Anda di halaman 1dari 4

Judul Pertama

Metode Dakwah Penyuluh Agama Islam di KUA Wongsorejo Dalam Meningkatkan Pemahaman
Tentang Islam Pada Masyarakat Dusun Krajan RT 02 RW 02 Bajulmati

Latar Belakang

Kehidupan modern sekarang telah membawa perubahan mendasar terhadap struktur


masyarakat dan mental manusia. Di antara itu perubahan itu adalah cara manusia berfikir
terhadap agama dan tradisi intelektualisme yang berkembang didalamnya. Hal ini bisa dipahami
karena struktur berfikir manusia sangat terkait dengan kehidupan sejarah yang melatar
belakanginya. Perlu diadakan revolusi intelektual dalam membentuk ide, iman dan pandangan
moral masyarakat kedalam bentuk yang islami seperti pembaruan praktek yaitu memberantas
semua kebiasaan yang menyimpang, mensucikan moral, serta mewariskan semangat
melaksanakan syariah.1

Bertitik tolak pada persoalan diatas, maka adanya penyuluh agama KUA Wongsorejo
dapat dijadikan sebagai wadah komunikasi dakwah dalam kegiatan pendidikan Islam dalam
masyarakat, memberikan penguatan pemahaman, dan pengamalan nilai-nilai Islam, sehingga
pemahaman keislaman masyarakat menjadi paripurna (kaffah).

Dalam hal ini Departemen Agama dan Penyuluh Agama adalah ujung tombak yang
berperan penting dalam upaya membimbing masyarakat. melihat kurangnya wadah komunikasi
dakwah yang dapat mewadahi para Da’I di desa Bajulmati tersebut khususnya masyarakat dusun
Krajan RT 02 RW 02 , sehingganya aktivitas dakwah diwadahi oleh Kantor Urusan Agama.

Dengan adanya penyuluh Agama di Kantor Urusan Agama akhirnya dapat memberikan
pencerahan dan bimbingan keagamaan kepada masyarakat, sehingganya masyarakat dapat
merealisir ajaran agama Islam secara kaffah, meninggalkan ajaran budaya yang menyimpang,
seperti tahayyul, chufarat dan bid’ah.

Rumusan Masalah

1
Abdul A’la Maududi, Gerakan Kebangkitan Islam, 1984 , 45 .
1. Bagaimana pemahaman dan pengalaman Islam masyarakat Wongsorejo dusun Krajan RT
02 RW 02 Bajulmati ?
2. Bagaimana metode Dakwah Penyuluh Agama di KUA dalam meningkatkan Pemahaman
Islam pada masyarakat Wongsorejo dusun Krajan RT 02 RW 02 Bajulmati ?

judul kedua

Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Akhlak Pada
Siswa Kelas IV di MI Miftahul Ulum Bengkak

Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan. 2 Dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi
untuk menyampaikan pesan dari pendidik, kepada peserta didik dengan tujuan agar pesan dapat diterima
dengan baik. Kualitas pendidikan yang dipengaruhi oleh proses belajar dimana sangat bergantung pada
efektifitas proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut. maka seorang pendidik (guru)
dituntut untuk berperan sehingganya seorang guru harus memiliki pola komunikasi yang baik agar apa
yang disampaikan dapat diterima dan dipahami sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

MI Miftahul Ulum adalah Madarasah pertama (Ibtida’iyah) yang berbasis pesantren, berlokasi di
desa Bengkak Kecamatan wongsorejo Kabupaten Banyuwangi tepatnya di JL. Raya Situbondo No.102,
Krajan. Merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peran penting dan sebagai media dalam
mengembangkan bakat anak-anak sekolah dalam proses belajar mengajar dan berbagai macam
ekstrakulikuler. juga mempunyai nilai dalam bidang keagamaan yang positif dikalangan masyarakat.

Proses belajar mengajar terdapat banyak bidang pelajaran yang dikembangkan baik pelajaran
umum maupun agama. Akan tetai penulis hanya terfokus pada mata pelajaran pendidikan agama islam.
Karena pada zaman sekarang ini perlu ditekankan untuk anak-anak khususnya remaja. Dan pedidikan
agama itu juga termasuk dalam berdakwah. Dengan latar belakang tersebut penulis terdorong untuk
menelusuri kembali pola komunikasi guru agama dalam membina akhlak siswa kelas IV MI Miftahul
Ulum Bengkak.

2
Sinta. “ Apa Itu Pembelajaran “ ,Juni 28, 2019. https://unida.ac.id/pembelajaran/artikel/apa-itu-
pembelajaran.html.
Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan guru Agama dalam membina siswa kelas IV MI
Miftahul Ulum Bengkak ?

Judul Ketiga

Strategi Komunikasi Antarpribadi Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Pada Pelaksanaan
Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) di Kecamatan Cluring Kab. Banyuwangi

Latar Belakang

Memulai perkawinan sama halnya seperti membangun sebuah bangunan yang mungkin saja
sangat besar dan megah dan mungkin saja berupa bangunan yang sederhana. Akan tetapi sebuah inti dari
bangunan adalah pondasi yang menopang bangunan. Jika sebuah bangunan memiliki pondasi yang kuat
maka ketika badai ataupun gempa bangunan akan tidak mudah roboh serta tetap berdiri dengan kokohnya.
Begitu juga dengan sebuah ikatan perkawinan, seorang laki-laki dan perempuan yang ingin menjadi
sepasang suami istri diharuskan memiliki bekal untuk mengarungi samudra kehidupan mereka bersama-
sama nantinya. Untuk itu sebelum terlaksananya pernikahan dibutuhkan persiapan baik mental, finansial,
dan pengetahuan tetang pernikahan. Kualitas sebuah perkawinan sangat ditentukan oleh kesiapan dan
kematangan kedua calon pasangan nikah dalam menyongsong kehidupan berumah tangga. Perkawinan
sebagai suatu yang sakral dalam perjalanan hidup dua individu. Banyak sekali harapan untuk
kelanggengan suatu perkawinan, namun di tengah jalan kandas yang berujung dengan perceraian karena
kurangnya kesiapan kedua belah pihak dalam mengarungi rumah tangga.

Ketidaksiapan pengantin baru, bisa dilihat dari bagaimana mereka berperilaku setelah menikah.
Jika mereka masih melakukan kebiasaan seperti sebelum menikah. Hal itu menandakan bahwa mereka
tidak sadar jika dirinya telah berubah fungsi. Seharusnya mereka telah berfikir tentang bagaimana
menyikapi faktor-faktor yang mungkin timbul saat berumah tangga seperti ketidakcocokan keluarga,
perbedaan pandangan, maupun bagaimana mensikapi kebiasaan buruk pasangan. 3 Permasalahan keluarga
yang terjadi di masyarakat menyebabkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama berinisiatif
melaksanakan program kursus calon pengantin. hal ini diharapkan bisa meminimalisir angka perceraian
Dengan adanya pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN), calon suami ataupun calon istri akan
dibekali tentang bagaimana pasang surut kehidupan dalam berumah-tangga yang akan mereka hadapi

3
Hasniah Hasan, Mencegah Perceraian Masalah Sepele Saja Menghancurkan Rumah Tangga,
http://jatim1.kemenag.go.id/file/dokumen/304lensus4.pdf, (diakses pada 17 juni 2017).
nantinya, serta menjadikan mereka paham dan mengerti tentang kehidupan setelah pernikahan, untuk bisa
memecahkan suatu masalah dan mendapatkan solusi dari masalah yang telah dihadapi dalam rumah
tangga dengan cara-cara yang menghargai, dan dengan komunikasi yang penuh pengertian, sehingga
tercapai peningkatan kasih sayang dan kesejahteraan dalam berkeluarga.

Untuk tercapainya pelaksanaan Kursus Calon Pegantin (SUSCATIN) Kantor Urusan Agama
(KUA) yang bertugas sebagai pelaksana harus mengoptimalkan dan memanfaatkan prasarana dalam
pelaksanaan Kursus Calon Pengantin dan salah satu untuk mengoptimalkan hal tersebut adalah
bagaimana penyusunan strategi komunikasi pada saat penyampaian materi pada pelaksanaan Kursus
Calon pengantin. Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN)
merupakan kegiatan yang pelaksanaannya berada dalam ruangan tertutup yang hanya terdiri dari beberapa
orang seperti penghulu dan calon pengantin, dengan mengajukan pertanyaan dan pernyataan yang harus
disertai kejujuran dan keterbukaan antara keduanya. Dengan itu, penghulu ataupun seseorang yang
bertugas dalam pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) harus menggunakan strategi
komunikasi antarpribadi agar apa yang telah disampaikan dapat dipahami dengan baik dan bermanfaat
bagi calon pengantin saat telah berkeluarga.

Rumusan Masalah

1.Bagaimana Strategi Komunikasi antarpribadi penghulu KUA pada pelaksanaan kursus calon
pengantin di Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi ?

Anda mungkin juga menyukai