Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UAS MSF

MAKNA TRADISI NYADRAN BAGI MASYARAKAT


DESA SUMBEROTO BOJONEGORO
JAWA TIMUR
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Metodologi Studi Fiqh

Dosen Pengampu : Ashif Az Zafi, M.PD.I

Disusun Oleh :

Irfan Fathoni [2110910003]

KELAS : A2IPS

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI TADRIS IPS

2022
MAKNA TRADISI NYADRAN BAGI MASYARAKAT
DESA SUMBEROTO BOJONEGORO
Oleh : Irfan Fathoni

Indonesia Merupakan Negara Dengan Kepulauan Terbesar Di Dunia. Menurut


Worldometers Negara Indonesia Menempati Posisi Ke 15 Sebagai Negara Terbesar
Di Dunia Dengan Bentangan Dari Sabang Sampai Merauke Serta Jumlah Pulau Yang
Mencapai 17.000 Hal Itu Menyebabkan Negara Indonesia Sangat Luas Serta Secara
Geografis Indonesia Berada Di Posisi Strategis Yang Berada Di Titik Koordinat 6°
LU - 11° LS Dan 95° BT - 141° BT , Dengan Kondisi Sebuah Negara Yang Di Apit
Oleh 2 Benua Dan Juga 2 Samudera Negara Indonesia Yang Terdiri Dari Dari
Beberapa Penjabaran Tersebuat Sudah Bisa Di Artikan Betapa Melimpahnya Jumlah
Suku, Budaya, Bahasa Yang Terdapat Di Kepulauan Indonesia Menurut Departemen
Dalam Negeri Republic Indonesia 7,780 Di Antaranya Sudah Memiliki Nama Dan
9,634 Lainnya Belum Memiliki Nama Secara Resmi Selain Itu Terdapat Pulau Besar
Yang Di Antaranya Adalah Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi Dan Pulau
Papua Secara Khusus Terdapat 33 Provinsi Yang Ada Di Indoensia Yang Tersebar Di
5 Pulau Besar Tersebut Serta Ada Beberapa Wilayah Yang Mempunyai Nama Khusus
Di Antaranya Aceh, Papua , Papua Barat , Jakarta Dan Yogyakarta

Pulau Jawa Merupakan Salah Satu Pulau Terbesar Yang Ada Di Negara
Indonesia Dengan Tingkat Kepadatan Penduduk mencapai 1,184 Km² dan dimana
luas pulau jawa sekitar 128,297 Km² hal itu mengartikan bahwa setiap 1 Km nya
terdapat 1,184 penduduk , Dalam Pulau Jawa Sendiri Terdapat 6 Provinsi Yang
Tersebar Di Seluruh Penjuru Pulau Jawa Yaitu Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta,Banten , Jawa Tengah , Jawa Barat, Jawa Timur Dan Derah Istimewa
Jogjakarta (DIY) Suku Jawa Memiliki Aksara Atau Tulisan Khusus Yang Biasa Di
Sebut Dengan Aksara Jawa. Suku Jawa Bisa Di Katakana Dengan Suku Yang Masih
Memegang Erat apa Itu Kebudayaan Atau Tradisi Tradisi Yang Berhubungan Dengan
Alam Masih Terdapat Banyak Tradisi Adat Istiadat Dalam Masyarakat Jawa Dengan
Begitu Melimpahnya Tradisi Tradisi Dalam Diri Masyarakat Jawa Menjadikan
Tradisi Tersebut Sebagai Hal Yang Wajib Di Laksanakan Entah Dalam Lingkup
Tahun Maupun Dalam Lingkup Dalam Hal Hal Tertentu Tentunya Juga Upacara
Upacara Tersebut Masih Dalam Lingkup Agama Islam Seperti Halnya Upacara Yang
Di Lakukan Dalam Sebuah Adanya Kelahiran, Kematian , Perkawinan Adanya
Upacara Yang Menyatu Dengan Alam Atau Satu Tradisi Yang Masih Dilakukan
Pada Tubuh Rakyat Jawa Khususnya Tradisi Yang Masih Sangat Kental Dalam
Masyarakat Desa Sumberoto Adalah Tradisi Nyadran Atau Yang Familiar
Menggunakan Sebutan Tradisi Sedekah Bumi

Desa Sumberoto Merupakan Desa Yang Berada Di Ujung Utara Kabupaten


Bojonegoro Jawa Timur Yang Mayoritas Penduduknya Merupakan Bekerja Sebagai
Petani Untuk Mencukupi Kebutuhan Sehari Hari, Di dalam Lapisan Masyarakat Desa
Sumberoto Terdapat Sebuah Tradisi Turun Temurun Yang Masih Di Lakukan Sampai
Sekarang, Tradisi Tersebut Adalah Nyadran. Tradisi Nyadran Atau Sedekah Bumi Ini
Merupakan Upacara Tahunan Yang Wajib Di Laksanakan Pada Saat Selesai Panen
Padi, Masyarakat Yang Mayoritas Masyarakatnya Merupakan Para Petani Jadi
Sebagai Ungkapan Terima Kasih Serta Rasa Syukur Atas Limpahan Rezeki Dari
Hasil Panen Padi Mereka Para Masyarakat Khusunya Para Petani Desa Sumberoto
Berbondong Bondong Mengikuti Upacara Nyadran Atau Sedekah Bumi. Tujuan
Dengan Adanya Tulisan Ini Memberikan Arti Tentang Tradisi Nyadran Ini
Merupakan Sebuah Tradisi Tradisi Jawa Pada Masa Animism Dan Dinamisme Yang
Di Akulturasikan Dengan Ajaran Islam

Secara Bahasa Nyadran Berasal Dari Bahasa Sansekerta Dari Kata Saraddha
Yang Berarti Keyakinan Tradisi Nyadran Bertujuan Untuk Menghormati Para
Leluhur Dan Mengungkapkan Rasa Syukur Kepada Tuhan , Hal Tersebut Menjadikan
Nyadran Sebagai Upacara Adat Yang Penting Bagi Masyarakat Desa Sumberoto, Dan
Hampir Tidak Pernah Terlewat Sampai Saaat Ini. Tradisi Nyadran Ini Merupakan
Kompilasi Tradisi Jawa Kuno Dengan Ajaran Islam Para Wali Saat Menyiarkan
Agama Islam Di Tanah Jawa.Tradisi Ini Bukan Murni Ajaran Dari Para Wali Yang
Menyebarkan Agama Islam Namun Tradisi Ini Merupakan Sebuah Akulturasi Tradisi
Pada Masa Animisme Dan Dinamisme Dimana Masyarakat Pada Saat Itu Masih
Mempercayai Dengan Pemujaan Roh. Tujuan Dari Adanya Akulturasi Budaya
Tersebuat Agar Para Masyarakat Itu Agar Lebih Mudah Mengenal Islam Atau
Bahkan Dengan Senang Hati Mereka Memeluk Agama Islam , Para Wali Songo Yang
Menyebarkan Islam Bukan Melarang Ataupun Menghilangkan Apa Yang Telah
Menjadi Kebiasaan Mereka Pada Zaman Dahulu Justru Mereka Meluruskan Apa
Yang Telah Di Laksanakan Tentang Pemujaan Roh Yang Dalam Agama Islam
Sendiri Merupakan Suatu Kesalahan Besar , Kemudian Supaya Mereka Dapat
Meluruskan Kembali Jalan Hidup Mereka Maka Para Walisongo Tidak Menghapus
Ajaran Tersebuat Tetapi Menyelaraskan Atau Mengakulturasikan Dengan Ajaran
Agama Islam Yang Sebenarnya Dengan Cara Setiap Tradisi Pada Masa Animisme
Dan Dinamisme Di Iringi Dengan Bacaan Bacaan Ayat Suci Alqur’an Tahlil Tamhid
Istigfar Dan Doa Doa Lainnya , Nyadran Di Pahami Sebagai Bentuk Hubungan
Antara Laluhur Dan Manusia Dan Dengan Tuhan Yang Maha Kuasa Acara Nyadran
Sudah Menjadi Acara Tahunan Yang Dimana Setiap Tahun Wajib Di Laksanakan
Pada Saat Para Masyarakat Selesai Panen Raya Masyarakat Desa Sumberoto Yang
Mayoritas Masyarakatnya Merupakan Para Petani Jadi Sebagai Ungkapan Rasa
Syukur Atas Limpahan Rezeki Dari Panen Padi Mereke Para Masyarakat Desa
Sumberoto Berdondong Bondong Melaksanakan Upacara Nyadran Atau Sedekah
Bumi,. Nyadran Adalah Suatu Rangkaian Budaya Yang Berupa Pembersihan Makam
Leluhur, Tabur Bunga, Ziarah Para Sesepuh Desa Maupun Ahli Kubur Mereka
Masing Masing Dan Puncaknya Berupa Kenduri Atau Selamatan Di Punden Desa.

