Anda di halaman 1dari 4

MASYARAKAT SENTANI DI PAPUA

1. Lokasi/Peta

sentani papua
Sentani adalah distrik sekaligus ibu kota dari Kabupaten Jayapura, provinsi Papua, Indonesia.
Distrik Sentani memiliki luas wilayah 98,00 km² dengan jumlah penduduk pada tahun 2021
sekitar 75.742 jiwa, dan kepadatan penduduk 772,88 jiwa/km². Sementara ibukota distrik
Sentani berada di kelurahan Sentani Kota.

Peta lokasi Distrik Sentani


Koordinat: 2.563642°S 140.514640°E
Negara
Indonesia
Provinsi
Papua
Kabupaten
Jayapura
Pemerintahan
• Kepala distrik
Eroll Yohanis Daisiu, SE
Luas
• Total
98,00 km2 (37,84 sq mi)
Populasi (2021)
• Total
75.742 jiwa
• Kepadatan
773/km2 (2,000/sq mi)
Kode Kemendagri
91.03.01 Edit the value on Wikidata
Kampung/kelurahan
7 kampung
3 kelurahan

Geografis
Batas-batas wilayahnya distrik Sentani adalah sebagai berikut:
Utara Gunung Syclop
Timur Sentani Timur
Selatan Distrik Ebumfau
Barat Distrik Waibu
Hingga tahun 2020, distrik Sentani memiliki 10 kampung, 60 RW, 217 RT. Dari seluruh
Kampung tersebut Kelurahan Sentani Kota memiliki RT dan RW terbanyak yaitu 12 RW dan
53 RT. Distrik Sentani memiliki Personil Keamanan yang berjumlah 10 orang Babinsa.
Jumlah perangkat kampung pada tahun 2020 di Distrik Sentani adalah 10 orang Kepala
Kampung, 10 orang Sekretaris Kampung (Sekam) dan 4 orang Kaur di tiap Kampung dengan
total keseluruhan sebanyak 40 kaur yaitu Kaur Pemerintahan, Kaur Pembangunan, Kaur
Keuangan dan Kaur Umum.

Demografi
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020 mencatat adanya keberagaman
warga distrik Sentani berdasarkan agama yang dianut. Adapun persentasi agama yang dianut
di distrik Sentani yakni pemeluk agama Kekristenan sebanyak 64,21% dimana mayoritas
Protestan 58,16% dan sebagian lagi Katolik 6,05%. Kemudian pemeluk agama Islam
sebanyak 35,44% dan sebagian kecil memeluk agama Buddha 0,18% dan Hindu 0,017%.
Sementara sarana rumah ibadah, terdapat 66 buah gereja Protestan, kemudian 22 gedung
Masjid, 3 gedung gereja Katolik dan 1 gedung Pura.

2. Rumah adat

Di Pulau Asei, pulau kecil di tengah Danau Sentani juga masyarakatnya memiliki rumah adat
Walofo Mauw yang digunakan sebagai media pendidikan bagi anak dan remaja, khususnya
laki-laki. Rumah adat Walofo Mauw di Pulau Asei itu memiliki atap berbentuk kerucut.
Rumah Walofo Mauw itu mempunyai tiga tingkatan. Tingkatan pertama sebagai tempat anak-
anak yang mengikuti inisiasi, lalu tingkatan kedua sebagai tempat dari para pengajar dan
tingkatan ketiga sebagai tempat dari “Dewa Bhome” yang diyakini sebagai penguasa dari
Pulau Asei.
Rencananya, rumah itu akan dijadikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda budaya
masyarakat, tetapi hingga saat ini rumah tersebut tidak difungsikan.
3. Pakaian adat

Rok rumbai adalah padanan serasi dari baju kurung yang bisa dipakai oleh perempuan. Rok
ini terbuat dari daun sagu kering dan dipakai untuk menutupi tubuh bagian bawah. Namun,
rok rumbai juga bisa dipakai oleh pria, loh. Bedanya, pria tidak menggunakan pakaian atasan
lagi seperti baju kurung yang biasanya dipakai perempuan.

4. Alat musik

Salah satunya adalah Okonkilka, sebuah alat music warisan budaya adat masyarakat
Sentani Tengah, tepatnya masyarakat Kampung Babrongko dan sekitarnya,  tengah
diupayakan untuk mendapat pengakuan sebagai warisan budaya tak benda oleh  Balai
Pelestarian Nilai Budaya Papua.
Terkait upaya tersebut, Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw menyatakan dukungannya
dan mengakui bahwa alat music Okonkilka tidak ada duanya di dunia, dan sebagai alat
music mengiringi alat music lainnya pada penampilan tarian-tarian adat Sentani.
“Alat musik Okuika ini biasa dipakai untuk tari-tarian adat Sentani, yang mengiringi alat
musik tifa dan lainnya,” ungkapnya saat ditemui di Hotel Suni Garden Lake Sentani baru-
baru ini.
Bupati dua periode tersebut pun mengimbau kepada masyarakat adat dan para pecinta
musik dan budaya, untuk turut melestarikannya.
“Karena memang ini asli dan tidak ada di daerah lain, hanya di Kampung Babrongko dan 
sekitarnya,” jelasnya.
Dan sebagai langkah pelestariannya, Bupati Mathius pun menyatakan bahwa bukan hanya
alat music okonkilka saja, Pemerintah Kabupaten Jayapura yang dipimpinnya sudah tujuh
tahun berupaya melestarikan berbagai hal terkait adat istiadat melalui program
kebangkitan adat.
“Kita sudah tujuh tahun tetus membangun adat istiadat di Kabupaten Jayapura dengan
thema kebangkitan adat. Kita tetus dorong kampung-kampung adat menjadi sentra untuk
melestarikan dengan atribut-atribut yang ada dalam sistem kelembagaan adat,” terangnya.
Program kebangkitan adat tersebut, kata Bupati Mathius, terus dikembangkan dan
menjadi sebagai salah satu kekuatan untuk membangun percepatan pembangunan di
segala bidang di Kabupaten Jayapura khususnya dan Papua pada umumnya.
Di kesempatan berbeda, Peter M. Aspituley, S.Pd.M.Si sebagai koordinator program
pelestarian warisan budaya Papua dari Kantor Balai Pelestarian Budaya Papua
menyatakan bahwa, bila tidak didokumentasikan, dikhawatirkan warisan budaya asli
Papua tersebut bisa hilang atau punah.
“Kami sedang berupaya mengusulkan  alat ini okokilka ini sebagai warisan budaya tak
benda nasional,” jelasnya didampingi Dinar, S.Sos selaku anggota dan Miki Wuka selaku
Kameramen dalam upaya pelestarian warisan budaya Papua tersebut.
“Karena banyak warisan budaya tak benda di Papua, kalau tidak usulkan atau diambil
perekamannya, pasti akan punah atau hilang,” jelasnya.
Program pelestarian warisan budaya tersebut, kata Peter M. Aspituley, merupakan
program dari Dirjen Kebudayaan, dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Kalau dia ditetapkan sebagai warisan budaya nasional, otomatis ada perhatian dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk pelestarian benda-benda budaya,”
terangnya.

Anda mungkin juga menyukai