Anda di halaman 1dari 17

EYANG SAWI PENYEBAR AGAMA ISLAM DI CIBIRU

Laporan
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang
diampu oleh Nurhamzah, M.Ag. dan Asep Andi Rahman, M.Ag
oleh:

Imaduddin Abdurrahim 11520500


Minda Amalya 1152050057
Moch. Aldian 1152050058
Rahmawati 11520500

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah Swt atas karunianya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Agung Muhammad Saw yang telah membawa kita
dari zaman dzulumati Al- jahiliyyati ila zamani An- Nuril ilmi.
Laporan ini berjudul tentang “Eyang Sawi Penyebar Agama Islam di Cibiru”
makalah ini merupakan bentuk pemenuhan tugas dari mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam..
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat menjadikan sesuatu yang bermanfaat
bagi kami dan para pembaca. Amin.

Bandung, 22 April 2018

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
A. Riwayat Hidup Eyang Sawi ............................................................................................ 4
B. Cara Eyang Sawi Menyebarkan Agama Islam ............................................................... 6
C. Tanggapan Balai Arkeologi Terhadap Situs Makam Eyang Sawi ................................... 7
D. Denah Menuju Situs Makam Eyang Sawi ...................................................................... 8
BAB III ....................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11
LAMPIRAN ............................................................................................................... 12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Makam Eyang Sawi ............................................................................................... 12


Gambar 2 Benda Cagar Budaya .............................................................................................. 12
Gambar 3 Situs Makam Eyang Sawi ...................................................................................... 13
Gambar 4 Bersama Narasumber ............................................................................................. 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cibiru adalah kata mudah dari Cai – biru berarti air yang keluar dari mata
air pohon Biru bukan berarti air yang berwarna biru. Karena keberadaan mata
air dari Tangkalatau Pohon Biru tersebut dinamakanlah Kampung Cibiru (yang
sekarang disebut Cibiru Tonggoh) sedangkan nama Cibiru selanjutnya
berkembang menjadi nama desa yaitu Desa Cibiru yang masuk wilayah
Kecamatan Ujung Berung Kabupaten Bandung yang kemudian sesuai
perkembangan wilayah Kotamadya Bandung Cibiru dijadikan nama
Kecamatan dan Desa Cibiru lama berubah nama menjadi Kelurahan Pasir Biru.

Keberadaan Desa Cibiru wetan tidak bisa dilepaskan dari makam keramat
sesepuh desa dan penyi’ar agama Islam di wilayah Bandung Timur yang oleh
sebagian besar masyarakat sangat diyakini senantiasa mengayomi (Ngajaga
Ngarikasa) masyarakat dan wilayah Cibiru khususnya Desa Cibiru wetan.
Keberadaan sesepuh desa masih dapat dibuktikan dengan adanya beberapa
makam keramat antara lain:

1. Situs Makam Keramat Embah Landros di Astana Gede RW 11 Kampung


Warunggede;
2. Situs Pabeasan yang diyakini petilasan Nyi Mas Entang Bandung di RW
11 Kampung Warunggede;
3. Situs Makam Keramat Eyang Sawi (Ibu Sawi) di RW 05 Kampung
Jadaria.

Selain keberadaan makam keramat kekayaan potensi sejarah dan wisata


serta ziarah adalah keberadaan situs Haur Museur di Kampung Garung RW 03
Cikoneng, dan wanawisata serta situs Batu Kuda yang menurut keterangan para
sesepuh setempat batu berbentuk kuda duduk itu adalah jelmaan seekor kuda
tunggangan Prabu Layang Kusumah beserta istrinya yang sampai akhir
hayatnya bertapa di Gunung Manglayang. (Rozak, 2015)

Berkaitan dengan hal ini, penulis memilih mengulas mengenai situs


Makam Keramat Eyang Sawi di RW05 Kampung Jadaria yang penulis lihat
makamnya seperti tidak terurus, padahal menurut kuncen atau penjaga makam,
dulu ketika Eyang Sawi di makamkan, orang-orang yang ikut
menguburkannyapun bukan orang-orang biasa, bisa disebut para pejabat atau
petinggi di daerah Bandung, sampai-sampai orang-orang biasa tidak bisa ikut
melihat proses penguburannya. Hal itu yang membuat penulis tertarik dengan
makam ini, walaupun banyak data yang belum terkumpul atau sejarahnya
kurang sempurna karena orang-orang keturunannya tidak mau menceritakan
dengan detail tentang riwayat hidupnya, dan itupun pesan Eyang Sawi ketika
semasa hidupnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Riwayat Hidup Eyang Sawi?
2. Bagaimana Cara Eyang Sawi Menyebarkan Agama Islam?
3. Bagaimana Tanggapan Balai Arkeologi Terhadap Situs Makam Eyang
Sawi?
4. Bagaimana Denah menuju Situs Makam Eyang Sawi?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Riwayat Hidup Eyang Sawi.
2. Untuk Mengetahui Cara Eyang Sawi Menyebarakan Agama Islam.
3. Untuk Mengetahui Tanggapan Balai Arkeologi Terhadap Situs Makam
Eyang Sawi.
4. Untuk Mengetahui Denah menuju Situs Makam Eyang Sawi?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Eyang Sawi

Eyang Sawi lahir di Demak sekitar akhir abad ke-17, tapi untuk tanggal
dan bulan, tahunnya ketika penulis mencari data baik ke kuncennya ataupun ke
turunannya yang masih hidup di daerah Bandung tidak ada yang tau pasti
tentang tanggal, bulan, dan tahun kelahiran Eyang Sawi.
Menurut narasumber yang kami wawancara, Eyang Sawi masih punya
keturunan atau bisa disebut juga masih bersaudara dengan Prabu Gesan Ulun
yang berada di Sumedang. Ketika semasa kecilnya sekitar umur lima tahun
Eyang Sawi, sudah menyebarkan Islam atau bisa disebut dengan berdakwah,
karena beliau merupakan keturunan dari kerajaan Demak tapi narasumber tidak
mengetahui darimana asal keturunannya itu.
Ketika menginjak dewasa, Eyang Sawi mempunyai keinginan untuk
berdakwah disemua daerah yang ada di pulau Jawa, dan menurut narasumber
keinginannya itu berasal dari panggilan hatinya ketika selesai melaksanakan
shalat. Menurut narasumber Eyang Sawi disebut sebgai wali perempuan yang
menyebarkan agama Islam dari Madura sampai ke Banten. Setelah dari Demak
beliau berdakwah di Madura dengan pengasuhnya yang bernama Raden Wijaya
Lesmana yang berasal dari Subang, tapi sekitar 5 tahun Eyang Sawi disana
ketika telah banyak yang masuk Islam, banyak juga yang kontra dan
memeranginya sehingga Eyang Sawi harus pergi ke Banten, ketika itupun
Eyang Sawi pergi ke Banten sekitar umur 21 tahun. Dan sesampainya di Banten
Eyang Sawi disambut oleh orang-orang Islam yang ada disana, karena orang-
orang Islam di Banten sudah mengenal Eyang Sawi dan sudah mnegetahui
bahwa Eyang Sawi akan pergi ke Banten, padahal Eyang Sawi tidak
memberitahukan kedatangannya ke Banten dan belum ada yang mengenali
Eyang Sawi sebelumnya, tapi inilah kekeuasan Allah SWT. Menurut
narasumber, Eyang Sawi menyebarkan agama Islam di Banten itu cukup
mudah, karena sudah banyak orang yang memeluk agama Islam, sehingga
membuat Eyang Sawi tidak lama di Banten dan langsung pergi ke daerah
Subang yang berada di Jawa Barat. Eyang Sawi di bawa ke tempat tinggal
pengasuhnya yaitu Raden Wijaya Lesmana. Ketika Eyang Sawi baru
berdakwah 5 tahun, pengasuhnya meninggal gara-gara penyakit di Subang tapi
sebelum meninggal pengasuhnya itu menyuruh Eyang Sawi untuk berdakwah
di Bandung yaitu di daerah Cibiru, karena di daerah Cibiru masih pada awam
akan keislamannya.
Ketika tidak lama setelah Raden Wijaya Lesmana meninggal, Eyang
Sawi langsung pergi ke Bandung atau ke daerah Cibiru yang di suruh oleh
pengasuhnya itu. Ketika sampai di Cibiru, Eyang Sawi menghadapi banyak
perlawanan terutama dari bangsa kolonial yang dulu memang banyak yang
bersarang di daerah Cibiru, namun ketika itu ada seorang laki-laki yang ingin
selalu mendampinginya untuk berdakwah Islam, laki-laki itu bernama Sholeh.
Sholeh pun lama-kelamaan menyukai Eyang Sawi dan langsung menikahinya.
Namun tetap saja, gempuran dari para penjajah tidak ada berhenti-berhentinya,
apalagi ketika para kolonial tau bahwa Eyang Sawi sering berdakwah untuk
menyebarkan agama Islam, Eyang Sawi di buru oleh puluhan tentara kolonial
dan sampai akhirnya Eyang Sawi kabur ke daerah hutan dan ketika menurutnya
aman, Eyang Sawi langsung mendirikan gubuk untuk di singgahinya.
Menurut narasumber, Eyang Sawi dan Sholeh di karuniai 7 orang anak
dan di besarkan di hutan itu, sampai Eyang Sawi berumur 60 tahunan dan anak-
anaknya sudah menginjak umur dewasa, Eyang Sawi menyuruh para anaknya
untuk menyebarkan agama Islam bukan hanya di bandung dan di pulau Jawa,
tapi sebarkanlah islam ke seluruh tempat yang ada di dunia ini, bahkan
dimanapun kamu berpijak, maka sebarkanlah agama Islam. Ketika itupun anak-
anaknya pergi dari luar bandung dan hanya satu orang anaknya yang tinggal di
Bandung yaitu Antiah. Ketika Antiah menginjak umur 20 tahunan dan Eyang
Sawi berumur 66 tahun, Sholeh ataupun yang sekarang sering disebut oleh
orang-orang Cibiru yaitu Mama K.H. Sholeh meninggal dunia dan di
makamkan di dekat rumahnya, dan tidak lama setelah itu Antiah pun menikah
dan tidak lama dari Antiah menikah, Eyang Sawi pun meninggal dunia dan di
makamkan di pinggir makam suaminya pada awal abad ke-18.

