Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL SKRIPSI

PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN OLEH PENYULUH


HONORER DI MAJELIS DARUL MUTTAQIN DI DESA SEI TATAS
KECAMATAN PULAU PETAK KABUPATEN KAPUAS

Disusun Oleh
Hadi Subahani 180104020306

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
BANJARMASIN
2021

1
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ............................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7


D. Signifikasi Penelitian ................................................................................... 7

E. Devenisi Operasional ................................................................................... 8


F. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 9

G. Sistematis Penulisan ................................................................................... 10


BAB II ................................................................................................................... 11

KAJIAN TEORI ................................................................................................... 11


A. Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan ......................................................... 11

B. Konsep Penyuluh Agama Honorer............................................................. 21


C Majelis Taklim .......................................................................................... 25
BAB III ................................................................................................................. 29

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 29


a. Jenis penelitian .......................................................................................... 29
b. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................................... 29
c. Lokasi Peneliti............................................................................................ 30

e. Data Dan Sumber Data............................................................................... 30


f. Teknik Pengumpulan data ......................................................................... 31

g. Analisis Data .............................................................................................. 32


DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA .................................................................. 33

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 35

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan masyarakat yang serba modern dan canggih sekarang


ini, terlihat jelas masyarakat berubah makin jauh titik terlebih kondisi saat ini
yang menuntut manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seringkali lalai
dengan aturan dan tatanan agama, sehingga keluar dari aqidah dan syariat agama
serta melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Banyak orang sudah
enggan melakukan kewajiban terhadap sang pencipta, sudah jarang salat
berjamaah ke masjid, orang kaya yang tidak melakukan ibadah haji, sedekah dan
lain sebagainya.

Masyarakat saat ini sibuk dengan urusan masing-masing. Masyarakat lebih


banyak meramaikan pusat perbelanjaan dari pada masjid, banyak yang
mendirikan masjid tetapi sedikit sekali yang datang ke mesjid. Terhadap kondisi
yang demikian ini semua pihak perlu melakukan introspeksi dan evaluasi
terhadap upaya yang dilakukan selama di dalam membina iman dan akhlak umat
Islam.

Salah satu fenomena yang saat ini bisa dilihat sehari-hari yaitu
menyebarluaskan aktivitas penyuluh agama Islam. Aktivitas penyuluhan Islam
kini dapat kita jumpai di tempat-tempat seperti masjid, pesantren dan majelis
taklim bukan hanya di Kantor Urusan Agama saja. Namun fenomena saat ini
banyak seperti kehilangan akal sehat menyimpang jauh dari nilai-nilai luhur dan
bersumber dari ajaran agama, seperti sikap materialisme dan hedonisme di
kalangan masyarakat munculnya sebagai macam patologi sosial adalah
permasalahan umat Islam sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin modern.1

Prinsip dasar penyuluh agama honorer adalah sebagai salah satu bentuk

1
Nurhidayat Muhammad Said, Dakwah dan Efek Globalisasi Informasi (Makasar: Alauddin University
Press, 2011), hal 87

3
bimbingan. Karena itu, penyuluh hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai
figur yang ditokohkan pemuka agama, tempat untuk bertanya, Imam dalam
masjid atau mushola/langgar begitu pula dengan adanya aliran keagamaan
hendaknya penyuluh agama dapat menjernihkan, tidak menambah keruh suasana
dan berpedoman kepada Al-Quran dan Sunnah.

Penyuluh agama merupakan usaha untuk membangun manusia di bidang


spiritual atau keagamaan yang mencakup pada pembangunan kepribadian dan
watak manusia itu sendiri yang didasari pada nilai-nilai keislaman dan terbatas
dari berbagai problem yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman
nilai-nilai Islam pada setiap individu yang berada dalam lingkungan masyarakat
di desa Sei Tatas Kecamatan Pulau petak Kabupaten Kapuas. Begitu jugalah
penyuluh agama honorer di Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak Kabupaten
Kapuas memberikan bimbingan kepada masyarakat di sana, dengan tujuan agar
nilai-nilai keagamaan yang diberikan tersebut dapat ternilai.2

Sehubungan dengan itu para penyuluh agama terlebih dahulu harus


mengetahui tugas yang dibebankan kepadanya seperti mengadakan pengajian
rutin, dengan bentuk program tahunan, bulanan, mingguan. Mengadakan
ceramah agama atau tausiah kitab, dan membantu merubah perilaku masyarakat
kearah yang lebih baik mengadakan kegiatan keagamaan yang melibatkan
seluruh masyarakat sebagai aktivitas didalamnya. Sebagai tokoh, panutan atau
figur yang dicontoh oleh masyarakat memberikan arahan dalam meningkatkan
ketakwaan dan kerukunan umat beragama.

Kemudian mereka juga harus mengetahui bagaimana menunaikan tugas tersebut


dengan sebaik-baiknya. Untuk itu mereka juga harus mengetahui pula dengan
baik kelompok masyarakat menjadi sasarannya dan menguasai dengan baik
materi penyuluhan yang akan diberikan. Kemudian para pengelola penyuluh
agama itu harus menguasai medan dengan baik.

Hal ini diperkuat dalam penelitian sebelumnya yang berjudul pelaksanaan


bimbingan keagamaan terhadap remaja di Desa Padang lebar Kecamatan Pino

2
M. Arifin M.Ed, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama ( Jakarta: Bulan
Bintang, 1989), hal 13

4
Kabupaten Bengkulu Selatan melalui pendekatan bimbingan dan konseling
keagamaan tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat menuntut hati
nurani menghidupkan perasaan dan mengingatkan hati untuk selalu taat dalam
beribadah.3

Melihat kondisi tersebut dibutuhkan sebuah langkah konkret dalam melakukan


bimbingan jiwa keagamaan masyarakat di Desa Tatas Kecamatan Pulau Petak
Kabupaten Kapuas, menuju masyarakat yang lebih Islami. Persoalan seperti ini
memang bukan suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan, apalagi dengan
kondisi masyarakat di era modern saat ini yang cenderung individualis, membuat
upaya menjadi pembinaan yang dilakukan menjadi lebih sulit jika dibandingkan
dengan waktu yang telah lalu.

Bimbingan keagamaan untuk meningkatkan religiusitas, merupakan pengadaan


bimbingan ataupun kegiatan keagamaan yang dapat dilakukan. Karena melalui
banyaknya kesadaran dalam masyarakat bahwa agama itu sangat penting dalam
melakukan hal ini. Karena semakin berkembangnya zaman sekarang masyarakat
menyadari bahwa untuk terus maju ke depan harus ada pedoman yang akan
menjaga seseorang tetap berada pada ajaran yang semestinya. Khususnya dalam
Islam bahwa keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan serta manusia
dengan manusia itu sangat penting.
Di Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak Kabupaten Kapuas di bentuk
bimbingan keagamaan bagi masyarakat oleh Penyuluh Agama Honorer.
Pendirian ini diasumsikan atas dasar keprihatinan terhadap minimnya
masyarakat yang melakukan kewajibannya sebagai seorang umat islam.
Misalnya seperti, kewajiban umat islam untuk beribadah mengerjakan sholat
berjamah di masjid atau musholla, misalnya saja, ketika waktunya sholat magrib
masjid sunyi, hanya ada imam masjid dan beberapa orang saja. Bapak Arsyad
sebagai imam masjid Darul Mutaqqin di Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak
Kabupaten Kapuas mengatakan bahwa sebelum adanya bimbingan keagamaan

3
Ririn Jeprianto, “Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Terhadap Remaja di Desa Padang Lebar
Kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan,” ( Skripsi, Ushuluddin, Adab dan Dakwah dan IAIN, Bengkulu, 2019),
hal 3

5
yang diadakan oleh Penyuluh Agama Honorer yang diadakan di desa, setiap hari
paling banyak enam orang yang melakukan sholat berjamaah di musholla itu.

Di samping itu, bimbingan keagamaan di Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak
Kabupaten Kapuas ini dibentuk sebagai kebutuhan rohani di lingkungan
masyarakat desa tersebut. Bimbingan keagamaan ini, kemudian menjadi wahana
ke-Islaman masyarakat yang mampu menjadi wadah penyelesaian masalah
khususnya dalam hal ketentraman dan kedamaian jiwa masyarakat.

Aktivitas keagamaan masyarakat di Musholla/Langgar Darul Muttaqin


sebelum berdirinya Majelis Darul Muttaqin, sangat jarang, masyarakatnya
menjalankan salat fardu di mosholla/langgar itu, pengajian rutin, dan lain-lain
dengan alasan kesibukan kerja namun setelah adanya bimbingan keagamaan
yang dilakukan oleh penyuluh agama honorer berupa tuasiah kitab terjadi
perubahan yaitu masyarakat mulai memahaminya.

Berdasarkan uraian di atas maka setiap individu membutuhkan bantuan orang


lain atau seorang pembimbing dan penyuluh agama honorer yang membantu
mengarahkan atau memberikan arahan dalam meningkatkan ketakwaan dan
kerukunan umat beragama. Bimbingan keagamaan yang diberikan kepada
seseorang diharapkan dapat memahami ajaran agama Islam serta menjalankan
kewajiban sebagai bekal mewujudkan masyarakat dalam meningkatkan tingkat
keagamaan.

Dari sebagian permasalahan yang muncul di Desa Sei Tatas Kecamatan


Pulau Petak Kabupaten Kapuas, seperti yang telah diuraikan di atas, maka
penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui secara
lebih mendalam dan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul
“Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Oleh Penyuluh Agama Honorer Di
Majelis Darul Muttaqin Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak Kabupaten
Kapuas” dengan memfokuskan Pelaksanan Bimbingan Keagaamaanya Yaitu
“Tausiah Kitab” Oleh Penyuluh Agama Honorer Di Majelis Darul Muttaqin
Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak Kabupaten Kapuas.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan


masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan keagamaan oleh penyuluh agama


honorer di majelis Darul Muttaqin Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau petak
Kabupaten Kapuas?
2. Bagaimana implikasi bimbingan keagamaan oleh penyuluh agama honorer
terhadap kehidupan beragama masyarakat di Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau
Petak Kabupaten Kapuas?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan keagamaan oleh penyuluh


agama Islam honorer di majelis Darul Muttaqin Desa Sei Tatas Kecamatan
Pulau Petak Kabupaten Kapuas
2. Untuk mengetahui implikasi bimbingan keagamaan oleh penyuluh agama
Islam honorer terhadap kehidupan beragama di Desa Sei Tatas Kecamatan
Pulau Petak Kabupaten Kapuas

D. Signifikasi Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis
1. Memberikan sumbangsih terhadap bimbingan keagamaan khususnya teori
tentang pelaksanaan bimbingan keagamaan oleh penyuluh agama honorer.
2. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi penyuluh agama honorer.

Sebagai masukan bagi penyuluh agama honorer untuk menambah wawasan


tentang pelaksanaan bimbingan keagamaan.

7
3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian diharap dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kegiatan


bimbingan keagamaan yang dilakukan dan kemudian dapat dijadikan bahan
evaluasi perkembangan bimbingan keagamaan yang dilaksanakan kedepannya.

E. Devenisi Operasional

Untuk menghindari kesalah fahaman dari sitilah-istilah yang dipakai oleh


penulis dalam penulisan ini, maka penulis akan menegaskan istilah yang terdapat
dalam penulisan ini sebagai berikut :
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan dari sebuah rencanan yang sudah disusun
secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah
perencanaan sudah dianggap siap.
2. Bimbingan keagamaan
Istilah bimbingan berasal dari kata “guidance” dari kata dasar guide yang
berarti menunjukan, menentukan, mengatur atau mengemudikan (Shertzer &
Stone). Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat
memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat
kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (Frank Person, dalam jones, 1951).
Pengertian bimbingan dalam tujuan ajaran islam, sebagaimana diungkapkan
oleh Thohari Munawar, yaitu suatu proses pemberian bantuan kepada individu
agar dalam kehidupan keagamaanya senantiasa selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah SWT sehingga dapat mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.
Sedangkan istilah keagamaan berasal dari kata “agama” yang mendapatkan
imbuhan ke-an. Dimaksudkan untuk menjelaskan hal-hal tentang agama, yang
dimaksud disini adalah agama islam.
Bimbingan keagamaan disini merupakan bimbingan oleh Penyuluh Agama
Honorer (PAH) dalam meningkatan kualitas keagamaan, dalam bentuk
pengajian kitab atau tausiah kitab yang disampaikan oleh Penyuluh Agama
Honorer .
3. Penyuluh Agama Honorer (PAH)
Penyuluh Agama Honorer (PAH) adalah Petugas Penyuluhan Keagamaan

8
bukan Pegawai Negara Sipil (PNS) yang berada di bawah Kantor Urusan Agama
(KUA) dengan mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama Setempat untuk diperbantukan di daerah-daerah yang
mendapat honor dari Departemen Agama karena melaksanakan fungsinya itu.
Keberadaan mereka berada dibawah kementrian agama di bidang PENAMAS (
Pendidikan Penerangan Agama Dalam Masyarakat) untuk mengemban bebrapa
program kerja yang telah ditugaskan kepada Kantor Urusan Agama (KUA)
setempat.
Adapun yang dimaksud dengan Penyuluh Agama Honorer (PAH) disini adalah
tenaga honorarium yang bergerak di dalam bidang sosial keagamaan membantu
instansi Kementrian Agama di bawah naungan Kantor Urusan Agama (KUA).
4.Tempat dan waktu penelitian
Penelitain ini dilakukan di Majelis Darul Muttaqin yang bertempat di
Musholla/Langgar Darul Muttaqin Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak
Kabupaten Kapuas. Pengambilan lokasi ini berdasarkan pengamatan peneliti
penyuluh agama honorer sangat antusias dalam melaksanakan bimbingan
keagamaan. Dan hal itu yang membuat peneliti tertarik mengambil pola
pelaksanaan yang diterapkan dan implikasinya terhadap kehidupan masyarakat
di Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak Kabupaten Kapuas.

Jadi disini peneliti ingin meneliti, tentang “Pelaksanaan Bimbingan


Keagamaan Oleh Penyuluh Agama Honorer Di Majelis Darul Muttaqin
Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak Kabupaten Kapuas” tapi cuma
berfokus ke Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Tausiah Kitabnya saja.

F. Penelitian Terdahulu

Supaya tidak tumpang tindih dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
lainnya maka dalam penelitian ini ada beberapa penelitian yang relevan
dijadikan kajian terhadap penelitian sebelumnya diantaranya :

Pertama, skripsi yang disusun oleh Rigin Jefrianto yang berjudul


"pelaksanaan bimbingan keagamaan terhadap remaja Desa Padang lebar
Kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan” yaitu pendekatan bimbingan dan
konseling keagamaan tersebut diharapkan dapat membantu para remaja

9
menuntut hati nurani, menghidupkan perasaan dan mengingatkan hati untuk
selalu taat dalam beribadah.4 Adapun permasalahan yang diteliti Dalam
penelitian ini adalah : 1 bagaimana pelaksanaan bimbingan keagamaan terhadap
remaja di Desa Padang lebar Kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan . 2
dampak bimbingan keagamaan terhadap remaja di desa Padang lebar Kecamatan
Pino Kabupaten Bengkulu Selatan.

Kedua, Rizky Dewi Puspita Sari skripsi yang berjudul "Peran Penyuluh Agama
Honorer Dalam Bimbingan Keagamaan Hijriah Mayoritas Non Muslim”
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil subjek
penelitian di Kantor Urusan Agama KUA titik yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah Bagaimana peranan penyuluh agama honorer dalam
bimbingan keagamaan di wilayah mayoritas mayoritas non muslim di Dusun
Kenteng , kembang, Nanggulan, Kulon progo dan mengupayakan kan peranan
dalam bimbingan keagamaan di wilayah itu dan bagaimana mereka
menyikapinya.5

G. Sistematis Penulisan

Sistematis penulisan proposal penelitian lapangan kualitatif bagian awal


proposal terdiri dari:

1. Halaman sampul yang membuat : judul, logo UIN, nama, NIM, Universitas,
fakultas, Prodi, nama, kota tahun.

2. Halaman daftar isi bagian isi proposal penelitian terdiri dari :

A. Latar belakang masalah

B. Rumus masalah

C. Tujuan peneliti

D. Signifikasi penelitian

E. Definisi operasional
4
Ririn Jeprianto, “Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Terhadap Remaja di Desa Padang Lebar
Kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan,” ( Skripsi, Ushuluddin, Adab dan Dakwah dan IAIN, Bengkulu, 2019 ).
5
Riska Dwi Puspitasari, “Peranan Penyuluh Agama Honorer dalam Bimbingan Keagamaan diwilayah
Mayoritas Non-Muslim,” (skripsi, fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010).

10
F. Penelitian terdahulu

G. Sistematis penulisan

H. Kajian teori

I. Metode penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian


2. Subjek dan objek penelitian
3. Lokasi penelitian
4. Data dan sumber data
5. Teknik pengumpulan data
6. Analisis data

3. Bagian akhir proposal penelitian terdiri dari:

a. Daftar pustaka sementara


b. Daftar riwayat hidup

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan


1. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam bahasa Inggris disebut realization dan


animplementation. Sedangkan di dalam bahasa Indonesia berarti proses, cara,
dan perbuatan melaksanaan (rerancang).6 Jadi yang dimaksud dengan
pelaksanaan ialah bentuk proses atau pengerjaan terhadap apa yang
direncanakan kan dari suatu program untuk tercapainya sebuah tujuan yang
diinginkan.

6
Fakhrurrazi, Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIA Teluk Dalam Banjarmasin, (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2014), hal 11

11
Pelaksanaan adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun
secara matang dan terperinci, implementasinya biasanya dilakukan setelah
perencanaan sudah dianggap siap. Majone dan Widavsky mengemukakan
Pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa
adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.7

Dari pengertian yang dikemukakan bahwa pada dasarnya pelaksanaan adalah


bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.
Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-
sungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

2. Pengertian Bimbingan Keagamaan

Sebelum membahas secara mendalam tentang bimbingan keagamaan akan


lebih baik kita ketahui dulu apa itu bimbingan. Bimbingan merupakan alih
bahasa dari bahasa Inggris, yaitu guidance . Dalam kamus bahasa Inggris
guidance dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut :
menunjukkan jalan, memimpin, menuntun, memberikan petunjuk, mengatur,
memberikan nasehat.8

Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat


memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat
kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (Frank Parson, dan Jones , 1951).9

Sejak Ibu, rumusan demi rumusan tentang bimbingan bermunculan sesuai


dengan perkembangan pelayanan bimbingan itu sendiri sebagai sebagai suatu
pekerjaan khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya titik berbagai
rumusan tersebut dikemukakan sebagai berikut:

a. H. Priatno dan Erman arti dalam bukunya "Dasar-Dasar Bimbingan Dan


Konseling “ bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak remaja

7
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),
hal 70
8
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1997), hal. 65
9
Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 93

12
maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.10
b. Dewi Ketut Sukardi bimbingan juga dapat diartikan sebagai proses pemberian
yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus
dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau kelompok individu menjadi
pribadi yang mandiri kemudian yang menjadi tujuan usaha bimbingan
mencakup lima fungsi pokok Yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang
mandiri yaitu: mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya
menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil
keputusan, mengarahkan diri sendiri, dan mewujudkan diri sendiri.11
c. Menurut L. D. Crow dan A. Crow, bimbingan adalah bantuan yang diberikan
oleh pribadi yang terdidik baik perempuan ataupun laki-laki yang terlatih
kepada setiap individu yang usianya tidak ditentukan untuk menjalani kegiatan-
kegiatan hidup mengembangkan sudut pandangnya mengambil keputusan dan
menanggung beban sendiri.12
d. Menurut Arifin, bimbingan adalah terjemah dari istilah bahasa inggris
Guidance berasal dari kata guide artinya menunjukan, bimbingan, atau
menuntun.13
Esensi dari beberapa pendapat ahli tentang bimbingan tersebut diatas, ada
beberapa ciri yang kita perhatiakan yaitu : bahwa bimbingan adalah suatu
proses pemberian bnatuan kepada individu atau kelompok yang dilakukan secara
terus menerus dan sistematis yang bertujuan agar bisa menjadi prilaku yang
lebih baik, jika tdak diletakkan “Islam” setelah kita “Bimbingan” maka
bimbingan itu memiliki makna bahwa landasan dari bimbingan itu berdasarkan
asas Islam yaitu Al-Quran dan Hadits, serta tujuan akhirnya dalah kebahagian
dunia dan akhirat. Sedangkan kata “Keagamaan” berakar pada kata agama yang
medapat awalan ke dan akhiran an yang berarti seagala sesuatu yang

10
Priyatno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bmbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),
hlm 99.
11
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT Renika Cipta, 1995), hlm. 2-3.
12
Singgih Dirgagunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Bandung: PT. Samudra Permai dan BPK Gunung
Mulia, 1995), hlm 12
13
M. Arifin, Pokok Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,
1988), hlm 18.

13
berhubungan dengan agama,bak itu berbentuk persaan ataupun perbuataan.14
Harun Nasution Menjelaskan agama terdiri dari “a” yang berarti tidak; dan
“gema” yang artinya pagi atau kacau, jika bila kita satukan mengandung arti
tidak pergi atau tidak kacau. Bertitik tolak dari pengertian kata kata tersebut
menurut Harun Nasution, intisarinya ialah suatu ikatan. Karean aitulah penganut
agama memiliki ikatan yang harus diperpegangi dengan teguh, yang menjadi
pedoman hidupnya sehingga membuat hidupnya teratur dan tentra. Ikatan
tersebut tidak dapat di tanggakap panca indera, akan tetap sangatlah
mempengaruhi terhadap kehidupan individu yang menganutnya.15
Pengertian bimbingan dalam tujuan ajaran Islam, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Thohari Munawar, yaitu suatu proses pemberian bantuan
kepada individu agar dalam kehidupan keagamaanya senantiasa selaras dan
petunjuk Allah SWT sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.16

Sedangkan istilah keagamaan berasal dari kata agama yang mendapatkan


imbuhan ke-an dimasukkan untuk menjelaskan hal-hal tentang agama titik yang
dimaksud disini adalah agama Islam.

Berpedoman pengertian dapat kesimpulan bimbingan ada pemberi tuntunan,


petunjuk atau pemberian berbagai ilmu pengetahuan agama terhadap individu
secara sistematis dan berkesinambungan, yang masyarakat membantu menjaga
dan kebahagiaan akhirat. pada hakikat nya bimbingan keagamaan itu itu
merupakan bentuk kepada kepada masyarak Kepada seseorang agar memahami
Bagaimana ketentuan dan petunjuk allah tentang kehidupan beragama
menghayati Ketentuan dan petunjuk tersebut dan mampu menjalankan
Ketentuan dan petunjuk Allah SWT.

3. Bentuk-Bentuk Bimbingan Keagamaan

Berdasarkan segi komunikasi, bimbingan keagamaan disini dapat diklasifikasi


menjadi dua metode yaitu:

1. Metode Langsung
14
17 W. J. S Poerdarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm 19.
15
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Samudra Permai RajaGrafindo Persada, 2008), hlm 12-13
16
Tohari Munawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press,
1992), hal 143

14
Metode langsung adalah metode dimana pembimbing melakukan
komunikasi langsung (bertatap muka) dengan jamaah majelis atau orang-orang
yang dibimbingnya.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah dimana pembimbing memberikan pertanyaan
kepada jamaah dan jamaah menjawab, atau jamaah bertanya dan pembimbing
yamg menjawabnya.

4. Metode Bimbingan Keagamaan

Metode mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk mencapai


tujuan titik selanjutnya jika kata metode dikaitkan dengan bimbingan keagamaan
dapat membawa arti sebagai jalan untuk membimbing dan menanamkan
pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek
sasaran, pribadi Islami titik dengan kata lain metode bimbingan keagamaan
adalah cara yang digunakan dalam membimbing perkembangan pemahaman
agama seseorang seseorang. Firman Allah SWT dalam QS an-Nahl Ayat : 125

Artinya: Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dari ayat diatas menjelaskan umatnya ditunjukkan kepada Nabi


Muhammad serulah, yakni lanjutkan urusanmu untuk menyerut semua yang
engkau sanggup seru, kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran
Islam. dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka yakni
siapapun yang menolak atau meragukan ajaran Islam dengan cara yang baik.

15
Itulah tiga cara berdakwah atau memberikan bimbingan keagamaan yang
hendaknya engkau tempuh menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat
dan kecerdasannya; jangan hiraukan cemoohan atau tuduhan-tuduhan tidak
berdasarkan kaum Musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka kepada
Allah Karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan yang lebih
mengetahui dari siapa pun.17

Menurut Munzier Suprapta, dalam ayat tersebut telah dijelaskan bahwa metode
dakwah atau memberikan bimbingan keagamaan ada tiga yaitu:18

a. Al-Hikmah, yaitu membimbing dengan memperhatikan menitikberatkant pada


kemampuan mereka, sehingga berikutnya mereka tidak merasa terpaksa dan
keberatan dalam menjalankan syariat Islam.
b. Al-Mau’izah Al-Hasanah, Yaitu pembimbing dengan memberikan nasihat-
nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan cara kasih sayang.
dengan demikian nasihat atau ajaran yang disampaikan bisa menyentuh hati
mereka.

c. Al-Mujadalah bi al-Lati Hiya Ahsan, Iya itu membimbing dengan bertukar


pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak menunjukkan
tekanan-tekanan yang memberikan bagi komunitas secara dakwah.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa suatu pekerjaan tidak


akan berhasil atau paling tidak kecil kemungkinan untuk berhasil bilamana
kegiatan itu tegas tujuan yang hendak dicapai. Sejalan dengan hal tersebut di
atas maka para pembimbing atau penyuluh memerlukan beberapa metode yang
menghampiri sasaran tugasnya antara lain.19

a. Metode Interview

Interview banyak orang mengkritik karena terdapat kelemahan-kelemahan, tapi


merupakan suatu cara untuk memperoleh fakta titik dalam pelaksanaan ini
diperlukan adanya saling percaya mempercayai antara konselor dan konseli

17
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AL-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati,
2011), hal 774
18
Suparta Munzier, Metode Dakwah, (Jakarta Rahmat Semesta, 2006),hal 23-26
19
Ayu Lestari Sihtie, “Peran Penyuluh Agama dalam memberikan Bimbingan Islami”, Jurnal/Skripsi, 2018

16
b.Metode Kelompok

Adapun metode kelompok dengan menggunakan menggunakan cara


seperti ini, pembimbing atau penyuluh akan dapat mengembangkan sikap sosial
sikap memahami peranan anak bimbingan dalam lingkungannya, menurut
penglihatan orang lain dalam kelompok itu Karena ingin mendapat pandangan
baru tentang dirinya dari orang lain serta hubungan dengan orang lain. maka
dengan metode kelompok Group (Penyembuhan gangguan jiwa melalui
kelompok) yang mencipta Situasi kebersaan

Baik peresapan keterikatan antara satu sama lain maupun secara persiapan batin
melalui peragaan gangguan dari contoh tingkah laku atau peristiwa.

c. Metode Konseling Berpusat Klien

Metode ini sering juga disebut non diriktif (tidak mengarahkan). Dalam
metode ini terdapat dasar pandangan bahwa klien sebagai makhluk yang
memiliki kemampuan berkembang diri dan sebagai pencari kemantapan diri
sendiri titik metode ini menurut dokter William William E. Hulme dan Wayne
K. Climer lebih cocok untuk digunakan oleh personal penyuluh agama. Karena
konselor akan lebih dapat memahami kenyataan penderita klien yang biasanya
bersumber pada kenyataan yang banyak menimbulkan perasaan cemas, konflik
kejiwaan dan gangguan jiwa lainnya..

Bilamana konselor menggunakan metode ini maka ia harus bersikap


sabar mendengarkan dengan penuh perhatian segala ungkapan batin klien yang
seolah-olah pasif tetapi sesungguhnya bersikap aktif menganalisa segala apa
yang dirasakan oleh klien sebagai bahan batinnya.

d. Teknik Konseling

Teknik konseling adalah bentuk psikoterapi yang paling sederhana,


karena atas dasar metode ini, konselor secara langsung memberikan jawaban
terhadap problema yang dihadapi oleh klien yang menjadi sumber
kecemasannya. metode ini berawalan dengan metode nondirektif gimana
konsuler dalam interview-nya berada dalam situasi permisif kepada klien titik

17
dalam situasi bebas, demikian klien diberikan kesempatan untuk mencurahkan
segala tekanan batin ya, sehingga mampu menyadari tentang kesulitan-kesulitan
yang dihadapi atau diderita. konselor hanya menerima dan menaruh perhatian
kemampuannya sendiri mengatasi problema tanpa adanya paksaan dari
mengikuti nasehat dari konselor.

e. Metode Pencerahan

Metode ini hampir sama dengan metode client kontainer di atas, hanya
Perbedaannya terletak pada usaha mengoreksi sumber perasaan yang dirasa
menjadi beban tekanan batin pada klien, serta mengaktifkan kekuatan jiwa
krayon atau potensial dinamis yang melalui pengertian tentang realitas situasi
yang dialami oleh klien. Metode ini adalah pemberian pencerahan terhadap
unsur-unsur kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorang. metode ini
menggambarkan bahwa konseling agama itu sebagai problem hidupnya keapada
sumber kekuatan komplik batin. Kemudian mencurahkan konflik tersebut serta
memberikan insting ke arah pengertani mengapa ia merasakan konflik Itu.

Menurut Ramayulis dalam bimbingan agama Islam banyak metode yang dapat
digunakan antara lain.20

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu metode di dalam bimbingan dengan cara


penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan dan penuturan secara
lisan oleh pembimbing terhadap anak bimbingan titik dalam mempelajari
peraturan-peraturannya bimbingan pembimbing dapat menggunakan alat-alat
seperti gambar peta dan alat-alat lainnya metode ini banyak sekali dipakai
karena metode ini mudah dilaksanakan.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar di mana pembimbing


mengajukan beberapa pertanyaan kepada anak tentang bahan pelajaran yang
telah mereka baca sambil memperhatikan proses proses berpikir di antara anak-

20
Ramayulis, Metodeologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulis,2001), hal 108

18
anak bimbingan. Dengan metode ini diharapkan agar anak bimbingan menjawab
pertanyaan dengan jawaban tepat berdasarkan fakta.

5. Fungsi Bimbingan Keagamaan

Fungsi dan manfaat mendingan keagamaan (Islam), sebagai beriku:21

1. Fungsi preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya


masalah bagi dirinya.

2. Fungsi preservative, yaitu membantu individu agar situasi dan kondisi yang
semula tidak baik akan menjadi baik.

3. Fungsi developmental atau pengembangan yaitu membantu individu


memelihara agar mengembangkan situasi dan kondisi yang baik.

6. Materi Bimbingan Keagamaan

Materi Bimbingan adalah semua bahan atau semua yang dapat


dipergunakan memberikan bimbingan yang bersumber pada ajaran Islam yakni
yang terkandung dalam Alquran dan hadis, yang meliputi beberapa aspek yaitu
aspek Aqidah Ibadah dan akhlak serta muamalah.
Aspek-aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Aqidah
Aqidah mencakup ajaran-ajaran tentang keyakinan atau keimanan
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
akhir, dan takdir-Nya. Aspek aqidah ini merupakan masalah fundamental dalam
islam, karena menjadi dasar dalam islam.
Iman kepada Allah merupan kebutuhan yang sangat mendasar bagi
seseorang, Allah memerintahkan umat manusia beriman kepadanya,
Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 136;22

21
Tohari Munawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press,
1992), hal 34
22
Depertemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, hal 364.

19
Artinya: “Wahai orang-orang yag beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan Kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, dan hari
kemudian, maka ssungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa jika kita ingkar kepada Allah maka kita
akan mengalami kesesatan yang nyata.Orang yang sesat tidak akan
merasakankebahagiaan dalam hidup. Olehnkarena itu beriman kepada allah,
kepada Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya sesungguhnya dalah untuk
kebaikan manusia.

2. Ibadah
Aspek ibadah mengandung pengertian bukti dan pengabdiannumat
manusia kepada Allah. Sehingga manifestasi dari dorongnnyang dibangkitkan
oleh nilai-nilai ibadah yang bermuatan keyakinan dan keimanannya.
Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Quran surat Ad-Dzariyat 56;23

Artinya: “Dan aku tidak menciptkan jin dan manusia melainkan mereka supaya
mengabdi kepada ku”. Ayat diatas menjelaskan bahwa baik manusia maupun jin
mempunyai tugas dan kewajiban yang sama terhadap tuhanya, yakni beribadah

23
Depertemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, hal 523

20
dan hanya menyembah kedapa Allah semata. Setiap yang diciptakan disebut
mahluk dan yang menciptakan khaliq. Kewajiban dari mahluk adalah
menyembah. Merendahkan diri dan beribadah kepada sang pencipta alam
semesta raya. Beribadah dengan penuh ketundukan dan keikhlasan. Beribadah
tanpa unsur paksaan. Dengan amal ibadah yang jelas, benar dan ikhlas niscaya
ibadah yang lita lakukan akan berbuah pahala dan tidakmenjadi amalan yang sia-
sia.
3. Akhlak
Aspek akhlak adalah suatu sikap dan tingkah laku perbuatan luhur dar
perbuatan lubuk hati yang paling dalam. Baik itu perbuatan yang terouji ataupun
tercela. Allah menciptkan manusia sebagai mahluk yang sempurna jika
dibandingkan dengan mahluk yang lain. Dan juga manusia sebagai penerima dan
pelaksana ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia di tempatkan pada dudukan yang
mulia jika dibandingkanndengan makhluk ciptaan Allah yang lain.
4. Muamalah
Aspek ini yaitu aspek yang berhubngan dengan pengaturan hidup manusia
diatas dunia ini, baik itu bidang polotik social, ekonomi, dan pendidikan. Dalam
berkehidupan bermasyarakat manusia tentu ada ketentuan yang harus ditaati
supaya terciptanya keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Konsep Penyuluh Agama Honorer


1. Pengertian Penyuluh Agama Honorer
Penyuluh Agama Honorer (PAH) adalah petugas penyuluhan keagamaan
bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berada di bawah Kantor Urusan Agama
(KUA) dengan mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama untuk diperbantukan di daerah-daerah yang mendapat
honor dari Kementerian Agama karena melaksanakan fungsinya itu. Istilah
penyuluh agama mulai disosialisasikan sejak tahun 1985 yaitu dengan adanya
Keputusan Menteri Agama Nomor 791 Tahun 1985 Tentang Honorarium bagi
Penyuluh Agama. Istilah penyuluh agama dipergunakan untuk menggantikan
istilah Guru Agama Honorer (GAH) yang dipakai sebelumnya di lingkungan
kedinasan Kementerian Agama.

21
Sejak semula penyuluh agama merupakan ujung tombak
Kementerian Agama dalam melaksanakan penerangan agama Islam di tengah
pesatnya dinamika perkembangan masyarakat Indonesia. Perannya sangat
strategis dalam rangka membangun mental, moral, dan nilai ketaqwaaan umat
serta turut mendorong peningkatan kualitas kehidupan umat dalam berbagai
bidang baik di bidang keagamaan maupun pembangunan.
Keberadaan mereka di bawah lembaga Kementerian Agama di Bidang
PENAMAS (Pendidikan Penerangan Agama Dalam Masyarakat) untuk
mengemban beberapa program kerja yang telah ditugaskan kepada Kantor
Urusan Agama (KUA) setempat.
Adapun yang dimaksud dengan Penyuluh Agama Honorer (PAH) di sini adalah
tenaga honorarium yang bergerak di dalam bimbingan sosial keagamaan
membantu Instansi Kementerian Agama di bawah naungan Kantor Urusan
Agama (KUA).24
Secara teoritis aktivitas bimbingan keagamaan yang dijalankan oleh para
Penyuluh Agama Honorer (PAH) dapat dikorelasikan dengan prinsip dasar Islam
di dalam keberperanan mereka menjalankan suatu penyuluhan. Islam melihat
seorang penyuluh dalam bimbingan keagamaan adalah juru penenrang dan
pemberi petunjuk kearah kebenaran, juru pengingat (muzakkir), juru penghibur
(mubassyir) hati yang duka, serta (mubaligh) penyampaian pesan-pesan agama,
yang perilaku sehari-harinya mencerminkan (uswatun hasanah) contoh teladan
yang baik ditengah umatnya.25

2. Fungsi Penyuluh Agama

1. Fungsi Informatif dan Edukatif

Penyuluh agama Islam memposisikan dirinya sebagai da’i yang berkewajiban


mendakwahkan Islam, menyampaikan penerangan agama dan mendidik

24
Riska Dwi Puspitasari, “Peranan Penyuluh Agama Honorer dalam Bimbingan Keagamaan diwilayah
Mayoritas Non-Muslim,” (skripsi, fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010), hal 2
25
Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal 36.

22
masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntutan al-Qur’an dan sunnah
Nabi.

2. Fungsi Konsultati

Penyuluh agama Islam menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan


memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, baik persoalan-
persoalan pribadi, keluarga atau persoalan masyarakat secara umum.26

3. Fungsi Advokatif

Penyuluh agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk
melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat/masyarakat binaannya terhadap
berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang merugikan akidah,
mengganggu ibadah dan merusak akhlak.

3. Landasan Penyuluh Agama

a. Landasan Filosofis

Sebagai landasan filosofis dari keberadaan Penyuluh Agama adalah:


1) Q.S. Al-Imran/3:104

26
Abd Jabbar, “Peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Jiwa Keagamaan Masyarakat Di Desa
Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa”, Skripsi, (Desember, 2013), hal 28.

23
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar,merekalah orang-orang yang beruntung”.27
2) Q.S Al-Imran ayat/3:110

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah, sekiranya ahli kitab itu beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah
orangorang fasik”. 28

b. Landasan Hukum

Sebagai landasan hukum keberadaan Penyuluh Agama adalah Keputusan


Menteri nomor 791 Tahun 1985 Tentang Honorarium bagi Penyuluh Agama.
1) Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 574 Tahun 1999 dan Nomor 178 Tahun 1999
Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya.

27
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm 63
28
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm 64

24
2) Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan
dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 54/kep/mk.waspan/9/1999 Tentan
Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka kreditnya.29

C. Majelis Taklim
1. Pengertian Majelis Ta’lim
Pengertian Majelis Ta’lim Istilah majelis ta’lim berasal dari bahasa Arab
yang terdiri dari dua suku kata yaitu majelis yang berarti tempat duduk dan
ta’lim yang artinya belajar. Dengan demikian, secara bahasa yang dimaksud
majelis ta’lim adalah tempat belajar. Adapun secara istilah, majelis ta’lim adalah
sebuah lembaga pendidikan nonformal yang memiliki jamaah dengan jumlah
yang relatif banyak, usia yang heterogen, memiliki kurikulum berbasis
keagamaan dan waktu yang fleksibel sesuai kebutuhan jamaah.30
Selain itu ada beberapan tokoh yang memaparkan pengertian majelis
ta’lim. Muhsin menyatakan bahwa majelis ta’lim adalah tempat atau lembaga
pendidikan, pelatihan, dan kegiatan belajar mengajar dalam mempelajari,
mendalami, dan memahami ilmu pengetahuan agama Islam dan sebagai wadah
dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang memberikan kemaslahatan kepada
jamaah dan masyarakat sekitarnya.31
Effendy Zarkasyi dalam kutipan Muhsin mengatakan, “Majelis ta’lim
merupakan bagian dari model dakwah dewasa ini dan sebagai forum belajar
untuk mencapai suatu tingkat pengetahuan agama”. Masih dalam Muhsin,
Syamsuddin Abbas juga mengartikan majelis ta’lim sebagai “Lembaga
pendidikan non-formal Islam yang memiliki kurikulum sendiri, diselenggarakan
secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak”.32
Helmawati menuturkan bahwa majelis ta’lim adalah tempat
memberitahukan, menerangkan, dan mengabarkan suatu ilmu, baik ilmu agama

29
Abd Jabbar, “Peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Jiwa Keagamaan Masyarakat Di Desa
Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa”, Skripsi, (Desember, 2013), hal 28.
30
Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pendalaman Ajaran Agama
melalui Majelis Taklim, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2007), 32 .
31
Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim: Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya, (Jakarta:
Pustaka Intermasa, 2009), 1
.
32
Ibid., 2.

25
maupun ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berulang-
ulang sehingga maknanya dapat membekas pada diri muta’allim untuk kemudian
ilmu yang disampaikan bermanfaat, melahirkan amal saleh, memberi petunjuk
ke jalan kebahagiaan dunia akhirat, untuk mencapai ridha Allah SWT, serta
untuk menanamkan dan memperkokoh akhlak.33
Dari beberapa penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
majelis ta’lim adalah suatu tempat kegiatan transfer ilmu agama Islam dari
mu’allim kepada muta’allim yang dilakukan secara rutin untuk menambah
pengetahuan keagamaan, memperkuat iman, dan menanamkan akhlak mulia
sehingga mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Komponen Majelis Ta’lim

Dari pengertian majelis ta’lim, dapat diketahui komponen-komponen dalam


majelis ta’lim, yaitu:
a. Mu’allim (guru sebagai pengajar), merupakan orang yang menyampaikan
materi kajian dalam majelis ta’lim.
Helmawati menyebutkan beberapa hal yang harus ada pada diri mu’allim,
diantaranya:

1) Mu’allim dalam kegiatan majelis ta’lim tidak boleh pilih kasih, sayang kepada
yang bodoh, berperilaku baik dalam mengajar, bersikap lembut, memberi
pengertian dan pemahaman, serta menjelaskan dengan menggunakan atau
mendahulukan nash tidak dengan ra’yu kecuali bila diperlukan.

2) Mu’allim perlu mengetahui bagaimana membangkitkan aktivitas murid


kepada pengetahuan dan pengalaman.

3) Mu’allim harus senantiasa meningkatkan diri dengan belajar dan membaca


sehingga ia memperoleh banyak ilmu.

33
Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim: Peran Aktif Majelis Ta’lim
Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 85-86.

26
4) Mu’allim senantiasa berlaku baik, tidak suka menyiksa fisik, balas dendam,
membenci, dan mencaci murid.34
Wahidin juga menyebutkan karakteristik mu’allim, yaitu lemah lembut,
toleransi, dan santun, memberi kemudahan dan membuang kesulitan,
memerhatikan sunah tahapan, kembali pada Al-Quran dan Sunnah dan bukan
kepada fanatisme mazhab, menyesuaikan dengan bahasa jamaah, serta
memperhatikan adab dakwah.35
b. Muta’allim (murid yang menerima pelajaran) atau biasa disebut dengan
jamaah majelis ta’lim.

c. Al-‘ilmu (materi atau bahan yang disampaikan).


Materi dalam majelis ta’lim berisi tentang ajaran Islam. Oleh karena itu,
materi atau bahan pengajarannya berupa: tauhid, tafsir, fiqh, hadits, akhlak,
tarikh Islam, ataupun masalah-masalah kehidupan yang ditinjau dari aspek
ajaran Islam. Penjelasan dari masing-masing teori adalah sebagai berikut:
1) Tauhid adalah ilmu yang mempelajari tentang keesaan Allah SWT dalam
mencipta, menguasai, dan mengatur alam raya ini.

2) Tafsir adalah ilmu yang mempelajari kandungan al-Quran berikut


penjelasannya, makna, dan hikmahya.

3) Fiqh, isi materinya meliputi shalat, puasa, zakat, dan sebagainya. Selain itu,
juga dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari, meliputi
pengertian wajib, sunnah, halal, haram, makruh, dan mubah.

4) Hadits adalah segala perkataan, perbuatan, ketetapan, dan persetujuan


Rasulullah saw yang dijadikan ketetapan hukum dalam Islam setelah al-Quran.

5) Akhlak, materi ini meliputi akhlak terpuji dan akhlak tercela.

6) Tarikh adalah sejarah hidup para Nabi dan para sahabat khususnya sahabat
Nabi Muhammad.

34
Ibid., 83-85.
35
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 264.

27
7) Masalah-masalah kehidupan yang ditinjau dari aspek ajaran Islam merupakan
tema yang langsung berkaitan dengan kehidupan masyarakat yang kesemuanya
juga dikaitkan dengan agama, artinya dalam menyampaikan materi tersebut
berdasarkan al-Quran dan hadits.36
Tuti Amaliyah juga menyebutkan materi-materi yang dikaji di dalam majelis
ta’lim. Menurutnya, kategori pengajian itu diklasifikasikan menjadi lima bagian:
1) Majelis ta’lim tidak mengajarkan secara rutin tetapi hanya sebagai tempat
berkumpul, membaca sholawat, berjamaah, dan sesekali pengurus majelis ta’lim
mengundang seorang guru untuk berceramah.

2) Majelis ta’lim yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dasar


ajaran agama seperti membaca al-Quran dan penerangan fiqh.

3) Majelis ta’lim yang mengajarkan tentang fiqh, tauhid, akhlak yang diajarkan
dalam pidato mubaligh yang kadang-kadang disertai dengan tanya jawab.

4) Majelis ta’lim seperti nomor 3, yang disertai dengan penggunaan kitab


sebagai pegangan, ditambah dengan ceramah.

5) Majelis ta’lim di mana materi pelajaran disampaikan dengan ceramah dan


memberikan teks tertulis kepada jamaah. Adapun materi pelajaran disesuaikan
dengan situasi hangat berdasarkan ajaran Islam.37
Majelis ta’lim juga perlu menggunakan kitab atau buku yang sesuai
dengan kemampuan muta’allim. Kitab yang digunakan dapat berupa buku yang
berbahasa Indonesia ataupun kitab yang berbahasa Arab. Bahkan tidak menutup
kemungkinan, para mu’allim membuat semacam diktat atau modul sebagai
materi ajar bagi muta’allim.38
d. Yu’allim (proses kegiatan pengajaran).
Proses kegiatan pengajaran dalam metodologinya merupakan upaya
pemindahan pengetahuan dari mu’allim kepada muta’allim. Seorang mu’allim
hendaknya memberikan pemahaman, menjelaskan makna agar melekat pada
pemikiran muta’allim Oleh karena itu, mu’allim harus memikirkan metode apa
36
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 29-33.
37
Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung: Mizan, 1997), 10.
38
Helmawati, Pendidikan . . . , 98.

28
yang baik digunakan untuk menyampaikan materi, sehingga muta’allim mudah
memahami materi tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif atau disebut juga penelitian


lapangan yaitu penelitian mendalam mencakup keseluruhan yang terjadi di
lapangan, dengan tujuan untuk mempelajari secara mendalam tentang latar
belakang keadaan sekarang.39

Peneliti ini menggunakan penelitian kualitatif dan data penelitian tidak


diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.40 Bogdan dan
Tylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur Penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang yang perilaku yang dapat diamati.41

Menurut Nazir metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia atau objek situasi dan kondisi.42

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, Suatu


data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya. Data ya
data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.43

b. Subjek dan Objek Penelitian

Setiap bentuk penelitian kualitatif yang mempunyai objek dan subjek


penelitian, didalam penelitian yang digunakan peneliti yaitu melakukan
penelitian kualitatif sehingga penelitian ini memiliki subjek orang yang di teliti
39
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grafindo Persada, 2001), hal 19
40
Anselm Strauss, Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hal 4
41
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( rev.ed.; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016),
hal 4
42
Moh Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hal 54
43
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2016) hal 3

29
dan objek yaitu informasi yag peneliti.
Subjek penelitian ini adalah jamaah yang mengikuti pengajian kitab atau tausiah
kitab, yang bertempat di Majelis Darul Muttaqin Desa Sei Tatas Kecamatan
Pulau Petak Kabupaten Kapuas.
Objek penelitian merupakan keseluruhan keadaan dari subjek yang menjadi
informan dalam penelitian, pusat perhatian, sasaran penelitian, objek yang
diteliti adalah Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Oleh Penyuluh Honorer Di
Majelis Darul Muttaqin Desa Sei Tatas Kecamatan Pulau Petak Kabupaten
Kapuas.

c. Lokasi Peneliti

Penelitian ini dilakukan di desa Sei Tatas Kecamatan Pulau petak Kabupaten
Kapuas pengambilan lokasi ini, karena Berdasarkan pengamatan peneliti
penyuluh agama honorer sangat antusias dalam melaksanakan bimbingan
keagamaan dan hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk menggali pola
pelaksanaan yang diterapkan dan implikasinya terhadap kehidupan keagamaan
masyarakat di desa atas Kecamatan Pulau petak Kabupaten Kapuas.

e. Data Dan Sumber Data

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber dan primer dan sekunder
yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah suatu data yang diperoleh melalui serangkaian kegiatan.
Menurut Sugiyono adalah sumber data yang langsung di berikan data kepada
pengumpul data.44 Data primer adalah penelitian terdiri dari observasi dan
wawancara. Peneliti melakukan observasi dan wawancara kelapangan dan
melakuakan wawancara kepada objek peneliian.45

Data primer pada penelitian ini yaitu penyuluh agama honorer dan tokoh
masyarakat di desa sei tatas kecamatan pulau petak kabupaten kapuas.

5. Data skunder
44
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 225
45
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008), hal. 253.

