Pembimbing :
dr. Lucky Handaryati, Sp.KK
ILUSTRASI KASUS
Identitas
Nama : Ny. EP
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pungkursari 4C Kec. Sidorejo, Kab. Semarang.
Tanggal Periksa : 03 Februari 2021
Status Pernikahan : Sudah menikah
ANAMNESIS
Keluhan utama
• Pasien datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan bercak kemerahan dan gatal pada
kedua tangan dan kaki. Keluhan sudah dirasakan ± sejak >2 tahun. Awalnya
keluhan gatal tersebut dirasakan pada bagian leher kemudian bertambah banyak ke
kedua tangan dan tungkai. Bercak kemerahan tersebut disertai adanya penonjokan
diatas permukaan kulit. Awalnya lesi seperti digigit nyamuk, ukuran diameternya
sekitar ± 1 cm yang dirasakan sangat gatal. Kemudian pasien menggaruk dengan
menggunakan kuku dan kadang dengan ditepuk-tepuk saja untuk mengurangi
gatalnya. Gatal dirasakan pada setiap waktu. Seiring jalannya waktu bercak
kemerahan tersebut memudar menjadi kehitaman. Mual (-), muntah (-), pusing (-),
demam (-), BAK & BAB dbn.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien sekarang tidak bekerja, merokok (-), alkohol (-), NAPZA (-), riwayat
pemakaian tatto (-), riwayat transfuse (-), riwayat berhubungan sex bebas disangkal,
tahun 2016 pasien pernah bekerja sebagai perawat, pasien tidak menggunakan
asuransi kesehatan.
PEMERIKSAAN
FISIK
Vital Sign : Tekanan Darah 117/80
mmHg, HR 80x/menit, RR
18x/menit.
Status General : Dalam batas normal
Status Dermatologi
Lokasi : brachii dan antebrachia
sinistra
Distribusi : distribusi lesi yang
diskret
Bentuk : bulat
Batas : tegas
Efloresensi : Tampak papula
eritematosa multiple di
ekstremitas atas.
Kelainan selaput/mukosa : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan mata : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan
Pembesaran KGB : Tidak ada
Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING KERJA
Umum :
Hindari menggaruk
Menggunakan obat secara teratur
Dan melalukan kontrol kembali jika obat telah habis
Khusus :
Loratadin tab 10mg 1x1
Krim Desoxymethasone 3x1
Mecobalamin cap 500 μg 1x1
Duviral 2x1
Neviral 2x1
PROGNOSIS Quo ad sanam : dubia ad malam
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad kosmetikum : dubia ad malam
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)
HIV menginfeksi system imun terutama sel limfosit CD4 & menimbulkan
destruksi sel tsb. HIV dapat berada laten dalam sel imun & dapat sewaktu-
waktu aktif kembali.
PATOGENESIS
Replikasi virus di dalam sel menimbulkan kematian sel & menyebar juga
limfosit yang tidak terinfeksi, defisiensi imun & AIDS.
Bila sel CD4 turun <100 μL, infeksi oportunistik & terjadinya keganasan
meningkat.
GAMBARAN KLINIS
MANIFESTASI KULIT PADA PENDERITA HIV
Manifestasi kulit pada infeksi HIV bisa berupa keganasan (sarkoma kaposi, karsinoma sel skuamosa),
noninfeksi maupun infeksi yang disebabkan oleh virus (HSV, HZV, moluskum kontagiosum), bakteri,
(impetigo, folikulitis dan furunkulosis), jamur (oral candidiasis) dan parasit lainnya.
Kelainan kulit pada penderita hampir selalu muncul pada perjalanan infeksi HIV sebagai akibat dari
penurunan sistem kekebalan tubuh.
Salah satu kelainan kulit noninfeksi yang dapat terjadi pada penderita HIV adalah Pruritic papular
eruption.
PRURITIC PAPULAR ERUPTION (PPE)
PPE merupakan salah satu manifestasi kulit yang sering terdapat pada
penderita dengan infeksi HIV.
Kondisi ini ditandai dengan adanya gatal yang disertai dengan papul atau
DEFINISI
pustul steril yang terdapat di batang tubuh, wajah, dan ekstremitas dengan
derajat yang bervariasi.
PPE menyebabkan kondisi gatal yang hebat dan menahun sehingga dapat
mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Insiden PPE 11-46% kasus yang dilaporkan dari Haiti dan Afrika.
PPE ditemukan pada 62 orang dari 134 kasus HIV (46%) di Haiti. Prevalensi PPE di
EPIDEMIOLOGI negara lain bervariasi, 11,7% di Brazil & 26,6-51,2% di Thailand.
Tahun 2014 di Surabaya, penderita HIV/AIDS sebanyak 751 penderita, dan 116
penderita (15,4%) mengalami PPE, dengan kelompok usia terbanyak 25-44 tahun,
penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.
Umumnya PPE terjadi pada penderita dengan infeksi HIV dengan hitung CD4 rendah.
Bertambah rendahnya hitung CD4 akan menambah beratnya PPE yang terjadi.
ETIO
Adanya gangguan dan respon berlebih terhadap faktor eksogen seperti gigitan
PATOGENESIS artropoda diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya PPE.
Diduga PPE dapat terjadi karena respon imunitas seluler abnormal dari pejamu
terhadap proses infeksi, misalnya skabies, Folliculorum demodex, atau
Staphylococcus aureus.
Skabies
DIAGNOSIS
Terapi UVB (ultraviolet B) yang dilakukan tiga kali seminggu, pada sebuah laporan kasus
menunjukkan hasil yang secara signifikan menurunkan gejala gatal dan dapat memperbaiki keluhan
secara kosmetik.
Pentoksifilin 400mg yang diberikan tiga kali sehari terbukti memperbaiki keluhan pruritus.
Pada kondisi dimana terapi UVB tidak tersedia, para ahli merekomendasikan penggunaan terapi ARV
segera dengan kombinasi steroid topikal potensi sedang hingga tinggi dan antihistamin oral untuk
menurunkan gejala klinis PPE.
Prognosis sangat tergantung kondisi pasien saat
PROGNOSIS
datang dan pengobatan. Terapi hingga saat ini
adalah untuk memperpanjang masa hidup,
belum merupakan terapi definitif, sehingga
prognosis pada umumnya dubia ad malam.
DISKUSI
ANAMNESIS TEORI
• Perempuan 54 tahun datang dengan keluhan bercak • PPE ditandai dengan adanya gatal yang disertai
kemerahan dan gatal pada kedua tangan dan kaki. dengan papul atau pustul steril yang terdapat di batang
Keluhan sudah dirasakan ± sejak >2 tahun. tubuh, wajah, dan ekstremitas dengan derajat yang
• Awalnya gatal dirasakan pada bagian leher kemudian bervariasi.
bertambah banyak ke kedua tangan dan tungkai. • Keluhan penderita HIV dengan lesi primer PPE berupa
• Bercak kemerahan disertai adanya penonjokan diatas papul eritematosa dengan diameter 3-5mm, dengan
permukaan kulit. Awalnya lesi seperti digigit nyamuk, distribusi lesi yang diskret, yang lama kelamaan akan
ukuran diameternya sekitar ± 1 cm yang dirasakan memudar warnanya.
sangat gatal. Kemudian pasien menggaruk dengan • Lesi terdistribusi secara simetris pada tubuh disertai
menggunakan kuku dan kadang dengan ditepuk-tepuk dengan rasa gatal yang sangat, walaupun seiring
saja untuk mengurangi gatalnya. jalannya waktu lesi papul tersebut akan memudar.
• Gatal dirasakan setiap waktu. Seiring jalannya waktu • Pada penderita dengan kulit gelap, hiperpigmentasi
bercak kemerahan tersebut memudar menjadi paska inflamasi sering nampak sebagai salah satu
kehitaman. manifestasi lebih lanjut PPE.
• Mual (-), muntah (-), pusing (-), demam (-), BAK & • Papul bisa berkumpul membentuk gambaran papul
BAB dbn. urtikarial, namun tidak berkonfluen membentuk plak.
DISKUSI
PEMERIKSAAN FISIK TEORI
• Status dermatologikus pada region • Gambaran klinis berupa lesi papul eritematosa dengan distribusi
ekstremitas atas sinistra tampak efloresensi diskret, yang terletak di area ekstremitas kemudian bisa
papula eritematosa multiple, distribusi lesi menyebar ke badan dengan disertai keluhan subjektif gatal yang
yang diskret, bentuk bulat, batas tegas. kronis.
• Lesi PPE 95% pada daerah ekstensor, yaitu pada lengan, kaki
dan dorsum manus, tetapi tidak pada telapak tangan atau kaki.
DISKUSI
TATALAKSANA TEORI
Loratadin tab 10mg 1x1 Terapi lini pertama Steroid topikal, emolien dan antihistamin oral.
Krim Desoxymethasone 3x1 AZT -3TC (Duviral ®) Diberikan 2x sehari dengan interval 12 jam
Mecobalamin cap 500 μg 1x1 Duviral® (Zidovudine/AZT & Lamivudine/3TC) disebut sebagai analog
Duviral 2x1 nukleosida atau nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI). Obat
Neviral 2x1 golongan ini menghambat enzim reverse transcriptase. Enzim ini mengubah
bahan genetik (RNA) HIV menjadikannya bentuk DNA. Ini harus terjadi
sebelum kode genetik HIV dapat dimasukkan ke kode genetik sel yang
terinfeksi HIV.
AZT + 3TC + NVP (Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine)
merupakan panduan terapi retroviral.
Pruritic papular eruption (PPE) salah satu manifestasi
kulit yang umum terjadi pada penderita infeksi
HIV/AIDS.
KESIMPULAN
Berupa lesi papul eritematosa diskret yang tersebar terutama di
area ekstremitas, yang kemudian dapat menyebar ke batang
tubuh, disertai rasa gatal yang hebat dan kronis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis Terapi sinar UVB dan penggunaan obat anti
tersebut & dikonfirmasi dengan pemeriksaan retroviral (ARV) dapat digunakan sebagai salah
histopatologi berupa infiltrat inflamasi yang terdiri satu terapi yang secara signifikan memperbaiki
dari limfosit, dan sejumlah eosinofil dengan kondisi klinis PPE.
distribusi di perivaskular.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Idele, P., Gillespie, A. HIV and AIDS Among Adolescent: Current Status, Inequities, and Data Gaps. J Acquir Immune Defic Syndr. 2014. 1 July
2014; p.1-10.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Guidelines for the prevention and treatment of opportunistic infections among HIV-exposed and
HIV-infected children: recommendations from CDC, the National Institutes of Health, the HIV Medicine Association of the Infectious Diseases
Society of America, the Pediatric Infectious Diseases Society, and the American Academy of Pediatrics. MMWR. 2009; 58(RR04): 1-173.
3. Fauci, A., Lane, H.C. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and Related Disorders. In : Longo D, Fauci A, Fauci A, Kasper D,
Braunwald E, Hause S,Jameson J Loscalzo.Harrison’s Principles of Internal Medicine.18th ed. United States of America: McGraw-Hill. 2011
p241-50.
4. Resneck, J.S.Jr., Van Beek, M., Furmanski, L., Oyugi, J., LeBoit, P.E., Katabira, E. Etiology of pruritic papular eruption with HIV infection in
Uganda. JAMA. 2004;292:2614-21.
5. Lowe, S., Ferrand, R.A., Morris-Jones, R. Skin disease among human immunodeficiency virus-infected adolescent in zimbabwe: a strong
indicator of underlying HIV infection. Pediatr Infec Dis J. 2010;4:346-51.
6. Colebunders, R., Mann, J.M, Francis, H., Bila, K., Izaley, L., Kakonde, N., Hood, A.F., Quinn, T.C., Gigase, P., Van Marck, E. Generalized Pruritic
Papular Eruption in African patients with human immunodeficiency virus infection. AIDS. 1987;1:117-21.
7. Farsani, T., Kore, S., Nadol, P., et al. Etiology and risk factors associated with a pruritic papular eruption in people living with HIV in India. J
Inter AIDS 2013; 16 (17325): 1-6.
8. Eisman, S. Pruritic papular eruption in HIV. Dermatol Clin. 2006;24:449-57
9. Afonso, J.P.J.M., Tomimori, J., Michalany, NS., Nonogaki, S., Porro, A.M. Pruritic papular eruption and eosinophilic folliculitis associated with
human immunodeficiency virus (HIV) infection: A histopathological and immunohistochemical comparative study. Journal of the American
Academy of Dermatology. 2012; 67(2): 269–75.