B. Cara Eyang Sawi Menyebarkan Agama Islam


Eyang Sawi menyebarakan agama Islam dari umur lima tahun, menurut
narasumber, Eyang Sawi menyebarkan agama Islam dengan cara sebagai
berikut:

1) Berdakwah dari pintu ke pintu.


2) Membuat suatu perkumpulan atau pengajian.
3) Dengan cara menunjukan sifat atau akhlaq yang sopan dan baik.
Eyang Sawi memang dikenal sebagai orang yang dermawan, baik dan
tidak sombong. Menurut narasumberpun nama Eyang Sawi di berikan oleh para
penduduk di Cibiru Bandung, karena menurut narasumber, Sawi itu itu adalah
bahasa sunda yang artinya dermawan, dan nama aslinyapun hampir tidak ada
yang tahu.
Eyang Sawi berdakwah dari Demak ke Madura dan dari Madura ke
Banten dan dari Banten ke Subang dan dari Subang ke Bandung (tempat dia di
makamkan) itu memang mengunakan tiga cara menyebarkan islam di atas,
dengan sabar dia menyebarkan aga Islam dari pelosok ke daerah perkotaan,
banyak cacian dan banyak juga perlawanan secara fisik yang dihadapinya dari
para kolonial tetapi tidak membuat Eyang Sawi mundur dari niatnya untuk
menyebarkan agama Islam yang ia telah sebarkan dari ,ulai ia berumur lima
tahun. Dan seperti itulah sampai ia meninggal dunia dan menurut narasumber,
bukti dari penyebaran Islamnya ke beberapa daerah di pulau Jawa yaitu
banyaknya orang yang berziarah ke makamnya.

C. Tanggapan Balai Arkeologi Terhadap Situs Makam Eyang Sawi


Setelah pemakalah meneliti makamnya dengan narasumber dari kuncen
dan para keturunannya, pemakalah langsung pergi ke Balai Arkeologi untuk
menanyakan tentang Situs Makam Eyang Sawi ini, apakah pernah di teliti atau
tidak pernah.
Ketika pemakalah menanya hal itu, Balai Arkeologi menjawab tidak
pernh menelitinya, tapi pihak dari Balai Arkeologinya menyuruh pemakalah
untuk memoto makamnya dan langsung di teliti untuk sementara walaupaun
belum terlalu akurat gara-gara meneliti lewat poto.
Menurut Balai Arkeologi, Situs Makam Eyang Sawi ini memang
terpelosok dan belum terpikirkan untuk di teliti. Ketika di lihat di photo,
menurut pa. Urif selaku narasumber pemakalah di Balai Arkeologi bahwa Situs
Makam Eyang Sawi itu sudah mengalami perubahan begitu total, dari mulai di
keramiknya makam itu dan menghilangkan unsur-unsur yang aslinya, jadi
hampir sulit untuk pa. Urif menelitinya, dan hanya bisa di lihat dari keramik
yang berbentuk kotak-kotak kecil yang iya perkirakan itu keramik pada tahun
2000 awal, dan arsitektur rumah juga arsitektur biasa polos tanpa motif apapun.
Jadi mungkin hanya itu yang bisa di sampaikan oleh narasumber di
Balai Arkeologi bandung karena belum di telitinya Situs Makam Eyang Sawi.

D. Denah Menuju Situs Makam Eyang Sawi


Secara adminitratif Situs Makam Eyang Sawi terletak di desa Cibiru
Wetan RT 04/RW 05. Tempat ini memiliki akses yang mudah dengan jarak
yang dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau kendaraan umum. Ada
beberapa alternatif yang bisa dijadikan sebagai referensi untuk berkunjung ke
situs ini, yaitu sebagai berikut :
Pertama. Jika lewat jalan Cipadung, dari Jl. Desa Cipadung lurus terus
melewati MAN 2 Bandung, pondok Universal, Pertigaan Balong BHO yang
tembus ke Jl. Cilengkrang, sampai di perempatan yang terdapat SD disananya
kita bisa ambil jalan ke kanan, lalu ikuti jalan dan jangan mengambil jalan lain
dan lurus terus walaupun ada pertigaan, sampai ke jembatan yang ada pesantren
dan ketika ada pertigaan di jalan Jadaria ambil kanan dan tidak jauh dari situ
200 meter ada plang bertuliskan Situs Makam Ibu Sawi sebelah kiri jalan.
Denah Lokasi Situs Eyang Sawi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Eyang Sawi lahir pada akhir abad ke-17, dia dilahirkan di Demak
dengan di asuh oleh Raden Wijaya Lesmana yang berasal dari Subang.
Semenjak berumur lima tahun Eyang Sawi sudah berdakwah menyebarkan
agama Islam. Eyang Sawi seperti mendapatkan perintah untuk menyebarkan
agama Islam di Pulau Jawa ketika setelah melaksanakan sholat. Dia langsung
menyebarkan agama Islam di daerah Madura, Banten, Subang, dan terakhir di
Bandung. Di Bandung Eyang Sawi menikah dan mempunyai anak dan sampai
ia meninggal pada usia kira-kira usia 66 tahun dan di makamkan di smping
makam suaminya yang meninggal terlebih dahulu.
Eyang Sawi menyebarkan agama Islam menggunakan beberapa
metode, yaitu dengan metode Berdakwah dari pintu ke pintu, membuat suatu
perkumpulan atau pengajian, dengan cara menunjukan sifat atau akhlaq yang
sopan dan baik.
Menurut panadangan Balai Arkeologi, Makam Eyang sawi sudah
mngalami perubahan yang total, dan Balai Arkeologi pun belum ada rencana
untuk meneliti Situs Makam Eyang Sawi itu.
DAFTAR PUSTAKA

Rozak, A. A. (2015, 08). Sejarah Desa Cibiru Wetan. Retrieved from Warta
Cileunyi: http://wartacileunyi.blogspot.co.id/2015/08/sejarah-desa-cibiru-
wetan.html
LAMPIRAN

Gambar 1 Makam Eyang Sawi

Gambar 2 Benda Cagar Budaya


Gambar 3 Situs Makam Eyang Sawi

Gambar 4 Bersama Narasumber

Anda mungkin juga menyukai