Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN MATERI EVALUASI PEMBELAJARAN

“MENGOLAH NILAI DAN MERANGKING”

Tanggal Pengumpulan : 24 April 2018

Nama : Muhamad Sahri

NIM : 11160163000010

Kelas : Pendidikan Fisika 4A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018
 Kajian Teori

1. Pengertian Mengolah nilai

Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok yang
harus ditempuh. Pertama, menskor, yaitu member skor pada hasil tes yang dapat dicapai oleh
peserta didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci
jawaban, kunci scoring, dan pedoman konversi. Kedua, mengubah skor mentah menjadi skor
standart sesuai dengan norma tertentu. Ketiga, mengkonversikan skor standart kedalam nilai, baik
dalam bentuk huruf ataupun angka. Keempat, melakukan alalisis soal (jika diperlukan) untuk
mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda.
Dalam mengolah nilai terdapat beberapa skala penilaian yakni sebagai berikut :
a. Skala Bebas

Skala bebas adalah skala yang tidak tetap. Dalam hal ini angka tertinggi dan skala yang
digunakan tidak selalu sama. Hal itu ditentukan dari banyak dan bentuk soal yang diberikan guru
kepada siswa.

b. Skala 1-10

Skala ini pada umumnya banyak digunakan oleh guru dalam penulisan rapor. Dalam skala ini
guru sangat jarang memberikan angka pecahan seperti 5,5 yang pada akhirnya angka tersebut akan
dibulatkan menjadi angka 6.

c. Skala 1-100

Penilaian menggunakan skala 1-100 merupakan penilaian yang dinilai lebih halus karena
terdapat 100 bilangan bulat didalamnya.

d. Skala Huruf

Selain menggunakan angka, pemberian nilai pada umumnya dapat dilakukan dengan huruf A,
B, C, D, E. Untuk menggambarkan kelemahan dalam menggunakan angka adalah bahwa dengan
angka dapat ditafsikan sebagai nilai perbandingan. Menggunakan nilai dengan skala angka sendiri
merupakan simbol yang menunjukkan urutan tingkatan. Penggunaan huruf dalam penilaian dirasa
lebih tepat karena tidak ditafsirkan sebagai arti perbandingan. Huruf tidak menunjukkan kuantitas,
tetapi merupakan suatu simbol dari kualitas nilai yang diberikan. Ada suatu cara yang digunakan
untuk mengambil rata-rata dari huruf, yaitu dengan mentransfer nilai huruf tersebut menjadi nilai
angka dahulu. Yang sering digunakan, suatu nilai itu mewakili satu rentangan nilai angka.
Contoh :
Angka 100 Angka 10 Huruf Keterangan

80 - 100 8,0 - 10,0 A Baik sekali


70 - 79 7,0 - 7,9 B Baik

60 - 69 6,0 - 6,9 C Cukup

50 - 59 5,0 - 5,9 D Kurang

< 50 < 5,0 E Gagal

2. Pengertian merangking
Dalam rangkaian kegiatan belajar-mengajar, pada saat saat tertentu staf pengajar (guru,
dosen dan lain-lain) sebagai seorang pendidik dihadapkan pada tugas untuk melaporkan atau
menyampaikan informasi, baik kepada atasannya, pada orang tua peserta didik, maupun pada para
peserta itu sendiri, mengenai: “dimanakah letak urutan kedudukan seseorang peserta didik jika
dibandingkan dengan peserta didik lainnya, ditengah-tengah kelompok dimana peserta didik itu
berada”.
Dengan disampaikannya informasi tersebut maka pihak-pihak yang bersangkutan akan
dapat mengetahui, apakah peserta didik itu berada pada urutan atas sehingga ia dapat disebut
sebagai siswa yang pandai, ataukah pada urutan bawah sehingga siswa tersebut dinyatakan sebagai
siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Dengan kata lain pihak-pihak yang bersangkutan
akan mengetahui standing position masing-masing peserta didik dari waktu ke waktu; apakah
posisinya senantiasa stabil, semakin meningkat, atau sebaliknya posisinya cenderung menurun.

3. Jenis dan Prosedur Rangking


Mencari dan mengetahui urutan kedudukan peserta didik dalam sutu kelas atau kelompok
pada umumnya dilakukan dengan terlebih dahulu mengurutkan nilai-nilai yang telah dicapai oleh
peserta didik, mulai dari nilai yang paling tinggi sampai dengan yang terendah. Dengan cara
demikian maka akan dapat ditentukan nomor yang menunjukkan urutan kedudukan peserta didik
ditengah-tengah kelompoknya. Prosedur penentuan urutan kedudukan seperti telah dikemukakan
diatas adalah merupakan prosedur yang paling sederhana.
Dalam praktek, ada beberapa jenis ranking; beberapa diantaranya: (1) Ranking
sederhana (=simple rank), (2) Ranking persenan (=percentile rank), (3) Ranking berdasarkan
mean dan deviasi standar, (4) Ranking berdasar nilai standar z (z score), dan (5) Ranking berdasar
nilai standar T (T score).
a) Ranking sederhana
Ranking sederhana atau simple rank adalah urutan yang menunjukkan posisi atau kedudukan
seorang peserta didik ditengah-tengah kelompoknya, yang dinyatakan dengan nomor atau angka-
angka biasa.
b) Ranking persentase (Percentile Rank)
Dimaksud dengan ranking persentase adalah angka yang menunjukkan arutan kedudukan seorang
peserta didik ditengah-tengah kelompoknya, dimana angka tersebut menunjukkan persentase dari
peserta didik yang berada dibawahnya.
Pernyataan tersebut mengandung pengertian, bahwa apabila seorang peserta didik memiliki
percentile rank (biasa disingkat PR) sebesar, maka itu berarti bahwa kecakapan peserta didik
tersebut sama atau melebihi 75% dari kecakapan yang dimiliki oleh seluruh kelompok. Jika
disbanding simple rank , maka percentile rank dipandang lebih tajam dan teliti sebab dengan
percentile rank tersebut akan dapat dengan secara cepat dan mudah diperoleh sebagai gambaran
tentang kecakapan peserta didik ditengah-tengah kelompoknya.
Prosedur penentuan percentile rank adalah sebagai berikut:
1) Menentukan simple rank (SR)
2) Mencari atau menghitung banyaknya peserta didik dalam kelompok yang ada dibawahya,
yaitu = (N-SR)
3) Menghitung percentile ranknya

B. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zainal, 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Anonim,http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/BAB+15+MENGOLAH+N
ILAI.pdf. Diakses pada tanggal 23 Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai