Anda di halaman 1dari 31

HIV DENGAN PRURITIC PAPULAR ERUPTION

Sukiswanti Andryana Sari SN


1913020024

Pembimbing :
dr. Lucky Handaryati, Sp.KK
ILUSTRASI KASUS

Identitas
 Nama : Ny. EP
 Umur : 54 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Alamat : Pungkursari 4C Kec. Sidorejo, Kab. Semarang.
 Tanggal Periksa : 03 Februari 2021
 Status Pernikahan : Sudah menikah
ANAMNESIS

Keluhan utama

• Bercak kemerahan dan gatal pada kedua tangan dan kaki

Riwayat Penyakit Sekarang

• Pasien datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan bercak kemerahan dan gatal pada
kedua tangan dan kaki. Keluhan sudah dirasakan ± sejak >2 tahun. Awalnya
keluhan gatal tersebut dirasakan pada bagian leher kemudian bertambah banyak ke
kedua tangan dan tungkai. Bercak kemerahan tersebut disertai adanya penonjokan
diatas permukaan kulit. Awalnya lesi seperti digigit nyamuk, ukuran diameternya
sekitar ± 1 cm yang dirasakan sangat gatal. Kemudian pasien menggaruk dengan
menggunakan kuku dan kadang dengan ditepuk-tepuk saja untuk mengurangi
gatalnya. Gatal dirasakan pada setiap waktu. Seiring jalannya waktu bercak
kemerahan tersebut memudar menjadi kehitaman. Mual (-), muntah (-), pusing (-),
demam (-), BAK & BAB dbn.
Riwayat Penyakit Dahulu

• Pasien telah terdiagnosis HIV ± sejak tahun 2017


• Riwayat kandidiasis oral (+)
• Riwayat operasi (-)
• Riwayat Hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung (-), Alergi (-), Asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

• Keluhan serupa disangkal


• Riwayat Hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung (-), Alergi (-), Asma (-)

Riwayat Sosial Ekonomi

• Pasien sekarang tidak bekerja, merokok (-), alkohol (-), NAPZA (-), riwayat
pemakaian tatto (-), riwayat transfuse (-), riwayat berhubungan sex bebas disangkal,
tahun 2016 pasien pernah bekerja sebagai perawat, pasien tidak menggunakan
asuransi kesehatan.
PEMERIKSAAN
FISIK
 Vital Sign : Tekanan Darah 117/80
mmHg, HR 80x/menit, RR
18x/menit.
 Status General : Dalam batas normal
 Status Dermatologi
 Lokasi : brachii dan antebrachia
sinistra
 Distribusi : distribusi lesi yang
diskret
 Bentuk : bulat
 Batas : tegas
 Efloresensi : Tampak papula
eritematosa multiple di
ekstremitas atas.
 Kelainan selaput/mukosa : Tidak ditemukan kelainan
 Kelainan mata : Tidak ditemukan kelainan
 Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan
 Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan
 Pembesaran KGB : Tidak ada
 Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING KERJA

 Eosinophilic Folliculitis HIV Stadium 2 dengan Pruritic


(EF) Papular Eruption
 Staphylococcal Folliculitis
 Erupsi Obat
 Skabies
PENATALAKSANAAN

 Umum :
 Hindari menggaruk
 Menggunakan obat secara teratur
 Dan melalukan kontrol kembali jika obat telah habis
 Khusus :
 Loratadin tab 10mg 1x1
 Krim Desoxymethasone 3x1
 Mecobalamin cap 500 μg 1x1
 Duviral 2x1
 Neviral 2x1
PROGNOSIS  Quo ad sanam : dubia ad malam
 Quo ad vitam : dubia ad malam
 Quo ad fungsionam : dubia ad malam
 Quo ad kosmetikum : dubia ad malam
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)

 HIV adalah retrovirus (famili lentivirus) yang menyebabkan Acquired


immunodeficiency syndrome (AIDS).
 HIV dapat menyebar melalui cairan tubuh dan memiliki cara yang khas dalam
DEFINISI menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia, terutama sel-T atau sel CD4.
 AIDS  sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya
sistem kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV.
 AIDS adalah gejala pada penderita HIV seropositif dengan jumlah sel-T
CD4+ dibawah 200/μL.
Masuknya virus HIV ke dalam tubuh, dapat melalui hubungan seksual, cairan
tubuh atau jarum suntik yang tercemar HIV & transfuse darah.

HIV menginfeksi system imun terutama sel limfosit CD4 & menimbulkan
destruksi sel tsb. HIV dapat berada laten dalam sel imun & dapat sewaktu-
waktu aktif kembali.

PATOGENESIS
Replikasi virus di dalam sel menimbulkan kematian sel & menyebar juga
limfosit yang tidak terinfeksi, defisiensi imun & AIDS.

Bila sel CD4 turun <100 μL, infeksi oportunistik & terjadinya keganasan
meningkat.
GAMBARAN KLINIS
MANIFESTASI KULIT PADA PENDERITA HIV

 Manifestasi kulit pada infeksi HIV bisa berupa keganasan (sarkoma kaposi, karsinoma sel skuamosa),
noninfeksi maupun infeksi yang disebabkan oleh virus (HSV, HZV, moluskum kontagiosum), bakteri,
(impetigo, folikulitis dan furunkulosis), jamur (oral candidiasis) dan parasit lainnya.
 Kelainan kulit pada penderita hampir selalu muncul pada perjalanan infeksi HIV sebagai akibat dari
penurunan sistem kekebalan tubuh.
 Salah satu kelainan kulit noninfeksi yang dapat terjadi pada penderita HIV adalah Pruritic papular
eruption.
PRURITIC PAPULAR ERUPTION (PPE)

 PPE merupakan salah satu manifestasi kulit yang sering terdapat pada
penderita dengan infeksi HIV.
 Kondisi ini ditandai dengan adanya gatal yang disertai dengan papul atau
DEFINISI
pustul steril yang terdapat di batang tubuh, wajah, dan ekstremitas dengan
derajat yang bervariasi.
 PPE menyebabkan kondisi gatal yang hebat dan menahun sehingga dapat
mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Insiden PPE 11-46% kasus yang dilaporkan dari Haiti dan Afrika.

PPE ditemukan pada 62 orang dari 134 kasus HIV (46%) di Haiti. Prevalensi PPE di
EPIDEMIOLOGI negara lain bervariasi, 11,7% di Brazil & 26,6-51,2% di Thailand.

Tahun 2014 di Surabaya, penderita HIV/AIDS sebanyak 751 penderita, dan 116
penderita (15,4%) mengalami PPE, dengan kelompok usia terbanyak 25-44 tahun,
penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.

Umumnya PPE terjadi pada penderita dengan infeksi HIV dengan hitung CD4 rendah.
Bertambah rendahnya hitung CD4 akan menambah beratnya PPE yang terjadi.
ETIO
Adanya gangguan dan respon berlebih terhadap faktor eksogen seperti gigitan
PATOGENESIS artropoda diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya PPE.

Erupsi yang terjadi pada PPE  suatu reaksi hipersensitivitas yang


menyeluruh terhadap saliva serangga, dan berhubungan dengan
imunodefisiensi.

Diduga PPE dapat terjadi karena respon imunitas seluler abnormal dari pejamu
terhadap proses infeksi, misalnya skabies, Folliculorum demodex, atau
Staphylococcus aureus.

Infeksi HIV sendiri dapat menyebabkan kerentanan terhadap terjadinya


pruritus. Mekanisme pruritus meliputi disregulasi imun, pergeseran profil
sitokin Th2 yang dominan, sehingga menyebabkan eosinofilia dan peningkatan
kadar IgE.
PRURITIC PAPULAR
 Lesi primer ERUPTION
PPE pada penderita HIV berupa papul eritematosa dengan diameter
3-5mm, dengan distribusi lesi yang diskret, yang lama kelamaan akan memudar
warnanya.
 Lesi PPE 95% pada daerah ekstensor, yaitu pada lengan, kaki dan dorsum
manus, tetapi tidak pada telapak tangan atau kaki.
GAMBARAN
 terdistribusi secara simetris pada tubuh disertai dengan rasa gatal yang sangat,
KLINIS walaupun seiring jalannya waktu lesi papul tersebut akan memudar.
 Papul bisa berkumpul membentuk gambaran papul urtikarial, namun tidak
berkonfluen membentuk plak.
 Seringkali pada penderita nampak ekskoriasi karena garukan yang menimbulkan
jaringan parut lebih lanjut.
 Pada penderita dengan kulit gelap, hiperpigmentasi paska inflamasi sering
nampak sebagai salah satu manifestasi lebih lanjut PPE.
 Semakin rendah jumlah hitung CD4+ pada penderita HIV/AIDS berhubungan
dengan peningkatan insidensi PPE.
A. Lesi PPE berupa papul B. Gambaran lesi papul disertai C. Lesi papul berkrusta disertai
eritematosa yang nampak di ekskoriasi multipel dan gambaran likenifikasi pada
ekstremitas bawah. likenfikasi pada ekstremitas wajah penderita PPE
atas.
Eosinophilic folliculitis

