Anda di halaman 1dari 4

Pemberdayaan Masyarakat di Desa Yosowilangun dengan Meningkatkan Kreativitas

Lewat Batik

Husna fiatul hasanah

201844260104@inaifas.ac.id

Fakultas Tarbiyah Intitut Agama Islam Al Falah Assunniyyah Jember

ABSTRAK

Pemberdayaan artinya upaya menyampaikan penguatan serta kemudahan agar


masyarakat memiliki kesempatan untuk berkembang sehingga mampu meningkatkan
kreativitas mereka. Namun kurangnya partisipasi masyarakat masyarakat membuat
kegiatan membatik belum mampu berdaya secara maksimal.

Kata kunci : Pemberdayaan, Kreativitas, Kerajinan Batik

PENDAHULUAN

Pemberdayaan merupakan langkah penting dalam peningkatan kesejahteraan


masyarakat. Sejahtera berarti kecukupan secara lahir dan batin. Sejahtera secara lahir
dapat diartikan bahwa seseorang berhak memperoleh kesempatan dan kemampuan untuk
mendapatkan hak–hak dasar sebagai manusia, terpenuhinya kebutuhan pangan (makan),
sandang (pakaian), papan (tempat tinggal), pendidikan, serta kesehatan. Sejahtera secara
batin, seorang memperoleh kebahagiaan, dihormati dan dihargai, bebas dari rasa takut,
ancaman dan bebas mengemukakan pendapat dimuka umum. (Widiastuti,2015:37).

Batik telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak pertengahan abad ke- 18,
khususnya di Jawa, bahkan telah menjadi warisan budaya yang turun temurun. Kerajinan
batik terkait dengan identitas budaya rakyat Indoneia, melalui arti simbolik dari warna dan
desain yang mengungkapkan kreativitas dan spiritualitas mereka.

Batik secara resmi telah diakui sebagai salah satu warisan budaya Indonesia oleh
UNESCO dan Indonesia kini memiliki hari batik yang selalu dirayakan setiap 2 oktober
sejak tahun 2009. Jenis batik yang tercatat sebagai warisan dunia adalah jenis batik tulis.
Selain dicatat dalam UNESCO, salah satu cara lain pemerintah Indonesia untuk
melindungi budaya tradisional. Indonesia yang berlangsung di bidang batik adalah melalui
“Batik Mark”. Salah satu tujuan adalah untuk membangun persepsi dunia bahwa batik,
yang meliputi praktek mewarnai kain menggunakan metode lilin dari Indonesia.

Perkembangan batik Indonesia cukup unik, perjalanan sejarahnya konsisten


berevolusi dari hanya terbatas pada lingkungan keraton hingga meluas kekalangan
masyarakat umum. Demikian dengan fungsinya berevolusi dari hanya sebagai penanda
budaya di lingkungan kerajaan (Keraton) kemudian berubah menjadi fungsi ekonomis di
masyarakat bahka politis , karena perkembangan batik di Indonesia juga sejalan dengan
perkembangan demokratis di tanah air. Karena siapapun kini bisa membuat batik, padahal
pada awalnya pembutan batik hanya tertutup/ terbatas di lingkngan keraton saja.

Kini kerajinan batik sudah sangat terbuka, yang semula hanya terbatas di
beberapa daerah di pulau jawa, kini sudah tersebar ke 27 provinsi dan masyarakat di
setiap daerah. Mialnya di Yosowilangun, Lumajang, Jawa Timur mereka membuat batik
yang diambil dari simbol icon kota Lumajang yaitu motif pisang. Motif – motif batik yang
ada di suatu daerah tidak akan di klaim oleh darah lainnya, karena mereka memang
memiliki ke khasannya masing – masing.

METODE PELAKSANAAN

Dalam penelitian ini digunakan metode survei, dengan mengumpulkan informasi


dari responden yang diharapkan dapat mewakili seluruh populasi. Informasi yang
dikumpulkan dari responden dalam metode survei ini adalah dengan menggunakan daftar
kuisoner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Pengumpulan informasi dari responden
juga dilakuka dengan cara Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam
dengan keyperson. Penelitian ini dilakukan pada produksi Rangsang Batik di Yosowilangu
Lumajang. penelitian ini dilakukan dengan tujuan membantu ekonomi masyarakat,
meningkatkan kreatifitas masyrakat melalui pebuatan batik lokal.

A. Lokasi dan Partisipasi Kegiatan


Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di Desa
Yoowilangun Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang. Tapatnya yaitu
desa Yosowilangun Lor RT 20 RW 05.
B. Bahan dan Alat Pembuatan Batik Tulis
a. Canting (alat tulis lilin yang digunakan untuk menutup pola dan motif batik).
b. Pensil pola
c. Kain mori putih (kain sutera atau kain katun)
d. Lilin malam (wax)
e. Kompor atau alat pemanas malam
f. Pewarna kain
g. Kuas

C. Metode Penyelesaian
1. Siapkan kain mori atau sutera, kemudian buatlah motif di atas kain dengan
menggunakan pensil.
2. Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan dengan posisi
melebar supaya mudah dibatik.
3. Panaskan malam ke dalam wajan dengan api kecil sampai malam mencair
dengan sempurna. Untuk menjaga agar suhu kompor stabil biarkan api tetap
menyala kecil.
4. Ambil sedidkit malam yang sudah cair dengan menggunakan canting, tiup – tiup
sebentar agar tidak terlalu panas kemudian torehkan canting dengan mengikuti
motif. Dalam proses ini harus dilakukan dengan hati – hati agar malam yang cair
tidak menetes di atas permukaan kain karena akan mempengaruhi hasil motif
batik.
5. Setelah semua motif yang tidak ingin diberi warna tertutup oleh malam/ lilin,
warnai kain menggunakan kuas dengan larutan pewarna.
6. Diamkan kain sampai pewarnanya kering, kemudian air direbus berama-sama
dengan air yang telah diberi soda abu. Proses ini bertujuan menghilangkan
lapisan malam sehingga motif yang telah digambar menjadi terlihat jelas.
7. Proses terakhir rendam batik dalam air dingin dan jemur sampai kering, dan
batik siap digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengabdian kepada masyrakat yang kami lakukan berjalan lancar. Namun juga
ada kesulitan dalam mengajak masyarakat disini untuk mengikuti kegiatan pembuatan
batik, karena rata – rata masyarakat desa Yosowilangun sudah memiliki usaha sendiri,
sehingga dapat menghambat ketertarikan masyarakat pada pemberdayaan lewat
kreatifitas batik.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat lewat kreatifitas batik bertujuan untuk
membantu ekonomi warga disekitar khususnya yang pengangguran. Kegiatan pengabdian
ini dimualai dengan adanya kegiatan dari kampus untuk mengabdi kepada masyarakat.

KESIMPULAN

UCAPAN TERIMA KASIH (bila diperlukan)

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai