Anda di halaman 1dari 47

EFUSI PLEURA MASIF SINISTRA ET

CAUSA BRONKOPNEUMONIA

Sukiswanti Andryana Sari SN1913020024


Havidza Rivani 1913020027
Pembimbing :
dr. Aprilludin, Sp. P
LAPORAN KASUS

Identitas
 Nama : Ny. P
 Umur : 78 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Budha
 Pekerjaan : Swasta
 Alamat : Jl. Kesambi 36-42 3/3 Kalicacing Sidomukti Salatiga
 Tanggal Masuk : 9 Januari 2021, Pukul 21.28
ANAMNESIS

Keluhan Utama Riwayat Penyakit Sekarang


(RPS)
Muntah
• Ny. P, perempuan 78 tahun datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan muntah ±
15 kali. Muntah tidak keluar darah & tidak berbuih SMRS. Muntah didahului
dengan perasaan mual dan nyeri perut, pusing (+).
• Pasien juga mengatakan sesak napas sejak ± 2 bulan yll dengan frekuensi jarang.
Namun 3 hari SMRS sesak napas berlangsung terus menerus bertambah berat,
dan tidak disertai suara ngik-ngik. Pasien merasa lebih nyaman bila dalam posisi
tubuh tegak dibandingkan berbaring, nyeri dada (+) tidak menjalar, dan
menggigil.
• Pasien juga mengeluh batuk berdahak putih kental yang dirasakan sepanjang hari,
batuk bertambah berat ketika dimalam hari, batuk darah (-), penurunan nafsu
makan, keringat malam hari (-).
• BAB & BAK dbn, nyeri BAK (-), anyang-anyangan (-).
• Pasien mengatakan gangguan tidur (+), penurunan berat badan (-), demam (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
(RPK)
• Keluarga pasien belum pernah mengalami
keluhan serupa.
Riwayat Penyakit Dahulu • Suami Pasien memiliki riwayat TBC (+).
(RPD) • Riwayat HT (-), DM(-), Penyakit jantung
• Pasien belum pernah mengalami keluhan (-).
serupa sebelumnya. • Alergi (-), Asma (-).
• Riwayat operasi fraktur pada regio
antebrachii ± 2 bulan yll.
• Riwayat trauma thorax (-).
• Riwayat adanya gangguan jiwa.
• Riwayat Hb sering turun. Riwayat Sosial & Ekonomi
• Pasien mengatakan memiliki riwayat
pengeroposan tulang pada lutut. • Merokok (-)
• Riwayat HT (-), DM (-), Penyakit jantung • Alkohol (-)
(-), Alergi (-), Asma (-) • Riwayat tirah baring lama (+).
• Penggunaan obat-obatan anti nyeri (+), ramuan jamu
(-), tato dan transfusi disangkal.
• Pasien tinggal bersama suami dan anaknya.
• Pasien memiliki asuransi kesehatan BPJS.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum Tampak lemas
Kesadaran Compos Mentis (GCS : E4V5M6)
IGD Bangsal
Tekanan Darah : 158/90mmhg Tekanan Darah : 148/102mmhg
Vital Sign / Tanda-Tanda Vital Nadi : 122x/menit Nadi : 89x/menit
Respirasi : 22x/menit Respirasi : 20x/menit
Suhu : 37 0C Suhu : 36,5 0C
: 98% : 92%
Kepala dan Leher
Inspeksi Conjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-), deviasi trakea (-)
Palpasi Pembesaran Limfonodi (-), Trakea teraba di garis tengah, JVP 5±1

Thorax
Pulmo  
Inspeksi Bentuk dada asimetris dimana dada kiri tertinggal saat bernapas, tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk,
ginekomasti (-), spider nevi (-).
Palpasi Vokal fremitus pada hemithoraks sinistra melemah/menurun sedangkan pada hemithoraks dextra normal.

Perkusi Ditemukan dullness/redup pada hemithoraks sinistra dan sonor pada hemithoraks dextra,

Auskultasi Suara vesikuler menurun pada hemithoraks sinistra


Suara ronkhi basah halus : +/-
Wheezing : -/-
Cor  
Inspeksi Pulsasi tidak terlihat
Ictus cordis teraba di SIC V midclavicularis sinistra
Palpasi

Jantung tidak membesar, batas paru-jantung:


 Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Perkusi  Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
 Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
 Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

Auskultasi Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ada bising ataupun suara tambahan jantung

Abdomen
Inspeksi Dinding perut sejajar dinding dada, asites (-), caput medusa (-), striae (-), sikatriks (-)

Auskultasi Bising usus (+) normal, ± 3x/menit

Palpasi Nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, Splenomegaly (-), shifting dullness (-), undulasi
(-)
Perkusi Tympani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Ekstremitas

Inspeksi Ekstremitas atas : Edema (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), clubbing finger (-/-), ikterik (-/-),
Palmar eritem (-/-).
Ekstremitas bawah : Edema (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), clubbing finger (-/-), ikterik (-/-),

Palpasi Pitting edema (-), akral hangat, WPK <2 detik

Genitalia

Inspeksi Tidak dilakukan pemeriksaan


ASSESMENT AWAL

Dyspepsia
Observasi Vomitus
EMERIKSAAN PENUNJANG
EKG (09/01/2021)

normal sinus rhythm


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi

Hemoglobin L 8.3 11.7 – 15.5 gr/dL

Hematokrit L 25.1 33.0 – 45.0 %

Leukosit 7.48 3.60 – 11.00 ribu/ul

Eritrosit L 3.64 3.8 – 5.2 juta/ul

Trombosit H 441 150 – 440 ribu/ul

Hitung Jenis Leukosit


PEMERIKSAAN NLR * <3.13

PENUNJANG ALC * >1500 /ul

LABORATORIUM Index Eritrosit


fL
MCV L 69.0 80.0 – 100.0
(09-01-2021)
MCH L 22.8 26.0 – 34.0 Pg
gr/dL
MCHC 33.1 32.0 – 36.0

Glukosa Darah
Gula Darah Sewaktu 155 Mg/dL

Elektrolit
Natrium (Na) L 123 135 – 147 mmol/L

Kalium (K) 4.7 3.5 – 5.0 mmol/L

Klorida (Cl) L 92 95 - 105 mmol/L


TATALAKSANA

BANGSAL (10/01/2021)
 Inf. Kaen 3B 20tpm
 Inj. Ondansetron 4mg/8 jam
IGD  Inj. Omeprazole 40 mg 2x1
 Inf. NaCl 20tpm  Inj. Ketorolac 30mg
 Inj. Ondansetron 4mg/2ml 3x1  Betahistine mesylate 3x6 mg
 Inj. Omeprazole 40 mg 2x1  Analsik 3x1 tab
 PRC 2 kolf, Premedikasi Inj.
Dexametahason 1 ampul/kolf
 Pro Rontgen Thoraks PA
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi

Hemoglobin L 7.9 11.7 – 15.5 gr/dL

Hematokrit L 24.2 33.0 – 45.0 %

Leukosit 10.98 3.60 – 11.00 ribu/ul

Eritrosit L 3.47 3.8 – 5.2 juta/ul

Trombosit 428 150 – 440 ribu/ul

Hitung Jenis Leukosit


PEMERIKSAAN Eosinofil % L 0.0 1.0 – 3.0 %

PENUNJANG Basofil % 0.1 0–1 %

LABORATORIUM Limfosit % L 3.6 25 – 40 %

%
Monosit % 2.5 2–8
(10-01-2021)
Neutrofil % H 93.8 50 – 70 %

NLR H 26.44 <3.13

ALC L 390 >1500 /ul

Index Eritrosit
MCV L 69.7 80.0 – 100.0 fL

MCH L 22.8 26.0 – 34.0 Pg


gr/dL
MCHC 32.6 32.0 – 36.0

Golongan Darah B
PEMERIKSAAN
Elektrolit
PENUNJANG Natrium (Na) L 121 135 – 147 mmol/L

LABORATORIUM Kalium (K) 4.5 3.5 – 5.0 mmol/L


mmol/L
(10-01-2021) Klorida (Cl) L 92 95 - 105
Calsium (Ca) L 8.3 8.8 – 10.8 mg/dL

Magnesium 1.8 1.6 – 2.4


PEMERIKSAAN
PENUNJANG RONTGEN
THORAKS PA
(11-01-2021)

 Tampak opasitas homogen menyeluruh hemithorax sinistra


dengan pelebaran pleural space sinistra
 Tampak opasitas inhomogen difus pulmo dextra dengan batas tak
tegas dan air bronchogram (+)
 Tak tampak pelebaran pleural space dextra
 Tak tampak pembesaran limfonodi hilus bilateral
 Diafragma dextra licin dan tak mendatar
 Cor, CTR tak valid dinilai, o/k batas kiri tertutup opasitas
 Sistema tulang yang tervisualisasi intak

Kesan :
 Efusi pleura sinistra massif
 Bronchopneumonia dextra
 Besar cor tak valid dinilai
ASSESMENT AKHIR

Efusi Pleura Masif Sinistra et causa bronkopneumonia


dengan anemia
FOLLOW UP
Senin, 11 Januari 2021
S Pasien mengatakan mual (+), muntah berkurang, sesak napas (+), batuk berdahak putih
kental, menggigil, terapasang DC (+) warna urine kuning, BAB dbn.
O
O Tekanan Darah : 150/90mmhg
Nadi : 101x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 370C
: 90%
A Efusi Pleura Masif Sinistra et causa bronkopneumonia dengan anemia
A Efusi Pleura Masif Sinistra et causa bronkopneumonia dengan anemia
P  Inf. Kaen 3B 20tpm
P  Inf. KaenNRM
Oksigen 3B 20tpm
10L
 Oksigen NRM
Inj. Ondansetron10L
4mg/8 jam
 Inj. Ondansetron 4mg/8 jam
Inj. Omeprazole 40mg/12 jam
 Inj. Omeprazole 40mg/12
Inj. Ketorolac 30mg jam
 Inj. Ketorolac3x500mg
Paracetamol 30mg
 Paracetamol 3x500mg3x6 mg
Betahistine mesylate
 Betahistine
Analsik 3x1mesylate
tab 3x6 mg
 Analsik 3x1 tab
Pro CT Scan thoraks dengan kontras
 Pro CT Scan thoraks dengan kontras
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
LABORATORIUM
(11-01-2021)

Kimia Klinik
mg/dL
Ureum H 57 10 - 50

Creatinin H 1.4 0.60 – 1.10 mg/dL


PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT SCAN THORAKS
DENGAN KONTRAS
(12-01-2021)
 Tampak lesi hipodens (6 HU) di cavum pleura sinistra. Pos
pemberian bahan kontras, tak tampak enhancement intralesi
 Corakan bronchovasculer di pulmo dextra tampak
meningkat. Post pemberian bahan kontras, tak tampak
enhancement patologis
 Pulmo sinistra sebagian collaps (31-37 HU). Post
pemberian bahan kontras, tak tampak enhancement
patologis
 Tak tampak pembesaran limfonodii paratracheal paraaorta
 Diafragma dextra et sinistra tampak lancip
 Cor, tak tampak pembesaran chamber jantung
 Tampak kalsifikasi pembesaran chamber jantung
 Tampak kalsifikasi pada dinding aorta thoracalis dengan
caliber aorta ascendens sampai descendens yang melebar
 Tampak skoliotik vertebrae thoracalis dengan gambaran
multiple osteofit disertai penyempitan discus
intervertabralis
 Tak tampak gambaran paravertebralis mass
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT SCAN THORAKS
DENGAN KONTRAS
(12-01-2021)

Kesan :
 Gambaran pleural effusion sinistra massive dengan collaps pulmo sinistra, disertai
gambaran bronchitis di pulmo dextra
 Tak tampak gambaran massa di pulmo sinistra
 Tak tampak gambaran cavitas di pulmo dextra
 Tak tampak limfadenopathy paratracheal dan paraaorta
 Besar cor dalam batas normal dengan gambaran elongation aorta dan aortosclerosis
thoracalis
 Skoliotik vertebrae thoracalis dengan gambaran spondyloarthtritis
 Tak tampak gambaran spondilylitis TB maupun gambaran paravertebral mass
Selasa, 12 Januari 2021
FOLLOW UP S Pasien mengatakan mual (+), muntah (-), sesak napas (+), batuk berdahak, demam (-),
terapasang DC (+) warna urine kuning, BAB dbn.
O
O Tekanan Darah : 148/102mmhg
Nadi : 89x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,4 0C
: 89%
A Efusi Pleura Masif Sinistra et causa bronkopneumonia dengan anemia
A Efusi Pleura Masif Sinistra et causa bronkopneumonia dengan anemia
P  Inf. Kaen 3B 20tpm
P  Inf. KaenNRM
Oksigen 3B 20tpm
10L
 Oksigen NRM 10L
Inj. Ondansetron 4mg/8 jam
 Inj. Inj. Ondansetron 4mg/8 jam
Omeprazole 40mg/12 jam
 Inj. Inj. Omeprazole 40mg/12 jam
Ketorolac 30mg
 Inj.Inj. Ketorolac 30mg5mg/ml
Dexamethason
 Inj. Dexamethason
Paracetamol 3x500mg5mg/ml
 Paracetamol 3x500mg3x6 mg
Betahistine mesylate
 Betahistine
Analsik 3x1mesylate
tab 3x6 mg
 Analsik 3x1pleura/drainase
Pro Pungsi tab cairan pleura
 Pro Pungsi pleura/drainase cairan pleura
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi

Hemoglobin L 10.9 11.7 – 15.5 gr/dL

Hematokrit L 32.2 33.0 – 45.0 %

Leukosit 7.20 3.60 – 11.00 ribu/ul

Eritrosit 4.41 3.8 – 5.2 juta/ul

PEMERIKSAAN Trombosit 400 150 – 440 ribu/ul

PENUNJANG Hitung Jenis Leukosit


%
LABORATORIUM Eosinofil %

Basofil %
L 0.0

0.1
1.0 – 3.0

0–1 %

(12-01-2021) Limfosit % L 8.5 25 – 40 %

Monosit % 7.8 2–8 %

Neutrofil % H 83.7 50 – 70 %

NLR H 9.89 <3.13

ALC L 610 >1500 /ul

Index Eritrosit

MCV L 73.0 80.0 – 100.0 fL

MCH L 24.7 26.0 – 34.0 Pg


gr/dL
MCHC 33.9 32.0 – 36.0
FOLLOW UP
Rabu, 13 Januari 2021
S Pasien mengatakan mual (+), muntah (-), sesak napas berkurang, batuk berdahak,
demam (-), sudah bisa tidur, terapasang DC (+) warna urine kuning, BAB dbn.
O
O Tekanan Darah : 150/90mmhg
Nadi : 101x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6 0C
: 90%
A Efusi Pleura Masif Sinistra et causa bronkopneumonia dengan anemia
A Efusi Pleura Masif Sinistra et causa bronkopneumonia dengan anemia
P  Inf. Kaen 3B 20tpm
P  Inf. Kaen 3B 20tpm
Inj. Ondansetron 4mg/8 jam
 Inj. Ondansetron 4mg/8 jam
Inj. Omeprazole 40mg/12 jam
 Inj. Omeprazole 40mg/12
Inj. Ketorolac 30mg jam
 Inj. Ketorolac3x500mg
Paracetamol 30mg
 Paracetamol 3x500mg3x6 mg
Betahistine mesylate
 Betahistine
Analsik 3x1mesylate
tab 3x6 mg
 Analsik 3x1 tab
Pungsi pleura/drainase cairan pleura ± 1000 cc berwarna kuning (serous-santokrom)
 Pungsi pleura/drainase
Pro Adenosine Deaminase cairan
testpleura ± 1000 ccPleura
(ADA) Cairan berwarna kuning (serous-santokrom)
 Pro Adenosine Deaminase test (ADA) Cairan Pleura
FOLLOW UP
Kamis, 14 Januari 2021
S Pasien mengatakan mual berkurang, muntah (-), sesak napas berkurang, batuk berdahak
berkurang, demam (-), sudah bias tidur, terapasang DC (+) warna urine kuning, BAB
dbn.
O Tekanan Darah : 129/100mmhg
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6 0C
: 92%
A Efusi Pleura Masif Sinistra et causa bronkopneumonia dengan anemia
A Efusi Pleura Masif Sinistra et causa bronkopneumonia dengan anemia
P  Inf. Kaen 3B 20tpm
P  Inf. Kaen 3B 20tpm
Inj. Ondansetron 4mg/8 jam
 Inj. Ondansetron 4mg/8 jam
Inj. Omeprazole 40mg/12 jam
 Inj. Omeprazole 40mg/12
Inj. Ketorolac 30mg jam
 Inj. Ketorolac3x500mg
Paracetamol 30mg
 Paracetamol 3x500mg3x6 mg
Betahistine mesylate
 Betahistine
Analsik 3x1mesylate
tab 3x6 mg
 Analsik
Rencana3x1
BLPLtab
 Rencana BLPL
TINJAUAN PUSTAKA
EFUSI PLEURA MASIF
STRUKTUR ANATOMI PLEURA

 Pleura  membran tipis, halus, dan licin membungkus dinding


anterior toraks dan permukaan superior diafragma.
 Ada 2 lapisan  Pleura parietalis melapisi toraks atau rongga
dada, pleura viseralis melapisi paru-paru  bersatu pada hilus
paru.
 Di antara pleura terdapat ruangan disebut spatium pleura 
mengandung sejumlah kecil cairan pleura yang melicinkan
permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser secara bebas
pada saat ventilasi. Cairan ini terletak antara paru dan thoraks.
 Jumlah normal cairan pleura  10-20 cc pada orang dewasa
STRUKTUR ANATOMI PLEURA

 Fungsi Cairan pleura  memudahkan kedua permukaan


pleura parietalis dan pleura viseralis bergerak selama
pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan
paru.
 Cairan pleura dalam keadaan normal  bergerak dari
kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura kemudian
diserap kembali melalui pleura viseralis.
 Hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan antara
tekanan hidrostatik darah yang cenderung mendorong
cairan keluar dan tekanan onkotik dari protein plasma yang
cenderung menahan cairan agar tetap di dalam.
DEFINISI

 Efusi Pleura akumulasi cairan Efusi Pleura Masif akumulasi


abnormal didalam cavum pleura cairan abnormal pada cavum
yang terjadi karena adanya pleura dengan jumlah besar, yakni
peningkatan produksi cairan ataupun >50% pada gambaran radiologis
karena adanya penurunan absorbsi dan atau memiliki volume diatas
cairan dari permukaan pleura.
600 cc.
EPIDEMIOLOGI

 Tingkat kejadian efusi pleura mencapai 320/100.000 penduduk di


negara-negara industri dan penyebaran etiologi berhubungan
dengan prevalensi penyakit yang mendasarinya.
 Insidensi di Amerika Serikat 13 mencapai 1,5 juta orang setiap
tahunnya.
 Di Indonesia tingginya insidensi berbagai kasus infeksi menjadi
faktor risiko yang paling signifikan dalam menyumbang insidensi
kasus efusi pleura.
 Efusi pleura pada sebagian besar subjek penelitian adalah bersifat
eksudat (87%) dengan penyebab terbesar adalah infeksi dan
malignansi, sisanya sebanyak 13% pasien bersifat transudat.
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI

EFUSI PLEURA EKSUDATIF


EFUSI PLEURA TRANSUDATIF  Terjadinya perubahan permeabilitas membran
 Meningkatnya tekanan kapiler sistemik adalah karena adanya peradangan pada pleura:
 Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner infeksi (pneumonia, tuberculosis), infark paru
atau neoplasma.
 Menurunnya tekanan koloid osmotik
 Kegagalan aliran protein getah bening ini
dalam pleura
(misalnya pada pleuritis tuberkulosa) akan
 Menurunnya tekanan intra pleura. menyebabkan peningkatan konsentrasi protein
cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala efusi pleura antara lain:


 Nyeri dada saat menarik dan membuang nafas
 Batuk
 Demam
 Sesak nafas
 Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,
sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk.
 Jumlah cairan efusi akan menentukan derajat beratnya gejala. Efusi yang
luas akan menyebabkan sesak napas.
DIAGNOSIS

Pemeriksaa Fisik
Anamnesis
 Inspeksi  dada tampak cembung dan gerakan dinding
Umumnya mencakup gejala respiratorik :
dada tampak asimetris.
 nyeri dada sehingga penderita membatasi
 Palpasi  salah satu bagian dada tertinggal, melemah
pergerakan rongga dada dengan bernapas
sampai hilangnya vocal fremitus, serta ruang antar iga
pendek atau tidur miring ke sisi yang sakit,
yang melebar dan mendatar.
 sesak atau batuk dengan atau tanpa dahak.
 Perkusi  redup hingga pekak (tergantung banyak
 Gejala sistemik, seperti demam, keringat
cairan).
malam, penurunan nafsu makan, penurunan
 Auskultasi  penurunan sampai hilangnya suara
berat badan dan malaise.
vesikuler, suara gesekan pleura.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
 Foto Thorax
 CT Scan Thorax
 USG Thorax
 Thorakosentesis
 Biopsi Pleura
 Analisis Cairan Pleura
Thorakosentesis Biopsi Pleura
 Untuk diagnostik maupun terapeutik.  Jika dengan thorakosentesis tidak
 Sebaiknya dilakukan pada penderita dapat ditentukan penyebabnya maka
dengan posisi duduk. dilakukan biopsi dimana contoh
 Aspirasi dilakukan thoraks, pada bagian lapisan pleura sebelah luar untuk
bawah paru di sela iga V garis aksilaris dianalisa.
media dengan memakai jarum Abbocath  Pemeriksaan histologi satu atau
nomor 14 atau 16. beberapa contoh jaringan pleura
 Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak dapat menunjukkan 50 -75%
melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali diagnosis kasus-kasus pleuritis
aspirasi. tuberkulosa dan tumor pleura.
 Komplikasi biopsy  pneumotoraks,
hemotoraks, penyebaran infeksi atau
tumor pada dinding dada.
Analisis Cairan Pleura

Warna Cairan Biokimia


 Biasanya cairan pleura berwama agak  kadar pH dan glukosa  biasanya merendah pada
kekuning-kuningan (serous-xantokrom) penyakit-penyakit infeksi, artitis reumatoid dan
 Agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi neoplasma
pada trauma, infark paru, keganasan.  kadar amilase  biasanya meningkat pada
adanya kebocoran aneurisma aorta. pankreatitis dan metastasis adenokarsinoma.
 kuning kehijauan dan agak purulen, ini
menunjukkan adanya empiema.
 Bila merah tengguli, ini menunjukkan
adanya abses karena amuba.
Analisis Cairan Pleura

Sitologi
 Sel neutrophil  adanya infeksi akut.
 Sel limfosit  adanya infeksi kronik Bakteriologi
sepertipleuritis tuberkulosa atau
limfomamalignum  Efusi yang purulen  mengandung kuman-kuman
 Sel mesotel  Bila jumlahnya yang aerob ataupun anaerob.
meningkat, ini menunjukkanadanya  Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan
infark paru. Biasanya juga ditemukan pleura adalah : Pneumococcus, E. coli, Kleibsiella,
banyak sel eritrosit. Pseudomonas, Enterobacter.
 Sel mesotel maligna  Pada  Pada pleuritis tuberkulosa, kultur cairan terhadap
mesotelioma kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang
 Sel-sel besar dengan banyak inti  Pada positif sampai 20%.
arthritis rheumatoid
 Sel L.E  Pada lupus eritematosus
sistemik
PENATALAKSANAAN
 Obati penyakit yang mendasarinya
Indikasi  untuk mengaspirasi cairan
 Thorakosentesis  Aspirasi cairan pleura patologis dari rongga pleura, misalnya
berguna sebagai sarana untuk diagnostik pada kasus efusi pleura, empiema, atau
maupun terapeutik. hemothorax.
KI
• pasien dengan gangguan perdarahan dengan PT atau
APTT lebih dari 2x dari batas normal
• Trombosit <50.000 mm3 , atau serum kreantinin > 6
mg/dl;
• kedalaman dinding dada ke cairan pleura < 1 cm;
• terapi antikoagulan/trombolitik;
• koagulopati;
• adanya infeksi di kulit pada dinding dada yang luas
(pioderma, herpes zoster);
• pasien yang menerima ventilasi mekanik dengan
PEEP.
PENATALAKSANAAN

 Chest tube Pleurodesis


 Menutup rongga pleura  mencegah penumpukan
cairan pluera kembali.
 Sebelum dilakukan pleurodesis cairan dikeluarkan
terlebih dahulu melalui selang dada dan paru dalam
keadaan mengembang.
 Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan
pleura parietalis dengan menggunakan zat kimia
(tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium,
parfum, talk) atau tindakan pembedahan.
 Tindakan dilakukan bila cairan sangat banyak dan
selalu terakumulasi kembali.
KOMPLIKASI

Efusi pleura berulang

Empyema

Gagal nafas
PROGNOSIS

 Prognosis pada efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari
kondisi itu.
 Namun pasien yang memperoleh diagnosis dan pengobatan lebih dini akan lebih
jauh terhindar dari komplikasi daripada pasien yang tidak memedapatkan
pengobatan dini.
PEMBAHASAN

Perempuan 78 tahun datang ke Pasien juga mengatakan sesak napas sejak ± 2 bulan yll
RSUD Salatiga dengan keluhan dengan frekuensi jarang. Namun 3 hari SMRS sesak napas
muntah ± 15 kali. Muntah tidak berlangsung terus menerus bertambah berat, dan tidak
keluar darah & tidak berbuih disertai suara ngikngik. Pasien merasa lebih nyaman bila
SMRS. Muntah didahului dengan dalam posisi tubuh tegak dibandingkan berbaring, nyeri
perasaan mual dan nyeri perut, dada (+) tidak menjalar, dan menggigil.
pusing (+).

Disebabkan karena adanya penimbunan cairan Timbul akibat terjadinya timbunan cairan dalam rongga
dalam rongga pleura akibat terjadinya penekanan pleura yang akan memberikan kompresi patologis pada
lambung maka akan menimbulkan rasa penuh pada paru sehingga ekspansinya terganggu dan makin banyak
lambung sehingga terjadi mual dan muntah. timbunan cairan maka sesak makin terasa berat.
PEMBAHASAN
Pasien juga mengeluh batuk berdahak putih
kental yang dirasakan sepanjang hari, batuk Pasien dengan tirah baring lama dapat
bertambah berat ketika dimalam hari, batuk mengalami pneumonia akibat dari penumpukan
darah (-), penurunan nafsu makan, keringat sekret pada mukosa saluran pernapasan.
malam hari (-).

