Disusun Oleh:
SEBASTIANA REGITA KESNAWARNI
1913020028
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Umur : 77 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Peternak
Alamat : Kenteng Kumpulrejo Argomulyo
Tanggal Masuk : 23 Januari 2020
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
• Sesak napas yang dirasakan sejak ± 1 hari SMRS.
IGD Bangsal
Thorax Pulmo
Bentuk dada simetris, tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk, ginekomasti (-),
Inspeksi
spider navi (-)
Cor
Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ada bising ataupun suara
Auskultasi
tambahan jantung
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi Asites (-), caput medusa (-), striae (-), sikatriks (-)
Ekstremitas
Inspeksi Edema (-)
Palpasi Pitting edema (-), akral hangat, WPK <2 detik.
Genitalia
Inspeksi Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
23-01-2020
Kesimpulan:
Normal sinus rhythm
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan tanggal 22 November 2019 Hasil: Kesan:
Definisi
• PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan
aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis
kronik dan emfisema atau gabungan keduanya (PDPI, 2011).
• PPOK Eksaserbasi akut adalah amplifikasi lebih lanjut dari
respon inflamasi dalam saluran napas, dapat dipicu oleh infeksi
bakteri atau virus atau oleh polusi lingkungan (PDPI, 2011).
ETIOLOGI
• Primer :
- Infeksi trakeobronkial (biasanya karena virus)
• Sekunder :
- Pneumonia
- Infeksi bakteri
- Gagal jantung atau aritmia
- Emboli paru
- Pneumotoraks spontan
- Penggunaan oksigen yang tidak tepat
- Penggunaan obat-obatan (obat penenang, diuretik) yang tidak tepat
- Penyakit metabolik (DM, gangguan elektrolit)
- Nutrisi buruk
- Lingkungan memburuk atau polusi udara
- Stadium akhir penyakit respirasi (kelelahan otot respirasi)
PATOFISIOLOGI
• Dalam eksaserbasi ringan dan sedang terdapat peningkatan neutrophil, beberapa studi lainnya juga
menemukan eosinofil dalam dahak dan dinding saluran napas. Hal ini berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi mediator tertentu, termasuk TNF α, LTB4 dan IL-8, serta peningkatan biomarker stres
oksidatif.
• Pada eksaserbasi berat salah satu penelitian menunjukkan peningkatan neutrofil pada dinding saluran
nafas dan peningkatan ekspresi kemokin. Selama eksaserbasi terlihat peningkatan hiperinflasi dan
terperangkapnya udara, dengan aliran ekspirasi berkurang, sehingga terjadi sesak napas yang
meningkat.
(PDPI,2011)
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI PENYAKIT GEJALA KLINIS SPIROMETRI
PPOK Ringan Dengan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum). Pada derajat ini VEP1 / KVP < 70 %.
pasien sering tidak menyadari bahwa fungsi paru mulai menurun
VEP1 ≥ 80% prediksi
PPOK Sedang Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala VEP1 /KVP < 70 %
batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai
50% < VEP1 < 80% prediksi
memeriksakan kesehatannya
PPOK Berat Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan VEP1/KVP < 70%
eksaserbasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien
30% ≤ VEP1 < 50% prediksi
PPOK Sangat Berat Gejala di atas ditambah tandatanda gagal napas atau gagal jantung kanan VEP1/KVP <70%
dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kulitas hidup pasien
VEP1 < 30% prediksi, atau
memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa
VEP1 < 50% dengan gagal napas
kronik
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
• Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
• Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
• Lingkungan asap rokok dan polusi udara
• Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksi
• Riwayat penyakit dahulu sesak.
• Sesak yang dirasakan semakin bertambah berat dari gejala sesak
sebelumnya
• Batuk kronis, disertai produksi sputum yang meningkat dan terjadi
perubahan warna pada sputum
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi
• Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
• Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
• Penggunaan otot bantu napas
• Pelebaran sela iga
• Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai
• Palpasi
• Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi
• Hipersonor, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
• Auskultasi
• Suara napas vesikuler normal, atau melemah
• Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksaekspirasi
memanjang bunyi jantung terdengar jauh
• Pink puffer
– Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan
pursed – lips breathing
• - Blue bloater
– Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai
dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
• Pursed-lips breathing
– Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulutmencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2
yangterjadi pada gagal napas kronik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan rutin
• Faal paru
• Uji bronkodilator
• Radiologi
Pemeriksaan Khusus
• Uji latih kardiopulmoner
• Uji provokasi bronkus
• Uji coba kortikosteroid
• Analisis gas darah
• Elektrokardiografi
• Ekokardiografi
• Radiologi
• Kadar alfa-1 antitripsin
• Bakteriologi
PENATALAKSANAAN
• Prinsip penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasi yang
terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas. Bila telah terjadi gagal napas segera atasi untuk
mencegah kematian. Beberapa hal harus diperhatikan meliputi :
• Diagnosis beratnya eksaserbasi
– Derajat sesak, frekuensi napas, pernapasan paradoksal
– Kesadaran
– Tanda vital
– Analisis gas darah
– Pneumonia
PENATALAKSANAAN
Terapi Oksigen
• Tujuan terapi oksigen adalah untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan yang mengancam
jiwa. Sebaiknya dipertahankan PaO2>60 mmHg atau Saturasi O2>90%, evaluasi ketat hiperkapnoe.
Bila terapi oksigen tidak dapat mencapai kondisi oksigen adekuat, harus menggunakan ventilasi
mekanik, bila tidak berhasil, maka dilakukan intubasi.
Pemberian Antibiotik
• Pasien diberikan antibiotik spektrum luas. Antibiotik yang digunakan untuk lini pertama adalah
amoksisilin dan makrolid. Dan untuk lini kedua diberikan amoksisilin dikombinasikan dengan asam
klavulanat, sefalosporin, kuinolon, dan makrolid baru.
PENATALAKSANAAN
Bronkodilator
• Bronkodilator diberikan secara tunggal atau pun secara kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi berat derajat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan adalah
inhalasi, pemberian nebulizer tidak dianjurkan pada penggunaan dalam jangka panjang.
• Pada PPOK derajat berat maka diutamakan pemberian obat bronkodilator lepas lambat (slow release)
atau obat bronkhodilator berefek panjang (long acting). Macam-macam obat bronkodilator antara lain
golongan antikolinergik, golongan agonis beta-2, kombinasi antikolinergik dan beta-2, serta golongan
xantin.
Pemberian Mukolitik
• Pemberian mukolitik hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut, karena akan mempercepat
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang kental. Tetapi, obat ini
tidak dianjurkan untuk pemakaian jangka panjang. Obat yang dapat diberikan antara lain ambroksol,
karbosistein, dan gliserol iodida
Kortikosteroid
• Tidak selalu diberikan tergantung derajat berat eksaserbasi.
• Pada eksaserbasi derajat sedang dapat diberikan prednison 30 mg/hari selama 1-2 mingg, pada derajat
berat diberikan secara intravena.
• Pemberian lebih dari 2 minggu tidak memberikan manfaat yang lebih baik, tetapi lebih banyak
menimbulkan efek samping.
Pemberian Nutrisi
• Nutrisi adekuat untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan, dan
menghindari kelelahan otot bantu napas.
Ventilasi Mekanik
• Penggunaan ventilasi mekanik pada PPOK eksaserbasi berat akan mengurangi mortaliti dan
morbiditi, dan memperbaiki simptom. Ventilasi mekanik noninvasif pada PPOK eksaserbasi akan
memperbaiki asidosis respiratorik, meningkatkan pH, mengurangi kebutuhan untuk intubasi
endotrakeal dan menurunkan PaCO2, menurunkan frekuensi napas, beratnya sesak napas, dan
kematian.
Terapi Pembedahan
• Bertujuan untuk :
– Memperbaiki fungsi paru
– Memperbaiki mekanik paru
– Meningkatkan toleransi terhadap eksaserbasi
– Memperbaiki kualiti hidup
• Operasi paru yang dapat dilakukan yaitu :
– Bulektomi
– Bedah reduksi volume paru (BRVP) / lung volume reduction surgery (LVRS)
– Transplantasi paru
Komplikasi
• Gagal napas
– Gagal napas kronik
– Gagal napas akut pada gagal napas kronik
• Infeksi berulang
• Kor pulmonal
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
PEMBAHASAN
Sesak dirasakan
Pasien sudah
semakin memberat Keluhan disertai
sering mengalami
dari hari kehari, batuk (+) berdahak
sesak seperti ini
Tn. P 77 tahun biasanya sesak (+) warna hijau Pasien juga
sebelumnya, dan
datang dengan akan sedikit (+). Serta nyeri di merasakan lemas
sudah pernah
keluhan sesak berkurang bila bagian dada pada tangan kiri
mendapatkan
napas sejak ± 1 pasien beristirahat sebelah kanan dan kaki kiri sejak
pengobatan. Pasien
hari SMRS. dan dibantu akibat bekas luka ± 2 hari SMRS
mempunyai
dengan Herpes Zooster,
riwayat merokok >
pemasangan serta
20 tahun.
oksigen
Didapatkan
- Ekspirasi RPD:
Didapatkan memanjang Pasien sebelumnya
- Lab: Eosinofil - Penurunan SDV memliki keluhan
Dilakukan
meningkat (8,1%) paru terutama serupa yang dirasakan
pemeriksaan
- EKG: Normal sinus dibagian basal paru Dilakukan seperti sekarang .
penunjang
rhythm sinistra, terdengar pemeriksaan fisik Pasien memiliki
(Laboratorium,EKG
Foto Thorax: PPOK Ronkhi basah (+/+)) riwayat penyakit SNH.
dan foto thorax)
dengan dan wheezing (+/+) Riwayat hipertensi dan
bronkopneumonia - Perkusi hipersonor diabetes melitus
pada kedua lapang disangkal
paru.
PEMBAHASAN
• PPOK dapat terjadi eksaserbasi akut yang merupakan perburukan gejala pernapasan
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya yang terjadi secara akut. Eksaserbasi akut PPOK
paling sering disebabkan oleh infeksi tracheobronchial tree, yakni Haemophilus influenzae,
Streptococcus pneumoniae, dan Moraxella catarrhalis
• Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien pada
kasus ini didiagnosis PPOK Eksaserbasi Akut Derajat Berat dengan SNH.
• Prinsip penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasi
yang terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas, maka pertama kali yang diberikan adalah
terapi oksigen antibiotik, bronkodilator, kortikosteroid, dan pemberian nutrisi yang cukup.
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
• Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S., Alverson B., Carter E.R., Harrison C., Kaplan S.L., Mace S.E., Jr
G.H.M., Moore M.R., Peter S.D.S., Stockwell J.A. and Swanson J.T., 2011. The Management of
Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older Than 3 Months of Age : Clinical Practice
Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America,
Clinical Infectious Diseases, 1–52.
• Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2010. Global Strategy for the Diagnosis,
Management, And Prevention Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. MCR VISION,Inc
• Lodha R., Kabra S.K. and Pandey R.M. 2013. Antibiotics for communityacquired pneumonia in children.
India: John Wiley & Sons.
• Nannini, L. J., Poole, P., Milan, S. J., & Kesterton, A. 2013. Combined corticosteroid and long-acting
beta(2)-agonist in one inhaler versus inhaled corticosteroids alone for chronic obstructive pulmonary
disease. The Cochrane database of systematic reviews, 2013(8).
• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2011. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK): Pedoman
Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
• WHO. 2015. COPD diakses pada tanggal 31 Januari 2020, available at
http://www.who.int/topics/chronic_obstructive_pulmonary_disease/en/