Secara Etimologi Nyadran Dapat Diartikan Sebagai Satu Bentuk Tradisi


Layaknya Kenduri Yang Menggunakan Sarana Tertentu Yang Biasanya Berwujud
Makanan Yang Di Tempatkan Di Atas Tampah (Nampan) Tampah Merupakan
Semacam Nampan Namun Berbentuk Bulat Dan Terbuat Dari Pohon Bambu Yang Di
Anyam. .Sementara Makanan Yang Biasanya Harus Ada Saat Nyadran Adalah
Berwujud Ayam Ingkung, Pisang,Tape Dan Lain Sebagainya Makanan Makanan
Tersebut Di Bawa Sendiri Bukan Di Sajikan Kepada Arwah Atau Roh Namun
Makanan Makanan Tersebut Di Bacakan Doa Oleh Pemuka Agama Dan Tak Lupa
Mengirimkan Doa Kepada Dhanyang Desa Sumberoto Yang Di Anggap Sebagai
Pembuka Desa , Dusun Atau Kampung, Roh Atau Arwah Tersebut Oleh Masyarakat
Biasanya Di Sebut Dengan Dhayang Sing Bahurekso. Dhayang Sing Bahurekso Ini
Bukan Merupakan Nenek Moyang, Ia Merupakan Roh Yang Baik Atau Bisa Juga
Jahat Yang Menempati Tempat Tempat Tertentu Di Sebuah Dusun Atau Di Sebut
Dengan Punden Desa, Seperti Di Pohon Yang Berusia Tua , Di Sebuah Sumber Mata
Air (Sumur) , Makam Dan Atau Bisa Juga Di Tempat Tempat Lainnya Upacara
Bersih Bersih Ini Di Lakukan dari Pagi Hari Bisa Jadi Sampai Larut Sore, Serta Juga
Terdapat Ritual Ritual Wajib Seperti Nyekar, Ambengan Upacara Nyekar Atau
Tabur Bunga Ini Merupakan Sebuah Rangkaian Dari Tradisi Nyadran, Upacara
Nyekar Ini Adalah Dengan Cara Mendatangi Atau Menyambagi Makam Makam Para
Leluhur Kita Sebelum Mulai Prosesi Nyekar Pada Umunya Hal Yang Di Lakukan
Oleh Masyarakat Desa Sumberoto Adalah Membersihkan Makam Dari Rumput
Rumput Liar Serta Membenarkan Posisi Gundukan Makam , Memberi Nama Pada
Batu Nisan Jika Nama Tersebut Sudah Mulai Hilang Lalu Mendoakan Para Arwah
Arwah Leluhur Kita Atau Biasa Di Sebut Dengan Kirim Dungo Lalu Di Lanjutkan
Dengan Tabur Bunga Tradisi Nyekar Seperti Yang Dilakukan Banyak Orang
Indonesia, Sangat Mungkin Adalah Pengaruh Budaya Hindu Menabur Bunga Ke
Makam Atau Nyekar Jika Dirunut-Runut Asal-Muasalnya, Ternyata Bukan Tradisi
Islam, Melainkan Tradisi Jawa, Atau Daerah Lain Yang Bersentuhan Dengan Tradisi
Hindu. Orang Hindu Banyak Sekali Yang Menggunakan Bermacam-Macam Bunga,
Baik Untuk Ritual Bersyukur Atas Limpahan Panen Yang Memuaskan, Perayaan Hari
Besar, Upacara Perkawinan, Kematian, Dan Lainnya. Masing-Masing Upacara
Membutuhkan Jenis Dan Komposisi Bunga Yang Berbeda, Pada Tradisi Nyadran Ini
Memiliki Komposisi Bunga Yang Berbeda Komposisi Bunga Sekaran Yang Terdiri
Dari Bunga Gading, Bunga Kanthil, Bunga Kenanga, Setelah Beberapa Prosesi
Nyekar Ini Selesai Di Laksanakan Yaitu Melangkah Ke Prosesi Yang Selanjutnya,
Yaitu Ambengan Ambengan Merupakan Nasi Putih Yang Ditempatkan Dalam
Wadah, Wadahnya Dapat Berupa Tembor Atau Tampah Setelah Para Masyarakat
Berkumpul Acara Dan Membawa Makanan Dari Rumah Masing Masing Di
Lanjutkan Dengan Pembacaan Tahlil Dan Manaqib Yang Di Pimpin Oleh Pemuka
Agama Yang Terdapat Di Desa Sumberoto, Lalu Para Hadirin Mengamini Bacaan
Doa Yang Di Lantunkan Oleh Pemuka Agama Tersebut , Setelah Selesai Masyarakat
Memakan Masakan Yang Sudah Di Bacakan Doa Dengan Bersama Sama, Pada
Zaman Terdahulu Saat Masyarakat Desa Sumberoto Melakukan Tradisi Nyadran Ini
Di Sertai Dengan Hiburan Yaitu Nanggap Gong

Nanggap Gong Merupakan Hiburan Khas Jawa Yang Terdiri Dari Alat Music
Khas Jawa Seperti Gamelan, Gong Dan Alat Music Jawa Lainnya Yang Di Gunakan
Untuk Meramaikan Acara Nyadran Dan Juga Terdapat Sinden Sebagai Penari , Dalam
Acara Nanggap Gong Ini Para Pemain Music Serta Sinden Di Wajibkan
Menggunakan Pakaian Adat Jawa Lengkap Dengan Ikatan Blangkon Di Kepalanya
Yang Laki Laki .Namun Seiring Berkembangnya Zaman, Dalam Tradisi Nyadran
Sudah Mengalami Perubahan Karena Tingkat Perubahan Dimasyarakat Yang
Semakin Maju, Secara Otomatis Hal Ini Biasa Saja Merubah Kepercayaan
Masyarakat Dari Tradisi Nyadran Yang Dimaknai Sakral .Tradisi Nyadran Menjadi
Penting Dikaji Karena Nyadranan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Dari Tradisi Yang
Harus Tetap Dijaga Dan Di Pahami Oleh Masyarakat Luas Terutama Generasi Muda,
Apabila Tidak, Bisa Saja Tradisi Ini Punah Termakan Oleh Zaman Yang Modern
Seperti Ini. Seiring Dari Bertambahya Zaman Serta Mulai Memudarnya Tradisi Turun
Temurun Dari Rangkaian Tradisi Nyadran Ini Hanya Ada Beberapa Yang Masih Utuh
Dan Tetap Di Lakukan Sampai Saat Ini Adalah, Nyekar Dan Ambengan, Namun
Acara Ambengan Terdapat Perubahan Yaitu Yang Dulunya Di Lakukan Di Punden
Desa Sekarang Di Lakukan Di Masjid

Lalu Bagaimana Sudut Pandang Dari Agama Islam Tentang Adanya Tradisi
Nyadran Yang Sudah Turun Temurun Bagi Masyarakat Desa Setempat Oleh Karena
Itu, Agar Masyarakat Tidak Meninggalkan Ajaran Agama Islam, Maka Dalam
Pelaksanaan Nyadran Diselingi Dengan Beberapa Kegiatan Yang Bernuansa Islami
Misalnya Tahlilan Dan Pembacaan Manaqib Dan Lain Lainnya Yang Mengandung
Ajaran Islam Pada Hakikatnya Keberadaan Sebuah Budaya Tidak Terlepas
Membicarakan Tentang Simbol, Begitu Pula Dalam Menyikapi Al Quran Dan Sunnah
Sebagai Sumber Atau Pedoman Dalam Islam. Keberadaan Tradisi Nyadran Yang
Dilakukan Secara Rutin Juga Dapat Mempunyai Makna Atau Tujuan Sendiri Bukan
Semata-Mata Untuk Ingkar Atau Tidak Taat Beragama. Hanya Saja Disini Terdapat
Adaptasi Antara Tradisi Yang Sudah Mapan Dan Melekat Pada Masyarakat Dengan
Ajaran Baru Yang Harus Diterima Masyarakat Juga. Sehingga Tidak Jarang Umat
Islam Selalu Diberikan Sebuah Nasehat Untuk Selalu Berfikir Dalam Memahami
Segala Fenomena Yang Diperlihatkan Dalam Realita Sosial, Supaya Tidak Terjadinya
Salah Pemahaman.Menelusuri Tentang Sejarah Awal Masuknya Agama Islam Di
Pulau Jawa Serta Transmisi Ajaran Agama Islam Mempunyai Ciri Atau Karakter
Tersendiri

Secara Umum Dapat Disimpulkan Bahwa, Tradisi Nyadran Di Jaga Dengan


Baik Karena Sudah Diwariskan Secara Turun Temurun Oleh Masyarakat Desa
Sumberoto Di Samping Karena Merupakan Bagian Dari Kebudayaan, Pandangan
Hidup Masyarakat Jawa Membuat Tradisi Sedekah Bumi Masih Terus Terjaga
Kelestariannya. Masyarakat Jawa Memegang Teguh Sebuah Kepercayaan Mengenai
Peristiwa Penting Untuk Mencapai Tujuan Agar Warisan Leluhur Tetap Lestari Dan
Terjaga. Berdasarkan Hasil Analisis Data Dari Penelitian Yang Telah Dilakukan,
Maka Dapat Disimpulkan Bahwa: (1) Tradisi Sedekah Bumi Dilatar Belakangi Dari
Sebuah Makna Yang Mengartikan Bahwa Sedekah Bumi Berarti Mempersembahkan
Sesuatu Kepada Bumi Atas Limpahan Rahmat Serta Rezeki Agar Setiap Pergantian
Tahun, Kehidupan Masyarakat Dapat Lebih Baik Dan Juga Selamat Dari Makna
Tersebut Menjadi Dasar Untuk Tetap Dilaksanakannya Tradisi Nyadran (2)
Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Dilaksanakan Setiap Satu Tahun Sekali Pada Saat
Selesai Panen Raya Sedekah Bumi Terus Dilaksanakan Karena Hingga Saat Ini Masih
Berjalan Dengan Lancar; (3) Dalam Upaya Melestarikan Tradisi Sedekah Bumi Tentu
Saja Masyarakat Mempunyai Andil Yang Sangat Besar. Hampir Semua Kegiatan
Diikuti Oleh Seluruh Elemen Masyarakat Desa Sumberoto. Mereka Sangat
Menghargai Arti Tradisi Yang Hingga Saat Ini Masih Terus Terjaga Kelestariannya.
Bagi Masyarakat Yang Antusias Dengan Mengikuti Rangkain Acara Demi Acara
Maka Secara Tidak Terlihat Mereka Ikut Melestarikan Apa Yang Menjadi Budaya
Sendiri
DAFTAR PUSTAKA

Sutarto, ayu. 2013 upacara tradisional, kohesi social, dan bengunan


kebangsaan
Ariyono dan Aminuddin Sinegar, Kamus Antropologi (Jakarta:
Akademika Pressindo, 1985)
https://id.wikipedia.org/wiki/Nyadran
Baedhowi, Kearifan Lokal Kosmologi Kejawen dalam Agama dan
Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm. 65
BAB II.pdf (unpas.ac.id)
Damami, Muhammad. Makna Agama dalam Masyarakat Jawa.
Yogyakarta: LESFI, 2002.
Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret Dari
Cerebon, Terj. Suganda (Ciputat: PT. Logos wacana ilmu, 2001), 11.
Amin, Darori (ed). Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama
Media, 2000
NYADRAN, AKULTURASI BUDAYA JAWA YANG SARAT MAKNA |
Syakal IAIN Kediri
https://journal.umsida.ac.id/index.php/kanal/article/download/796/800/
Purwadi. Adat Istiadat Budaya Jawa. Yogyakarta: BudayaJawa.com, 2006

Anda mungkin juga menyukai