Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Public Relation (PR) atau Humas merupakan fungsi manajemen yang
membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara
organisasi atau lembaga dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan organisasi tersebut.1 Keberhasilan atau kegagalan humas
bergantung dari bagaimana humas itu membentuk dan memelihara hubungan
dalam lembaga pendidikan. Pada dasarnya tanpa adanya humaspun sebuah
lembaga pendidikan tetap dapat berjalan, namun dengan tertatih-tatih dan
tidak mampu berkembang dengan baik. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa humas atau public relations merupakan salah satu komponen
terpenting yang ada pada suatu lembaga.
Humas mempunyai peranan penting dalam setiap lembaga karena
humas menjadi salah satu strategi dalam membentuk citra sebuah lembaga,
baik itu citra positif maupun citra negatif. Humas pada lembaga pendidikan
khususnya pondok pesantren memiliki peranan penting salah satunya sebagai
penghubung antara pihak pondok pesantren dengan orang tua santri dan
masyarakat umum. Humas dalam sebuah lembaga pondok pesantren perlu
dibangun dan dikelola dengan baik, agar dapat memberikan dan menunjukkan
citra positif pesantren kepada masyarakat. Bagaimana membangun citra
positif ditengah keberadaan masyarakat dan mengelolanya dengan baik, untuk
menjaga dan meningkatkan minat masyarakat belajar di pondok pesantren,
bahkan bagi pondok pesantren yang baru berdiri dan merintis. Penciptaan dan
pengelolaan citra pesantren yang baik tidak hanya akan berdampak kepada
lembaga itu saja melainkan untuk pesantren secara keseluruhan.
Penelitian tentang Strategi Komunikasi Humas sudah ditelaah oleh
beberapa peneliti sebelumnya, misalnya pada penelitian Reviani dan Alya
Nur Sabrina. Reviani meneliti tentang strategi humas dalam mempertahankan

1
Scott M. Cutlip., et al, Effective Public Relations, terj. Tri Wibowo, B.S, (Jakarta: Kencana,
2011), Ed. 9 Cet. 4 hal. 1
citra positif di sekolah2, sedangkan Alya Nur Sabrina meneliti tentang
Strategi komunikasi humas dalam meningkatkan citra pemerintah Kabupaten
Langkat.3 Terdapat perbedaan antara penelitian ini dan penelitian tersebut
yaitu terletak pada objek penelitian serta setting tempat penelitian ini
dilakukan.
Pondok pesantren Bustanil Inshaf berdiri di tahun 2020 dan telah
membentuk lembaga Humas di awal tahun 2021. Dalam upaya meningkatkan
citra pondok pesantren humas berperan menyampaikan informasi terkait
pondok pesantren kepada masyarakat, mempromosikan pondok pesantren,
menciptakan dan menjaga hubungan yang baik antara masyarakat khususnya
kepada orangtua santri, dan membantu mewujudkan visi dan misi pondok
pesantren Bustanil Inshaf.
Dalam menyampaikan sebuah informasi maka dibutuhkan keahlian,
salah satu yang dibutuhkan adalah strategi komunikasi. Menurut Onong
Uchjana strategi komunikasi merupakan panduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication
management) untuk sampai pada tujuan yang sudah ditetapkan. Strategi
komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara
praktis harus dilakukan, dalam artian bahwa pendekatan (approach) bisa
berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.4
Pada umumnya sebuah pondok pesantren didirikan oleh seorang kiai
atau guru, atau ulama yang menetap di suatu tempat, kemudian para santri
datang dengan tujuan hendak belajar berbagai ilmu agama kepada kyai atau
ulama tersebut. Berbeda dari pondok pesantren lainnya, pondok pesantren
Bustanil Inshaf didirikan oleh seseorang yang tidak memiliki latar belakang
pendidik atau guru, dan bukan merupakan lulusan pondok pesantren. Pendiri
pondok pesantren Bustanil Inshaf merupakan orang biasa yang membangun

2
Reviani, Strategi Humas Dalam Mempertahankan Citra Positif Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri, (UIN STS Jambi, 2019)
3
Alya Nur Sabrina, Strategi Komunikasi Humas dalam Meningkatkan Citra Positif
Pemerintah Kabupaten Langkat, (USU Medan, 2019)
4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. 23, hlm. 32.
pondok pesantren di daerah tempat dia menetap. Salah satu tujuan
berdirinya pesantren ini adalah upaya pendiri untuk memperoleh amal
jariyah bagi orang tuanya yang sudah meninggal dan untuk membantu
pendidikan keagamaan kepada masyarakat di kampung halamannya.
Pada dasarnya, belajar adalah kegiatan yang membuat kita dari tidak
tahu menjadi tahu dan bisa mengubah prilaku kita menjadi lebih baik.
Dalam pendidikan agama islam dijelaskan bahwa setelah hidup di dunia ini
kita akan melanjutkan kehidupan selanjutnya di akhirat. Belajar agama
menjadi salah satu bekal untuk kita mempersiapkan diri, serta demi
kehidupan kita di dunia agar berjalan sesuai aturan agama. Allah juga
menjelaskan dalam firman nya di Surat At-Taubah ayat 122 tentang
menuntut ilmu dan mendalami agama islam.
‫َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا َك ۤافَّ ۗةً فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم طَ ۤا ِٕىفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْ ا فِى ال ِّدي ِْن َولِيُ ْن ِذرُوْ ا‬
َ‫ اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن‬e‫م اِ َذا َر َجع ُْٓوا‬eُْ‫قَوْ َمه‬
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak
pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka
dapat menjaga dirinya”.

Pesantren diakui sebagai lembaga pendidikan yang mampu


menjalankan perannya dalam mengawal pendidikan agama Islam.
Perkembangan pesantren telah berhasil membekali lulusannya menjadi ahli di
bidang agama yang siap terjun di masyarakat. Hal ini tentunya sejalan dengan
program pendidikan yang relevan dimana beban pengetahuan agama
dibenamkan pada diri mereka. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa pesantren
benar-benar menjadi sebuah lembaga pendidikan yang efektif yang mencetak
generasi Robbani yang memiliki ketajaman religius. Pesantren merupakan
sistem pendidikan yang mengarah pada pendidikan akhlak melalui
pendalaman agama yang dicirikan pada adanya kiai, santri, masjid, pondok
serta kajian kitab-kitab klasik yang dapat dijadikan pegangan oleh kalangan
pesantren.5
5
Fauziah, Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang efektif, (STIT Malang), hal. 28
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui proses mengajar dan belajar. Kita tahu bahwa pada saat manusia
dilahirkan, tumbuh dan berkembang di mulai dari tidak mengetahui apa-apa,
sehingga manusia menjadi komponen utama dalam sistem pendidikan.
Lembaga pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi memiliki peran yang sangat
penting, karena di lembaga pendidikan banyak hal yang di ajarkan dan
dipelajari yang tidak sepenuhnya kita dapatkan di luar dari lembaga
pendidikan.6
Berdasarkan observasi awal peneliti di Pondok Pesantren Bustanil
Inshaf, melihat dari upaya yang dilakukan oleh Humas Pondok Pesantren
Bustanil Inshaf nampaknya memberikan dampak pada bagaimana
meningkatkan citra pondok pesantren Bustanil Inshaf. Maka dari itu peneliti
ingin meneliti lebih dalam mengenai “Strategi Komunikasi Humas Dalam
Meningkatkan Citra Pondok Pesantren Bustanil Inshaf Kabupaten
Tebo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
maka peneliti mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan humas dalam
meningkatkan citra pondok pesantren Bustanil Inshaf?
2. Apa saja peran beserta fungsi humas dalam meningkatkan citra pondok
pesantren Bustanil Inshaf?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat humas dalam meningkatkan
citra pondok pesantren Bustanil Inshaf?

6
Syaiful sagala, 2006, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : alfabeta . cet.4, hal.1
C. Batasan Masalah
Agar tidak memperluas permasalahan yang akan dikaji dan
memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Jadi penulis membatasi
penelitian ini hanya akan memkaji yang berhubungan dengan Strategi
Komunikasi Humas dalam meningkatkan citra di Pondok Pesantren Bustanil
Inshaf.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui strategi komunikasi humas dalam meningkatkan citra
Pondok Pesantren Bustanil Inshaf.
b. Mengetahui peran dan fungsi humas dalam meningkatkan citra
Pondok Pesantren Bustanil Inshaf.
c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh
humas dalam meningkatkan citra Pondok Pesantren Bustanil Inshaf.
2. Kegunaan Penelitian
a. Diharapkan bisa memberikan dan menambah pengetahuan kepada
penulis sekaligus pembaca. Khususnya pengetahuan tentang strategi
komunikasi humas dalam meningkatkan citra lembaga di pondok
pesantren.
b. Diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran baru
pada Fakultas Dakwah, khususnya pada prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
E. Kerangka Teori
1. Strategi Komunikasi
a. Definisi strategi
Strategi adalah suatu kesatuan rencana yang menyeluruh,
komprehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa dalam hal suatu strategi
terdapat beberapa hal berikut ini:
1) Suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan,
baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
2) Analisis terhadap lingkungan, baik yang bersifat eksternal, yang
menunjukkan adanya kekuatan dan kelemahan dalam hal
pencapaian tujuannya.
3) Keputusan pilihan guna pelaksanaan yang tepat dan terarah dalam
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
4) Rancangan guna menjamin ketepatan tercapainya tujuan dan
sasaran.7
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu strategia
yang diartikan sebagai the art of general atau seni seorang panglima
yang biasa digunakan dalam peperangan. Seperti dikutip dari Husein
Umar, bahwa dalam teori Stephanie K. Marrus menyatakan, strategi
didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai.8
Strategi merupakan perencanaan dan manajemen untuk
mencapai sebuah tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut,
strategi tidak berperan sebagai peta jalan yang semata-mata hanya
menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.9 Strategi dirumuskan sebagai suatu
tujuan yang hendak di wujudkan, upaya untuk mengkomunikasikan
apa saja yang hendak dikerjakan, oleh siapa yang mengerjakannya,
bagaimana caranya, serta kepada siapa hal-hal tersebut
dikomunikasikan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

b. Definisi Komunikasi
7
Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah, (Bandung: PR Remaja Rosdakarya, 2014), hlm 101.
8
Husein Umar, Strategi Management In Action, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2002), Cet. 2, hlm 31.
9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. 23, hlm 32.
Pengertian komunikasi dari berbagai sumber menyebutkan
bahwa kata komunikasi berasal dari Bahasa latin communiks, yang
berarti membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar
kata communis adalah communico, yang artinya berbagi, yang dibagi
adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi
sebagai kata kerja berarti: untuk bertukar pikiran, perasaan-perasaan,
dan informasi. Sedangkan dalam kata benda pertukaran simbol, pesan-
pesan yang sama, dan informasi.10
Arti komunikasi yaitu suatu proses pertukaran informasi di
antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, tingkah
laku. Komunikasi juga diartikan sebagai cara untuk
mengkomunikasikan ide dengan pihak lain, baik dengan berbincang-
bincang, berpidato, menulis, maupun melakukan korespondensi.11
Dari definisi di atas, dapat dipersingkat bahwa komunikasi
adalah proses interaksi antara dua orang atau lebih yang saling
bertukar pesan secara langsung atau tidak langsung, dan dari
komunikasi yang terjalin dapat menimbulkan suatu reaksi.
c. Strategi komunikasi
Penetapan strategi dalam perencanaan komunikasi tentu saja
kembali kepada elemen dari komunikasi yakni who says what, to
whom through what channel, and what effects. Karena itu strategi
yang dijalankan dalam perencanaan komunikasi agar dapat mencapai
tujuan harus diawali dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Memilih dan menetapkan komunikator
2) Menetapkan target sasaran dan analisis kebutuhan khalayak
3) Teknik penyusunan pesan
4) Memilih media atau saluran komunikasi
5) Penyebarluasan media komunikasi
6) Menganalisis efek komunikasi
10
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet.
2, hlm 55.
11
Harjani Hefni, Komunikasi Islam, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm 2.
7) Penetapan rencana anggaran
8) Menyusun jadwal kegiatan
9) Penetapan tim kerja
10) Evaluasi dan audit komunikasi.12
Dalam melaksanakan strategi komunikasi sangat diperlukan
adanya perencanaan, kemudian agar suatu strategi komunikasi ini
berhasil maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan
komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan
dalam rumus Laswell, diantaranya sebagai berikut:
1) Who? (siapakah komunikatornya)
2) Say what? (pesan apa yang dinyatakan)
3) In which channel? (media apa yang digunakan)
4) To whom? (siapakah komunikannya)
5) With what effect? (efek apa yang diharapkan)13
2. Humas
a. Definisi Humas
Secara penyebutan Humas merupakan singkatan dari kata
hubungan dan masyarakat. Sedangkan secara istilah Humas
merupakan bidang yang diperlukan oleh tiap-tiap organisasi yang
memiliki sifat komersial ataupun nonkomersial. Mulai dari instansi-
instansi resmi seperti yayasan, perguruan tinggi, dinas militer
maupun organisasi masyarakat seperti lembaga kelompok tanipun
memerlukan humas.14
Beberapa pengertian yang terkait dengan humas, seperti
dikutip dari Alo Liliweri, bahwa dalam teori Hugo A. de Roode,
humas atau public relations adalah upaya yang disengaja,
direncanakan dan dilakukan terus-menerus untuk membangun dan

12
Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
hlm. 133-174.
13
Edi Suryadi, Strategi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018), hal. 31
14
Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Humas, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), hlm 1.
menjaga adanya saling pengertian antarorganisasi dengan
publiknya.15
Sedangkan menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan
Glen M. Broom, bahwa Public Relations atau humas adalah sebuah
fungsi manajemen yang menilai dan mengevaluasi sikap publik,
mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individual atau organisasi
yang punya kepentingan publik, serta merencanakan dan
melaksanakan program kegiatan untuk mendapatkan pengertian,
pemahaman dan dukungan dari publiknya.16
b. Peran Humas
Humas memiliki peran yang sangat besar dalam pengelolaan
lembaga pendidikan. Selain mempromosikan program-program
lembaga pendidikan kepada orang tua peserta didik atau masyarakat,
humas juga berperan dalam menegakkan citra lembaga. Terdapat
empat peran humas lembaga pendidikan, diantaranya adalah:
1) Penghubung
Humas lembaga pendidikan berperan sebagai penghubung
antara lembaga (ketua yayasan, kepala sekolah atau madrasah,
tenaga pendidik) dengan masyarakat (orang tua peserta didik).
Keberadaan humas menjadi penting dalam menghubungkan dan
menyambungkan program-program yang ditawarkan kepada
orang tua peserta didik dengan harapan adanya dukungan dan
kerjasama yang baik dalam mensukseskan program lembaga
pendidikan.
2) Pengomunikasi / komunikator
Seorang pendidik yang diberi tugas menjadi humas sekolah
harus memiliki kemampuan dalam komunikasi baik lisan
maupun tulisan, langsung maupun tidak langsung, melalui

15
Alo Liliweri, Sosiologi dan Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), Cet. 1.
hlm 243.
16
Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom, Effective Public Relations, edisi ke-
9, (Jakarta: kencana, 2011), Terj Tri Wibowo B.S, hal. 5
media cetak atau pun elektronik. Dimana humas dapat
menyampaikan pesan melalui grup atau saat pertemuan orang
tua secara langsung.
3) Pendukung
Humas lembaga pendidikan merupakan pendukung
program lembaga atau yayasan. Artinya, keberadaannya
dipandang penting manakala berperan sesuai perannya secara
baik. Banyaknya program yang ditawarkan sekolah kadang tidak
mendapat dukungan dari orang tua peserta didik. Hal ini
dimungkinkan karena kurang optimalnya peran humas sebagai
pendukung program sekolah sehingga tidak tersampaikan
pesannya kepada orang tua peserta didik.
4) Publikator
Humas lembaga pendidikan juga memiliki peran sebagai
publikator, yakni orang yang diberi tugas untuk
mempublikasikan hasil-hasil kegiatan lembaga kepada
masyarakat. Publikasi tersebut bisa dilakukan melalui media
cetak maupun online seperti Koran, bulletin, majalah, jurnal,
website sekolah, media sosial (facebook, instagram, group
whatsapp), dan sebagainya.17
c. Fungsi Humas pada Lembaga Pendidikan
Fungsi humas adalah membentuk fungsi pengurusan,
menjaga dan mempertahankan hubungan baik serta bermanfaat
antara lembaga atau organisasi dengan masyarakat. Fungsi ini dapat
memberikan pengaruh kesuksesan atau kegagalan pada lembaga atau
organisasi itu sendiri. Berikut ini dijelaskan secara rinci fungsi
humas lembaga pendidikan yaitu:
1) Menjalin relasi yang baik antara orang tua peserta didik sebagai
pengguna dengan lembaga pendidikan. Harapannya, agar

17
Juhji, Manajemen Humas Pada Lembaga Pendidikan, (Bandung: Widina Bhakti Persada
Bandung, 2020), hal 9-10
program-program yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan
baik intrakurikuler maupun ekstrakulikuler dapat diterima dan
didukung oleh orang tua peserta didik baik secara moral maupun
finansialnya.
2) Mewujudkan komunikasi yang baik antara orang tua peserta
didik dengan guru dalam mengatur informasi yang disampaikan
lembaga pendidikan melalui publikasi atau pesan timbal balik
sehingga tercipta citra positif orang tua peserta didik terhadap
lembaga pendidikan.
3) Mendukung kegiatan pengelolaan lembaga pendidikan
(manajemen sekolah) dalam upaya mencapai tujuan bersama
melalui mitra komite lembaga pendidikan.
4) Mengidentifikasi opini, persepsi atau pun tanggapan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan. Opini, persepsi atau pun
tanggapan orang tua peserta didik terhadap sekolah sebagai
lembaga pendidikan tentunya tidak bisa dilepaskan dari peran
yang dilakukan sekolah itu sendiri. Apakah sekolah itu mampu
menciptakan kondisi sekolah yang nyaman, bermutu, dan atau
berkualitas atau tidak.
5) Memberi layanan dan saran terbaik, serta pemikiran yang
bermanfaat kepada ketua yayasan dan pimpinan demi mencapai
tujuan dan cita-cita bersama.
6) Mengunggah informasi keberhasilan program lembaga
pendidikan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dan
akademik maupun non akademik kepada orang tua peserta didik.
Dapat melalui grup whatsapp dan didukung oleh data-data
keberhasilannya yang diunggah dalam website lembaga,
sekolah, jurnal, atau pun media sosial. Ini dilakukan sebagai
upaya meningkatkan kepercayaan orang tua peserta didik dalam
menitipkan anak mereka di lembaga pendidikan tersebut
sehingga secara terprogram dapat meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan.18
Berfungsinya humas di sebuah lembaga pendidikan bisa
dilihat pada ciri-cirinya. Dan berikut akan dijelaskan ciri-ciri humas
pada lembaga pendidikan yaitu:
1) Humas lembaga pendidikan merupakan kegiatan komunikasi
dalam lembaga yang berlangsung dua arah dan terjadi timbal
balik, misalnya dilakukan oleh guru sebagai pembawa pesan
terhadap masyarakat atau orang tua peserta didik sebagai
penerima pesan.
2) Humas lembaga pendidikan adalah penunjang tercapainya visi
dan misi lembaga yang ditetapkan melalui rapat kerja antara
ketua yayasan, kepala sekolah dengan para tenaga pendidik
(guru) dan kependidikan (tata usaha, laboran, pramubakti,
satpam, dan lain-lain).
3) Masyarakat yang menjadi sasaran dari kegiatan humas lembaga
pendidikan adalah orang tua peserta didik maupun masyarakat
umum.
4) Bentuk kerja humas pada lembaga pendidikan adalah
membangun dan meningkatkan hubungan yang harmonis antara
sekolah dengan masyarakat dan mencegah terjadinya hambatan
atau pun rintangan baik secara psikis maupun psikologis baik
yang ditimbulkan dari sekolah maupun dari masyarakat.
3. Citra
a. Definisi citra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Citra adalah
gambar, gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi,
organisasi atau produk.19 Menurut kutipan diambil dari Soleh

18
Juhji, Manajemen Humas Pada Lembaga Pendidikan, (Bandung: Widina Bhakti Persada
Bandung, 2020), hal 9-10
19
Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Difa
Publisher, 2007), hlm 218.
Soemirat dan Elvinaro Adrianto, bahwa dalam teori Frank Jefkins,
citra merupakan pandangan seseorang atau individu tentang sesuatu
yang hadir sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman.20
Citra merupakan sebuah tujuan utama untuk suatu organisasi
atau perusahaan. Pengertian citra itu sendiri abstrak tetapi wujudnya
dapat dirasakan dari penilaian, baik sejenis tanda respek dan rasa
hormat dari orang sekelilingnya atau masyarakat. Organisasi atau
perusahaan itu dipandang sebagai sebuah badan usaha yang
dipercaya, professional, dan dapat diandalkan dalam pembentukan
pelayanan yang baik. Tugas dan fungsi humas atau public relations
itu sendiri adalah menciptakan citra organisasi yang diwakilinya
sehingga tidak menimbulkan isu-isu yang merugikan.
Citra juga menunjukkan eksistensi keberadaan sebuah
organisasi di mata publik, yaitu menunjukkan pandangan masyarakat
terhadap organisasi yang terbentuk. Pencitraan yang terbentuk
dengan baik akan memberikan dampak yang baik pula untuk
tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan individu ataupun
organisasi.
b. Faktor pembentuk sebuah citra
Terbentuknya citra sebuah organisasi berasal dari bermacam
sebab, antara lain:
1) Identitas Fisik
Secara fisik, sebuah organisasi bisa dilihat dari visual, audio dan
media komunikasi yang digunakan. Ciri-ciri dari visual seperti
gedung, nama yang melekat, dan logo. Sedangkan ciri-ciri
pengenal audio misalnya organisasi tersebut memiliki lagu yang
mencerminkan organisasi tersebut. Kemudian media komunikasi
yang digunakan organisasi untuk memperkenalkan organisasi
tersebut contohnya seperti brosur.

20
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 62.
2) Identitas nonfisik
Secara nonfisik yaitu terkait dengan identitas organisasi yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Contohnya
sejarahnya, filosofi, budaya di dalam organisasi, nilai-nilai yang
ditanamkan, dan sebagainya.
3) Kualitas, hasil, mutu dan pelayanan
Sebuah produk yang dirancang, baik barang atau jasa akan
menunjukkan kualitas sebuah manajemen. Semakin baik sebuah
hasil kerja dan mutu yang terjaga, maka citra organisasi tentu
semakin baik dan organsasi harus memaksimalkan pelayanan.
4) Aktivitas dan pola hubungan
Aktivitas dan pola hubungan dengan individu, jaringan dan
sumber daya di luar organisasi akan mencerminkan citra
organisasi.21
4. Pondok Pesantren
Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam bersifat
tradisional, dimana peserta didiknya tinggal dan belajar bersama di
asrama dengan bimbingan guru atau dikenal dengan sebutan ustadz,
ustadzah dan kiai. Santri tersebut berada dalam lingkungan asrama yang
menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan
keagamaan lainnya. Lingkungan asrama ini biasanya dikelilingi oleh
tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai
dengan peraturan yang berlaku di pondok pesantren.22
Sebuah pondok pesantren memiliki lima unsur pokok yaitu: kiai,
santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab islam. Kelima unsur
tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan
dengan lembaga pendidikan lainnya. Masing-masing unsur akan
diuraikan secara singkat sebagai berikut:23

21
https://vocasia.id/blog/faktor-pembentukan-citra-sebuah-perusahaan/
22
https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren
23
Fahrina, Junianto dan M. Rafai, Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren, (Medan:
Pusdikra Mitra Jaya, 2020), hlm 35-38.
a. Kiai, memiliki peran yang paling krusial dari sebuah pesantren.
Seringkali kiai merupakan pendiri dari sebuah Pondok Pesantren.
Umumnya pertumbuhan dari sebuah pesantren bergantung pada
kemampuan pribadi seorang kiai.
b. Pondok atau asrama merupakan tempat tinggal para peserta didik
yang biasanya disebut santri.
c. Masjid, merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari pesantren
dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik
santri, terutama dalam praktik sholat lima waktu, khutbah, sholat
jum’at dan pengajaran kitab-kitab klasik.
d. Santri, merupakan unsur yang sangat penting dalam perkembangan
sebuah pesantren, karena langkah pertama pada tahap-tahap
membangun sebuah pesantren adalah harus ada murid yang datang
untuk belajar dari seorang alim.
e. Kitab-kitab islam klasik, dikarang para ulama terdahulu, termasuk
pelajaran macam-macam ilmu pengetahuan agama islam dan Bahasa
arab. Di lingkungan pesantren, kitab-kitab islam klasik biasanya
disebut kitab kuning karena warna kertas edisi-edisi kitab
kebanyakan berwarna kuning.
Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan
Islam bersifat tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga
yang bisa dikatakan sebagai wujud dari proses perkembangan sistem
pendidikan nasional. Menurut Nurcholis Madjid, secara historis
pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman tetapi juga
mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia. Karena, sebelum
datangnya Islam ke Indonesia pun lembaga serupa pesantren ini sudah
ada di Indonesia dan Islam tinggal meneruskan, melestarikan dan
mengislamkannya. Jadi pesantren merupakan hasil penyerapan akulturasi
kebudayaan Hindu-Budha dan kebudayaan Islam kemudian menjelma
menjadi suatu lembaga yang kita kenal sebagai pesantren sekarang ini.24
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif deskriptif. Dikutip dari Hamid Darmadi,
bahwa dalam teori Bogdan dan Taylor bahwa metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang digunakan untuk menghasilkan data
deskriptif yang tertulis atau yang diucapkan oleh orang dan perilaku yang
di amati peneliti dilapangan. Pendekatan kualitatif langsung diarahkan
pada setting serta individu-individu dan kelompok masyarakat dimana
mereka berada.25
Data yang didapat tidak bisa dihitung secara matematis karena
berbentuk kata-kata dan data yang sudah terkumpul disajikan secara
ilmiah (apa adanya). Data atau informasi yang diperoleh dideskripsikan
sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan dan disajikan dalam
bentuk kata-kata atau kalimat yang kemudian diambil sebuah
kesimpulan. Penelitian ini bermaksud mendeskripsikan hal-hal yang
berhubungan dengan Strategi Komunikasi Humas dalam meningkatkan
citra pondok pesantren Bustanil Inshaf.
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitian atau lokasi penelitian yaitu di Pondok
Pesantren Bustanil Inshaf di Desa Teluk Rendah Pasar, Kecamatan Tebo
Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Subjek Penelitian adalah orang
yang memberikan informasi mengenai hal-hal yang diteliti atau orang
yang banyak memberikan informasi, sekaligus faham dengan masalah
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan purposive

24
M. Hadi purnomo, Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren, (yogyakarta: Bildung
nusantara, 2017)
25
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014), hlm 80.
sampling, yaitu pemilihan informan penelitian yang didasarkan pada
pertimbangan tertentu.
Purposive sampling yaitu teknik yang di dasarkan pada ciri-ciri
tertentu yang ada dalam populasi yang di perkirakan erat sangkut pautnya
dengan ciri-ciri atau sifat yang ada dalam populasi yang sudah di ketahui
sebelumnya.26 Adapun yang menjadi subjek penelitian yaitu 2 informan
kunci dan 7 informan pendukung. Sebagai informan kunci adalah kepala
humas dan pimpinan pondok pesantren, sedangkan staf humas dan
masyarakat adalah informan pendukung.
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari manusia yaitu
pimpinan pondok pesantren, kepala humas, staf humas, masyarakat,
situasi atau peristiwa dan dokumentasi. Sumber data manusia yaitu
berupa perkataan maupun tindakan dari orang yang bisa memberikan
data melalui wawancara. Sumber data suasana atau peristiwa berupa
suasana yang bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana), meliputi
ruangan, suasana dan proses. Jenis data yang digunakan meliputi data
primer dan data sekunder, yaitu:
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data
pertama dari hasil wawancara dengan narasumber atau informan.
Data yang diambil dari data primer adalah data tentang strategi
komunikasi humas dalam meningkatkan citra pondok pesantren
Bustanil Inshaf, peran dan fungsi humas serta faktor pendukung dan
penghambat humas. Jenis data primer merupakan jenis data pokok
yang didapatkan untuk kepentingan penelitian yang merupakan data
utama yaitu dari Humas Pondok Pesantren Bustanil Inshaf.
b. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
sumber data yang kedua dari data yang kita butuhkan. Berupa

26
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010)
hlm 15.
dokumen-dokumen, dokumentasi, catatan, atau arsip-arsip serta
peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis.27
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian yaitu mendapatkan data. Penelitian
ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi adalah cara pengumpulan data melalui
pengamatan langsung dan pencatatan yang sistematik terhadap
masalah yang diteliti.28 Peneliti perlu mengunjungi lokasi penelitian
untuk mengamati secara langsung berbagai hal atau kondisi yang ada
dilapangan. Metode ini digunakan untuk membuktikan data-data
atau informasi yang diperoleh selama penelitian di lapangan. Adapun
observasi yang digunakan oleh penulis adalah observasi non
partisipan, dalam arti penulis berlaku sebagai pengamat dan tidak
ikut andil dalam kehidupan yang di observasi. Tujuannya adalah
agar penulis tidak mencampurkan pendapat pribadi dengan
kenyataan yang terjadi.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah suatu proses tanya jawab yang
dilakukan secara lisan dan dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
saling berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat wajah yang
lain dan mendengarkan dengan telinganya dan merupakan alat
pengumpulan data informasi tentang beberapa data.29 Metode
wawancara yang dilakukan adalah dengan wawancara mendalam
atau indept interview.

27
Haddy Suprapto, Metodologi penelitian untuk karya ilmiah ( Yogyakarta : Gosyen
Publishing, 2017), hlm 92.
28
Haddy Suprapto, Metodologi penelitian untuk karya ilmiah (Yogyakarta: Gosyen
Publishing, 2017), hlm 102.
29
Haddy Suprapto, Metodologi penelitian untuk karya ilmiah (Yogyakarta: Gosyen Publishing,
2017), hlm 94.
Teknik pemilihan informan dilakukan dengan metode
purposive sampling. Menurut sugiyono Purposive Sampling adalah
teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu atau
menentukan kriteria-kriteria tertentu. Misalnya orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Maka dari itu
peneliti telah menetapkan dua orang informan kunci dan tujuh orang
informan pendukung.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada
alvin selaku Kepala Humas, mukhlas staf Humas, Mustapani selaku
pimpinan pondok pesantren. Dan yang menjadi pertanyaan dalam
penelitian ini yaitu mengenai strategi komunikasi humas, peran dan
fungsi humas, dan faktor pendukung dan penghambat humas dalam
meningkatkan citra pondok pesantren Bustanil Inshaf. Peneliti juga
mewawancarai beberapa masyarakat disekitar pondok pesantren.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data melalui
data-data dokumenter, berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, agenda ataupun jurnal yang dapat memberikan informasi
tentang objek yang diteliti. Data dokumentasi digunakan untuk
melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi.30
5. Teknik Analisis Data
Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis
menggunakan metode analisis kualitatif yaitu cara untuk mengolah data
yang diperoleh berbentuk kata-kata, kalimat, skema, dan gambar dengan
memberikan penjelasan-penjelasan secara teoritis. Menurut Nasution,
penelitian harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh harus segera
dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Adapun langkah-langkah
yang akan digunakan yaitu:

30
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm 240.
1) Mereduksi data
Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk
uraian atau laporan yang rinci. Laporan ini akan terus bertambah.
Bila tidak segera dianalisis sejak awal, akan menambah kesulitan.
Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang
pokok, difokus kepada hal-hal yang penting, dicari tema atau
polanya.
2) Paparan data
Paparan data (data display) adalah sekumpulan informasi yang
tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Agar dapat gambaran keseluruhannya
atau bagian tertentu dari penelitian, harus diusahakan membuat
berbagai macam matriks, grafik, networks, dan charts. Dengan
demikian, penelitian dapat menguasai data dan tidak tenggelam
dalam tumpukan detail.
3) Verifikasi
Verifikasi merupakan pemeriksaan dari data yang telah dibuat
agar kebenarannya tidak diragukan lagi. penelitian dapat singkat
dengan mencari data baru, dapat pula lebih mendalam bila penelitian
dilakukan oleh satu tim untuk mencapai persetujuan bersama agar
lebih menjamin keabsahan data yang diperoleh.31
G. Metode Keabsahan Data
Dalam memperoleh sebuah data yang dapat dipercaya, maka peneliti
melakukan pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan pada beberapa
kriteria. Pada penelitian kualitatif, upaya pemeriksaan keabsahan data bisa
dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perluasan partisipasi dilaksanakan melalui partisipasi langsung
dan jangka panjang peneliti di lokasi, mengenai upaya mendeteksi dan

31
Elvinaro Adrianto, Metode Penelitian Untuk Public Relation Kuantitatif Dan Kualitatif
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), hlm 216.
memperhitungkan penyelewengan yang dapat mengurangi keaslian data
akibat kesalahan penilaian data oleh peneliti atau responden.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamat dilakukan dengan cara mengamati secara
teliti, dan bereksperimen serta faktor yang menonjol dalam penelitian.
Ketekunan pengamatan yang dilakukan dalam upaya mendapatkan
unsur-unsur yang relevan dan terfokus pada objek penelitian secara rinci.
3. Diskusi dengan teman sejawat
Langkah Terakhir, untuk memastikan keabsahan data, peneliti
akan melakukan diskusi dengan rekan sejawat, untuk memastikan bahwa
data yang diterima benar-benar nyata dan bukan hanya persepsi sepihak
peneliti atau informan.
H. Studi Relevan
Berdasarkan dari hasil pencarian peneliti terhadap beberapa literatur
terdahulu, maka peneliti menemukan literatur yang mempunyai keterkaitan
dengan penelitian yang sedang diteliti agar mendapatkan hasil yang
maksimal. Peneliti menemukan acuan dalam pembuatannya dengan peneliti-
peneliti lain yang ditampilkan di karya akademiknya. Penulis mendapatkan
beberapa judul karya ilmiah yang berkaitan dengan judul skripsi yang penulis
kerjakan antara lain:
Pertama, skripsi karya Alya Nur Sabrina mahasiswi Universitas
Sumatera Utara 2019 yang berjudul “Strategi Komunikasi Humas dalam
Meningkatkan Citra Positif Pemerintah Kabupaten Langkat”. Karya ini
meneliti tentang bagaimana citra yang dimiliki pemerintah kabupaten
Langkat dan strategi Humas dalam membangun komunikasi yang baik antara
pemerintah dengan masyarakat.32
Kedua, skripsi karya Sartika mahasiswi UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi tahun 2018 yang berjudul: “Strategi Komunikasi Humas Satuan Polisi
Pamong Praja Provinsi Jambi Menjaga Ketertiban Pedagang Kaki Lima

32
Alya Nur Sabrina, Strategi Komunikasi Humas dalam Meningkatkan Citra Positif
Pemerintah Kabupaten Langkat, (Universitas Sumatera Utara 2019)
(Studi kasus PKL di Kec. Telanaipura Provinsi Jambi)”. Skripsi ini
membahas tentang strategi Humas satuan polisi dalam menjaga ketertiban
pedagang kaki lima pada kasus PKL.33
Ketiga, skripsi karya Gusti Randa dari IAIN Bengkulu tahun 2019
yang berjudul: “Strategi Komunikasi Pengasuh Dalam Pembinaan Akhlak
Santri Di Pondok Pesantren Al-Mubarak Di Kota Bengkulu”. Skripsi ini
membahas bagaimana strategi komunikasi dalam pembinaan akhlak seperti
ucapan, tingkah laku dan perangai santri putra MTs di Ponpes Al-Mubarak
kota Bengkulu.34
Keempat, skripsi karya Reviani dari UIN STS Jambi tahun 2019
yang berjudul: “Strategi Humas Dalam Mempertahankan Citra Positif
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri”. Skripsi ini membahas strategi humas
SMK N 4 Kota Jambi dan program-program yang diterapkan untuk
meningkatkan citra positif.35
Kelima, skripsi karya Hadid Jukruf dari UIN Raden Intan Lampung
tahub 2020 yang berjudul: ”Strategi Humas dalam Meningkatkan Citra
Lembaga Di Kantor Wilayah Agama Provinsi Lampung”. Skripsi ini
membahas tentang strategi yang digunakan humas dalam meningkatkan citra
lemabaga di kantor wilayah kementrian agama Provinsi Lampung.36

33
Sartika, Strategi Komunikasi Humas Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jambi Menjaga
Ketertiban Pedagang Kaki Lima (Studi kasus PKL di Kec. Telanaipura Provinsi Jambi), (UIN
STS Jambi, 2018)
34
Gusti Randa, Strategi Komunikasi Pengasuh Dalam Pembinaan Akhlak Santri Di Pondok
Pesantren Al-Mubarak Di Kota Bengkulu, (IAIN Bengkulu, 2019)
35
Reviani, Strategi Humas Dalam Mempertahankan Citra Positif Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri, (UIN STS Jambi, 2019)
36
Hadid Jukruf, Strategi Humas dalam Meningkatkan Citra Lembaga Di Kantor Wilayah
Agama Provinsi Lampung, (UIN Raden Intan Lampung)
BAB IV
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT HUMAS DALAM
MENINGKATKAN CITRA PONDOK PESANTREN
A. Faktor Pendukung Humas
Suatu kesuksesan yang dicapai tentu tidak bisa disebut sebagai hasil
murni dari kinerja diri sendiri atau berkat rencana yang telah disusun dengan
sangat baik. Akan ada campur tangan orang lain dan juga faktor-faktor yang
menentukan kesuksesan tersebut. Contohnya dalam hal belajar, ketika kita
sudah belajar dengan sungguh-sungguh siang dan malam, menyusun dan
mengatur jadwal sehari-hari kemudian kita mendapat hasil yaitu nilai yang
bagus, tentu hal itu tidak bisa dijadikan ketentuan mutlak yang membuat kita
sukses.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi faktor pendukung sehingga bisa
mencapai tujuan tersebut. Seperti bisa saja kita mendapat nilai karena
pertolongan dan pertimbangan guru yang bermurah hati ataupun bisa saja
berkat do’a dari orang-orang terdekat yaitu seperti orang tua dan yang
lainnya. Segala sesuatu yang sudah di targetkan dan kemudian tercapai, maka
selalu ada faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga tujuan tersebut dapat
terwujud.
Begitu juga dalam hal pendidikan terutama di pondok pesantren tentu
keberhasilan yang didapatkan seperti citra positif yang diberikan masyarakat
kepada pondok pesantren, tidak bisa dikatakan berkat kinerja pengasuh
pondok pesantren, para pendidik atau kinerja humas saja selaku yang bertugas
dalam pembentukan citra. Tentu banyak faktor lain yang membantu dalam
tercapainya hal tersebut. Humas pondok pesantren Bustanil Inshaf mengakui
bahwa selain usaha yang dilakukan dalam hal peningkatan citra positif
pondok pesantren ada faktor-faktor yang mempengaruhi dan membantu
sehingga hal ini bisa tercapai. Sebagaimana yang disampaikan oleh mustapani
selaku mudir atau pimpinan pondok pesantren Busanil Inshaf:
[P]ondok Pesantren ini Alhamdulillah sudah banyak diketahui
keberadaannya oleh masyarakat di kabupaten tebo dan dikenal
ditengah masyarakat khususnya masyarakat di kecamatan tebo ilir. Di
mata masyarakat pondok pesantren bustanil Inshaf juga mempunyai
citra yang baik, kita sudah mempunyai nama diantara lembaga
pendidikan lainnya. Sekarang ini tinggal bagaimana upaya kita untuk
meningkatkan terus citra yang sudah terbangun tersebut.37

Selanjutnya di tambahkan juga oleh mukhlas selaku staf humas


pondok pesantren Bustanil Inshaf dalam upayanya meningkatkan citra
pondok pesantren:
[U]ntuk perihal faktor pendukung mungkin bisa dikatakan ada
beberapa faktor yang mendukung kegiatan humas seperti, akses
internet berupa disediakannya akses wifi, peran masyarakat banyak
membantu, disediakan laptop, pelayanan yang baik serta kegiatan
ekstrakuler marawis yang sering dipublikasikan.38

Selanjutnya dijelaskan secara rinci mengenai faktor pendukung


strategi komunikasi humas pondok pes.antren Bustanil Inshaf.
1. Akses wifi
Dalam menjalankan kegiatannya, humas di dukung oleh pihak
pondok pesantren dengan adanya akses wifi. Mengenai penyediaan akses
wifi ini diperuntukkan sebagai sarana untuk membantu kinerja humas
dan juga dapat di akses oleh para tenaga pengajar. Dalam melaksanakan
peran dan fungsinya sebagai pihak yang selalu berhubungan dengan
masyarakat, dan aktif mengunggah kegiatan di pondok pesantren. Seperti
yang disampaikan oleh alvin selaku kepala humas pondok pesantren
Bustanil Inshaf:
[P]ihak pondok menyediakan akses wifi di ruangan kantor, yang
dapat digunakan oleh para karyawan. Sebagai admin media sosial
jadi setiap harinya di usahakan harus mengunggah kegiatan di
pondok pesantren, dan juga sebagai admin dan yang mengontrol
grup orang tua dari santri. Dengan begitu kami tidak perlu
membeli kuota secara pribadi, ini juga untuk kepentingan pondok
apalagi disini kalau mati lampu sinyal juga suka hilang.39

37
Wawancara Mustapani selaku pimpinan Pondok Pesantren Bustanil Inshaf, pada
tanggal 20 Mei 2022
38
Wawancara Mukhlas selaku staf Humas pondok pesantren Bustanil Inshaf, pada
tanggal 9 april 2022
39
Wawancara Alvin selaku Kepala Humas pondok pesantren Bustanil Inshaf, pada
tanggal 9 april 2022
Mustapani sebagai mudir Pondok pesantren juga menambahkan
terkait disediakannya akses wifi di pondok yaitu:
[D]isediakan wifi di kantor untuk para pengurus dan tenaga
pengajar ini juga berguna bagi pengurus yang mengikuti
pertemuan melalui zoom, atau pelatihan. Karena pondok
pesantren ini berdiri disaat masih pandemi, dimana semua
kegiatan dirumahkan, dan banyak dilakukan via online. Jadi
pelatihan-pelatihan untuk para tenaga pengajar, pengelolaan
humas, dan pimpinan pondok dilakukan melalui zoom.40

2. Fasilitas laptop dan printer


Pihak pondok pesantren menyediakan laptop, serta printer untuk
humas maupun tenaga pengajar lainnya. Kegunaan laptop bagi tim
humas di sini untuk desain brosur, baliho dan templet, serta
mengarsipkan berkas dan dokumen secara soft copy. Dokumentasi dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan diluar atau didalam pondok pesantren,
dan kegiatan santri. Serta berkas surat-surat penting, biodata santri dan
file-file penting lainnya. Alvin selaku kepala Humas mengatakan terkait
fasilitas laptop dan printer, yaitu:
[L]aptop yang disediakan oleh pihak pondok pesantren tentu
sangat berguna, karena sering digunakan untuk penyimpanan file
dan dokumentasi penting. Printer juga berguna untuk mengeprint
brosur, karena kami berusaha untuk menyiapkan brosur sendiri
agar tidak banyak memakan biaya. Laptop juga digunakan untuk
acara nobar santri seperti saat peringatan G30SPKI.41

Mustapani menambahkan terkait fasilitas laptop dan printer yang


disediakan oleh pihak pondok pesantren yaitu:
[S]ebagai pondok pesantren yang berdiri di tengah pandemi
covid-19 tahun 2020, menjadikan semua kegiatan banyak melalui
media. Ketika ada pelatihan yang biasanya dilakukan melalui
pertemuan langsung, tapi kemaren banyak dilakukan melalui
zoom meeting. Seperti pelatihan PDWK (Pelatihan Dalam
Wilayah Kerja), pelatihan dari kemenag, dan pelatihan-pelatihan
untuk kepengurusan Humas.42

40
Wawancara Mustapani selaku Mudir Pondok Pesantren Bustanil Inshaf, pada tanggal 9
April 2022
41
Wawancara Alvin selaku Kepala Humas Pondok Pesantren Bustanil Inshaf, pada
tanggal 9 April 2022
3. Letak Geografis yang Strategis
Dengan letak geografis yang strategis pondok Pesantren Bustanil
Inshaf memiliki nuansa yang pas untuk tempat menimba ilmu agama.
Jauh dari gangguan-gangguan luar karena letak pondok yang jauh dari
keramaian kota tapi dekat dengan masyarakat. Kemudian bagi
masyarakat sekitar yang menyekolahkan anaknya di pondok pesantren ini
tidak terlalu memakan banyak waktu dan biaya. Ini menjadi faktor
pendukung pondok pesantren dalam melakukan proses belajar dan
mengajar, mengabdi, menuntut ilmu agama, dan proses komunikasi
ustadz juga menjadi lebih ringan. Seperti yang disampaikan oleh Hasan
selaku masyarakat dan orang tua dari salah satu santri di pondok
Pesantren:
[D]engan adanya pondok pesantren Bustanil Inshaf ini kami
merasa sangat terbantu dari segi ekonomi dan pendidikan anak.
lokasi yang dekat dengan rumah sehingga tidak membutuhkan
banyak biaya dalam transportasi, dan bisa kunjungan juga sekali
seminggu. Dari segi ilmu walaupun pondok pesantren ini
tergolong baru tapi guru-guru nya adalah orang-orang yang hebat
dibidangnya.43

Keberadaan Pondok Pesantren Bustanil Inshaf ini juga memiliki


dukungan penuh dari masyarakat dan wali santri, setidaknya masyarakat
merasa diringankan beban mereka dari segi ekonomi dan pendidikan
agama untuk anak-anak. Masyarakatpun antusias mendukung kegiatan-
kegiatan dan pelajaran-pelajaran yang ada di pondok pesantren Bustanil
Inshaf. Amir salah satu masyarakat desa teluk rendah juga memberi
tanggapan:
[S]aya merasa berterima kasih dengan adanya pondok pesantren
ini, apalagi adanya pondok pesantren ini disaat anak-anak banyak
menghabiskan waktunya di rumah, jadi waktunya banyak
dihabiskan dengan main, ngajinya juga jadi jarang. Dengan
adanya pondok pesatren anak-anak bisa belajar agama dan
mengaji. Karena pondok pesantren membuka madrasah ibtidaiyah
42
Wawancara Mustapani selaku Mudir Pondok Pesantren Bustanil Inshaf, pada tanggal 9
April 2022
43
Wawancara Hasan salah satu warga dan orang tua dari salah satu santri, pada tanggal 9
april 2022
sore, jadi anak-anak kami tidak harus menginap di pondok
pesantren tapi tetap mendapatkan ilmu agamanya, dan karena
lokasi pesantren yang tidak terlalu jauh dari rumah sehingga
mudah mengantar jemputnya sehingga membuat kekhawatiran
orangtua sedikit berkurang.44

4. Kegiatan ekstrakulikuler yang dipublikasikan


Di pondok pesantren ada kegiatan ekstrakulikuler Hadroh dan
Marawis. Kegiatan hadroh dan marawis di Pondok Pesantren Bustanil
Inshaf dilaksanakan setiap malam jum’at hingga malam minggu ba’da
isya’. Kegiatan ini selain sebagai sebuah hiburan tapi juga sebagai
mencari minat dan bakat para santri, kegiatan ini juga bertujuan sebagai
media dakwah yang didalamnya berisi sholawat Nabi Muhammad SAW
untuk mensyiarkan ajaran agama islam.
Tim marawis ini sudah sering tampil di masyarakat, di undang
untuk tampil di sebuah acara, seperti pembukaan acara MTQ di desa
Teluk Rendah Pasar, acara isra’ mi’raj dan maulid nabi, acara cukuran
bayi, dan penampilan berzanji di acara pernikahan. Berkat penampilan
marawis yang awalnya hanya digunakan di dalam pondok pesantren saja,
tapi kini bisa dikenal oleh masyarakat luas dan meningkatkan citra
pondok pesantren. Seperti yang disampaikan oleh mustapani selaku
mudir pondok pesantren Bustanil Inshaf:
[T]im marawis pondok pesantren pada awalnya dibentuk dan
dilatih untuk memenuhi kegiatan-kegiatan santri, dan kemudian
ditampilkan saat ada kegiatan di pondok pesantren. Namun setelah
beberapa kali tampil membuat ketertarikan masyarakat, sehingga
ketika ada kegiatan di luar pondok pesantren masyarakat
mengundang tim hadroh untuk tampil di acara mereka. Sehingga
setelahnya banyak undangan untuk tim hadroh untuk tampil di desa
lain juga.

44
Wawancara Amir salah satu warga dan orang tua dari salah satu santri, pada tanggal 9
april 2022
Gambar 4. Tim hadroh pondok pesantren Bustanil Inshaf
Menurut mustapani ini menjadi salah satu faktor yang membuat
pondok pesantren bustanil inshaf semakin dikenal oleh masyarakat, dan
meningkatkan citra positif pondok pesantren di mata masyarakat. Salah
satu masyarakat juga menanggapi mengenai penampilan tim hadroh,
yaitu:
[S]ebelum adanya tim hadroh dari pondok pesantren Bustanil
Inshaf, beberapa acara masyarakat seperti maulid nabi, isra’ mi’raj
hanya di isi oleh ceramah, tilawah dan asmaul husna dari anak anak
di desa saja, jadi masyarakat senang mengundang anak-anak tim
hadroh untuk tampil. Dan saat acara pembukaan MTQ biasanya
kan rt yang mengadakan acara sering mengundang hadroh dari desa
lain karena di sini belum ada, jadi semenjak adanya tim hadroh dri
pondok pesantren Bustanil Inshaf tidak perlu mengundang jauh
jauh lagi.45

5. Pelayanan yang baik


Keberadaan pondok pesantren tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan masyarakat. Masyarakat bisa menjadi potensi yang positif
dalam upaya pengembangan Pondok Pesantren. Masyarakat harus
dijadikan sebagai mitra yang baik, dengan menjaga hubungan dan
komunikasi melalui pelayanan yang baik kepada masyarakat, sebab dari,
oleh dan untuk masyarakatlah pondok pesantren didirikan.
Pelayanan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pertama, pelayanan yang dilakukan secara langsung seperti pada
penerimaan santri baru, pertemuan dengan instansi pemerintah, dan
pelayanan saat ada kegiatan di pondok pesantren dengan mengundang
masyarakat. Kedua, pelayanan yang dilakukan secara tidak langsung
yaitu dengan media. Dengan aktif memberikan informasi di media sosial

45
Wawancara mita selaku ketua PKK Desa Teluk Rendah Pasar, pada tanggal 26 april
2022
pondok pesantren, menyediakan baliho yang dapat dilihat langsung oleh
masyarakat dan aktif di media whatsapp. Dengan begitu bisa membantu
masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pondok pesantren.
Alvin selaku kepala humas mengungkapkan:
[S]aat akan penerimaan santri baru kami menyediakan baliho dan
brosur mengenai persyaratan masuk pondok pesantren. Kami juga
menyediakan nomor whatsapp yang bisa di hubungi jika memiliki
keperluan. Saat melakukan kegiatan di pondok pesantren kami
selalu mengundang masyarakat. Kami juga berusaha untuk selalu
aktif dimedia sosial seperti instagram dan facebook.46

B. Faktor Penghambat Humas


Dalam menggapai kesuksesan ataupun tujuan yang telah ditentukan,
tentu tidak bisa berjalan lancar begitu saja sesuai yang diharapkan. Tentu
banyak hambatan dan rintangan yang harus dihadapi sebelum sampai muara,
yaitu pada tujuan tersebut. Ada kalanya kenyataan tidak berbanding lurus
dengan harapan, ada berbagai cobaan yang menghiasi sebuah proses untuk
mencapai hasil yang diharapkan.
Dalam perjalanan Pondok pesantren Bustanil Inshaf sampai sekarang,
proses yang dilalui tidak selalu berjalan sesuai harapan, ada berbagai
rintangan ataupun hal yang menjadi faktor penghambat yang menghiasi
proses itu khususnya dalam usaha meningkatkan citra positif pondok
pesantren. Berikut beberapa diantaranya faktor yang menjadi penghambat
humas dalam meningkatkan citra pondok pesantren Bustanil Inshaf.
1. Kurangnya Tenaga Kerja
Seperti yang telah penulis paparkan di profil pondok pesantren
Bustanil Inshaf bahwa Pondok pesantren ini masih berumur jagung.
Dengan terus bertambahnya santri di setiap tahunnya membuat pihak
Pondok Pesantren harus semakin menambah juga tenaga kerjanya.
Karena dengan kurangnya tenaga kerja atau pengasuh maka menjadi
faktor penghambat juga dalam berkomunikasi. Mengakibatkan
kurangnya kontrol secara kondusif dengan santri putra ataupun santri
46
Wawancara Alvin selaku Kepala Humas Pondok Pesantren Bustanil Inshaf, pada
tanggal 9 April 2022
putri. Tak hanya tenaga pengajar, manajemen waktu kegiatan juga
terkendala sehingga tidak efektif. Seperti yang disampaikan oleh
mustapani selaku mudir pondok pesantren Bustanil Inshaf :
[P]ondok Pesantren Bustanil Inshaf ini dibuka ditahun 2020 dengan
jumlah santri yang awalnya 25 orang. Kemudian seiring waktu
pondok pesantren ini semakin di ketahui keberadaannya oleh
masyarakat, apalagi masa itu sedang covid-19 dan banyak anak-
anak yang sekolahnya online, hanya pondok pesantren ini yang
memberlakukan sekolah offline dengan syarat orangtua tidak sering
mengunjungi anaknya. Sehingga seiring waktu beberapa masuk
anak pindahan, kemudian tahun ajaran kedua pindahan anak kelas 3
mts dan menerima kelas aliyah. Sehingga banyak ustadz dan
ustadzah harus banyak mengambil kelas dan menambah mata
pelajaran. 47

Alvin selaku kepala humas juga menambahkan terkait dengan


kurangnya tenaga kerja di Pondok Pesantren Bustanil Inshaf:
[S]eiring dengan berjalannya waktu dari mulai dibukanya pondok
pesantren tentu jumlah santri akan terus bertambah. Awalnya pihak
pondok dan pribadi tidak memprediksi bahwa jumlah santri akan
lebih dari target yang ditentukan. Dilihat dari ruang belajar yang
masih kurang dan seadanya, dan juga jumlah guru yang masih
kurang dan yang tinggal di pondok pesantren hanya beberapa saja.
Sehingga hal ini menjadikan beberapa guru memegang dua peran.
Sehingga ini menjadi tugas bersama untuk bagaimana bisa
mempertahankan kepercayaan masyarakat dan berupaya
memberikan dan meningkatkan kualitas.48

2. Kurang Penghargaan (reward)


Jumlah santri di pondok pesantren Bustanil Inshaf semakin
bertambah, dan jumlah tenaga kerja atau guru belum mengalami
peningkatan. Sehingga yang bekerja dan aktif di bidang Humas juga aktif
mengajar di kelas. Bagi seorang tenaga pengajar gaji adalah sebuah
bentuk penghargaan, bukti bahwa pekerjaanmu dihargai. Tapi walau aktif
mengajar di kelas-kelas kemudian juga mengurus bagian humas, gaji
mereka tetap hanya sebagai seorang guru. Walau sebagai humas
47
Wawancara Ustadz Mustafani selaku Mudir atau pimpinan Pondok Pesantren Bustanil
Inshaf, pada tanggal 10 Mei 2022
48
Wawancara Alvin selaku kepala humas Pondok Pesantren Bustanil Inshaf, pada tanggal
12 april 2022
diberikan beberapa fasilitas, tapi tetap saja berbeda. Alvin selaku kepala
Humas Pondok Pesantren Bustanil Inshaf memberikan tanggapan:

[S]aya awalnya hanya mengajar di kelas, yang awalnya jumlah


santri memang belum seperti sekarang, dan pondok pesantren
membutuhkan humas. Sehingga saya di tunjuk sebagai kepala
humas dan rekan se tim saya. Apalagi untuk sebuah pondok
pesantren yang baru berdiri, banyak hal yang harus di urus. Tapi
gaji yang kami terima hanya sebagai seorang guru, lebih seadanya.
Tapi kami selalu ingat pesan guru sewaktu mondok, jika mencari
penghasilan dan uang yang banyak jangan di pondok, karena
pondok pesantren bukanlah tempatnya.49
Mukhlas selaku staf humas pondok pesantren Bustanil Inshaf
memberikan tanggapan:
[K]arena pondok pesantren ini termasuk baru, tentu saja belum bisa
memberikan sesuatu yang lebih seperti lembaga pendidikan lain.
Masih ada hal-hal yang belum bisa terpenuhi sebagaimana
mestinya. Efek dari jumlah santri yang tidak sebanding dengan
jumlah guru yang ada, kemudian aktifitas santri, dan kepengurusan
yaitu beberapa orang mengambil pekerjaan lebih. Yang seharusnya
bisa mendapatkan gaji yang lebih juga, tapi tentu tidak bisa
berharap disaat kondisi tidak memungkinkan.50

3. Kurangnya pengetahuan publikasi di Media


Komunikasi merupakan salah satu hal penting yang dilakukan
humas, karena menjadi salah satu pandangan publik yang akan menilai
dan membentuk persepsi terhadap suatu lembaga. Maka dari itu, media
sosial bisa menjadi salah satu strategi bagi humasuntuk berkomunikasi
dengan publik di tengah era digital saat ini.
Di era digitalisasi saat ini semua kegiatan selalu di publikasikan di
media sosial. Seorang yang bekerja di bidang humas seharusnya sangat
paham akan pengelolaan media, bagaimana agar pesan yang disampaikan
melalui media sosial ini bisa sangat menarik. Mulai dari gambar, caption,
dan keunikan keunikan lainnya.

49
Wawancara Alvin selaku kepala humas Pondok Pesantren Bustanil Inshaf, pada tanggal
12 april 2022
50
Wawancara Mukhlas selaku staf Humas Pondok Pesantren Bustanil Inshaf, pada
tanggal 12 april 2022
Media sosial dapat membantu humas untuk meningkatkan daya
tarik sebuah informasi yang nantinya akan berefek positif bagi
perkembnagan sebuah lembaga. Penggunaan media sosial yang masif
merupakan sebuah potensi untuk mempromosikan pondok pesantren.
Mustapani selaku mudir pondok pesantren Bustanil Inshaf memberi
tanggapan:
[M]emang pondok pesantren ataupun sebuah lembaga pendidikan
saat ini harus aktif di media salah satunya media sosial. Karena
sekarang apa-apa mencarinya melalui media sosial, tinggal cek saja
media sosial lembaganya, informasi apa yang disampaikan. Namun
memang humas di pondok pesantren bustanil inshaf ini dalam
pengelolaan medianya belum sebaik dari pondok pesantren lain,
juga sambil terus belajar memperbaiki.51

Alvin selaku kepala humas pondok pesantren Bustanil Inshaf juga


menanggapi:
[K]arena kami sadar masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki, jadi kami berusaha untuk sering sering mengikuti
pelatihan tentang kepengurusan humas, pengelolaan media yang
baik, walau belum bisa di tampilkan dengan baik. Kami juga
belajar melalui youtobe, dan dari media sosial dari pondok
pesantren yang sudah maju.52

4. SDM
Sumber Daya Manusia menjadi salah satu faktor penghambat
karena dari background tim humas yang tidak banyak mengetahui perihal
media. Hubungan masyarakat berfungsi membentuk reputasi atau citra
yang baik di masyarakat, kemudian menjalin komunikasi yang baik,
menyampaikan pesan dengan cara langsung ataupun tidak langsung.
Tim humas pondok pesantren Bustanil Inshaf merupakan seorang
lulusan dari pondok pesantren dan sudah lama mengabdikan diri di
pondok pesantren, mengasuh santri dan berhubungan dengan masyarakat
tentu sudah biasa. Namun mereka kurang perihal media karena tidak

51
Wawancara Ustadz Mustafani selaku Mudir atau pimpinan Pondok Pesantren Bustanil
Inshaf, pada tanggal 10 Mei 2022
52
Wawancara Alvin selaku kepala humas Pondok Pesantren Bustanil Inshaf, pada tanggal
12 april 2022
begitu mendalami, namun saat diminta untuk mengajar di pondok
pesantren Bustanil inshaf kemudian di tunjuk mengurus bagian humas,
mereka harus mempelajari media, bagaimana pengelolaan dan
menyampaikan informasi melalui media. Alvin selaku kepala humas
pondok pesantren Bustanil inshaf menyampaikan:
[K]arena kami tau kekurangan kami, jadi kami berusaha untuk
terus belajar. Namun di iringi dengan meningkatkan komunikasi
langsung kepada masyarakat. Karena memang kami biasanya
berhubungan dan berkomunikasi langsung dengan orang tua santri
dan masyarakat. Jadi saat menjadi bagian humas, kami berusaha
belajar dan mulai memperbaiki terkait media. Sudah aktif di
facebook, kemudian instagram, mungkin kedepannya kami akan
mulai melalui youtobe, tik-tok, dan website juga.53
Mustapani selaku pimpinan pondok pesantren memberikan
tanggapan terkait sumber daya manusia pada humas:
[T]im humas yang dibentuk saat ini memang bukan dari orang-
orang yang berpengalaman di bidangnya. Tapi mereka
berpengalaman berhubungan langsung dengan santri, orang tua
santri, ustadz atau kiai dari pondok pesantren lain dan masyarakat,
karena sudah lama mengabdi di pondok pesantren. Mereka
merupakan guru di pondok pesantren tempat saya mengajar
sebelumnya. Walau demikian kami berusaha untuk memenuhi
kebutuhan dibidang humas.54

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang strategi
komunikasi humas dalam meningkatkan citra pondok pesantren Bustanil
Inshaf, maka dapat disimpulkan bahwa:

53
Wawancara Alvin selaku kepala humas Pondok Pesantren Bustanil Inshaf, pada tanggal
12 april 2022
54
Wawancara Ustadz Mustafani selaku Mudir atau pimpinan Pondok Pesantren Bustanil
Inshaf, pada tanggal 10 Mei 2022
1. Strategi komunikasi Humas dalam meningkatkan citra Pondok Pesantren
Bustanil Inshaf yaitu: dengan membangun komunikasi yang baik dengan
masyarakat baik secara lisan atau tulisan, langsung atau secara tidak
langsung, dan melalui media cetak ataupun media internet. Aktif
memberikan informasi mengenai santri di grup whatsapp, membagikan
kegiatan di media sosial, dan meningkatkan dalam hal pelayanan kepada
masyarakat. Semua ini untuk membangun komunikasi yang baik antara
pihak pondok pesantren dengan orang tua santri dan masyarakat.
Sehingga akan terciptanya peningkatan pada citra pondok pesantren
Bustanil Inshaf.
2. Peran dan fungsi humas dalam meningkatkan citra pondok pesantren
Bustanil Inshaf yaitu sebagai penghubung kepada masyarakat,
penyampai informasi, pendukung dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pondok pesantren, dan mengunggah setiap kegiatan kegiatan
santri dan pencapaian yang di capai oleh pondok pesantren. Karena
apabila informasi mengenai santri tidak disampaikan kepada masyarakat
bagaimana masyarakat akan mengetahui perkembangan para santri dan
pondok pesantren, dan ini akan berdampak pada citra pondok pesantren.
3. Faktor pendukung humas dalam menerapkan strategi komunikasi guna
meningkatkan citra pondok pesantren yaitu humas didukung oleh
disediakannya akses wifi, fasilitas laptop dan printer, letak pondok
pesantren yang strategis dekat dengan masyarakat, kegiatan
ekstrakulikuler yang aktif dan meningkat seperti marawis, kemudian
didukung juga oleh pelayanan yang baik. Selanjutnya faktor penghambat
humas dalam menerapkan strategi komunikasi untuk meningkatkan citra
pondok pesantren Bustanil Inshaf yaitu kekurangan tenaga kerja,
kurangnya reward atau penghargaan bisa berupa gaji antara guru dan
tugas sebagai tim humas, kurang memahami tentang publikasi di media
dan sumber daya manusia berupa latar belakang dari tim humas yang
belum pernah bekerja di bidang humas dan pengalaman masih kurang.
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan kegunaan penelitian, bahwa penelitian ini diharapkan
berguna secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini
diharapkan bisa memberi manfaat keilmuan khususnya di bidang humas, dan
bisa menjadi referensi dalam penyusunan skripsi kedepannya. Pentingnya
strategi komunikasi humas dalam lembaga pondok pesantren tentu menjadi
tugas inti bagi tim humas. Maka dari itu perlunya mengkaji lebih dalam lagi
mengenai strategi komunikasi yang lebih efektif yang harus dilakukan oleh
humas. Khususnya pada humas pondok pesantren Bustanil Inshaf yang
merupakan jembatan dan penghubung antara pondok pesantren dengan orang
tua santri, masyarakat dan lembaga lainnya.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan
pertimbangan pihak humas Pondok Pesantren Bustanil Inshaf dalam
menjalankan tugas dan fungsinya dalam meningkatkan citra Pondok
Pesantren.
Setelah peneliti melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi
humas dalam meningkatkan citra Pondok Pesantren Bustanil Inshaf yaitu
dalam menjaga komunikasi langsung dengan masyarakat dan menjalin
kerjasama dengan beberapa lembaga sudah dilakukan dengan langkah-
langkah yang cukup baik. Namun alangkah baiknya ditingkatkan lagi
pelayanan melalui media, meningkatkan pengetahuan tentang publikasi dan
pengelolaan media sosial lainnya, dan menambah kembali jumlah tenaga
pengajar, agar pekerjaan bisa dikerjakan dengan semaksimal mungkin dan
bisa lebih meningkatkan kepuasaan dan kepercayaan masyarakat kepada
pondok pesantren dan dapat meningkatakan citra Pondok Pesantren Bustanil
Inshaf.
Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini.
Semoga skripsi ini bisa sedikit membantu dan memberikan gambaran kepada
peneliti yang ingin melanjutkan penelitian dengan permasalahan yang sama
atau permasalahan yang tidak terlalu berbeda.

Anda mungkin juga menyukai