Anda di halaman 1dari 17

PRA PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL ANALISIS PENGARUH UPACARA ADAT NGASA TERHADAP


FLOURISHING MASYARAKAT SUKU SUNDA DESA GANDOANG
KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES
ALASAN
PENGAMBILA Indonesia adalah negara di Asia Tenggara  yang dilintasi
N garis khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Australia,
serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah
JUDUL/LATAR negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau (Dari
BELAKANG 17.504 Pulau di Indonesia, 16.056 telah diverifikasi PBB Diarsipkan 2017-
08-19 di Wayback Machine). Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa
pada tahun 2020 (Hasil Sensus Penduduk 2020". www.bps.go.id. Badan
Pusat Statistik. 21-01-2021), Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar
keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia,
dengan penganut lebih dari 230 juta jiwa. Posisi Indonesia terletak pada
koordinat 6°LU – 11°08'LS dan dari 95°'BT – 141°45'BT serta terletak di
antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia


dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas
perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa,
di mana setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri dari 5
pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatra dengan luas
473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas
189.216 km², dan Papua dengan luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia
diukur dari kepulauan dengan menggunakan teritorial laut: 12 mil laut serta
zona ekonomi eksklusif: 200 mil laut (1982 UN Convention on the Law of
The Sea). Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku
bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut
sensus BPS tahun 2010.

Keragaman suku di Indonesia merupakan kekayaan tersendiri yang tidak


dimiliki oleh negara-negara atau bangsa-bangsa lainnya, sehingga
keberagaman ini merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki Indoensia
untuk mendukung kemajuan negara ini apabila dapat diberdayakan dengan
baik, karena setiap suku biasanya mewariskan adat atau budaya masing-
masing ke setiap anak cucunya dan ini dapat memperkaya berbagai hal di
Indonesia. Negara Indoenesia memiliki berbagai jenis kuliner, alat musik,
tari-tarian, lagu-lagu daerah, upacara adat dan kebiasaan-kebiasaan tertentu
sesuai dengan sukunya masing-masing, ini dapat menarik para wisatawan
asing maupun domenstik agar dapat lebih tertarik berkunjung ke Indonesia.

Upacara adat Menurut Koentjaraningrat (1980:140) menjelaskan bahwa


upacara adat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
bersama oleh masyarakat dalam suatu komunitas sebagai bentuk
kebangkitan dalam diri masyarakat (Herdiyanti, H., & Cholillah, J. (2017).
Pergeseran Modal Sosial dalam Pelaksanaan Upacara Adat Mandi Belimau
Di Dusun Limbung Desa Jada Bahrin Kecamatan Merawang Kabupaten
Bangka. Society, 5(2), 1-15), .upacara adat tergolong ke dalam beberapa
jenis, yaitu : upacara perkawinan, upacara kematian, upacara pengukuhan,
upacara syukuran, upacara ruwatan dan sebagainya.

Suku Sunda merupakan kelompok suku bangsa yang berasal dari bagian
barat Pulau Jawa Indonesia yang mencakup wilayah administrasi Provinsi
Jawa Barat dan Banten sebagai daerah asalnya. Abdurrahman dkk. 2013,
Suku Sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari barat pulau Jawa
tepatnya di Provinsi Jawa Barat. Mereka juga tersebar di wilayah lain,
seperti Banten, Jakarta dan wilayah barat di Provinsi Jawa Tengah. Anggota
Suku Sunda cukup banyak, mencapai 39.701.670 orang atau 15,5 persen dari
total penduduk Indonesia. Tentunya Suku Sunda memiliki tarian, musik,
kuliner khas, upacara adat dan produk-produk budaya yang lainnya.

Upacara adat Ngasa adalah sala satu bentuk upacara adat yang berada di
masyarakat suku sunda yang tinggal di Desa Gandong, Kecamatan Salem ,
Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, Upacara adat ini merupakan
perwujudan rasa syukur kepada Batara Windu Buana yang dianggap sebagai
pencipta alam. Batara sendiri mempunyai ajudan yang dinamakan Burian
Panutus. semasa hidupnya tidak makan nasi dan lauk pauk yang bernyawa.
Upacara adat ini digelar setiap Selasa Kliwon pada Mangsa Kesanga.
Gelaran Ngasa ini diadakan dalam kurun satu tahun sekali
(https://jatengprov.go.id/beritadaerah/lipi-teliti-tradisi-ngasa/). Secara garis
besar upacara adat ngasa memiliki rangkaian ritual sebagai berikut : berjalan
kaki menuju Pagedongan, menghitung jumlah warga yang hadir dengan
daun, sambutan-sambutan : Dinas Pariwisata Kabupaten Brebes, Camat
Kecamatan Salem dan Perwakilan Dewan Kokolot (pemangku adat), tiga
orang dewan kokolot jongkok ke tempat sakral dan membacakan matra
sambil membuang nasi sebagai perwujudan tolak bala, berdoa bersama-sama
sebagai rasa syukur atas limpahan panen tahun tersebut dan terakhir makan
berbagai olahan makanan dari jagung.

Dalam buku Psikologi Positif dengan penulis Arief (2016), ia membuat


pernyataan bahwa kebahagiaan merupakan tujuan akhir dari segala
aktivitas, daya upaya dan perjuangan dalam hidup. Permasalahan mulai
muncul saat setiap individu merasa mencapai sesuatu, namun hal tersebut
bukan menjadi tujuan akhir sehingga kebahagiaan yang dirasakan tidak
bersifat autentik namun sementara. Setiap kita sepakat bahwa “ bahagia”
senantiasa dicari dan berusaha dicapai oleh setiap insan selama menjalani
kehidupannya. Hadirnya Psikologi Positif bertujuan untuk mempelajari
tentang bagaimana cara manusia menjadi sejahtera di dalam menghadapi
kesulitan. kita dapat menemukan dan mengembangkan berbagai faktor yang
memungkinkan individu, komunitas, dan masyarakat untuk tumbuh dan
berkembang. Diketahui wilayah Positif Psikologi pada level subjektif yakni
tentang pengalaman subjektif pada masa lalu, masa sekarang, dan masa
depan.  Pada masa lalu (past) terdiri atas kesejahteraan subjektif (subjective
well being) dan kepuasan hidup. Pada masa sekarang (present)  meliputi
flow, joy, pleasure, dan happiness. Pada kontruksi kognitif tentang masa
depan (future) terdiri dari optimism, hope, dan faith. 

Tetapi terlepas dari dimensi waktu, kajian tersebut berkembang dan


kemudian diteliti oleh berbagai pihak. Salah satu bahasan yang cukup
menarik untuk dikaji dalam psikologi positif adalah konsep
flourishing.Tentunya berbagai cara dapat ditempuh setiap orang untuk
mencapai kebahagiaan yang ingin dicapai. Mulai dari mendapat pujian dari
orang disekitar, mendapat penghasilan besar per bulan bagi para pekerja
maupun prestasi yang berhasil dicapai bagi setiap insan yang menjalani
suatu tugas dan tanggung jawab. Semua hal tersebut, tentu tidak salah.
Memang tidak dapat dipungkuri bahwa hal-hal tersebut diatas dapat
membuat setiap insan merasa bahagia. Namun, semua hal tersebut hanya
mendatangkan kebahagiaan yang bersifat sementara sehingga belum
mencapai kebahagiaan otentik. Guna menemukan kebahagiaan otentik,
seorang tokoh Psikologi bernama Martin Seligman merumuskan suatu
konsep yang disebut Kebahagiaan otentik (authentic happiness). Baginya,
kebahagiaan otentik bukanlah suatu konsep yang abstrak. Melainkan, suatu
konsep yang terukur dan dapat terjelaskan melalui beberapa konsep.

Upacara Adat Ngasa yang terdapat di masyrakat suku Sunda, khususnya


warga Desa Gandoang Kecamatan Salem Kabupaten Brebes sudah berjalan
cukup lama, bahkan ketika peneliti bertanya kepada salah satu anggota
Dewan Kokolot (Pemangku Adat) terkait sudah berapa kali Upacara Adat ini
diselenggarakan beliau tidak tahu, karena sudah berjalan setiap tahunnya
dari zaman dahulu. Sehingga sangat sakral upacara adat ini walapun pada
hari pelaksanaan diguyur hujan maka tetap harus dilaksanakan (Wawancara
dengan bapak Sunarto,Juru Kunci (Kuncen) Gunung Sagara, di desa
Gandoang, pada tanggal 26 Januari 2021), tentunya akan menambah
tantangan ketika harus naik ke daerah Pagedongan. Hal Menarik dari
Upacara adat ini adalah tidak pernah sekalipun tidak dilaksanakan. Sehingga
Diperkirakan terdapat pengaruh pada Flourishing masyarakat Sunda di
daerah tersebut, Flourishing ini terwujudkan dalam lima pilar PERMA,
yakni :  Positive Emotion, Engagement, Relationship/Positive Relationship,
Meaning, dan Accomplishment/Achievement yang teraktualisasikan di
kehidupan masyrakat suku sunda Desa Gandoang Kecamatan Salem dalam
kehidupan sehari-hari.

penelitian mengenai Analisis Pengaruh Upacara Adat Ngasa Terhadap


Flourishing Masyarakat Suku Sunda Desa Gandoang Kecamatan Salem
Kabupaten Brebes
VARIABEL Variabel Bebas Upacara Adat Ngasa
PENELITIAN
Variabel Terikat Flourishing Masyarakat Suku
Sunda
PENGERTIAN Upacara adalah rangkaian tindakan atau perbuatan, tanda kebesaran, dan
VARIABEL perlengkapan berdasarkan adat istiadat yang berkaitan dengan peristiwa-
peristiwa penting di dalam masyarakat Poerwadarminta (1990)
Adat adalah peraturan hidup sehari-hari. Upacara tradisional adalah kegiatan
sosial yang melibatkan para warga masyarakat dalam ushaa bersama untuk
mencapai tujuan. Upcara tradisional merupakan suatu kegiatan sosial yang
melibatkan warga masyarakat pendukungnya dalam usaha bersama untuk
mencapai tujuan keselamatan yang mengandung aturan-aturan yang wajib
dipenuhi dan dilaksanakan oleh warga masyarakat (Herusatoto, 1984:1)
Ngasa berarti perwujudan rasa syukur kepada Batara Windu Buana yang
dianggap sebagai pencipta alam. Batara sendiri mempunyai ajudan yang
dinamakan Burian Panutus. semasa hidupnya tidak makan nasi dan lauk pauk
yang bernyawa. Upacara adat ini digelar setiap Selasa Kliwon pada Mangsa
Kesanga. Gelaran Ngasa ini diadakan dalam kurun satu tahun sekali. Kali
pertama, Ngasa digelar sejak masa pemerintahan Bupati Brebes IX Raden
Arya Candra Negara. (https://jatengprov.go.id/beritadaerah/lipi-teliti-tradisi-
ngasa/)
Kesejahteraan dalam konsep Psikologi Positif dikenal dengan nama
flourishing. Flourishing merupakan pengalaman hidup yang berjalan dengan
baik (Seligman, 2010). Flourishing adalah kombinasi dari perasaan baik
(good feeling) dan berfungsi secara efektif. Flourishing sinonim dari level
kesejahteraan mental yang tinggi dan melambangkan kesehatan mental
(Huppert, 2009; Keyes, 2002; Ryff dan Singer, 1998). Flourishing adalah
kombinasi dari perasaan baik (good feeling) dan berfungsi secara efektif
(Effendy, 2016). Flourishing sinonim dari level kesejahteraan mental yang
tinggi dan melambangkan kesehatan mental (Huppert, 2009). Diener
menambahkan purpose in life, positive relationship, engagement,
competence, self esteem, optimish untuk enrichment of well being dalam
konsep flourishing. Jadi orang dengan tingkat yang tinggi dari emosi positif
dan memiliki fungsi yang baik secara psikis dan sosial yang baik memiliki
complete mental health sebagai Flourishing. Dari penjelasan ini
menunjukkan fourising adalah tingkat tinggi dari well being.Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa flourishing adalah kondisi seseorang
dimana ia menunjukkan perkembangan yang optimal yang ditandai dengan
tingginya positive emotion, engagement, positive relationship, meaning of
life dan accomplishment sehingga seseorang tersebut dapat merasakan
kebahagiaan
Suku Sunda merupakan kelompok suku bangsa yang berasal dari bagian
barat Pulau Jawa Indonesia yang mencakup wilayah administrasi Provinsi
Jawa Barat dan Banten sebagai daerah asalnya. Abdurrahman dkk. 2013.
“Migrasi Suku-Suku dan Asimilasi Budaya di Indonesia; Tinjauan Literatur
antara Teori dan Empiris,” dalam Paper Tugas Mata Kuliah Mobilitas
Penduduk. Depok: Program Magester Kajian Kependuduan dan
Ketenagakerjaan Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Hal 22.
ASPEK-ASPEK Upacara Adat Ngasa  Sejarah Tradisi Ngasa
PENELITIAN Sejarah tradisi Ngasa juga dapat
dimungkinkan dilihat dari
penamaan Ngasa itu sendiri. Secara
etimologi, Ngasa terambil dari kata
ngasanga yang merujuk pada bulan
ke sembilan dalam kalender Jawa,
yaitu bulan Kasanga. Ngasanga
adalah prosesi ritual dalam
memperingati datangnya pranata
mangsa bulan Kasanga yang
terdapat dalam kalender Jawa.
Sebagai bentuk rasa syukur atas
limpahan rezeki yang diperoleh
masyarakat, kemudian diadakanlah
prosesi Ngasa. Oleh sebab itu, tradisi
Ngasa juga sering disebut sebagai
sedekah gunung. Ini juga bisa
menjadi sebab munculnya tradisi
Ngasa, seperti yang diterangkan
oleh bapak Subandi (Wawancara
dengan bapak Subandi, tanggal 25
Maret 2017)
 Bentuk Pelaksanaan Tradisi Ngasa
Pelaksanaan tradisi Ngasa secara
lengkap dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Tradisi Ngasa dimulai dengan
mengadakan bersih-bersih satu
bulan sebelum tradisi Ngasa
berlangsung, yaitu
membersihkan jalan-jalan yang
dilalui ketika menuju Gunung
Sagara, hingga gedong, pancuran
lima, makam Batara Guru dan
puncak
2. Pada hari berlangsungnya
tradisi Ngasa, yaitu pada Selasa
kliwon di bulan Maret, semua
juru kunci (kuncen) dan para
pembantunya yang terdiri dari
sebelas orang, mengenakan
pakaian putih sebagai bentuk
kesucian dan sekaligus sebagai
pembeda dengan peserta lainnya
3. Setelah subuh,masyarakat
secara bersamaan ataupun
terpisah berangkat menuju
gedong. Tidak sedikit
masyarakat yang memilih
menginap satu atau dua hari,
bahkan hingga satu minggu
sebelum tradisi Ngasa
berlangsung. Sebelum memasuki
wilayah gedong, biasanya
masyarakat pergi menuju
pancuran lima terlebih dahulu
untuk bersuci
4. Ketika prosesi bersuci telah
selesai, masyarakat kemudian
berkumpul di wilayah gedong
menunggu semua juru kunci
(kuncen) berkumpul. Hal
tersebut juga dipergunakan
untuk mempersiapkan makanan
berupa nasi jagung yang
nantinya ikut didoakan dan
kemudian dibagikan secara
merata kepada semua orang
yang hadir
5. Sebelum memasuki wilayah
sakral (gedong, saung, makam
Batara Guru dan puncak),
sembari duduk seperti orang
sedang menyembah, dengan
mengangkat kedua buah
pergelangan tangannya ke atas
dahinya, terlebih dahulu juru
kunci (kuncen) berdoa.
(Wawancara dengan bapak
Sunarto,Juru Kunci (Kuncen)
Gunung Sagara, di desa
Gandoang, pada tanggal 23
November 2015)

 Nilai Filosofis Tradisi Ngasa Desa


Gandoang
Nilai filosofis yang terkandung
dalam tradisi Ngasa, terdapat dalam
beberapa aspek sebagai berikut.
Pertama, nilai filosofis yang
terkandung dalam atribut tradisi
Ngasa, yaitu terkandung dalam (1)
pakaian putih para juru kunci
(kuncen),. Dan (2) nasi jagung
sebagai persembahan utama dalam
tradisi Ngasa. Kedua, nilai filosofis
yang terkandung dalam lokasi-
lokasi sakral pada pelaksanaan
tradisi Ngasa, yaitu terkandung
dalam (1) pancuran lima sebagai
lokasi bersuci, (2) gedong sebagai
tempat dilaksanakannya tradisi
Ngasa dan (3) teleng sebagai lokasi
ritual inti tradisi Ngasa. Ketiga,
nilai filosofis yang terkandung
dalam pelaksanaan inti tradisi Ngasa,
yaitu terkandung dalam dua prosesi,
(1) Ngasa dan (2) Ngukus
Flourishing  Biografi Martin E. P. Seligman
Martin E. P. "Marty" Seligman adalah
seorang psikolog Amerika. Beliau lahir
12 Agustus 1942. Ia seorang pendidik,
dan penulis buku self-help. Sejak akhir
1990-an, Seligman telah menjadi
promotor yang rajin dalam komunitas
ilmiah untuk bidang psikologi positif.
Teorinya tentang learned helplessness
sangat populer di kalangan ilmuan
psikologi dan psikolog klinis. A Review
of General Psychology survey, yang
diterbitkan pada tahun 2002,
menempatkan Seligman sebagai
psikolog yang berada pada urutan 31
yang paling banyak dijadikan rujukan
pada abad 20. (Usman, J. (2017). KONSEP
KEBAHAGIAN MARTIN
SELIGMAN. Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu
Ushuluddin Dan Filsafat, 13(2), 359-374.)
Seligman adalah Profesor Psikologi
Keluarga di Departemen Psikologi
Universitas Pennsylvania. Sebelumnya
dia adalah Direktur Program Pelatihan
Klinis di departemen tersebut, dan
sebelumnya mengajar di Cornell
University. Dia adalah direktur Pusat
Psikologi Positif universitas. Pada tahun
1998 ia terpilih menjadi Presiden
American Psychological Association.
Selain itu, Dia adalah pemimpin redaksi
Pencegahan dan Pengobatan (jurnal
elektronik APA) dan berada di dewan
penasehat majalah Orangtua.
Seligman telah menulis tentang topik
psikologi positif di buku-buku seperti
The Optimistic Child, Child's Play,
Learned Optimism, dan Authentic
Happiness. Buku terbarunya, Flourish,
diterbitkan pada tahun 2011. Ia lahir di
Albany, New York pada tanggal 12
Agustus 1942. Dia dididik di sekolah
negeri dan di The Albany Academy. Ia
meraih gelar sarjana filsafat di Princeton
University pada tahun 1964, lulus dari
Summa Cum Laude. Seligman menolak
beasiswa untuk belajar filsafat analitik di
Universitas Oxford, atau psikologi
eksperimental hewan di University of
Pennsylvania dan menerima tawaran
untuk hadir belajar psikologi di
University of Pennsylvania. Dia meraih
gelar Ph.D. di bidang psikologi di
University of Pennsylvania pada tahun
1967. Pada tanggal 2 Juni 1989
Seligman menerima gelar doctor
kehormatan dari Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Uppsala,Swedia
(Usman, J. (2017). KONSEP KEBAHAGIAN
MARTIN SELIGMAN. Rausyan Fikr: Jurnal
Studi Ilmu Ushuluddin Dan Filsafat, 13(2), 359-
374.)

 Konsep Kebahagian Martin


Seligman
Konsep bahagia, menurut Martin, dapat
didilihat dari dua sudut padang, yaitu
definisi moral-laden dan morally-neutral.
Definisi moral-laden menghendaki
bahwa tolak ukur kehagiaan adalah niai-
nilai moral, yang pada intinya adalah
kebahagiaan berpusat pada pelaksanaan
kebaikan (virtue). Di sisi lain, definisi
kebahagian secara netral lebih
menekankan pada kesejahtraan subjektif
dalam bentuk kepuasan penuh terhadap
hidup atau pencapaian terhadap
kenikmatan yang tinggi. (Martin, M. W.
(2007). Happiness and virtue in positive
psychology. Journal for the theory of
social behaviour, 37(1), 89-103.)
Seligman lebih jauh menjelaskan bahwa
untuk mengetahui tinggkat kebahagiaan
seseorang dapat diukur atau diketahui
dengan melihat tingkat kepuasaan
dirinya. Menurutnya bahwa kebahagian
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
yang utama adalah kepuasan hidup
(overall satisfaction), lingkugan di luar
kontrol diri (circumstances beyond our
control) dan tindakan sukarela (voluntary
action).
Defenisi tentang kebahagiaan telah
dikemukan oleh banyak ahli. Car (2004)
mengemukakan bahwa kebahagiaan itu
merupakan kondisi psikologis yang
positif, yang ditandai oleh tingginya
kepuasan masa lalu, tingginya tingkat
emosi positif, dan rendahnya tingkat
emosi negative. Adapun menurut
Seligman kebahagiaan adalah
mengetahui kekuatan/kelebihan tertinggi
yang dimiliki kemudian
mengembangkannya dan
menerapkannnya untuk melayani sesuatu
yang diyakini lebih besar dari kita. (5
https://www.edge.org/3rd_culture/seligm
an04/seligman_index.html, diakses pada
hari Kamis, Agustus 2021) Konsep
kebahagian Seligman tidak lepas dari
konsep diri yang telah disebutkan
sebelumnya, bahwa manusia memiliki
hak dasar untuk bahagia. Menurutnya
bahwa kebahagian adalah sumber
motivasi yang mendasar manusia. Tiap
gerak gerik dan upaya manusia di dunia
ini mengarah pada pencapaian
kebahagian. Hanya saya pandaganan
manusia tentang hakekat kebahagian itu
yang berbeda. Seperti konsep Freud yang
mengatakan bahwa pemenuhan hasrat
sexualitas dan agresi adalah motivasi
yang fundamental. Maka, kehadiran
psikologi positif yang dipelopori oleh
Seligman sebagai solusi alternative
terhadap persoalan kemanusiaan yang
tak kunjung selesai. Ia pun mengatakan
bahwa kebahagian adalah kebutuhan
mendasar bagi manusia yang ia
istilahkan ―authentic
happiness‖(kebahagiaan otentik).

 Definisi Flourishing
Pada awal berdiri, yaitu tahun 2000,
tujuan Psikologi Positif yang
disampaikan oleh Seligman adalah
“Authentic Happiness” (Kebahagiaan
Autentik) yang meliputi tiga dimensi
(positive emotion, engagement, dan
meaning). Pada tahun 2006, konsep
tersebut diperbaiki menjadi 5 pilar
(PERMA) yang dikenal dengan
flourishing (Effendy, 2016).
Flourishing adalah salah satu kata kunci
utama dalan istilah psikologi positif. Arif
(2016: 23) mendefinisikan Flourishing
sebagai keadaan seseorang, suatu
organisme, atau suatu kelompok, dimana
ia menunjukkan perkembangan yang
optimal dan fungsi-fungsinya berjalan
pula dengan sangat baik.
Sepintas konsep ini sangat mirip dengan
konsep aktualisasi diri yang meruupakan
salah satu konsep psikologi humanistik,
tetapi ada perbedaan besar di antara
keduanya. Flourishing adalah konsep
yang terukur, tidak seperti konsep
aktualisasi diri yang lebih filosofis.

 Aspek-aspek Flourishing
1. Positive Emotion (Emosi Positif)
Aspek yang pertama adalah Positive
Emotion (P). Menurut teori klasik
yang masih diakui peran pentingnya
hingga sekarang dari James & Lange
(dalam Arif, 2016: 47), emosi adalah
penghayatan seseorang akan pola
perubahan fisiologis tubuhnya dalam
menanggapi peristiwa penting dalam
kehidupannya, yaitu peristiwa-
perisstiwa yang akan memiliki
dampak besar terhadap
kesejahteraannya atau berpotensi
menimbulkan perbahan besar
didunianya. Sementara emosi positif
(P) merupakan mekanisme internal
manusia agar ia mendekati situasi-
situasi atau objek-objek yang
memberikan dampak positif baginya.
2. Engagement (Keterlibatan)
Engagement berarti melibatkan diri
dengan sepenuh hati, dengan total,
dengan sukarela dan sering kali
dengan mengambil resiko dalam
suatu relasi dengan
seseorang/sekelompok/suatu tujuan
yang paling bermakna bagi individu.
Dalam suatu engagement, seseorang
ingin memberikan yang terbaik dari
dirinya, bagi orang
lain/kelompok/suatu tujuan.
Kebalikan dari engagement adalah
disengagement, dimana seseorang
hanya menjalani sesuatu dengan
berjarak, tanpa komitmen, tanpa
melibatkan hati, tanpa mengambil
resiko, dan hanya menjalankannya
sesuai aturan atau ketentuan yang
ada
3. Positive Relationship (Hubungan/
Relasi Positif)
Studi tentang relasi positif adalah
salah satu aspek dari PERMA yang
sangat beragam. Topik studi relasi
positif antara lain: attachment, love,
social intelligence, empathy,
compassion,dan trust.
4. Meaning of Life (Hidup yang
Bermakna)
Seligman menjadikan M (Makna
Hidup/Meaning of Life) sebagai
salah satu komponen penting dalam
teorinya tentang PERMA, yaitu
tentang hal-hal yang berada dalam
kendali pribadi untuk menjalani
hidup yang bahagia. M memiliki
kesalingterkaitan yang besar dengan
semua aspek PERMA yang lain,
bahkan mungkin tidak berlebihan
jika dikatakan bahwa M selalu hadir
sebagai prasyarat, meskipun jarang
dinyatakan secara eksplisit bagi
berfungsinya aspek PERMA yang
lain (Arif, 2016: 271).
5. Accomplishment (Pencapaian/
Prestasi)
Seligman (dalam Arif, 2016: 249)
mengatakan bahwa metafora yang
menurutnya tepat untuk
menggambarkan accomplishment
adalah jarak. Sebagai jarak, maka
nilai sebuah pencapaian dilihat dari
sejauh mana seseorang
meninggalkan titik awal, dan bukan
melihat titik akhirnya saja. Seligman
mengatakan bahwa accomplishment
bergantung pada skill yang dimiliki
seseorang dan effort (upaya) yang
dikerahkannya.
FAKTOR YANG Flourishing 1. Kepribadian
MEMPENGARU Kepribadian merupakan prediktor yang
HI paling kuat dan konsisten, khususnya
extraversion dan neurocitism.
Kepribadian yang ekstrovet secara kuat
berhubungan dengan model emosi
positif, sedangkan kepribadian neurotik
berhbungan dengan model emosi negatif
(Huppert dalam Maranatha, 2017).
Seseorang dengan kepribadian neurotik
cenderung cemas, mudah marah, dan
depresi, sedangkan seseorang yang
ekstrovet cenderung lebih sosial,
optimis, mudah bergaul, enerjik,
ekspresif, aktif, asertif, dan bersemangat.
2. Usia
Seseorang yang berusia muda dan tua
cenderung memiliki kesejahteraan yang
tinggi dibandingkan dengan seseorang
yang berada pada usia pertengahan,
walaupun terdapat penurunan
kesejahteraan pada seseorang lanjut usia.
Temuan-temuan baru justru mengatakan
bahwa kepuasan hidup cenderung
meningkat sejalan dengan usia. Emosi
yang menyenangkan memang sedikit
turun sejalan dengan usia, tetapi emosi
yang tak menyenangkan cenderung
bersifat tetap.
3. Jenis Kelamin
Secara umum terdapat keunikan bahwa
jenis kelamin perempuan cenderung
lebih intens dalam penghayatan emosi.
Ketika mereka mengalami emosi positif,
penghayatan mereka lebih positif.
Sebaliknya, ketika mereka mengalami
emosi negatif, umumnya penghayatan
mereka juga lebih negatif (Seligman
dalam Arif, 2016: 39).
4. Religiusitas
Religiusitas seseorang rupanya masish
menunjukkan kontribusi yang signifikan
pada kebahagiaaan, barangkali karena
agama memberi harapan dan makna
(Seligman dalam Arif, 2016: 39).
5. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial memiliki korelasi yang
besar terhadap kebahagiaan. Kuantitas
dan kualitas pertemanan erat kaitannya
dengan dukungan sosial, dan relasi sosial
itu sendiri kelihatannya merupakan salah
satu fondasi utama kemanusiaan kita
(Seligman dalam Arif, 2016: 39).

Upacara Adat Ngasa 1. Faktor adat


Faktor adat merupakan suatu faktor
utama yang mendorong masyarakat
untuk melaksanakan Upacara Adat
Ngasa, karena Ngasa memang sudah
sejak dahulu dilaksanakan oleh para
leluhur sejak masyarakat sekarang belum
lahir (SAFRIZAL, N. (2014).
ANALISIS TRADISI TOLAK BALA
DALAM TINJAUAN SOSIOLOGI DI
GAMPONG BLANG BARO
KECAMATAN KUALA KABUPATEN
NAGAN RAYA (Doctoral dissertation,
Universitas Teuku Umar Meulaboh).
2. Faktor fanatik
Melalui faktor fanatik, seoalah-olah
Upacara Adat Ngasa dapat
mempengaruhi masyarakat dalam proses
pelaksanaannya. Masyarakat turun
temurun melaksanakan Ritual tersebut.
3. Pengaruh Modernisasi
Kemajuan zaman berdampak pada pola
pemikiran masyarakat yang
mengakibatkan perubahan sikap
masyarakat yang tidak lagi
mempedulikan nilai nilai
ketradisionalan. Masuknya budaya barat
membuat pola pikir masyarakat
berubah. Mereka sudah tidak lagi
mempercayai hal-hal yang sifatnya
sakral melainkan hanya hiburan semata
yang dibutuhkan (Nisa, A. K. (2019).
PERGESERAN TRADISI SEDEKAH
BUMI AWUR-AWUR DAN
PERUBAHANNYA DI DESA
GEDANGDOWO KECAMATAN
JEPON KABUPATEN BLORA
(Doctoral dissertation, Fakultas Ilmu
Budaya).
4. Perkembangan Agama
Dinamika Islam dalam sejarah
kehidupan manusia sangat ditentukan
oleh interaksi sosial yang pada akhirnya
akan sangat berpengaruh dalam memberi
warna, dan karakter lain (Abdurrahman,
2003:150). Artinya, Islam memberikan
berbagai macam warna dalam kondisi
sosial masyarakat, terutama pada
masyarakat Gandoang dalam
mengaplikasikan bentuk syukur dengan
mengadakan Upacara Adat Ngasa.
5. Menjaga Kerukunan
Warga desa tetap menjaga kerukunan
dan selalu mengutamakan sikap
kegotong-royongan, dimana manusia
sebagai mahluk sosial selalu
membutuhkan dan dibutuhkan oleh
manusia lain (Veralidiana, I. (2010).
Implementasi tradisi “sedekah bumi”:
Studi fenomenologis di Kelurahan
Banjarejo, Kecamatan Bojonegoro,
Kabupaten Bojonegoro (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim).
PENELITIAN HARMONI DI KAKI Wijartno.Wijanarto 2018
GUNUNG KUMBANG
TERDAHULU Ngasa, Komunitas Jalawastu
dan Jejak Sunda di
KabupatenBrebes
MAKNA SIMBOL Azis Iskandar 2019
KOMUNIKASI DALAM
UPACARA ADAT NGASA
DI KAMPUNG BUDAYA
JALAWASTU DESA
CISEUREUH KABUPATEN
BREBES
Makna Simbol Komunikasi Mubarok, Made Dwi Adnjani 2020
Dalam Upacara Adat Ngasa , dan Azis Iskandar
Di Kampung Budaya
Jalawastu, Desa Ciseureuh
Kabupaten Brebes.

HIPOTESIS Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Upacara Adat Ngasa dengan
Flourishing pada Masyarakat Suku Sunda
METODE Penelitian ini akan menggunakan metode Kualitatif Studi Kasus yang
PENELITIAN/A merupakan  merupakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menyelidiki
LAT dan memahami sebuah kejadian atau masalah yang telah terjadi dengan
UKUR/ANALISI mengumpulkan berbagai macam informasi yang kemudian diolah untuk
S PENELITIAN mendapatkan sebuah solusi agar masalah yang diungkap dapat terselesaikan.
Susilo Rahardjo & Gudnanto pada tahun 2010 juga menjelaskan bahwa studi
kasus merupakan suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan
secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang
mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya
dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh
perkembangan diri yang baik.. Untuk mengungkap bagaimana Pengaruh
Upacara Adat Ngasa Terhadap Flourishing Masyarakat Suku Sunda dengan
menggunakan teknik pengumpulan data : observasi, wawancara, dan analisis
dokumen

Anda mungkin juga menyukai