Anda di halaman 1dari 8

Kelompok : 011

Desa : Cendana
ETNOGRAFI

DESA CENDANA KECAMATAN KUTASARI KABUPATEN


PURBALINGGA

Oleh :
1. Afnan Naimah Nur (1307010012)
2. Clara Maening Cahya (1411020024)
3. Ade Mega Vernando (1503010007)
4. Ahmad Syarifudin (1506010008)
5. Anindya Widianingtyas (1513010013)
6. Chandra Ade Wijaya (1510010040)
7. Muhammad Ardiantono E (1503040051)
8. Fredy Kurnianto R (1502030152)
9. Dinda Angelika (1501040072)
10. Andang Prasetyawan (1502010094)

KULIAH KERJA NYATA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan
budaya, di mana setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri. Begitu juga dengan hasil
penelitian yang kami susun ini. Kami meneliti daerah tempat dilaksanakan kegiatan
Kuliah Kerja Nyata yang terletak di Kabupaten Purbalingga, tepatnya di
Desa Cendana, Kecematan Kutasari. Penelitian etnografi ini merupakan tugas Kuliah
Kerja Nyata yang diwajibkan pada setiap kelompok untuk meneliti etnografi yang ada
di tempat kegiatan Kuliah Kerja Nyata berlangsung. Selain itu juga bertujuan
meningkatkan motivasi dalam mempelajari dan menggali materi-materi Antropologi
melalui observasi dan wawancara.
Desa Cendana adalah Desa berpenduduk 5.039 jiwa (berdasarkan Sensus
Penduduk 2011/2012) yang berlokasi di Kecamatan Kutasari. Hampir 80% penduduk
Desa Cendana adalah keturunan jawa asli, sementara sisanya yang sebagian kecil
merupakan pendatang yang kemudian menetap. Penduduk di desa ini menggunakan
bahasa Jawa sebagai bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari.
Keseluruhan penduduknya beragama Islam yang didominasi oleh warga
Nadhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Penduduknya juga sebagian besar sudah
mengenyam pendidikan dan sudah mengenal IPTEK. Keadaan penduduk disini juga
beragam, diantaranya ada yang bekerja sebagai wiraswasta, petani, pekerja pabrik,
kuli bangunan bahkan masih ada yang pengangguran.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh sebanyak mungkin informasi
tentang kondisi etnis suatu daerah, meliputi sumber daya alam dan manusianya, aspek
sosiokultural, spiritual, ekonomi serta hal-hal lain yang menjadi ciri pembeda daerah
tersebut dengan daerah lainnya. Laporan ini disusun sesuai dengan keadaan
sebenarnya dan diperkuat dengan wawancara yang dilakukan kepada sesepuh
kampung atau warga daerah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis
1. Letak dan Luas
Desa Cendana terletak di Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga, dengan
batas-batas sebagai berikut:

Utara : Desa Purwodadi


Timur : Desa Karang Jengkol
Selatan : Desa Lengkong, Desa Limbangan
Barat : Desa Sikapat Kec. Sumbang

Luas Desa Cendana 18 km² dan terbagi menjadi 5 dusun yakni:


 Daftar Dusun
1. Bogoan (Dulu Kebogoan) terdiri dari Bogoan Kulon --> 'Berbatasan
dengan Banyumas' dan Bogoan Wetan
2. Purwadadi (Dulu Patean)
3. Kreteg --> 'Berbatasan dengan Banyumas'
4. Karangcengis terdiri dari Karangcengis dan Dukuhyudha
5. Cendana
6. Toya
7. Gandhasuli --> 'Berbatasan dengan Banyumas'

 Daftar Wilayah Non-Penduduk / Lahan pertanian kering


1. Persil dan Luwung di utara dusun Purwadadi
2. Anim membentang dari selatan dusun Purwadadi hingga ujung utara
dusun Bogoan (Grumbul Bogoan Wetan)
3. Kedungsapi dari selatan grumbul Bogoan Kulon hingga Selatan
grumbul Dukuhsura
4. Daerah lahan tani kering / perternakan lainnya

2. Keadaan Alam
Desa Cendana Terletak di daerah Perbukitan dan Sebagian Besar wilayahnya
merupakan Bukit, sehingga Banyak orang yang bekerja sebagai petani dan
peternak. Daerah ini mendapatkan curah hujan yang cukup dengan suhu udara
yang cukup tinggi.

3. Keadaan Penduduk
Berikut keadaan jumlah penduduk Desa Cendana, Kecamatan Kutasari,
Kabupaten Purbalingga.
Jumlah Penduduk Desa Cendana Menurut Golongan Umur :
Usia < 1 Tahun = 104 jiwa
Usia 1-4 Tahun = 283 jiwa
Usia 5-14 Tahun = 1.049 jiwa
Usia 15-39 Tahun = 391 jiwa
Usia 40-64 Tahun = 1.776 jiwa
Usia 65 Tahun Keatas = 1.436 jiwa

B. Asal Mula dan Sejarah Desa Cendana


Setiap Desa pasti memiliki sejarah tersendiri mengenai bagaimana terbentuknya
desa mereka dan dari mana asal warga mereka yang sekarang bermukim di desa
tersebut. Seperti halnya yang akan dibahas pada bab ketiga ini, mengenai sejarah
Desa Cendana.
Tak ada data tertulis mengenai sejarah berdirinya Desa Cendana ini.
Namun menurut salah satu sesepuh disini, nama Cendana diambil dari nama pohon
Cendana yang konon dahulu kala masih banyak didesa tersebut.
Namun keberadaan pohon cendana saat ini tersisa hanya beberapa saja, karena
banyaknya penebangan disana.

