Disusun Oleh:
YUNI KHAIRANI
Berikut hasil wawancara Saya kepada salah satu warga Desa Tarai Bangun
yang bersedia menjadi Narasumber Saya dalam kegiatan ini, yang mana
Saya sajikan dalam bentuk cerita pendek.
“Nah untuk mata pencaharian masyarakat Desa Tarai Bangun ini bermacam-
macam. Ada yang menjadi Buruh, Berkebun Karet, dan Berniaga. Namun untuk saat ini
masyarakat Tarai Bangun mata pencahariannya lebih cenderung umtuk Berniaga.” Ujar
bang Raja.
“Lalu untuk mayoritas agama di Desa Tarai Bangun itu sendiri apa saja bang?”
Yuni melanjutkan pertanyaannya. Dengan sedikit senyuman yang terukir diwajahnya
bang Raja pun menjawab “Alhamdulillah mayoritas masyarakatnya Muslim, sekitar
98% itu beragama Islam dan 2% nya itu ada yang beragama Kristen dan juga Buddha.
“Kemudian Iconic yang ada di Desa Tarai Bangun ini apa saja sih bang”.
Dengan sedikit berfikir bang Raja akhirnya menjawab “Kalau untuk Iconic di Desa
Tarai Bangun ini sendiri yaitu masyarakatnya yang antusias dalam Pendidikan Madani.
Sebagaimana dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat yang antusias untuk
mendirikan sekolah-sekolah baik dari tingkat SD, SMP dan SMA sederajat.”
“Oke, next questions!” seru bang Raja layaknnya seorang bule berbicara. “Oke,
jadi melihat masyarakatnya yang antusias dalamn pembangunan pendidikan, nah
bagaimana dengan rata-rata pendidikan masyarakat di Desa Tarai Bangun itu sendiri?”
lanjut Yuni bertanya.
Dengan ekspresi wajah yang sedikit bingung dan dahi yang mengernyit seperti
profesor yang sedang berfikir akupun melanjutkan pertanyaan. “Nah seperti yang telah
abang jelaskan sebelumnya, bahwa Iconic Desa Tarai Bangun adalah masyarakatnya
yang antusias terhadap pendidikan. Namun mengapa rata-rata pendidikan
masyarakatnya hanya sampai SMA/sederajat saja?.”
“Mungkin disebabkan oleh beberapa faktor juga” tangkas bang Raja segera.
“Baik faktor Internal dan juga faktor Eksternal. Seperti faktor Ekonomi, yang mana di
Desa Tarai Bangun ini tingkat Ekonomi masyarakatnya yaitu menengah. Kemudian
juga karna kurang adanya dukungan dari orang tua yang juga disebabkan oleh pergaulan
bebas, yang mana pergaulan bebas ini mengacu bukan hanya kepada anak-anak di Desa
ini, namun juga kepada Bapak-bapaknya. Seperti masih adannya perjudian di kedai-
kedai di tepi jalan Desa Tarai Bangun ini.” lanjut bang Raja dengan penuh keseriusan.
“Hooo begono toh”, ujar kami serentak-Aku dan 2 orang bestihku tadi. “Oke
oke yang ini terakhir bang” seruku dengan sedikit candaan. “Apa saja suku bangsa yang
ada di Desa Tarai Bangun ni bang?.”
“Untuk suku bangsa yang ada di Desa Tarai Bangun ini tentu saja bermacam-
macam seperti; Minang, Jawa, dan Batak.” jawab bang Raja dengan santai.
“Alhamdulillah, udahkan?” Tanya bang Raja, “Atau ada lagi yang bisa di
bantu?”
“Udah bang! syukron atas waktu dan kesempatannya bang” jawabku dengan
penuh syukur, karna dengan bantuan bang Raja yang mau ku wawancarai, aku bisa
melanjutkan tugasku ke tahap selanjutnya.
Tak terasa Matahari sudah sejajar kepala, pertanda sudah masuknya waktu
Zuhur, azan telah berkumandang merdu dari Masjid kampusku. Dengan bergegas, Aku,
Wida dan Mudhia pergi menuju Masjid.
Yaps seperti biasa, usai melaksanakan Sholat Zuhur, Kami segera mencari
makan dan sedikit berdiskusi tentang perencanaan selanjutnya tugas Sejarah ini.
Tak terasa begitu asiknya berdiskusi, tampak Matahari mulai terbenam dan
sedikit menyisakan cahayanya. Bagi anak senja ini mungkin momen yang sangat
berkesan dan jiwa-jiwa puitis biasanya muncul dikala senja tiba.
-TAMAT-
B. DOKUMENTASI OBSERVASI DESA TARAI BANGUN
Potret Jalanan Simpang Tarai Bangun, Pasar Tarai Bangun, Kantor Desa dan
Narasumber (Setiawan Raja Makmur).
C. SINOPSIS PERJUANGAN TENGKU BUWANG ASMARA
TERHADAP VOC
Tengku Buang Asmara ataupun Sultan Mahmud, namun di dalam beberapa
catatan Inggris namanya itu bukan Mahmud, tapi disebut sebagai Muhammad
mungkin daripada Jawi krumi itu menyebabkan kesalahan Ataupun mungkin
kedua-duanya itu Sultan Mahmud ataupun Sultan Muhammad Abdul Jalil
muzaffar Syah yaitu sultan yang memerintah Kerajaan Siak Sri Indrapura dari
tahun 1746 1760 beliau adalah Sultan Siak yang kedua, yaitu anak dari Sultan
Abdul Jalil Rahmat Syah. Seorang Raja kecil yang memainkan peranan yang
sangat besar dalam sejarah zuhu Riau. Sultan Abdul Jalil mempunyai dua orang
Putra dan dua orang Putri, walaupun sumber hikayat ataupun catatan-catatan
mengatakan Sultan Raja gudang ini merupakan anak gaharu tetapi kita dapati
bahwa Abangnya yaitu Raja Alam juga yang bukan anak tetapi berhak untuk
menaiki Tahta Justru karena itu apabila Sultan Abdul Jalil raja kecil mangkat
dalam tahun 1746 kita dapati mereka berebut berebut kekuasaan dan akhirnya
Raja Alam ataupun Tengku Alam telah dapat menduduki Kerajaan Siak pada
tahun 1746 itu dan menyingkirkan Adindanya yang kalau mengikut hikayat-
hikayat siapa yang lebih berhak karena sudah dinamakan oleh Raja kecil sebagai
Sultan untuk diangkat menjadi Sultan tetapi disingkirkan oleh Abangnya yaitu
Raja Alam ataupun Tengku Alam.
Nah, salah satu perjuangan Tengku Buang itu adalah melawan VOC. Tengku
Buang Asmara begitu gigih berjuang melawan VOC, karena VOC
menginginkan Tengku Buang Asmara khususnya dan Siak pada umumnya.
Sebab VOC ingin menjadikan Siak sebagai daerah Taklukan sebagai bukti darah
Taklukan itu, Siak dijadikan sebagai bagian unit politik VOC di Malaka yang
menurut salah satu sumber Malaka siap dijadikan bagian dari VOC. Karena itu
di Siak didirikan Loji untuk mengawasi lalu lintas perdagangan untuk
menumbuhkan kekuasaan politiknya di sana dan dia itu ditempatkan seorang
kopman itu adalah militer dan juga serdadu-ser dadu di Pulau buntung tersebut
dan laporan itu mengatakan Serdadu yang ditempatkan di Pulau Guntung itu
adalah Serdadu yang paling banyak ditempatkan Timur Sumatera lebih banyak
daripada Palembang Jambi dan Indragiri jadi untuk masanya Loji pelaut untuk
itu adalah Loji yang paling banyak jadi Tengku buang melawan VOC karena dia
tidak mau negerinya dijajah oleh VOC dan ia ingin memerdekakan negerinya.
Dan yang menarik lagi, Buang Asmara itu sebetulnya menerapkan politik pintu
terbuka yang mengizinkan semua pedagang dan semua orang boleh Berdagang
di Malaka boleh masuk kembali. Ada 3 pola perlawanan yang di lakukan oleh
Tengku buang, yang pertama adalah dengan lisan dan yang kedua adalah dengan
senjata. Tengku Buang Asmara melakukan itu semua ketika VOC bikin Loji di
Pulau Guntung. Asmara itu memprotes pada gubernur VOC di Malaka
komandan house Mengapa kok bikin Loji yang makin lama makin kuat di Pulau
Guntung?, dia protes terlebih dahulu ketika prosesnya tidak digubriskan Tengku
Buang Asmara mulai melawan, tidak melakukan dengan frontal dan senjata
terlebih dahulu tapi bikin gaduh di perairan Selat Malaka, di Sungai Siak, di
tanah darat itu juga ia lakukan. Ketika membuat gaduh tersebut tidak mempan,
barulah Asmara bertindak secara politik dan jelas kita ketahui serangan dan
serbuan dengan strategi Asmara. Beliau berhasil menghancurkan Loji dan
benteng Pulau Buton, membunuhi hampir semua Serdadu VOC yang ada di
pulau Guntung dan juga membunuh kuman yang ada di sana. Akhirnya setelah
Pulau Guntung ditaklukan dan Bentengnya pun dihancurkan. Membuat Belanda
tidak berani lagi datang ke pulau Kuto dan Kesia, artinya penyerangan Pulau
Guntung yang berarti memerdekakan itu adalah klimaks dari perjuangan Tengku
Buang Asmara yang sangat luar biasa. Tengku Buang Asmara juga didukung
dan mendapat dukungan dari orang Talang lawan, yaitu warga pedalaman atau
hulu sungai yang mengingatkan penguasa Belanda di Sumatera khususnya untuk
lebih hati-hati menangkap bau serta saudara Minangkabau itu mulai membatasi
interaksi ke pantai Timur Sumatera atau ke Malaka dan mengalihkan kotak-
kotak dagang mereka dengan pedagang Inggris yang ada di Pantai Barat
Sumatera. Hal tersebut merupakan salah satu reaksi dari orang-orang
Minangkabau terhadap perjuangan Tengku Buang Asmara. Kemudian Michael
juga mengatakan ketika teknik Buang Asmara berperang dan menghadapi VOC
itu warga Indragiri, warga Jambi di mana di daerah mereka juga ada Loji
Belanda itu sering mengganggu Loji Belanda VOC artinya, beberapa daerah
yang jauh dari Siak juga merupakan perjuangan Tengku Buang Asmara.