Anda di halaman 1dari 7

Bjk4956@gmail.

com
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
kehendak-Nya kami dapat menyusun Laporan ini.
Laporan ini dibuat dengan tujuan memberikan melaporkan tentang Hasil Kegiatan
Selama Kami Kunjungan Ke Batik Agnesa. Kami menyadari hasil yang telah kami capai ini
sangatlah belum sempurna, oleh sebab itu kami mohon kritik dan saran demi perbaikan kami
pada masa yang akan datang.
Akhirnya kami berharap semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan Ilmu Pengetahuan Sejarah Nasional bangsa kita dan memberikan informasi
kepada yang berkepentingan untuk dapat kiranya direalisasikan sesuai dengan harapan kami.
Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.



Tasikmalaya, 9 September 2013


Penyusun















Bjk4956@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Latar Belakang penyusunan Laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas dari sekolah. Selain itu juga rasa keingintahuan terhadap sejarah kebudayaan
bangsa Indonesia, merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi penyusunan Laporan
ini.

1.2.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Karya Tulis ini adalah :
1. Menanamkan rasa cinta tanah air, bangsa, persatuan dan kesatuan, mengembangkan
cakrawala wawasan siswa yang kaitannya dengan seni budaya nasional bangsa kita.
2. Memperkaya pengalaman para siswa mengenai obyek-obyek wisata dengan cara
melihat, mendengar, meraba serta merasakan sendiri bagaimana rupa atau bentuk
obyek dalam keadaan sebenarnya.
3. Mendidik dan melatih para siswa membuat karya tulis sebagai laporan observasi.
4. Menambah pengetahuan dan pengalaman siswa dalam proses belajar sebagai bidang
studi pemahaman teori yang diajarkan di sekolah.
5. Menghindari terjadinya verbalisme di kalangan para siswa.

1.3. Penyusunan Laporan
Laporan yang kami susun ini, yaitu kami langsung mengunjungi obyek tersebut
dengan cara melihat, meraba, mendengar dan merasakan sendiri bagaimana bentuk dan rupa
batik tersebut. Selain itu juga kami dibantu Pemandu Wisata (Guide).









Bjk4956@gmail.com
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah
"Memangnya di Tasik ada batik?" Pertanyaan itu kerap diucapkan pengunjung
pameran kepada perajin batik dari Tasikmalaya. Begitu pun terhadap batik ciamis dan garut,
yang juga memiliki tradisi panjang dalam olah seni batik di tanah Priangan. Akibat
meredupnya pamor batik khas dari Tatar Sunda itu, baik karena berubahnya selera
masyarakat maupun lantaran serbuan kain tekstil bercorak batik, selama beberapa dekade
keberadaan batik priangan seperti dilupakan. Sebagai seni kerajinan yang tumbuh di sejumlah
daerah pedalaman Jawa Barat, khususnya di Priangan Timur, batik priangan bahkan pernah
dikabarkan akan punah.
Akan tetapi, kini pertanyaan bernada menggugat sekaligus kekhawatiran punahnya
salah satu warisan budaya bangsa itu tak perlu lagi terlalu dirisaukan. Paling tidak, saat ini
ada sekitar 30 perusahaan batik di Cipedes, Kota Tasikmalaya, dan 10 perusahaan batik di
Sukapura, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya,tengah gencar menancapkan
bendera bisnisnya. Begitu pun di Garut dan Ciamis. Sesungguhnya, Tasikmalaya memiliki
tradisi dan sejarah batik yang kuat. Masa keemasan batik tasik berkisar tahun 1950-1960-an,
bersamaan dengan kejayaan Koperasi Mitra Batik yang didirikan tahun 1939. Saat itu, kata
Cacu (60), pemilik batik Agnesa, sebuah perusahaan memiliki pekerja batik cap minimal 50
orang.
"Dulu, kain batik masih dipakai untuk sarung. Kalau di Karawang panen raya,
misalnya, pengusaha batik dari Tasik membawa berapa pun batik ke sana pasti laku. Batik
dipakai ibu-ibu sehari-hari, termasuk pergi ke sawah," tutur Cacu. Koperasi Mitra Batik
sendiri muncul sebagai jawaban dari kegelisahan para pengusaha batik di Tasikmalaya
terhadap perdagangan kain mori dan obat pewarna yang dikuasai pengusaha keturunan
Tionghoa. Koperasi ini, di tahun 1960-an, menjadi produsen kain mori terbesar se-Indonesia
dan memiliki ribuan karyawan.
Salah seorang saksi sejarah batik tasik adalah Latifah. Perempuan yang kini berusia
85 tahun itu belajar membuat batik tulis yang halus sejak usia belasan tahun. Kala itu, ia
diajarkan langsung oleh ibunya. "Mereka yang dulu belajar menulis batik bersama-sama
dengan saya sudah banyak yang meninggal," ungkap perempuan yang biasa dipanggil Mak
Ipoh dan hingga kini masih membatik.

Bjk4956@gmail.com
Beberapa waktu lalu, ketika kaintekstil bercorak batik (printing) marak, batik tasik
tidak mampu bersaing. Meskin masih berproduksi dalam jumlah terbatas, agar tetap bertahan,
pemasaran batik tasik ada yang diserahkan kepada pengusaha di luar daerah sehingga orang
lainlah yang punya nama. Sebagian besar masyarakat Priangan Timur bekerja di bidang
pertanian. Jika tidak menggarap sawah, mereka punya kebun atau ikan di kolam yang harus
dipelihara. Aktivitas keseharian ini yang ikut memengaruhi corak dan batik dari wilayah
Priangan Timur. Apa yang mereka lihat di sawah, ladang, atau kolam kemudian dituangkan
menjadi motif di atas kain mori. Tidak heran apabila motif batik dari Priangan didominasi
oleh flora dan fauna.
Pada batik tasik, misalnya, ada awi ngarambat (bambu merambat), merak ngibing
(merak menari), laba-laba, burung keladi, gurami, dan daun talas. Pada batik garutan, selain
flora dan fauna, ada juga motif-motif geometrik, seperti belah ketupat. Tradisi membatik dan
budaya agraris ini pada akhirnya ibarat dua sisi mata uang. Ketika tiba panen padi atau
musim tanam, para pembatik akan ke sawah dan menunda sementara pekerjaan
membatiknya.
Perilaku membatik seperti ini pun, kata Ecin Kuraesin (60), perajin batik dari
Sukapura, masih berlangsung hingga kini. Para pembatik di tempat Ecin memiliki sawah
garapan masing-masing. Ketika musim panen atau tanam tiba, mereka tidak bisa dihalangi
untuk tidak pergi ke sawah. Dengan demikian, praktis kegiatan membatik pun ditunda
sementara. Meskipun sama-sama berada di Tasikmalaya, terdapat perbedaan corak warna
antara batik dari Tasik dan batik dari Sukapura. Warna batik sukapura hanya terbatas pada
merah marun, putih, hitam, dan gading. Sebaliknya, permainan warna pada batik tasik dan
garut cenderung lebih berani. Warna-warna cerah sesuai permintaan pasar tak canggung
diterapkan. Supriyadi Harmaen dari Dimas Batik berpendapat, warna cerah pada batik tasik
seolah cerminan masyarakat Sunda yang periang.

2.2. Teknik dan Langkah-langkah Pembuatan Baktik
Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat batik tulis :
1. Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)
2. Canting sebagai alat pembentuk motif,
3. Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)
4. Lilin (malam) yang dicairkan
5. Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
6. Larutan pewarna
Bjk4956@gmail.com
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:
1. Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa
disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap
orang memiliki selera berbeda-beda. Membuat design
atau motif ini dapat menggunakan pensil.


2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah
melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting
(dikandangi/ dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.
3. .

3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-
bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna).
Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian
berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan
bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan
lilin tidak terkena.

4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang
tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada
warna tertentu .




5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.


Bjk4956@gmail.com
6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam
menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada
pewarnaan yang pertama.

7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna
yang kedua.


8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara
meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan
dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan
kedua.
10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan
banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air
panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah
digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan
membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut
masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik
tersebut telah siap untuk digunakan.
12. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air
panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah
digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan
membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut
masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik
tersebut telah siap untuk digunakan.





Bjk4956@gmail.com
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Batik Agnesa adalah salah satu karya seni dari daerah Tasikmalaya yang harus
dilestarikan dan tetap dijaga supaya tidak punah. Semakin banyak warna pada batik semakin
lama pembuatan batik yang dibuat dan wajar batik tersebut terbilang mahal karena proses
pembuatannya yang begitu rumit.
Dengan melakukan pengamatan langsung maka kami dapat mengetahui secara benar
cara apembuatan Batik.

Anda mungkin juga menyukai