C. Bahasa
Di Desa Cendana ini penduduknya menggunakan bahasa jawa pada kehidupan
sehari–hari. Bahasa jawa yang digunakan dibedakan menurut lawan bicara yang
dihadapi, misalnya untuk berbicara dengan orang atau teman sebaya menggunakan
bahasa jawa ngoko, sedangkan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua
dipergunakan bahasa jawa kromo atau bahasa jawa yang lebih halus tingkatannya
daripada bahasa jawa ngoko.
Selain bahasa jawa, terkadang penduduknya juga menggunakan bahasa
Indonesia.Bahasa Indonesia biasanya digunakan dalam acara yang bersifat resmi atau
berada dalam suatu lembaga yang resmi, seperti ketika berbicara dengan guru dalam
kelas.
D. Sistem Religi
Dalam sistem religi, jarang sekali ditemui masyarakat yang menganut aliran
kepercayaan tertentu. Masyarakatnya keseluruhan beragama islam yang terbagi atas
warga Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Namun mereka tetap hidup rukun
meskipun ada sedikit perbedaan dalam ritual keagamaan.
Mereka masih menganut adat Jawa, disini dapat terlihat dari kehidupan sehari–
hari seperti tahlil dan do’a untuk orang yang sudah meninggal. Hal ini dilakukan
selama 7 hari berturut- turut setelah meninggalnya, dilanjutkan 40 harinya, 100 hari
sampai 1000 harinya. Mereka menyerahkan semua urusan dunia dan akhirat kepada
Tuhan Yang Maha Esa termasuk urusan hidup dan mati.
Dalam menyambut hari-hari besar agama islam, mereka juga melakukan
selamatan. Seperti ketika akan menyambut hari raya idul fitri dan idul adha mereka
melakukan selamatan dengan membaca tahlil dan do’a bersama-sama dan membuat
jajanan khusus yaitu apem. Jajanan apem sendiri diambil dari kata afwun yang artinya
pengampunan. Jadi, jajan apem dimaknai sebagai ampunan dari Tuhan Yang Maha
Esa, sehingga pada waktu pelaksanaan hari raya idul fitri dan idul adha mereka sudah
mendapat ampunan dari Tuhan Yang Maha Esa dan bisa melaksanakan ritual
keagamaan dengan khusuk.
Selain itu mereka juga melakukan selamatan pada saat Maulid Nabi
Muhammad SAW, 10 Muharram, 15 Sya’ban atau nisfu sya’ban, 27 Rajab dan hari-
hari besar lainnya.Para penduduk secara sukarela membawa berbagai macam
makanan dan buah-buahan, makanan tersebut diletakkan di serambi masjid kemudian
penduduk duduk saling berhadapan di depan makanan-makanan itu, setelah pemuka
agama membacakan doa para penduduk berebut untuk mendapatkan berbagai
makanan yang ada. Mereka selalu rutin melakukan selamatan tersebut setiap
tahunnya.

E. Sistem Ekonomi
Matapencaharian masyarakat desa Cendana kini memang berbeda. Berdasarkan
data pekerja di pabrik-pabrik industri bulu mata, kayu, minuman mineral dan pabrik
industri lain yang sebagian besar berada di kecamatan Padamara, terdapat sekitar 54
pekerja yang rata-rata perempuan dari desa Cendana. Itu membuktikan, sebanyak
43 % pemuda-pemudi yang tidak melanjutkan sekolah akan bekerja di pabrik
industri-industri tersebut. Belum lagi produksi bulu mata yang dapat dikerjakan
dirumah. Hal ini tentu dapat mengurangi pengangguran serta mengubah mayoritas
matahpencaharian desa Cendana yang semula petani (Sekarang hanya orang-orang 40
tahunan) menjadi buruh Pabrik. Selain petani dan buruh pabrik, sebagian kecil juga
bermatapencaharian sebagai pedagang. Pedagang dalam skala kecil dan menengah.
Pedagang ini biasanya memperoleh barang dagangannya dari kabupaten sebelah
(Banyumas) karena akses jalan yang lebih mudah, serta harga yang lebih terjangkau
(selisih 0,78 % menurut survey). Ini seharusnya menjadi PR pemerintahan
Purbalingga untuk segera membangun akses jalan yang baik namun tanpa merusak
alam seperti kejadian di jalan dusun Cendana. Namun, walaupun begitu, sebagian
orang juga masih setia berbelanja di pasar tradisional kabupaten sendiri yang letaknya
jauh di pusat kecamatan kutasari dan jalan yang rusak.

