KEMENTRIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI PACITAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam dan budaya
yang beranekaragam. Kekayaan budaya tersebut adalah warisan dari nenek
moyang bangsa Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi
kegenerasi. Hal inilah yang menjadikan negara kita sebagai surga yang
memiliki dan menyimpan berbagai macam kerajinan tangan yang unik dan juga
menarik. Salahsatu kerajinan tangan Indonesia yang telah mendunia adalah
batik. Mulai dari Sabang sampai Merauke kita bisa menemukan berbagai
macam batik yang memiliki ciri khas tertentu disetiap daerah
Batik telah menjadi salahsatu kebanggaan milik bangsa Indonesia. Pada
bulan Oktober 2009 lalu, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. United National
Education Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) mengukuhkan
batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan nonbendawi atau
Masterpieces of the Oral and Humanity. Sejak itulah, pada tanggal 2 Oktober
ditetapkan sebagai "Hari Batik Nasional. Hal ini merupakan momentum yang
baik guna menumbuhkembangkan batik hingga kepelosok daerah sekalipun.
(Wulandari, 2011:7).
Batik di Indonesia telah dikenal secara umum dan luas, tetapi belum
banyak masyarakat yang mengerti dan tahu apa sesungguhnya batik tersebut.
Bahkan, perhatian masyarakat untuk melestarikan batik di Indonesia. Pada
umumnya masih sebatas perlakuan normal memakai dan menggunakan batik.
Padahal, di dalam batik itu sendiri menyimpan banyak aspek kehidupan yang
bisa kita ungkap, baik secara historis, filosofis, dan wisata serta kebudayaan.
Batik di masa kini tidak hanya dipakai sebagai baju atau pakaian saja, akan
tetapi telah dimodifikasi untuk keperluan rumah tangga seperti tas, sepatu,
sandal, sprei, taplak meja, souvenir, keramik dan bahan dasar kerajinan, dan
lain-lain. (Wulandari, 2011:6-7) UHAM
Hampir disetiap Provinsi di Indonesia memiliki apa yang disebut dengan
batik. Salah satu Provinsi tersebut adalah Jawa Timur, batik yang ada di sini
dikenal dengan nama batik Puri Khas Pacitan. Sayangnya, batik ini masih asing
di telinga masyarakat Pacitan sendiri. Merekapun belum memanfaatkan potensi
tersebut dengan baik, hal ini bisa kita lihat dari kurang berkembangnya industri
batik di kota ini. Padahal batik memiliki potensi.
Dari uraian di atas, sudah menjadi tugas kita bersama sebagai ahli waris
dari budaya adiluhung ini untuk mempelajari, dan melestarikan serta
mengenalkannya kepada generasi agar lebih dikenal dan dicintai. Itulah salah
satu alasan penulis sebagai langkah awal penelitian dengan mengangkat judul.
"Pembuatan Batik Khas Pacitan Karya Puri "
B. Tujuan Penulisan
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih positif dalam
upaya pelestarian budaya daerah pada umumnya kepada masyarakat Kota
Pacitan.Selain itu diharapkan pula untuk mendapatkan data akurat mengenai
pembuatan batik Khas Pacitan ini.
1. Mengidentifikasi Pembuatan Batik Khas Pacitan Karya Puri
2. Menambah Wawasan Mengenai Batik Khas Pacitan Karya Puri
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai Sarana Pembelajaran Mengenai Batik
2. Ikut Melestarikan Dan Mengenalkan Budaya Yang Dimiliki oleh Kota
Pacitan
3. Menjadi Motivasi Untuk Masyarakat Setempat Untuk Memplajari
Pembuatan Batik Khas Pacitan Karya Puri.
D. Batasan Masalah
Berdasarkan Batas masalah yang telah diuraikan penulis merumuskan beberapa
permasalahan yang akan diteliti,berikut permasalahanya:
1. Bagaimana Proses Pembuatan Batik Khas Pacitan Karya Puri?
2. Bagaimana Kualitas Batik Khas Pacitan Karya Puri?
BAB II
METODE PENELITIAN
B. Objek/subjek Penelitian
Objek penelitian dalam hal ini adalah proses pembuatan batik khas Pacitan
karya “Puri” di Pacitan. Sedangkan Subjek penelitian ini adalah para perajin
batik yang ada di rumah produksi “Puri” di Pacitan
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan suatu cara yang tepat.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kepustakaan,
observasi,dan wawancara.
D. Teknik Analisis Data
Dalam teknik ini, semua data yang didapat di tempat akan dianalisis secara
deskriptif-kualitatif untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya di tempat.
Menurut Miles dan Huberman (1994) ada tiga teknik utama dalam analisis,
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Batik
1. Pengertian Batik
Kata “batik” Berasal Dari bahasa Jawa, dari kata “amba” yang berarti
menggambar dan“tik” yang berarti kecil. Seperti misalnya terdapat dalam
kata-kata Jawa lainnya yakni “klitik” (warung kecil), “bentik” (persinggungan
kecil antara dua benda), “kitik” (kutu kecil) dan sebagainya (Teguh Suwarto,
dkk, 1998: 8).
Pengertian lain dari batik menjelaskan bahwa batik merupakan suatu seni
dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak
hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan, sedang warna itu sendiri
dicelup dengan memakai zat warna bisaa (Endik S, 1986: 10).
Berdasarkan pengertian yang telah dilampirkn dapat disimpulkan bahwa
batik merupakan suatu karya seni menghias kain dengan menggambar pola
tertentu di atas kain dengan menggunakan malam.
2. Batik Pada Zaman Terdahulu
Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia khususnya Jawa sejak lama. Perempuan
Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik
sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah
pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang
memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Terdapat beberapa
pengecualian untuk fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis
maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, di mana di
beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi turun temurun, sehingga
kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.
Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang, bahkan sampai saat
ini, beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keluarga keraton
Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia yakni pulau Jawa yang
ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam
bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir
yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega
Mendung”, di mana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah
lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi turun temurun, sehingga
terkadang suatu motif dapat diketahui berasal dari batik keluarga tertentu.
Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang, bahkan sampai saat
ini,terdapat beberapa motif batik tertentu yang hanya dipakai oleh keluarga
keraton Yogyakarta dan Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang
Indonesia terkhusus yakni pulauJawa yang hingga saat ini batik pada
konferensi PBB.
B. Pengertian Khas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), khas berarti khusus,
teristimewa setiap daerah memiliki kesenian yang tidak dimiliki daerah lain
(Depdiknas,2007:563).
D. Pengertian Kualitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam blog yang ditulis oleh
Rosianasfar (2013), kualitas berarti tingkat baik buruknya sesuatu, derajat atau
taraf mutu. Berkualitas diartikan bahwa sesuatu mempunyai kualitas atau mutu
yang baik.
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara objektif tentang
pembuatan batik Pace khas Pacitan karya Puri di Pacitan berdasarkan data yang
diperoleh di tempat. Dalam penyajian ini tidak menggunakan data kuantitatif
melainkan menggunakan kualitatif. Data yang telah diolah dan dianalisa
disajikan dalam bentuk deskriptif yaitu penggambaran data secara apa adanya
berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan, sesuai dengan indikator dalam
variabel penelitian. Rumah produksi “Batik Puri” adalah rumah batik terkenal di
Pacitan, yang berdiri. Di Rt 03 rw 01 dusun cerbon, desa, Cokrokembang, Kec.
Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur 63572 . Sebagian besar penduduk
Desa Cokrokembang, terutama wanita, menjadi pekriya batik. Kegiatan
membatik di Desa Cokrokembang sudah ada sejak lama, pembuatan batik tulis
di Desa Cokrokembang mulanya merupakan usaha yang dilakukan secara turun
temurun dari pendahulu mereka, kemudian usaha batik tulis ini terus
berkembang hingga terbentuk sebuah perusahaan batik tulis dengan nama
Perusahaan Batik Tulis Puri.
Pada awalnya Perusahaan Batik Tulis Puri hanyalah tempat usaha keluarga
yang dijalankan dan dikelola anggota keluarga, tetapi dalam perkembangannya
perusahaan ini menjadi tumpuan masyarakat sekitar. Para wanita memiliki lebih
banyak waktu luang karena mereka tidak sehari penuh berada di sawah. Oleh
karena itu mereka memilih membatik baik sebagai pekerjaan sampingan maupun
sebagai pekerjaan tetap. Di tempat ini memproduksi beranekaragam motif batik
Khas Pacitan untuk tetap eksis selama puluhan tahun tidaklah mudah. Batik Puri
terus melakukan inovasi tanpa henti agar hasil produknya tetap diminati pasar
dari berbagai kalangan.Batik Khas Pacitan berbeda dengan batik daerah lain.
Corak batik Pacitan tradisional ada pada corak mengkudu atau pace.
Namun, saat ini coraknya tidak lagi sebatas pace, melainkan diperluas
dengan motif goa, pantai, hingga kekayaan laut Pacitan, Adapun kurun waktu
pengerjaan satu helai kain (berukuran 220
cm) bergantung pada motifnya jika motifnya tidak terlalu banyak maka
pengerjaannya sampai satu minggu, sedangkan jika motifnya penuh
pengerjaannya bisa sampai tiga minggu.
Kualitas batik khas Pacitan karya Puri di Pacitan. Peningkatan produk
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu program pemerintah
yang digalakkan dan saat ini menjadi strategi pembangunan di Indonesia. Salah
satunya adalah usaha batik rumahan yang merupakan usaha kreatif dalam sektor
kerajinan.
Dengan semakin ketatnya persaingan dalam dunia bisnis maka para pelaku
usaha harus mampu menempatkan orientasi kepuasan pelanggan sebagai
tujuan utama dalam memenangkan persaingan. Kualitas produk merupakan hal
yang sangat penting dan paling menentukan didalam pemilihan produk yang
akan dibeli oleh konsumen. Kualitas suatu produk seringkali dinilai berdasarkan
kriteria yang berbeda sesuai dengan tingkat kepentingan konsumen. Batik khas
Pacitan Karya Puri ini sudah lama dikenal, namun dalam perkembangannya
batik khas Pacitan ini masih kurang dikenal dibandingkan dengan batik-batik
lain seperti batik Solo, batik Jogja dan batik Pekalongan. Kualitas batik khas
Pacitan karya Puri, masih rendah, kurang baik dan belum sebaik batik-batik dari
daerah lain seperti Solo, Pekalongan dan Yogyakarta.
BAB V
PENTUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berjudul “
Pembuatan Batik Khas Pacitan Karya Puri”, maka disimpulkan Proses
pembuatan batik khas Pacitan karya puri menggunakan alat dan bahan
yang masih umum digunakan pembatik lainnya, dimana pembuatannya
masih sama dengan pembuatan batik pada umumnya. Proses
pembuatannya dimulai dengan desain pola/motif, memindahkan
pola/motif, membatik, memberi warna dengan teknik pencelupan dan
pencoletan, penguatan warna hingga pelorotan. Adapun pewarnaan
menggunakan pewarna sintetis.Terdapat keterlambatan perkembangan
batik Khas Puri kualitas yang masih rendah dibandingkan dari batik batik
daerah lain seperti batik Solo,Pekalongan dan Yogyakarta.
B. Saran
Saran dari penulis mengenai batik khas pacitan karya puri yaitu
mengenai kualitas produk yang perlu ditingkatkan supaya konsumen
puas terhadap produk yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA