Anda di halaman 1dari 25

PELATIHAN PRAKTEK UBUDIYYAH IZALATUN NAJASAH

DAN THOHAROH BERDASAR BUKU PANDUAN PRAKTEK


UBUDIYYAH MADRASAH HIDAYATUL MUBTADIIN
PONDOK PESANTREN LIRBOYO KEDIRI

Dosen Pembimbing :
Beti Malia Rahma Hidayati S.Psi, M. Psi, Psikolog

KULIAH KERJA NYATA (KKN)


KELOMPOK 12 DESA WONOREJO
KECAMATAN PUNCU KABUPATEN KEDIRI
UNIVERSITAS ISLAM TRIBAKTI LIRBOYO KEDIRI
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….………………..
BAB I :PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………
A. Situasi dan kondisi lokasi KKN…………………………………………………………………………
B. Program KKN dan Alasan Pemilihan Program……………………………………………………
C. Kondsi yang Diharapkan /Target yang ingin di capai……………………………………………
BAB II :PELAKSANAAN PROGRAM…………………………………………………………………………………
A. Perencanaan………………………………………………………………………………………………………..
B. Pelaksanaan………………………………………………………………………………………………………
C. Evaluasi……………………………………………………………………………………………………………
BAB III :HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………………………………
A. Hasil…………………………………………………………………………………………………………………..
B. Pembahasan……………………………………………………………………………………………………..
BAB IV : PENUTUP……………………………………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………
B. Saran dan rekomendasi……………………………………………………………………………………
LAMPIRAN – LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Atas di limpahkan rahmat
taufik dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga program Kuliah Kerja Nyata
pada tahun 2023 di Desa Wonorejo. Dengan hal ini dapat terlaksanakan dan
terselesaikan dengan lancar dan baik. Laporan KKN ini disusun sebagai bentuk
pertaanggungjawaban kami selama melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di
Desa Apitaik mulai dari tanggal 17 Juli sampai dengan 21 Agustus 2023. Adapun
tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran dan
keterangan tentang program kerja yang telah kami laksanakan selama 35 hari di
Desa Wonorejo Kecamatan Puncu. Kami menyadari bahwa keberhasilan dan
terlaksananya program-program yang telah kami laksanakan bukan karena
keberhasilan individual maupun kelompok. Untuk itu kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Beti Malia Rahma Hidayati, S.Psi.,M.psi selaku Dosen Pembimbing
Lapangan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Wonorejo
.2. Bapak Zaenal Abidin S.Hi selaku Kepala Desa Wonorejo
3. Bapak Eko Riyadi selaaku Kepala dusun Tanggung Mulyo
4. Seluruh masyarakat DesaWonorejo.
Kami menyadari bahwa kami masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dalam penyusunan laporan
selanjutnya. Semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan pembaca.

Kediri , 02 Agustus 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Situasi dan Kondsi Lokasi KKN


Lokasi KKN kami bertempat di dsn wonorejo yang berada di wilayah
kecamatan puncu, kabupaten Kediri Jawa Timur, Indonesia terdiri dari 5 dusun
yaitu;Tanggung mulyo, Bodag, Lestari, Biro, Margosantoso. Tanggungmulyo
merupakan salah satu dusun yang ada di desa wonorejo yang keberadaannya
sebagai penyanggah desa juga memiliki nilai yang lebih yang dapat kita lihat dari
nama Tanggungmulyo yang dalam bahasa jawa memiliki arti kemulyaan yang di
pertanggung jawabkan atau kemulyaan warganya yang di tanggung oleh alam
yang hampir 90 % merupakan petani. Dusun Tanggung Mulyo juga memiliki 20
tempat ibadah dengan rincian 1 Masjid, 18 Mushola, dan 1 Gereja. Jumlah
Penduduk Dusun Lestari berjumlah 3322 dengan rincian laki-laki 1734 dan
perempuan 1588.
Terkait dengan Kondisi Keagamaan di dsn Tanggung Mulyo Ds Wonorejo
berdasar survei yang telah kami lakukan mayoritas beragam islam, tetapi terdapat
sebagian masyarakat yang non islam itupun hanya tersisa satu keluarga saja.
Warga di dsn Tanggung Mulyo ini tidak bisa dianggap sebagai warga yang masih
awam terhadap masalah keagamaan dikarenakan cukup banyak dari masyarakat
dsn Tanggung Mulyo yang merupakan lulusan pondok pondok pesantren seperti
pondok pesantren Sumbersari, Lirboyo serta pondok pesantren lain di area kediri,
serta cukup banyak juga lembaga serta organisasi keagamaan yang mendukung
perkembangan keagamaan di dusun tanggung mulyo desa wonorejo dengan
rincian 2 Lembaga Madrasah Diniyah, 2 TPQ untuk lembaga pendidikan
keagamaan, Sedangkan untuk organisasi meliputi Nahdlatul Ulama, ansor,
IPNU/IPPNU ,Muslimat, Fatayat dll.1
Mengenai kegiatan keagamaan yang telah berlangsung di dusun Tanggung
Mulyo diantaranya seperti tahlilan, diba’an, dalail khoirot, muslimatan, fatayatan,