 Masalah Kemiskinan
Kemiskinan di desa Cendana memang berangsur-angsur turun seiring dengan
meningkatnya produktifitas SDM yang semakin meningkat. Namun
adakalanya BLT dan Beasiswa BOS tidak tepat sasaran.

F. Sistem Teknologi
Dalam kehidupan sehari- hari, mereka sudah menggunakan peralatan modern.
Dalam bidang pertanian, alat – alat yang digunakan sudah sedemikian modern. Dalam
membajak sawah misalnya, petani tidak lagi menggunakan tenaga kerbau tetapi telah
beralih ke traktor dan alat – alat pertanian lain yang juga modern. Selain itu
para peternak disini juga sudah menggunakan kendaraan motor dalam mencari pakan
ternak, mereka sudah tidak berjalan kaki lagi .
Dalam bidang trasportasi, untuk menuju dan keluar desa ini dapat ditempuh
dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Bahkan hampir setiap rumah
sudah memiliki kendaraan bermotor. Untuk Ibu rumah tangga dalam memasak juga
sudah menggunakan alat-alat yang terbuat dari logam seperti magic com, panci dan
penggorengan serta menggunakan kompor dengan bahan bakar minyak atau gas
(LPG).

G. Sistem Pengetahuan
 Masalah Sosial
Tak begitu sering terjadi masalah sosial. Mungkin hanya percekcokan antar tetangga
atau perorangan serta remaja-remaja yang gila dangdut dan perkelahian umum. Jadi
secara keseluruhan desa Cendana aman.
 Pendidikan
Pendidikan di desa Cendana memang belum menjadi yang utama bagi sebagian
orang. Ini dibuktikan dengan sedikitnya anak yang akan melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinngi. Namun keadaan ini berangsur-angsur membaik. Walaupun ada beberapa
orang yang tak bisa melanjutkan karena alasan ekonomi. Seperti tidak mampu
mendaftar ulang yang terlalu mahal. Adapun daftar sekolah di desa Cendana :
1. RA Diponegoro Cendana di dusun Bogoan grumbul Bogoan Wetan
2. Paud Ummi Aiman di dusun Bogoan grumbul Bogoan Kulon
3. TK Pertiwi Cendana di dusun Cendana
4. SD Negeri 2 Cendana di dusun Bogoan grumbul Bogoan Wetan
5. Cabang SD Negeri 2 Cendana (SD Negeri 3 Cendana) di dusun Purwadadi
6. SD Negeri 1 Cendana di dusun Cendana
7. MI P2A Cendana di dusun Karangcengis grumbul Karangcengis
8. SMP Negeri 4 Kutasari di dusun Cendana

H. Kesenian
Di Desa Cendana ini kesenian yang ada banyak sekali jumlahnya. Kesenian
yang masih ada hingga sekarang diantaranya kesenian jaranan, kesenian Kentongan,
Calung Renteng dan lain lain. Kesenian Kentongan sangat sering di tampilkan bahkan
di setiap dusun pun memiliki grup kesenian kentongan. Kesenian Kentongan
Termasuk salah satu kesenian di sini yang paling di gemari.

I. Organisasi Sosial
Organisasi yang ada di Desa Cendana ini banyak sekali macamnya. Dalam
menjaga rasa kebersamaan dan kekeluargaan, dibentuk organisasi-organisasi seperti
Karang Taruna untuk para pemuda sebagai generasi penerus dan Remas bagi para
remaja yang aktif dalam kegiatan kerohanian Islam.Selain ada organisasi untuk para
remaja, juga ada organisasi untuk para penduduk bahkan ada pula organisasi untuk
para ibu.dan ada juga untuk para petani yang ada di desa Cendana.
a. Organisasi untuk remaja diantaranya :
 Karang taruna
 Remas ( Remaja Masjid)
 IPNU-IPPNU
b. Organisasi untuk penduduk Desa diantaranya :
 LPM ( Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)
 LKM ( Lembaga Keswadayaan Masyarakat)
 PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)
 Kelompok Tani
BAB III
KESIMPULAN

Setiap desa atau daerah pasti mempunyai budaya dan ciri khas sendiri-sendiri
yang membuat daerah itu berbeda dengan daerah lainnya, baik itu berupa kesenian,
makanan khas, bahasa daerah, maupun adat istiadat.Setiap desa juga pasti mempunyai
sejarahtersendiri mengenai bagaimana terbentuknya Desa mereka dan dari mana asal
warga mereka yang sekarang bermukim di Desa tersebut.
Keanekaragaman tersebut merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha
Esa yang tak ternilai harganya.Kita wajib bersyukur dan berusaha menjaga
kelestariannya agar tidak punah ditelan zaman.Semua kekayaan itu tidak patut
dibeda-bedakan dan dipermasalahkan, kita wajib menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa agar tidak terpecah belah sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika.Kita sebagai
mahasiswa dan generasi penerus bangsa harus mencintai dan melestarikan
kebudayaan daerah dan nasional di tengah-tengah era globalisasi ini, agar anak cucu
kita kelak bisa mengetahui dan mengenal budayannya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai