Anda di halaman 1dari 38

PERSENTASI KASUS

PPOK EKSASERBASI AKUT


DENGAN SNH
Pembimbing:
dr. Aprilludin, Sp.P

Disusun Oleh:
SEBASTIANA REGITA KESNAWARNI
1913020028
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. P
Umur : 77 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Peternak
Alamat : Kenteng Kumpulrejo Argomulyo
Tanggal Masuk : 23 Januari 2020
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
• Sesak napas yang dirasakan sejak ± 1 hari SMRS.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


• Pasien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak ± 1 hari
SMRS. Sesak dirasakan semakin memberat dari hari kehari, biasanya sesak akan sedikit berkurang
bila pasien beristirahat dan dibantu dengan pemasangan oksigen. Sesak nafas diikuti dengan keluhan
batuk (+) berdahak (+) warna kuning kehijauan (+) lemas pada tangan kiri dan kaki kiri sejak ± 2 hari
SMRS. Keluhan lain yang dirasakan yaitu nyeri di bagian dada sebelah kanan akibat bekas luka
Herpes Zooster. Riwayat mual (-) muntah (-), demam (-), BAK dan BAB normal.
• Pasien sudah sering mengalami sesak seperti ini sebelumnya, dan sudah pernah mendapatkan
pengobatan. Pasien mempunyai riwayat merokok > 20 tahun, dengan rata-rata menghabiskan 5
batang rokok perharinya.
RIWAYAT
RIWAYAT PENYAKIT RIWAYAT PENYAKIT
PERSONAL SOSIAL
DAHULU (RPD) KELUARGA (RPK)
(RPSos)
• Riwayat penyakit • Riwayat penyakit • Pasien merupakan
PPOK dengan DM, hipertensi, seorang peternak.
Bronkopneumonia stroke, alergi, dan • Dalam berobat pasien
(+), dan SNH (+). sakit jantung pada menggunakan
• Riwayat penyakit keluarga disangkal. asuransi kesehatan
hipertensi dan • Riwayat keluhan yaitu BPJS.
diabetes melitus serupa seperti pasien
disangkal. pada keluarga
disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALISATA

Kesan Umum Tampak sakit sedang

Kesadaran Compos Mentis

IGD Bangsal

Tekanan Darah : 138/79 mmHg Tekanan Darah : 120/70 mmHg


Nadi : 86x/menit Nadi : 88x/menit.
Vital Signs
Respirasi : 30x/menit Respirasi : 28x/menit
Suhu : 36,5 0C Suhu : 36,30C
SpO2 : 88% SpO2 : 99%
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALISATA

Kepala dan Leher


Inspeksi Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), deviasi trakea (-)
Palpasi Pembesaran Limfonodi (-), Trakea teraba di garis tengah, JVP 5±1

Thorax Pulmo
Bentuk dada simetris, tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk, ginekomasti (-),
Inspeksi
spider navi (-)

Palpasi Vokal fremitus lapang paru sinistra = dextra


Perkusi Hipersonor pada kedua lapang paru
Suara dasar vesikular (SDV) : (+/+)
Auskultasi
Suara ronkhi basah: (+/+)
Wheezing : (+/+)
Ekspirasi memanjang (+)
PEMERIKSAAN FISIK

Cor

Inspeksi Pulsasi tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis teraba, kuat angkat

Batas jantung kesan dalam batas normal


Batas Atas : linea para sternalis sinistra ICS 2
Perkusi
Batas kanan : linea sternalis dextra ICS 5
Batas Kiri : linea midclavicula sinistra ICS 5

Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ada bising ataupun suara
Auskultasi
tambahan jantung
PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen
Inspeksi Asites (-), caput medusa (-), striae (-), sikatriks (-)

Auskultasi Bising usus (+) normal, 5x/menit


Palpasi Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak ada pembesaran
Perkusi Timpani, batas paru-hepar dan paru-lien dalam batas normal

Ekstremitas
Inspeksi Edema (-)
Palpasi Pitting edema (-), akral hangat, WPK <2 detik.

Genitalia
Inspeksi Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
23-01-2020

Nilai Hitung Jenis


Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan
Hematologi Eosinophil 8,1 1–6 %
Leukosit 7,13 4,5 – 11 ribu/ul Basophil 0,4 0–1 %
Eritrosit 4,39 3,8 – 5,8 juta/ul Limfosit 13,9 20 – 45 %
gr/dL Monosit 2,3 2–8 %
Hemoglobin 12,7 11,5 – 16,5
Kimia  
Hematokrit 39,4 37 – 47 vol%
MCV 89,8 85 – 100 Fl Glukosa darah
sewaktu 113 < 140 mg/dl
MCH 28,9 28 – 31 Pg
MCHC 32,2 30 – 35 gr/dL Ureum 14 10 - 50 mg/dl
Trombosit 169 150 – 450 ribu/ul Creatinin 0,5 1,0-1,3 mg/dl
PEMERIKSAAN EKG
Pemeriksaan tanggal 22 Januari 2020

Kesimpulan:
Normal sinus rhythm
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan tanggal 22 November 2019 Hasil: Kesan:

Cor - Cor : DBN


-CTR <50%
- Pulmo:
Pulmo - PPOK dengan
- Corakan bronchovasculer Bronkopneumonia
meningkat, diafragma dx/sn
setinggi costa posterior ke12
- Tampak bercak-bercak infiltrat di
pulmo dx/sn
- Tak tampak massa pada pulmo
dx/sn
- Tak tampak pleural line di Hemi
Thorax dxsn
- Tak tampak gambaran Coins
lesions di Pulmo dxsn
- Sinus costofrenicus dxsn lancip,
sinus cardiofrenicus dx/sn tumpul
DIAGNOSIS

PPOK EKSASERBASI AKUT


DENGAN SNH
PENATALAKSANAAN

IGD (23 Januari 2020) Bangsal (24-26 Januari 2020)


• Infus Asering 15 tpm • Infus Asering 15 tpm
• Nebulasi Ventolin 1 ampl 2,5 mg + • Nebulasi Bricasma Respules 2,5
Pulmicort Respules 0,25 mg/ml (1:1 / 8 mg/ml + Pulmicort Respules 0,25
jam) mg/ml (1:2) 3x1
• Injeksi omeprazol 40mg
• Injeksi ketorolac 1gr/12 jam
• Injeksi methylprednisolon 125mg/12 jam
• Lasal ekspektoran syrup 3x1
• Pemeriksaan GDS: 113 mg/dl
• Pemeriksaan EKG: normo sinus rhytm
• Pemeriksaan darah rutin, ureum,
kreatinin
PENATALAKSANAAN

Bangsal (27 Januari 2020) Bangsal (28 Januari 2020)


• Infus Asering 15 tpm • Infus Asering 15 tpm
• Nebulasi Bricasma Respules 2,5 mg/ml + • Nebulasi Bricasma Respules 2,5
Pulmicort Respules 0,25 mg/ml (1:2) 3x1
• Injeksi ketorolac 1gr/12 jam
mg/ml + Pulmicort Respules 0,25
• Lasal ekspektoran syrup 3x1 mg/ml (1:2) 3x1
• Obucort swinghaler 200mcg 2x1 • Tab Aminophyllin 200mg 2x1
• Lasal ekspektoran syrup 3x1
• Tab Methylprednisolon 4mg 3x1
• Injeksi ketorolac 1gr/12 jam
• Meptin swinghaler 2x1
PENATALAKSANAAN

Bangsal (29 Januari 2020)


• Lasal ekspektoran syrup 3x1
• Tab Methylprednisolon 4mg (1-1-0)
• Tab Aminophyllin 200mg 3x1
TINJAUAN PUSTAKA
PPOK EKSASERBASI AKUT

