Dosen Pembimbing :
Beti Malia Rahma Hidayati S.Psi, M. Psi, Psikolog
SAMPUL…………………………………………………………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….………………..
BAB I :PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………
A. Situasi dan kondisi lokasi KKN…………………………………………………………………………
B. Program KKN dan Alasan Pemilihan Program……………………………………………………
C. Kondsi yang Diharapkan /Target yang ingin di capai……………………………………………
BAB II :PELAKSANAAN PROGRAM…………………………………………………………………………………
A. Perencanaan………………………………………………………………………………………………………..
B. Pelaksanaan………………………………………………………………………………………………………
C. Evaluasi……………………………………………………………………………………………………………
BAB III :HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………………………………
A. Hasil…………………………………………………………………………………………………………………..
B. Pembahasan……………………………………………………………………………………………………..
BAB IV : PENUTUP……………………………………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………
B. Saran dan rekomendasi……………………………………………………………………………………
LAMPIRAN – LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Atas di limpahkan rahmat
taufik dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga program Kuliah Kerja Nyata
pada tahun 2023 di Desa Wonorejo. Dengan hal ini dapat terlaksanakan dan
terselesaikan dengan lancar dan baik. Laporan KKN ini disusun sebagai bentuk
pertaanggungjawaban kami selama melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di
Desa Apitaik mulai dari tanggal 17 Juli sampai dengan 21 Agustus 2023. Adapun
tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran dan
keterangan tentang program kerja yang telah kami laksanakan selama 35 hari di
Desa Wonorejo Kecamatan Puncu. Kami menyadari bahwa keberhasilan dan
terlaksananya program-program yang telah kami laksanakan bukan karena
keberhasilan individual maupun kelompok. Untuk itu kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Beti Malia Rahma Hidayati, S.Psi.,M.psi selaku Dosen Pembimbing
Lapangan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Wonorejo
.2. Bapak Zaenal Abidin S.Hi selaku Kepala Desa Wonorejo
3. Bapak Eko Riyadi selaaku Kepala dusun Tanggung Mulyo
4. Seluruh masyarakat DesaWonorejo.
Kami menyadari bahwa kami masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dalam penyusunan laporan
selanjutnya. Semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan pembaca.
1
Keterangan ini diambil dari keterangan dari salahsatu tokoh masyarakat, bapak kasan di
kediaman
khataman setiap satu minggu sekali atau dua kali sering kali dilaksanakan pada
hari jum’at, sabtu’ataupun minggu yang dihadiri oleh jamaah baik putra ataupun
putri. Masyarakat dusun Tanggung Mulyo mempunyai antusias yang sangat tinggi
dalam setiap kegiatan keagaman yang telah rutin dilaksanakan, hal ini terlihat dari
jumlah anggota yang hadir pada setiap jamaah yang jumlahnya bisa sampai
puluhan bahkan pada jamiyah muslimat di satu kegiatan jumlah peserta yang hadir
kurang lebih bisa sampai seratus orang.2
Tetapi meskipun kondisi keagamaan di dusun tanggung mulyo desa
wonorejo cukup bisa dikatakan maju serta banyak lembaga dan organisasi
keagamaan yang berkembang, masih terdapat juga segelintir masyarakat yang
kurang mengerti mengenai bagaimana tatacara praktek ubudiyah yang sesuai
dengan syariat islam yang benar. Hal ini kami ketahui dari keluhan sebagian
masyarakat sekitar yang masih ragu akan kesucian pakaian dalam tatacara
mencuci baju yang mereka terapkan di keseharian.3
Keluhan ini kami dapat dari salah satu masyarakat yang ikut mengaji di
Madin Tarbiyatul Mubtadiin pada setiap ba’da Magrib. Madin Tarbiyatul
Mubtadiin Merupakan salah satu lembaga keagamaan yang cukup berkembang di
dusun Tanggung Mulyo desa Wonorejo. Lembaga keagamaan ini mengajarkan
pendidinkan mengenai tatacara membaca Al Qur’an yang benar, serta
mengajarkan hukum hukum syariat islam berdasar kitab-kitab dari ulama-ulama
salaf. Kegitan pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut dilaksanakan setiap
hari selain ari jum’at dan dimulai pada jam 16.00-17.00 WIB. Selain
melaksanakan kegiatan pembelajaran di waktu tersebut lembaga keagamaan ini
juga melaksanakan kegiatan pembelajaran tambahan ba’da magrib mulai dari jam
18.00-19.00 WIB yang diperuntukkan untuk masyarakat yang tinggal di sekitar
lembaga keagaman tersebut yang kebanyakan berasal dari kalangan ibu-ibu rumah
tangga.
Materi yang disampaikan dalam pembelajaran tersebut meliputi qiroah dan
ubudiah diantaranya yaitu cara membaca Al-Quran dan tatacara sholat yang benar.
2
Keterangan ini diambil dari wawancara dari salah satu tokoh masyaratak, bapak khamdi d
kediaman
3
Diambil dari keterangan salah satu warga masyarakat dusun Tanggung Mulyo
Terkait materi-materi diluar pembelajaran tersebut sepertihalnya izalatun najasah
serta thoharoh belum disampaikan secara detail dan dipraktekkan dalam
kehidupan sehari hari. Sedangkan thoharoh merupakan langkah awal dalam
melaksanakan ibadah, sebab thoharah merupakan syarah sah dalam setiap
melaksanan ibadah, baik itu suci dari najis ataupun suci dari hadas. Oleh karena
itu thoharoh serta izalatun najasah menjadi hal yang sangat penting untuk di
perhatikan dalam tatacara ibadah.
Kegiatan ini di ikuti oleh sebagian pengajar Alasan pemilihan program ini dikarenakan
madrasah diniyah tabiyatul mubtadiin dan terdapat keluhan dari sebagian masyarakat
serta sebagian masyrakat sekitar di dsn yang masih ragu serta masih belum mengerti
betul mengenai tatacara bersuci dan dan
tanggungmulyo
izalatun najasah yang sesuai dengan tuntunan
syariat
tujuan dari program ini adalah
meningkatkan pengetahuan masyarakat
dalam bersuci dan berhati-hati dalam
menghilangkan najis
Gambar 1.1
A. Perencanaan Program
Kegiatan Program yang kami jalankan ini menggunakan pendekatan
ABCD atau Asset Based Community Development, (ABCD) yang mengutamakan
pemanfaatan aset dan potensi yang ada di masyarakat. Asset bermakna luas tidak
merujuk pada benda atau materi. Akan tetapi makna asset bisa juga potensi
intelektual, potensi kultural, potensi budaya, sistem, yang ada di masyarakat dan
dapat digunakan untuk pijakan perubahan sosial. ABCD membutuhkan perangkat
lain untuk definisi operasional yaitu; Problem Based Approach, Need Based
Approach, Right Based Approach, Asset Based Approach. Problem Based
Approach merupakan potensi yang dimiliki oleh masyarakat berupa masalah itu
sendiri. Dengan adanya masalah masing-masing orang atau kelompok membuat
seseorang sadar akan melakukan sebuah perubahan atau berusaha paling tidak
untuk menyelesaikan masalah tersebut.4
Kriteria Need Based Approach ini menggunakan kebutuhan seseorang
sendiri. Kebutuhan merupakan hal yang harus dipenuhi dalam kehidupan karena
berkaitan dengan kenyamanan dan kesejahteraan. Kebutuhan masyarakat berupa
tempat tinggal, sandang, pangan dan papan, merupakan hal yang paling harus ada
dalam diri masyarakat sebagai wujud tercukupinya kebutuhan dasar. Indikator
itulah yang digunakan untuk memancing seseorang dalam melakukan perubahan
dalam dirinya sendiri. Right Based Approach merupakan kriteria pengembangan
masyarakat dengan menggunakan kekayaan. Prinsip ini menggunakan kekayaan
untuk pengembangan masyarakat sendiri, pemberian modal bagi seseorang guna
menunjang kegiatan dalam proses keberdayaan seseorang. Keunggulan dalam hal
4
Moh. Irmawan Jauhari , Mudzakkir, Vol. 1, No. 02, 2022 PENGUATAN RUANG KEAGAMAAN
BERBASIS KAPITAL SOSIAL DI DESA BABADAN KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI hal 2
ini dapat masuk dalam berbagai aspek, terkadang materi (uang) yang diberikan
bisa juga digunakan untuk pengobatan dalam hal mendesak.5
Asset Based Approach, merupakan cara yang digunakan dengan
menggunakan potensi dasar yang dimiliki oleh masyarakat sendiri. Potensi seperti
kecerdasan, kepedulian, partisipasi, gotong royong, dll. Beberapa potensi inilah
yang merupakan aset besar dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Melalui
rasa kebersamaan, kerukunan dan solidaritas dalam diri masyarakat diharapkan
akan memunculkan kecerdasan-kepekaan sosial, sehingga masyarakat dengan
mudah mengetahui masalah dan mampu menyelesaikannya.
Adapun langkah-langkah dalam perencanaan program ini sesuai dengan
pendekatan ABCD:
1. Discovery (Menemukan) Proses menemukan kembali kesuksesan
dilakukan lewat proses percakapan atau wawancara dan harus menjadi
penemuan personal tentang apa yang menjadi kontribusi individu yang
memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha. Pada tahap ini kami
mahasiswa KKN menggali informasi terkait potensi potensi ataupun aset
yang bisa dikembangkan terkait masalah keagamaan.
2. Dream (Impian) Dengan cara kreatif dan secara kolektif melihat masa
depan yang mungkin terwujud, apa yang sangat dihargai dikaitkan dengan
apa yang paling diinginkan. Pada tahap ini setelah melakukan pemetaan
kami mahasiswa KKN mengajak masyarakat untuk mau mengembangkan
beberapa potensi yang ada. Pada tahap ini kami mahasiswa KKN
mendapatkan informasi mengenai beberapa potensi yang dapat
dikembangkan diantaranya:
a. Jam pembelajaran tambahan di Madin Tarbiyatul Mubtadiin yang
hanya mengajarkan cara membaca Al Qur’an serta praktek ibadah
tanpa buku panduan serta keterangan secara jelas dan rinci,padahal
jika diberi buku panduan praktek ubudiyyah serta penjelasan
5
Moh. Irmawan Jauhari , Mudzakkir, Vol. 1, No. 02, 2022 PENGUATAN RUANG KEAGAMAAN
BERBASIS KAPITAL SOSIAL DI DESA BABADAN KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI hal 2
materi secara rinci maka akan lebih memahamkan bagi para peserta
pembelajaran.
b. Kegiatan praktek ubudiyyah di Madin yang tidak terlalu sering,
padahal praktek merupakan metode pembelajaran yang lebih
penting serta lebih mudah diingat dibandingkan hanya teori belaka.
c. Masjid yang kurang terdapat kegiatan keagamaan padahal minat
masyarakat untuk mengikuti kegiatan kegamaan yang dilaksanakan
cukup besar.
3. Design (Merancang) pada tahap ini Proses di mana seluruh komunitas
(atau kelompok) terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset
yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara yang
konstruktif, inklusif, dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan
seperti yang sudah ditetapkan sendiri. Dalam tahapan ini kami merancang
skema dimana nantinya masyarakat yang ikut belajar di jam madin
tambahan di Madin Tarbiyatul Mubtadiin bisa melaksanakan praktek
dengan dasar yang jelas serta penyampaian materi yang menyeluruh.
Tahapannya sebagai berikut :
a. Memberikan buku materi terkait praktek izalatun najasah serta
thoharoh kepada target agar target mempunyai pegangan ketika
penyampaian materi berlangsung
b. Melakukan penyampaian materi secara jelas dan rinci dengan
bahasa yang sesuai dengan kadar kapasitas penerima materi agar
tidak terjadi kebingungan terkait materi yang disampaikan
c. Melakukan tanya jawab terkait materi yang telah disampaikan
sebelumnya supaya menambah kefahaman dan menghilangkan
kejanggalan-kejanggalan dari para penerima materi
d. Melakukan praktek bersama terkait materi thoharoh serta izalatun
najasah yang telah disampaikan
4. Destiny (Lakukan) Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung
proses belajar terus menerus dan inovasi tentang “apa yang akan terjadi.”
Hal ini merupakan fase akhir yang secara khusus fokus pada cara-cara
personal dan organisasi untuk melangkah maju. Pada tahap ini pengabdi
selaku fasilitator dan pendamping keterlaksanaan program-program pada
tahap design, selalu mengontrol, memberi masukan, arahan dan
melakukan evaluasi agar setiap kegiatan yang memang sudah ada tersebut
bisa terus lestari dan menjadi budaya masyarakat dusun Tanggung Mulyo
terkhusus pada lembaga pendidikan Madin Tarbiyatul Mubtadiin.
Kami melakukan observasi dengan cara mengambil keterangan dari pihak
masyarakat terlebih dahulu, dari proses wawancara dengan masarakat yang ikut
mengaji di Madin Tarbiyatul Mubtadiin pada jam tambahan, kami mendapat
keluhan dari sebagian dari masyarakat tersebut mengenai keraguan mereka
tentang kesucian dalam tata cara menghilangkan najis yang telah mereka terapkan
dalam keseharian, maka kami membuat kebijakan untuk mengambil proker
unggulan yang berupa pelatihan praktek ubudiyyah berupa thoharoh dan izalatun
najasah berdasar buku pedoman praktek ubudiyyah Madrasah Hidayatul
Mubtadiin Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang akan kami tujukan kepada
masyarakat tersebut serta sebagian pengajar Madin Tarbiyatul Mubtadiin. Dengan
harapan program yang telah kami terapkan bisa berlangsung secara terus menerus
di Madrasah Diniyyah tersebut.
Strategi dan teknis pelaksanaan
1. Menyediakan materi serta menyediakan buku terkait materi yang akan
disampaikan mengenai tatacara thoharoh dan izalatun najasah kepada
masyarakat yang ikut mengaji pada jam tambahan di Madin Tarbiyatul
Mubtadiin yang dilakukan oleh mahasiswa KKN kelompok 12.
2. Menyampaikan serta menjelaskan materi terkait tatacara thoharoh dan
izalatun najasah kepada target yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN
kelompok 12.
3. Melakukan tanya jawab bersama dari penerima materi dengan pemateri
terkait materi yang telah disampaikan.
4. Melakuan praktek bersama terkait dengan materi yang telah disampaikan
sebelumnya dengan target sesuai dengan buku panduan praktek ubudiyah
yang dilakukan oleh mahasiswa KKN bersama target.
B. Pelaksanaan Program
Mengenai Proker Unggulan kami laksanakan di salah satu lembaga
pendidikan keagamaan yaitu di madin Tarbiyatul Mubtadiin dengan target
sebagian masyarakat dusun tanggung mulyo dan sebagian pengajar madin
Tarbiyatul Mubtadiin. Sesuai dengan perencanan program , kami melaksanakan
pada tahap pertama pemberian materi terlebih dahulu, selanjutnya melakukan
tanya jawab, setelah itu praktek bersama terkait materi mengenai thoharoh dan
izalatun najasah yang sebelumnya telah disampaikan.
N Langka Kegiatan Target Tujuan Waktu
o h- Pelaksanaan
langka
h
1. Tahap Pemberian Sebagian Target Minggu pertama
pertam buku pengajar madin mempunyai pada hari senin
a materi tarbiyatul buku materi dan selasa Ba’da
praktek mubtadiin terkait Maghrib Jam
ubudiyyah beserta sebagian materi yang 18.00 – 19.00
masyarakat disampaika WIB tgl 25 & 26
yang ikut n Juli 2023 M
mengaji di
Madin
tarbiyatul
Mubtadiin pada
jam tambahan
2. Tahap Penyampaia Sebagian Target Minggu pertama
kedua n materi pengajar madin menguasai pada hari senin
terkait tarbiyatul terkait dan selasa Ba’da
tatacara mubtadiin materi Maghrib Jam
thoharoh beserta sebagian thoharoh 18.00 – 19.00
serta masyarakat dan WIB tgl 25 & 26
izalatunnaja yang ikut izalatunnaja Juli 2023 M
sah mengaji di sah yang
berdasar Madin akan di
buku tarbiyatul praktekkan
panduan Mubtadiin pada
praktek jam tambahan
ubudiyyah
3. Tahap Melakukan Sebagian Target Minggu pertama
ketiga Tanya pengajar madin mengetahui pada hari senin
jawab atas tarbiyatul jawaban dan selasa Ba’da
materi yang mubtadiin atas Maghrib Jam
di beserta sebagian pertanyaan 18.00 – 19.00
terangkan masyarakat pertanyaan WIB tgl 25 & 26
pada target yang ikut yang telah Juli 2023 M
mengaji di di utarakan
Madin
tarbiyatul
Mubtadiin pada
jam tambahan
4. Tahap Praktek Sebagian Target bisa Minggu kedua
keemp bersama pengajar madin mengetahui pada hari senin
at mengenai tarbiyatul dan bisa dan selasa ba’da
thoharoh mubtadiin menerapkan Magrib Jam 18.00
dan izalatun beserta sebagian tahapan- – 19.00 WIB tgl
najasah masyarakat tahapan 30 Juli & 1
serta yang ikut mengenai Agustus 2023 M
pelatihan mengaji di tatacara
pensucian Madin thoharoh
dalam tarbiyatul dan izalatun
mencuci Mubtadiin pada najasah
dengan jam tambahan sesuai
menggunak dengan
an mesin materi yang
cuci telah di
berikan
sebelumnya
C. Evaluasi
Evaluasi Kuliah Kerja Nyata dengan waktu yang relative singkat belum
cukup bagi kami untuk memaksimalkan kinerja demi mensukseskan realisasi
program yang kami buat. Faktor internal dari dalam kelompok menjadi salah satu
hambatan kinerja dalam merealisasikan program disamping factor eksternal yang
menjadi tantangan tersendiri dalam realisasinya. Karena faktor eksternal inilah
yang berisi masyarakat dampingan yang menjadi objek dalam kegiatan KKN ini,
dengan pendekatan ABCD kami diharuskan untuk selalu terlibat dengan seluruh
potensi masyarakat dan masyarakat dampinganlah yang menjadi penyelesainya.
Dibawah ini kami akan memaparkan secara singkat beberapa kendala yang
kami alami dalam pelaksanaan program di Madin Tarbiyatul Mubtadiin selama
KKN berlangsung di Dusun Tanggungmulyo Desa Wonorejo, Kecamatan Puncu,
Kabupaten Kediri:
a. Kurangnya jumlah penngajar di Madin Tarbiyatul Mubtadiin
b. Masih banyaknya para siswa yang ramai ketika pembelajaran sedang
berlangsung
c. Waktu jam pembelajaran yang seringkali terbentur dengan jadwal kegiatan
sekolah formal sehingga banyak siswa yang tidak masuk dengan tanpa izin
d. Banyaknya siswa yang keluar dari Madrasah tanpa alasan yang jelas ketika
sudah memasuki jenjang sekolah formal SMP maupun SMA
e. Waktu jam pembelajaran tambahan yang relatif singkat sehingga materi terkait
thoharoh dan izalatun najasah yang disampaikan kurang mencangkup
keseluruhan bab.
f. Target yang masih sangat awam sekali perihal istlah bahasa yang digunakan
dalam buku materi sehingga agak kesulitan dalam memahami materi yang
disampaikan
g. Kurangnya media yang digunakan dalam pelaksanaan praktek seperti dalam
proses praktek pensucian dalam mesin cuci masih menggunakan ember sebagai
perumpamaan mesin cuci.
h. Masih seringnya peserta jam madin tambahan yang tidak masuk karena
kesibukan pribadi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. PEMBAHASAN
1. IZALATUN NAJASAH
a. Definisi najis
Najis menurut arti bahasa adalah sesuatu yang menjijikkan, sedangkan
menurut istilah syariat adalah sesuatu yang dianggap menjijikkan yang
mencegah sahnya sholat dengan tanpa ada suatu hal yang memperkenankan.
b. Pembagian najis
Najis di bagi dua macam :
1. Najis Hukmiyah
2. Najis ‘aniyah
Najis hukmiyah adalah najis yang tidak ada jirim (bentuk), rasa, warna, atau bau.
Sedangkan najis ‘ainiyah adalah najis yang ada salah satu dari jirim, rasa,
warna,atau rasa.
c. Cara menghilangkan najis hukmiyah
Cara menghilangkan najis terbagi menjadi tiga kategori:
1. Hukmiyah Mukhoffafah ( yang ringan hukumnya)
Yakni berupa kencingnya anak laki-laki yang belum mencapai usia 2
tahun dan belum makan atau minum selain air susu ibunya sebagai makanan
pokok serta najis tersebut telah hilang jirim, rasa, warna maupun baunya.
Cara menghilangkan : adalah dengan memercikkan air dipermukaan
sesusatu yang terkena najis sampai merata, sekalipun tidak sampai mengalir.
2. Hukmiyah Mutawasithoh ( yang sedang hukumnya)
Adalah najis selain najis mukhofafah diatas dan selain najis anjing dan
babi, seperti kotoran manusia, darah dan lain-lain serta najis tersebut telah hilang
jirim, rasa, warna maupun baunya.
Cara menghilangkan : adalah cukup dengan hanya mengalirkan air pada sesuatu
yang terkena najis, sekalian hanya sekali, asalkan air merata pada permukaan
sesuatu yang terkena najis.
3. Hukmiyah Mughalladloh ( yang diperberat hukumnya )
Yaitu berupa najis dari segala hal yang berasal dari anjing dan babi serta
keturunannnya, sekalipun kawin silang dengan hewan lain serta najis tersebut
telah hilang jirim, rasa, warna maupun baunya.
Cara menghilangkan : adalah dibasuh sebanyak tiga kali, salah satu basuhannnya
dicampur dengan debu yang suci sekaligus bisa mensucikan atau sesamanya,
seperti lumpur atau pasir yang mengandung debu, dan basuhannnya harus merata
pada seluruh permukaan sesuatu yang terkena najis.
2. WUDHU
a. Perangkat wudhu
Dalam berwudhu kita harus menggunakan air yang tergolong thohir
Muthohir atau yang suci dan mensucikan, tidak boleh menggunakan beberapa
jenis air yang tidak thohir muthohir diantaranya
Air musta’mal, yaitu air yang sudah dipakai untuk bersuci dan
menghilangkan najis.
Air taghoyyur katsiron, yaitu air yang telah berubah warna, rasa, dan
baunya.
Air kurang dua kullahyang sudah terkena najis meskipun sedikit dan
tidak merubah air.
Air dua kullah atau lebih yang terkena ajis yang berubah sifat-sifatnya.
c. Rukun-rukun wudhu
1. Niat
2. Membasuh wajah
3. Membasuh kedua tangan sampai siku
4. Mengusap sebgian kepala
5. Membasuh kaki hingga mata kaki
6. Tertib
d. Sunah-sunnah wudhu
1. Bersiwak.
2.Membaca basmallah.
3.Melafaldkan niat.
4. Membasuh kedua tangan.
5.Berkumur dan melakukan istinsyaq( memasukkan air kedalam hidung).
6.Mengulangi basuhan hingga 3 kali.
7.Mengusap keseluruhan kepala.
8.Membasuh kedua telinga.
9.Menyela-nyela jari tangan.
10.Al Muwallah (berkesinambungan pada setiap basuhan anggota wudhu).
11.Mendahulukan bagian kanan.
12.Memanjangkan/Melebarkan basuhan wajah hingga sampailipatan leher.
13.Menggerakan cincin yang dipakai.
14.Memulai basuhan wajah dari bagian atasdan memulai basuhan tangan
serta kaki dari jari-jari.
15.Menjauhi dari meminta tolong dalam meluangkan air wudhu.
16.Membasuh bagian pinggir mata, luar maupun dalam menggunakan ibu
jari.
17.Menghadap kiblat.
18.Menggunakan air yang tidak kurang dari satu mud.
19.Tidak berbicara sewaktu wudhu.
20.Berdoa dengan menghadap kiblat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program yang kami ambil adalah pelatihan praktek ubudiyyah berupa
thoharoh dan izalatun najasah berdasar buku paktek pelatihan ubudiyyah yang
diterbitkan oleh Madrasah Hidayatul Mubtadiin pondok pesantren Lirboyo Kediri.
Dikarenakan terdapat keluhan dari sebagian masyarakat mengenai keraguan
mereka atas pensucia pakaian yang terlah mereka lakukan dalam tatacara mencuci
pakaian yang telah dilakukan dala keseharian. Mengenai metode pendekatan yang
kami pakai adalah pendekatan ABCD dengan mengembangkan aset jam pelajaran
tambahan di madin Tarbiyatul Mubtadiin yang sebelumnya hanya mengajarkan
secara umum mengenai tatacara baca Al-Qur’an dan praktek ubudiyah. Setelah
prokgram kami laksanakan masyarakat yang awalnya masih belum mengerti betul
mengenai praktek izalatun najasah serta thoharoh menjadi lebih memahami dan
bisa mempraktekkan materi-materi yang telah disampaikan.
B. Saran
a. Kurangnya tenaga pengajar pada Madrasah Hidayatul Mubtadiin
mengakibatkan pembelajaran kurang efektif, maka dari itu seharusnya
lembaga tersebut menambah tenaga pendidiknya.
b. Administrasi di Lembaga Madrasah Hidayatul Mubtadiin masih belum
berjalan dengan baik, maka harus di perbaiki lagi dalam administrasinya
karena administrasi merupakan hal yang utama dalam sebuah lembaga.
c. masih kurangnya fasilitas penunjang seperti bel masuk serta jam dinding,
hendaknya kedepan mengenai sarana dan prasarana diperbaiki lagi.