1
Keterangan ini diambil dari keterangan dari salahsatu tokoh masyarakat, bapak kasan di
kediaman
khataman setiap satu minggu sekali atau dua kali sering kali dilaksanakan pada
hari jum’at, sabtu’ataupun minggu yang dihadiri oleh jamaah baik putra ataupun
putri. Masyarakat dusun Tanggung Mulyo mempunyai antusias yang sangat tinggi
dalam setiap kegiatan keagaman yang telah rutin dilaksanakan, hal ini terlihat dari
jumlah anggota yang hadir pada setiap jamaah yang jumlahnya bisa sampai
puluhan bahkan pada jamiyah muslimat di satu kegiatan jumlah peserta yang hadir
kurang lebih bisa sampai seratus orang.2
Tetapi meskipun kondisi keagamaan di dusun tanggung mulyo desa
wonorejo cukup bisa dikatakan maju serta banyak lembaga dan organisasi
keagamaan yang berkembang, masih terdapat juga segelintir masyarakat yang
kurang mengerti mengenai bagaimana tatacara praktek ubudiyah yang sesuai
dengan syariat islam yang benar. Hal ini kami ketahui dari keluhan sebagian
masyarakat sekitar yang masih ragu akan kesucian pakaian dalam tatacara
mencuci baju yang mereka terapkan di keseharian.3
Keluhan ini kami dapat dari salah satu masyarakat yang ikut mengaji di
Madin Tarbiyatul Mubtadiin pada setiap ba’da Magrib. Madin Tarbiyatul
Mubtadiin Merupakan salah satu lembaga keagamaan yang cukup berkembang di
dusun Tanggung Mulyo desa Wonorejo. Lembaga keagamaan ini mengajarkan
pendidinkan mengenai tatacara membaca Al Qur’an yang benar, serta
mengajarkan hukum hukum syariat islam berdasar kitab-kitab dari ulama-ulama
salaf. Kegitan pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut dilaksanakan setiap
hari selain ari jum’at dan dimulai pada jam 16.00-17.00 WIB. Selain
melaksanakan kegiatan pembelajaran di waktu tersebut lembaga keagamaan ini
juga melaksanakan kegiatan pembelajaran tambahan ba’da magrib mulai dari jam
18.00-19.00 WIB yang diperuntukkan untuk masyarakat yang tinggal di sekitar
lembaga keagaman tersebut yang kebanyakan berasal dari kalangan ibu-ibu rumah
tangga.
Materi yang disampaikan dalam pembelajaran tersebut meliputi qiroah dan
ubudiah diantaranya yaitu cara membaca Al-Quran dan tatacara sholat yang benar.
2
Keterangan ini diambil dari wawancara dari salah satu tokoh masyaratak, bapak khamdi d
kediaman
3
Diambil dari keterangan salah satu warga masyarakat dusun Tanggung Mulyo
Terkait materi-materi diluar pembelajaran tersebut sepertihalnya izalatun najasah
serta thoharoh belum disampaikan secara detail dan dipraktekkan dalam
kehidupan sehari hari. Sedangkan thoharoh merupakan langkah awal dalam
melaksanakan ibadah, sebab thoharah merupakan syarah sah dalam setiap
melaksanan ibadah, baik itu suci dari najis ataupun suci dari hadas. Oleh karena
itu thoharoh serta izalatun najasah menjadi hal yang sangat penting untuk di
perhatikan dalam tatacara ibadah.

B. Program KKN dan Alasan Pemilihan Program


Program yang kami ambil untuk KKN kali ini yaitu berupa pelatihan
praktek ubudiyyah mengenai tatacara izalatun najasah serta thoharoh yang benar
sesuai dengan tuntunan syara, dengan menggunakan pedoman buku praktek
ubudiyyah yang diterbitkan oleh Madrasah Hidayatul Mubtadiin Pondok Pesantren
Lirboyo Kota Kediri. Program ini merupakan sebuah eduksi untuk masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam tatacara bersuci dan
berhati-hati dalam menghilangkan najis yang sesuai dengan dasar kitab-kitab salaf
yang biasa dikaji di lembaga-lembaga keagamaan seperti pondok pesantren.
Alasan kami memilih program ini dikarenakan terdapat keluhan dari
sebagian masyarakat yang masih ragu serta masih belum mengerti betul mengenai
tatacara bersuci dan izalatun najasah yang sesuai dengan tuntunan syariat seperti;
masih kurang jelas mengenai bagaimana cara mensucikan pakaian yang benar
ketika mencuci dengan menggunakan mesin cuci, masih bingung mengenai
kesucian pakaian yang ainiyah najisnya susah dihilangkan dll. Manfaat dari
program ini diantaranya yaitu meghilangkan rasa keragu raguan masyarakat akan
kesucian dalam tatacara thoharoh yang mereka terapkan dalam keseharian.
Pelaksanaan program unggulan yang kami ambil berada di salah satu
lembaga pendidikan keagamaan yang ada di dusun Tanggungmulyo yaitu Madrasah
Diniyyah Tarbiyatul Mubtadiin. Lembaga keagamaan ini mengajarkan pendidikan
mengenai cara membaca AL Qur’an dengan benar dengan menggunakan metode
annahdhiyah serta mengajarkan tentang hukum hukum syariat meliputi fiqih, adab,
akhlak, serta tajwid. Kegitan pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut
dilaksanakan setiap hari selain hari jum’at dan dimulai pada jam 16.00 sampai jam
17.00 WIB. Selain melaksanakan kegiatan pembelajaran di waktu tersebut lembaga
keagamaan ini juga melaksanakan kegiatan pembelajaran tambahan ba’da magrib
mulai dari jam 18.00 sampai jam 19.00 WIB yang diperuntukkan untuk masyarakat
yang tinggal di sekitar lembaga keagaman tersebut yang kebanyakan berasal dari
kalangan ibu-ibu rumah tangga.
Pelajaran yang disampaikan dalam pembelajaran tambahan tersebut
meliputi qiroah dan ubudiah diantaranya yaitu cara membaca Al-Quran dan tatacara
sholat yang benar. Terkait materi-materi diluar pembelajaran tersebut sepertihalnya
izalatun najasah serta thoharoh masih disampaikan secara umum saja , belum
sedetail sesuai keterangan yang ada di buku panduan praktek ubudiyyah.
Sedangkan thoharoh merupakan langkah awal dalam melaksanakan ibadah, sebab
thoharoh merupakan syarat sah dalam setiap melaksanan ibadah, baik itu suci dari
najis ataupun suci dari hadas hal ini selaras dengan sabda Nab Muhammad saw.
‫َح َّد َثِني ِإْسَح اُق ْبُن َنْص ٍر َح َّد َثَنا َعْبُد الَّر َّز اِق َعْن َم ْع َمٍر َعْن َهَّم اٍم َعْن َأِبي ُهَر ْي َر َة َعْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا‬
‫َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل اَل َيْقَبُل ُهَّللا َص اَل َة َأَح ِد ُك ْم ِإَذ ا َأْح َد َث َح َّتى َيَتَو َّض َأ‬
Ishaq telah menceritakan kepadaku bahwa ‘Abd al-Razzaq mengisahkan
kepada kami dari Ma’mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah dari
Nabi saw. beliau bersabda: “ Allah tidak akan menerima shalatnya seseorang
diantara kamu apabila ia sedang dalam keadaan berhadats hingga ia berwudhu.”
[Ṣaḥīḥ al-Bukhārī no.6554, Muslim no 225]
Menimbang redaksi hadist diatas thoharoh merupakan suatu ritual yang
sangat penting sekali untuk diperhatikan mengenai tahapan tahapannya karena
apabila dalam tatacara bersuci terdapat kesalahan sedikit saja maka akan berakibat
serta berdampak fatal terkait dengan ke absahan proses ibadah yang dilakukan ,juga
menimbang thoharoh serta izalatun najasah merupakan pekerjaan yang pasti
dilakukan oleh masyarakat dalam kesehariannya. Oleh karena itu materi serta
praktek mengenai thoharoh serta izalatunnajasah sangat penting untuk dipelajari.
Pelatihan Praktek Ubudiyah

THOHAROH IZALATUN NAJASAH

Kegiatan ini di ikuti oleh sebagian pengajar Alasan pemilihan program ini dikarenakan
madrasah diniyah tabiyatul mubtadiin dan terdapat keluhan dari sebagian masyarakat
serta sebagian masyrakat sekitar di dsn yang masih ragu serta masih belum mengerti
betul mengenai tatacara bersuci dan dan
tanggungmulyo
izalatun najasah yang sesuai dengan tuntunan
syariat
tujuan dari program ini adalah
meningkatkan pengetahuan masyarakat
dalam bersuci dan berhati-hati dalam
menghilangkan najis

Manfaat dari program ini


diantaranya yaitu meghilangkan
rasa keragu raguan masyarakat
akan kesucian dalam tatacara
thoharoh yang mereka terapkan
dalam keseharian

Gambar 1.1

C. Kondisi yang diharapkan /Target yang ingin di capai


Berdasarkan keluhan masyarakat akan keraguan mengenai kesucian dalam
tatacara thoharoh yang mereka terapkan sehari hari harapan kami mengenai target
ataupun kondisi yang ingin dicapai diantaranya yaitu :
1. Masyarakat yang menjadi target menjadi lebih mengerti serta memahami
mengenai tatacara thoharoh serta izalatun najasah yang sesuai dengan
tuntunan syariat karena menimbang sucinya badan, pakaian , dan tempat
merupakan syarat agar ibadah diterima disisi allah swt.
2. Masyarakat yang menjadi target bisa mempraktekkan tatacara thoharoh
dan izzalatunajasah sesuai dengan langkah langkah yang telah tertera
dalam buku panduan praktek ubudiyah yang telah di berikan sebelumnyah
3. Masyarakat tidak ragu lagi dalam melaksanakan tatacara thoharoh dan
izalatunnajasah yang mereka terapkan dalam keseharian.
Dari survei yang telah kami lakukan sebelumnya di tempat dimana kami
akan melakukan pelatihan praktek, sempat kami diajukan dengan beberapa
pertanyaan dari beberapa kalangan masyarakat perihal thoharoh serta izallatun
najasah mengenai takaran air yang disebut dua kullah itu bagaimana, ataupun
tatacara pembilasan ketika melakukan pensucian pada saat mencuci menggunakan
mesin cuci itu bagaimana, hal-hal tersebut menunjukan bahwa masih terdapat
segelintir masyarakat yang memang belum paham betul mengenai tatacara
thoharoh yang memang benar menurut syara’.
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM

A. Perencanaan Program
Kegiatan Program yang kami jalankan ini menggunakan pendekatan
ABCD atau Asset Based Community Development, (ABCD) yang mengutamakan
pemanfaatan aset dan potensi yang ada di masyarakat. Asset bermakna luas tidak
merujuk pada benda atau materi. Akan tetapi makna asset bisa juga potensi
intelektual, potensi kultural, potensi budaya, sistem, yang ada di masyarakat dan
dapat digunakan untuk pijakan perubahan sosial. ABCD membutuhkan perangkat
lain untuk definisi operasional yaitu; Problem Based Approach, Need Based
Approach, Right Based Approach, Asset Based Approach. Problem Based
Approach merupakan potensi yang dimiliki oleh masyarakat berupa masalah itu
sendiri. Dengan adanya masalah masing-masing orang atau kelompok membuat
seseorang sadar akan melakukan sebuah perubahan atau berusaha paling tidak
untuk menyelesaikan masalah tersebut.4
Kriteria Need Based Approach ini menggunakan kebutuhan seseorang
sendiri. Kebutuhan merupakan hal yang harus dipenuhi dalam kehidupan karena
berkaitan dengan kenyamanan dan kesejahteraan. Kebutuhan masyarakat berupa
tempat tinggal, sandang, pangan dan papan, merupakan hal yang paling harus ada
dalam diri masyarakat sebagai wujud tercukupinya kebutuhan dasar. Indikator
itulah yang digunakan untuk memancing seseorang dalam melakukan perubahan
dalam dirinya sendiri. Right Based Approach merupakan kriteria pengembangan
masyarakat dengan menggunakan kekayaan. Prinsip ini menggunakan kekayaan
untuk pengembangan masyarakat sendiri, pemberian modal bagi seseorang guna
menunjang kegiatan dalam proses keberdayaan seseorang. Keunggulan dalam hal

4
Moh. Irmawan Jauhari , Mudzakkir, Vol. 1, No. 02, 2022 PENGUATAN RUANG KEAGAMAAN
BERBASIS KAPITAL SOSIAL DI DESA BABADAN KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI hal 2
ini dapat masuk dalam berbagai aspek, terkadang materi (uang) yang diberikan
bisa juga digunakan untuk pengobatan dalam hal mendesak.5
Asset Based Approach, merupakan cara yang digunakan dengan
menggunakan potensi dasar yang dimiliki oleh masyarakat sendiri. Potensi seperti
kecerdasan, kepedulian, partisipasi, gotong royong, dll. Beberapa potensi inilah
yang merupakan aset besar dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Melalui
rasa kebersamaan, kerukunan dan solidaritas dalam diri masyarakat diharapkan
akan memunculkan kecerdasan-kepekaan sosial, sehingga masyarakat dengan
mudah mengetahui masalah dan mampu menyelesaikannya.
Adapun langkah-langkah dalam perencanaan program ini sesuai dengan
pendekatan ABCD:
1. Discovery (Menemukan) Proses menemukan kembali kesuksesan
dilakukan lewat proses percakapan atau wawancara dan harus menjadi
penemuan personal tentang apa yang menjadi kontribusi individu yang
memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha. Pada tahap ini kami
mahasiswa KKN menggali informasi terkait potensi potensi ataupun aset
yang bisa dikembangkan terkait masalah keagamaan.
2. Dream (Impian) Dengan cara kreatif dan secara kolektif melihat masa
depan yang mungkin terwujud, apa yang sangat dihargai dikaitkan dengan
apa yang paling diinginkan. Pada tahap ini setelah melakukan pemetaan
kami mahasiswa KKN mengajak masyarakat untuk mau mengembangkan
beberapa potensi yang ada. Pada tahap ini kami mahasiswa KKN
mendapatkan informasi mengenai beberapa potensi yang dapat
dikembangkan diantaranya:
a. Jam pembelajaran tambahan di Madin Tarbiyatul Mubtadiin yang
hanya mengajarkan cara membaca Al Qur’an serta praktek ibadah
tanpa buku panduan serta keterangan secara jelas dan rinci,padahal
jika diberi buku panduan praktek ubudiyyah serta penjelasan

5
Moh. Irmawan Jauhari , Mudzakkir, Vol. 1, No. 02, 2022 PENGUATAN RUANG KEAGAMAAN
BERBASIS KAPITAL SOSIAL DI DESA BABADAN KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI hal 2
materi secara rinci maka akan lebih memahamkan bagi para peserta
pembelajaran.
b. Kegiatan praktek ubudiyyah di Madin yang tidak terlalu sering,
padahal praktek merupakan metode pembelajaran yang lebih
penting serta lebih mudah diingat dibandingkan hanya teori belaka.
c. Masjid yang kurang terdapat kegiatan keagamaan padahal minat
masyarakat untuk mengikuti kegiatan kegamaan yang dilaksanakan
cukup besar.
3. Design (Merancang) pada tahap ini Proses di mana seluruh komunitas
(atau kelompok) terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset
yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara yang
konstruktif, inklusif, dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan
seperti yang sudah ditetapkan sendiri. Dalam tahapan ini kami merancang
skema dimana nantinya masyarakat yang ikut belajar di jam madin
tambahan di Madin Tarbiyatul Mubtadiin bisa melaksanakan praktek
dengan dasar yang jelas serta penyampaian materi yang menyeluruh.
Tahapannya sebagai berikut :
a. Memberikan buku materi terkait praktek izalatun najasah serta
thoharoh kepada target agar target mempunyai pegangan ketika
penyampaian materi berlangsung
b. Melakukan penyampaian materi secara jelas dan rinci dengan
bahasa yang sesuai dengan kadar kapasitas penerima materi agar
tidak terjadi kebingungan terkait materi yang disampaikan
c. Melakukan tanya jawab terkait materi yang telah disampaikan
sebelumnya supaya menambah kefahaman dan menghilangkan
kejanggalan-kejanggalan dari para penerima materi
d. Melakukan praktek bersama terkait materi thoharoh serta izalatun
najasah yang telah disampaikan
4. Destiny (Lakukan) Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung
proses belajar terus menerus dan inovasi tentang “apa yang akan terjadi.”
Hal ini merupakan fase akhir yang secara khusus fokus pada cara-cara
personal dan organisasi untuk melangkah maju. Pada tahap ini pengabdi
selaku fasilitator dan pendamping keterlaksanaan program-program pada
tahap design, selalu mengontrol, memberi masukan, arahan dan
melakukan evaluasi agar setiap kegiatan yang memang sudah ada tersebut
bisa terus lestari dan menjadi budaya masyarakat dusun Tanggung Mulyo
terkhusus pada lembaga pendidikan Madin Tarbiyatul Mubtadiin.
Kami melakukan observasi dengan cara mengambil keterangan dari pihak
masyarakat terlebih dahulu, dari proses wawancara dengan masarakat yang ikut
mengaji di Madin Tarbiyatul Mubtadiin pada jam tambahan, kami mendapat
keluhan dari sebagian dari masyarakat tersebut mengenai keraguan mereka
tentang kesucian dalam tata cara menghilangkan najis yang telah mereka terapkan
dalam keseharian, maka kami membuat kebijakan untuk mengambil proker
unggulan yang berupa pelatihan praktek ubudiyyah berupa thoharoh dan izalatun
najasah berdasar buku pedoman praktek ubudiyyah Madrasah Hidayatul
Mubtadiin Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang akan kami tujukan kepada
masyarakat tersebut serta sebagian pengajar Madin Tarbiyatul Mubtadiin. Dengan
harapan program yang telah kami terapkan bisa berlangsung secara terus menerus
di Madrasah Diniyyah tersebut.
 Strategi dan teknis pelaksanaan
1. Menyediakan materi serta menyediakan buku terkait materi yang akan
disampaikan mengenai tatacara thoharoh dan izalatun najasah kepada
masyarakat yang ikut mengaji pada jam tambahan di Madin Tarbiyatul
Mubtadiin yang dilakukan oleh mahasiswa KKN kelompok 12.
2. Menyampaikan serta menjelaskan materi terkait tatacara thoharoh dan
izalatun najasah kepada target yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN
kelompok 12.
3. Melakukan tanya jawab bersama dari penerima materi dengan pemateri
terkait materi yang telah disampaikan.
4. Melakuan praktek bersama terkait dengan materi yang telah disampaikan
sebelumnya dengan target sesuai dengan buku panduan praktek ubudiyah
yang dilakukan oleh mahasiswa KKN bersama target.
B. Pelaksanaan Program
Mengenai Proker Unggulan kami laksanakan di salah satu lembaga
pendidikan keagamaan yaitu di madin Tarbiyatul Mubtadiin dengan target
sebagian masyarakat dusun tanggung mulyo dan sebagian pengajar madin
Tarbiyatul Mubtadiin. Sesuai dengan perencanan program , kami melaksanakan
pada tahap pertama pemberian materi terlebih dahulu, selanjutnya melakukan
tanya jawab, setelah itu praktek bersama terkait materi mengenai thoharoh dan
izalatun najasah yang sebelumnya telah disampaikan.
N Langka Kegiatan Target Tujuan Waktu
o h- Pelaksanaan
langka
h
1. Tahap Pemberian Sebagian Target Minggu pertama
pertam buku pengajar madin mempunyai pada hari senin
a materi tarbiyatul buku materi dan selasa Ba’da
praktek mubtadiin terkait Maghrib Jam
ubudiyyah beserta sebagian materi yang 18.00 – 19.00
masyarakat disampaika WIB tgl 25 & 26
yang ikut n Juli 2023 M
mengaji di
Madin
tarbiyatul
Mubtadiin pada
jam tambahan
2. Tahap Penyampaia Sebagian Target Minggu pertama
kedua n materi pengajar madin menguasai pada hari senin
terkait tarbiyatul terkait dan selasa Ba’da
tatacara mubtadiin materi Maghrib Jam
thoharoh beserta sebagian thoharoh 18.00 – 19.00
serta masyarakat dan WIB tgl 25 & 26
izalatunnaja yang ikut izalatunnaja Juli 2023 M
sah mengaji di sah yang
berdasar Madin akan di
buku tarbiyatul praktekkan
panduan Mubtadiin pada
praktek jam tambahan
ubudiyyah
3. Tahap Melakukan Sebagian Target Minggu pertama
ketiga Tanya pengajar madin mengetahui pada hari senin
jawab atas tarbiyatul jawaban dan selasa Ba’da
materi yang mubtadiin atas Maghrib Jam
di beserta sebagian pertanyaan 18.00 – 19.00
terangkan masyarakat pertanyaan WIB tgl 25 & 26
pada target yang ikut yang telah Juli 2023 M
mengaji di di utarakan
Madin
tarbiyatul
Mubtadiin pada
jam tambahan
4. Tahap Praktek Sebagian Target bisa Minggu kedua
keemp bersama pengajar madin mengetahui pada hari senin
at mengenai tarbiyatul dan bisa dan selasa ba’da
thoharoh mubtadiin menerapkan Magrib Jam 18.00
dan izalatun beserta sebagian tahapan- – 19.00 WIB tgl
najasah masyarakat tahapan 30 Juli & 1
serta yang ikut mengenai Agustus 2023 M
pelatihan mengaji di tatacara
pensucian Madin thoharoh
dalam tarbiyatul dan izalatun
mencuci Mubtadiin pada najasah
dengan jam tambahan sesuai
menggunak dengan
an mesin materi yang
cuci telah di
berikan
sebelumnya

C. Evaluasi
Evaluasi Kuliah Kerja Nyata dengan waktu yang relative singkat belum
cukup bagi kami untuk memaksimalkan kinerja demi mensukseskan realisasi
program yang kami buat. Faktor internal dari dalam kelompok menjadi salah satu
hambatan kinerja dalam merealisasikan program disamping factor eksternal yang
menjadi tantangan tersendiri dalam realisasinya. Karena faktor eksternal inilah
yang berisi masyarakat dampingan yang menjadi objek dalam kegiatan KKN ini,
dengan pendekatan ABCD kami diharuskan untuk selalu terlibat dengan seluruh
potensi masyarakat dan masyarakat dampinganlah yang menjadi penyelesainya.
Dibawah ini kami akan memaparkan secara singkat beberapa kendala yang
kami alami dalam pelaksanaan program di Madin Tarbiyatul Mubtadiin selama
KKN berlangsung di Dusun Tanggungmulyo Desa Wonorejo, Kecamatan Puncu,
Kabupaten Kediri:
a. Kurangnya jumlah penngajar di Madin Tarbiyatul Mubtadiin
b. Masih banyaknya para siswa yang ramai ketika pembelajaran sedang
berlangsung
c. Waktu jam pembelajaran yang seringkali terbentur dengan jadwal kegiatan
sekolah formal sehingga banyak siswa yang tidak masuk dengan tanpa izin
d. Banyaknya siswa yang keluar dari Madrasah tanpa alasan yang jelas ketika
sudah memasuki jenjang sekolah formal SMP maupun SMA
e. Waktu jam pembelajaran tambahan yang relatif singkat sehingga materi terkait
thoharoh dan izalatun najasah yang disampaikan kurang mencangkup
keseluruhan bab.
f. Target yang masih sangat awam sekali perihal istlah bahasa yang digunakan
dalam buku materi sehingga agak kesulitan dalam memahami materi yang
disampaikan
g. Kurangnya media yang digunakan dalam pelaksanaan praktek seperti dalam
proses praktek pensucian dalam mesin cuci masih menggunakan ember sebagai
perumpamaan mesin cuci.
h. Masih seringnya peserta jam madin tambahan yang tidak masuk karena
kesibukan pribadi

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PAPARAN HASIL KEGIATAN DEVISI KEAGAMAAN


Pada tahap discovery terkait dengan potensi keagamaan yang ada dalam
dusun Tanggung Mulyo Desa wonorejo dari hasil wawancara kami kepada
beberapa tokoh masyarakat, kami mengambil pelaksanaan program berdasarkan
potensi yang telah disebutkan di perencanaan mengenai praktek ubudiyyah di
Madin Tarbiatul Mubtadiin. Selanjutnya pada tahap kedua yaitu dream kami
melakukan pengembangan potensi yang ada pada jam pembelajaran tambahan
pada madin Tarbiyatul Mutadiin yang mana awalnya hanya berupa pembelajaran
tentang tatacara membaca Al Qur’an dengan menggunakan iqro serta
pembelajaran ubudiyah secara garis besar, maka kami kembangkan dengan
tambahan buku panduan praktek ubudiyyah serta menjelasan dan praktek bersama
target. Megenai perincian kegiatan tahapan yang telah kami lakukan sebagai
berikut:
1.Pemberian Buku Praktek Panduan Praktek Ubudiyyah
Untuk menunjang keberlangsungan program unggulan kami memberikan
buku panduan praktek ubudiyah yang di terbitkan oleh Madrasah Hidayatul
Mubtadiin pondok pesantren Lirboyo Kediri kepada para target,supaya para
target nanti bisa membaca sendiri mengenai poin poin materi yang telah
dipaparkan oleh pemateri serta bisa mempelajari terlebih dahulu terkait materi
materi yang akan disampaikan oleh pemateri. Pemberia buku materi ini sangat
evektif sebagai bahan penunjang, hal ini terbukti dari antusias masyarakat
ketika kami memaparkan materi, terdapat sebagian masyarakat yang bahkan
menanyakan masalah masalah diluar bab yang dibahas ketika penyampaian
materi, hal ini menunjukan bahwa terdapat masyarakat yang sudah membaca
buku materi ubudiyah diluar jam ketika penyampaian materi.

2. Pemberian Materi Ubudiyyah terkait Izalatun Najasah serta


Thoharoh
Pemberian materi ini kami lakukan supaya nantinya para target sebelum
praktek memahami teori terkait izalatun najasah serta thoharoh. Ketika
penyampaian materi ini kami sampaikan dengan bahasa yang sesederhana
mungkin, menimbang target kami kebanyakan masyarakat masyarakat yang
masih awam terkait hukum hukum syariat yang benar sesuai dengan dasar
kitab ulama salaf, bahkan ada diantara masyarakat yang mengikuti kegiatan
pelatihan kami yang mualaf, yang baru masuk islam kisaran wakru setahun
yang asalnya beragama hindu, sehingga sangat butuh cara penyampaian materi
yang se sedrhana mungkin sesuai dengan kadar kemampuan penerimaan
masyarakat.
Sempat kami juga mendapatkan keluhan terkait materi yang kami
sampaikan, bukannya malah memahamkan tetapi malah menjadikan target
menjadi semakin bingung, karena waktu itu kami memakai bahasa yang terlalu
rumit dengan segelintir istilah fikih yang kurang diketahui oleh orang - orang
awam serta terlalu memaparkan tekait pembahasan materi yang terlalu
bercabang-cabang, sehingga setelah pemberian materi masyarakat bukan
menjadi mengerti terkait materi, tetapi malah semakin tidak faham karena
bahasa penyampaian kami sulit difahami.
3. Praktek bersama terkait materi yang telah disampaikan
Dalam pelaksanaan praktek kami melakukan praktek di Madin tarbiyatul
Mubtadiin dengan sistematika pemaparan materi secara singkat berbarengan
dengan pelaksanaan prktek. Mengenai izalatun najasah kami sempat dimintai oleh
masyarakat untuk melakukan pemberian contoh praktek pensucian pakaian dalam
proses mencuci yang baik dan benar yang sesuai dengan tuntunan syara, karena
terdapat keluhan dari masyarakat akan keraguan mereka mengenai kesucian
pakaian dalam tatacara mencuci yang mereka lakukan sehari hari. Mengenai tata
cara izalatun najasah kami menggunakan media shampo sebagai contoh najis
serta menggunakan air dan tisu sebagai alat izalah-nya. Terdapat beberapa cara
yang kami praktekkan diantaranya, tatacara mensucukn najis ainiyah dan
hukmiyah, serta tatacara mensucikan najis mukhofafah, mutawasithoh dan
mugholadhoh.

Perubahan Yang Terjadi


Setelah kami melakukan pemaparan materi serta pelaksanan praktek terkait
materi yang telah disampaikan dari komentar serta pendapat beberapa target
terdapat beberapa perubahan yang terjadi diantaranya:
a. Target memahami terkait kaifiyyah izalatun najasah serta thoharoh
yang sesuai materi buku pedoman praktek ubudiyah yang diberikan
sebelumnya.
b. Target mengetahui bagaimana tatacara praktek yang benar tentang cara
pensucian dalam mencuci pakaian menggunakan bak ataupun
mesincuci
c. Target mengetahui perbedaan najis ainiyah dan hukmiyah.
d. Target mengetahui perbedaan antara najis mukhofafah, mutawasithoh
dan mugholadhoh.
e. Tersedianya buku materi pannduan praktek ubudiyah bagi setiap
peserta pelatihan praktek ubudiyah uang hadir.
f. Tersampaikannya materi terkait thoharoh mengenai rukun rukun dan
sunnah sunnah wudhu.
g. Target bisa mempraktekkan bagaimana tatacara berwudhu dengan
benar sesuai dengan tuntunan syariat.
h. Bertambahnya antusiasme masyarakat untuk memahami materi diluar
materi yang telah disampaikan dikarenakan telah tersedianya buku
panduan praktek ubudiyyah yang telah dibagikan.

B. PEMBAHASAN
1. IZALATUN NAJASAH
a. Definisi najis
Najis menurut arti bahasa adalah sesuatu yang menjijikkan, sedangkan
menurut istilah syariat adalah sesuatu yang dianggap menjijikkan yang
mencegah sahnya sholat dengan tanpa ada suatu hal yang memperkenankan.
b. Pembagian najis
Najis di bagi dua macam :
1. Najis Hukmiyah
2. Najis ‘aniyah
Najis hukmiyah adalah najis yang tidak ada jirim (bentuk), rasa, warna, atau bau.
Sedangkan najis ‘ainiyah adalah najis yang ada salah satu dari jirim, rasa,
warna,atau rasa.
c. Cara menghilangkan najis hukmiyah
Cara menghilangkan najis terbagi menjadi tiga kategori:
1. Hukmiyah Mukhoffafah ( yang ringan hukumnya)
Yakni berupa kencingnya anak laki-laki yang belum mencapai usia 2
tahun dan belum makan atau minum selain air susu ibunya sebagai makanan
pokok serta najis tersebut telah hilang jirim, rasa, warna maupun baunya.
Cara menghilangkan : adalah dengan memercikkan air dipermukaan
sesusatu yang terkena najis sampai merata, sekalipun tidak sampai mengalir.
2. Hukmiyah Mutawasithoh ( yang sedang hukumnya)
Adalah najis selain najis mukhofafah diatas dan selain najis anjing dan
babi, seperti kotoran manusia, darah dan lain-lain serta najis tersebut telah hilang
jirim, rasa, warna maupun baunya.
Cara menghilangkan : adalah cukup dengan hanya mengalirkan air pada sesuatu
yang terkena najis, sekalian hanya sekali, asalkan air merata pada permukaan
sesuatu yang terkena najis.
3. Hukmiyah Mughalladloh ( yang diperberat hukumnya )
Yaitu berupa najis dari segala hal yang berasal dari anjing dan babi serta
keturunannnya, sekalipun kawin silang dengan hewan lain serta najis tersebut
telah hilang jirim, rasa, warna maupun baunya.
Cara menghilangkan : adalah dibasuh sebanyak tiga kali, salah satu basuhannnya
dicampur dengan debu yang suci sekaligus bisa mensucikan atau sesamanya,
seperti lumpur atau pasir yang mengandung debu, dan basuhannnya harus merata
pada seluruh permukaan sesuatu yang terkena najis.

d. Cara menghilangkan najis ‘ainiyah


Di bedakan dalam tiga kategori :
1. ‘ainiyah Mukhoffafah ( yang ringan hukumnya)
Yakni berupa kencingnya anak laki-laki yang belum mencapai usia 2
tahun dan belum makan atau minum selain air susu ibunya sebagai makanan
pokok serta najis tersebut masih ada jirim, rasa, warna maupun baunya.
Cara menghilangkan :bila tidak bercampur najis lain adalah dengan
menghilangkan jirim, rasa, dan baunya dari air kencing tersebut,kemudian
melakukan cara seperti dalam hukmiyah mukhofafah diatas
2. ‘ainiyah Mutawasithoh ( yang sedang hukumnya)
Yaitu selain najis mukhofafah diatas dan selain najis anjing dan babi
seperti kotoran manusia, darah dan lain-lain serta najis tersebut masih ada jirim,
rasa, maupun baunya
Cara menghilangkan : adalah dengan menghilangkan jirim dan semua sifa-
sifatnya kemudian melakukan cara seperti hukmiyah mutawasithoh diatas.
3. ‘ainiyah Mughalladloh ( yang diperberat hukumnya )
Yaitu berupa najis dari segala halyang berasal dari anjing dan babi serta
keturunannya sekalipun kawin silang dengan hewan lain
Cara menghilangkan : dengan menghilangkan jirim, sifat-sifatnya, kemudian
melakukan cara seperti dalam hukmiyah mugholadhoh diatas

2. WUDHU
a. Perangkat wudhu
Dalam berwudhu kita harus menggunakan air yang tergolong thohir
Muthohir atau yang suci dan mensucikan, tidak boleh menggunakan beberapa
jenis air yang tidak thohir muthohir diantaranya
 Air musta’mal, yaitu air yang sudah dipakai untuk bersuci dan
menghilangkan najis.
 Air taghoyyur katsiron, yaitu air yang telah berubah warna, rasa, dan
baunya.
 Air kurang dua kullahyang sudah terkena najis meskipun sedikit dan
tidak merubah air.
 Air dua kullah atau lebih yang terkena ajis yang berubah sifat-sifatnya.

b. Hal-hal yang mewajibkan wudhu

 Keluarnya segala sesuatu selain sperma dari qubul ataupun dubur


 Hilang akal disebabkan tidur, gila, mabuk ayan dll.
 Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram
tanpa peghalang
 Menyentuh qubul atau dubur baikmilik sendiri ataupun orang lain
menggunakan telapak tangan

c. Rukun-rukun wudhu
1. Niat
2. Membasuh wajah
3. Membasuh kedua tangan sampai siku
4. Mengusap sebgian kepala
5. Membasuh kaki hingga mata kaki
6. Tertib

d. Sunah-sunnah wudhu
1. Bersiwak.
2.Membaca basmallah.
3.Melafaldkan niat.
4. Membasuh kedua tangan.
5.Berkumur dan melakukan istinsyaq( memasukkan air kedalam hidung).
6.Mengulangi basuhan hingga 3 kali.
7.Mengusap keseluruhan kepala.
8.Membasuh kedua telinga.
9.Menyela-nyela jari tangan.
10.Al Muwallah (berkesinambungan pada setiap basuhan anggota wudhu).
11.Mendahulukan bagian kanan.
12.Memanjangkan/Melebarkan basuhan wajah hingga sampailipatan leher.
13.Menggerakan cincin yang dipakai.
14.Memulai basuhan wajah dari bagian atasdan memulai basuhan tangan
serta kaki dari jari-jari.
15.Menjauhi dari meminta tolong dalam meluangkan air wudhu.
16.Membasuh bagian pinggir mata, luar maupun dalam menggunakan ibu
jari.
17.Menghadap kiblat.
18.Menggunakan air yang tidak kurang dari satu mud.
19.Tidak berbicara sewaktu wudhu.
20.Berdoa dengan menghadap kiblat.

Thoharoh merupakan syarat dari ibadah yang apabila tanpa adanya


thoharoh maka ibadah itu tidak bisa dikatakan sebagai ibadah yang sah, oleh
karena itu sangat penting untuk memperhatikan seluruh hal-hal yang berhubungan
dengan thoharoh.maka kami mengadakan program pelatihan praktek izalatun
najasah dengan landasan metode ABCD sesuai keterangan yang di jelaskan dalam
perencanaan diatas.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Program yang kami ambil adalah pelatihan praktek ubudiyyah berupa
thoharoh dan izalatun najasah berdasar buku paktek pelatihan ubudiyyah yang
diterbitkan oleh Madrasah Hidayatul Mubtadiin pondok pesantren Lirboyo Kediri.
Dikarenakan terdapat keluhan dari sebagian masyarakat mengenai keraguan
mereka atas pensucia pakaian yang terlah mereka lakukan dalam tatacara mencuci
pakaian yang telah dilakukan dala keseharian. Mengenai metode pendekatan yang
kami pakai adalah pendekatan ABCD dengan mengembangkan aset jam pelajaran
tambahan di madin Tarbiyatul Mubtadiin yang sebelumnya hanya mengajarkan
secara umum mengenai tatacara baca Al-Qur’an dan praktek ubudiyah. Setelah
prokgram kami laksanakan masyarakat yang awalnya masih belum mengerti betul
mengenai praktek izalatun najasah serta thoharoh menjadi lebih memahami dan
bisa mempraktekkan materi-materi yang telah disampaikan.

B. Saran
a. Kurangnya tenaga pengajar pada Madrasah Hidayatul Mubtadiin
mengakibatkan pembelajaran kurang efektif, maka dari itu seharusnya
lembaga tersebut menambah tenaga pendidiknya.
b. Administrasi di Lembaga Madrasah Hidayatul Mubtadiin masih belum
berjalan dengan baik, maka harus di perbaiki lagi dalam administrasinya
karena administrasi merupakan hal yang utama dalam sebuah lembaga.
c. masih kurangnya fasilitas penunjang seperti bel masuk serta jam dinding,
hendaknya kedepan mengenai sarana dan prasarana diperbaiki lagi.

Anda mungkin juga menyukai