Definisi
• PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan
aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis
kronik dan emfisema atau gabungan keduanya (PDPI, 2011).
• PPOK Eksaserbasi akut adalah amplifikasi lebih lanjut dari
respon inflamasi dalam saluran napas, dapat dipicu oleh infeksi
bakteri atau virus atau oleh polusi lingkungan (PDPI, 2011).
ETIOLOGI
• Primer :
- Infeksi trakeobronkial (biasanya karena virus)
• Sekunder :
- Pneumonia
- Infeksi bakteri
- Gagal jantung atau aritmia
- Emboli paru
- Pneumotoraks spontan
- Penggunaan oksigen yang tidak tepat
- Penggunaan obat-obatan (obat penenang, diuretik) yang tidak tepat
- Penyakit metabolik (DM, gangguan elektrolit)
- Nutrisi buruk
- Lingkungan memburuk atau polusi udara
- Stadium akhir penyakit respirasi (kelelahan otot respirasi)
PATOFISIOLOGI

• Dalam eksaserbasi ringan dan sedang terdapat peningkatan neutrophil, beberapa studi lainnya juga
menemukan eosinofil dalam dahak dan dinding saluran napas. Hal ini berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi mediator tertentu, termasuk TNF α, LTB4 dan IL-8, serta peningkatan biomarker stres
oksidatif.
• Pada eksaserbasi berat salah satu penelitian menunjukkan peningkatan neutrofil pada dinding saluran
nafas dan peningkatan ekspresi kemokin. Selama eksaserbasi terlihat peningkatan hiperinflasi dan
terperangkapnya udara, dengan aliran ekspirasi berkurang, sehingga terjadi sesak napas yang
meningkat.

(PDPI,2011)
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI PENYAKIT GEJALA KLINIS SPIROMETRI
PPOK Ringan Dengan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum). Pada derajat ini  VEP1 / KVP < 70 %.
pasien sering tidak menyadari bahwa fungsi paru mulai menurun
 VEP1 ≥ 80% prediksi

PPOK Sedang Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala  VEP1 /KVP < 70 %
batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai
 50% < VEP1 < 80% prediksi
memeriksakan kesehatannya

PPOK Berat Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan  VEP1/KVP < 70%
eksaserbasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien
 30% ≤ VEP1 < 50% prediksi

PPOK Sangat Berat Gejala di atas ditambah tandatanda gagal napas atau gagal jantung kanan  VEP1/KVP <70%
dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kulitas hidup pasien
 VEP1 < 30% prediksi, atau
memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa
 VEP1 < 50% dengan gagal napas
kronik
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS
• Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
• Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
• Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
• Lingkungan asap rokok dan polusi udara
• Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksi
• Riwayat penyakit dahulu sesak.
• Sesak yang dirasakan semakin bertambah berat dari gejala sesak
sebelumnya
• Batuk kronis, disertai produksi sputum yang meningkat dan terjadi
perubahan warna pada sputum
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi
• Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
• Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
• Penggunaan otot bantu napas
• Pelebaran sela iga
• Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai
• Palpasi
• Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi
• Hipersonor, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
• Auskultasi
• Suara napas vesikuler normal, atau melemah
• Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksaekspirasi
memanjang bunyi jantung terdengar jauh
• Pink puffer
– Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan
pursed – lips breathing
• - Blue bloater
– Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai
dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
• Pursed-lips breathing
– Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulutmencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2
yangterjadi pada gagal napas kronik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan rutin
• Faal paru
• Uji bronkodilator
• Radiologi

Pemeriksaan Khusus
• Uji latih kardiopulmoner
• Uji provokasi bronkus
• Uji coba kortikosteroid
• Analisis gas darah
• Elektrokardiografi
• Ekokardiografi
• Radiologi
• Kadar alfa-1 antitripsin
• Bakteriologi
PENATALAKSANAAN
• Prinsip penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasi yang
terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas. Bila telah terjadi gagal napas segera atasi untuk
mencegah kematian. Beberapa hal harus diperhatikan meliputi :
• Diagnosis beratnya eksaserbasi
– Derajat sesak, frekuensi napas, pernapasan paradoksal
– Kesadaran
– Tanda vital
– Analisis gas darah
– Pneumonia
PENATALAKSANAAN
Terapi Oksigen
• Tujuan terapi oksigen adalah untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan yang mengancam
jiwa. Sebaiknya dipertahankan PaO2>60 mmHg atau Saturasi O2>90%, evaluasi ketat hiperkapnoe.
Bila terapi oksigen tidak dapat mencapai kondisi oksigen adekuat, harus menggunakan ventilasi
mekanik, bila tidak berhasil, maka dilakukan intubasi.

Pemberian Antibiotik
• Pasien diberikan antibiotik spektrum luas. Antibiotik yang digunakan untuk lini pertama adalah
amoksisilin dan makrolid. Dan untuk lini kedua diberikan amoksisilin dikombinasikan dengan asam
klavulanat, sefalosporin, kuinolon, dan makrolid baru.
PENATALAKSANAAN
Bronkodilator
• Bronkodilator diberikan secara tunggal atau pun secara kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi berat derajat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan adalah
inhalasi, pemberian nebulizer tidak dianjurkan pada penggunaan dalam jangka panjang.
• Pada PPOK derajat berat maka diutamakan pemberian obat bronkodilator lepas lambat (slow release)
atau obat bronkhodilator berefek panjang (long acting). Macam-macam obat bronkodilator antara lain
golongan antikolinergik, golongan agonis beta-2, kombinasi antikolinergik dan beta-2, serta golongan
xantin.

Pemberian Mukolitik
• Pemberian mukolitik hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut, karena akan mempercepat
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang kental. Tetapi, obat ini
tidak dianjurkan untuk pemakaian jangka panjang. Obat yang dapat diberikan antara lain ambroksol,
karbosistein, dan gliserol iodida
Kortikosteroid
• Tidak selalu diberikan tergantung derajat berat eksaserbasi.
• Pada eksaserbasi derajat sedang dapat diberikan prednison 30 mg/hari selama 1-2 mingg, pada derajat
berat diberikan secara intravena.
• Pemberian lebih dari 2 minggu tidak memberikan manfaat yang lebih baik, tetapi lebih banyak
menimbulkan efek samping.

Pemberian Nutrisi
• Nutrisi adekuat untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan, dan
menghindari kelelahan otot bantu napas.

Ventilasi Mekanik
• Penggunaan ventilasi mekanik pada PPOK eksaserbasi berat akan mengurangi mortaliti dan
morbiditi, dan memperbaiki simptom. Ventilasi mekanik noninvasif pada PPOK eksaserbasi akan
memperbaiki asidosis respiratorik, meningkatkan pH, mengurangi kebutuhan untuk intubasi
endotrakeal dan menurunkan PaCO2, menurunkan frekuensi napas, beratnya sesak napas, dan
kematian.
Terapi Pembedahan

• Bertujuan untuk :
– Memperbaiki fungsi paru
– Memperbaiki mekanik paru
– Meningkatkan toleransi terhadap eksaserbasi
– Memperbaiki kualiti hidup
• Operasi paru yang dapat dilakukan yaitu :
– Bulektomi
– Bedah reduksi volume paru (BRVP) / lung volume reduction surgery (LVRS)
– Transplantasi paru
Komplikasi

• Gagal napas
– Gagal napas kronik
– Gagal napas akut pada gagal napas kronik
• Infeksi berulang
• Kor pulmonal
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
PEMBAHASAN
Sesak dirasakan
Pasien sudah
semakin memberat Keluhan disertai
sering mengalami
dari hari kehari, batuk (+) berdahak
sesak seperti ini
Tn. P 77 tahun biasanya sesak (+) warna hijau Pasien juga
sebelumnya, dan
datang dengan akan sedikit (+). Serta nyeri di merasakan lemas
sudah pernah
keluhan sesak berkurang bila bagian dada pada tangan kiri
mendapatkan
napas sejak ± 1 pasien beristirahat sebelah kanan dan kaki kiri sejak
pengobatan. Pasien
hari SMRS. dan dibantu akibat bekas luka ± 2 hari SMRS
mempunyai
dengan Herpes Zooster,
riwayat merokok >
pemasangan serta
20 tahun.
oksigen

Didapatkan
- Ekspirasi RPD:
Didapatkan memanjang Pasien sebelumnya
- Lab: Eosinofil - Penurunan SDV memliki keluhan
Dilakukan
meningkat (8,1%) paru terutama serupa yang dirasakan
pemeriksaan
- EKG: Normal sinus dibagian basal paru Dilakukan seperti sekarang .
penunjang
rhythm sinistra, terdengar pemeriksaan fisik Pasien memiliki
(Laboratorium,EKG
Foto Thorax: PPOK Ronkhi basah (+/+)) riwayat penyakit SNH.
dan foto thorax)
dengan dan wheezing (+/+) Riwayat hipertensi dan
bronkopneumonia - Perkusi hipersonor diabetes melitus
pada kedua lapang disangkal
paru.
PEMBAHASAN

- Infus Asering 15 tpm


- Nebulasi Bricasma Respules
2,5 mg/ml + Pulmicort
Respules 0,25 mg/ml (1:2) 3x1
Diagnosis: - Tab Aminophyllin 200mg
PPOK Eksaserbasi Akut Ditatalaksana: 2x1
Derajat Berat dengan SNH - Lasal ekspektoran syrup 3x1
- Tab Methylprednisolon 4mg
3x1
- Injeksi ketorolac 1gr/12 jam
- Meptin swinghaler 2x1
PEMBAHASAN
• Pada kasus ini diagnosis PPOK Eksaserbasi Akut Derajat Berat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien mengeluh
sesak napas, yang setiap harinya makin memberat, disertai batuk berdahak warna kuning kehijauan.
Dari riwayat penyakit dahulu pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan serupa seperti sekarang
tetapi keluhan yang dirasakan lebih memberat dari keluhan dahulu yaitu PPOK dengan
bronkopneumonia yang ditandai dari hasil Foto Rontgen yang dilakukan tanggal 22 November 2019
dengan tampak corakan bronchovasculer meningkat, dan diafragma dx/sn setinggi costa posterior
ke12.
• Dari pemeriksaan fisik pada bagian Thorax didapatkan penurunan suara dasar vesikuler di bagian
basal paru disertai suara ronkhi basah dan wheezing pada kedua lapang paru.
• Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan eosinophil meningkat yaitu 8,1% yang dalam beberapa
penelitian menandakan terjadinya PPOK Eksaserbasi Akut Derajat Berat.
KESIMPULAN

• PPOK dapat terjadi eksaserbasi akut yang merupakan perburukan gejala pernapasan
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya yang terjadi secara akut. Eksaserbasi akut PPOK
paling sering disebabkan oleh infeksi tracheobronchial tree, yakni Haemophilus influenzae,
Streptococcus pneumoniae, dan Moraxella catarrhalis
• Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien pada
kasus ini didiagnosis PPOK Eksaserbasi Akut Derajat Berat dengan SNH.
• Prinsip penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasi
yang terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas, maka pertama kali yang diberikan adalah
terapi oksigen antibiotik, bronkodilator, kortikosteroid, dan pemberian nutrisi yang cukup.
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
• Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S., Alverson B., Carter E.R., Harrison C., Kaplan S.L., Mace S.E., Jr
G.H.M., Moore M.R., Peter S.D.S., Stockwell J.A. and Swanson J.T., 2011. The Management of
Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older Than 3 Months of Age : Clinical Practice
Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America,
Clinical Infectious Diseases, 1–52.
• Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2010. Global Strategy for the Diagnosis,
Management, And Prevention Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. MCR VISION,Inc
• Lodha R., Kabra S.K. and Pandey R.M. 2013. Antibiotics for communityacquired pneumonia in children.
India: John Wiley & Sons.
• Nannini, L. J., Poole, P., Milan, S. J., & Kesterton, A. 2013. Combined corticosteroid and long-acting
beta(2)-agonist in one inhaler versus inhaled corticosteroids alone for chronic obstructive pulmonary
disease. The Cochrane database of systematic reviews, 2013(8).
• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2011. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK): Pedoman
Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
• WHO. 2015. COPD diakses pada tanggal 31 Januari 2020, available at
http://www.who.int/topics/chronic_obstructive_pulmonary_disease/en/

Anda mungkin juga menyukai