 Batuk pada efusi pleura mungkin


disebabkan oleh rangsangan pada
 Efusi pleura yang terjadi karena adanya infeksi
pleura oleh karena cairan pleura yang
dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti
berlebihan, proses inflamasi ataupun
pneumonia, tuberkulosis, atau infeksi virus. Pada
massa pada paru-paru.
pneumonia biasanya pasien memiliki trias gejala
 Efusi pleura yang disebabkan oleh
pneumonia yaitu batuk produktif dengan dahak
adanya infeksi biasanya memiliki
purulen atau bisa berdarah, sesak napas, dan
gejala sebagai berikut: demam
demam tinggi.
persisten, batuk, dyspnea, sputum
produktif, dan nyeri dada.
CA (+), pembesaran  Inspeksi bentuk dada asimetris, dada kiri Rontgen thorax PA
limfonodi (-), deviasi tertinggal saat bernapas, jejas (-), dan kelainan  Efusi pleura sinistra massif
trachea (-), JVP dbn. bentuk (-).  Bronchopneumonia dextra
 Palpasi vokal fremitus hemithoraks sinistra  Besar cor tak valid dinilai
menurun sedangkan hemithoraks dextra
normal. Ct-scan thoraks dengan kontras
 Perkusi redup pada hemithoraks sinistra dan  Gambaran pleural effusion sinistra massive
sonor pada hemithoraks dextra. dengan collaps pulmo sinistra, disertai
 Auskultasi suara dasar vesikuler menurun gambaran bronchitis di pulmo dextra
pada hemithoraks sinistra, suara tambahan  Tak tampak gambaran massa di pulmo
seperti ronki basah halus (+) pada paru dextra sinistra
dan wheezing tidak ditemukan.  Besar cor dalam batas normal dengan
gambaran elongation aorta dan
aortosclerosis thoracalis

Semua abnormalitas yang ditemukan


pada pasien disebabkan karena timbunan
cairan pada rongga pleura kiri.
Adanya gambaran efusi pleura sinistra masif, serta adanya klinis Indikasi  untuk mengaspirasi cairan
pasien yang merasakan sesak nafas secara mendadak dan tidak patologis dari rongga pleura, misalnya
membaik dengan perubahan posisi. pada kasus efusi pleura, empiema, atau
hemothorax.

Dilakukan tindakan untuk mengeluarkan KI


cairan pada pleural space paru sinistra • pasien dengan gangguan perdarahan dengan PT
dengan pungsi pleura atau thorakosentesis atau APTT lebih dari 2x dari batas normal
• Trombosit <50.000 mm3 , atau serum
kreantinin > 6 mg/dl;
• kedalaman dinding dada ke cairan pleura < 1
Pada pasien didapatkan adanya cairan cm;
berwarna kuning (serous-xantokrom) ± • terapi antikoagulan/trombolitik;
1000cc. • koagulopati;
• adanya infeksi di kulit pada dinding dada yang
luas (pioderma, herpes zoster);
• pasien yang menerima ventilasi mekanik
dengan PEEP.
KESIMPULAN

Efusi pleura masif  akumulasi cairan abnormal pada cavum pleura dengan jumlah besar, yakni >50%
pada gambaran radiologis dan atau memiliki volume diatas 600 cc.

Efusi pleura terjadi karena adanya infeksi dapat disebabkan o/ beberapa penyakit seperti
pneumonia, tuberkulosis, atau infeksi virus. Infeksi tersebut dapat menyebabkan peradangan pada
pleura yang dapat menyebar dan meluas hingga menimbulkan efusi pleura sebagai komplikasi.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien pada kasus ini
didiagnosis efusi pelura masif sinistra. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini yaitu
dilakukannya thorakosintesis untuk mengatasi efusi pleura masif sinistra.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai