sangat sedikit
masyarakat yang ikut berjamaah. Disaat shalat magrib dan isya, maka masjid akan cukup
ramai karenawarga sudah selesai dengan pekerja mereka. Shalat subuh, masyarakat disana
melakukan shalat berjamah tetapi sebagian besar yang melaksanakan shalat subuh adalah
para orang tua. Yang harus dilakukan seorang agar masyarakat disana mau melaksanakan
shalat berjamaah terutama bagi para remaja dan pemudanya adalah memberikan pengarahan
atau pengajaran kepada masyarakat disana keutamaan shalat berjamaah di masjid dan
memberitahu pahala apa yang akan mereka terima nantinya jika mereka melakukan hal
tersebut. serta memberikan contoh kepada masyarakat disana dan mengajak mereka untuk
shalat berjamaah.
Zakat di Desa Bongas juga terlihat sangat sedikit yang melaksanakan zakat mal. Warga
disana sedikit yang melakukan zakat mal dikarenakan perekonomian mereka yang kurang
baik. Sehingga mereka berpikir, mereka dapat melakukannya nanti pada saat mereka sudah
meiliki harta yang banyak ataupun kalau sudah kaya. Yang harus dilakukan seorang da’I
dalam menghadapi mad’u yang seperti ini adalah memberikan mereka penjelasan kalau ingin
melakukan kebaikan atau zakat tidak harus menunggu kaya. Karena harta yang mereka
berikan akan diganti oleh Allah Swt lebih banyak dari apa yang mereka berikan kepada fakir
miskin tersebut. serta seorang da’i harus memberikan contoh yang baik jepada mad’u nya
agar mereka dapat menerima apa yang dikatakan oleh sang da’i.Yang telah berangkat haji di
desa Bongas sangat sedikit. Permasalahnya lagi-lagi karena perekonomian di desa tersebut
tidak bagus.
25
menghasilkan bagi warga disana dan menjualnya ke desa sebelah atau menjualnya secara
online dan mengajarkan mengajarkan kepada warga bagaiman acara kerjanya. Seperti,
mengajarkan kepada warga cara membuat kerajinan tangan, contohnya; membuat bunga dari
botol aqua, membuat lampion dari balon dan kerajinan yang lainnya. Selain seorang da’I juga
bisa mengajarkan kepada ibu rumah tangga disan cara memasak makan ataupun kue dan
dijual. Dan apa yang dilakukan tersebut dapat menambah pemasukan warga disana sera\ta
menambah wawasan para masyarakat.
Sikap toleransi masyarakat Desa Bongas sangat baik. Warga disana saling menghormati
satu sama lain, saling membantu satu sama lain, layaknya seperti keluarga. Karna bagi warga
desa, tetanggalah yang pertama kali akan membantu mereka disaat mereka kesusahan atau
tertimpa masalah bukan keluarga mereka atau saudara mereka. Maka dari itu, kekeluargaan
dalam desa tersebut dapat dilihat.
Setiap ada acara keagamaan, warga akan mengadakan acara tersebut di masjid dengan
mengundang ustad sebagai penceramah seperti, acara Mauli Nabi. Di acara Maulid Nabi,
yang banyak dating adalah para orang tua. Anak muda nya hanya sedikit yang terlihat
mneghadiri acara tersebut, dikarenakan menurut mereka itu agak membosankan karena hanya
ada pengajian dan shalawatan.
Melihat hal tersebut seorang da’i harus bisa mebgajarkan serta memberitahukan mereka
kalau itu bukanlah suatu yang membosankan. Atau seorang da’i dapat membuat acara
tersebut dengan cara yang disukai mereka tetapi pengajian ataupun shalawatannya tetap
masuk dalam struktur acara hanya penambahan agaranak mudanya tidak bosan saat ikut serta.
Di desa tersebut memiliki satu problem yang dapat di katakana cukup serius. Karena,
adanya ajaran baru yang tidak sesuai dengan syariat islam masuk ke desa tersebut. Sehingga,
mengkhawatirkan warga sekitar. Ajaran yang tidak sesuai dengan syariat islam seperti, tidak
boleh salaman dengan orang lain (perempuan ataupun laki-laki), makan dirumah orang atau
saudara, tidak melaksanakan shalat jumat bagi laki-laki, dan lain sebagainya.
Yang harus dilakukan seorang da’i agar ajaran tersebut tidak sampai menyebar luar dan
terus berlanjut adalah dengan cara memberitahukan dan mengajak serta menganyomi
pemimpin dari ajaran tesebut sampi dia sadar dengan apa yang telah dia perbuat sera
membawakan pemuka agama islam untuk menindak lanjutin jika dia tidak ingin diberitahu
ataupun membangkang dengan apa yang telah dai’i sampaikan.
26
PENUTUP
Terima kasih saya ucapkan, semoga apa yang saya tulis dalam observasi ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Jika ada kesalahan yang terletak dalam hasil observasi saya
mohon maaf dan mohin maklumi Karena saya masih dalam proses pembelajaran. Sekali lagi
saya ucapkan terima kasih.
27