DIAGNOSIS Erupsi Obat


BANDING
Staphylococcal folliculitis

Skabies
DIAGNOSIS

Ditegakkan berdasarkan gambaran klinis berupa lesi papul eritematosa dengan


distribusi diskret, yang terletak di area ekstremitas kemudian bisa menyebar ke
badan dengan disertai keluhan subjektif gatal yang kronis.

Diagnosis pasti PPE dapat ditegakkan berdasarkan gambaran


histopatologi yaitu adanya infiltrat inflamasi yang terdiri dari limfosit, dan
sejumlah eosinofil dengan distribusi di perivaskular. Eosinofil yang ada
dapat menyebar ke pertengahan dermis, dan tanpa adanya keterlibatan
folikular.
PENGOBATAN PRURITIC PAPULAR ERUPTION

Terapi lini pertama  Steroid topikal, emolien dan antihistamin oral.

Terapi UVB (ultraviolet B) yang dilakukan tiga kali seminggu, pada sebuah laporan kasus
menunjukkan hasil yang secara signifikan menurunkan gejala gatal dan dapat memperbaiki keluhan
secara kosmetik.

Pentoksifilin 400mg yang diberikan tiga kali sehari terbukti memperbaiki keluhan pruritus.

Pada kondisi dimana terapi UVB tidak tersedia, para ahli merekomendasikan penggunaan terapi ARV
segera dengan kombinasi steroid topikal potensi sedang hingga tinggi dan antihistamin oral untuk
menurunkan gejala klinis PPE.
 Prognosis sangat tergantung kondisi pasien saat
PROGNOSIS
datang dan pengobatan. Terapi hingga saat ini
adalah untuk memperpanjang masa hidup,
belum merupakan terapi definitif, sehingga
prognosis pada umumnya dubia ad malam.
DISKUSI

ANAMNESIS TEORI
• Perempuan 54 tahun datang dengan keluhan bercak • PPE ditandai dengan adanya gatal yang disertai
kemerahan dan gatal pada kedua tangan dan kaki. dengan papul atau pustul steril yang terdapat di batang
Keluhan sudah dirasakan ± sejak >2 tahun. tubuh, wajah, dan ekstremitas dengan derajat yang
• Awalnya gatal dirasakan pada bagian leher kemudian bervariasi.
bertambah banyak ke kedua tangan dan tungkai. • Keluhan penderita HIV dengan lesi primer PPE berupa
• Bercak kemerahan disertai adanya penonjokan diatas papul eritematosa dengan diameter 3-5mm, dengan
permukaan kulit. Awalnya lesi seperti digigit nyamuk, distribusi lesi yang diskret, yang lama kelamaan akan
ukuran diameternya sekitar ± 1 cm yang dirasakan memudar warnanya.
sangat gatal. Kemudian pasien menggaruk dengan • Lesi terdistribusi secara simetris pada tubuh disertai
menggunakan kuku dan kadang dengan ditepuk-tepuk dengan rasa gatal yang sangat, walaupun seiring
saja untuk mengurangi gatalnya. jalannya waktu lesi papul tersebut akan memudar.
• Gatal dirasakan setiap waktu. Seiring jalannya waktu • Pada penderita dengan kulit gelap, hiperpigmentasi
bercak kemerahan tersebut memudar menjadi paska inflamasi sering nampak sebagai salah satu
kehitaman. manifestasi lebih lanjut PPE.
• Mual (-), muntah (-), pusing (-), demam (-), BAK & • Papul bisa berkumpul membentuk gambaran papul
BAB dbn. urtikarial, namun tidak berkonfluen membentuk plak.
DISKUSI
PEMERIKSAAN FISIK TEORI
• Status dermatologikus pada region • Gambaran klinis berupa lesi papul eritematosa dengan distribusi
ekstremitas atas sinistra tampak efloresensi diskret, yang terletak di area ekstremitas kemudian bisa
papula eritematosa multiple, distribusi lesi menyebar ke badan dengan disertai keluhan subjektif gatal yang
yang diskret, bentuk bulat, batas tegas. kronis.
• Lesi PPE 95% pada daerah ekstensor, yaitu pada lengan, kaki
dan dorsum manus, tetapi tidak pada telapak tangan atau kaki.
DISKUSI
TATALAKSANA TEORI
 Loratadin tab 10mg 1x1  Terapi lini pertama  Steroid topikal, emolien dan antihistamin oral.
 Krim Desoxymethasone 3x1  AZT -3TC (Duviral ®) Diberikan 2x sehari dengan interval 12 jam
 Mecobalamin cap 500 μg 1x1  Duviral® (Zidovudine/AZT & Lamivudine/3TC)  disebut sebagai analog
 Duviral 2x1 nukleosida atau nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI). Obat
 Neviral 2x1 golongan ini menghambat enzim reverse transcriptase. Enzim ini mengubah
bahan genetik (RNA) HIV menjadikannya bentuk DNA. Ini harus terjadi
sebelum kode genetik HIV dapat dimasukkan ke kode genetik sel yang
terinfeksi HIV.
 AZT + 3TC + NVP  (Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine)
merupakan panduan terapi retroviral.
Pruritic papular eruption (PPE)  salah satu manifestasi
kulit yang umum terjadi pada penderita infeksi
HIV/AIDS.
KESIMPULAN
Berupa lesi papul eritematosa diskret yang tersebar terutama di
area ekstremitas, yang kemudian dapat menyebar ke batang
tubuh, disertai rasa gatal yang hebat dan kronis.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis Terapi sinar UVB dan penggunaan obat anti
tersebut & dikonfirmasi dengan pemeriksaan retroviral (ARV) dapat digunakan sebagai salah
histopatologi berupa infiltrat inflamasi yang terdiri satu terapi yang secara signifikan memperbaiki
dari limfosit, dan sejumlah eosinofil dengan kondisi klinis PPE.
distribusi di perivaskular.
DAFTAR
PUSTAKA

1. Idele, P., Gillespie, A. HIV and AIDS Among Adolescent: Current Status, Inequities, and Data Gaps. J Acquir Immune Defic Syndr. 2014. 1 July
2014; p.1-10.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Guidelines for the prevention and treatment of opportunistic infections among HIV-exposed and
HIV-infected children: recommendations from CDC, the National Institutes of Health, the HIV Medicine Association of the Infectious Diseases
Society of America, the Pediatric Infectious Diseases Society, and the American Academy of Pediatrics. MMWR. 2009; 58(RR04): 1-173.
3. Fauci, A., Lane, H.C. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and Related Disorders. In : Longo D, Fauci A, Fauci A, Kasper D,
Braunwald E, Hause S,Jameson J Loscalzo.Harrison’s Principles of Internal Medicine.18th ed. United States of America: McGraw-Hill. 2011
p241-50.
4. Resneck, J.S.Jr., Van Beek, M., Furmanski, L., Oyugi, J., LeBoit, P.E., Katabira, E. Etiology of pruritic papular eruption with HIV infection in
Uganda. JAMA. 2004;292:2614-21.
5. Lowe, S., Ferrand, R.A., Morris-Jones, R. Skin disease among human immunodeficiency virus-infected adolescent in zimbabwe: a strong
indicator of underlying HIV infection. Pediatr Infec Dis J. 2010;4:346-51.
6. Colebunders, R., Mann, J.M, Francis, H., Bila, K., Izaley, L., Kakonde, N., Hood, A.F., Quinn, T.C., Gigase, P., Van Marck, E. Generalized Pruritic
Papular Eruption in African patients with human immunodeficiency virus infection. AIDS. 1987;1:117-21.
7. Farsani, T., Kore, S., Nadol, P., et al. Etiology and risk factors associated with a pruritic papular eruption in people living with HIV in India. J
Inter AIDS 2013; 16 (17325): 1-6.
8. Eisman, S. Pruritic papular eruption in HIV. Dermatol Clin. 2006;24:449-57
9. Afonso, J.P.J.M., Tomimori, J., Michalany, NS., Nonogaki, S., Porro, A.M. Pruritic papular eruption and eosinophilic folliculitis associated with
human immunodeficiency virus (HIV) infection: A histopathological and immunohistochemical comparative study. Journal of the American
Academy of Dermatology. 2012; 67(2): 269–75.

Anda mungkin juga menyukai