Anda di halaman 1dari 2

Ekonomi Kreatif dan Kearifan Lokal

Ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal adalah suatu perekonomian yang memaksimalkan
kemampuan berkreasi masyarakat dengan mendayagunakan potensi–potensi yang terdapat
pada budaya lokal yang ada untuk digunakan sebagai modal utama untuk meraih keuntungan.
Menumbuh kembangkan ekonomi kreatif tidak bisa lepas dari budaya setempat. Budaya
harus menjadi basis pengembangannya. Pada umumnya setiap daerah memiliki potensi
produk yang bisa diangkat dan dikembangkan. Keunikan atau kekhasan produk lokal itulah
yang harus menjadi intinya kemudian ditambah unsur kreatifitas dengan sentuhan teknologi.
Mengembangkan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal berarti suatu perpaduan antara
pengembangan ekonomi dengan memperhatikan kearifan budaya setempat sebagai sumber
ide, inspirasi maupun inovasi proses pengembangannya. Pengembangan ekonomi berbasis
kearifan lokal tersebut dapat dilakukan dalam bidang seni rupa, kuliner, fashion, kerajinan
tangan, arsitektur, permainan interaktif, teknologi informasi, penelitian, percetakan, desain,
periklanan, seni pertunjukan, musik, film, maupun fotografi.
Berikut ini adalah beberapa alasan untuk mengadopsi ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal,
yakni:
1. Mampu memberikan kontribusi dalam perekonomian negara.
2. Mampu memberikan dampak sosial terhadap masyarakat dengan peningkatan kualitas
hidup, peningkatan toleransi sosial, dan pemerataan tingkat kesejahteraah social.
3. Mampu meningkatkan kreatifitasdan menciptakan inovasi baru terutama untuk
generasi muda.
4. Sumber daya yang digunakan dalam ekonomi kreatif berbasis budaya lokal bersifat
terbarukan.
5. Ekonomi kreatif berbasis budaya lokal akan turut serta dalam menjaga warisan dan
kearifan budaya lokal sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia.
6. Ekonomi kreatif berbasis budaya lokal juga dapat berperan untuk mencegah
terjadinya eksploitasi atas kebudayaan yang dimiliki masyarakat1
Untuk mewujudkan kearifan lokal yang termasuk dalam subsektor ekonomi kreatif menjadi
sebuah peluang ekonomi kreatif yang menjanjikan, maka di sinilah letaknya added value
yang berfungsi sebagai pemberi nilai tambah pada sebuah produk atau hasil karya
1
Azizah, S.N., & Muhfiatun, M.(2018). Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal Pandanus
Handicraft dalam Menghadapi Pasar Modern Perspektif Ekonomi Syariah (Studi Kasus di Pandanus Nusa
Sambiri Yogyakarta). Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(2), hlm. 67-68
menjadikan produk atau hasil karya yang sebetulnya telah lazim ditemukan mampu menjelma
menjadi produk atau hasil karya bernilai lebih dibandingkan hasil karya sejenis, bagaimana
menciptakan nilai ganda dari sebuah usaha dan atau produk atau hasil dari suatu karya.
Banyak daerah di Indonesia yang menunjukkan hasil ekonomi kreatif yang berbasis budaya
lokal yang khas, seperti Bali dengan kerajinannya, Bandung dengan wisata kulinernya,
Yogyakarta dan Solo dengan batiknya dan Tasikmalaya dengan bodirnya.
Contoh:
Kerajinan bordir Tasikmalaya merupakan kearifan lokal yang menjadi ciri dari masyarakat
adat di Tasikmalaya. Diperkirakan mulai tahun 1920 tumbuhnya kerajinan bordir ini.
Produksi kerajinan bordir semakin bervariasi kepada hampir seluruh jenis busana, baik
busana wanita maupun kaum pria. Sekarang kerajinan bordir telah berubah dan berkembang
menjadi ekonomi kreatif yang dapat mendongkrak perekonomian rakyat Tasikmalaya, tanpa
kehilangan ciri produksinya dari masyarakat adat. Sekarang keterampilan bordir telah dibantu
dengan alat mesin juki bahkan dengan komputer, sehinggga produksi dapat dibuat dalam
skala yang besar sesuai dengan jumlah pesanan dalam waktu singkat. Sebagai kearifan lokal,
tata niaga kerajinan bordir Tasikmalaya sulit untuk ditiru dalam waktu yang pendek, karena
harus ditempuh dalam keluarga pengrajin seiring dengan berlangsungnya pendidikan
informal dalam keluarga dan masyarakat. Pendidikan indigenous yang berlangsung secara
turun temurun, merupakan proses pewarisan nilai dan keterampilan dari generasi ke genarasi
dengan terjadi transformasi nilai modern ke dalam tatanan kehidupan adat tanpa
meninggalkan ciri utamanya masyarakat adat yang Islamic religius. Nilai tradisional yang
menyatu dalam tata niaga konfeksi bordir ternyata telah beradaptasi dengan nilai modern,
bahkan banyak nilai tradisional yang adaptif terhadap nilai modern yang universal, sehingga
tata niaga kerajinan bordir dapat berlangsung dan mengembangkan dirinya sesuai dengan
tuntutan jaman pada masyarakat global.2

2
Darusman, Y. (2016). Kearifan Lokal Kerajinan Bordir Tasikmalaya sebagai Ekonomi Kreatif Terbuka untuk
Modern (Studi di Kota Tasikmalaya Jawa Barat). Jurnal of Nonformal Education, 2(2), hlm. 110-117

Anda mungkin juga menyukai