Disusun Oleh :
KELAS : A2IPS
FAKULTAS TARBIYAH
2022
MAKNA TRADISI NYADRAN BAGI MASYARAKAT
DESA SUMBEROTO BOJONEGORO
Oleh : Irfan Fathoni
Pulau Jawa Merupakan Salah Satu Pulau Terbesar Yang Ada Di Negara
Indonesia Dengan Tingkat Kepadatan Penduduk mencapai 1,184 Km² dan dimana
luas pulau jawa sekitar 128,297 Km² hal itu mengartikan bahwa setiap 1 Km nya
terdapat 1,184 penduduk , Dalam Pulau Jawa Sendiri Terdapat 6 Provinsi Yang
Tersebar Di Seluruh Penjuru Pulau Jawa Yaitu Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta,Banten , Jawa Tengah , Jawa Barat, Jawa Timur Dan Derah Istimewa
Jogjakarta (DIY) Suku Jawa Memiliki Aksara Atau Tulisan Khusus Yang Biasa Di
Sebut Dengan Aksara Jawa. Suku Jawa Bisa Di Katakana Dengan Suku Yang Masih
Memegang Erat apa Itu Kebudayaan Atau Tradisi Tradisi Yang Berhubungan Dengan
Alam Masih Terdapat Banyak Tradisi Adat Istiadat Dalam Masyarakat Jawa Dengan
Begitu Melimpahnya Tradisi Tradisi Dalam Diri Masyarakat Jawa Menjadikan
Tradisi Tersebut Sebagai Hal Yang Wajib Di Laksanakan Entah Dalam Lingkup
Tahun Maupun Dalam Lingkup Dalam Hal Hal Tertentu Tentunya Juga Upacara
Upacara Tersebut Masih Dalam Lingkup Agama Islam Seperti Halnya Upacara Yang
Di Lakukan Dalam Sebuah Adanya Kelahiran, Kematian , Perkawinan Adanya
Upacara Yang Menyatu Dengan Alam Atau Satu Tradisi Yang Masih Dilakukan
Pada Tubuh Rakyat Jawa Khususnya Tradisi Yang Masih Sangat Kental Dalam
Masyarakat Desa Sumberoto Adalah Tradisi Nyadran Atau Yang Familiar
Menggunakan Sebutan Tradisi Sedekah Bumi
Secara Bahasa Nyadran Berasal Dari Bahasa Sansekerta Dari Kata Saraddha
Yang Berarti Keyakinan Tradisi Nyadran Bertujuan Untuk Menghormati Para
Leluhur Dan Mengungkapkan Rasa Syukur Kepada Tuhan , Hal Tersebut Menjadikan
Nyadran Sebagai Upacara Adat Yang Penting Bagi Masyarakat Desa Sumberoto, Dan
Hampir Tidak Pernah Terlewat Sampai Saaat Ini. Tradisi Nyadran Ini Merupakan
Kompilasi Tradisi Jawa Kuno Dengan Ajaran Islam Para Wali Saat Menyiarkan
Agama Islam Di Tanah Jawa.Tradisi Ini Bukan Murni Ajaran Dari Para Wali Yang
Menyebarkan Agama Islam Namun Tradisi Ini Merupakan Sebuah Akulturasi Tradisi
Pada Masa Animisme Dan Dinamisme Dimana Masyarakat Pada Saat Itu Masih
Mempercayai Dengan Pemujaan Roh. Tujuan Dari Adanya Akulturasi Budaya
Tersebuat Agar Para Masyarakat Itu Agar Lebih Mudah Mengenal Islam Atau
Bahkan Dengan Senang Hati Mereka Memeluk Agama Islam , Para Wali Songo Yang
Menyebarkan Islam Bukan Melarang Ataupun Menghilangkan Apa Yang Telah
Menjadi Kebiasaan Mereka Pada Zaman Dahulu Justru Mereka Meluruskan Apa
Yang Telah Di Laksanakan Tentang Pemujaan Roh Yang Dalam Agama Islam
Sendiri Merupakan Suatu Kesalahan Besar , Kemudian Supaya Mereka Dapat
Meluruskan Kembali Jalan Hidup Mereka Maka Para Walisongo Tidak Menghapus
Ajaran Tersebuat Tetapi Menyelaraskan Atau Mengakulturasikan Dengan Ajaran
Agama Islam Yang Sebenarnya Dengan Cara Setiap Tradisi Pada Masa Animisme
Dan Dinamisme Di Iringi Dengan Bacaan Bacaan Ayat Suci Alqur’an Tahlil Tamhid
Istigfar Dan Doa Doa Lainnya , Nyadran Di Pahami Sebagai Bentuk Hubungan
Antara Laluhur Dan Manusia Dan Dengan Tuhan Yang Maha Kuasa Acara Nyadran
Sudah Menjadi Acara Tahunan Yang Dimana Setiap Tahun Wajib Di Laksanakan
Pada Saat Para Masyarakat Selesai Panen Raya Masyarakat Desa Sumberoto Yang
Mayoritas Masyarakatnya Merupakan Para Petani Jadi Sebagai Ungkapan Rasa
Syukur Atas Limpahan Rezeki Dari Panen Padi Mereke Para Masyarakat Desa
Sumberoto Berdondong Bondong Melaksanakan Upacara Nyadran Atau Sedekah
Bumi,. Nyadran Adalah Suatu Rangkaian Budaya Yang Berupa Pembersihan Makam
Leluhur, Tabur Bunga, Ziarah Para Sesepuh Desa Maupun Ahli Kubur Mereka
Masing Masing Dan Puncaknya Berupa Kenduri Atau Selamatan Di Punden Desa.
Nanggap Gong Merupakan Hiburan Khas Jawa Yang Terdiri Dari Alat Music
Khas Jawa Seperti Gamelan, Gong Dan Alat Music Jawa Lainnya Yang Di Gunakan
Untuk Meramaikan Acara Nyadran Dan Juga Terdapat Sinden Sebagai Penari , Dalam
Acara Nanggap Gong Ini Para Pemain Music Serta Sinden Di Wajibkan
Menggunakan Pakaian Adat Jawa Lengkap Dengan Ikatan Blangkon Di Kepalanya
Yang Laki Laki .Namun Seiring Berkembangnya Zaman, Dalam Tradisi Nyadran
Sudah Mengalami Perubahan Karena Tingkat Perubahan Dimasyarakat Yang
Semakin Maju, Secara Otomatis Hal Ini Biasa Saja Merubah Kepercayaan
Masyarakat Dari Tradisi Nyadran Yang Dimaknai Sakral .Tradisi Nyadran Menjadi
Penting Dikaji Karena Nyadranan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Dari Tradisi Yang
Harus Tetap Dijaga Dan Di Pahami Oleh Masyarakat Luas Terutama Generasi Muda,
Apabila Tidak, Bisa Saja Tradisi Ini Punah Termakan Oleh Zaman Yang Modern
Seperti Ini. Seiring Dari Bertambahya Zaman Serta Mulai Memudarnya Tradisi Turun
Temurun Dari Rangkaian Tradisi Nyadran Ini Hanya Ada Beberapa Yang Masih Utuh
Dan Tetap Di Lakukan Sampai Saat Ini Adalah, Nyekar Dan Ambengan, Namun
Acara Ambengan Terdapat Perubahan Yaitu Yang Dulunya Di Lakukan Di Punden
Desa Sekarang Di Lakukan Di Masjid
Lalu Bagaimana Sudut Pandang Dari Agama Islam Tentang Adanya Tradisi
Nyadran Yang Sudah Turun Temurun Bagi Masyarakat Desa Setempat Oleh Karena
Itu, Agar Masyarakat Tidak Meninggalkan Ajaran Agama Islam, Maka Dalam
Pelaksanaan Nyadran Diselingi Dengan Beberapa Kegiatan Yang Bernuansa Islami
Misalnya Tahlilan Dan Pembacaan Manaqib Dan Lain Lainnya Yang Mengandung
Ajaran Islam Pada Hakikatnya Keberadaan Sebuah Budaya Tidak Terlepas
Membicarakan Tentang Simbol, Begitu Pula Dalam Menyikapi Al Quran Dan Sunnah
Sebagai Sumber Atau Pedoman Dalam Islam. Keberadaan Tradisi Nyadran Yang
Dilakukan Secara Rutin Juga Dapat Mempunyai Makna Atau Tujuan Sendiri Bukan
Semata-Mata Untuk Ingkar Atau Tidak Taat Beragama. Hanya Saja Disini Terdapat
Adaptasi Antara Tradisi Yang Sudah Mapan Dan Melekat Pada Masyarakat Dengan
Ajaran Baru Yang Harus Diterima Masyarakat Juga. Sehingga Tidak Jarang Umat
Islam Selalu Diberikan Sebuah Nasehat Untuk Selalu Berfikir Dalam Memahami
Segala Fenomena Yang Diperlihatkan Dalam Realita Sosial, Supaya Tidak Terjadinya
Salah Pemahaman.Menelusuri Tentang Sejarah Awal Masuknya Agama Islam Di
Pulau Jawa Serta Transmisi Ajaran Agama Islam Mempunyai Ciri Atau Karakter
Tersendiri