Anda di halaman 1dari 4

Bajalanan di Mandikapau Barat

Mandikapau Barat adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten
Banjar. Memang terdengar agak asing sewaktu pertama kali mendengarnya. Legenda terbentuknya
desa ini pada dahulu kala ada sepasang suami istri Datu Pituah dan istrinya Ratu Ilung yang memiliki
seorang putri yang bernama Putri Kapau. Putri Kapau ini diceritakan sebagai sosok yang jenius dalam
bidang pertanian dan menarik perhatian bangsa Portugis pada masa penjajahan. Bahkan konon
ceritanya buah Kuini dan buah Kasturi berasal dari daerah sini pula. Asal usul buah Kuini ini dahulu
ada bangsa Portugis yang membagikan buah kepada warga dan menyebut “Kau ini”. Sehingga warga
yang mendengar menamakannya buah Kuini. Sedangkan asal usul buah Kasturi kurang lebih sama
halnya dengan penamaan Kuini. Saat pembagian buah selanjutnya yang mana warga belum
mengetahui namanya seorang warga Portugis yang bernama Tuan Kesto disuruh membagikan buah
kepada warga, namun dia menyebutkan kata sorry karena dia sedang ada sesuatu hal yang
dikerjakan jadi dinamakan wargalah buah tersebut dengan nama Kasturi yang berasal dari kata Kesto
dan sorry.

Putri Kapau ini memiliki sebuah tempat pemandian dan pewedangan tempatnya beristirahat
sesudah mandi. Hingga sekarang mata air dan tempat peristirahatan tersebut masih ada. Kabarnya
jika kita mandi di pemandian bekas Putri Kapau dapat membuat kita menjadi awet muda. Makam
sang Putri Kapaupun masih ada hingga sekarang, makamnya sangat panjang dan terdapat 7 lipatan.

Desa Mandikapau Barat ini adalah sebuah desa yang kaya akan potensi alam, perikanan, dan
perkebunannya. Desa ini adalah salah satu sentra penghasil karet, ikan dan batu koral di Kalimantan
Selatan. Luas wilayah desa Mandikapau Barat sekitar ± 950 Ha dengan luas perkebunan ± 650 Ha dan
sisanya sekitar 22 Ha terdiri dari pemukiman, persawahan, pemakaman, taman, perkantoran, dan
prasarana umum.

Dari aspek kualitas kesehatan, pemerintah terus melakukan peningkatan mutu dan gizi masyarakat
melalui penyediaan sarana dan prsarana kesehatan yang layak dan memadai. Prasarana dan sarana
kesehatan yang dimiliki Desa Mandikapau Barat ini seperti puskesmas, poliklinik, posyandu, rumah
bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, dukun bersalin terlatih, bidan, dan perawat. Pemberdayaan
usaha ekonomi masyarakat pedesaan melalui budi daya perikanan keramba, tambak ikan, kebun
karet dan bahan galian golongan C. Dalam sektor pendidikan desa Mandikapau Barat memiliki 2
sekolah umum yang terdiri atas SDN Mandikapau Barat 1 dan SMPN 5 Karang Intan serta sebuah
PAUD yang berfungsi untuk pengembangan potensi anak usia dini. Desa Mandikapau Barat memiliki
fasilitas umum yang cukup lengkap seperti lapangan sepak bola, gedung bulu tangkis berstandar
nasional, dan perpustakaan desa. Desa ini juga memiliki kebun toga (tanaman obat keluarga).

Desa ini diapit oleh empat buah desa yang terletak di Kecamatan yang sama. Sebelah utaranya
berbatasan dengan desa Sungai Asam, sebelah selatan berbatasan dengan desa Mandikapau Timur,
sebelah timur berbatasan dengan desa Pulau Nyiur dan sebelah barat berbatasan dengan desa
Sungai Alang.

Pertama kali melihat keadaan desa ini saya sempat tercengang, bagaikan melihat sebuah kota di
tengah hutan. Ternyata desa ini merupakan desa percontohan terbaik dan terbersih untuk skala
provinsi. Warga disana sangat ramah dan welcome terhadap pendatang. Suasana kekeluargaan
sangat terasa di desa ini yang hampir 100% warganya adalah muslim. Warganya terkenal religious
dan tidak heran jika banyak acara keagamaan setiap minggunya baik untuk laki-laki maupun
perempuan. Diantaranya ada pengajian, yasinan, latihan burdah, ceramah agama dan lain-lain.
Dilihat dari background pendidikan warga sebagian besar mereka menuntut ilmu di dua sekolah
berbeda. Jika paginya mereka bersekolah di sekolah umum maka sorenya mereka kembali
bersekolah di sekolah keagamaan atau biasa disebut Madrasah sehingga tak jarang mereka memiliki
2 ijazah berbeda.

Desa ini dipimpin oleh seorang kepala desa yang bernama H. Junaidi Abdullah dan didampingi oleh
sekretaris desa yang bernama Abdul Basit. Setibanya di desa ini kami disediakan tempat tinggal oleh
aparat desa disalah satu rumah warga yang bernama Ibu Asmuniwati atau lebih akrab disapa dengan
panggilan Acil Aluh.

Selanjutnya kami mengadakan survei beberapa hari untuk lebih mengenal keadaan desa dan
mengetahui potensi apa saja yang ada di desa tersebut serta berkenalan dengan para aparat desa.
Setelah mengetahui seluk beluk desa kami mulai menentukan kira-kira program apa saja yang bisa
kami kerjakan selama sebulan berada di desa Mandikapau Barat ini. Kami melihat disana penomoran
rumah warga kurang teratur dan sebagian masih belum memiliki nomor rumah. Jadi kami membuat
nomor rumah yang sederhana dan menyertakan nama di nomor rumah tersebut. Program kerja
yang satu ini memakan waktu cukup lama karena jumlah warga di sana terbilang cukup banyak. Desa
ini memiliki kurang lebih 500 kepala keluarga denga total penduduk kurang lebih 1500 jiwa.

Program selanjutnya adalah pembuatan plang nama jalan, kami merasa sangat terbantu oleh desa
karena bahan bakunya telah mereka sediakan sedangkan kami hanya bertugas membuatkannya
saja. Sebelumnya hanya jalan utama desa ini yang memiliki nama yaitu jalan Seloka Indah. Nama
jalan inipun sebenarnya memiliki arti tersendiri. Ceritanya pada saat dulu banyak yang kecelakaan
ketika melintasi jalan tersebut karena jalannya terjal dan banyak bebatuan. Sehingga orang
menamakannya Seloka yang artinya selalu luka. Dengan pembuatan nama jalan ini akan lebih
memudahkan warga dalam urusan alamat karena masing-masing jalan telah memiliki nama serta
nomor rumah yang jelas.

Untuk kegiatan harian, pada siang hari kami membantu mengajar di PAUD, SD dan SMP. Sedangkan
pada malam harinya kami membuka kursus mengajar bahasa inggris dan komputer bagi anak SMA
serta membuka bimbingan belajar bagi siswa yang bermasalah dengan pelajaran di sekolahnya.
Peserta terlihat antusias mengikutinya, mungkin dikarenakan kurangnya pendidikan bahasa inggris
dan bidang teknologi informasi yang mereka dapat. Padahal kedua bidang tersebut sangat penting
apalagi dimasa sekarang kita dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan bahasa internasional
ditunjang dengan kemampuan ITnya.

Untuk meningkatkan nilai gizi masyarakat kami mengadakan demo masak dengan menu keripik
bayam dan sup tahu. Keripik bayam ini kami pilih karena kami melihat daun bayam di desa tersebut
lebar-lebar namun sebagian anak-anak tidak suka makan sayur. Dengan membuatnya menjadi
keripik maka diharapkan anak-anak akan menjadi suka makan sayur. Sedangkan sup tahu adalah
sebuah penganan yang kaya akan gizi dan berbahan baku murah. Demo masak ini juga diselingi
dengan sosialisasi pemilahan sampah organik dan anorganik serta pelatihan bagaimana cara
membuat pupuk kompos.
Dari segi kesehatan kami mengadakan pelatihan pembuatan jahe instant. Jahe instant ini kami pikir
cocok untuk masyarakat yang pekerjaannya menyadap karet subuh hari atau menimbang ikan pada
tengah malam atau dini hari sehingga jahe instant bagus untuk dikonsumsi untuk menghangatkan
badan dan menghilangkan masuk angin. Selain itu jahe instant ini bisa awet disimpan hingga 6 bulan
dan dapat pula dijadikan alternatif menambah penghasilan keluarga jika jahe instant tersebut dijual.

Salah satu potensi desa yang kami lihat tidak dimanfaatkan adalah eceng gondok atau biasa disebut
ilung. Oleh sebab itu kami mencoba menggunakan eceng gondok sebagai bahan baku pembuatan
pupuk organik. Proses pembuatannya cukup sederhana, hanya menggunakan sebuah wadah
composting dengan bantuan bakteri pengurai dan memakan waktu 1 minggu untuk proses
pematangan pupuk. Setelah jadi pupuk tersebut kami bagikan kepada warga dan sebagian kami
sisihkan untuk pemberiaan pupuk tanaman yang terdapat di sepanjang gerbang masuk desa. Pupuk
ini juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dasar untuk kebunkaret yang mereka miliki. Keuntungan
penggunaan pupuk organik ini dapat menghemat pengeluaran biaya pupuk.

Desa ini memiliki sebuah perpustakaan desa namun belum difungsikan secara maksimal karena
kurangnya tenaga kerja yang mengurusnya. Jumlah buku yang dimiliki lumayan banyak dan terdiri
dari berbagai bidang yang didapat dari bantuan negara. Ketika berkunjung kesana keadaannya
kurang bersih sehingga kami membantu membersihkan dan menata perpustakaan desa tersebut.
Kami juga mengunjungi toga desa yang terdapat disamping kantor balai desa.

Lapangan sepak bola di desa cukup sering digunakan warga untuk bermain bola. Sebagai kenangan
kami meliput dan merekam acara tersebut dan menjadikannya sebagai video yang perdana kami
tayangkan pada saat acara nonton bareng final piala dunia 2010. Acara ini menarik banyak perhatian
warga, sehingga banyak yang menghadirinya dari yang muda hingga yang tua. Sebelum final piala
dunia dimulai kami putarkan film bertema pendidikan yang berjudul Laskar Pelangi. Dalam kegiatan
ini kami juga menyediakan doorprise bagi penonton yang beruntung.

Salah satu keunikan desa ini adalah resepsi perkawinan yang tidak seperti biasanya. Jika kita pada
umumnya mengadakan resepsi pada pagi atau siang hari, terbalik dengan mereka yang memilih
waktu pada malam hari. Setelah bertanya kepada warga ternyata di sana memang begitu
keadaannya. Siang hari mereka gunakan untuk pergi ke kebun.

Kami juga berkunjung ke warga desa untuk lebih mengenal keadaan desa, untuk itu kami sediakan
angket yang menanyakan seputar kehidupan warga. Data desa menyebutkan bahwa taraf hidup
masyarakat desa Mandikapau Barat ini terbilang cukup bagus. Sanitasipun sudah bagus, desa ini
telah sepenuhnya memiliki kamar mandi dan wc dalam rumah. Sumber air mereka dapatkan dari
sumur bor. Buta aksara di desa ini sangat sedikit, hanya ada beberapa orang yang buta huruf.

Desa ini belum memiliki warung internet sehingga pengetahuan tentang internet masih minim.
Untuk itu kami mengadakan sosialisasi internet sehat bagi anak-anak SD. Informasi tentang desa ini
juga kami masukkan di Wikipedia untuk lebih mengenalkan keberadaan desa Mandikapau Barat ini.

PAUD di desa ini mewakili PAUD dan TK karena gedung TK masih dalam tahap pembangunan. PAUD
ini bernama PAUD Mentari memiliki 33 siswa yang bertempat di salah satu ruangan rumah Kepala
Desa. Selama di lokasi KKN kami ikut menghias PAUD dengan berbagai macam poster. Diantaranya
poster pengenalan huruf, angka dan komputer. Kami juga mengajar senam sehat untuk anak-anak
PAUD.

Sebagai percontohan kami buatkan bak sampah organik dan anorganik beserta contoh-contoh
sampahnya. Sampah anorganik seperti gelas, botol, toples bekas kami manfaatkan untuk kerajinan
tangan bagi anak SD, SMP dan SMA. Barang-barang bekas tersebut kami hias menggunakan kain-
kain sisa sehingga menghasilkan wadah-wadah cantik yang dapat digunakan sebagai hiasan atau
dapat pula dijual.

Dalam rangka menguji pengetahuan siswa dalam bidang matematika maka kami mengadakan
olimpiade matematika tingkat kecamatan yang mana diawali dengan seleksi dimasing-masing
Sekolah Dasar yang terdapat di Kecamatan Karang Intan. Selain itu masih banyak program kerja lain
yang kami jalankan.

KKN PPM FMIPA UNLAM 2010 ini kami akhiri dengan mengadakan acara selamatan dengan
mengundang warga dan aparat desa sebagai ucapan terimakasih kami kepada mereka. Untuk
perpisahan, desa juga mengadakan acara selamatan kedua bagi kami. Acara ini juga sekaligus acara
kumpul bersama warga dan murid-murid serta penyerahan kenang-kenangan untuk desa.
Sementara pada siang harinya kami telah mempresentasikan kegiatan kami selama sebulan di desa
yang bertempat di kecamatan Karang Intan.

Hari terakhir ditutup dengan kunjungan-kunjungan ke aparat desa dan PAUD serta SD dan SMP. Foto
bersama mereka dan bertukar nomor telepon agar tidak hilang kontak

Anda mungkin juga menyukai