30
Data skunder adalah adata yang diperoleh melalui pengumpulan data atau
pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi (analisis dokumentasi) berupa
penelaahnya terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan, refrensi-refrensi
atau peraturan (literatur laporan, tulisan dan lainnya) yangmemiliki relevansi
dengan objek penelitian.

f. Teknik Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data penelitian, peneiti menggunakan beberapa teknik


pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Observasi
Observasi dalam penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana yang
diamati unruk memperolehndata yang akurat dalam proses observasi. 46 Secara
sederhana pengamataan merupakan proses dimana penelitian atau pengamatan
peneliti adalah pelaksaan bimbingan keagamaan oleh penyuluh honorer di
majelis darul muttaqin sei tatai .
b. Metode Wawancara
Wawancara merupakan metode mendapatkan informasi dari informan dengan
cara bertanya langsung kepada informan dengan bertatap muka dalam penelitian
ini wawancara dilakukan seacara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah
wawancara yang telah tersusun seacara sistematis menggunakan pedoman
wawancara untuk pengumpulan data .47
c. Metode Dokumentasi
Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah foto-foto dalam kegiatan
penelitian dan data-data yang akan dibutuhkan dalam penelitian . Metode ini
digunakan untuk mengungkapkan bagaimana subjek mendefinisikan dirinya
sendiri, lingkingan dan situasi yang dihadapinya dan bagaimana kaitan antara
definisi-definisi diri tersebut dalam hubungan dengan orang-orang yang ada
disekelilingnya dengan tindakannya.

46
Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Ul-Press, 2003), h. 198
47
Iskandar, Metodelogi Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kuantitatif Dan Kualitatif, (Jakarta:Gaung
Persada Press, 2008), h. 138

31
g. Analisis Data

Analisis data medel interaktif, menurut Miles dan Humberman terdapat analisis
data dalam penelitian kualitatif secaea umum dmulai sejak pengumpulan data,
reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan, atau veriviksi.48
a. Pengumpulan data
Pada saat subjek melakukan dan menjalin kan hubungan dan objek penelitian,
dengan responden penelitian , melakukan observasi, membuat catatan lapangan ,
bahkan ketika peelitian berinteraksi dengan lingkungan sosial subjek dan
informan, itu semua merupakan proses pengumpulan data yang hasilya adalah
data yang diperoleh.
b. Reduksi data
Reduksi diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyerderhanaan, pengabstrakan, transpormasi data kasa, yang muncul dari
catatan lapangan,. Reduksi berlangsung terus menerus selamapenelitian
berlangsung. Bahkan belum benar-benar terkumpul, antisipasi akan adanya
reduksi sudah tempat waktu penelitiannya memutuskan kerangka konsepsual
wilayah penelitian, permasalahan penelitian dan pendekatan pengumpulan data
yang dipilihnya.
C. Penyajian data
Miles dan Humberman mengemukakan bahwa yanag dimaksud penyajian data
adalah menyajiakan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkianan
adanya penerikan kesimpulan dan pengembilan tindakan.
D. Kesimpulan atau verivikasi
Kesimpulan atau verivikasi merupakan tahap akhir dalam rangkaian analisis,
data kualitatif menurut model yang dikemukakan oleh Miler dan Humberman.
Kesimpulan dalam rangkaian analisis data kualitatif ini secara esensial berisi
tentang uraian dari seluruh katagori tema yang tercantum pada table kategori dan
pengodean yang terselesaikan disertai qute verbatim wawacara.49

48
Haris Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2012), h. 1664-179
49
Haris Hardiansya, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika,
2012), h. 178-179

32
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Nurhidayat Muhammad Said, Dakwah dan Efek Globalisasi Informasi (Makasar:


Alauddin University Press, 2011), hal 87
M. Arifin M.Ed, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan
Agama ( Jakarta: Bulan Bintang, 1989), hal 13
Ririn Jeprianto, “Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Terhadap Remaja di
Desa Padang Lebar Kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan,” ( Skripsi,
Ushuluddin, Adab dan Dakwah dan IAIN, Bengkulu, 2019), hal 3
Ririn Jeprianto, “Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Terhadap Remaja di
Desa Padang Lebar Kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan,” ( Skripsi,
Ushuluddin, Adab dan Dakwah dan IAIN, Bengkulu, 2019).
Riska Dwi Puspitasari, “Peranan Penyuluh Agama Honorer dalam Bimbingan
Keagamaan diwilayah Mayoritas Non-Muslim,” (skripsi, fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2010).
Fakhrurrazi, Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan terhadap Narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Teluk Dalam Banjarmasin, (Banjarmasin: IAIN
Antasari Press, 2014), hal 11
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), hal 70
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), hal. 65
Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), hal 93
Priyatno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bmbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2004), hlm 99.
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT Renika
Cipta, 1995), hlm. 2-3.
Singgih Dirgagunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Bandung: PT. Samudra
Permai dan BPK Gunung Mulia, 1995), hlm 12
M. Arifin, Pokok Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1988), hlm 18.
W. J. S Poerdarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1984), hlm 19.
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Samudra Permai RajaGrafindo

33
Persada, 2008), hlm 12-13
Tohari Munawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam
(Yogyakarta: UII Press, 1992), hal 143
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AL-
Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 2011), hal 774
Suparta Munzier, Metode Dakwah, (Jakarta Rahmat Semesta, 2006),hal 23-
26
Ayu Lestari Sihtie, “Peran Penyuluh Agama dalam memberikan Bimbingan
Islami”, Jurnal/Skripsi, 2018
Ramayulis, Metodeologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam
Mulis,2001), hal 108
Tohari Munawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam
(Yogyakarta: UII Press, 1992), hal 34
Depertemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, hal 364.
Depertemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, hal 523
Riska Dwi Puspitasari, “Peranan Penyuluh Agama Honorer dalam Bimbingan
Keagamaan diwilayah Mayoritas Non-Muslim,” (skripsi, fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2010), hal 2
Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal 36.
Abd Jabbar, “Peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Jiwa Keagamaan
Masyarakat Di Desa Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa”, Skripsi,
(Desember, 2013), hal 28.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm 63
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm 64
Abd Jabbar, “Peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Jiwa Keagamaan
Masyarakat Di Desa Pattallassang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa”, Skripsi,
(Desember, 2013), hal 28.
Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam
Pendalaman Ajaran Agama melalui Majelis Taklim, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan, 2007), 32.
Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim: Petunjuk Praktis Pengelolaan dan
Pembentukannya, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 1
.
Ibid., 2.

34
Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim: Peran Aktif
Majelis Ta’lim Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 85-86.
Ibid., 83-85.
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 264.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 29-33.
Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung:
Mizan, 1997), 10.
Helmawati, Pendidikan . . . , 98.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grafindo Persada,
2001), hal 19
Anselm Strauss, Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal 4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( rev.ed.; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2016), hal 4
Moh Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hal 54
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2016) hal 3
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2011), hal. 225
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif), (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hal. 253.
Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Ul-Press, 2003), h. 198

Iskandar, Metodelogi Penelitian Pendidikan Dan Sosial Kuantitatif Dan


Kualitatif, (Jakarta:Gaung Persada Press, 2008), h. 138

Haris Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,


(Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 1664-179

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Hadi Subahani

Tempat Tanggal Lahir : Handiwung , 16, 08, 1998

Riwayat Pendidikan :

35
: MI Miftahuddin

: Mts Hidayatullah

: MDU Noor Hidayah Darussalam

36

Anda mungkin juga menyukai