STASE MATA
Konjungtivitis Viral
Pembimbing :
dr. Iman Krisnugroho, Sp. M
Disusun Oleh :
Anindya Widianingtyas
1913020008
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
2.1 Definisi......................................................................................................4
2.2 Anatomi.....................................................................................................4
2.3 Etiologi......................................................................................................6
2.4 Klasifikasi..................................................................................................6
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Anatomi
4
Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva 5,6
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan – bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikut i pola arterinya – membentuk
jaringjaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe
konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan
bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus
limfatikus yang banyak. 1
5
Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua
grup besar yaitu 3,4
1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada
daerah inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva
tarsalis superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis
inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
2.3 Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
- Infeksi olah virus atau bakteri
- Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
- Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari. 3
-
2.4 Klasifikasi
6
4. Konjungtivitis Neonatorum
5. Konjungtivitis iritasi atau kimia 1 3
Definisi
7
Diagnosis
Hiperemi Konjungtiva
Edema kelopak dengan kornea yang jernih
Kemosis : pembengkakan konjungtiva
Mukopurulen atau Purulen.4
Pemeriksaan
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan segmen anterior bola mata
Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk
mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya.5
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan.
Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan
kuman seperti seprei, kain, dsb.1,5
Pemeriksaan Laboratorium
Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama
obat diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari
8
selama 1 minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah
belekan di pagi hari dan mempercepat penyembuhan1, 3
Pencegahan
9
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit.
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni
rumah lainnya.8
Infeksi pada neonatus terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang
pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut.
Gejala
Pengobatan
Penisilin Salep dn Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama &
hari. 1, 3
10
2.4.3 konjungtivitis Angular
Gejala
Pengobatan
Gejala
Hiperemi konjungtiva
Sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata melekat
terutama saat bangun pagi.
11
sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata
merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah
subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
Laboratorium
12
Terapi
Laboratorium
13
Penyebaran
Pencegahan
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri
harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1
14
dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah
nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
Laboratorium
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus
local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk
ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni
dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan
menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10
hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali
sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes
setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep
acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg
lima kali sehari selama 7 hari.3
15
memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses
sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3
Epidemiologi
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air
mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang
terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa
bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar
ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel
konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam,
malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh
fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan
terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
16
2.4.7 Konjungtivitis Atopik
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada
pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic
sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan
dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic
berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah
berusia 50 tahun. 3,4
Laboratorium
Terapi
17
Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan
transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3
18
- Kadang disertai shield ulcer
- Bersifat kumat-kumatan1, 3
Gejal danTanda :
Mata merah (biasanya rekuren)
Kadang disertai rasa gatal yang hebat
Adanya riwayat alergi
Adanya hipertrofi papil difus pada konjungtiva tersal terutama superior
Adanya penebalan limbus dengan tantras dot
Discharge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi
sekunder4,7
Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin,
ruangan sejuk, lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical
levokabastin, emestadine), vasokonstriktor (phenileprine, tetrahidrolozine), mast
cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide).
Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide),
antiinflamasi steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid topical atau agen
modulator siklosporin. Pada pasien denga sheld ulcer bias diberikan sikloplegik
yang agresif (atropine 1%, homatropin 5%, atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic
topikal. Dapat diberikan antihistamin sistemik.8
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yangmasuk ke
saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum
adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up,
dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut)
menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut
belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada
efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan
terasa mengganggu secara menahun. 1
19
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek
langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup
kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus
menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung
konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara
konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan
terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama
luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan
blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan. 5,6
20
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. K
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
3.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
Mata merah
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Kota Salatiga dengan keluhan mata
merah sebelah kiri sejak 4 hari SMRS. Pasien juga mengatakan seperti
ada yang mengganjal di mata sebelah kiri disertai sekret berwarna bening
Riwayat keluhan serupa (+), trauma (-), Hipertensi (-), Diabetes Melitus
21
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Status Generalis
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7° C
Status Oftamologis
Oculus Dextra Oculus Sinistra
Visus 6/12 kacamata 6/12 kacamata
Gerakan bola mata
22
Lensa Jernih Jernih
3.4 Diagnosis
Konjungtivitis viral Oculi Sinistra
3.5 Terapi
- Cendo lyteers 6x1 tetes OS
- Cravit 6x1 tetes OS
23
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien seorang perempuan berusia 23 tahun datang ke Poli Mata RSUD Kota
Salatiga dengan keluhan mata merah sebelah kiri sejak 4 hari SMRS. Pasien juga
mengatakan seperti ada yang mengganjal di mata sebelah kiri disertai sekret berwarna
bening namun tidak banyak. Keluhan mata gatal, nyeri, demam disangkal.
24
DAFTAR PUSTAKA
25